Professional Documents
Culture Documents
Modul Praktikum Farmasi 1 - 2023
Modul Praktikum Farmasi 1 - 2023
FARMASI 1
Program Studi Farmasi
Tim Pengampu:
Dr. apt. Agriana Rosmalina Hidayati, S. Farm., M.Farm.
Handa Muliasari, S.Si., M.Si.
apt.Rizqa Fersiyana Deccati, S.Farm., M.Farm.
apt. Eskarani Tri Pratiwi, S.Farm., M.S.Farm.
apt. Windah Anugrah Subaidah, S.Si., M.Si.
apt. Wahida Hajrin, S.Farm., M.Pharm.Sci.
apt. Sucilawaty Ridwan, S.Farm., M.Si.
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS MATARAM i
2023
PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI 1
TAHUN 2023
Tim Penyusun:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Penuntun Praktikum Farmasi 1 untuk mahasiswa/i Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram ini dapat terselesaikan.
Penuntun praktikum ini disusun sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum yang
merangkum berbagai kemampuan dasar laboratorium untuk mahasiswa/I Program Studi Farmasi
Universitas Mataram. Pedoman praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam
mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Penyusun
menyakini bahwa dalam penyusunan penuntun praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan penuntun
praktikum ini di masa yang akan datang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
TATA TERTIB DAN KEGIATAN PRAKTIKUM .................................................................. v
JADWAL PRAKTIKUM .........................................................................................................vi
PERCOBAAN 1. Pengenalan Fungsi dan Cara Kerja Neraca .................................................. 1
PERCOBAAN 2. Pengenalan Alat Ukur Volume ................................................................... 10
PERCOBAAN 3. Pengenalan Alat Ukur Dasar ...................................................................... 14
PERCOBAAN 4. Pembuatan Larutan dan Pengenceran ......................................................... 18
PERCOBAAN 5. Pengenalan Mikroskop dan Pengamatan Preparat ...................................... 22
PERCOBAAN 6. Penentuan Titik Lebur ................................................................................ 28
PERCOBAAN 7. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis ........................................................ 30
PERCOBAAN 8. Pengenalan Bentuk Sediaan Obat ............................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 37
iv
TATA TERTIB DAN KEGIATAN PRAKTIKUM
Berikut ini adalah tata tertib umum pada kegiatan Praktikum Farmasi 1:
v
JADWAL PRAKTIKUM
Jadwal
Kelas A Kelas B
No Kegiatan Selasa, Jam Dosen Tempat
Rabu, 07.00 -
07.00-10.20
10.20 WITA
WITA
a. Asistensi praktikum
Semua
b. Mempelajari keterampilan dasar Ruang
1 15-08-2023 16-08-2023 Dosen
laboratorium melalui video Kelas
Pengampu
webinar
Pengenalan Teknik Dasar Farmasi
2 1 22-08-2023 23-08-2023 WHN
(Pengenalan fungsi dan cara kerja
neraca)
Lab.
3 Penentuan Bobot Jenis 29-08-2023 30-08-2023 SRN
Farmasetik
Pengenalan Alat Ukur Dasar a dan
4 (Jangka sorong dan 05-09-2023 06-09-2023 ETP Teknologi
ketidakpastian) Farmasi
5 Pengenalan Bentuk Sediaan Obat 12-09-2023 13-09-2023 WAS
WHN,
6 DISKUSI 19-09-2023 20-09-2023 ETP, SRN,
Bagian Teknologi
WAS
Lab.
Pengenalan Teknik Dasar Farmasi Farmakoki
7 2 26-09-2022 27-09-2023 HMI
mia
(Pengenalan alat ukur volume)
8 Responsi Bagian Farmasetika dan Teknologi Farmasi (Saat UTS 2-13 Oktober 2023)
vi
PERCOBAAN 1. Pengenalan Fungsi dan Cara Kerja Neraca
PENIMBANGAN
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu
mendemonstrasikan teknik laboratorium dasar yang sering digunakan di laboratorium
terutama pada pengukuran berat untuk bahan padat cair dan semi padat dalam berbagai
satuan menggunakan alat timbang yang tepat sesuai prinsip penimbangan yang benar.
B. Pendahuluan
Penimbangan merupakan langkah awal dalam rangkaian praktek pembuatan obat
ataupun analisis obat, oleh sebab itu perlu dilakukan dengan teliti. Bila terjadi kesalahan
pada awal langkah bisa jadi langkah-langkah berikutnya dalam praktikum akan salah.
Kesalahan yang umum terjadi pada waktu penimbangan adalah sebagai berikut:
• Tidak dilakukan verifikasi alat timbang sebelum penimbangan
• Tidak dilakukan tarra timbangan
• Tidak dilakukan pengecekan posisi waterpass atau waterpass tidak tepat
• Menimbang pada alat timbang dengan kapasitas yang tidak tepat
• Tidak mencatat hasil penimbangan/salah mencatat hasil penimbangan
• Tidak dilakukan pembersihan pada alat
• Timbangan sudah out of calibration
• Menimbang dengan kuantitas yang salah
• Salah menimbang bahan/ tertukar
1
muatan maksimum, menyebabkna ayunan jarum timbangan tidafk kurang dari 2 mm tiap
dm panjang jarum.
