You are on page 1of 43

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMASI 1
Program Studi Farmasi

Tim Pengampu:
Dr. apt. Agriana Rosmalina Hidayati, S. Farm., M.Farm.
Handa Muliasari, S.Si., M.Si.
apt.Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm., M.Farm.
apt. Eskarani Tri Pratiwi, S.Farm., M.S.Farm.
apt. Windah Anugrah Subaidah, S.Si., M.Si.
apt. Wahida Hajrin, S.Farm., M.Pharm.Sci.
apt. Sucilawaty Ridwan, S.Farm., M.Si.

Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS MATARAM i

2023
PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI 1

TAHUN 2023

Tim Penyusun:

Dr. apt. Agriana Rosmalina Hidayati, S.Farm., M.Farm.


Handa Muliasari, S.Si., M.Si.
apt. Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm., M.Farm.
apt. Eskarani Tri Pratiwi, S.Farm., M.S.Farm.
apt. Windah Anugrah Subaidah, S.Si., M.Si.
apt. Wahida Hajrin, S.Farm., M.Pharm.Sci.
apt. Sucilawaty Ridwan, S.Farm., M.Si.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Penuntun Praktikum Farmasi 1 untuk mahasiswa/i Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram ini dapat terselesaikan.
Penuntun praktikum ini disusun sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum yang
merangkum berbagai kemampuan dasar laboratorium untuk mahasiswa/I Program Studi Farmasi
Universitas Mataram. Pedoman praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam
mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Penyusun
menyakini bahwa dalam penyusunan penuntun praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan penuntun
praktikum ini di masa yang akan datang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mataram, 10 Agustus 2023

Tim Pengampu Praktikum Farmasi 1

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
TATA TERTIB DAN KEGIATAN PRAKTIKUM .................................................................. v
JADWAL PRAKTIKUM .........................................................................................................vi
PERCOBAAN 1. Pengenalan Fungsi dan Cara Kerja Neraca .................................................. 1
PERCOBAAN 2. Pengenalan Alat Ukur Volume ................................................................... 10
PERCOBAAN 3. Pengenalan Alat Ukur Dasar ...................................................................... 14
PERCOBAAN 4. Pembuatan Larutan dan Pengenceran ......................................................... 18
PERCOBAAN 5. Pengenalan Mikroskop dan Pengamatan Preparat ...................................... 22
PERCOBAAN 6. Penentuan Titik Lebur ................................................................................ 28
PERCOBAAN 7. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis ........................................................ 30
PERCOBAAN 8. Pengenalan Bentuk Sediaan Obat ............................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 37

iv
TATA TERTIB DAN KEGIATAN PRAKTIKUM

Berikut ini adalah tata tertib umum pada kegiatan Praktikum Farmasi 1:

1. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan secara luring.


2. Mahasiswa harus menghadiri praktikum tepat waktu dan mengisi daftar hadir.
3. Mahasiswa mengikuti pre-test pada SPADA atau pre-test secara langsung di laboratorium
selama kurang lebih selama 15 menit di awal kegiatan praktikum disesuaikan dengan
materi percobaan praktikum.
4. Laporan praktikum berupa file (diketik) atau ditulis tangan disesuaikan dengan materi
percobaan praktikum.
5. Laporan resmi praktikum dikerjakan secara individu atau kelompok disesuaikan dengan
materi acara praktikum.
6. Format laporan praktikum dan hal-hal terkait materi acara praktikum, serta informasi
teknis lainnya dijelaskan pada saat asistensi praktikum.
7. Responsi praktikum dilaksanakan pada akhir praktikum.
8. Nilai praktikum meliputi:
Pretest : 10%
Praktikum : 40%
Laporan Praktikum : 15%
Diskusi : 10%
Responsi : 25%

v
JADWAL PRAKTIKUM

Jadwal
Kelas A Kelas B
No Kegiatan Selasa, Jam Dosen Tempat
Rabu, 07.00 -
07.00-10.20
10.20 WITA
WITA
a. Asistensi praktikum
Semua
b. Mempelajari keterampilan dasar Ruang
1 15-08-2023 16-08-2023 Dosen
laboratorium melalui video Kelas
Pengampu
webinar
Pengenalan Teknik Dasar Farmasi
2 1 22-08-2023 23-08-2023 WHN
(Pengenalan fungsi dan cara kerja
neraca)
Lab.
3 Penentuan Bobot Jenis 29-08-2023 30-08-2023 SRN
Farmasetik
Pengenalan Alat Ukur Dasar a dan
4 (Jangka sorong dan 05-09-2023 06-09-2023 ETP Teknologi
ketidakpastian) Farmasi
5 Pengenalan Bentuk Sediaan Obat 12-09-2023 13-09-2023 WAS

WHN,
6 DISKUSI 19-09-2023 20-09-2023 ETP, SRN,
Bagian Teknologi
WAS
Lab.
Pengenalan Teknik Dasar Farmasi Farmakoki
7 2 26-09-2022 27-09-2023 HMI
mia
(Pengenalan alat ukur volume)

8 Responsi Bagian Farmasetika dan Teknologi Farmasi (Saat UTS 2-13 Oktober 2023)

9 Pengenalan Mikroskop dan 17-10-2023 18-10-2023 ARH


Pengamatan Preparat
Lab.
10 DISKUSI 24-10-2023 25-10-2023 ARH Biologi
Bagian Biologi Farmasi
Farmasi
11 Responsi Bagian Biologi Farmasi 31-10-2023 1-11-2023 ARH

12 Pembuatan Larutan dan 7-11-2023 8-11-2023 HMI


Pengenceran
Penelusuran data dari farmakope Lab.
13 14-11-2023 15-11-2023 RFD
dan referensi lain Farmakoki
Teknik Penetapan Melting Point mia
14 21-11-2023 22-11-2023 RFD
(Jarak Lebur)

15 DISKUSI 28-11-2023 29-11-2023 HMI, RFD


Bagian Kimia Farmasi

16 Responsi Bagian Kimia Farmasi (Saat UAS 4-15 Desember 2023)

vi
PERCOBAAN 1. Pengenalan Fungsi dan Cara Kerja Neraca

PENIMBANGAN

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu
mendemonstrasikan teknik laboratorium dasar yang sering digunakan di laboratorium
terutama pada pengukuran berat untuk bahan padat cair dan semi padat dalam berbagai
satuan menggunakan alat timbang yang tepat sesuai prinsip penimbangan yang benar.

