You are on page 1of 5

Yeremia 14:19-22.

Keadaan Yehuda dan Yerusalem yang menyedihkan pada saat itu di sini dijadikan bahan ratapan
sang nabi (ay. 17-18) dan alasan dari doa syafaatnya untuk mereka (ay. 19). Dan saya ingin berharap bahwa alasan
terakhir, seperti juga alasan pertama, terjadi oleh pimpinan ilahi, dan bahwa perkataan ini (ay. 17), beginilah engkau
harus berkata kepada mereka (atau tentang mereka, atau dengan cara yang dapat mereka dengar), merujuk pada doa
syafaat itu, seperti juga pada ratapan itu. Maka itu berarti dicabutnya perintah-perintah yang diberikan kepada sang
nabi supaya tidak berdoa untuk mereka (ay. 11). Namun demikian, sudah jelas, melalui doa-doa yang kita dapati
dalam ayat-ayat ini, bahwa sang nabi tidak memahaminya sebagai larangan, melainkan hanya sebuah tindakan utk
mengecilkan hatinya, seperti dlm 16, tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Di sini,
I. Sang nabi menangisi kehancuran negerinya. Allah memerintahkannya untuk berbuat demikian, supaya, dengan
menunjukkan dirinya tersentuh, ia, kalau mungkin, dapat menyentuh hati mereka begitu melihat bencana-bencana
yang akan menimpa mereka. Yeremia harus mengatakannya bukan hanya kepada dirinya sendiri, melainkan juga
kepada mereka: Biarlah air mataku bercucuran (ay. 17). Demikianlah ia harus menunjukkan kepada mereka bahwa ia
sudah melihat dengan pasti perang yang akan datang, dan suatu bencana kelaparan, yang bahkan lebih berat daripada
apa yang sedang menimpa mereka pada saat itu. Bencana yang ini terjadi di pedesaan karena tidak ada hujan,
sementara bencana nanti akan terjadi di perkotaan karena adanya pengepungan besar-besaran. Sang nabi berbicara
seolah-olah ia sudah melihat kesengsaraan-kesengsaraan yang menyertai serangan tentara Kasdim terhadap mereka:
Anak dara, puteri bangsaku, yang aku kasihi seperti seorang ayah mengasihi puterinya, dilukai dengan luka parah,
luka yang sama sekali tidak tersembuhkan, yang jauh lebih besar dan lebih pedih daripada apa yang ditanggungnya
selama ini. Sebab (ay. 18) di padang tergeletak banyak orang yg mati terbunuh oleh pedang, dan di kota byk org
terkapar & sekarat krn kekurangan makanan. Sungguh pemandangan yang suram! “Baik nabi maupun imam, nabi-
nabi palsu yang membuai mereka dengan kebohongan2, dan imam-imam fasik yang menganiaya nabi-nabi yang
benar, sekarang diusir dari negeri mereka, dan menjelajah entah sebagai tahanan dan tawanan, ke mana pun para
penakluk mereka membawa mereka, atau sebagai pelarian dan pengembara, di mana pun mereka dapat menemukan
tempat berlindung dan bernaung, di negeri yang tidak mereka kenal.” Sebagian orang memahami ini sebagai
perkataan tentang nabi-nabi yang benar, yakni Yehezkiel dan Daniel, yang dibawa ke Babel bersama semua yang lain.
Kedua mata sang nabi pasti bercucuran air mata siang dan malam melihat hal ini, supaya bangsa itu menjadi sadar,
bukan hanya bahwa hari celaka ini pasti akan datang, dan pasti akan menjadi hari yang sungguh nestapa, melainkan
juga bahwa ia jauh dari menginginkannya, dan dengan senang hati ingin menyampaikan kepada mereka pesan-pesan
damai seperti nabi-nabi palsu mereka, seandainya ia memang diberi perintah dari sorga untuk melakukannya.
Perhatikanlah, karena Allah, meskipun menimpakan maut kepada para pendosa, tdk bersuka di dalamnya, maka sudah
sepatutnya hamba-hamba-Nya, meskipun dalam nama-Nya menyatakan kematian para pendosa, meratapi kematian itu
dengan sedih.
