You are on page 1of 51

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENYUNTIKAN


LIDOKAIN 0,1 mg/kgBB DAN LIDOKAIN 0,7 mg/kgBB
UNTUK MENGURANGI NYERI PADA INDUKSI PROPOFOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Dewi Kartika DJ Anwar


G0005079

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008

i
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbandingan Efektivitas Penyuntikan


Lidokain 0,1 mg/kgBB dan Lidokain 0,7 mg/kgBB untuk Mengurangi Nyeri
pada Induksi Propofol
Dewi Kartika DJ Anwar, G0005079, Tahun 2008

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Selasa Tanggal 2 Desember 2008

Pembimbing Utama

Mudzakkir, dr., Sp.An


NIP. 140 120 899 ................................................

Pembimbing Pendamping

Soemartanto, dr., SpAn.KIC


NIP. 140 068 582 ................................................

Penguji Utama

MH. Sudjito, dr., Sp.An.KNA


NIP. 130 786 873 ................................................

Anggota Penguji

Rosalia Sri Hidayati, dr., MKes


NIP. 130 543 989 ................................................

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., Mkes Dr. AA. Subijanto, dr., MS


NIP. 030 134 646 NIP. 030 134 565

ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2008

Dewi Kartika DJ Anwar


NIM. G0005079

iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Dewi Kartika DJ Anwar, G0005079, 2008. PERBANDINGAN EFEKTIVITAS


PENYUNTIKAN LIDOKAIN 0,1 MG/KGBB DAN LIDOKAIN 0,7 MG/KGBB
UNTUK MENGURANGI NYERI PADA INDUKSI PROPOFOL, Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Suntikan propofol intravena dapat menimbulkan nyeri yang mengganggu pasien.


Terdapat berbagai cara untuk mengurangi nyeri akibat penyuntikan propofol.
Penelitian ini bertujuan mencari perbedaan pengurangan rasa nyeri antara
pemberian lidokain 0,1 mg/kgBB dan lidokain 0,7 mg/kgBB intravena pada
induksi propofol.

Pengujian dilakukan dengan uji klinis acak terhadap 30 pasien, laki-laki dan
perempuan usia 18-45 tahun. Status fisik ASA I–II yang menjalani pembedahan
elektif dengan anestesi umum, sampel dibagi dua kelompok. Kelompok pertama
(n=15) menerima lidokain 2% 0,1 mg/kgBB i.v. dan kelompok kedua (n=15)
menerima lidokain 2% 0,7 mg/kgBB i.v. masing-masing diberikan 30 detik
sebelum induksi propofol 2 mg/kgBB i.v. Penilaian nyeri secara objektif dicatat
saat injeksi propofol dengan sistem skoring nyeri menggunakan VAS (Visual
Analogue Scale) yang dimodifikasi. Dicatat tekanan darah dan denyut nadi. Data
diolah dan dianalisis dengan uji statistik menggunakan kai kuadrat, uji t, dan uji
non parametrik Mann-Whitney U dengan derajat kemaknaan p<0,05.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok, dimana lidokain 0,7 mg/kgBB lebih efektif daripada lidokain 0,1
mg/kgBB dalam mengurangi nyeri injeksi propofol saat induksi.

Kata kunci : Lidokain, Dosis Lidokain, Nyeri Suntikan Propofol

iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Dewi Kartika DJ Anwar, G0005079, 2008. THE COMPARISON BETWEEN


THE EFFECTIVENESS OF LIDOCAINE 0,1 MG/KG AND LIDOCAINE 0,7
MG/KG TO REDUCING PAIN DURING PROPOFOL INDUCTION, Medical
Faculty of Sebelas Maret University Surakarta

Intravenous injection of propofol resulting uncomfortable pain for patients. There


are some methods to relieve propofol pain injection. The aim of this study is to
compare the effect of lidocaine injection 0,1 mg/kg and lidocaine 0,7 mg/kg in
reducing pain during propofol induction.

In an experimental randomized clinical trial design, thirty patients, men and


women age between 18-45 years old, were studied. ASA physical class I-II, who
underwent elective surgery under general anesthesia, was divided into two groups.
The first group (n=15) received lidocaine 2% 0,1 mg/kg i.v and second group
(n=15) received lidocaine 2% 0,1 mg/kg i.v; 30 seconds before induction 2 mg/kg
propofol i.v. The patients were evaluated objectively using Visual Analogue Scale
(VAS) pain scoring system. Blood presssure and heart rate were measured. Data
were analyzed by using chi square, t test, and Mann-Whitney U non parametrical
test, significant p<0,05.