B. Pendahuluan
Penimbangan merupakan langkah awal dalam rangkaian praktek pembuatan obat
ataupun analisis obat, oleh sebab itu perlu dilakukan dengan teliti. Bila terjadi kesalahan
pada awal langkah bisa jadi langkah-langkah berikutnya dalam praktikum akan salah.
Kesalahan yang umum terjadi pada waktu penimbangan adalah sebagai berikut:
• Tidak dilakukan verifikasi alat timbang sebelum penimbangan
• Tidak dilakukan tarra timbangan
• Tidak dilakukan pengecekan posisi waterpass atau waterpass tidak tepat
• Menimbang pada alat timbang dengan kapasitas yang tidak tepat
• Tidak mencatat hasil penimbangan/salah mencatat hasil penimbangan
• Tidak dilakukan pembersihan pada alat
• Timbangan sudah out of calibration
• Menimbang dengan kuantitas yang salah
• Salah menimbang bahan/ tertukar

1. Neraca Dua Lengan


Menurut Farmakope Indonesia ada 3 macam timbangan obat yang meliputi:
• Timbangan kasar: daya beban 250-1000 g, dan kepekaannya 200 mg
• Timbangan gram halus: daya beban 100-200 g, dan kepekaannya 50 mg
• Timbangan milligram: daya beban 10-50 g, dan kepekaannya 5 mg 2
Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan adalah tambahan
bobot maksimum yang diperlukan pada satu piring timbangan, setelah keduanya diisi

1
muatan maksimum, menyebabkna ayunan jarum timbangan tidafk kurang dari 2 mm tiap
dm panjang jarum.

Gambar 1.1 Timbangan analitik


Keterangan :
1. Papan landasan timbangan 6. Tuas penyangga timbangan
2. Tombol pengatur tegak 7. Pisau tengah/pusat
berdirinya timbangan 8. Pisau tangan
3. Anting penunjuk tegaknya 9. Tangan Timangan
timbangan (waterpas) 10. Tomobol/mur pengatur
4. Jarum timbangan keseimbangan
5. Skala 11. Piring timbangan
Cara penggunaan timbangan neraca dua lengan:
a. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah lengkap dan seusai pada
tempatnya dengan mencocokkan nomor-nomor yang terdapat pada komponen
tersebut
b. Periksa kedudukan timbangan sejajar atau rata dapat dilihat dari posisi jarum anting
dengan alas anting harus tepat. Jika belum tepat atur tombol pengatur tegaknya
timbangan.
c. Periksa apakah posisi pisau sudah tepat pada tempatnya. Jika sudah, tuas penyangga
diputar hingga timbangan terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang
atau berat sebelah. Jika tidak seimbang atau berat sebelah maka kita dapat memutar
mur kiri atau kanan sesuai dengan keseimbangannya hingga neraca seimbang.
d. Letakkan kertas perkamen dia tas kedua piring timbangan kemudian lihat apakah
neraca seimbang atau berat sebelah. Jika belum seimbang, lakukan penambahan
sedikit kertas pada salah satu piring timbangan hingga timbangan seimbang.
Selanjutnya penimbangan bahan dapat dilakukan.

2
Ketentuan penimbangan bahan farmasetika:
a. Bobot zat kurang dari 1 gr ditimbang menggunakan timbangan milligram
b. Obat berkhasiat keras harus ditimbang pada timbangan milligram meskipun beratnya
kurang 1 gram
c. Bobot zat kurang dari 30 mg tidak boleh ditimbang langsung tetapi diencerkan terlebih
dulu
d. Untuk penimbngan zat padat dan lemak menggunakan kertas perkamen
e. Ekstrak kental ditimbang pada kertas berlapis paraffin
f. Zat cair ditimbang dalam botol atau beaker glass yang sudah ditara

2. Timbangan Analitik
Terdapat dua jenis timbangan yang sering digunakan dalam praktikum yakni umum
dan analisis. Timbangan umum dan analisis berturut-turut dapat menimbang sampel
hingga 0,01 g dan 0,001 g (10 mg) dengan kapasitas berturut-turut 300 g dan 100 g.

Gambar 1.2. Timbangan Naraca Analitik : (a) umum dan (b) analisis

Gambar 1.3. Bagian-bagian dari timbangan analitik

3
Cara menimbang:
1. Digunakan sendok atau spatula untuk mengambil zat yang akan ditimbang sesuai
dengan karakteristik zat yang akan ditimbang.
2. Digunakan sendok porselen untuk zat yang bersifat oksidator. Kemudian dipilih
timbangan yang tepat sesuai kapasitasnya. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas
maksimal timbangan yang digunakan.
3. Dicatat hasil timbangan kemudian diperhatikan :
• “Ditimbang lebih kurang...” artinya : jumlah yang harus ditimbang tidak boleh
kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus
ditimbang.
• “Ditimbang dengan saksama...” artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih
dari 0,1%dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang
seksama 500 mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5
mg. Oleh karena itu, penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitis
kepekaan minimal 0,5 mg. Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan
menambahkan angka 0 di belakang koma pada akhir bilangan bersangkutan.
Misalnya, dengan pernyataan timbang 200,0 mg dimaksudkan bahwa
penimbangan harus dilakukan dengan tepat tanpa ada lebih di belakang koma.

Tahapan penimbangan sampel dengan neraca analitik umum :


1. Nyalakan timbangan dengan menekan tombol kontrol. Dalam waktu singkat tampilan
akan menunjukkan bacaan ‘0.00 g’, hal ini menunjukkan timbangan siap digunakan.
Jika nilai bacaan tidak menunjukkan ‘0,00 g’ atau berfluktuasi tinggi, tekan kembali
tombol kontrol. Jika nilai bacaan tetap tidak stabil konsultasikan pada laboran.
2. Tempatkan wadah sampel yang sesuai (gelas kimia, kaca arloji, dll) pada lengan
timbangan. Tunggu nilai bacaan hingga stabil. Catat nilai bacaan yang ditunjukkan
oleh tampilan digital.
3. Jika Anda ingin menara massa wadah, tekan tombol untuk menara objek pada Ketika
tampilan telah stabil, akan terbaca nilai ‘0,00 g’ kembali meskipun terdapat objek
yang ditempatkan pada lengan timbangan. Sekarang, Anda dapat secara hati-hati
menambahkan zat pada timbangan dan tampilan digital akan menyajikan nilai zat
yang ditambahkan.

4
4. Angkat objek dari lengan timbangan, biarkan tampilan hingga stabil. Tampilan akan
memberikan nilai negatif setara dengan nilai pada tahap b. Jika tidak, Anda dapat
mengulang tahapan di atas.
5. Kembalikan nilai nol pada timbangan. Jika tidak digunakan, matikan timbangan

Tahapan penimbangan sampel dengan neraca analitik analisis:


1. Timbangan harus diletakkan pada lokasi yang stabil, bebas getaran. Jika timbangan
telah diletakkan pada lokasi tersebut dan dikalibrasi maka tidak boleh dipindahkan.
2. Neraca analitis harus dijaga tetap bersih. Senyawa kimia TIDAK BOLEH
ditempatkan langsung pada lengan timbangan, melainkan diletakkan pada wadah
tertentu (kaca arloji, gelas kimia, kertas timbang). Jangan menimbang objek
berkapasitas melebihi batas maksimal. Jaga penutup timbangan untuk tetap tertutup.
3. Neraca dinyalakan dengan menekan tombol kontrol pada bagian depan timbangan.
Tampilan akan menyala dan menunjukkan 8.8.8.8.8.8.8.8. Sesudah beberapa detik,
tampilan secara otomatis menunjukkan nilai 0.
4. Jika timbangan terhubung pada catu daya dan menyala sekitar 60 menit, Anda dapat
mengkalibrasi timbangan jika Anda memiliki standar beban 200 g. Yakinkan penutup
timbangan tertutup dan lengan dalam keadaan bersih. Tekan tombol kalibrasi hingga
tampilan menunjukkan ‘CAL-‘. Tampilan akan berubah menjadi ‘----‘ kemudian
berubah menjadi ‘200.00 g’. Letakkan standar pada lengan. Apabila tampilan berubah
menjadi ‘200.00’ angkat beban, timbangan siap digunakan untuk menimbang.
5. Buka salah satu penutup timbangan. Tempatkan wadah bersih dan kering pada lengan
timbangan. Tutup penutup timbangan. Tunggu hingga tampilan stabil. Baca dan catat
massa yang tertera . menara massa wadah, letakkan wadah pada lengan timbangan.
Tutup penutup timbangan. Tekan tombol tara hingga tampilan menunjukkan angka
nol. Buka penutup dan dengan hati-hati tambahkan senyawa kimia hingga massa yang
diinginkan. Ketika massa telah dicapai, tutup pintu timbangan dan tunggu hingga
stabil. Baca dan catat massa tersebut. Keluarkan wadah.
6. Sebelum selesai menggunakan timbangan, YAKINKAN timbangan dalam keadaan
BERSIH. Tutup timbangan, kemudian jika tidak digunakan kembali matikan
timbangan dengan menekan tombol kontrol.

5
Alat yang dibutuhkan dalam penimbangan:
Nama Alat Kegunaan Gambar
Cawan penguap/cawan Digunakan untuk
porselen menguapkan bahan cair dan
digunakan sebagai wadah
bahan cair atau setengah
padat
Kaca arloji Digunakan untuk
menimbang bahanbahan
oksidator

Botol timbang Digunakan untuk


menimbang bahan mudah
menguap/higroskop

Kertas perkamen Digunakan untuk


menimbang serbuk

Sendok Digunakan untuk mengambil


bahan padat dari dalam
wadah

C. Metode Percobaan
1. Alat
- Timbangan analitik
- Timbangan dua lengan
- Kertas perkamen
- Botol timbang
- Sendok tanduk

6
2. Bahan
- Amilum
- Vaselin
- NaOH
- Tablet

3. Cara kerja
- Menimbang amilum dengan neraca dua lengan
1) Pastikan kelengkapan timbangan telah lengkap dan timbangan telah setara
2) Tempatkan kertas perkamen di kedua lengan neraca
3) Ambil anak timbangan 1 gr menggunakan pinset letakkan pada lengan kiri
4) Ambil amilum dengan menggunakan sendok tanduk plastik lalu tempatkan
amilum pada lengan kanan
5) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan, kemudian hingga timbangan terangkat.
Perhatikan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Jika lengan sebelah
kanan lebih berat maka bahan yang ditimbang lebih berat dari 1 gr
6) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
7) Kurangi sampel amilum dengan menggunakan sendok tanduk
8) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan untuk melihat kesetimbangan. Jika lengan
kiri lebih berat berarti sampel yang ditimbang kurang dari 1 gr.
9) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
10) Tambahkan sampel amilum dengan menggunakan sendok tanduk.
11) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan lagi untuk melihat kesetimbangan. Jika
posisi piring telah seimbang maka amilum yang ditimbang telah sesuai dengan
bobot yang diharapkan.
- Menimbang vaselin flavum dengan neraca dua lengan
1) Pastikan kelengkapan timbangan telah lengkap dan timbangan telah setara
2) Tempatkan gelas arloji di kedua lengan neraca
3) Pastikan kedua lengan telah seimbang.
4) Ambil anak timbangan 1,5 gr menggunakan pinset letakkan pada lengan kiri
5) Ambil dengan menggunakan sendok tanduk plastik lalu tempatkan vaselin
flavum pada lengan kanan

7
6) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan, kemudian hingga timbangan terangkat.
Perhatikan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Jika lengan sebelah
kanan lebih berat maka bahan yang ditimbang lebih berat dari 1,5 gr
7) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
8) Kurangi sampel vaselin flavum dengan menggunakan sendok tanduk
9) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan untuk melihat kesetimbangan. Jika lengan
kiri lebih berat berarti sampel yang ditimbang kurang dari 1,5 gr.
10) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
11) Tambahkan sampel vaselin flavum dengan menggunakan sendok tanduk.
12) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan lagi untuk melihat kesetimbangan. Jika
posisi piring telah seimbang maka vaselin flavum yang ditimbang telah sesuai
dengan bobot yang diharapkan
- Menimbang NaOH dengan neraca analitik
1) Pastikan waterpass dalam kondisi berada di tengah dan timbangan bersih
2) Nyalakan timbangan dengan menekan tombol kontrol. Tunggu hingga layer
menunjukkan nilai “0,0000”.
3) Buka tutup kaca pada bagian kanan
4) Masukkan botol timbang
5) Tutup kaca kemudian tekan tombol tare
6) Buka tutup kaca kemudian timbang NaOH sebanyak 2 gr.
7) Tutup kaca kemudian perhatikan layar ketika menunjukkan menunjukkan 2.0000
yang konstan. Keluarkan NaOH.
- Menimbang tablet dengan neraca analitik
1) Pastikan waterpass dalam kondisi berada di tengah dan timbangan bersih
2) Nyalakan timbangan dengan menekan tombol kontrol. Tunggu hingga layer
menunjukkan nilai “0,0000”.
3) Buka tutup kaca pada bagian kanan
4) Letakkan kertas perkamen diatas timbangan tunggu hingga massa pada
timbangan terbaca dan muncul tanda bintang disamping angka
5) Tekan tombol tare sehingga nilai akan Kembali 0.00
6) Timbang satu tablet, perhatikan bobot tablet yang tertera pada layer
7) Catat bobot yang tertera pada layar.
8) Turunkan tablet tersebut dari timbangan kemudian timbang tablet lainnya satu
persatu hingga 10 tablet
8
9) Hitung rataan, variasi dan standar deviasi dari data penimbangan 10 tablet
tersebut.

D. Lembar Kerja
Sampel Berat (satuan)
Tablet 1

Tablet 2

Tablet 3

Tablet 4

Tablet 5

Tablet 6

Tablet 7

Tablet 8

Tablet 9

Tablet 10

Rata-rata ± SD

E. Soal-soal
1. Sebutkan bentuk pemberian bahan talk, vaselin flavum dan NaOH !
2. Mengapa anak timbangan tidak diambil langsung menggunakan tangan telanjang pada
penimbangan neraca dua lengan ?
3. Mengapa diatas timbangan perlu dibersihkan sebelum menimbang !
4. Mengapa sebelum menimbang dengan timbangan analitik perlu memperhatikan ?
5. Tuliskan rumus umum rataan, variasi dan standar deviasi (SD) !

9
PERCOBAAN 2. Pengenalan Alat Ukur Volume

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu
mendemonstrasikan teknik laboratorium dasar yang sering digunakan di laboratorium
terutama pada pengukuran volume.

