You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

“S” Dengan
GEA + DEHIDRASI BERAT DI UPT RSKD IA SITI
FATIMAH MAKASSAR

JULIATI
P2015226

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN STIKES GRAHA
EDUKASI MAKASSAR TAHUN 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat limpahan

rahmat- Nyalah, telah, telah memberikan saya kesehatan dan kekuatan sehingga saya

dapat menyelesaikan Tugas ini pada program studi sarjana keperawatan Stikes Graha

Edukasi dengan judul “GEA + DEHIDRASI BERAT”

Penyusunan Tugas ini tidak terlepas dari berbagai kendala, namum berkat dan

dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun materi sehingga sedikit demi sedikit

kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, Saya menghanturkan rasa

terima kasih sebanyak-banyaknya Kepada Keluarga, sahabat dan rekan sejawat saya yang

telah dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memotivasi saya

guna menyempurnakan dalam penyelesaian Tugas Saya ini.

Akhir kata penulisan berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang

setimpal atas bantuan dan jasa-jasa. Dan semoga Tugas ini dapat bermanfaat bagi saya,

rekan-rekan mahasiswa dan sejawat di bidang kesehatan .

Makassar, 30 Agustus 2021


Penulis

JULIATI
P2015226

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 4

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 7

C. Tujuan…………………………………………………………………. 7

D. Manfaat………………………………………………………………… 7

BAB II KASUS

A. Kasus…...........................................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan………………………………………………….. 11

B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………… 12

C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan……………………………. 15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 17

B. Saran…………………………………………………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan

kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun.Di dunia, 6 juta anak

meninggal tiap tahun karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di

negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh

diare. Di Indonesia diperoleh diare merupakan penyebab kematian bayi 42%

dibanding pneumonia 24%. Kematian golongan usia 1-4 tahun karena diare 25,2%

dibandingkan pneumonia 15,5%. (Riskesdas, 2007).

Diare atau biasa disebut Gastroenteritis adalah buang air besar yang terjadi

pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau

lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan

darah. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi

defisit cairan tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka

diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan

diare dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama dengan atau

lebih dari 10% berat badan. Anak dan terutama bayi memiliki risiko yang lebih besar

untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa (Rudolp,2008).

Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang

air besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,

berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi

4
maupun non infeksi. Dari penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah

gastroenteritis infeksi. Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus,

bakteri, dan parasit.

Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada

kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah

satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal, kurang berhasilnya

usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi dengan baik, maka

peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin meningkat (Depkes, 2010).

Faktor-faktor penyebab diare akut pada balita ini adalah faktor lingkungan, tingkat

pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat, dan makanan atau minuman yang di

konsumsi (Rusepno, 2008). Menurut penelitian Hazel ( 2013), faktor-faktor risiko

terjadinya diare persisten yaitu : bayi berusia kurang atau berat badan lahir rendah

(bayi atau anak dengan malnutrisi, anak-anak dengan gangguan imunitas), riwayat

infeksi saluran nafas, ibu berusia muda dengan pengalaman yang terbatas dalam

merawat bayi,tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai higienis, kesehatan

dan gizi, baik menyangkut ibu sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, dan perilaku

dalam pemberian ASI serta makanan pendamping ASI, pengenalan susu non ASI/

penggunaan susu botol dan pengobatan pada diare akut yang tidak tuntas. Seseorang

dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya.

Kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang terjadinya penyakit, sedangkan

kebiasaan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit (Soemirat, 2004). Perilaku

ibu dalam pemenuhan kebutuhan gizi berpengaruh terhadap status gizi anak, status

gizi yang baik dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit termasuk juga

5
diare (Budiarti, Wahjurini, & Suryawati, 2011).

Dampak yang terjadi pada penderita diare: dehidrasi terjadi gejala awal yang

bisa diperhatikan adalah ubun-ubun bayi atau anak cekung, tidak mengeluarkan air

mata ketika menangis, popok tetap kering setelah beberapa jam, kurang aktif, rewel,

dan mudah mengantuk. Hipokalemia kondisi ketika kadar 2 kalium dalam darah

berada di bawah batas normal. Hipoglikemia adalah kekurangan kadar gula plasma

dan hipoglikemia bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan kematian. Malnutrisi

energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik (Hassan & Alatas,

2002).

Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga

dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok hipovolemik

(dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat,

kecil, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran menurun, dan diuresis

berkurang), gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, gagal ginjal

akut, dan proses tumbuh kembang anak terhambat yang pada akhirnya dapat

menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.

Beberapa upaya yang dapat di lakukan pada pasien dengan diare di antaranya

penuhi kebutuhan cairan tubuh pertolongan pertama diare yang bisa di lakukan adalah

konsumsi minuman yang mengandung elektrolit seperti oralit. Oralit terdiri dari

campuran air dengan gula dan garam yang berfungsi untuk menggantikan elektrolit.