2
Ketentuan penimbangan bahan farmasetika:
a. Bobot zat kurang dari 1 gr ditimbang menggunakan timbangan milligram
b. Obat berkhasiat keras harus ditimbang pada timbangan milligram meskipun beratnya
kurang 1 gram
c. Bobot zat kurang dari 30 mg tidak boleh ditimbang langsung tetapi diencerkan terlebih
dulu
d. Untuk penimbngan zat padat dan lemak menggunakan kertas perkamen
e. Ekstrak kental ditimbang pada kertas berlapis paraffin
f. Zat cair ditimbang dalam botol atau beaker glass yang sudah ditara
2. Timbangan Analitik
Terdapat dua jenis timbangan yang sering digunakan dalam praktikum yakni umum
dan analisis. Timbangan umum dan analisis berturut-turut dapat menimbang sampel
hingga 0,01 g dan 0,001 g (10 mg) dengan kapasitas berturut-turut 300 g dan 100 g.
Gambar 1.2. Timbangan Naraca Analitik : (a) umum dan (b) analisis
3
Cara menimbang:
1. Digunakan sendok atau spatula untuk mengambil zat yang akan ditimbang sesuai
dengan karakteristik zat yang akan ditimbang.
2. Digunakan sendok porselen untuk zat yang bersifat oksidator. Kemudian dipilih
timbangan yang tepat sesuai kapasitasnya. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas
maksimal timbangan yang digunakan.
3. Dicatat hasil timbangan kemudian diperhatikan :
• “Ditimbang lebih kurang...” artinya : jumlah yang harus ditimbang tidak boleh
kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus
ditimbang.
• “Ditimbang dengan saksama...” artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih
dari 0,1%dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang
seksama 500 mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5
mg. Oleh karena itu, penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitis
kepekaan minimal 0,5 mg. Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan
menambahkan angka 0 di belakang koma pada akhir bilangan bersangkutan.
Misalnya, dengan pernyataan timbang 200,0 mg dimaksudkan bahwa
penimbangan harus dilakukan dengan tepat tanpa ada lebih di belakang koma.
4
4. Angkat objek dari lengan timbangan, biarkan tampilan hingga stabil. Tampilan akan
memberikan nilai negatif setara dengan nilai pada tahap b. Jika tidak, Anda dapat
mengulang tahapan di atas.
5. Kembalikan nilai nol pada timbangan. Jika tidak digunakan, matikan timbangan
5
Alat yang dibutuhkan dalam penimbangan:
Nama Alat Kegunaan Gambar
Cawan penguap/cawan Digunakan untuk
porselen menguapkan bahan cair dan
digunakan sebagai wadah
bahan cair atau setengah
padat
Kaca arloji Digunakan untuk
menimbang bahanbahan
oksidator
C. Metode Percobaan
1. Alat
- Timbangan analitik
- Timbangan dua lengan
- Kertas perkamen
- Botol timbang
- Sendok tanduk
6
2. Bahan
- Amilum
- Vaselin
- NaOH
- Tablet
3. Cara kerja
- Menimbang amilum dengan neraca dua lengan
1) Pastikan kelengkapan timbangan telah lengkap dan timbangan telah setara
2) Tempatkan kertas perkamen di kedua lengan neraca
3) Ambil anak timbangan 1 gr menggunakan pinset letakkan pada lengan kiri
4) Ambil amilum dengan menggunakan sendok tanduk plastik lalu tempatkan
amilum pada lengan kanan
5) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan, kemudian hingga timbangan terangkat.
Perhatikan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Jika lengan sebelah
kanan lebih berat maka bahan yang ditimbang lebih berat dari 1 gr
6) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
7) Kurangi sampel amilum dengan menggunakan sendok tanduk
8) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan untuk melihat kesetimbangan. Jika lengan
kiri lebih berat berarti sampel yang ditimbang kurang dari 1 gr.
9) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
10) Tambahkan sampel amilum dengan menggunakan sendok tanduk.
11) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan lagi untuk melihat kesetimbangan. Jika
posisi piring telah seimbang maka amilum yang ditimbang telah sesuai dengan
bobot yang diharapkan.
- Menimbang vaselin flavum dengan neraca dua lengan
1) Pastikan kelengkapan timbangan telah lengkap dan timbangan telah setara
2) Tempatkan gelas arloji di kedua lengan neraca
3) Pastikan kedua lengan telah seimbang.
4) Ambil anak timbangan 1,5 gr menggunakan pinset letakkan pada lengan kiri
5) Ambil dengan menggunakan sendok tanduk plastik lalu tempatkan vaselin
flavum pada lengan kanan
7
6) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan, kemudian hingga timbangan terangkat.
Perhatikan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Jika lengan sebelah
kanan lebih berat maka bahan yang ditimbang lebih berat dari 1,5 gr
7) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
8) Kurangi sampel vaselin flavum dengan menggunakan sendok tanduk
9) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan untuk melihat kesetimbangan. Jika lengan
kiri lebih berat berarti sampel yang ditimbang kurang dari 1,5 gr.
10) Putar tuas timbangan ke sebelah kiri
11) Tambahkan sampel vaselin flavum dengan menggunakan sendok tanduk.
