Professional Documents
Culture Documents
Moses and Monotheism
Moses and Monotheism
com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
Sigmund Freud
Moses and
Monotheism
Musa dalam VXGXWSDQGDQJ3VLNRDQDOLVLV
http://facebook.com/indonesiapustaka
Moses and Monotheism
Musa dalam sudut pandang Psikoanalisis
Sigmund Freud
Editor:
Supriyadi
Tata Letak:
r.l. lendo
Desain Sampul:
Aulia Rahmat SM
Cetakan 2017
x + 186; 14 x 20 cm
E-I SBN: 978-602-51960-8-9
Diterbitkan oleh:
FORUM
Grup Relasi Inti Media (Anggota IKAPI)
http://facebook.com/indonesiapustaka
kan jika historiografi yang dituliskan oleh Freud dalam buku ini
berbeda dari kebanyakan historiografi lainnya yang bersumber dari
kitab suci (Bibel) secara mutlak. Hanya saja, Freud tetap merujuk
pada kitab suci tersebut sebagai salah satu rujukan primer.
Dalam buku ini, Freud mengurai status kebangsaan Musa; ia
sebagai seorang yang berkebangsaan Mesir atau Israel. Uraian ini
-v-
Moses and Monotheism
beda dari sejarah yang telah mapan sebelum dan sesudahnya. Oleh
karenanya, tidak bijak jika kita mempersoalkan sejarah yang diurai
kan Freud dalam buku ini karena sejarah memang sebuah disiplin
ilmu yang banyak menerima “toleransi” dalam aneka kriteria sebagai
sebuah disiplin ilmu. Hendaknya kita juga bisa “bertoleransi” dalam
- vi -
Pengantar Penerbit
membaca buku ini karena berbicara tentang Musa dan agama yang
diajarkannya tentu tidak bisa terlepas dari keimanan. Di sini, Freud
mengesampingkan keimanan dalam historiografi Musa dan yang
terkait dengannya.
Buku ini menyajikan sebuah sudut pandang yang berbeda dari
apa yang telah kita ketahui dan anggap sebagai sesuatu yang benar.
Dengan gaya penuturan analitis tentang Musa dan monoteisme
yang diajarkannya kepada bangsa Israel, buku ini membawa kita
untuk berkelana ke masa lalu guna menziarahi kesejarahan Musa
dengan pisau psikoanalisis. Buku ini bisa dipuji sekaligus dicaci.
Dipuji karena konsistensi Freud dalam psikoanalisisnya, sementara
dicaci karena—kita; para pembaca merupakan orang beriman—
Freud mengesampingkan perkara keimanan sebagai sumber sejarah
yang mempunyai kebenaran mutlak. Namun demikian, cacian ter
sebut hendaknya kita kubur dalam-dalam karena kita tidak sedang
beribadah, tetapi membaca karya Freud.
http://facebook.com/indonesiapustaka
- vii -
http://facebook.com/indonesiapustaka
Daftar Isi
- ix -
Moses and Monotheism
-x-
Bagian I
Musa, Seorang
Berkebangsaan Mesir
-1-
Moses and Monotheism
1 Jüdische Lexikon, disusun oleh Herlitz dan Kirschener, Bd. IV. 1930,
Jüdischer Verlag, Berlin.
-2-
Bagian I. Musa, Seorang Berkebangsaan Mesir
-3-
Moses and Monotheism
-4-
Bagian I. Musa, Seorang Berkebangsaan Mesir
4 Lihat Glosarium
5 Fünftes Heft der Schriften zur angewandten Seelenkunde, Fr. Deuticke, Wien.
Sangat jauh dari pikiran saya untuk mengurangi nilai kontribusi asli Rank
pada karya ini.
-5-
Moses and Monotheism
SM. Dari sudut pandang hal yang membuat kami tertarik, mungkin
layak untuk mengungkapkan kembali catatan yang dipercaya ber
asal dari dirinya sendiri.
“Aku adalah Sargon, raja yang berkuasa, Raja Agade. Ibuku
adalah seorang Pendeta; aku tidak tahu mengenai ayahku; se
dangkan saudara laki-laki ayahku tinggal di pegunungan. Di kota
-6-
Bagian I. Musa, Seorang Berkebangsaan Mesir
-7-
Moses and Monotheism
-8-
Bagian I. Musa, Seorang Berkebangsaan Mesir
-9-
Moses and Monotheism
- 10 -
Bagian I. Musa, Seorang Berkebangsaan Mesir
mitos yang tetap efektif: kepastian bahwa sang bayi ternyata ber
tahan hidup terlepas dari kekejaman alam. Ciri ini terulang pada
sejarah awal Yesus, yang di dalam kisah itu Raja Herodes menjalani
peran sebagai Firaun. Dengan demikian, kita benar-benar memiliki
hak untuk berasumsi bahwa di dalam materi sejarah yang lebih baru
dan agak kaku, sang pembuat materi melihat kemungkinan untuk
menjadikan kesatrianya, Musa, memiliki ciri-ciri tertentu yang ber
hubungan dengan karakteristik mitos klasik seorang kesatria. Akan
tetapi, ciri tersebut tidak sesuai untuk Musa karena alasan tertentu
dan dalam situasi tertentu.
Dengan hasil yang tidak memuaskan dan bahkan tidak pasti ini,
investigasi kita harus berakhir di sini, tanpa memberikan kontribusi
apa pun untuk menjawab apakah Musa adalah orang Mesir atau
bukan, apakah ada atau tidak cara yang lain dan mungkin lebih ber
hasil untuk mengungkap mitos itu sendiri.
Mari kita kembali pada dua keluarga yang ada di dalam mitos.
Seperti yang telah kita ketahui, pada level interpretasi analitis, ke
duanya mirip. Pada level mitos, kedua keluarga tersebut dibeda
kan oleh status kebangsawanan dan kesederhanaannya. Meskipun
begitu, ketika membahas tokoh sejarah yang dilekati mitos tersebut,
terdapat level ketiga, yaitu level kenyataan. Satu keluarga adalah
keluarga yang asli, keluarga yang melahirkan tokoh besar tersebut
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 11 -
Moses and Monotheism
8 oleh E. Meyer dalam in Die Mosessagen und die Leviten, Berliner Sitzber, 1905:
“Nama musa mungkin adalah nama Pinchas dalam Dinasti Pendeta
Silo … tanpa keraguan adalah orang Mesir. Meskipun demikian, hal ini
tidak membuktikan bahwa dinasti-dinasti tersebut berasal dari Mesir,
namun membuktikan adanya hubungan dengan Mesir.” (p. 651.)
Kita dapat saja mempertanyakan jenis hubungan tersebut seperti
yang dibayangkan.
- 12 -
Bagian I. Musa, Seorang Berkebangsaan Mesir
- 13 -
Moses and Monotheism
bukti objektif dari masa hidup Musa dan juga perpindahan masal
dari Mesir, mungkin dirasa cukup. Namun demikian, bukti tersebut
belum didapatkan, dan karena itu, lebih baik bagi kita untuk me
nahan pemikiran-pemikiran yang mendukung pandangan bahwa
Musa adalah orang Mesir.
