Professional Documents
Culture Documents
JULIATI P2015226 (Kejang Demam Pada Anak) - Dikonversi-1-Dikonversi
JULIATI P2015226 (Kejang Demam Pada Anak) - Dikonversi-1-Dikonversi
“S” Dengan
GEA + DEHIDRASI BERAT DI UPT RSKD IA SITI
FATIMAH MAKASSAR
JULIATI
P2015226
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat- Nyalah, telah, telah memberikan saya kesehatan dan kekuatan sehingga saya
dapat menyelesaikan Tugas ini pada program studi sarjana keperawatan Stikes Graha
Penyusunan Tugas ini tidak terlepas dari berbagai kendala, namum berkat dan
dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun materi sehingga sedikit demi sedikit
kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, Saya menghanturkan rasa
terima kasih sebanyak-banyaknya Kepada Keluarga, sahabat dan rekan sejawat saya yang
telah dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memotivasi saya
Akhir kata penulisan berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang
setimpal atas bantuan dan jasa-jasa. Dan semoga Tugas ini dapat bermanfaat bagi saya,
JULIATI
P2015226
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 3
BAB 1 PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 7
C. Tujuan…………………………………………………………………. 7
D. Manfaat………………………………………………………………… 7
BAB II KASUS
A. Kasus…...........................................................................................................8
A. Asuhan Keperawatan………………………………………………….. 11
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………… 12
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 17
B. Saran…………………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun.Di dunia, 6 juta anak
meninggal tiap tahun karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di
negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
dibanding pneumonia 24%. Kematian golongan usia 1-4 tahun karena diare 25,2%
Diare atau biasa disebut Gastroenteritis adalah buang air besar yang terjadi
pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau
lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan
darah. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi
defisit cairan tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka
diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan
diare dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama dengan atau
lebih dari 10% berat badan. Anak dan terutama bayi memiliki risiko yang lebih besar
air besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi
4
maupun non infeksi. Dari penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah
Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada
kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah
satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal, kurang berhasilnya
usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi dengan baik, maka
peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin meningkat (Depkes, 2010).
Faktor-faktor penyebab diare akut pada balita ini adalah faktor lingkungan, tingkat
pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat, dan makanan atau minuman yang di
terjadinya diare persisten yaitu : bayi berusia kurang atau berat badan lahir rendah
(bayi atau anak dengan malnutrisi, anak-anak dengan gangguan imunitas), riwayat
infeksi saluran nafas, ibu berusia muda dengan pengalaman yang terbatas dalam
dan gizi, baik menyangkut ibu sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, dan perilaku
dalam pemberian ASI serta makanan pendamping ASI, pengenalan susu non ASI/
penggunaan susu botol dan pengobatan pada diare akut yang tidak tuntas. Seseorang
dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya.
kebiasaan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit (Soemirat, 2004). Perilaku
ibu dalam pemenuhan kebutuhan gizi berpengaruh terhadap status gizi anak, status
gizi yang baik dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit termasuk juga
5
diare (Budiarti, Wahjurini, & Suryawati, 2011).
Dampak yang terjadi pada penderita diare: dehidrasi terjadi gejala awal yang
bisa diperhatikan adalah ubun-ubun bayi atau anak cekung, tidak mengeluarkan air
mata ketika menangis, popok tetap kering setelah beberapa jam, kurang aktif, rewel,
dan mudah mengantuk. Hipokalemia kondisi ketika kadar 2 kalium dalam darah
berada di bawah batas normal. Hipoglikemia adalah kekurangan kadar gula plasma
dan hipoglikemia bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan kematian. Malnutrisi
energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik (Hassan & Alatas,
2002).
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga
dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok hipovolemik
(dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat,
kecil, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran menurun, dan diuresis
akut, dan proses tumbuh kembang anak terhambat yang pada akhirnya dapat
Beberapa upaya yang dapat di lakukan pada pasien dengan diare di antaranya
penuhi kebutuhan cairan tubuh pertolongan pertama diare yang bisa di lakukan adalah
konsumsi minuman yang mengandung elektrolit seperti oralit. Oralit terdiri dari
campuran air dengan gula dan garam yang berfungsi untuk menggantikan elektrolit.