The conclusion of the study is there are some significantly differences between
two groups which is lidocaine 0,7 mg/kg was more effective than lidocaine 0,1
mg/kg in reducing pain on injection during propofol induction.

Key word : lidocaine, dose of lidocaine, propofol pain injection

v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ”Perbandingan Efektivitas Penyuntikan Lidokain 0,1 mg/kgBB dan
Lidokain 0,7 mg/kgBB untuk Mengurangi Nyeri pada Induksi Propofol”.
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas


bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. DR. A.A. Subijanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini
dalam rangka penyusunan skripsi.
2. Sri Wahjono, dr., M.Kes dan bagian skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
dalam penulisan skripsi.
3. Mudzakkir, dr., Sp.An sebagai pembimbing utama yang telah memberikan
banyak waktu, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi.
4. Soemartanto, dr., Sp.An.KIC sebagai pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi.
5. MH. Sudjito, dr., Sp.An.KNA sebagai ketua penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penulisan skripsi.
6. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes sebagai anggota penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.
7. Kepala IBS RSUD Dr. Moewardi Surakarta beserta staf yang telah bersedia
membantu dalam pengambilan data.
8. Kedua orangtua Ir. H. Darul Jalal Anwar, MM dan Hj. Herlianti Swita, SE
atas segala dukungan, bimbingan, motivasi dan doa selama ini.
9. Udo Ari Rahmat DJA, Rizki Amalia DJA, Adi Nugraha DJA atas dukungan,
motivasi dan doa dalam penulisan skripsi ini.
10. Arko Jatmiko Wicaksono dan keluarga, yang telah memberikan banyak waktu,
dukungan, bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
11. Fitri, Faika, Erma, Ayu, Cempaka, Diendy Dewiana atas bantuan, dukungan,
semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah ikut terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari banyak kekurangan,
maka kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Desember 2008


Dewi Kartika DJ Anwar

vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

halaman
PRAKATA..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 3
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka............................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran......................................................................... 20
C. Hipotesis........................................................................................... 21
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................. 22
B. Subjek Penelitian.............................................................................. 22
C. Teknik Sampling.............................................................................. 23
D. Besar Sampel.................................................................................... 23
E. Kerangka Kerja Penelitian................................................................ 24
F. Identifikasi Variabel......................................................................... 25
G. Definisi Operasional Variabel.......................................................... 25
H. Alat dan Bahan................................................................................. 26
I. Cara Kerja.......................................................................................... 27
J. Tempat Penelitian.............................................................................. 28
K. Sumber Data..................................................................................... 28
L. Instrumentasi.................................................................................... 28
M. Teknik Analisis Data....................................................................... 28

vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV. HASIL PENELITIAN.................................................................... 29


BAB V. PEMBAHASAN.............................................................................. 32
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.......................................................................................... 35
B. Saran................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 36
LAMPIRAN

viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 1. Data karakteristik umum subjek penelitian..................................... 29
Tabel 2. Persentase kekerapan nyeri pada saat induksi pada kedua
kelompok perlakuan........................................................................ 30
Tabel 3. Hubungan nilai skor nyeri objektif pada kedua kelompok............. 30
Tabel 4. Perbandingan rerata tekanan darah sistolik, tekanan darah
diastolik, dan laju nadi antara kedua kelompok perlakuan.............. 31

ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GRAFIK

halaman
Grafik 1. Penilaian objektif berdasarkan skor derajat nyeri 30

x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Data Penelitian


Lampiran B. Tabel tes homogenitas sampel berdasarkan jenis kelamin
menggunakan uji kai kuadrat
Lampiran C. Tabel tes homogenitas sampel berdasarkan umur menggunakan
uji t
Lampiran D. Tabel tes homogenitas sampel berdasarkan berat badan
menggunakan uji t
Lampiran E. Tabel tes homogenitas sampel berdasarkan ASA menggunakan
uji kai kuadrat
Lampiran F. Tabel analisis data tekanan darah dan denyut nadi menggunakan
uji t
Lampiran G. Tabel uji non parametrik Mann-Whitney
Lampiran H. Formulir Penelitian
Lampiran I. Informed Consent
Lampiran J. Surat Ijin Penelitian
Lampiran K. Surat Pengantar Penelitian

xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Propofol adalah nama lain dari 2,6-diisopropyl-phenol termasuk

golongan alkylphenol (Katzung, 1998) sering digunakan dalam tindakan

anestesi, baik untuk induksi maupun rumatan anestesi (Sear, 1995). Sejak

disetujui dan direkomendasi penggunaannya oleh Food and Drugs

Administration, maka propofol banyak digunakan secara luas sebagai obat

induksi anestesi, pemeliharaan anestesi, termasuk untuk anestesi bedah saraf,

anestesi pediatrik, dan sedasi dalam perawatan intensif (Biebuyck, 1994). Hal

tersebut karena sifat-sifat propofol yang menguntungkan seperti onset yang

cepat, pulih sadar dengan kembalinya reflek-reflek protektif, kognitif dan

fungsi psikomotor yang cepat juga (Tan, 1998). Namun di lain pihak,

penggunaan propofol melalui vena perifer memberikan rasa nyeri lokal pada

pembuluh darah dan hal tersebut merupakan masalah yang sering timbul dan

sangat mencemaskan bagi pasien (Tan, 1998).