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 14 -
Bagian II
- 15 -
Moses and Monotheism
lI;
- 16 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 17 -
Moses and Monotheism
- 18 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 19 -
Moses and Monotheism
l II ;
- 20 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 21 -
Moses and Monotheism
- 22 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
Hanya saja, terasa kurang adil terhadap sang raja jika kita
sekadar memandangnya sebagai pengikut dan pelindung agama
Aton yang telah ada sebelum ia hidup. Aktivitasnya lebih energik. Ia
menambahkan suatu hal baru yang berubah menjadi monoteisme,
doktrin mengenai satu tuhan semesta: kualitas yang eksklusif. Dalam
salah satu nyanyian pujiannya, hal tersebut disebutkan dalam banyak
kata: “Oh, Engkau satu-satunya Tuhan! Tidak ada Tuhan selain
Engkau.”6 Kita pun tidak boleh lupa bahwa untuk menilai sebuah
doktrin baru, tidaklah cukup untuk hanya mengetahui isi positifnya;
sisi negatifnya juga sama pentingnya, pengetahuan mengenai hal
yang disangkal oleh doktrin tersebut. Akan menjadi kesalahan
juga jika kita berasumsi bahwa agama baru dengan seketika hidup
dengan kondisi siap dan lengkap seperti Athena yang hidup dari
dahi Zeus. Segala sesuatunya lebih memperlihatkan bahwa selama
pemerintahan Amenhotep, agama baru tersebut menjadi lebih kuat
dan memperoleh kejelasan, konsistensi, kepadatan, dan intoleransi
yang lebih besar. Mungkin perkembangan ini terjadi di bawah pe
ngaruh oposisi dahsyat di antara pendeta-pendeta Amon yang me
Heliopolitan dari agama negara baru, hal tersebut bukan hanya pe
muja an terhadap matahari; kata Aton digunakan di dalam istilah
lama yang berarti ‘tuhan’ (nuter), dan tuhan tersebut jelas berbeda
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 23 -
Moses and Monotheism
- 24 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 25 -
Moses and Monotheism
l III ;
- 26 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
13 Hanya sedikit bagian di dalam Weigall, l.c., pp. 12, 19: “Tuhan Atum,
yang mendeskripsikan Re sebagai matahari terbenam, kemungkinan
memiliki asal yang sama dengan Aton, umumnya dimuliakan di
Suriah bagian utara. Seorang ratu asing, demikian pula pengikut-
pengikutnya, mungkin telah tertarik pada Heliopolis daripada Thebes.”
- 27 -
Moses and Monotheism
- 28 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
agama Yahudi dengan agama Aton dalam poin penting ini adalah
argumen kuat pertama yang mendukung tesis kami. Akan kita lihat
bahwa argumen tersebut bukanlah satu-satunya.
Musa tidak hanya memberikan bangsa Yahudi sebuah agama
baru; adalah suatu keyakinan juga bahwa ia memperkenalkan
tradisi khitan. Hal ini benar-benar penting bagi masalah yang se
dang kita bahas, dan hampir belum pernah dipertimbangkan.
Memang benar bahwa laporan Alkitab sering kali bertentangan
dengan hal tersebut. Pada satu sisi, Alkitab menelusuri kembali
budaya khitan tersebut sejak zaman tokoh-tokoh Alkitab sebagai
tanda perjanjian antara Tuhan dan Ibrahim. Pada sisi lain, tulisan
ter
sebut menyebutkan dengan tidak begitu jelas bahwa Tuhan
marah kepada Musa karena ia telah mengabaikan kesucian dari
kegunaan khitan dan bermaksud untuk membunuhnya sebagai
hukuman; istri Musa, seorang penduduk Madyan, menyelamatkan
suaminya dari kemurkaan Tuhan dengan melakukan operasi secara
cepat. Meskipun demikian, laporan-laporan tersebut merupakan
penyimpangan yang seharusnya tidak membuat kita kehilangan
arah; kita akan menelusuri motif yang mendasarinya dalam uraian
berikut. Fakta menyebutkan bahwa pertanyaan mengenai asal-usul
khitan hanya memiliki satu jawaban: tradisi tersebut datang dari
Mesir. Herodotus, “bapak sejarah,” mengatakan pada kita bahwa
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 29 -
Moses and Monotheism
- 30 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
dengan satu sama lain sehingga kita maju lagi untuk menarik ke
simpulan berikut: Jika Musa tidak hanya memberikan bangsa
Yahudi sebuah agama baru, tetapi juga hukum khitan, dia memang
bukan orang Yahudi melainkan orang Mesir, dan kemudian agama
Musa tersebut mungkin merupakan agama Mesir, yaitu—karena
perbedaan kontrasnya dari agama populer—agama Aton yang me
miliki luar biasa banyak kemiripan dengan agama Yahudi pada
poin-poin tertentu.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, hipotesis saya
yang berbunyi bahwa Musa bukan orang Yahudi, namun orang
Mesir memunculkan teka-teki baru. Hal yang ia lakukan—yang
mudah dimengerti jika ia orang Yahudi—menjadi tidak dapat di
mengerti di Mesir. Namun demikian, jika kita menempatkan Musa
pada masa Ikhnaton dan mengasosiasikannya dengan masa Firaun,
maka teka-teki tersebut akan terselesaikan dan sebuah motif akan
muncul dengan sendirinya serta menjawab semua pertanyaan kita.
Mari kita asumsikan bahwa Musa adalah seorang laki-laki terhormat
dan mahsyur: mungkin memang merupakan anggota kerajaan, se
perti yang disebutkan mitos. Ia pastilah sadar akan kemampuan
nya yang besar, ambisius, dan energik; mungkin ia dapat melihat
dirinya di masa depan sebagai pemimpin dari rakyatnya, pemimpin
kekaisaran. Karena hubungannya yang dekat dengan Firaun, ia me
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 31 -
Moses and Monotheism
- 32 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
16 Hal ini terjadi sekitar seabad lebih cepat daripada yang diasumsikan
sebagian besar sejarawan, yang menempatkannya pada masa
dinasti kesembilan belas di bawah pemerintahan Merneptah: atau
mungkin lebih jauh, karena laporan resmi terlihat menyertakan masa
peralihan pemerintahan di bawah Haremhab.
- 33 -
Moses and Monotheism
17 Herodotus, yang mengunjungi Mesir pada sekitar tahun 450 SM, mem
berikan dalam laporan perjalanananya mengenai karakteristik bang
sa Mesir yang memperlihatkan kesamaan luar biasa dengan fitur-fitur
yang dikenal dari orang-orang Yahudi di kemudian hari. “Mereka
dalam segala hal sangat lebih taat daripada yang lain, mereka juga
berbeda dari yang lain dalam banyak tradisi, seperti khitan, yang oleh
sebab kebersihan mereka perkenalkan kepada yang lain; lebih jauh,
ketakutan mereka terhadap babi, tidak diragukan berhubungan
dengan fakta bahwa orang Set melukai Horus ketika menjelma sebagai
babi hitam; dan, terakhir, terutama oleh rasa hormat mereka terhadap
sapi, hewan yang tidak pernah mereka makan atau kurbankan karena
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 34 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
l IV ;
Secara alami, kita tidak lupa gagasan paralel dari kehidupan India.
Apa yang memberi pujangga Yahudi Heine gagasan untuk mengeluh
mengenai agamanya pada abad kesembilan belas dengan berkata,
“Wabah yang mengalir dari lembah Nil, keyakinan yang kurang sehat
dari orang-orang Mesir Kuno”?
- 35 -
Moses and Monotheism
- 36 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
men deskripsi
kan nya sebagai pribadi koleris, pemarah—seperti
ketika dalam kemarahannya, ia menghabisi pengawas brutal yang
memperlakukan pekerja Yahudi dengan buruk atau ketika dalam
kebenciannya terhadap kekurangan rakyatnya, ia menghancurkan
- 37 -
Moses and Monotheism
- 38 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
dari telah dibuktikannya atau belum, tidak ada lagi yang dapat di
simpulkan pada saat ini. Tidak ada sejarawan yang menganggap
laporan Alkitab mengenai Musa dan eksodus sebagai suatu hal
selain mitos ketaatan agama, yang mentransformasikan tradisi kuno
atas dasar kepentingan dan tendensi Alkitab sendiri. Kita tidak tahu
bagaimana tradisi tersebut sesungguhnya dijalankan. Namun demi
kian, kita dapat menebak tendensi yang membelokkan tersebut
meski tetap akan sulit memahaminya karena ketidakpedulian kita
pada kejadian-kejadian sejarah. Kita juga tidak akan kehilangan arah
hanya karena kita tidak meninggalkan ruang kosong bagi fitur-fitur
spektakuler tulisan Alkitab, seperti sepuluh wabah, jalan melalui
Laut Merah, serta pemberian hukum yang khidmat di Gunung
Sinai. Hanya saja, kita tidak bisa tetap bersikap untuk tidak peduli
ketika menemukan diri kita pada posisi yang berseberangan dengan
penelitian-penelitian sejarah yang dianggap waras pada zaman kita.