Sementara itu bayi atau anak dengan diare upayakan untuk tetap menyusui lebih
sering. Konsumsi asupan yang tepat yaitu makanan yang rendah serat dan solid agar
6
Perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan
secara mandiri dan kolaborasi dalam pemberian terapi, asupan cairan dan nutrisi, dan
pelaksanaan tindakan baik bedah maupun non bedah dalam menangani masalah
7
B. Rumusan Masalah
informasi serta tindakan yang akan dilakukan pada anak saat mengalami
C. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
8
BAB II
TINJAUAN KASUS
Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 29 agustus 2021 An.R masuk Pada tanggal 30 agustus An.A masuk melalui IGD
melalui IGD rumah sakit siti fatimah. Ibu Rumah Sakit. Ibu pasien mengeluhkan An.R
pasien mengeluhkan An.R demam tinggi demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, kali selama ±10 menit, serta muntah ± 5 kali.
An.R mengalami kejang 1 kali yang
berlangsung sekitar 10 menit.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 29 Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30
agustus pukul 16.00 WIB ibu mengatakan agustus pukul 18.00 ibu mengatakan panas badan
anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya
mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. tidak mau makan, dan malas minum air putih. Ibu
Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat
saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama ini. Ibu mengatakan anak muntah saat makan. Ibu
kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada
mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu
kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu
(±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat
dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak kejang. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak
sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel ada mengalami kejang lagi.
dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami
tentang penyakit anaknya secara medis, ibu
mengatakan saat dirawat anak tidak ada Ibu mengatakan anak pertama kali mengalami
kejang lagi. kejang pada usia 3 tahun. Pada saat kejang ibu
tidak melakukan pengukuran suhu tubuh anak
dirumah. Ibu mengatakan An.R
9
Partisipan 1 Partisipan 2
Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan
dirumah sakit dan mengalami kejang demam penyakit yang sama, yaitu kejang demam. Ibu
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada mengatakan kondisi anak saat kejang dahulu
anggota keluarga yang memiliki riwayat sama dengan sekarang.
penyakit yang sama dengan pasien. Ibu
mengatakan satu minggu yang lalu ada
saudara dari An.R yang menderita penyakit
ISPA.
Lingkungan Lingkungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah Saat melakukan pengkajian rumah didapatkan
didapatkan data ada 4 orang anggota data ada 3 orang anggota keluarga yang tinggal
keluarga yang tinggal bersama pasien, terdiri bersama An.R terdiri dari ayah, ibu, dan nenek
dari ayah, ibu, pasien dan 2 orang dari An.R Dirumah klien memiliki ventilasi dan
saudaranya. Dirumah Ny.R memelihara penerangan yang cukup. Ayah An.R memiliki
beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara kebiasaan merokok didalam rumah. Diluar rumah
An.R memiliki kebiasaan merokok didalam terdapat tempat pembakaran sampah dan septitack
maupun luar rumah. Ventilasi dan yang berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum
penerangan rumah cukup. Sumber air minum berasal dari air galon.
keluarga adalah air galon.
ADL ADL
Selama dirawat An.R mendapatkan makanan Selama dirawat An.R mendapatkan makanan
berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan hanya
hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya. An.R menghabiskan ¼ dari porsi makannya, saat makan
lebih sering menyusu. Ny.Z mengatakan anak muntah sekali, konsumsi cairan 2000cc/hari.
selama sakit anaknya jarang tidur siang dan Selama dirawat anak tidur siang teratur 3 jam.
susah tidur saat malam hari. Ny. mengatakan Dan malam 9 jam. Ny.E mengatakan anaknya
An.R BAK lebih dari 5 kali dengan warna BAK ±5 x/hari dengan warna kuning jernih dan
pekat dan BAB 1 x sehari dengankonsistensi BAB 1 x/hari dengan konsistensi padat dan
lembek d an berwarna kuning. Biasanya berwarna coklat.
anak bermain dengan saudaranya dan
selama sakit anak hanya mandi lap.
10
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei
tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi
2017 didapatkan hasil , Nadi 100 x/i, pernapasan
112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan
22x/i suhu 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos
kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien
mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB
10 kg, TB 75 cm. Bentuk
125 Bentuk kepala normal, lingkar kepala 49 cm.
kepala normal, lingkar kepala 45cm. Posisi mata klien
simetris, konjungtiva tidak anemis,
Partisipan 1 Partisipan 2
fontanel cekung, Posisi mata klien simetris, mukosa bibir kering, KGB tidak teraba, turgor
tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat,
hiperemis, KGB teraba, turgor kulit kembali CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat,
cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT terpasang infus pada tangan kiri pemeriksaan
kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, tanda rangsangan meningeal negatif.
terpasang infus pada tangan kiri,
pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
negatif.
Data penunjang
Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Hasil pemeriksaan laboratorium 29 agustus
25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-
2021 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-
18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal
18 gr/dl), leukosit 12.780/mm3 (normal
5.000-10.000/mm ), Trombosit 462.000/mm3
3
5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000
(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 %
/mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht
(normal 40-48 %).