II. Sang nabi maju untuk berdoa syafaat bagi mereka. Sebab siapa tahu Allah masih akan kembali dan menyesal?
Selama ada hidup, masih ada harapan, dan ruang untuk berdoa. Dan, meskipun ada banyak di antara mereka yang
tidak berdoa atau tidak menghargai doa-doa sang nabi, namun ada sebagian yang lebih terjamah hatinya, yang mau
bergabung dengannya dalam ibadah-ibadahnya, dan memeteraikannya dengan mengucapkan Amin.
1. Sang nabi dengan rendah hati berbantah dengan Allah mengenai sengsaranya keadaan mereka pada saat itu (ay. 19).
Keadaan itu sangat menyedihkan, sebab,
(1) Harapan-harapan mereka dari Allah mereka dikecewakan. Mereka menyangka bahwa Ia sudah meneguhkan
Yehuda sebagai milik-Nya, tetapi sekarang, tampaknya, Ia menolaknya sama sekali, dan mencampakkannya, tidak
mau mengakui adanya hubungan apa pun dengannya atau ada peduli terhadapnya. Mereka menyangka bahwa Sion
adalah kekasih jiwa-Nya, tempat perhentian-Nya selama-lamanya. Tetapi sekarang Ia bahkan muak terhadap Sion,
muak bahkan terhadap ibadah-ibadah yang dipersembahkan di sana, oleh karena dosa-dosa yang diperbuat di sana.
(2) Maka tidak heran bahwa semua harapan mereka yang lain dikecewakan juga: Mereka dipukul, dan luka-luka
mereka berlipat ganda, namun tidak ada kesembuhan lagi untuk mereka. Mereka mengharapkan damai sejahtera,
karena setelah badai biasanya datang cuaca yang tenang dan cerah, setelah lama berbasah-basah. Tetapi tidak datang
sesuatu yang baik, segala sesuatunya masih saja bertambah buruk dan lebih buruk. Mereka mengharapkan waktu
kesembuhan, tetapi bahkan tidak bisa mendapatkan waktu bernafas sekalipun. “Lihatlah, hanya ada kengerian di
ambang pintu, sementara dari situ kami berharap akan masuk damai sejahtera. Jadi benarkah demikian? Telah benar-
benar Kautolakkah Yehuda? Memang adil jika Engkau menolaknya. Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion?
Kami layak mendapatkannya. Tetapi tidakkah Engkau pada akhirnya di dalam murka mengingat belas kasihan?”
2. Sang nabi membuat pengakuan dosa yang dipenuhi rasa tobat, berbicara dalam bahasa yang seharusnya mereka
semua berbicara, meskipun hanya sedikit yang melakukannya (ay. 20): “Kami mengetahui kefasikan kami, kefasikan
yang berlimpah di negeri kami dan kesalahan nenek moyang kami, yang sudah kami tiru, dan karena itu untuknya
kami pantas menderita. Kami tahu, kami mengakui, bahwa kami telah berdosa kepada-Mu, dan karena itu Engkau adil
dalam segala hal yang ditimpakan ke atas kami. Akan tetapi, karena kami mengakui dosa-dosa kami, kami berharap
akan mendapati Engkau setia dan adil dengan mengampuni dosa-dosa kami.”
3. Sang nabi menyanggah murka Allah, dan dengan iman berseru mengingatkan kehormatan dan janji-Nya (ay. 21).
Yang dimohonkannya adalah, “Janganlah Engkau menampik kami. Meskipun menghajar kami, janganlah Engkau
menampik kami. Meskipun tangan-Mu berbalik melawan kami, janganlah hati-Mu demikian, jangan pula pikiran-Mu
diasingkan dari kami.” Mereka mengakui bahwa pantaslah Allah menampik mereka, sebab mereka sudah membuat
diri mereka sendiri najis di mata-Nya. Namun, ketika mereka berdoa, janganlah Engkau menampik kami, yang mereka
maksud adalah, “Terimalah kami ke dalam perkenanan-Mu lagi. Janganlah Engkau merasa muak terhadap Sion (ay.