Sementara itu bayi atau anak dengan diare upayakan untuk tetap menyusui lebih

sering. Konsumsi asupan yang tepat yaitu makanan yang rendah serat dan solid agar

segera menyembuhkan penyakit diare (Wong, 2009).

6
Perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan

secara mandiri dan kolaborasi dalam pemberian terapi, asupan cairan dan nutrisi, dan

pelaksanaan tindakan baik bedah maupun non bedah dalam menangani masalah

keperawatan yang dialami pasien.

7
B. Rumusan Masalah

Dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan dapat memperoleh

informasi serta tindakan yang akan dilakukan pada anak saat mengalami

Gastroenteritis Akut dengan dehidrasi berat.

C. Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat pada anak.

2. Khusus

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya ilmu kesehatan

anak yang berkaitan dengan gastroenteritis akut disertai dehidrasi berat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis dan Respinden

1) Penulis mendapat pengalaman dan informasi mengenai pengetahuan

ibu tentang gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat..

2) Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik

tentang gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat

b. Bagi Tenaga Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi kepada pengelola kesehatan

8
BAB II

TINJAUAN KASUS

Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 29 agustus 2021 An.R masuk Pada tanggal 30 agustus An.A masuk melalui IGD
melalui IGD rumah sakit siti fatimah. Ibu Rumah Sakit. Ibu pasien mengeluhkan An.R
pasien mengeluhkan An.R demam tinggi demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, kali selama ±10 menit, serta muntah ± 5 kali.
An.R mengalami kejang 1 kali yang
berlangsung sekitar 10 menit.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 29 Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30
agustus pukul 16.00 WIB ibu mengatakan agustus pukul 18.00 ibu mengatakan panas badan
anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya
mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. tidak mau makan, dan malas minum air putih. Ibu
Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat
saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama ini. Ibu mengatakan anak muntah saat makan. Ibu
kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada
mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu
kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu
(±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat
dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak kejang. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak
sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel ada mengalami kejang lagi.
dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami
tentang penyakit anaknya secara medis, ibu
mengatakan saat dirawat anak tidak ada Ibu mengatakan anak pertama kali mengalami
kejang lagi. kejang pada usia 3 tahun. Pada saat kejang ibu
tidak melakukan pengukuran suhu tubuh anak
dirumah. Ibu mengatakan An.R

9
Partisipan 1 Partisipan 2

Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan
dirumah sakit dan mengalami kejang demam penyakit yang sama, yaitu kejang demam. Ibu
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada mengatakan kondisi anak saat kejang dahulu
anggota keluarga yang memiliki riwayat sama dengan sekarang.
penyakit yang sama dengan pasien. Ibu
mengatakan satu minggu yang lalu ada
saudara dari An.R yang menderita penyakit
ISPA.

Lingkungan Lingkungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah Saat melakukan pengkajian rumah didapatkan
didapatkan data ada 4 orang anggota data ada 3 orang anggota keluarga yang tinggal
keluarga yang tinggal bersama pasien, terdiri bersama An.R terdiri dari ayah, ibu, dan nenek
dari ayah, ibu, pasien dan 2 orang dari An.R Dirumah klien memiliki ventilasi dan
saudaranya. Dirumah Ny.R memelihara penerangan yang cukup. Ayah An.R memiliki
beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara kebiasaan merokok didalam rumah. Diluar rumah
An.R memiliki kebiasaan merokok didalam terdapat tempat pembakaran sampah dan septitack
maupun luar rumah. Ventilasi dan yang berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum
penerangan rumah cukup. Sumber air minum berasal dari air galon.
keluarga adalah air galon.

ADL ADL
Selama dirawat An.R mendapatkan makanan Selama dirawat An.R mendapatkan makanan
berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan hanya
hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya. An.R menghabiskan ¼ dari porsi makannya, saat makan
lebih sering menyusu. Ny.Z mengatakan anak muntah sekali, konsumsi cairan 2000cc/hari.
selama sakit anaknya jarang tidur siang dan Selama dirawat anak tidur siang teratur 3 jam.
susah tidur saat malam hari. Ny. mengatakan Dan malam 9 jam. Ny.E mengatakan anaknya
An.R BAK lebih dari 5 kali dengan warna BAK ±5 x/hari dengan warna kuning jernih dan
pekat dan BAB 1 x sehari dengankonsistensi BAB 1 x/hari dengan konsistensi padat dan
lembek d an berwarna kuning. Biasanya berwarna coklat.
anak bermain dengan saudaranya dan
selama sakit anak hanya mandi lap.