Para sejarawan modern yang direpresentasikan dengan baik
oleh E. Meyer19 ini menelaah teks Alkitab pada satu poin penting.
Mereka setuju jika suku-suku Yahudi, yang kemudian menjadi
bangsa Israel, pada suatu masa menerima sebuah keyakinan baru.
Namun demikian, hal ini tidak terjadi di Mesir maupun di kaki
gunung semenanjung Sinai, tetapi di suatu tempat yang disebut
Meribat-Qadeš, sebuah oasis yang berlimpah akan mata air dan
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 39 -
Moses and Monotheism
tradisi khitan yang dapat ia sebut berasal dari tradisi Mesir. Meyer
memperkaya diskusi kita sebelumnya dengan dua gagasan penting.
- 40 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 41 -
Moses and Monotheism
- 42 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
lV;
tanpa perasaan akan kembali dari alam baka dan memimpin umat
nya, dan mungkin juga bangsa lain, yang penuh rasa sesal, ke tanah
- 43 -
Moses and Monotheism
- 44 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 45 -
Moses and Monotheism
lah nama suatu kasta. Dugaan kami mengenai sosok Musa mem
beri kan sebuah penjelasan. Tidaklah kredibel jika seorang pria
sejati seperti Musa dari Mesir mendekati orang-orang yang tidak
ia kenal tanpa seorang perantara. Ia pasti membawa rombongan
ber samanya, pengikut-pengikut terdekatnya, juru tulisnya, dan
pelayannya. Orang-orang ini adalah orang Lewi yang asli. Sebuah
- 46 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
kisah menyebutkan bahwa Musa adalah orang Lewi. Hal ini jelas ter
lihat menyimpang dari keadaan sesungguhnya: bangsa Lewi adalah
orang-orang Musa. Kesimpulan ini didukung oleh hal yang telah
saya sebutkan pada tulisan saya sebelumnya: bahwa di kemudian
hari kami menemukan nama-nama Mesir di antara nama-nama
bangsa Lewi.29 Kita dapat mengatakan bahwa cukup banyak peng
ikut Musa yang melarikan diri dari nasib yang menimpa Musa dan
agamanya. Jumlah mereka bertambah pada generasi setelahnya dan
mereka berbaur dengan orang-orang yang hidup bersama mereka,
namun mereka tetap setia pada Musa, menghormati kenangan me
ngenainya, dan mempertahankan tradisi ajarannya. Ketika orang-
orang tersebut bersatu dengan para pengikut Yahweh, mereka mem
bentuk minoritas yang berpengaruh, unggul secara budaya dari yang
lain.
Saya mengajukan sebuah gagasan—dan baru merupakan
gagasan sejauh ini—bahwa di antara peristiwa kejatuhan Musa
dan dibentuknya agama di Qadeš, dua generasi telah lahir dan
menghilang, mungkin satu abad setelah peristiwa pertama. Saya
menyebut orang-orang yang kembali dari Mesir sebagai bangsa
“Neo-Mesir” untuk membedakannya dengan bangsa Yahudi yang
lain; dan saya tidak tahu bagaimana saya dapat mengetahui apakah
orang-orang Neo-Mesir ini bertemu dengan saudaranya yang di
http://facebook.com/indonesiapustaka
ceritakan dalam kisah sejarah yang sama setelah atau sebelum mereka
menerima agama Yahweh: kemungkinan besar sebelum agama ter
- 47 -
Moses and Monotheism
diperbarui di dalam firman Yahudi tidak begitu jelas; dan bukan lagi
sebuah pertanyaan bahwa hal ini terjadi karena sebuah motif baru.
Sulit untuk mengatakan bahwa peraturan tersebut dipatuhi dengan
konsisten; kata Yahweh dengan bebas digunakan di dalam pem
bentukan nama-nama ilahi secara pribadi, i.e. dengan penggabung
an seperti Jochanan, Jehu, Joshua. Namun demikian, ada sesuatu
- 48 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 49 -
Moses and Monotheism
- 50 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
l VI ;
- 51 -
Moses and Monotheism
- 52 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 53 -
Moses and Monotheism
terjadi. Distorsi yang terjadi pada isi tulisan tersebut hampir tidak
dapat dibedakan dengan pembunuhan. Hambatannya bukan ter
letak pada eksekusi tindakannya, melainkan upaya mereka untuk
menyingkirkan jejak. Kita dapat memberi makna ganda pada kata
“distorsi” jika diperlukan, meskipun maknanya tidak lagi digunakan
dalam pembahasan ini. Kata tersebut bukan hanya berarti “meng
ganti bentuk luar dari,” melainkan juga berarti “mengacak-acak,”
atau “memindahkan penempatannya.” Itulah mengapa dalam ba
nyak distorsi tekstual kita pasti dapat menemukan materi yang di
singkirkan dan sengaja diabaikan di sekitar teks tersebut, meskipun
dalam bentuk yang diubah dan dikoyak dari bentuk aslinya. Hanya
saja, tidak selalu mudah untuk menemukan hal tersebut.
Kepentingan yang menyebabkan distorsi dan ingin kita te
lusuri tersebut pasti telah memengaruhi tradisi yang ada sebelum
tradisi tersebut ditulis. Salah satu kepentingan tersebut, mungkin
juga yang terkuat, telah kami temukan. Kami berpendapat bahwa
ketika tuhan baru Yahweh di Qadeš mulai disembah, sesuatu harus
dilakukan untuk mengagungkannya. Lebih tepat jika kita berkata:
Ia harus dibuat ada, diberikan ruang; dan jejak-jejak keyakinan yang
terdahulu harus ditiadakan. Hal yang terakhir kelihatannya telah ber
hasil dilakukan terhadap agama berbagai suku yang menetap lebih
awal; hilang tidak bersisa. Dengan adanya suku yang kembali ke
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 54 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
37
Batasan digunakannya nama baru tersebut tidak terlihat lebih
dapat dimengerti dengan kata-kata tersebut, dugaan lebih banyak
digunakan untuk memahaminya.
- 55 -
Moses and Monotheism
- 56 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 57 -
Moses and Monotheism
antara peristiwa eksodus dan penetapan teks Alkitab oleh Ezra dan
Nehemiah—agama Yahweh telah mengalami regresi dan akhirnya
berpadu dengan agama asal Musa (mungkin sampai menyangkut
masalah identitas). Hal ini adalah temuan yang penting, konten
yang menentukan sejarah keagamaan bangsa Yahudi.
- 58 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
lI;
39 Pada masa itu, bentuk pengaruh yang lain hampir tidak dimungkinkan.
- 59 -
Moses and Monotheism
- 60 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 61 -
Moses and Monotheism
Yahweh pada saat itu telah mengambil alih posisi tuhan yang di
visualisasi oleh Flaubert; dan semua pengikutnya dalam dua belas
suku akan “tersesat,” bukan hanya sepuluh suku seperti yang telah
lama dicari orang-orang Anglo-Saxon. Tuhan Yahweh, yang dituju
Musa dari Madyan beserta para pengikut barunya, mungkin sama
sekali bukan sosok yang luar biasa. Sebagai tuhan lokal yang kasar
- 62 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
dan berpikiran sempit serta kejam dan haus darah, Dia telah berjanji
pada mereka untuk memberikan “tanah yang berlimpah dengan
susu dan madu” dan Dia mendorong mereka untuk membersihkan
negara tersebut dari penduduk yang telah ada “dengan ujung
pedang.” Sangatlah mencengangkan bahwa terlepas dari semua per
baikan di dalam teks Alkitab, terlalu banyak yang dipertahankan se
hingga kita dapat mengetahui sifat asli Musa. Bahkan belum pasti
bahwa agamanya adalah bentuk monoteisme sesungguhnya, bahwa
agama tersebut menyangkal bahwa sosok-sosok lain yang dituhankan
memiliki sifat tuhan. Agama tersebut mungkin memandang bahwa
tuhan yang disembah oleh dirinya sendiri memiliki kuasa lebih besar
daripada tuhan-tuhan lain. Ketika jalannya berbagai peristiwa ber
belok ke arah berbeda dibandingkan dengan permulaannya, kami
yakin hal tersebut dihasilkan oleh satu sebab. Kepada sebagian umat
tertentu, Musa dari Mesir memberikan konsepsi lain yang lebih
spiritual mengenai Tuhan: satu-satunya Tuhan yang menggenggam
seluruh dunia, Tuhan yang penyayang dan agung, yang menentang
segala bentuk upacara dan sihir, yang menempatkan kemanusiaan
sebagai tujuan hidup tertinggi penuh kebenaran dan keadilan.