Ada yang mengemukakan, bahwa nyeri yang terjadi merupakan efek

tidak langsung dari aktifasi sistem kaskade kinin (Biebuyck, 1994; Tan, 1998).

Adanya kontak antara endotel pembuluh darah dengan propofol, akan

mengaktifasi sistem kallikrein-kinin plasma yang akan membentuk kinin,

sedangkan bradikinin sebagai mediator nyeri, sehingga akan menyebabkan

nyeri dan hiperalgesia (Nakane, 1999). Oleh karena itu, sudah seharusnya rasa

xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

nyeri akibat injeksi propofol dihilangkan untuk memberikan rasa nyaman

kepada pasien saat induksi anestesi.

Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri

tersebut, antara lain dengan cara propofol diberikan melalui injeksi vena besar,

propofol dicampur dengan narkotik atau dicampur dengan lidokain,

pemakaian lidokain sebelum injeksi propofol dengan penekanan vena, aspirasi

darah dalam siring propofol, pencairan emulsi, dan pendinginan propofol

hingga 4 – 5oC (Siahaan, 2004).

Salah satu obat yang sering dipakai untuk mengurngi nyeri injeksi

propofol adalah dengan lidokan. Lidokain berfungsi menurunkan pH,

menurunkan konsentrasi propofol dalam fase air dan sebagai anestesi lokal

pada pembuluh darah (Eriksson dkk., 1997). Lidokain dapat menstabilkan

membran sel sehingga menstabilkan kaskade kininogen (Stoelting, 1999)

diperkirakan efek ini akibat mekanisme modulasi sentral di cornu dorsalis oleh

aktivitas sistem opioid endogen (Sear, 1995).

Gehan dkk. (1991) menunjukkan bahwa dosis optimum penggunaan

lidokain untuk mencegah nyeri propofol melalui vena perifer di daerah fossa

cubiti pada dewasa adalah 0,1 mg/kgBB dan tidak ada perbaikan bila dosis

dinaikkan sampai 0,4 mg/kgBB.

Sedangkan pemberian lidokain untuk memperoleh kadar yang efektif

dengan cepat baru dapat dicapai apabila diberikan dosis 0,7 – 1,4 mg/kgBB

secara intravena (Muchtar dan Suyatna, 2007).

xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada penelitian yang menggunakan lidokain 0,7 mg/kgBB intravena dan

lidokain 1 mg/kgBB intravena diberikan 10 detik sebelum injeksi propofol 2

mg/kgBB didapatkan lidokain 0,7 mg/kgBB intravena mempunyai efek yang

sama dengan lidokain 1 mg/kgBB intravena dalam mengurangi nyeri saat

injeksi propofol (Anton, 2000).

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

perbandingan efektivitas penyuntikan lidokain 0,1mg/kgBB dan lidokain 0,7

mg/kgBB untuk mengurangi nyeri pada induksi propofol.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan efektivitas penyuntikan lidokain

0,1 mg/kgBB dan lidokain 0,7 mg/kgBB untuk mengurangi nyeri pada induksi

propofol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas

penyuntikan lidokain 0,1 mg/kgBB dan lidokain 0,7 mg/kgBB untuk

mengurangi nyeri pada induksi propofol.

xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti-bukti empiris

mengenai perbedaan efektivitas penyuntikan lidokain 0,1 mg/kgBB dan

lidokain 0,7 mg/kgBB untuk mengurangi nyeri pada induksi propofol.

2. Manfaat Praktis :

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

bagi petugas kesehatan khususnya yang berkecimpung di bagian anestesi,

sehingga dapat sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dosis obat

dalam tindakan induksi pada anestesi umum.

xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Propofol

a. Sifat Umum

Propofol adalah nama lain dari 2,6-diisopropyl-phenol termasuk

golongan alkylphenol merupakan salah satu anestetika intravena

(Katzung, 1998). Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan

dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak – anak

usia lebih dari 3 tahun (Anonim, 2008). Propofol menghasilkan

anestesi yang kecepatannya sama dengan barbiturat secara intravena

dengan masa pulih cepat serta berguna untuk pasien rawat jalan yang

memerlukan prosedur yang cepat dan singkat (Katzung, 1998). Namun

salah satu efek tidak menyenangkan dari propofol adalah nyeri pada

tempat penyuntikan, terutama pada vena yang kecil (Clarke, 1995).