B. Teori
Pengukuran Volume
1. Volume cairan dapat diukur dengan menggunakan berbagai alat sesuai dengan kriteria tertentu
(Tabel 3 . 1).
Tabel 3.1. Kriteria Pemilihan Metode Pengukuran Cairan
Rentang Volume Kegunaan Pengukuran
Metode Akurasi
Terbaik Berulang

Pipet Pasteur 1-5 mL Rendah Nyaman


Labu Erlenmeyer 25-5000 mL Sangat Rendah Nyaman
Gelas Ukur 5-2000 mL Sedang Nyaman

Labu Tentukur 5-2000 mL Tinggi Nyaman


Buret 1-100 mL Tinggi Nyaman
Pipet Ukur 1-100 mL Tinggi Nyaman
Pipet Mekanik 5-1000 µL Tinggi Nyaman
Syringe 0,5-20 µL Medium Nyaman

2. Penggunaan gelas ukur: larutan berair akan menimbulkan meniskus pada gelas ukur. Dalam
pembacaan meniskus, yakinkan bahwa Anda membaca titik terendah dari meniskus tersebut (Gambar
3.1). Transfer cairan dengan gelas kimia ke dalam gelas ukur harus dilakukan secara ‘mouth
tomouth’.

Gambar 3.1. Bacaan meniskus pada gelas ukur (Landersberg, 2015)

3. Pipet Pasteur: Pipet Pasteur dipegang secara vertikal dengan jari tengah mengenggam pipet sementara

10
jempol dan jari telunjuk mengontrol tekanan pada bulbus dan menekan perlahan untuk meneteskan
cairan (Gambar 1.3).

Gambar 3.2. Cara memegang pipet Pasteur *)

Perhatian dalam penggunaan pipet diantaranya meliputi terhadap perhatian


kapasitas bulbus tidak melebihi pipet, jangan angkat ujung pipet dari cairan
ketika menarik cairan, dan jangan memiringkan pipet ketika digunakan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah cairan masuk ke dalam bulbus dan kontaminasi
silang.
4. Penggunaan pipet volumetrik: Dalam pemipetan menggunakan pipet
volume dilarang menggunakan mulut, melainkan dibantu dengan filler. Pipet
volume terdiri atas pipet transfer volumetrik, pipet transfer Ostwald-Folin, pipet
serologis dan pipet Mohr (pengukuran). Ilustrasi kedua pipet tercantum dalam
Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Jenis-jenis pipet : volumetrik-transfer (a), Ostwald Folin-transfer (b), Mohr-
pengukuran (c), Serologis-pengukuran (d)

Prosedur penggunaan pipet:


a. Letakkan bulbus mekanis pada ujung atas pipet kaca
b. Sisipkan pipet kaca kedalam cairan pada cairan yang akan ditarik dan tidak

11
terdapatgelembung udara
c. Isap cairan melebihi volume cairan yang diinginkan dengan menekan bulbus, hati-
hatijangan sampai cairan tertarik ke dalam bulbus
d. Lepaskan bulbus, tempatkan jari di atas pipet kaca. Seka bagian luar pipet dengan
kainkasa, hati-hati di bagian bawah pipet sehingga cairan dapat keluar dalam pipet.
e. Atur meniskus, baca meniskus pada bagian bawah lengkungan dari cairan
f. Transfer cairan pada wadah yang telah disediakan.
g. Letakkan bulbus pada bagian atas pipet dan keluarkan tetes terakhir pada wadah yang
disediakan.
5. Mikropipet: Ilustrasi mengenai mikropipet disajikan dalam Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Bagian-bagian mikropipet*)

Beberapa poin yang penting untuk diperhatikan ketika menggunakan mikropipet adalah
sebagai berikut :
a. Jangan melebihi batas atas atau bawah dari pipet yang digunakan. Mikropipet memiliki variasi
jenis diantaranya P1000 (100-1000 µL), P100 (10-100 µL), P 10 (1-10 µL). Tip biru atau
putih digunakan untuk P1000, sementara tip kuning untuk P100 dan P10.
b. Pilih mikropipet dengan ukuran terkecil sesuai dengan volume yang diinginkan untuk
memperbesar akurasi.
c. Pasang tip kemudian atur volume dengan cara memutar tombol bagian dalam searah jarum
jam untuk meningkatkan jumlah volume dan sebaliknya.
d. Tekan tombol ‘plunger’ perlahan hingga batas tahanan awal untuk memperoleh volume muatan.
Sembari menekan, masukkan ujung tip hingga terendam sedikit (3-4 mm).

12
e. Secara perlahan lepaskan tombol ‘plunger’ untuk menarik cairan dan yakinkan bahwa tip
masih terendam. Jika larutan kental isi perlahan dan biarkan cairan naik hingga volume
akhir untuk mencegah gelembung udara.
f. Secara visual lihat apakah tip sudah terisi penuh oleh cairan. Jika benar maka tidak
terdapat gelembung udara dalam tip.
6. Kasus khusus: untuk cairan dengan viskositas yang tinggi maka transfer cairan membutuhkan
waktu, pelarut organik yang menguap cepat maka bekerja secara cepat dan wadah harus disegel
secara cepat, dan larutan surfaktan tidak boleh ditransfer cepat serta hindari pembentukan
gelembung.

C. Metode Percobaan
1. Alat:
Pipet volume 1, 5, 10, 25 mL
Pipet ukur 5, 10 mL
Buret 50 mL
2. Bahan
Aquades
3. Cara Kerja
Lakukan pengambilan volume untuk masing-masing alat ukur!

D. Penugasan
1. Carilah video mengenai cara pengukuran volume larutan
2. Jelaskan bagaimana cara mengukur volume larutan dengan berbagai alat ukur
3. Bandingkan alat ukur mana yang paling akurat

13
PERCOBAAN 3. Pengenalan Alat Ukur Dasar
JANGKA SORONG

A. Tujuan
1. Mengetahui fungsi jangka sorong
2. Mengetahui cara pengukuran menggunakan jangka sorong
B. Teori
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi
juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran dapat menggunakan
beberapa macam alat yaitu: micrometer, jangka sorong, dial indikator, viler gauge dll.
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter.
Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru
sudahdilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05 mm untuk jangka sorang dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.
Fungsi Jangka Sorong
1. Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai0,1 mm.
(rahang tetap dan rahang geser bawah)
2. Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter bendayang
cukup kecil seperti cincin, pipa, dll.
3. Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman sepertikedalaman
tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil.