12) Putar tuas timbangan ke sebelah kanan lagi untuk melihat kesetimbangan. Jika
posisi piring telah seimbang maka vaselin flavum yang ditimbang telah sesuai
dengan bobot yang diharapkan
- Menimbang NaOH dengan neraca analitik
1) Pastikan waterpass dalam kondisi berada di tengah dan timbangan bersih
2) Nyalakan timbangan dengan menekan tombol kontrol. Tunggu hingga layer
menunjukkan nilai “0,0000”.
3) Buka tutup kaca pada bagian kanan
4) Masukkan botol timbang
5) Tutup kaca kemudian tekan tombol tare
6) Buka tutup kaca kemudian timbang NaOH sebanyak 2 gr.
7) Tutup kaca kemudian perhatikan layar ketika menunjukkan menunjukkan 2.0000
yang konstan. Keluarkan NaOH.
- Menimbang tablet dengan neraca analitik
1) Pastikan waterpass dalam kondisi berada di tengah dan timbangan bersih
2) Nyalakan timbangan dengan menekan tombol kontrol. Tunggu hingga layer
menunjukkan nilai “0,0000”.
3) Buka tutup kaca pada bagian kanan
4) Letakkan kertas perkamen diatas timbangan tunggu hingga massa pada
timbangan terbaca dan muncul tanda bintang disamping angka
5) Tekan tombol tare sehingga nilai akan Kembali 0.00
6) Timbang satu tablet, perhatikan bobot tablet yang tertera pada layer
7) Catat bobot yang tertera pada layar.
8) Turunkan tablet tersebut dari timbangan kemudian timbang tablet lainnya satu
persatu hingga 10 tablet
8
9) Hitung rataan, variasi dan standar deviasi dari data penimbangan 10 tablet
tersebut.
D. Lembar Kerja
Sampel Berat (satuan)
Tablet 1
Tablet 2
Tablet 3
Tablet 4
Tablet 5
Tablet 6
Tablet 7
Tablet 8
Tablet 9
Tablet 10
Rata-rata ± SD
E. Soal-soal
1. Sebutkan bentuk pemberian bahan talk, vaselin flavum dan NaOH !
2. Mengapa anak timbangan tidak diambil langsung menggunakan tangan telanjang pada
penimbangan neraca dua lengan ?
3. Mengapa diatas timbangan perlu dibersihkan sebelum menimbang !
4. Mengapa sebelum menimbang dengan timbangan analitik perlu memperhatikan ?
5. Tuliskan rumus umum rataan, variasi dan standar deviasi (SD) !
9
PERCOBAAN 2. Pengenalan Alat Ukur Volume
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu
mendemonstrasikan teknik laboratorium dasar yang sering digunakan di laboratorium
terutama pada pengukuran volume.
B. Teori
Pengukuran Volume
1. Volume cairan dapat diukur dengan menggunakan berbagai alat sesuai dengan kriteria tertentu
(Tabel 3 . 1).
Tabel 3.1. Kriteria Pemilihan Metode Pengukuran Cairan
Rentang Volume Kegunaan Pengukuran
Metode Akurasi
Terbaik Berulang
2. Penggunaan gelas ukur: larutan berair akan menimbulkan meniskus pada gelas ukur. Dalam
pembacaan meniskus, yakinkan bahwa Anda membaca titik terendah dari meniskus tersebut (Gambar
3.1). Transfer cairan dengan gelas kimia ke dalam gelas ukur harus dilakukan secara ‘mouth
tomouth’.
3. Pipet Pasteur: Pipet Pasteur dipegang secara vertikal dengan jari tengah mengenggam pipet sementara
10
jempol dan jari telunjuk mengontrol tekanan pada bulbus dan menekan perlahan untuk meneteskan
cairan (Gambar 1.3).
Gambar 3.3. Jenis-jenis pipet : volumetrik-transfer (a), Ostwald Folin-transfer (b), Mohr-
pengukuran (c), Serologis-pengukuran (d)
11
terdapatgelembung udara
c. Isap cairan melebihi volume cairan yang diinginkan dengan menekan bulbus, hati-
hatijangan sampai cairan tertarik ke dalam bulbus
d. Lepaskan bulbus, tempatkan jari di atas pipet kaca. Seka bagian luar pipet dengan
kainkasa, hati-hati di bagian bawah pipet sehingga cairan dapat keluar dalam pipet.
e. Atur meniskus, baca meniskus pada bagian bawah lengkungan dari cairan
f. Transfer cairan pada wadah yang telah disediakan.
g. Letakkan bulbus pada bagian atas pipet dan keluarkan tetes terakhir pada wadah yang
disediakan.
5. Mikropipet: Ilustrasi mengenai mikropipet disajikan dalam Gambar 3.4.
Beberapa poin yang penting untuk diperhatikan ketika menggunakan mikropipet adalah
sebagai berikut :
a. Jangan melebihi batas atas atau bawah dari pipet yang digunakan. Mikropipet memiliki variasi
jenis diantaranya P1000 (100-1000 µL), P100 (10-100 µL), P 10 (1-10 µL). Tip biru atau
putih digunakan untuk P1000, sementara tip kuning untuk P100 dan P10.
b. Pilih mikropipet dengan ukuran terkecil sesuai dengan volume yang diinginkan untuk
memperbesar akurasi.
c. Pasang tip kemudian atur volume dengan cara memutar tombol bagian dalam searah jarum
jam untuk meningkatkan jumlah volume dan sebaliknya.
d. Tekan tombol ‘plunger’ perlahan hingga batas tahanan awal untuk memperoleh volume muatan.