19). Janganlah dupa persembahan kami menjadi kekejian.” Mereka berseru,
(1) Demi kehormatan Allah, kehormatan Kitab Suci-Nya, yang melaluinya Ia sudah menyatakan diri, yaitu firman-
Nya yang Dia buat melebihi segala sesuatu: “Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, nama-Mu itu
yang dengannya kami disebut dan yang kami serukan.” Kehormatan tempat kudus-Nya diserukan: “Tuhan, janganlah
menampik kami, sebab itu akan menghinakan takhta kemuliaan-Mu” (yaitu bait kudus, yang disebut sebagai takhta
kemuliaan, luhur dari sejak semula, 17:12). Janganlah apa yang telah menjadi kegirangan bagi seluruh bumi dijadikan
sasaran suitan dan kedahsyatan. Kami layak ditimpa kehinaan, tetapi janganlah sampai itu menimpakan penghinaan
terhadap diri-Mu sendiri. Janganlah kehancuran-kehancuran bait suci memberikan alasan bagi bangsa kafir untuk
mencela Dia yang dulu disembah di sana, seolah-olah Ia tidak dapat, atau tidak mau, melindunginya, atau seolah-olah
dewa-dewa orang Kasdim terlalu tangguh bagi-Nya. Perhatikanlah, orang-orang baik menempatkan pujian bagi
agama, dan nama baiknya di dunia, lebih dekat di hati mereka daripada kepentingan atau perkara apa pun dari diri
mereka sendiri. Dan seruan-seruan doa yang penuh kuasa adalah seruan-seruan yang didasarkan pada nama baik
agama, dan itu merupakan penopang-penopang yang kuat bagi iman. Kita bisa yakin bahwa Allah tidak akan
menghinakan takhta kemuliaan-Nya di bumi. Tidak pula Ia akan memudarkan takhta kemuliaan-Nya dengan satu
tindakan pemeliharaan-Nya tanpa segera membuatnya bersinar, dan lebih terang daripada sebelumnya, dengan
tindakan pemeliharaan yang lain. Allah tidak akan menjadi pecundang dalam membela kehormatan-Nya setelah
beberapa waktu lamanya.
(2) Mereka berseru kepada janji Allah. Tentang hal ini mereka dengan berani dan rendah hati mengingatkan-Nya:
Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, dan janganlah membatalkan perjanjian itu. Bukan berarti bahwa mereka tidak
percaya terhadap kesetiaan-Nya, atau bahwa mereka berpikir Ia perlu diingatkan akan janji-Nya kepada mereka.
Tetapi bahwa apa yang sudah Dia katakan akan diserukan-Nya kepada diri-Nya sendiri, dan dengan bebas pula
mereka dapat menyerukannya pula kepada-Nya. Maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku (Im. 26:42).
4. Sang nabi mengakui betapa mereka bergantung pada Allah untuk mendapatkan rahmat hujan, yang pada saat itu
sedang mereka butuhkan (ay. 22). Sekalipun mereka telah kehilangan kepentingan di dlm Dia sebagai Allah yg
mengikat perjanjian dg mereka, namun mereka tdk mau melepaskan pegangan mereka pada-Nya sbg Allah segenap
alam.
(1) Mereka tidak akan pernah memohon kepada berhala-berhala bangsa kafir, sebab itu tindakan yang bodoh dan tidak
bermanfaat: Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Tidak ada. Pada
musim kering yang parah di Israel, Baal tidak dapat menolong mereka, meskipun seluruh Israel mempersembahkan
doa-doa mereka kepadanya di zaman Ahab. Hanya Allah yang dapat menjawab dg api yg juga dapat menjawab
dengan air.
(2) Mereka tdk akan memalingkan muka kpd makhluk atau benda ciptaan atau mengharapkan perbekalan dari alam
semata: Dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Tidak, tidak tanpa perintah2 Allah sorgawi. Sebab Dialah yg
memiliki kunci awan, yg mencurahkan tempayan2 langit & yg memberi minum bumi dr kamar2 loteng-Nya.