Gambar 2.1. Jangka Sorong

14
No. Bagian-bagian alat Kegunaannya
a. Rahang tetap dengan Sebagai mistar standard an merupakan badan dari
Tangkai berskala jangka
sorong.
Untuk menjepit benda yang diukur, yang dapat
b. Rahang geser digeser-gesersesuai
Dengan besar benda.
c. Rahang bawah Untuk mengukur diameter luar dan panjang benda.
d. Rahang atas Untuk mengukur diameter dalam benda.
e. Skala utama Untuk menentukan besar pengukuran.
f. Skala nonius Untuk pengukuran terkecil agar pengukuran teliti.
g. Roda pendorong Untuk menggeser/mendorong rahang jangka sorong.
h. Sekrup penahan/pengunci Untuk mengunci rahang setelah benda ukur terjepit
i. Ujung batang jangka Untuk mengukur kedalaman benda yang berongga.
sorong
Jangka Sorong merupakan alat ukur panjang, yang mempunyai dua buah skala, yaitu skala
utama dan skala nonius (berbentuk skala geser). Tingkat ketelitiannya ada yang sampai 0,02
mm. Nilai Skala Terkecil (NST) jangka sorong (tingkat ketelitian jangka sorong) dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:
K = 1/n . Su

Keterangan : K = Tingkat Ketelitian Alat


n = Jumlah skala pada skala nonius
Su= Jarak dua goresan garis skala terdekat pada skala utama

Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu
sama antarasatu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10
skala, 20 skala, danbahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Hasil pengukuran dari sebuah jangka sorong dapat ditentukan dengan cara membaca
penunjukan angka nol pada skala nonius terhadap skala utama dan skala nonius yang
keberapa yang tepat berimpit atau segaris dengan skala utama.

15
Pada gambar di samping, penunjukan
3 4 nol skala nonius berada antara 3,1 cm

c dan 3,2 cm, atau 3,1 cm lebih. Sedangkan


m skala nonius yang tepat berimpit atau

0 segaris dengan salah satu skala utama


20
adalah skala ke – 8, maka hasil
Gambar 2.2. Skala Jangka pengukurannya adalah : 3,10 cm + (8 x
Sorong 0,005) cm = 3,140 cm

C. Metode Percobaan:
1. Alat
- Jangka Sorong
- Gelas Kimia 50 mL, 100 mL
2. Bahan:
- 10 Tablet Konvensional
3. Cara Kerja
1. Sebelum melakukan pengukuran, observasi terlebih dahulu jangka sorong yang
digunakan.
2. Carilah ketelitian jangka sorong.
3. Lakukan pengukuran diameter luar benda dengan menjepitkan benda.
4. Amati skala utama yang berada disebelah kiri angka nol skala nonius, yang masih dapat
dibaca dengan jelas tanpa angka perkiraan. Misalkan 2,5 cm atau 25 mm.
5. Amati pula skala nonius yang tepat berimpit (segaris) dengan salah satu skala utama.
Misalnya skala ke 8 dihitung dari patokan (acuan) angka nol nonius.
6. Hasil pengukuran dihitung dengan cara:
Hasil bacaan skala utama + (Hasil bacaan skala nonius x ketelitian)
Misal : 1,5 cm + (8 X 0,01 mm) = 1,58 cm
7. Ulangi pengukuran diameter luar benda sebanyak tiga kali. Masukkan data pengukuran
kedalam tabel data.
8. Lakukan pengukuran diameter luar benda dengan menyisipkan kelereng pada rahang
bawah (c) dan geser dengan rahang geser (b) jangka sorong tersebut dan kencangan
sekrup penahan (h). Amati dan hitung hasil pengukuran sebagaimana cara pada nomor
4,5, dan 6 diatas.

16
Cara Mengkur Kedalaman Benda
1. Tempatkan benda yang akan diukurkedalamannya pada tangkai ukur
2. Tarik rahang geser hingga menyentuk permukaan dalam (dasar lubang). Usahakan
benda yang diukur kedalamannya dalam keadaan statis (tidak Bergeser)
3. Amati hasil pengukuran

D. Lembar Kerja

Hasil Pebacaan Skala Jangka Sorong


No Bahan Hasil Pengukuran
Skala Utama (Su) Skala Nonius (Sn)

E. Soal-soal
1. Berapakah besarnya kemampuan maksimum dan ketelitian jangka sorong yang kamu
pakai?
2. Untuk setiap pengukuran yang kamu lakukan, samakah hasilnya? Jika tidak, sebutkan
faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan hasil (kesalahan) pengukuran tersebut!
3. Sebutkan manfaat pengukuran bagi dirimu!

17
PERCOBAAN 4. Pembuatan Larutan dan Pengenceran

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mempelajari dan melatih cara-cara pembuatan dan pengenceran larutan
dengan konsentrasi tertentu.

B. Teori
Larutan merupakan campuran homogen dari zat terlarut (solute) dengan pelarut
(solvent). Zat terlarut dapat berupa padat cair, dan gas, sedangkan pelarutnya biasanya berupa
zat cair. Banyaknya zat terlarut pada pelarutnya sering dinyatakan dengan konsentrasi. Berbagai
satuan atau unit konsentrasi yang umum dikenal antara lain persen berat, persen volume,
molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), dan lainnya.
Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting untuk
memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia dan makhlukhidup
pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukan
antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di laboratorium atau di industri terjadi
di dalam larutan.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan normalitas (N) atau molaritas (M). Senyawa
yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi
larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan
yang dibuat.
Contohnya: H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H𝗒COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇,
As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer:
- Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
- Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
- Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air
- Mempunyai Mr yang tinggi

18
2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer
kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan
larutan standar.
Contoh: larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Pembuatan larutan dan pengenceran adalah salah satu kegiatan dasar yang dilakukan
dilaboratorium. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu dilakukan di dalam
laboratorium. Untuk menyatakan kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan
berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Untuk memperkecil konsentrasi suatu
larutan maka dilakukan pengenceran, dengan cara menambahkan pelarut.
Larutan dengan konsentrasi rendah dapat dibuat dari larutan dengan konsentrasi
lebih tinggi dengan cara pengenceran. Rumus pengenceran adalah sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:
V1= volume larutan awal sebelum pengenceran
M1= konsentrasi larutan awal sebelum pengenceran
V2= volume larutan setelah pengenceran
M2= konsentrasi larutan setelah pengenceran

C. Metode Percobaan

1. Alat
- Timbangan analitik
- Sendok
- Gelas arloji
- Labu ukur 100 ml
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Gelas kimia
2. Bahan
- NaOH Pellet
- NaCl
- Aquades
- HCl