Terlepas dari ketidaklengkapan informasi yang kami miliki mengenai
sisi etis agama Aton, merupakan informasi yang sangat signifikan
bahwa Ikhnaton sering mendeskripsikan dirinya sendiri pada ber
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 63 -
Moses and Monotheism
- 64 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 65 -
Moses and Monotheism
- 66 -
Bagian II. Jika Musa Seorang Berkebangsaan Mesir
- 67 -
http://facebook.com/indonesiapustaka
Bagian III
Musa, Pengikut,
dan Agama Monoteis
Catatan Pembuka
I. Ditulis sebelum Maret 1938 (Wina)
1 Saya tidak memiliki opini yang sama dengan kawan sezaman saya
yang berbakat, Bernard Shaw, bahwa manusia dapat mencapai
sesuatu yang bermanfaat hanya jika mereka dapat mencapai umur
300 tahun. Dengan memperpanjang periode hidup, tidak akan ada
yang dapat dicapai kecuali banyak kondisi dalam hidup ini diubah
juga secara radikal.
- 69 -
Moses and Monotheism
- 70 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 71 -
Moses and Monotheism
menihilkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan dalam interval yang
pendek saat penulis menyusun catatan pertama dan kedua, kondisi
eksternal penulis telah berubah secara radikal. Sebelumnya, saya
tinggal di bawah perlindungan Gereja Katolik dan takut jika saat
saya memublikasikan tulisan ini, saya akan kehilangan perlindungan
- 72 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 73 -
Moses and Monotheism
satu ibu jari kaki. Jika saya tidak dapat menemukan data yang men
dukung interpretasi analitis mengenai mitos dialirkannya Musa
pada saat bayi, dan juga gagasan Sellin mengenai akhir hidup Musa,
seluruh risalah ini belum dapat ditulis. Namun demikian, izinkan
saya mencoba memulainya.
- 74 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
Sesi I
1. Premis Sejarah
- 75 -
Moses and Monotheism
- 76 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 77 -
Moses and Monotheism
yang takdirnya sedang kita telaah di sini. Mungkin juga jika pada
kenyataannya, terdapat sebuah periode yang lebih lama dari itu.
Pendudukan orang-orang Yahudi di Kanaan jelas bukan hal yang
cepat dicapai; hal itu merupakan rangkaian perjuangan yang ber
turut-turut dan sudah pasti terjadi dalam waktu yang cukup pan
jang. Jika kita mengabaikan batasan yang ditekankan oleh prasasti
- 78 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
3 Hal ini akan sejalan dengan apa yang diceritakan Alkitab: empat
puluh tahun mengembara di gurun pasir.
4 Jadi, sekitar tahun 1350-40 sampai 1320-10 untuk Musa, dan tahun 1260
atau mungkin masih agak nanti untuk Qadeš, serta prasasti Merneptah
sebelum tahun 1215.
- 79 -
Moses and Monotheism
- 80 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
pemuja Yahweh pada saat itu sama sekali tidak ingin meragukan
keberadaan tuhan Kanaan, Moab, Amalek, dan-lain-lain, seperti
halnya mereka tidak meragukan keberadaan pemuja tuhan-tuhan
lain. Gagasan monoteis yang telah populer pada masa Ikhnaton
sekali lagi menjadi kurang jelas dan tetap berada dalam kegelapan
selama waktu yang panjang. Di pulau Elephantine, dekat dengan
air terjun pertama Nil, informasi mencengangkan telah terungkap
bahwa sebuah koloni militer Yahudi yang menetap di sana beberapa
abad lalu melakukan pemujaan di kuil-kuil terhadap tuhan utama
mereka, Yahu, dan dua tuhan wanita, salah satunya bernama
Anat-Yahu. Bangsa Yahudi tersebut telah dipisahkan dari negara
mereka dan belum melalui perkembangan keagamaan yang sama;
pemerintah Persia (pada abad ke-5 SM) memberikan mereka
peraturan adat-istiadat baru Yerusalem.5 Jika kita tinjau kembali
ke masa lampau, kita dapat berpendapat bahwa Yahweh agak
berbeda dibanding tuhan Musa. Aton merupakan seorang pasifis,
seperti pemimpin dan sosok yang ia tiru di dunia, Ikhnaton Firaun,
yang hanya bersedekap sambil menyaksikan kekaisaran nenek
moyangnya hancur berkeping-keping. Bagi rakyat yang sedang
bersiap menaklukkan tanah baru dengan kekerasan, Tuhan Yahweh
sudah pasti lebih sesuai. Lagi pula, hal yang layak dihormati dari
tuhan Musa berada di luar pemahaman orang primitif.
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 81 -
Moses and Monotheism
- 82 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 83 -
Moses and Monotheism
6 Pertimbangan yang sama masih valid bagi kasus luar biasa dari William
Shakespeare dari Stratford.
- 84 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
memang berasal dari Musa sendiri. Institusi dan juga aturan ritual
yang jelas baru dibuat dikatakan sebagai hukum Musa, jelas untuk
mengukuhkan otoritas mereka. Hal ini memang dapat menimbul
kan kecurigaan, namun gagasan tersebut hampir tidak dapat kita
gunakan. Motif lebih mendalam dari deklarasi yang berlebih
an tersebut sangat jelas. Dalam laporan yang mereka tulis, para
pendeta ingin membangun keberlanjutan periode hidup Musa di
masa hidup mereka. Mereka berupaya menyangkal hal yang telah
kami sebut sebagai ciri paling mencolok sejarah keagamaan Yahudi,
yaitu adanya rentang waktu antara pemberian hukum oleh Musa
dan pendirian agama Yahudi—rentang waktu yang awalnya diisi
dengan pemujaan terhadap Yahweh dan baru secara perlahan ter
tutupi. Laporan para pendeta menyangkal urut-urutan peristiwa ini
dengan segala upaya dan kekuatan, meskipun kebenaran sejarah
nya sangat tidak diragukan. Hal ini dikarenakan selama masa pe
meliharaan teks Alkitab masih ada saja pernyataan yang dapat mem
buktikannya. Laporan versi pendeta memiliki tujuan yang mirip
dengan kecenderungan yang mengagungkan tuhan baru, Yahweh,
sebagai Tuhan Patriarki. Jika kita mempertimbangkan motif Kode
Imamat ini, akan sulit bagi kita untuk percaya bahwa memang
Musa yang memberikan gagasan monoteis kepada umat Yahudinya.
Seharusnya, lebih mudah bagi kita untuk menyetujui hal ini karena
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 85 -
Moses and Monotheism
- 86 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 87 -
Moses and Monotheism
dan sosok Musa masih sangat kuat dan jelas sampai-sampai ke
nangan tersebut memaksa untuk diperhitungkan di dalam sejarah
awal bangsa Yahudi. Di antara mereka mungkin ada keturunan
dari orang-orang yang pernah mengenal Musa dan beberapa dari
mereka masih menganggap diri mereka orang Mesir juga memiliki
nama Mesir. Meskipun demikian, mereka memiliki alasan yang baik
- 88 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 89 -
Moses and Monotheism
- 90 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 91 -
Moses and Monotheism
- 92 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 93 -
Moses and Monotheism
akan membuat kita lebih dapat menerima gagasan asing: oleh bangsa
Yahudi, tradisi Musa diubah menjadi pemujaan terhadap Yahweh
dengan dasar yang sama dengan agama Musa. Meskipun demikian,
kedua kasus tersebut sangat berbeda dalam hal lain. Satu kasus
menghasilkan syair, kasus yang lain menghasilkan sebuah agama;
dan kita berasumsi bahwa kasus yang menghasilkan agama—di
bawah stimulus tradisi—dibentuk ulang dengan keyakinan yang
tentu saja tidak dapat diciptakan sebuah syair. Maka, masalah yang
sedang kita hadapi saat ini lebih belum tuntas. Ia mendorong kita
untuk mencari analogi yang lebih baik.