Sebaliknya
(3) Semua pengharapan mereka karena itu berasal dari Dia dan keyakinan mereka hanya di dalam Dia: “Bukankah
hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami? Bukankah hanya dari Engkau kami dapat mengharapkan pertolongan dan
hanya kepada-Mu kami harus memohon? Bukankah Engkau yang menurunkan hujan dan memberi hujan lebat? Sebab
Engkau membuat semuanya itu. Engkau memberi mereka keberadaan, dan karena itu Engkau memberi mereka
hukum, dan mereka semua tunduk pada perintah-Mu. Engkau membuat kelembaban di alam yang terus-menerus
berlangsung untuk melayani maksud-maksud Pemeliharaan ilahi, dan Engkau mengarahkannya, dan memakainya
sesuai dengan kehendak-Mu. Oleh karena itu kami akan menantikan Engkau (KJV), dan hanya Engkau. Kami akan
meminta hujan dari pada TUHAN (Za. 10:1). Kami menaruh percaya kami kepada-Nya untuk memberikan hujan
kepada kami tepat pada waktunya, dan kami bersedia menunggu saat-Nya. Sudah sepatutnya kami menunggu, dan
tidak akan sia-sia kami menunggu.” Perhatikanlah, kedaulatan dan kemaha-cukupan Allah haruslah dapat menggugah
dan mendorong kita untuk menantikan Dia dan berharap dari-Nya setiap saat.
*Semakin Kaya Dalam Pengharapan (Roma 15:13)
Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu,
supaya oleh kekuatan Roh Kudus, kamu semakin kaya di dalam pengharapan.(Salinan Alkitab Jerman)
Nas tersebut memiliki hubungan yang indah dengan apa yang ditulis Rasul Petrus: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan
kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus
dari antara orang mati, kepada satu hidup yang penuh harapan” (1 Petrus1:3). Dasar rahasia dari pengharapan kita ada
di dalamnya; di dalam kelahiran baru dan di dalam kenyataan kebangkitan Kristus.
Pengharapan adalah buah kepercayaan. Pengharapan berasal dari pengandalan kepada Allah dan senantiasa dapat
semakin teguh melalui tenaga Roh Kudus. Dan pada apakah kita berharap? Kita menaruhkan pengharapan kita pada
kehidupan yang sebenarnya, yang akan datang dan yang kekal dan selain itu, agar Roh Kudus senantiasa
mengendalikan kita. Barangsiapa memiliki pengharapan, mereka juga akan memiliki sukacita dan damai sejahtera!
Sukacita adalah tenaga penggerak, sukacita dapat menghalau kelelahan dan rasa kantuk, menyingkirkan sikap acuh tak
acuh dan kedangkalan. Firman di dalam Alkitab senantiasa tergenapkan: “Sukacita pada Tuhan adalah kekuatan kita
(Nehemia 8:10). Dan damai sejahtera menciptakan keselarasan surgawi di dalam jiwa. Kita senantiasa mengambil
damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus, Raja Damai dan Yang Telah Bangkit. Adalah sesuatu yang khas, bahwa
Tuhan sebagai Yang Telah Bangkit pertama-tama berkata kepada murid-murid-Nya: “Damai sejahtera menyertai
kamu!” (Yohanes 20:19). Semoga damai sejahtera ini senantiasa melindungi hati dan kesadaran kita di dalam Yesus
Kristus.
Dengan demikian kita menjadi semakin kaya di dalam pengharapan! Semoga firman dari Ibrani 6:11 tergenapkan
pada diri kita: “Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kerajinan yang sama untuk memegang
teguh pengharapan itu sampai pada akhirnya.”(SAJ) kerajinan ini sebenarnya hanya mungkin,
jika hati kita berkobar-kobar di dalam kasih kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya,
jika kasih yang mula-mula memerintah dan memimpin kita
jika kasih ini adalah tenaga pendorong untuk semua pekerjaan yang baik.
Barangsiapa memegang teguh pengharapan itu sampai pada akhirnya, akan tetap setia dan dengan demikian
memperoleh mahkota hidup yang kekal (bandingkan dengan Wahyu 2:10).
*Pasal 14:22. Ayat tersebut merupakan ayat terakhir dalam perikop “Mengenai musim kering” yang terdiri dari 22
ayat. Topik yang kita ketengahkan adalah ALLAH SUMBER PENGHARAPAN KITA.
Secara leksikografis, pengharapan adalah harapan. Pengharapan & harapan berasal dari kata dasar harap yg berarti
mohon, minta, hendaklah, keinginan spy sesuatu terjadi. Sedangkan musim kering biasa juga disebut musim kemarau.
Musim kering: waktu dlm suatu tahun yg jumlah curah hujannya sgt sedikit. Bahkan kadang2 tdk ada hujan sama
sekali.
Secara duniawi, banyak org, utamanya petani, baik petani sawah, ladang maupun perkebunan, tdk mengharapkan
terjadi musim kering. Mereka tdk mengharapkan kemarau panjang. Sebaliknya, mereka slalu mengharapkan hujan yg
cukup sepanjang tahun, spy tanaman yg ditanam di sawah, ladang atau di daerah perkebunan tumbuh subur dan byk
berbuah.
