You are on page 1of 15

LAPORAN KASUS PERIODONSIA

GINGIVEKTOMI

Disusun Oleh :
Rani Febrianti
Rosalia Indri Dewanti

Dosen Pembimbing :
drg. Isniya Nosartika, MD.Sc., Sp.Perio.

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
ABSTRAK ...................................................................................................................................... 3
LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 4
LAPORAN DAN PENATALAKSANAAN KASUS .................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 10
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

2
ABSTRAK

Pendahuluan : Pembesaran gingiva yang juga disebut hiperplasi maupun hipertrofi gingiva
merupakan pertumbuhan gingiva yang abnormal. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan
tatalaksana pembesaran gingiva dengan teknik gingivektomi konvensional. Gingivektomi
merupakan tindakan untuk eksisi gingiva. Eksisi gingiva bertujuan untuk menghilangkan dinding
poket, sehingga didapatkan kontur gingiva yang fisiologis dan secara estetik baik. Gingivektomi
dapat dilakukan dengan pisau bedah (scalpel), electrosurgery, laser maupun pemberian bahan
kimia. Gingivektomi konvensional yang dilakukan dengan scalpel, merupakan metode yang paling
umum digunakan. Gingivektomi memberikan pilihan yang baik untuk perawatan pembesaran
gingiva.

Kasus : Pasien laki-laki berusia 25 tahun datang dengan keluhan gusi depan bawah sering berdarah
ketika gosok gigi. Tidak ada rasa sakit yang dirasakan oleh pasien. Pada pemeriksaan klinik
inspeksi terdapat hiperemi dan edema pada labial gingiva regio gigi 31 32 41 42, palpasi tidak
nyeri. Pasien didiagnosis dengan gingivitis kronis pada labial gingiva 31 32 41 42 yang disebabkan
oleh plak dan kalkulus.

Tatalaksana Kasus : Tindakan dilakukan dibawah pengaruh anastesi infiltrasi bagian labial
gingiva regio gigi 41 42. Insisi dilakukan dengan menggunakan blade no 15 pada bleeding point
yang telah dibuat sebelumnya, setelah dilakukan insisi, area operasi dilakukan irigasi dengan
larutan saline dan dilakukan kontrol pendarahan dengan aplikasi periodontal pack.

Pembahasan : Setelah dua minggu dilakukan kontrol pertama pada area bedah masih terdapat
edema pada gingiva regio gigi 41 42. Setelah 1 bulan dilakukan kontrol kedua, penyembuhan luka
setelah gingivektomi terlihat membaik dari sebelumnya namun masih terdapat sedikit edema pada
bagian interdental papilla gingiva gigi 42-43 dan pasien tidak ada keluhan.

Simpulan dan Saran : Tindakan gingivektomi dapat menjadi alternatif perawatan dalam kasus
enlargement gingiva ketika tidak terjadi perbaikan setelah dilakukannya tindakan initial phase.

3
LATAR BELAKANG

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi. Gingiva sehat mempunyai ciri berwarna coral pink, tekstur stippling, dan
konsistensi kenyal. Penyakit periodontal yang paling sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena
gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung
sehingga mempengaruhi faktor estetik. Penyakit ini terjadi karena infeksi jaringan pendukung gigi.
Ketika plak muncul, bakteri akan mengiritasi gingiva dan menyebabkan gingiva menjadi bengkak.
Pembesaran gingiva ditandai dengan penambahan ukuran gingival dan dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, dapat menimbulkan halitosis dan menganggu estetik .1

Kondisi jaringan periodontal yang banyak menimbulkan keluhan estetik adalah


pembesaran gingiva dan resesi gingiva. Pembesaran gingiva merupakan ciri adanya penyakit yang
sering disebut sebagai gingival enlargement. Gingival enlargement merupakan pertumbuhan
gingiva yang melebihi normal sehingga terjadi peningkatan ukuran gingiva. Istilah pembesaran
gingiva meliputi adanya suatu kondisi hiperplasi maupun hipertrofi gingiva.2 Perawatan
periodontal diawali dengan initial phase therapy yang meliputi dental health education (DHE),
2
supra dan subgingival scaling, dan polishing. Gingivitis hiperplasi dirawat dengan scaling, bila
gingiva tampak lunak, terdapat perubahan warna, terjadi edema dan infiltrasi seluler, dengan syarat
ukuran pembesaran tidak mengganggu pengambilan deposit pada permukaan gigi.