Sembari menekan, masukkan ujung tip hingga terendam sedikit (3-4 mm).
12
e. Secara perlahan lepaskan tombol ‘plunger’ untuk menarik cairan dan yakinkan bahwa tip
masih terendam. Jika larutan kental isi perlahan dan biarkan cairan naik hingga volume
akhir untuk mencegah gelembung udara.
f. Secara visual lihat apakah tip sudah terisi penuh oleh cairan. Jika benar maka tidak
terdapat gelembung udara dalam tip.
6. Kasus khusus: untuk cairan dengan viskositas yang tinggi maka transfer cairan membutuhkan
waktu, pelarut organik yang menguap cepat maka bekerja secara cepat dan wadah harus disegel
secara cepat, dan larutan surfaktan tidak boleh ditransfer cepat serta hindari pembentukan
gelembung.
C. Metode Percobaan
1. Alat:
Pipet volume 1, 5, 10, 25 mL
Pipet ukur 5, 10 mL
Buret 50 mL
2. Bahan
Aquades
3. Cara Kerja
Lakukan pengambilan volume untuk masing-masing alat ukur!
D. Penugasan
1. Carilah video mengenai cara pengukuran volume larutan
2. Jelaskan bagaimana cara mengukur volume larutan dengan berbagai alat ukur
3. Bandingkan alat ukur mana yang paling akurat
13
PERCOBAAN 3. Pengenalan Alat Ukur Dasar
JANGKA SORONG
A. Tujuan
1. Mengetahui fungsi jangka sorong
2. Mengetahui cara pengukuran menggunakan jangka sorong
B. Teori
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi
juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran dapat menggunakan
beberapa macam alat yaitu: micrometer, jangka sorong, dial indikator, viler gauge dll.
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter.
Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru
sudahdilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05 mm untuk jangka sorang dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.
Fungsi Jangka Sorong
1. Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai0,1 mm.
(rahang tetap dan rahang geser bawah)
2. Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter bendayang
cukup kecil seperti cincin, pipa, dll.
3. Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman sepertikedalaman
tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil.
14
No. Bagian-bagian alat Kegunaannya
a. Rahang tetap dengan Sebagai mistar standard an merupakan badan dari
Tangkai berskala jangka
sorong.
Untuk menjepit benda yang diukur, yang dapat
b. Rahang geser digeser-gesersesuai
Dengan besar benda.
c. Rahang bawah Untuk mengukur diameter luar dan panjang benda.
d. Rahang atas Untuk mengukur diameter dalam benda.
e. Skala utama Untuk menentukan besar pengukuran.
f. Skala nonius Untuk pengukuran terkecil agar pengukuran teliti.
g. Roda pendorong Untuk menggeser/mendorong rahang jangka sorong.
h. Sekrup penahan/pengunci Untuk mengunci rahang setelah benda ukur terjepit
i. Ujung batang jangka Untuk mengukur kedalaman benda yang berongga.
sorong
Jangka Sorong merupakan alat ukur panjang, yang mempunyai dua buah skala, yaitu skala
utama dan skala nonius (berbentuk skala geser). Tingkat ketelitiannya ada yang sampai 0,02
mm. Nilai Skala Terkecil (NST) jangka sorong (tingkat ketelitian jangka sorong) dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:
K = 1/n . Su
Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu
sama antarasatu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10
skala, 20 skala, danbahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Hasil pengukuran dari sebuah jangka sorong dapat ditentukan dengan cara membaca
penunjukan angka nol pada skala nonius terhadap skala utama dan skala nonius yang
keberapa yang tepat berimpit atau segaris dengan skala utama.
15
Pada gambar di samping, penunjukan
3 4 nol skala nonius berada antara 3,1 cm
C. Metode Percobaan:
1. Alat
- Jangka Sorong
- Gelas Kimia 50 mL, 100 mL
2. Bahan:
- 10 Tablet Konvensional
3. Cara Kerja
1. Sebelum melakukan pengukuran, observasi terlebih dahulu jangka sorong yang
digunakan.
2. Carilah ketelitian jangka sorong.
3. Lakukan pengukuran diameter luar benda dengan menjepitkan benda.
4. Amati skala utama yang berada disebelah kiri angka nol skala nonius, yang masih dapat
dibaca dengan jelas tanpa angka perkiraan. Misalkan 2,5 cm atau 25 mm.
5. Amati pula skala nonius yang tepat berimpit (segaris) dengan salah satu skala utama.
Misalnya skala ke 8 dihitung dari patokan (acuan) angka nol nonius.
6. Hasil pengukuran dihitung dengan cara:
Hasil bacaan skala utama + (Hasil bacaan skala nonius x ketelitian)
Misal : 1,5 cm + (8 X 0,01 mm) = 1,58 cm
7. Ulangi pengukuran diameter luar benda sebanyak tiga kali. Masukkan data pengukuran
kedalam tabel data.