Pada jaman itu, Yeremia menerima Firman Tuhan utk orang2 Yehuda. Tuhan menyatakan kepadanya bhw akan dtg
musim kering. Sungguh, orang2 Yehuda berdukacita. Yerusalem berteriak & menjerit. Kekeringan melanda seluruh
negeri. Mata air, sungai dan sumur-sumur pun mengering.
Akibat yang sangat dahsyat dirasakan di seluruh tanah Yehuda. Segala tumbuhan dan tanaman kering dan mati. Segala
binatang piaraan, baik unggas, kambing, domba, keledai, lembu & semua binatang piaraan lainnya kelaparan &
kehausan. Demikian pula orang2 Yehuda, baik rakyat kecil, pejabat maupun para pembesar sangat menderita karena
kekurangan air. Penderitaan mereka seolah tidak berakhir.
Tuhan memberikan penghukuman kpd umat-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Namun umat yang dikasihi-Nya itu sangat
tegar tengkuk mereka. Mereka melupakan berkat-berkat-Nya. Mereka melupakan kasih setia dan kasih karunia-Nya.
Mereka lupa pada penyertaan & pembelaan-Nya. Mereka membuat hati Tuhan sangat berduka. Sungguh sangat
berduka.
Oleh sebab itu, melalui nabi Yeremia Tuhan berfirman bahwa janganlah mereka berdoa untuk kebaikan bangsa ini.
Tuhan berfirman bahwa walaupun mereka berpuasa, namun Dia tidak akan mendengarkan mereka. Meskipun mereka
mempersembahkan korban, Allah tidak berkenan. Mereka akan habis karena perang, kelaparan dan penyakit sampar.
Demikianlah, Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Yesaya 14:11-12, mengatakan: “TUHAN berfirman kepadaku:
“Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!
Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan
korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan
mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar.”
Yeremia memperkatakan perkataan Allah kepada mereka sebagaimana yang dicatat dalam Kitab Yeremia 14:22.
Yaitu ayat yang kita pelajari saat ini. Alkitab mengatakan: “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa
kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya
TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”
Adakah dewa-dewa bangsa-bangsa itu berkuasa menurunkan hujan? Apakah yang dapat diperbuat oleh dewa-dewa
mereka? Adakah dewa-dewa mereka mampu membuat awan? Adakah dewa-dewa itu membuat uap air? Dapatkah
para dewa bangsa-bangsa itu membuat hujan yang deras?
Lantas, mungkinkah langit membuat titik-titik air? Bisakah langit membuat mendung yg menjadikan hujan? Dapatkah
langit mengirimlan hujan ke bumi? Bisakah langit menurunkan hujan dg sendirinya? Bahwa semua itu mustahil tanpa
kuasa Allah kita. Bahwa semua itu tidak mungkin terjadi tanpa campur tangan Tuhan, Allah pencipta jagat raya.
Lebih lanjut, Yeremia memperkatakan perkataan Tuhan yg diminta-Nya utk disampaikan kpd mereka: “Bukankah
hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yg membuat semuanya itu?” Petilan Firman Tuhan ini
mengajari mereka, orang2 yg tegar tengkuk itu, dan kita spy menyadari, mengakui meyakini bhw hanya Dialah, Allah
& pengharapan kita. Supaya kita percaya bhw hanya Allahlah Tuhan kita berkuasa memberikan pengharapan bagi
kita.
Petilan Firman Tuhan itu mengajari mereka dan kita bahwa hanya kepada Dia, kita menantikan pengharapan. Hanya
kepada Allah, kita memperoleh pengharapan. Bahwa pengharapan kita hanyalah kepada Tuhan pencipta semesta alam.
Karena Dialah yang membuat semuanya itu terjadi.
Lebih lanjut, marilah kita simak Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Yeremia 17:13. Alkitab menyatakan:
“Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yg meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang2 yg menyimpang
dari pada-Mu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.”
Jika tidak Tuhan, siapakah yang akan menjadi pengharapan orang Israel? Dapatkah mereka berpengharapan kepada
dewa-dewa mereka? Lantas, mengapa mereka meninggalkan Allah yang hidup?