Apabila gingivitis hiperplasi terdiri dari komponen fibrotik yang tidak mengecil setelah
dilakukan perawatan scaling atau ukuran pembesaran gingiva menutupi deposit pada permukaan
gigi, dan mengganggu akses pengambilan deposit, maka dilakukan perawatan secara bedah
(gingivektomi). Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingiva dengan membuang dinding
lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan keradangan gingiva sehingga didapat
1,3
gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik baik. Keuntungan teknik gingivektomi adalah
teknik sederhana, dapat mengeliminasi poket secara sempurna, lapangan penglihatan baik. Pada
kasus ini akan dibahas mengenai Tindakan gingivektomi pada kasus dengan enlargement gingiva.

4
LAPORAN DAN PENATALAKSANAAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun datang dengan keluhan gusi depan bawah
sering berdarah ketika gosok gigi. Tidak ada rasa sakit yang dirasakan oleh pasien. Pada
pemeriksaan klinis inspeksi terdapat hiperemi dan edema pada labial gigi 32-42, palpasi tidak
nyeri. Pasien didiagnosis awal dengan gingivitis kronis pada labial gingiva 32,31,41,42 yang
disebabkan oleh plak dan kalkulus.

Gambar 1. Rongga Mulut Pasien Sebelum Perawatan

Gambar 2. Foto Panoramik Pasien sebelum perawatan

5
Pengetahuan kesehatan gigi dan cara terbaik untuk mengobati kondisi tersebut dengan
pembersihan karang gigi/scaling diberikan kepada pasien pada kunjungan pertama; juga
dijelaskan cara, waktu, frekuensi, dan durasi menyikat gigi yang benar. Setelah dilakukan scalling
dan root planning pasien diinstruksikan untuk tidak makan minum panas, disarankan minum
dingin, menjaga OH dengan menyikat gigi 2x sehari, berkumur setelah makan dan kontrol 1
minggu kemudian. Pasien secara khusus diinstruksikan untuk tetap menyikat pada area yang
mengalami peradangan dengan lebih benar. Pada kunjungan pertama juga dilakukan pemeriksaan
OHIS dan Plak Indeks pada pasien dengan hasil OHIS (1,3 = Sedang) dan Plak index (41% =
Sedang). Setelah itu pasien diberitahu mengenai prosedur perawatan yang akan dilakukan dan
penandatangan informed consent.

Gambar 3. Model Study Sebelum Perawatan

Pada kunjungan kedua, dilakukan kontrol 1 minggu setelah tindakan scaling. Pada
pemeriksaan klinis, gingiva labial gigi 32,31,41,42 tidak tampak hiperemi namun masih terdapat
edema, palpasi tidak nyeri. Pada kunjungan kedua dilakukan pemeriksaan OHIS dan Plak Indeks
kembali dengan hasil OHIS (1 = Baik) dan Plak index (16% = Excellent). Kemudian dilakukan
pemeriksaan kedalaman probing dengan hasil gigi 41,42 M= 3,5 mm B= 3,5 mm D= 3,5 mm.
Terdapat perdarahan saat probing. Setelah itu dilakukan edukasi dan penjelasan kepada pasien
terkait kondisi tersebut. Pasien setuju untuk dilakukan tindakan gingivektomi pada gigi
32,31,41,42.