8. Lakukan pengukuran diameter luar benda dengan menyisipkan kelereng pada rahang
bawah (c) dan geser dengan rahang geser (b) jangka sorong tersebut dan kencangan
sekrup penahan (h). Amati dan hitung hasil pengukuran sebagaimana cara pada nomor
4,5, dan 6 diatas.
16
Cara Mengkur Kedalaman Benda
1. Tempatkan benda yang akan diukurkedalamannya pada tangkai ukur
2. Tarik rahang geser hingga menyentuk permukaan dalam (dasar lubang). Usahakan
benda yang diukur kedalamannya dalam keadaan statis (tidak Bergeser)
3. Amati hasil pengukuran
D. Lembar Kerja
E. Soal-soal
1. Berapakah besarnya kemampuan maksimum dan ketelitian jangka sorong yang kamu
pakai?
2. Untuk setiap pengukuran yang kamu lakukan, samakah hasilnya? Jika tidak, sebutkan
faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan hasil (kesalahan) pengukuran tersebut!
3. Sebutkan manfaat pengukuran bagi dirimu!
17
PERCOBAAN 4. Pembuatan Larutan dan Pengenceran
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mempelajari dan melatih cara-cara pembuatan dan pengenceran larutan
dengan konsentrasi tertentu.
B. Teori
Larutan merupakan campuran homogen dari zat terlarut (solute) dengan pelarut
(solvent). Zat terlarut dapat berupa padat cair, dan gas, sedangkan pelarutnya biasanya berupa
zat cair. Banyaknya zat terlarut pada pelarutnya sering dinyatakan dengan konsentrasi. Berbagai
satuan atau unit konsentrasi yang umum dikenal antara lain persen berat, persen volume,
molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), dan lainnya.
Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting untuk
memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia dan makhlukhidup
pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukan
antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di laboratorium atau di industri terjadi
di dalam larutan.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan normalitas (N) atau molaritas (M). Senyawa
yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi
larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan
yang dibuat.
Contohnya: H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H𝗒COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇,
As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer:
- Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
- Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
- Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air
- Mempunyai Mr yang tinggi
18
2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer
kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan
larutan standar.
Contoh: larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Pembuatan larutan dan pengenceran adalah salah satu kegiatan dasar yang dilakukan
dilaboratorium. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu dilakukan di dalam
laboratorium. Untuk menyatakan kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan
berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Untuk memperkecil konsentrasi suatu
larutan maka dilakukan pengenceran, dengan cara menambahkan pelarut.
Larutan dengan konsentrasi rendah dapat dibuat dari larutan dengan konsentrasi
lebih tinggi dengan cara pengenceran. Rumus pengenceran adalah sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:
V1= volume larutan awal sebelum pengenceran
M1= konsentrasi larutan awal sebelum pengenceran
V2= volume larutan setelah pengenceran
M2= konsentrasi larutan setelah pengenceran
C. Metode Percobaan
1. Alat
- Timbangan analitik
- Sendok
- Gelas arloji
- Labu ukur 100 ml
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Gelas kimia
2. Bahan
- NaOH Pellet
- NaCl
- Aquades
- HCl
19
- Etanol
- Kertas saring
3. Cara Kerja
Pembuatan larutan
- Tiap kelompok membuat larutan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan (Tabel
1)
- Masing-masing kelompok harus menghitung berapa massa (gram) senyawa yang
harus ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam labu takar 100 ml. Perhitungan
jumlah zat yang ditimbang dituliskan dalam laporan praktikum bagian analisis
data.
- Timbanglah sejumlah zat yang telah dihitung.
- Larutkan dalam labu takar 100 mL sejumlah zat yang telah ditimbang tersebut.
Pengenceran larutan
- Tiap kelompok mengencerkan larutan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan
(Tabel 1)
- Masing-masing kelompok harus menghitung berapa volume (ml) larutan induk
yang diambil untuk diencerkan menggunakan labu takar 100 ml. Perhitungan
jumlah ml yang dippipet dituliskan dalam laporan praktikum bagian analisis data.
- Ambillah larutan induk sesuai perhitungan menggunakan pipet ukur atau pipet
volume.
- Larutkan dalam labu takar 100 mL sejumlah zat yang diambil tersebut.
Tabel 1. Pembagian tugas pembuatan dan pengenceran larutan
Kelompok Pembuatan larutan Pengenceran larutan
1 NaCl 0,05 M; 100 Etanol 96% menjadi etanol 70% sebanyak
ml 100 ml
2 NaOH 0,05 M; 100 HCl 0,5 M menjadi HCl 0,01M sebanyak
ml 100 ml
3 NaCl 2%; 100 ml NaCl 2% menjadi 0,5% sebanyak 100 ml
4 NaOH 1 %; 100 ml NaOH 1 % menjadi 0,5% sebanyak 100 ml
100 ml
5 NaCl 0,05 M; 100 Etanol 96% menjadi etanol 70% sebanyak
ml 100 ml
6 NaOH 0,05 M; 100 HCl 0,5 M menjadi HCl 0,01M sebanyak
ml 100 ml
7 NaCl 2%; 100 ml HCl 5% menjadi HCl 1% sebanyak 100 ml
8 NaOH 1 %; 100 ml Etanol 96% menjadi etanol 50% sebanyak
100 ml
20
Teknis praktikum:
1. Pada sesi 1, kelompok 1-4 mengerjakan pembuatan larutan sesuai pembagian
jenis larutan, sedangkan kelompok 5-8 mengerjakan pengenceran larutan terlebih
dahulu.