19
- Etanol
- Kertas saring
3. Cara Kerja
Pembuatan larutan
- Tiap kelompok membuat larutan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan (Tabel
1)
- Masing-masing kelompok harus menghitung berapa massa (gram) senyawa yang
harus ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam labu takar 100 ml. Perhitungan
jumlah zat yang ditimbang dituliskan dalam laporan praktikum bagian analisis
data.
- Timbanglah sejumlah zat yang telah dihitung.
- Larutkan dalam labu takar 100 mL sejumlah zat yang telah ditimbang tersebut.
Pengenceran larutan
- Tiap kelompok mengencerkan larutan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan
(Tabel 1)
- Masing-masing kelompok harus menghitung berapa volume (ml) larutan induk
yang diambil untuk diencerkan menggunakan labu takar 100 ml. Perhitungan
jumlah ml yang dippipet dituliskan dalam laporan praktikum bagian analisis data.
- Ambillah larutan induk sesuai perhitungan menggunakan pipet ukur atau pipet
volume.
- Larutkan dalam labu takar 100 mL sejumlah zat yang diambil tersebut.
Tabel 1. Pembagian tugas pembuatan dan pengenceran larutan
Kelompok Pembuatan larutan Pengenceran larutan
1 NaCl 0,05 M; 100 Etanol 96% menjadi etanol 70% sebanyak
ml 100 ml
2 NaOH 0,05 M; 100 HCl 0,5 M menjadi HCl 0,01M sebanyak
ml 100 ml
3 NaCl 2%; 100 ml NaCl 2% menjadi 0,5% sebanyak 100 ml
4 NaOH 1 %; 100 ml NaOH 1 % menjadi 0,5% sebanyak 100 ml
100 ml
5 NaCl 0,05 M; 100 Etanol 96% menjadi etanol 70% sebanyak
ml 100 ml
6 NaOH 0,05 M; 100 HCl 0,5 M menjadi HCl 0,01M sebanyak
ml 100 ml
7 NaCl 2%; 100 ml HCl 5% menjadi HCl 1% sebanyak 100 ml
8 NaOH 1 %; 100 ml Etanol 96% menjadi etanol 50% sebanyak
100 ml

20
Teknis praktikum:
1. Pada sesi 1, kelompok 1-4 mengerjakan pembuatan larutan sesuai pembagian
jenis larutan, sedangkan kelompok 5-8 mengerjakan pengenceran larutan terlebih
dahulu.
2. Jika sudah selesai, dilanjutkan dengan sesi 2, yaitu kelompok 1-4 dapat bertukar
tempat dengan kelompok 5-8 untuk mengerjakan pengenceran larutan. Demikian
sebaliknya.
3. Tiap anggota kelompok membagi tugas untuk mengerjakan tiap-tiap step dalam
praktikum, misalnya penimbangan, melarutkan padatan, dst.

21
PERCOBAAN 5. Pengenalan Mikroskop dan Pengamatan Preparat

A. Tujuan
1. Mengidentifikasi berbagai bagian mikroskop dan menyebutkan fungsi dari komponen-
komponen mikroskop.
2. Mendeskripsikan dan mendemonstrasikan teknik perawatan mikroskop yang baik.
3. Mendemonstrasikan teknik memfokuskan mikroskop secara baik.

B. Teori
Ahli biologi sel menggunakan mikroskop dalam mempelajari struktur dan fungsi sel,
contohnya di dalam perhitungan dan penentuan morfologi sel darah. Untuk dapat
menggunakan mikroskop dengan baik, mahasiswa perlu mempelajari prinsip dasar
mikroskop, meliputi prinsip optis, dasar konstruksi, dan basis saintifik perawatan serta
pemeliharaan mikroskop. Mikroskop didesain secara beragam oleh berbagai perusahaan
sehingga manual dalam penggunaan mikroskop harus diperhatikan dan diikuti dengan
seksama sebelum digunakan.

Perhatian

Mikroskop merupakan instrumen yang presisi sehingga harus ditangani dengan baik.
Berikut beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam membawa, membersihkan,
menggunakan dan menyimpan mikroskop:

1. Ketika memindahkan mikroskop, bawa dalam posisi satu tangan memegang lengan
mikroskop dan satu tangan lain menyangga bagian dasar, Hindari mengayun-ayunkan
instrumen selama transpor dan menghentakkan atau melemparkan instrumen ketika
hendak diturunkan.
2. Gunakan hanya kertas lensa untuk membersihkan lensa. Bersihkan lensa sebelum dan
sesudah penggunaan secara sirkuler dengan menggunakan kertas lensa.
3. Mulailah selalu ketika memfokuskan objek dengan lensa objektif pada posisi kekuatan
paling rendah, kemudian berganti dengan kekuatan yang lebih tinggi.
4. Gunakan knop perbesaran kasar hanya dengan kekuatan perbesaran lensa paling rendah.
5. Gunakan selalu kaca penutup ketika melakukan pengamatan preparat apusan basah.
6. Sebelum menyimpan mikroskop dalam lemari penyimpanan, ambil preparat dari meja
benda, putar lensa objektif pada kekuatan paling rendah, putar knop sehingga mendekati
bagian dasar, dan tutup dengan penutup mikroskop atau kembalikan pada area
penyimpanan yang tepat.
7. Jangan pernah membuka bagian apapun dari mikroskop, ketika terjadi permasalahan
mekanis hubungi laboran/dosen.

22
Pada mikroskop cahaya, sumber cahaya yang difokuskan akan mengenai objek atau
spesimen kaca objek pada meja benda mikroskop. Bagian spesimen yang lebih rapat secara
optis memiliki indeks refraksi yang lebih tinggi atau apabila diwarnai dengan suatu pewarna
akan menunjukkan gambar seperti bayangan dengan berbagai perbesaran dan dilewatkan
oleh mikroskop ke mata.

Gambar 5.1. Mikroskop cahaya (Willey, dkk., 2008)

C. Metode Percobaan
1. Alat
- Mikroskop cahaya

- Sarung tangan latex


- Microscope wipes
- Pensil atau pulpen

2. Bahan
- Preparat histologi:
a. Tubulus seminiferous
b. Ovarium mencit

23
3. Cara Kerja
Sebelum praktikum:

1. Perhatikan video pengenalan mikroskop berikut: https://bit.ly/mikroskopUnram


2. Pelajarilah cara penggunaan mikroskop maupun bagian-bagian mikroskop
menggunakan Mikroskop virtual dengan menggunakan link berikut:
https://www.ncbionetwork.org/educational-resources/elearning/interactive-
elearning-tools/virtual-microscope

Saat praktikum:

1. Pastikan semua alat dan bahan sudah tersedia.


2. Tempatkan mikroskop pada tempat datar kokoh dan bersih.
3. Pastikan semua bagian mikroskop lengkap, bersih, dan berfungsi.
Perhatikan: Bila lensa berdebu, bersihkan lensa hanya dengan menggunakan
microscope wipes atau tissue khusus lensa.
4. Ambillah preparat histologi yang telah disediakan dan tempatkanlah preparat histologi
pada mikroskop. Pastikan gelas penutup preparat (Object glass) selalu berada di posisi
atas.
5. Amati preparat histologi dengan seksama agar dapat diketahui kedudukan objek yang
akan diamati. Pada saat ini, pelajarilah cara menjauhkan dan mendekatkan lensa
objektif dengan objek pengamatan menggunakan pemutar (knob) kasar maupun
pemutar (knob) halus pada mikroskop. Lensa objektif diturunkan sampai hampir
menyentuh gelas penutup pada preparat.
6. Amati preparat. Preparat diamati melalui lensa okuler, dengan hati-hati jauhkan lensa
objektif dengan memutar pemutar kasar hingga bayangan objek terlihat jelas. Untuk
memperjelas pengamatan, gunakan pemutar (knob) halus.
7. Ketika sudah mendapatkan pengamatan yang jelas, buatlah gambar pengamatan
preparat yang diamati pada lembar kerja yang telah disediakan dengan mencantumkan
keterangan perbesaran yang digunakan.