6
Gambar 4. Setelah scalling dan root planning

Kunjungan ketiga dilakukan gingivektomi pada regio gigi 41 dan 42 terlebih dahulu
yang kemudian disusul oleh 2x kunjungan untuk dilakukan kontrol 1 minggu (kunjungan keempat)
dan 1 bulan (kunjungan kelima) pasca perawatan. Tindakan diawali dengan pemeriksaan OHIS
dan Plak Indeks terlebih dahulu dan pemeriksaan kondisi gingiva pasien. Hasil pemeriksaan OHIS
dan Plak Indeks harus masuk dalam kategori baik atau dibawah 25% untuk bisa dilakukan
gingivektomi. Hasil OHIS (1 = Baik) dan Plak Indeks (21% = Good). Kemudian selanjutnya
dilakukan persiapan pasien, operator, serta alat dan untuk tindakan gingivektomi.

7
Gambar 5. Langkah-langkah gingivektomi

Gingivektomi diawali dengan melakukan asepsis pada area yang akan dianestesi pada
gingiva sekitar gigi 41,42 dengan cara di usap menggunakan povidone iodine. Operator kemudian
menentukan area kerja atau elemen gigi yang akan dilakukan gingivektomi sesuai kedalaman
probing. Setelah itu lakukan anestesi infiltrasi dan daerah kerja pada gingiva, periksa apakah
anestesi sudah bekerja dengan menggunakan sonde pada sulkus gingiva. Setelah pasien teranastesi
lakukan pembuatan bleeding point/outline insisi menggunakan poket marker. Insisi awal dibuat
kurang lebih 1 mm lebih ke apical dari bleeding point dengan blade no 15, insisi bevel dengan
sudut 450 terhadap akar gigi dan berakhir pada dasar sulkus hingga membentuk zero pocket. Eksisi
jaringan gingiva pada area interproksimal dengan pisau orban. Buang jaringan gingiva yang telah
diinsisi menggunakan gracey kuret, lakukan irigasi menggunakan larutan saline. Kemudian
scaling dan penghalusan akar pada daerah kerja. Setelah itu lakukan gingivoplasty dan
depigmentasi pada area kerja, kontrol perdarahan menggunakan kasa steril. Irigasi dengan
menggunakan larutan saline. Setelah itu aplikasikan periodontal dressing/pack periodontal pada
area operasi. Pasien kemudian di instruksikan untuk tidak makan dan minum 1 jam pasca tindakan,
tidak makan minum panas, disarankan minum dingin, tidak memainkan luka bekas pembedahan,
menjaga OH dengan menyikat gigi 2 kali sehari, kontrol 1 minggu kemudian. Pasien juga
diresepkan obat antibiotik amoksisilin dan anti nyeri asam mefenamat.

8
Gambar 6. Kontrol 2 minggu pasca gingivektomi

Kunjungan keempat, kontrol pertama 2 minggu pasca gingivektomi, pemeriksaan


subjektif, tidak ada keluhan dari pasien. Pemeriksaan objektif, penyembuhan luka di area
gingivektomi terlihat baik, tidak ada hiperemi, namun masih terdapat edema. Area bekas operasi
kemudian dilakukan irigasi menggunakan larutan saline dan dilanjutkan pemeriksaan OHIS dan
Plak Indeks dengan hasil OHIS (1 = Baik) dan Plak Indeks (22% = Good). Pasien kemudian
diinstruksikan untuk kontrol kedua pada kunjungan berikutnya.
Kunjungan kelima, kontrol kedua 1 bulan kemudian pasien tidak ada keluhan rasa sakit
maupun nyeri. Pemeriksaan klinis didapatkan kondisi penyembuhan luka makin membaik, namun
masih terdapat sedikit edema pada interdental gingiva gigi 42,43 dan palpasi tidak nyeri. Pasien
kemudian diinstruksikan untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulut dan kontrol rutin ke dokter
gigi setiap 6 bulan sekali.