36 %
(normal 40-48 %).
Terapi Pengobatan
Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x 60mg,
PCT syr 3 x 250 mg, diazepam (T=39⁰C) 3 x 2
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20
mg,
tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½
sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O). IVFD KaEN 1 B 20 tts/i
11
BAB III
A. Asuhan Keperawatan
Pendidikan :- / SMA
Pekerjaan :- / IRT
2. Keluhan utama
yang sedang demam sejak 1 hari yang lalu, anak lemas dan pucat.
12
Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
13
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Intervensi
No Diagnosa N N
keperawatan O I
C C
Hipertermi Perawatan demam
Termoregulasi
berhubungan dengan
1.
Peningkatan laju Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
metabolisme 1) Merasa merinding saat dingin 2. Monitor warna kulit dan suhu
2) Berkeringat saat panas 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
3) Tingkat pernapasan kehilangan cairan yang tak di rasakan
4) Melaporkan kenyamanan suhu 4. Beri obat atau cairan IV
5) Perubahan warna kulit 5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
6) Sakit kepala 6. Dorong konsumsi cairan
7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas
jika di perlukan
8. Berikan oksigen yang sesuai
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-
hati.
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai
kebutuhan
2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala
hipotermia dan hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang
sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama kejang
5. Catat lama kejang
14
6. Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan
benar.
Keseimbangan cairan
2. Kekurangan volume Manajemen cairan
cairan berhubungan
dengan Kegagalan Kriteria hasil : 1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
mekanisme regulasi • Tekanan darah 2. Hitung atau timbang popok dengan baik
• Keseimbangan intake output 3. Jaga dan catat intake dan output
dalam 24 jam 4. Monitir status hidrasi
• Berat badan stabil
• Turgor kulit
5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
• Kelembaban membran dengan retensi cairan
mukosa 6. Monitor status hemodinamik
• Serum elektrolit 7. Monitor tanda-tanda vital
• Hematokrit 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
• Edema perifer 9. Berikan cairan dengan tepat
• Bola mata cekung dan lembek
10. Tingkatkan asupan oral
• Kehausan Pusing.
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu
dalam pemberian memberikan makanan dengan
baik
11. Berikan produk-produk darah
6) Status nutrisi
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi
2) Asupan gizi
3) Asupan makanan
4) Asupan cairan
5) Energi
6) Berat badan
Implementasi
Hari/ Diagnosa
N Implementasi Evaluasi
tanggal keperawatan
o
30 agustus 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital
1. S: - ibu mengatakan An. R masih
2021 lainnya
2. monitor warna kulit dan suhu c) demam
beri obat atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
DS I 3. tingkatkan intake cairan dan O:
Hipertermi b/d nutrisi adekuat - Pasien tampak gelisah
Peningkatan laju 4. berikan pengobatan antipiretik
sesuai kebutuhan Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250
metabolisme mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam
sekali - Suhu 38,8oC, nadi 110x/i,
6. lakukan kompres hangat jika suhu pernapasan 35x/i
tubuh tinggi. - Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6)
16
1. timbang berat badan setiap hari S:
dan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih sering
DS II 2. hitung atau timbang popok dengan haus
Kekurangan baik - Ibu mengatakan badan anak
volume cairan 3. jaga intake/ atau asupan yang panas
2 akurat dan catat output
b/d Kegagalan O:
mekanisme 4. monitor status hidrasi e
5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
regulasi - Mukosa bibir kering
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan - Suhu 38,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa A: Masalah belum teratasi P:
hidung intervensi dilanjutkan
17
BAB IV
A. Kesimpulan
akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga mengakibatkan
renjatan kejang yang biasanya terjadi pada anak dengan usia 3 bulan sampai 5
tahun.
2. Data yang didapat dari pengkajian berupa ibu klien mengtakan ankanya panas,
tubuh klien teraba hangat, hasil pengukuran tanda-tanda vital klien yaitu nadi :
tidak nafsu makan, klien mengatakan mulutnya pahit dan malas makan. Klien
makan hanya habis ¼ porsi karena klien tidak suka, klien lebih suka makan
pisang, kklien tampak lemah dan pucat, konjungtiva tampak anemis, BB Klien
turin 2 kg.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan
Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma
Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal :
07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm.
Diakses pada 10 januari 2017
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni
2016
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC. hlm 92-93.
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang Demam
yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari
2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada 16 Januari 2017
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada
Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita di RSPI
Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6
April 2017.
20
19