2. Jika sudah selesai, dilanjutkan dengan sesi 2, yaitu kelompok 1-4 dapat bertukar
tempat dengan kelompok 5-8 untuk mengerjakan pengenceran larutan. Demikian
sebaliknya.
3. Tiap anggota kelompok membagi tugas untuk mengerjakan tiap-tiap step dalam
praktikum, misalnya penimbangan, melarutkan padatan, dst.
21
PERCOBAAN 5. Pengenalan Mikroskop dan Pengamatan Preparat
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi berbagai bagian mikroskop dan menyebutkan fungsi dari komponen-
komponen mikroskop.
2. Mendeskripsikan dan mendemonstrasikan teknik perawatan mikroskop yang baik.
3. Mendemonstrasikan teknik memfokuskan mikroskop secara baik.
B. Teori
Ahli biologi sel menggunakan mikroskop dalam mempelajari struktur dan fungsi sel,
contohnya di dalam perhitungan dan penentuan morfologi sel darah. Untuk dapat
menggunakan mikroskop dengan baik, mahasiswa perlu mempelajari prinsip dasar
mikroskop, meliputi prinsip optis, dasar konstruksi, dan basis saintifik perawatan serta
pemeliharaan mikroskop. Mikroskop didesain secara beragam oleh berbagai perusahaan
sehingga manual dalam penggunaan mikroskop harus diperhatikan dan diikuti dengan
seksama sebelum digunakan.
Perhatian
Mikroskop merupakan instrumen yang presisi sehingga harus ditangani dengan baik.
Berikut beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam membawa, membersihkan,
menggunakan dan menyimpan mikroskop:
1. Ketika memindahkan mikroskop, bawa dalam posisi satu tangan memegang lengan
mikroskop dan satu tangan lain menyangga bagian dasar, Hindari mengayun-ayunkan
instrumen selama transpor dan menghentakkan atau melemparkan instrumen ketika
hendak diturunkan.
2. Gunakan hanya kertas lensa untuk membersihkan lensa. Bersihkan lensa sebelum dan
sesudah penggunaan secara sirkuler dengan menggunakan kertas lensa.
3. Mulailah selalu ketika memfokuskan objek dengan lensa objektif pada posisi kekuatan
paling rendah, kemudian berganti dengan kekuatan yang lebih tinggi.
4. Gunakan knop perbesaran kasar hanya dengan kekuatan perbesaran lensa paling rendah.
5. Gunakan selalu kaca penutup ketika melakukan pengamatan preparat apusan basah.
6. Sebelum menyimpan mikroskop dalam lemari penyimpanan, ambil preparat dari meja
benda, putar lensa objektif pada kekuatan paling rendah, putar knop sehingga mendekati
bagian dasar, dan tutup dengan penutup mikroskop atau kembalikan pada area
penyimpanan yang tepat.
7. Jangan pernah membuka bagian apapun dari mikroskop, ketika terjadi permasalahan
mekanis hubungi laboran/dosen.
22
Pada mikroskop cahaya, sumber cahaya yang difokuskan akan mengenai objek atau
spesimen kaca objek pada meja benda mikroskop. Bagian spesimen yang lebih rapat secara
optis memiliki indeks refraksi yang lebih tinggi atau apabila diwarnai dengan suatu pewarna
akan menunjukkan gambar seperti bayangan dengan berbagai perbesaran dan dilewatkan
oleh mikroskop ke mata.
C. Metode Percobaan
1. Alat
- Mikroskop cahaya
2. Bahan
- Preparat histologi:
a. Tubulus seminiferous
b. Ovarium mencit
23
3. Cara Kerja
Sebelum praktikum:
Saat praktikum:
24
D. Lembar Kerja
Lembar Kerja
Gambar Preparat
25
Lembar Kerja
Gambar Preparat
26
E. Soal Diskusi
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat akan memindahkan mikroskop?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat membersihkan lensa?
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat menyimpan mikroskop?
Komponen Fungsi
Basis/dasar/penyangga
Substage light/cermin
Stage/meja benda
Kondenser
Lengan
Okuler (eyepiece)
Nosepiece
Lensa objektif
27
PERCOBAAN 6. Penentuan Titik Lebur
A. Tujuan
C. Metode Percobaan
1. Alat
BUCHI Melting Point M-565
Pipa kapiler
Mortar dan stamper
Sudip
2. Bahan
Vitamin C
28
Parasetamol
Sampel X
3. Cara kerja
a. Ambil sejumlah zat, gerus dengan mortar.
b. Masukkan ke dalam pipa kapiler setinggi 4–6 mm.
c. Nyalakan alat dengan menekan tombol power, biarkan alat melakukan
inisialisasi.
d. Pilih menu “Melting Point” yang akan digunakan dengan memutar tombol
navigasi.
e. Pilih metode yang akan digunakan dengan cara: Tekan tombol Methode, pilih
method yang akan digunakan dengan memutar tombol Navigasi, tekan tombol
START untuk memulai analisa.