10
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei
tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi
2017 didapatkan hasil , Nadi 100 x/i, pernapasan
112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan
22x/i suhu 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos
kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien
mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB
10 kg, TB 75 cm. Bentuk
125 Bentuk kepala normal, lingkar kepala 49 cm.
kepala normal, lingkar kepala 45cm. Posisi mata klien
simetris, konjungtiva tidak anemis,

Partisipan 1 Partisipan 2
fontanel cekung, Posisi mata klien simetris, mukosa bibir kering, KGB tidak teraba, turgor
tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat,
hiperemis, KGB teraba, turgor kulit kembali CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat,
cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT terpasang infus pada tangan kiri pemeriksaan
kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, tanda rangsangan meningeal negatif.
terpasang infus pada tangan kiri,
pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
negatif.
Data penunjang
Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Hasil pemeriksaan laboratorium 29 agustus
25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-
2021 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-
18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal
18 gr/dl), leukosit 12.780/mm3 (normal
5.000-10.000/mm ), Trombosit 462.000/mm3
3
5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000
(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 %
/mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht
(normal 40-48 %).
36 %
(normal 40-48 %).
Terapi Pengobatan
Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x 60mg,
PCT syr 3 x 250 mg, diazepam (T=39⁰C) 3 x 2
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20
mg,
tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½
sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O). IVFD KaEN 1 B 20 tts/i

11
BAB III

METODE ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan

No. Register : 77.00.xxxxx

Tanggal Masuk : 29 Agustus 2021

Tanggal Pengkajian : 29-30 Agustus 2021

Identifikasi Data Dasar

1. Identitas Anak dan Orang Tua

Nama : An “ R “ / Ny “Z” (Ibu)

Umur : 3 tahun / 28 tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan :- / SMA

Pekerjaan :- / IRT

Alamat : Barukang Dalam lr. II samping kuburan panampu

2. Keluhan utama

Ibu datang ke RSKD-IA Siti Fatimah Makassar dengan membawa anaknya

yang sedang demam sejak 1 hari yang lalu, anak lemas dan pucat.

12
Analisa Data

N DATA PENYEBAB MASALAH


O.
1. DS: Peningkatan laju hipertermi
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik metabolisme
turun
2. Ibu mengatakan anaknya batuk
3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 112 x/ menit
3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit
4. Leukosit 12.870/mm3
5. Tonsil hiperemis

2. DS: Kegagalan Kekurangan volume


1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik mekanisme cairan
turun regulasi
2. ibu mengatakan anak sering
haus DO:
1. tonsil hiperemis
2. mata tampak cekung
3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg
4. Membrane mukosa bibir An. R tampak
kering
5. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi
112x/i
3. DS: Kurang informasi Defesiensi pengetahuan
1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi
anaknya saat ini
2. Ibu mengatakan tidak mengerti
tentang kondisi sakit anak secara
medis DO:

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme


regulasi

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi

13
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Intervensi

No Diagnosa N N
keperawatan O I
C C
Hipertermi Perawatan demam
Termoregulasi
berhubungan dengan
1.
Peningkatan laju Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
metabolisme 1) Merasa merinding saat dingin 2. Monitor warna kulit dan suhu
2) Berkeringat saat panas 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
3) Tingkat pernapasan kehilangan cairan yang tak di rasakan
4) Melaporkan kenyamanan suhu 4. Beri obat atau cairan IV
5) Perubahan warna kulit 5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
6) Sakit kepala 6. Dorong konsumsi cairan
7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas
jika di perlukan
8. Berikan oksigen yang sesuai
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-
hati.
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai
kebutuhan
2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala
hipotermia dan hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang
sesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama kejang
5. Catat lama kejang
14
6. Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan
benar.

Keseimbangan cairan
2. Kekurangan volume Manajemen cairan
cairan berhubungan
dengan Kegagalan Kriteria hasil : 1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
mekanisme regulasi • Tekanan darah 2. Hitung atau timbang popok dengan baik
• Keseimbangan intake output 3. Jaga dan catat intake dan output
dalam 24 jam 4. Monitir status hidrasi
• Berat badan stabil
• Turgor kulit
5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
• Kelembaban membran dengan retensi cairan
mukosa 6. Monitor status hemodinamik
• Serum elektrolit 7. Monitor tanda-tanda vital
• Hematokrit 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
• Edema perifer 9. Berikan cairan dengan tepat
• Bola mata cekung dan lembek
10. Tingkatkan asupan oral
• Kehausan Pusing.
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu
dalam pemberian memberikan makanan dengan
baik
11. Berikan produk-produk darah

Dehidrasi Manajemen elektrolit

Kriteria hasil : 1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal


2) Warna urine keruh 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
3) Fontanela cekung
4) Nadi cepat dan lambat Pertahankan kepatenan akses IV
5) Peningkatan BUN blood urea
Nitrogen)
6) Peningkatan suhu tubuh.