Propofol berbentuk oils pada temperatur ruangan dan tidak larut

dalam air, tetapi sangat larut dalam lipid. Semula propofol merupakan

larutan 2% yang dilarutkan dalam kromophor EL, tetapi karena rasa

nyeri penyuntikan yang hebat dan reaksi anafilaktoid yang

ditimbulkannya maka dilakukan reformulasi dimana formulasi

terbarunya merupakan larutan 1% yang terdiri dari 10% soybean oil,

2,25% glycerol, 1,2% purified egg phosphatide, dan 0,005% disodium

xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

edetate sehingga merupakan larutan berwarna putih susu isotonis

dengan pH antara 6 - 8,5 dan pKa dalam air 11, stabil pada suhu

kamar, nonpirogenik, mempunyai viskositas yang sama dengan air

sehingga mendekati fisiologis, dan dapat diencerkan dengan dekstrose

5% atau intralipid (Darto, 1989; Clarke, 1995; Tan, 1998; Stoelting,

1999).

b. Farmakokinetik

Propofol bersifat lipofilik, 98% terikat dengan protein plasma.

Metabolisme berlangsung dengan cepat di dalam hati. Di hati, propofol

dirombak menjadi metabolit - metabolit inaktif. Produk metabolit

utama adalah asam glukoronid terkonjugasi (40%) dan 1- 4-glukoronid

dan 4-sulfat yang merupakan derivat dari 2,6-diisoprophyl 1,4-quinol,

yang larut dalam air, dan diekskresi lewat urin (88%) serta dalam feses

(2%) (Clarke, 1995; Tan, 2002).

Setelah injeksi intravena propofol terdistribusi ke darah dan

jaringan yang kaya akan pembuluh darah (otak), jaringan otot tak

berlemak, dan terkahir menuju jaringan lemak (Katzung, 1998). Selain

itu, propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal, aliran darah ke otak,

metabolisme otak, dan menurunkan tekanan intrakranial (Handoko,

2007).

Penggunaan propofol dosis 1,5 – 2,5 mg/kgBB intravena

memiliki onset 15 detik dan akan menyebabkan hilangnya kesadaran

xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam waktu kurang dari satu menit atau sekitar 30 detik (Biebuyck,

1994; Stoelting, 1999).

Distribusi terjadi dengan waktu paruh (t½ a) 2 – 4 menit dan

waktu paruh pembuangan (T½ b) propofol kira-kira 30 – 60 menit.

Obat ini cepat di metabolisme di hati, dengan klirens 1,8 – 1,9 L/menit

sehingga proses pemulihan berlangsung cepat, dengan konjugasi

glukoronid dan sulfat serta akan diekskresikan melalui urin. Kurang

dari 1% diekskresikan dalam bentuk utuh (Clarke, 1995; Katzung,

1998).

Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata – rata 30 – 45

detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml

mengandung propofol 10 mg/ml (Anonim, 2008).

c. Farmakodinamik

1) Efek propofol terhadap sistem saraf pusat

Propofol dapat memberikan efek potensiasi depresi SSP dan

sirkulasi dengan obat narkotik, sedatif, dan obat anestesi inhalasi

(Wirjoatmojo, 2000).

Propofol mempunyai efek hipnosis, bekerja pada reseptor

asam gamma aminobutirat (GABA), korteks, dan subkorteks.

Onset hipnosis setelah dosis 2,5 mg/kgBB cepat, tetapi dosis kecil

1 – 1,5 mg/kgBB dapat juga menginduksi anestesi, walaupun

waktunya lebih lama (Clarke, 1995).

xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Autoregulasi serebrovaskuler terhadap penurunan tekanan

darah sistemik dan respon aliran darah serebral (CBF), terhadap

perubahan PCO2 tidak atau sedikit dipengaruhi oleh propofol

(Stoelting, 1999). Propofol tidak memiliki efek analgetik (Clarke,

1995).

2) Efek propofol terhadap sistem kardiovaskuler

Penggunaan propofol dengan dosis 2 mg/kgBB

mengakibatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 16% dan

tekanan darah diastolik 11% dengan puncak penurunan pada menit

kedua setelah induksi dan tekanan darah akan kembali normal

seperti sebelum induksi setelah menit kelima (Widhiartawan,

2004). Hal ini terjadi dikarenakan vasodilatasi perifer dan

penekanan kontraktilitas miokardium (Handoko, 2001).