f. Masukan ID sampel, kemudian tekan Save, tunggu sampai display suhu
menunjukan start temperature yang diinginkan. Setelah suhu tercapai ditandai
dengan bunyi “beep”, masukan sampel ke dalam heating
g. chamber dan tekan tombol Start. Tunggu sampai proses analisa selesai ditandai
dengan bunyi “beep”.
h. Hasil akan tercetak secara otomatis pada printer apabila auto print diaktifkan
atau tekan tombol Print apabila auto print tidak diaktifkan.
i. Tekan tombol End atau Stop untuk kembali ke menu awal.
j. Lakukan pencatatan suhu titik lebur.
k. Lakukan pengulangan pengukuran untuk masing-masing senyawa
D. Hasil Pengamatan
Vitamin C
Parasetamol
Sampel X
29
PERCOBAAN 7. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis
A. Tujuan
B. Teori
I.Penentuan Kerapatan, Bobot Jenis
Kerapatan (densitas) merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive dan bisa
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Kerapatan adalah massa per unit volume
suatu zat pada suhu tertentu. Sifat ini merupakan besaran intensif yaitu sifat yang tidak
tergantung dari jumlah bahan. Kerapatan tidak hanya menunjukkan ukuran dan bobot
molekul zat tetapi juga gaya-gaya atraksi antar molekul zat yang mempengaruhi
karakteristik bahan. Kerapatan diperoleh dengan membagi massa (m) suatu objek dengan
volumenya (v). Dalam system cgs satuan dari kerapatan adalah g.cm-3, g.mL-1, atau kg.L-1,
sedangkan dalam sistem MKS adalah kg.m-3.
Bobot (massa) jenis adalah perbandingan kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air
pada 4 oC. Nilai kerapatan air pada suhu ini adalah 1 g/ml, sehingga nilai kerapatan sama
dengan nilai bobot (massa) jenis, hanya satuannya berbeda, yaitu bobot (massa) jenis tidak
mempunyai satuan.
C. Metode Percobaan
I. Penentuan Kerapatan, Bobot Jenis
1. Alat
- Piknometer
- Termometer
- Timbangan analitik
- Alat-alat gelas (Pipet tetes, gelas ukur, beaker glass)
- Baskom
2. Bahan
- Air
- Sirupus simplex
- Etanol 70%
- Batu didih
- Gliserin
30
- Lilin
- Es batu
3. Cara Kerja
a) Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1. Timbang piknometer kosong beserta tutupnya yang sudah dibersihkan dan dikeringkan
dengan seksama ( misal diperoleh p gram).
2. Isi piknometer dengan air hingga penuh, rendam dalam air es hingga suhunya 20 oC di
bawah suhu percobaan.
3. Tutup piknometer, namun pipa kapiler dibiarkan terbuka, diamkan hingga suhu
mencapai suhu percobaan, kemudian tutup pipa kapiler.
4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, bersihkan piknometer dan
timbang beserta isinya (misal diperoleh p+a gram).
5. Lihat data kerapatan air pada suhu percobaan (misalkan da g/ml)
6. Hitung massa air dalam piknometer, yaitu (p+a) – p= a gram.
7. Volume piknometer pada suhu tersebut sama dengan volume air Vp = Va = a gram/da
g/ml.
8. Tentukan kerapatan air.
b) Penentuan kerapatan zat cair
Cara penentuan kerapatan zat cair sampel sama dengan cara penentuan kerapatan air,
hanya saja air diganti dengan cairan sampel.
c) Penentuan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih besar daripada kerapatan air
1. Timbang sampel (batu didih) dengan seksama.
2. Masukkan batu didih dalam piknometer, isi penuh piknometer dengan air, rendam
dalam air es hingga suhunya 20 oC di bawah suhu percobaan.
3. Tutup piknometer, namun pipa kapiler dibiarkan terbuka, diamkan hingga suhu
mencapai suhu percobaan, kemudian tutup pipa kapiler.
4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, bersihkan piknometer dan
timbang beserta isinya.
5. Hitung bobot air yang tertinggal dalam piknometer.
6. Hitung bobot air yang tertumpahkan.
7. Hitung volume air yang ditumpahkan, besarnya sama dengan volume batu didih yang
mendesaknya keluar.
8. Hitung kerapatan sampel.
d) Penentuan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan air
1. Timbang sampel (lilin) dengan seksama.
31
2. Siapkan batu timbang yang telah diukur densitas dan massanya (hasil poin c), kaitkan
lilin pada batu timbang.
3. Masukkan dalam piknometer kemudian isi piknometer dengan air hingga penuh,
rendam dalam air es hingga suhunya 20 oC di bawah suhu percobaan.
4. Tutup piknometer, namun pipa kapiler dibiarkan terbuka, diamkan hingga suhu
mencapai suhu percobaan, kemudian tutup pipa kapiler.
5. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, bersihkan piknometer dan
timbang beserta isinya.