3. Analogi
- 94 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
kedua adalah sebagai berikut: tidak salah untuk berkata bahwa ada
beberapa kasus yang disebut kasus traumatis karena efek awalnya
- 95 -
Moses and Monotheism
yang kuat jelas dapat ditelusuri sejak masa kecil. Kedua poin ter
sebut tidak dapat disusun secara normal sehingga kita merasa ter
dorong untuk mengatakan: jika hal ini atau hal itu tidak terjadi,
tidak akan ada penyakit mental. Tujuan kita akan tercapai bahkan
jika kita harus membatasi analogi tersebut dengan kasus-kasus
traumatis ini. Meskipun demikian, jarak di antara dua poin terlihat
dapat dijembatani. Penggabungan kedua kondisi etiologis ke dalam
satu konsepsi cukup dimungkinkan; semuanya bergantung pada
apa yang didefinisikan sebagai traumatis. Jika kita berasumsi bahwa
karakter traumatis didapatkan hanya dalam konsekuensi elemen
kuantitatif pengalaman, maka kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa dengan satu konstitusi, suatu hal dapat menghasilkan trauma
sedangkan dengan konstitusi lain trauma tersebut tidak muncul.
Maksudnya, jika di dalam pengalaman terdapat reaksi patologis tidak
biasa, kesalahannya terletak pada tuntutan yang terlalu banyak me
ngenai kepribadian. Karena itu, kita memiliki konsepsi penggaris,
hal yang disebut sebagai rangkaian saling melengkapi, di mana dua
faktor melebur untuk melengkapi etiologi ini. Sebuah kekurangan
di dalam satu faktor dapat dikompensasi dengan kelebihan di faktor
lain. Secara umum, kedua faktor tersebut bekerja bersama dan hanya
pada ujungnya kita dapat membicarakan motivasinya. Konsekuensi
dari penalaran ini adalah kita dapat mengabaikan perbedaan antara
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 96 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 97 -
Moses and Monotheism
tubuh, terutama yang dapat didengar atau dilihat; maka, jika bukan
pengalaman, traumata adalah kesan. Hal yang menghubungkan
tiga poin tersebut dibangun secara teoretis oleh karya analitis; ia
dapat memberikan penjelasan mengenai pengalaman yang terlupa
kan, atau mampu menghadirkan kembali pengalaman yang telah
terlupakan tersebut ke dalam memori. Berbanding terbalik dengan
pendapat populer, teori ini menyebutkan bahwa kehidupan seksual
manusia menunjukkan perkembangan dini. Perkembangan tersebut
berakhir pada sekitar umur lima tahun. Setelah itu, datanglah hal
yang dikenal sebagai periode latensi yang terjadi sampai pubertas.
Pada periode tersebut, kita tidak dapat menemui perkembangan
seksual lebih jauh; sebaliknya, banyak hal yang telah di capai
mengalami regresi. Teori ini dikonfirmasi oleh penelitian anatomis
mengai pertumbuhan genitalia internal. Teori tersebut beranggapan
bahwa manusia berasal dari spesies hewan yang telah matang secara
seksual pada umur lima tahun. Teori tersebut juga menimbulkan
kecurigaan bahwa penangguhan kehidupan seksual sangat berpe
ngaruh terhadap transisi menuju kemanusiaan. Manusia terlihat
seperti satu-satunya hewan dengan periode latensi dan seksualitas
yang terlambat. Penelitian terhadap primata, yang sepengetahuan
saya belum pernah dilakukan, akan membuahkan hasil yang tidak
berguna bagi teori ini. Jelas merupakan hal yang signifikan secara
http://facebook.com/indonesiapustaka
psikis bahwa periode infantile amnesia ini terjadi pada waktu yang
sama dengan perkembangan seksualitas dini. Mungkin peristiwa
tersebut adalah kondisi yang diperlukan bagi timbulnya kelainan
mental, yang sepertinya hanya terjadi pada manusia. Kelainan
tersebut merupakan kondisi yang terlihat sebagai yang telah ber
- 98 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 99 -
Moses and Monotheism
mereka. Jika hal ini terjadi, maka kedaulatan realitas psikis internal
telah dibangun di atas realitas dunia luar; jalan menuju kegilaan
terbuka. Bahkan jika hal ini tidak terjadi, konflik ini secara praktis
sangat penting. Keterpaksaan, atau bahkan ketidakmampuan sese
orang yang didominasi oleh gangguan mental dalam menghadapi
kehidupan merupakan faktor yang sangat penting pada kehidupan
- 100 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 101 -
Moses and Monotheism
- 102 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 103 -
Moses and Monotheism
- 104 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
4. Penerapan
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 105 -
Moses and Monotheism
lam sejarah umat manusia, suatu hal terjadi dengan cara yang mirip
dengan peristiwa dalam kehidupan individu. Dapat dikatakan
bahwa umat manusia secara keseluruhan juga melalui konflik sifat
agresif seksual yang meninggalkan jejak permanen, namun sebagian
besar sifat tersebut ditepis dan dilupakan; di kemudian hari, setelah
periode latensi yang lama, sifat ini bangkit kembali dan membentuk
fenomena yang mirip dengan gejala gangguan mental dalam hal
struktur dan kecenderungan.
Saya yakin, saya pernah menilik proses-proses ini dan ingin
memperlihatkan bahwa konsekuensi proses tersebut—fenomena
yang memiliki kemiripan besar dengan gejala gangguan mental—
merupakan fenomena agama. Karena tidak lagi diragukan setelah
penemuan teori evolusi bahwa umat manusia memiliki masa pra-
sejarah, dan karena sejarah tersebut tidak diketahui (atau dapat
disebut terlupakan), kesimpulan tersebut hampir memiliki efek
signifikan dari aksioma. Jika kita harus mengakui bahwa traumata
yang efektif dan terlupakan berhubungan dengan kehidupan
di dalam keluarga manusia di mana pun, kita harus benar-benar
menyambut informasi ini sebagai hadiah yang tidak diduga dan
tidak dapat diantisipasi dari diskusi sebelumnya.
Saya telah memegang teguh gagasan ini seperempat abad lalu
di dalam buku saya “Totem and Taboo” (1912), dan hanya perlu
http://facebook.com/indonesiapustaka
mengulang hal yang telah saya katakan. Argumen ini dimulai dari
gagasan Charles Darwin dan didukung oleh gagasan Atkinson.
Argumen tersebut mengatakan bahwa di zaman purba, manusia
hidup dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok bergerak
di bawah dominasi seorang pria kuat. Meskipun begitu, hal ini
tidak diketahui pasti; tidak ada kontak yang dibangun dengan
- 106 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
laki tertua dan juga posisi menguntungkan yang dimiliki anak laki-
laki bungsu terdapat di dalam banyak mitos dan dongeng.
Langkah menentukan selanjutnya untuk mengubah jenis
organisasi sosial pertama ini terdapat dalam gagasan berikut. Saudara
laki-laki yang telah diusir dan hidup bersama di dalam kelompok
kemudian bersatu, mengalahkan sang ayah dan—menurut budaya
- 107 -
Moses and Monotheism
- 108 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 109 -
Moses and Monotheism
- 110 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
yang terdengar aneh bagi orang dewasa), dan ancaman kebiri. Tidak
ada hal yang dibuat-buat dalam penjelasan kami, tidak ada hal yang
tidak memiliki dasar yang baik.