Gambar 7. Kontrol 1 bulan pasca gingivektomi

9
PEMBAHASAN

Kasus gingival englargement sangat bervariasi, sebagian besar disebabkan karena


peradangan akibat plak.4 Plak menyebabkan stimulasi terus menerus dan berkepanjangan yang
menghasilkan iritasi kronis yang mengakibatkan proliferasi jaringan fibrous. Plak dan bakteri yang
menumpuk dalam waktu lama menyebabkan infiltrasi infeksi ke dalam sel.5 Kondisi ini
menimbulkan estetik yang kurang baik, sehingga memerlukan perawatan.6 Scaling, root planing,
dan polishing merupakan initial phase therapy dalam prosedur perawatan penyakit periodontal.
Tindakan ini secara nyata dapat meredakan peradangan gingiva dan menghilangkan
mikroorganisme patologi yang terdapat pada daerah subgingiva sehingga tidak lagi terjadi
perdarahan ketika menyikat gigi.7
Gambaran klinis pada kasus ini ditandai dengan gingiva tampak membesar, halus,
permukaan mengkilat, tepi gingiva tumpul dan konsistensi lunak.8 Penyebab dari pembesaran
gingiva pada kasus ini adalah plak yang merupakan faktor lokal dan dipicu oleh gigi yang berjejal
atau tidak teratur terutama pada anterior rahang bawah. Pada pembesaran gingiva, apabila gingiva
terdiri dari komponen fibrotik yang tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling, root
planing, dan polishing atau ukuran pembesaran gingiva menutupi deposits pada permukaan gigi,
dan mengganggu akses pengambilan deposits, maka perawatannya adalah pengambilan secara
bedah atau gingivektomi.9
Gingivektomi dan gingivoplasti merupakan tindakan bedah periodontal yang bertujuan
untuk menghilangkan poket dan keradangan gingiva sehingga didapat gingiva yang fisiologis,
fungsional dan estetik yang baik.7 Gingivektomi bisa dilakukan ketika OHI-S baik dan plak indeks
<25%, pada kasus ini pasien memiliki skor OHIS 1 (Baik) dan Plak index 16%.10 Tindakan diawali
dengan anestesi menggunakan Lidocaine 2% dengan 1:100,000 epinephrine dipilih dengan
pertimbangan bahwa prosedur bedah mungkin relatif lama sementara bahan anastesi lidocain +
ephinephrine memiliki durasi kerja sekitar 3-4 jam pada jaringan lunak. Tekanan darah pasien
normal serta tidak ada riwayat alergi dengan bahan anastesi tersebut.11
Insisi bevel eksternal dimulai pada titik-titik poket marker, insisi dibuat miring dengan
sudut 45o ke permukaan gigi untuk menciptakan kembali kontur gingiva yang normal dan berakhir
pada dasar sulkus hingga membentuk zero pocket. Langkah selanjutnya adalah melakukan eksisi
jaringan gingiva pada area interproksimal dengan pisau orban lalu buang jaringan gingiva yang

10
telah diinsisi menggunakan gracey kuret. Jaringan ini dapat berisi komponen granulasi dan
mungkin juga mengandung potongan kalkulus yang tidak terlihat dan koloni bakteri. Tahap
selanjutnya adalah gingivoplasty dan depigmentasi.
Pada kasus ini, terdapat warna kehitaman pada area keratinisasi gingiva. Warna kehitaman
ini adalah hiperpigmentasi gingiva yang disebabkan karena akumulasi dari granula melanin yang
diproduksi oleh melanoblas terletak antara sel-sel epitel di lapisan basal epitelium.
Hiperpigmentasi gingiva bukan suatu keganasan, namun kondisi hiperpigmentasi dapat
mengganggu secara estetis.7 Prosedur yang dilakukan untuk menghilangkan hiperpigmentasi
gingiva adalah depigmentasi yang dilakukan setelah gingivektomi pada hari yang sama. Pemberian
larutan salin dan pemberian kasa dilakukan untuk membersihkan area yang telah di bedah serta
menghentikan perdarahan. Selanjutnya dilakukan pemasangan periodontal pek untuk melindungi
luka dari trauma mekanis dan stabilitas lokasi pembedahan selama proses penyembuhan,
pencegahan perdarahan atau infeksi pasca operasi, mengurangi hipersensitivitas gigi pada jam-jam
pertama setelah operasi, melindungi bekuan darah dari tekanan yang didapat pada area operasi
selama proses mengunyah. 12