24
D. Lembar Kerja

Lembar Kerja

Gambar Preparat

Nama Preparat: __________________________

Gambar preparat Microscope


setting yang
digunakan

25
Lembar Kerja

Gambar Preparat

Nama Preparat: __________________________

Gambar preparat Microscope


setting yang
digunakan

26
E. Soal Diskusi
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat akan memindahkan mikroskop?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat membersihkan lensa? 

3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat menyimpan mikroskop?

2. Lengkapilah Tabel Berikut: Struktur dan fungsi mikroskop

Komponen Fungsi
Basis/dasar/penyangga

Substage light/cermin

Stage/meja benda

Kondenser

Tuas iris diafragma

Knop pengatur kasar

Knop pengatur halus

Lengan

Okuler (eyepiece)

Nosepiece

Lensa objektif

27
PERCOBAAN 6. Penentuan Titik Lebur

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu


melakukan penentuan titik lebur senyawa organik.
B. Teori
Suatu zat padat mempunyai molekul-molekul dalam bentuk kisi yang teratur. dan
diikat oleh gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila zat tersebut dipanaskan, energi
kinetik dari molekul-molekul tersebut akan naik. Hal ini akan mengakibatkan molekul
bergetar. yang akhirnya pada suatu suhu tertentu ikatan-ikatan molekul tersebut akan
terlepas, maka zat padat akan meleleh.
Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair senyawa
tersebut berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Kalor diperlukan untuk transisi
dan bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, sampai semua berbentuk cair. Proses pelelehan
ini dalam kesetimbangan atau reversible. Untuk melewati proses ini memerlukan waktu
dan sedikit perubahan suhu. Makin murni senyawa tersebut, trayek (range) suhu lelehnya
semakin sempit, yakni tidak lebih dari 2oC. Adanya zat asing di dalam suatu kisi akan
mengganggu struktur kristal keseluruhannya dan akan memperlemah ikatan-ikatan di
dalamnya. Akibatnya titik leleh senyawa (tidak murni) ini akan lebih rendah dari senyawa
murninya dan yang paling penting adalah trayek lelehnya yang makin tebar. Penentuan titik
leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya, dimulai saat
terjadinya pelelehan (sedikit), transisi padat-cair, sampai seluruh kristal mencair. Hal ini
dilakukan terhadap kristal yang sudah digerus (halus) yang diletakkan dalam ujung bawah
pipa gelas kapiler. Lalu dipanaskan secara merata dan perlahan di sekitar kapiler ini.
Pengukuran suhu harus tepat di tempat zat tersebut meleleh.

C. Metode Percobaan

1. Alat
BUCHI Melting Point M-565
Pipa kapiler
Mortar dan stamper
Sudip
2. Bahan
Vitamin C

28
Parasetamol
Sampel X
3. Cara kerja
a. Ambil sejumlah zat, gerus dengan mortar.
b. Masukkan ke dalam pipa kapiler setinggi 4–6 mm.
c. Nyalakan alat dengan menekan tombol power, biarkan alat melakukan
inisialisasi.
d. Pilih menu “Melting Point” yang akan digunakan dengan memutar tombol
navigasi.
e. Pilih metode yang akan digunakan dengan cara: Tekan tombol Methode, pilih
method yang akan digunakan dengan memutar tombol Navigasi, tekan tombol
START untuk memulai analisa.
f. Masukan ID sampel, kemudian tekan Save, tunggu sampai display suhu
menunjukan start temperature yang diinginkan. Setelah suhu tercapai ditandai
dengan bunyi “beep”, masukan sampel ke dalam heating
g. chamber dan tekan tombol Start. Tunggu sampai proses analisa selesai ditandai
dengan bunyi “beep”.
h. Hasil akan tercetak secara otomatis pada printer apabila auto print diaktifkan
atau tekan tombol Print apabila auto print tidak diaktifkan.
i. Tekan tombol End atau Stop untuk kembali ke menu awal.
j. Lakukan pencatatan suhu titik lebur.
k. Lakukan pengulangan pengukuran untuk masing-masing senyawa

D. Hasil Pengamatan

Senyawa Jarak lebur

Vitamin C

Parasetamol

Sampel X

29
PERCOBAAN 7. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu


mendemonstrasikan teknik laboratorium dasar yang sering digunakan di laboratorium
terutama pada penentuan harga kerapatan dan bobot jenis padatan dan cairan

B. Teori
I.Penentuan Kerapatan, Bobot Jenis
Kerapatan (densitas) merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive dan bisa
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Kerapatan adalah massa per unit volume
suatu zat pada suhu tertentu. Sifat ini merupakan besaran intensif yaitu sifat yang tidak
tergantung dari jumlah bahan. Kerapatan tidak hanya menunjukkan ukuran dan bobot
molekul zat tetapi juga gaya-gaya atraksi antar molekul zat yang mempengaruhi
karakteristik bahan. Kerapatan diperoleh dengan membagi massa (m) suatu objek dengan
volumenya (v). Dalam system cgs satuan dari kerapatan adalah g.cm-3, g.mL-1, atau kg.L-1,
sedangkan dalam sistem MKS adalah kg.m-3.
Bobot (massa) jenis adalah perbandingan kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air
pada 4 oC. Nilai kerapatan air pada suhu ini adalah 1 g/ml, sehingga nilai kerapatan sama
dengan nilai bobot (massa) jenis, hanya satuannya berbeda, yaitu bobot (massa) jenis tidak
mempunyai satuan.

C. Metode Percobaan
I. Penentuan Kerapatan, Bobot Jenis
1. Alat
- Piknometer
- Termometer
- Timbangan analitik
- Alat-alat gelas (Pipet tetes, gelas ukur, beaker glass)
- Baskom
2. Bahan
- Air
- Sirupus simplex
- Etanol 70%
- Batu didih
- Gliserin

30
- Lilin
- Es batu

3. Cara Kerja
a) Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1. Timbang piknometer kosong beserta tutupnya yang sudah dibersihkan dan dikeringkan
dengan seksama ( misal diperoleh p gram).
2. Isi piknometer dengan air hingga penuh, rendam dalam air es hingga suhunya 20 oC di
bawah suhu percobaan.
3. Tutup piknometer, namun pipa kapiler dibiarkan terbuka, diamkan hingga suhu
mencapai suhu percobaan, kemudian tutup pipa kapiler.
4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, bersihkan piknometer dan
timbang beserta isinya (misal diperoleh p+a gram).
5. Lihat data kerapatan air pada suhu percobaan (misalkan da g/ml)
6. Hitung massa air dalam piknometer, yaitu (p+a) – p= a gram.
7. Volume piknometer pada suhu tersebut sama dengan volume air Vp = Va = a gram/da
g/ml.
8. Tentukan kerapatan air.
b) Penentuan kerapatan zat cair
Cara penentuan kerapatan zat cair sampel sama dengan cara penentuan kerapatan air,
hanya saja air diganti dengan cairan sampel.
c) Penentuan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih besar daripada kerapatan air
1. Timbang sampel (batu didih) dengan seksama.
2. Masukkan batu didih dalam piknometer, isi penuh piknometer dengan air, rendam
dalam air es hingga suhunya 20 oC di bawah suhu percobaan.
3. Tutup piknometer, namun pipa kapiler dibiarkan terbuka, diamkan hingga suhu
mencapai suhu percobaan, kemudian tutup pipa kapiler.
4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, bersihkan piknometer dan
timbang beserta isinya.
5. Hitung bobot air yang tertinggal dalam piknometer.
6. Hitung bobot air yang tertumpahkan.
7. Hitung volume air yang ditumpahkan, besarnya sama dengan volume batu didih yang
mendesaknya keluar.
8. Hitung kerapatan sampel.
d) Penentuan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan air
1. Timbang sampel (lilin) dengan seksama.