Mari kita asumsikan bahwa penjelasan yang kami berikan
mengenai sejarah masa purba sepenuhnya kredibel. Lantas, dua unsur
dapat ditemukan di dalam upacara dan doktrin keagamaan: di satu
- 111 -
Moses and Monotheism
- 112 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 113 -
Moses and Monotheism
- 114 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 115 -
Moses and Monotheism
bunuhnya dalam penyamaran atau wujud lain.9 Dalam hal ini, kita
juga dapat menemukan sumber asli “rasa bersalah yang tragis” dari si
pahlawan dalam drama, rasa bersalah yang sulit untuk ditunjukkan.
Kita hampir tidak dapat meragukan bahwa di dalam tragedi Yunani,
sang pahlawan dan kelompoknya merepresentasikan pahlawan
pemberontakan dan kisah para putra yang sama, serta tidak dapat
disangkal bahwa pada abad pertengahan, pertunjukan-pertunjukan
mulai menampilkan kisah Yesus yang disalib.
Saya telah menyebutkan bahwa upacara Kristiani dalam
Komuni Suci—yang di situ pemeluk kepercayaannya merupakan
darah daging dari Sang Penebus—mengulangi hal yang sama seperti
yang ada pada perjamuan Totem yang lalu; memang demikian ada
nya, hanya saja dengan cara yang lembut dan penyayang, bukan
dengan cara yang agresif. Meskipun begitu, ambivalensi yang men
dominasi hubungan ayah-anak tersebut terlihat dengan jelas pada
hasil akhir inovasi agama. Berniat untuk berdamai dengan sang
ayah yang dituhankan, putranya justru digulingkan dari posisinya
dan dikesampingkan. Agama Musa memang merupakan agama
sang Bapa; Kristiani merupakan agama sang Putra. Tuhan yang
lama, sang Ayah, berada di posisi kedua; Yesus, sang Putra, berdiri
di posisi Tuhan, seperti hal yang diinginkan setiap putra pada masa-
masa kegelapan. Dengan mengembangkan agama Yahudi lebih
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 116 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 117 -
Moses and Monotheism
pengikut di Judea sebagai Putra Bapa dan sebagai Mesias yang di
janjikan, dan yang di kemudian hari mengambil alih beberapa kisah
masa kecil yang diatributkan terhadap Musa. Meskipun demikian,
dalam kenyataannya kita hampir tidak memiliki penge tahuan
yang pasti mengenai Yesus daripada yang kita miliki mengenai
Musa. Kita tidak tahu jika ia benar-benar merupakan pria agung
- 118 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
yang digambarkan oleh Alkitab atau bukan fakta dan situasi yang
meliputi kematiannya itulah yang merupakan faktor penentu
dalam pencapaian posisi pentingnya. Paul yang menjadi rasulnya
juga bahkan tidak mengenal sosok itu secara personal.
Pembunuhan Musa oleh umatnya—yang ditemukan oleh
Sellin dalam jejak-jejak tradisi dan yang anehnya diasumsikan oleh
Goethe10 muda tanpa bukti apa pun, menjadi bagian penting dari
penalaran kita, sebuah penghubung penting antara hal terlupakan
pada masa lampau dan kemunculannya kembali dalam bentuk
agama yang monoteis.11 Merupakan gagasan menarik bahwa rasa
bersalah mengenai pembunuhan Musa dapat menjadi stimulus ilusi
Yesus, yang akan datang kembali dan menjanjikan penyelamatan
bagi umatnya serta kemerdekaan di seluruh dunia. Jika Musa adalah
Mesias yang pertama, Yesus adalah pengganti dan penerusnya. Be
rikutnya, dengan hak tertentu Paul dapat berkata kepada umatnya,
“Lihatlah, Mesias benar-benar telah datang. Ia memang dibunuh di
depan mata kalian.” Lantas, ada pula kebenaran historis mengenai
kelahiran kembali Yesus, karena ia merupakan sosok Musa yang
dibangkitkan kembali dan kembalinya sosok Bapa dari kelompok
primitif di masa lalu. Ia adalah Putra yang diangkat dan menempati
posisi sang Ayah.
Orang-orang Yahudi malang yang dengan keras kepalanya
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 119 -
Moses and Monotheism
- 120 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
Bapa yang belum dapat dikalahkan oleh tuhan yang lain, seakan-
akan sosok tersebut diasumsikan seperti demikian. Lebih jauh lagi,
di antara tradisi yang digunakan bangsa Yahudi untuk menandai
posisi mereka yang jauh, tradisi khitan membuat mereka memiliki
kesan yang tidak dapat diterima dan aneh bagi bangsa lain. Penjelas
an akan hal tersebut mungkin adalah karena tradisi tersebut meng
- 121 -
Moses and Monotheism
ingatkan mereka pada gagasan kebiri yang ditakuti dan hal-hal dari
masa lampau yang mereka ingin lupakan. Lantas, ada pula alasan
antisemitisme yang paling baru. Kita tidak boleh lupa bahwa seluruh
manusia yang sekarang ahli dalam praktik antisemitisme menjadi
umat Kristiani relatif baru-baru ini, terkadang dipaksa dengan
ancaman hukuman kejam. Kita dapat berkata bahwa orang-orang
tersebut “dikristenkan dengan buruk”; di bawah lapisan Kristiani,
mereka masih merupakan sosok yang mirip dengan nenek moyang
mereka, politeis yang barbar. Mereka belum dapat mengatasi ke
bencian mereka terhadap agama baru yang dipaksakan terhadap
mereka dan mereka pun telah memperlihatkannya semenjak awal
ketika kepercayaan Kristiani menemui mereka. Fakta bahwa Alkitab
menceritakan sebuah kisah yang dipercaya oleh bangsa Yahudi dan
sesungguhnya hanya berisi mengenai bangsa Yahudi telah men
dukung proyeksi tersebut. Kebencian terhadap agama Yahudi berada
di bawah kebencian terhadap agama Kristiani, tidaklah mengejutkan
bahwa di dalam revolusi Nasional-Sosialis Jerman, hubungan erat
dari agama monoteis ini mengekspresikan dengan jelas perlakuan
buruk terhadap keduanya.
5. Kesulitan
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 122 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 123 -
Moses and Monotheism
dalam perkembangan agama, dan dari hal tersebut kita dapat meng
ambil garis paralel dengan kasus-kasus gangguan mental besar yang
tidak terhitung jumlahnya, hal yang dapat kita temukan di psikologi
klinis. Tidak ada perkembangan lebih lanjut di mana pun yang
tidak kita mengerti. Kita harus menganggap bakat individu orang-
orang tersebut adalah hal yang menyebabkannya, arah yang diambil
perbuatan mereka dan kondisi sosial umumnya. Di samping itu,
merupakan hal yang baik jika di dalam penelitian analitis kita dapat
merasa cukup dengan menjelaskan hal yang ada dan tidak mencoba
menjelaskan hal yang belum terjadi.
Kesulitan yang kedua pada penerjemahan ke dalam psikologi
kelompok adalah kesulitan yang jauh lebih signifikan, karena ia
menghadirkan masalah baru mengenai sifat yang penting. Muncullah
pertanyaan berikut: tradisi aktif kehidupan kelompok masih diper
tahankan dalam bentuk apa? Pertanyaan ini tidak muncul mengenai
individu karena masalah yang ada sekarang berada pada jejak-jejak
memori masa lalu dalam alam bawah sadar. Mari kita kembali pada
contoh historis kita. Kompromi yang terjadi di Qadeš menurut kami
didasarkan pada tradisi kuat yang terus ada pada orang-orang yang
baru kembali dari Mesir. Tidak ada masalah mengenai hal ini. Kami
berpendapat bahwa tradisi tersebut dipertahankan oleh memori
mengenai komunikasi oral yang diturunkan dari nenek moyang
http://facebook.com/indonesiapustaka
hanya dua atau tiga generasi lalu. Nenek moyang dari tiga generasi
lalu ikut berpartisipasi dan merupakan saksi mata dari peristiwa-
peristiwa yang sedang dibicarakan. Namun demikian, dapatkah
kita memercayai hal yang sama pada abad-abad selanjutnya bahwa
tradisi selalu didasarkan pada pengetahuan yang dikomunikasikan
dengan cara normal yang telah diturunkan dari nenek moyang ke
- 124 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 125 -
Moses and Monotheism
- 126 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 127 -
Moses and Monotheism
- 128 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
hingga status mereka turun kembali sebagai bagian kecil dari id.