Gambar 4. Kontrol 2 minggu pasca gingivektomi

Kontrol pertama pasca gingivektomi, pemeriksaan subjektif, pasien tidak ada keluhan. Saat
pemeriksaan objektif, tampak periodontal pack sudah terlepas. Jaringan gingiva pada daerah yang
dilakukan gingivektomi tampak penyembuhan luka terlihat baik, masih terdapat edema, tidak ada
hiperemi dan area hiperpigmentasi sudah tidak terlihat. Pasien diintruksikan untuk tetap menjaga
OH dan kontrol kembali. Kontrol kedua atau 1 bulan pasca gingivektomi pasien tidak
mengeluhkan apapun. Pemeriksaan klinis didapatkan kondisi penyembuhan luka makin membaik.
masih terdapat sedikit edema pada area interdental gigi 42,43. Edukasi dan memotivasi pasien
mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut juga merupakan suatu hal penting yang
dilakukan setelah tindakan gingivektomi. Pada kasus ini gigi pasien yang berjejal atau tidak teratur

11
susunannya, sesudah dilakukan gingivektomi disarankan untuk dirawat dengan kawat gigi
orthodonsi sehingga memudahkan pasien untuk menjaga kebersihan giginya dan tidak terjadi
kekambuhan pembesaran gingiva.

Klinis pre-op 2 minggu post-op 1 bulan post-op

12
13
KESIMPULAN

Memahami pathogenesis enlargement gingiva merupakan suatu hal yang penting. Faktor
lokal seperti plak dan kalkulus memainkan peran penting dalam kasus enlargement gingiva.
Tindakan gingivektomi dapat menjadi alternatif perawatan dalam kasus enlargement gingiva
ketika tidak terjadi perbaikan setelah dilakukannya tindakan initial phase dengan scaling, root
planning dan polishing. Edukasi juga merupakan suatu hal yang penting pasca tindakan agar dapat
dicapai prognosis yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza FA, Hogan EL. Clinical periodontology. 11th ed. Philadelphia: WB Saunders Co.
2012; 84-96.
2. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical periodontology. 11th ed. Philadelphia,
WB Saunders Co. 2011; 74- 94.
3. Goldman HM, Cohen DW. Periodontal therapy. 6th ed. The CV Mosby Compan. 1980;
640–690, 773–793.
4. Tjiptoningsih UG. Enlargement gingival treatment on teeth 11 and 21. Journal
Dentomaxillofac Sci. 2017;1: 196-200.
5. Carranza FA, Hogan EL. Gingival enlargement. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold
PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company. 2006; p. 373-390.
6. Buddiga V, Ramagoni NK, Mahantesh H. Gingival enlargement - a case series. Ann
Essence Dent. 2017;1: 73-76.
7. Kurnia, Shafira. The Aesthetic Management of Gingival Enlargement and
Hyperpigmentation in Maxillary Anterior Region: a case report. Journal Case Report in
Dental Medicine. 2019;1: 1-4.
8. Tomar, Nitin., et al. Inflamatory Enlargement of the Gingiva: a Case Report. Journal of
Medico Legal. 2021;21:897-900.
9. Kantarci A, Carranza FA, Hogan E. Gingival Enlargement In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA editors Newman and Carranza’sClinicalPeriodontology 13th
ed. Philadelphia : Elsevier 2019; pp. 1523-1572.
10. Murakami S, Mealey BL, Mariotti A, Chapple ILC. Dental plaque-induced gingival
conditions. J Clin. Periodontol 2018;45(20):17-27.
11. Varghese S. Gingivectomy by different Techniques - A Comparative Analysis.
International Journal of Dentistry and Oral Science 2019; 11-16.
12. Bharadwaj, Pooja., et al. A Case Report on Gingivectomy for the Treatment Induced
Gingival Enlargement. Journal Orofac Research. 2021;49-52.

15

You might also like