3. Defesiensi NOC : NIC :


pengetahuan
berhubungan 1. Parenting performance
Kriteia hasil: Pendidikan Kesehatan
dengan Kurang
informasi 6. Identitafikasi faktor internal maupun
1) Kinerja pengasuhan eksternal yang dapat
2) Menyediakan kebutuhan meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
15
fisik anak perilaku sehat
3) Memberikan nutrisi yang 7. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang
sesuai usia diperlukan untuk melaksanakan program
4) Menghilangkan bahaya kesehatan
lingkungan 8. Prioritaskan kebutuhan pasien
5) Berinteraksi positif dengan
anak
6) Menyediakan untuk
kebutuhan anak

6) Status nutrisi
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi
2) Asupan gizi
3) Asupan makanan
4) Asupan cairan
5) Energi
6) Berat badan

Implementasi

Hari/ Diagnosa
N Implementasi Evaluasi
tanggal keperawatan
o
30 agustus 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital
1. S: - ibu mengatakan An. R masih
2021 lainnya
2. monitor warna kulit dan suhu c) demam
beri obat atau cairan - Ibu mengatakan An. R batuk
DS I 3. tingkatkan intake cairan dan O:
Hipertermi b/d nutrisi adekuat - Pasien tampak gelisah
Peningkatan laju 4. berikan pengobatan antipiretik
sesuai kebutuhan Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250
metabolisme mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam
sekali - Suhu 38,8oC, nadi 110x/i,
6. lakukan kompres hangat jika suhu pernapasan 35x/i
tubuh tinggi. - Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6)

16
1. timbang berat badan setiap hari S:
dan monitor status pasien - Ibu mengatakan An. R masih sering
DS II 2. hitung atau timbang popok dengan haus
Kekurangan baik - Ibu mengatakan badan anak
volume cairan 3. jaga intake/ atau asupan yang panas
2 akurat dan catat output
b/d Kegagalan O:
mekanisme 4. monitor status hidrasi e
5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
regulasi - Mukosa bibir kering
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan - Suhu 38,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa A: Masalah belum teratasi P:
hidung intervensi dilanjutkan

3 DS III 1. pendekatan yang tenang dan S:


meyakinkan, - Ibu mengatakan cemas akan kondisi
Defesiensi 2. berusaha untuk memahami anaknya
pengetahuan b/d perspektif pasien dari situasi stress,
Ibu mengatakan takut karena panas
Kurang anjurkan pasien dan keluarga anaknya naik turun
informasi dalam menggunakan teknik - Ibu mengatakan takut jika anak kejang
relaksasi, berulang
4. Identitafikasi faktor internal O:
maupun eksternal yang dapat - Ibu tampak cemas
meningkatkan atau mengurangi - Ibu tampak antusias mendengarkan
motivasi untuk perilaku sehat, penjelasan dari perawat
5. Identifikasi (pribadi, ruang dan A: Masalah belum teratasi
uang) yang diperlukan untuk P: Intervensi dilanjutkan
melaksanakan program kesehatan,
6. Prioritaskan kebutuhan pasien,
pengetahuan manajemen kejang
pada keluarga.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kejang demam adalah perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan

akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga mengakibatkan

renjatan kejang yang biasanya terjadi pada anak dengan usia 3 bulan sampai 5

tahun.

2. Data yang didapat dari pengkajian berupa ibu klien mengtakan ankanya panas,

tubuh klien teraba hangat, hasil pengukuran tanda-tanda vital klien yaitu nadi :

125x/menit, suhu : 38,8°C, RR: 30x/menit, ibu klien mengatakan anaknya

tidak nafsu makan, klien mengatakan mulutnya pahit dan malas makan. Klien

makan hanya habis ¼ porsi karena klien tidak suka, klien lebih suka makan

pisang, kklien tampak lemah dan pucat, konjungtiva tampak anemis, BB Klien

turin 2 kg.

3. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu mengukur TTV,

memotivasi klien banyak minum, menimbang BB klien, memberi motivasi

danpendidikan kesehatan tentang nutrisi, membantu gosok gigi, dan

mengajak klien dalam aktivitas seperti terapi bermain

B. Saran

1. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen demam

pada anak untuk mencegah kejang demam dirumah

2. Anjurkan orang tua untuk melakukan manajemen anak demam untuk

mencegah terjadinya kejang demam dirumah

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan
Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma
Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal :
07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm.
Diakses pada 10 januari 2017
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni
2016
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit

Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017

Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang Demam
yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari
2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada 16 Januari 2017

Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada
Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita di RSPI
Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6
April 2017.

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika


Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia di RSUD
Tugurejo Semarang. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal :
11 Juni 2016
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
19
Persarafan. Jakarta: Salemba Medik

20
19

You might also like