Karena itu, hal ini adalah “materi yang terbungkam” di dalam id.
Dalam hubungannya dengan relasi di antara dua provinsi mental
yang kita asumsikan, di satu sisi, proses bawah sadar di dalam id
dapat ditingkatkan menjadi level pra-sadar dan digabungkan di
dalam ego, serta di sisi lain, materi pra-sadar di dalam ego dapat
bergerak ke arah berlawanan dan kembali ke dalam id. Kita tidak
akan berurusan dengan gagasan bahwa distrik lain, “super-ego”
nantinya dibatasi di dalam ego.
Semua hal ini mungkin jauh dari kata sederhana, namun jika
kita telah terbiasa dengan konsepsi topografis yang tidak biasa di
dalam aparatus mental ini, tidak akan ada kesulitan yang berarti.
Saya akan menambahkan bahwa topografi psikis yang saya kem
bangkan di sini tidak berhubungan dengan anatomi otak, hanya
ada satu poin yang di situ topografi tersebut melebar ke dalam
anatomi otak. Ketidakpuasan mengenai konsepsi ini—yang saya
pahami sejelas apa yang juga dipahami orang lain—berakar pada
kemasabodohan kita terhadap sifat dinamis proses mental. Kita
menyadari bahwa hal yang membedakan gagasan sadar dan pra-
sadar serta bawah sadar tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah
modifikasi, atau mungkin juga distribusi lain, dari energi psikis. Kita
berbicara mengenai cathexes dan hypercathexes, namun di luar hal ini
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 129 -
Moses and Monotheism
- 130 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
mereka hidup, mereka juga bereaksi terhadap kesan dan stimuli ter
sebut dengan cara yang sama, dan inilah alasan keraguan muncul
mengenai apakah reaksi ini beserta perbedaan individu masing-
masing tidak boleh dianggap sebagai bagian dari warisan arkaik ter
sebut. Keraguan ini harus ditolak; fakta kesamaan ini tidak mem
perkaya pengetahuan kita mengenai warisan arkaik.
Sementara itu, penelitian analitis telah mendapatkan beberapa
hasil yang memberi kita sesuatu untuk dipikirkan. Pertama-tama,
terdapat universalitas mengenai simbolisme berbicara. Anak-anak
kita sangat mahir dan terlihat cukup natural melakukan substitusi
simbolis dari satu objek melalui objek lain—hal yang sama juga
berlaku untuk tindakan. Kita tidak dapat menelusuri bagaimana
mereka mempelajari hal tersebut dan harus mengakui bahwa dalam
banyak kasus, mempelajari hal tersebut adalah hal yang mustahil.
Penge tahuan asli itulah yang nantinya dilupakan oleh orang
dewasa. Orang dewasa menggunakan simbolisme yang sama di
dalam mimpi-mimpinya, namun ia tidak memahami simbolisme
tersebut kecuali diinterpretasi oleh analis, dan bahkan ia akan me
rasa benci untuk memahami terjemahan tersebut. Ketika ia telah
menggunakan salah satu dari frasa berbicara umum yang di situ
simbolisme ini terkristalisasi, ia harus mengakui bahwa makna se
sungguh nya telah hilang dari hal tersebut. Simbolisme bahkan
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 131 -
Moses and Monotheism
- 132 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 133 -
Moses and Monotheism
- 134 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 135 -
Moses and Monotheism
Sesi II
1. Ikhtisar
- 136 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 137 -
Moses and Monotheism
2. Orang-orang Israel
- 138 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
sedur seperti itu tidak cukup mampu memberikan rasa aman dalam
menemukan kebenaran, maka kita cukup berhak untuk bertanya me
ngapa upaya seperti itu diambil. Untuk menjawab pertanyaan itu,
saya harus mengutip hasil penelitian. Jika kita mengurangi secara
substansial tuntutan tinggi yang timbul pada investigasi historis dan
psikologis, kemungkinan kita dapat menyelesaikan masalah yang selalu
terlihat layak diperhatikan dan yang memaksa kita mengobservasi
mereka lagi, sebagai konsekuensi peristiwa yang terjadi tidak lama ini.
Kita paham bahwa dari semua bangsa yang tinggal pada masa lampau
di dataran Mediterania, bangsa Yahudi mungkin adalah satu-satunya
yang masih bertahan sampai sekarang dalam nama dan mungkin juga
sifatnya. Dengan kekuatan resistansi yang tidak dapat dicontohkan,
bangsa Yahudi telah menentang ketidakberuntungan dan perbuatan
buruk terhadapnya, mereka mengembangkan kepribadian khusus
dan, secara kebetulan, membuat bangsa-bangsa lain sangat membenci
mereka. Dari mana resistansi Yahudi tersebut datang dan bagaimana
karakternya dihubungkan dengan nasib mereka adalah dua hal yang
ingin dipahami semua orang.
Kita dapat mulai dari satu kepribadian bangsa Yahudi yang
mengatur hubungan mereka dengan orang lain. Tidak diragukan
bahwa bangsa ini memiliki penilaian baik terhadap diri mereka
sendiri, mereka berpikir diri mereka lebih terhormat, lebih tinggi,
http://facebook.com/indonesiapustaka
dan superior dibandingkan bangsa lain yang juga terpisah oleh ba
nyak tradisi mereka.13 Dengan hal ini, mereka digerakkan oleh ke
- 139 -
Moses and Monotheism
- 140 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 141 -
Moses and Monotheism
- 142 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 143 -
Moses and Monotheism
- 144 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 145 -
Moses and Monotheism
- 146 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 147 -
Moses and Monotheism
buktinya; Tuhan, atau Musa atas nama Tuhan, tidak lelah me
nyebut kan bukti yang menguntungkan dirinya ini. Perjamuan
Paskah dibuat untuk memperingati peristiwa ini, atau lebih ke arah
perjamuan lama yang dipenuhi oleh kenangan ini. Namun demi
kian, hal itu hanya merupakan kenangan. Peristiwa eksodus itu
- 148 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
sendiri terjadi di masa lalu yang kurang dapat diingat. Pada waktu
itu, tanda-tanda yang mendukung adanya Tuhan tidaklah banyak;
bangsa Israel dapat lebih memilih untuk tidak memercayainya.
Orang-orang masa lampau biasanya menggulingkan atau bahkan
menghukum dewa-dewanya jika mereka tidak memenuhi kewajib
annya dengan memberikan mereka kemenangan, keberuntungan,
dan kenyamanan. Raja-raja sering diperlakukan sama dengan para
dewa di masa apa pun; identitas kuno raja dan tuhan, yaitu asal
mereka yang sama, menjadi bukti nyata. Orang modern juga terbiasa
menyingkirkan raja-rajanya jika kemegahan pemerintahannya di
rusak dengan kekalahan yang dibarengi dengan hilangnya tanah ke
kuasaan dan uang. Mengapa bangsa Israel menaati Tuhannya lebih
kuat lagi saat diperlakukan lebih buruk oleh-Nya?—hal tersebut
adalah pertanyaan yang harus kita biarkan terbuka untuk saat ini.
Mungkin akan menstimulasi kita untuk menyelidiki apakah
agama Musa tidak memberikan pengikutnya apa pun kecuali ber
tambahnya kepercayaan diri mereka bahwa mereka adalah orang-
orang “terpilih”. Unsur berikutnya lebih mudah ditemukan. Agama
tersebut juga memberikan bangsa Yahudi gagasan lebih mewah
mengenai Tuhannya atau, lebih tepatnya, gagasan mengenai Tuhan
yang lebih luhur. Siapa pun yang memercayai Tuhan tersebut juga
ikut berkontribusi dalam keagungannya, sehingga merasa lebih
http://facebook.com/indonesiapustaka
tinggi dari orang lain. Hal ini mungkin tidak terlihat jelas bagi
orang-orang yang tidak memeluk agama, namun mungkin dapat
diilustrasikan dengan simile kepercayaan diri tinggi yang dimiliki
seorang berkebangsaan Inggris di tanah asing dan dapat dibuat
resah oleh pemberontakan, sebuah kepercayaan diri yang tidak
dimiliki sepenuhnya di beberapa negara kecil. Orang Inggris meng
- 149 -
Moses and Monotheism
- 150 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
langsung organ perasa. Hal itu sudah pasti merupakan salah satu
tahap paling penting dalam menjadi manusia.