31
2. Siapkan batu timbang yang telah diukur densitas dan massanya (hasil poin c), kaitkan
lilin pada batu timbang.
3. Masukkan dalam piknometer kemudian isi piknometer dengan air hingga penuh,
rendam dalam air es hingga suhunya 20 oC di bawah suhu percobaan.
4. Tutup piknometer, namun pipa kapiler dibiarkan terbuka, diamkan hingga suhu
mencapai suhu percobaan, kemudian tutup pipa kapiler.
5. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, bersihkan piknometer dan
timbang beserta isinya.
6. Hitung berat air yang ditumpahkan oleh batu didih dan lilin, hitung volume air.
7. Tentukan volume air yang ditumpahkan oleh masing-masing batu didih dan lilin.
8. Tentukan densitas lilin.

D. Lembar Kerja
Suhu percobaan = …….. oC
1. Aquadest

No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + air (p+a gram)
c Massa jenis air pada suhu percobaan (da gram/mL)
d Massa air (ma = (p+a)-p gram)
e Volume piknometer = volume air (Va = ma / da)

2. Sirupus simplex

No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + sirupus simplex (p+s gram)
c Massa sirupus simplex (ms = (p+s)-p gram)
d Volume sirupus simplex = volume piknometer (va mL)
E Kerapatan atau densitas sirupus simplex (ds = ma / da)

Bobot Jenis sirupus simplex =

32
3. Etanol 70%

No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + etanol 70% (p+k gram)
c Massa etanol 70% (ms = (p+s)-p gram)
d Volume etanol 70%= volume piknometer (va mL)
e Kerapatan atau densitas etanol 70% (dk = mk / dk)

Bobot Jenis sirupus etanol 70% =

4. Gliserin

No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + gliserin (p+k gram)
c Massa gliserin (ms = (p+s)-p gram)
d Volume gliserin = volume piknometer (va mL)
e Kerapatan atau densitas gliserin (dk = mk / dk)

Bobot Jenis gliserin =

5. Batu didih

No Prosedur Hasil
a Bobot batu didih (b gram)
b Bobot piknometer kosong (p gram)
c Bobot piknometer + air + batu didih (p+a+b gram)
d Massa air dalam piknometer (map = (p+a+b)- (p+b) gram)
e Massa air yang tertumpahkan (mt = ma – map)
f Volume air yang tertumpahkan (vt = mt/da)
g Volume batu didih = volume air yang tertumpahkan (vt)
h Kerapatan atau densitas batu didih (db = mt/vt)

Bobot Jenis batu didih =

33
6. Lilin

No Prosedur Hasil
a Bobot lilin (n gram)
b Bobot batu didih (b gram)
c Bobot piknometer kosong (p gram)
Bobot piknometer + air + batu didih + lilin (p+a+b+n
d
gram)
e Massa air dalam piknometer (map = (p+a+b)- (p+b) gram)
Massa air yang tertumpahkan oleh batu didih dan lilin (mtn
f
= ma – map)
g Massa air yang tertumpahkan oleh lilin (mn = mtn – mt)
h Volume air yang tertumpahkan oleh lilin (vn = mt/da)
Volume lilin = volume air yang tertumpahkan oleh lilin
i
(vn)
j Kerapatan atau densitas lilin (dn = mn/vn)

Bobot Jenis lilin =

E. Soal-soal
1. Apakah perbedaan antara kerapatan dan bobot jenis?
2. Jelaskan alasan mengapa piknometer direndam pada air es hingga suhunya 20 oC di bawah suhu
percobaan!
3. Jelaskan tujuan pipa kapiler dibiarkan terbuka dan diamkan hingga suhu mencapai suhu
percobaan!
4. Jelaskan pentingnya mengetahui kerapatan dan bobot jenis zat!
5. Sebutkan alat yang digunakan untuk menentukan kerapatan zat!

34
PERCOBAAN 8. Pengenalan Bentuk Sediaan Obat

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu
mengidentifikasi bentuk-bentuk sediaan farmasi yang ada dipasaran.

B. Teori
Obat adalah zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1985). Obat harus
memenuhi syarat safe (aman), effective (berkhasiat), dan acceptable (dapat diterima).
Sediaan obat yang beredar di pasaran terdiri atas berbagai bentuk sediaan yang
disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Berikut adalah bentuk sediaan obat menurut
konsistensinya:
1. Bentuk sediaan obat padat, contohnya tablet, kapsul, pulvis, pulveres, kaplet, dan pil.
2. Bentuk sediaan obat cair, contohnya sirup, emulsi, suspensi, dan elixir.
3. Bentuk sediaan obat semipadat, contohnya krim, gel, salep, linimenta dan pasta.
Bentuk sediaan obat dengan penggunaan khusus, contohnya aerosol (inhaler), infus, obat
tetes, obat injeksi, ovula dan transdermal (patch).

C. Metode Percobaan
1. Bahan
Obat-obatan dengan berbagai bentuk sediaan
2. Cara Kerja
a. Amati bentuk sediaan obat yang telah disediakan
b. Lakukan studi literatur dan diskusi kelompok terkait bentuk sediaan, definisi, cara
pemberian, dan contoh obat yang berada di pasaran.
c. Isilah lembar kerja sesuai dengan hasil telaah informasi dan diskusi kelompok Anda.

35
D. Lembar Kerja
Nama Obat (merk Indikasi Cara Gambar
Bentuk
No dagang dan Pemberian
Sediaan
kandungan
1

E. Soal-soal
1. Jelaskan bentuk-bentuk sediaan yang cocok diberikan kepada pasien anak-anak!
2. Sediaan apa yang cocok digunakan untuk pasien yang mengalami wasir namun kesulitan
dalam menelan obat?
3. Sebutkan bentuk-bentuk sediaan yang digunakan sebagai obat yang dioleskan pada kulit!
4. Jika Anda ingin membuat sediaan kosmetik, bentuk sediaan apa saja yang dapat Anda
kembangkan?
5. Jelaskan perbedaan antara sirup, suspensi, dan emulsi!

36
DAFTAR PUSTAKA

Rudolf Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Willey, J. M., Sherwood L.M., and Woolverton C, J. 2008. Prescott, Harley, and Klein’s
Microbiology seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York. Hal 101-149

37

You might also like