Ingat-ingatlah! Semua orang yang meninggalkan Allah akan menjadi malu. Semua orang yang tidak takut akan Tuhan
akan binasa. Semua orang yang berpaling dari hadirat Allah akan kehilangan pengharapan. Sebab mereka telah
meninggalkan sumber air yang hidup, yakni Dia, Tuhan yang kita banggakan.
Oleh karena itu, percayalah kepada Dia yang menjadi sumber air hidup. Percayalah kepada Dia yang menjadi sumber
pengharapan kita. Percayalah kepada Yesus Kristus, Tugan kita. Dia sudah reka mati disalib, dikuburkan dan bangkit
dari orang mati pada hari yang ketiga hanya untuk kita dan semua orang yang percaya kepada-Nya.
Firman Tuhan yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 24:15, mengatakan: “Aku menaruh pengharapan kepada Allah,
sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun
orang-orang yang tidak benar.” Rasul Paulus mengajar ikita bahwa ia hanya menaruh pengharapan kepada Tuhan.
Sama seperti mereka, ia menumpukan pengharapannya hanya kepada Allah kita yang hidup. Bahwa ia sungguh
menumpukan pengharapannya kepada Yesus Kristus yg telah bangkit. Bahwa karena Yesus Kristus telah bangkit,
maka akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang2 yg benar maupun orang-orang yang tidak benar.
Berbahagialah kita yg percaya bhw pengharapan kita hanyalah kpd Tuhan Pencipta semesta alam, krn Dialah yg
membuat semuanya itu terjadi bagi kita. Berbahagialah kita yg menumpukan pengharapannya kpd Yesus Kristus yg
tlah bangkit, krn kebangkitan Yesus Kristus adalah utk menyelamatkan kita dari dosa. Berbahagialah kita yg tdk
melupakan kasih setia & kasih karunia-Nya, krn Dia yg menjadi sumber air hidup sdh menyediakan bagi kita hidup
kekal di sorga.
*TETAP BERBUAH MESKIPUN DI MUSIM KERING Yeremia 14:17- 22
Adakah yg dpt menurunkan hujan di antara dewa kesia2an bangsa2 itu? Atau dapatkah langit sendiri memheri hujan
lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yg membuat semuanya itu? (ay.22)
Nabi Yeremia mengungkapkan kesedihannya menyaksikan umat Yehuda mengalarni penderitaan. Yeremia berharap
agar Tuhan mengampuni umatNya serta memulihkan keadaan dg menurunkan hujan sehingga mengakhiri kekeringan.
Musim kering atau kekeringan pada saat musim kemarau adalah hal yg biasa di daerah tropis, seperti Indonesia.
Masalahnya adalah ketika ada oknum2 yg tdk bertgjwb membuang puntung rokok di lahan gambut yg kering, atau dg
sengaja membakar lahan utk mempersiapkan lahan partanian/perkebunan rnaka dapat menimbulkan kebakaran hutan.
Kekeringan tidak hanya terjadi pada lahan tanah, kekeringan juga bisa terjadi & dirasakan oleh jiwa dan rohani
manusia. Misalnya seperti Daud ketika lari dari kejaran raja Saul, Daud merasakan kerinduannya kepada Allah seperti
tanah kering dan tandus yang merindukan air (Maz.63;1).
Manusia bisa saja menjalani kehidupan di tanah yg kering, atau kahidupan yg sulit dan penuh pergumulan. Namun
Tuhan adalah sumber air kehidupan yg mampu menyegarkan & menguatkan bagi umat yg percaya. Firman Tuhan
akan menyegarkan hati yang kering & haus, sehingga mampu memiliki hati & jiwa yg segar utk menghadapi
kehidupan yang penuh dengan tantangan & kesulitan. Ia tidak berhenti menghasilkan buah meskipun ada di tahun
kering (Yer.17:8).
*Yeremia 14:1-22 Judul: Bila Allah murka
Pernahkah Anda marah? Tentu pernah. Namun kemarahan manusia tidak bias dibandingkan dengan kemarahan Allah.
Kemarahan Allah itu mengerikan. Ketika Allah marah, bukan hanya manusia yg gemetar, bahkan alam pun takut.
Kemarahan Allah bisa berdampak pada seluruh alam semesta dan segala isinya.