6. Hitung berat air yang ditumpahkan oleh batu didih dan lilin, hitung volume air.
7. Tentukan volume air yang ditumpahkan oleh masing-masing batu didih dan lilin.
8. Tentukan densitas lilin.
D. Lembar Kerja
Suhu percobaan = …….. oC
1. Aquadest
No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + air (p+a gram)
c Massa jenis air pada suhu percobaan (da gram/mL)
d Massa air (ma = (p+a)-p gram)
e Volume piknometer = volume air (Va = ma / da)
2. Sirupus simplex
No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + sirupus simplex (p+s gram)
c Massa sirupus simplex (ms = (p+s)-p gram)
d Volume sirupus simplex = volume piknometer (va mL)
E Kerapatan atau densitas sirupus simplex (ds = ma / da)
32
3. Etanol 70%
No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + etanol 70% (p+k gram)
c Massa etanol 70% (ms = (p+s)-p gram)
d Volume etanol 70%= volume piknometer (va mL)
e Kerapatan atau densitas etanol 70% (dk = mk / dk)
4. Gliserin
No Prosedur Hasil
a Bobot piknometer kosong (p gram)
b Bobot piknometer + gliserin (p+k gram)
c Massa gliserin (ms = (p+s)-p gram)
d Volume gliserin = volume piknometer (va mL)
e Kerapatan atau densitas gliserin (dk = mk / dk)
5. Batu didih
No Prosedur Hasil
a Bobot batu didih (b gram)
b Bobot piknometer kosong (p gram)
c Bobot piknometer + air + batu didih (p+a+b gram)
d Massa air dalam piknometer (map = (p+a+b)- (p+b) gram)
e Massa air yang tertumpahkan (mt = ma – map)
f Volume air yang tertumpahkan (vt = mt/da)
g Volume batu didih = volume air yang tertumpahkan (vt)
h Kerapatan atau densitas batu didih (db = mt/vt)
33
6. Lilin
No Prosedur Hasil
a Bobot lilin (n gram)
b Bobot batu didih (b gram)
c Bobot piknometer kosong (p gram)
Bobot piknometer + air + batu didih + lilin (p+a+b+n
d
gram)
e Massa air dalam piknometer (map = (p+a+b)- (p+b) gram)
Massa air yang tertumpahkan oleh batu didih dan lilin (mtn
f
= ma – map)
g Massa air yang tertumpahkan oleh lilin (mn = mtn – mt)
h Volume air yang tertumpahkan oleh lilin (vn = mt/da)
Volume lilin = volume air yang tertumpahkan oleh lilin
i
(vn)
j Kerapatan atau densitas lilin (dn = mn/vn)
E. Soal-soal
1. Apakah perbedaan antara kerapatan dan bobot jenis?
2. Jelaskan alasan mengapa piknometer direndam pada air es hingga suhunya 20 oC di bawah suhu
percobaan!
3. Jelaskan tujuan pipa kapiler dibiarkan terbuka dan diamkan hingga suhu mencapai suhu
percobaan!
4. Jelaskan pentingnya mengetahui kerapatan dan bobot jenis zat!
5. Sebutkan alat yang digunakan untuk menentukan kerapatan zat!
34
PERCOBAAN 8. Pengenalan Bentuk Sediaan Obat
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, Anda diharapkan mampu
mengidentifikasi bentuk-bentuk sediaan farmasi yang ada dipasaran.
B. Teori
Obat adalah zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1985). Obat harus
memenuhi syarat safe (aman), effective (berkhasiat), dan acceptable (dapat diterima).
Sediaan obat yang beredar di pasaran terdiri atas berbagai bentuk sediaan yang
disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Berikut adalah bentuk sediaan obat menurut
konsistensinya:
1. Bentuk sediaan obat padat, contohnya tablet, kapsul, pulvis, pulveres, kaplet, dan pil.
2. Bentuk sediaan obat cair, contohnya sirup, emulsi, suspensi, dan elixir.
3. Bentuk sediaan obat semipadat, contohnya krim, gel, salep, linimenta dan pasta.
Bentuk sediaan obat dengan penggunaan khusus, contohnya aerosol (inhaler), infus, obat
tetes, obat injeksi, ovula dan transdermal (patch).
C. Metode Percobaan
1. Bahan
Obat-obatan dengan berbagai bentuk sediaan
2. Cara Kerja
a. Amati bentuk sediaan obat yang telah disediakan
b. Lakukan studi literatur dan diskusi kelompok terkait bentuk sediaan, definisi, cara
pemberian, dan contoh obat yang berada di pasaran.
c. Isilah lembar kerja sesuai dengan hasil telaah informasi dan diskusi kelompok Anda.
35
D. Lembar Kerja
Nama Obat (merk Indikasi Cara Gambar
Bentuk
No dagang dan Pemberian
Sediaan
kandungan
1
E. Soal-soal
1. Jelaskan bentuk-bentuk sediaan yang cocok diberikan kepada pasien anak-anak!
2. Sediaan apa yang cocok digunakan untuk pasien yang mengalami wasir namun kesulitan
dalam menelan obat?
3. Sebutkan bentuk-bentuk sediaan yang digunakan sebagai obat yang dioleskan pada kulit!
4. Jika Anda ingin membuat sediaan kosmetik, bentuk sediaan apa saja yang dapat Anda
kembangkan?
5. Jelaskan perbedaan antara sirup, suspensi, dan emulsi!
36
DAFTAR PUSTAKA
Rudolf Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Willey, J. M., Sherwood L.M., and Woolverton C, J. 2008. Prescott, Harley, and Klein’s
Microbiology seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York. Hal 101-149
37