Proses lain di kemudian hari tampil di hadapan kita dalam
bentuk yang jauh lebih jelas. Di bawah pengaruh kondisi eksternal
yang tidak pasti—kondisi yang tidak perlu kita bahas di sini dan
yang sebagian juga tidak diketahui—hal tersebut terjadi ketika
- 151 -
Moses and Monotheism
- 152 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 153 -
Moses and Monotheism
- 154 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 155 -
Moses and Monotheism
- 156 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
sepsi akal demi apa yang disebut proses intelek lebih tinggi, yaitu
memori, refleksi, dan pemikiran. Contohnya adalah keputusan
bahwa posisi ayah lebih tinggi daripada posisi ibu meskipun posisi
ayah tidak dapat dibuktikan secara akal sehat seperti posisi ibu.
Inilah mengapa seorang anak harus membawa nama ayahnya dan
mewarisi sifat ayahnya. Contoh lain yaitu: Tuhan kami Mahaagung
dan Maha Kuasa, meskipun Dia tidak kasat mata seperti badai
dan jiwa. Menolak dorongan naluriah seksual atau agresif terlihat
berbeda dari hal ini. Pada banyak contoh mengenai kemajuan
spiritualitas—sebagai contoh, dalam menangnya hak sosok ayah—
kita tidak dapat mengetahui otoritas yang memberikan batasan
hal yang harus dinilai lebih tinggi. Dalam kasus ini, otoritas ter
sebut pasti bukan sosok ayah sendiri, karena hanya kemajuan
spiritualitas itulah yang mengangkatnya pada posisi berkuasa.
Kita pun dihadapkan pada fenomena bahwa selama umat manusia
mengalami perkembangan, dunia akal sehat akan berangsur-angsur
dikuasai oleh spiritualitas dan umat manusia merasa bangga serta
bahagia akan setiap langkah kemajuan. Meskipun demikian,
alasan hal ini terjadi tidak diketahui. Namun demikian, tetap saja
di kemudian hari spiritualitas itu sendiri dikalahkan sepenuhnya
oleh fenomena emosional misterius akan keyakinan. Hal ini adalah
gambaran dari istilah terkenal credo quia absurdum, dan siapapun
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 157 -
Moses and Monotheism
- 158 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 159 -
Moses and Monotheism
- 160 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 161 -
Moses and Monotheism
- 162 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
pada ideal tersebut; dan mereka akan terkena hukuman berat jika
mereka—di aphelion—menjauh dari idealnya. Semua doktrin ini
dibangun dengan sangat sederhana dan tidak tergoyahkan. Kita
hanya akan menyesalinya jika pengalaman hidup tertentu dan
pengamatan terhadap dunia memberikan bukti yang membuat
kita sulit menerima hipotesis keberadaan Sang Mahakuasa. Seakan-
- 163 -
Moses and Monotheism
- 164 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 165 -
Moses and Monotheism
- 166 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
itu sendiri atau ia dianggap sebagai proses asing; dalam kasus yang
kedua, perubahan tersebut disebut gejala. Dari banyaknya materi
yang saya susun, saya akan memilih kasus-kasus yang berhubungan
dengan pembentukan karakter.
Seorang gadis kecil telah berkembang menjadi sosok yang sangat
berbeda dengan ibunya; ia telah mengembangkan kualitas yang ia
tidak dapatkan pada diri ibunya dan menghindari semua kualitas
yang mengingatkannya pada ibunya. Kita dapat tambahkan bahwa
pada tahun-tahun awal, ia telah mengidentifikasikan dirinya dengan
ibunya—seperti semua anak perempuan lain—dan sekarang ia
sangat menolak identifikasi tersebut. Namun demikian, ketika anak
ini menikah dan menjadi seorang istri dan ibu, secara mengejutkan
ia akan menjadi semakin mirip seperti sosok ibu yang dipikirnya
berlawanan dengan dirinya, sampai akhirnya identifikasi yang
telah ia kalahkan kemudian sekali lagi mendapatkan kemenangan
telak. Hal yang sama terjadi pada anak laki-laki, bahkan Goethe
yang agung, yang di dalam periode Sturm und Drang-nya benar-
benar tidak menghormati ayahnya yang berlagak pintar dan kaku.
Hasil ini akan lebih mencengangkan karena perbedaan di antara
kedua orang tersebut lebih terlihat jelas. Pria muda, yang nasibnya
ditentukan oleh pertumbuhan diri di bawah pengawasan ayahnya
yang tidak berguna, awalnya menjadi pria yang serbabisa, dapat
http://facebook.com/indonesiapustaka
- 167 -
Moses and Monotheism
- 168 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 169 -
Moses and Monotheism
naluriah.
- 170 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
8. Kebenaran Sejarah
- 171 -
Moses and Monotheism
nya kami memiliki sebuah unsur dari tata kehidupan yang sesuai
dengan keagungan subjeknya serta keberhasilan pengaruhnya.
Saya juga harus menerima solusi ini. Namun demikian, saya
memiliki perasaan waswas. Argumen keagamaan didasarkan pada
premis optimistis dan idealistis. Kecerdasan manusia tidak muncul
untuk menerima unsur kebenaran, pemikiran manusia juga tidak
- 172 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 173 -
Moses and Monotheism
- 174 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
dimaki dengan keji karena tidak mengubah opini saya pada edisi-
edisi baru buku saya, karena banyak etnologis baru tanpa terkecuali
membuang teori Robertson Smith dan mengganti sebagiannya
dengan teori lain yang sangat berbeda. Saya akan menjawab bahwa
hal yang dianggap sebagai kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan
ini sangat saya ketahui. Akan tetapi, saya belum juga yakin akan
- 175 -
Moses and Monotheism
9. Perkembangan Sejarah
teknis. Yang saya maksud adalah sesuatu dari masa lalu, yang telah
hilang dan dikalahkan dalam kehidupan sebuah masyarakat, saya
akan menganggap hal tersebut sejajar dengan materi yang tertahan
dalam kehidupan mental individu. Kami belum dapat menjelaskan
bentuk psikologis apa yang terbentuk saat periode kegelapan terjadi.
- 176 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 177 -
Moses and Monotheism
dapat terulang.
Efek pertama dari pertemuan kembali dengan hal yang
telah lama dirindukan oleh umat manusia benar-benar luar biasa
dan persis seperti yang digambarkan tradisi pemberian hukum di
Gunung Sinai. Terdapat kekaguman, rasa takjub, dan perasaan ber
terima kasih ketika orang-orang menemukan rasa cinta terhadap
- 178 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
kepada Tuhan dan terus melakukan dosa. Perasaan bersalah ini, yang
dipertahankan dengan sangat oleh para Rasul, dan yang nantinya
menjadi bagian penting dari sistem agama itu sendiri, memiliki
motivasi superfisial lain yang dengan cerdik menutupi asal mula
perasaan tersebut. Orang-orang itu menemui masa sulit; harapan
yang didasarkan pada gagasan mereka disayangi Tuhan dipenuhi
- 179 -
Moses and Monotheism
- 180 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 181 -
Moses and Monotheism
tidak dapat berlari dari takdirnya yang harus menggeser posisi sang
Bapa.
Hanya sebagian bangsa Yahudi yang mau menerima doktrin
baru tersebut. Mereka yang menolak memeluknya masih disebut
bangsa Yahudi. Melalui keputusan ini, mereka benar-benar lebih di
kucilkan dari seisi dunia daripada sebelumnya. Mereka harus merasa
- 182 -
Bagian III. Musa, Pengikut, dan Agama Monoteis
- 183 -
http://facebook.com/indonesiapustaka
Glosarium
- 185 -
Moses and Monotheism
- 186 -