Dalam nas ini, kita melihat penderitaan yang sedang menanti bangsa Israel. Allah, melalui Yeremia, menyingkapkan
secara terperinci adanya masa kekeringan yang panjang, yang akan melanda seluruh Israel. Tidak ada hujan, sumur
kering, tanah menjadi retak dan tandus, binatang sekarat dan mati, serta petani gagal panen (3-6).
Yang terdengar hanyalah tangisan perkabungan dan teriakan minta tolong (2). Meski demikian Allah diam. Allah
menulikan telinga-Nya (12). Namun bukan hanya kekeringan saja, Allah mendatangkan juga
perang, kelaparan, dan penyakit sampar (12). Selain itu, Allah menyingkapkan kpd Yeremia nasib naas yg akan
dialami nabi-nabi palsu dan seluruh keluarganya. Nabi-nabi palsu, isterinya, dan anak-anaknya akan mati krn perang
& kelaparan. Mayat mereka tercampak di sepanjang jalan Yerusalem (15-16). Semuanya ini disebabkan oleh
kekerasan hati bangsa Israel. Ini membuktikan Allah tidak kompromi terhadap dosa.
Meski Yeremia membenci perbuatan bgs Israel, tetapi ia memiliki hati yg lembut. Ia dtg di hadapan Allah meminta
pengampunan atas dosa bangsanya (17-18). Ia memohon kpd Allah agar tdk memalingkan wajahNya dr Israel. Ia
memohon kpd Allah agar membatalkan niatNya menghancurkan Israel. Ia berusaha mengingatkan Allah akan
perjanjianNya dg nenek moyang Israel (19-21). Namun Allah menolak. Allah menyuruh Yeremia berhenti berdoa buat
bgs Israel (11). Sesungguhnya Allah itu panjang sabar, tetapi janganlah kita dg sengaja membuat kesabaran Allah
habis.
Karena bila demikian, Allah tidak akan segan-segan menghajar kita, umat pilihan-Nya. Bila murka Allah sudah bulat,
doa pun seolah tidak bisa lagi membujuk Allah. Betapa mengerikan!
*Hukuman dan Doa untuk Pengampunan
Semua orang membutuhkan air. Ada peribahasa, "Menabung air hujan untuk bekal di musim kemarau". Peribahasa itu
benar krn air merupakan kebutuhan penting bagi manusia, hewan, & tumbuh-tumbuhan. Tanpa air tidak ada
kehidupan. Nas hari ini menggambarkan keadaan musim kering yg terjadi di Yehuda sebagai hukuman Tuhan.
Pekerjaan2 di ladang terkena dampaknya. Demikian juga hewan di padang dan di hutan.
Ketika kesempatan utk bertobat berakhir, tentu hukuman & penderitaanlah yg dituai. Dlm ayat 1-7, Yeremia
menyampai kan pesan Tuhan ttg hukuman musim kering yg hebat atas Yehuda. Tuhan tdk berkenan sekalipun ada
perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, & persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa utk
kebaikan umat-Nya (11), sebab Allah telah menolak mereka sbg umat-Nya. Hal itu menjadi pelajaran penting bagi
kita agar hidup slalu berpadanan dg firman Tuhan & kehendakNya. Jgn sampai Allah tdk berkenan atas hidup, ibadah,
& persembahan kita.
Di balik hukuman & penolakan Tuhan atas umat-Nya, ada teladan yg kita dapati dari Yeremia. Ia memperjuangkan
agar Tuhan tetap mengasihani umat-Nya & mengampuni dosa mereka (13). Berbeda dari para nabi palsu yang
memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan kepalsuan semata. Mereka justru
melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai hukuman & penderitaan, baik utk dirinya maupun keluarganya (14-18).
Nas hari ini menasihati kita supaya mewartakan firman Tuhan dengan benar dan tepat.
Pengalaman bangsa Yehuda tdk jauh berbeda dari kita sekarang. Berbagai peristiwa alam & penyakit yg melanda
seharusnya membuat kita berubah & hidup sesuai dg kehendak Tuhan. Kita tdk tahu, apa yg Tuhan akan lakukan atas
dunia & manusia akibat dosa. Mari kita hidup dg melakukan kehendak-Nya & berdoa agar semua orang bertobat &
kembali kepada-Nya, & berbakti hanya kepada-Nya.

You might also like