Menurunnya preload ventrikel dan penurunan aktivitas

simpatis, menyebabkan penurunan resistensi vaskuler sistemik,

sehingga memacu terjadinya hipotensi sistemik (Clarke, 1995).

3) Efek propofol terhadap sistem respirasi

Pada dosis tertentu propofol dapat menyebabkan depresi

respirasi dan apnea umumnya terjadi dalam waktu 30 – 60 detik

setelah induksi anestesi (Stoelting, 1995). Pada dosis 2,5 mg/kgBB

refleks respirasi terdepresi menyebabkan intubasi trakea dan

pemasangan laringeal mask lebih mudah dibandingkan tiopental

(Clarke, 1995).

xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Lidokain

a) Sifat umum

Lidokain pertama kali diperkenalkan pada tahun 1948,

merupakan anestesi lokal kuat dan sekarang digunakan secara luas

(Stoelting, 1999). Lidokain bekerja dengan mekanisme menghambat

Natrium Chanel, sehingga tidak terjadi konduksi dan automatisasi

(Simanjuntak, 2004).

Obat ini termasuk golongan amide dimana mempunyai pka = 7,9,

koefisien partisi = 304, pH 6,5. Protein binding lidokain adalah 70%,

lipid solubility 2,9, onset lidokain 4 – 6 menit, dengan lama aksi 45-90

menit (hiperbarik), 60 – 120 menit (isobarik) (Pramana, 2004).

Lidokain disamping digunakan sebagai anestesi lokal, obat ini

juga dikenal sebagai antiaritmia jantung dan umumnya digunakan

sebagai terapi kegawatan pada aritmia ventrikel (Sunaryo, 1987).

Lidokain banyak dipakai sebagai obat pencegah nyeri karena

propofol dengan memberikannya sebelum ataupun dengan

mencampurnya dalam satu wadah. Lidokain berfungsi sebagai anestesi

lokal atau juga menurunkan pH, osmolalitas, dan untuk stabilisasi

membran, sehingga tidak terjadi kaskade kinin (Stoelting, 1999).

b) Dosis

Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anestesi

infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun

anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir.

xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada anestesia infiltrasi biasanya digunakan larutan 0,25 – 0,50 %

dengan atau tanpa epinefrin. Tanpa epinefrin dosis total tidak boleh

melebihi 200 mg dalam waktu 24 jam, dan dengan epinefrin tidak

boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam bidang

kedokteran gigi, biasanya digunakan larutan 1 – 2 % dengan epinefrin,

untuk anestesia infiltrasi dengan mulai kerja 5 menit dan masa kerja

kira – kira 1 jam dibutuhkan dosis 0,5 – 1,0 ml. Untuk blokade saraf

digunakan 1 – 2 ml. Lidokain dapat pula digunakan untuk anestesia

permukaan. Untuk anestesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran

cerna bagian atas digunakan larutan 1 – 4 % dengan dosis maksimal

satu gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah

anogenital atau rasa sakit yang menyertai wasir dapat dihilangkan

dengan supositoria atau bentuk salep dan krim 5 %. Untuk anestesia

sebelum dilakukan tindakan sistoskopi atau katerisasi uretra digunakan

lidokain gel 2 % dan sebelum dilakukan bronkoskopi atau pemasangan

pipa endotrakeal biasanya digunakan semprotan denagn kadar 2 – 4 %

Sedangkan anestesia lumbal digunakan larutan lidokain 5 %. (Syarif

dan Sunaryo, 2007).

Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, sehingga

dapat dugunakan sebagai obat aritmia jantung. Diberikan secara

intravena dengan dosis 1 mg/kgBB. Dosis berikutnya mungkin

diperlukan 5 menit kemudian, tetapi jumlahnya tidak lebih dari

200 -300 mg dalam waktu 1 jam. Dosis harus lebih kecil diberikan

xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada pasien gagal jantung. Infus intarvena lidokain dengan kecepatan

tetap digunakan untuk mempertahankan kadar efektif. Infus dalam

rentang 1 – 4 mg per menit menghasilkan kadar terapi dalam plasma

setinggi 1 – 5 µg/ml dalam waktu 7 – 10 jam (Muchtar dan Suyatna,

2007)

c) Farmakokinetik

Lidokain diabsorbsi sacara cepat setelah pemberian baik secara

topikal maupun suntikan. Lidokain mudah diserap dari tempat

suntikan. Dalam hepar lidokain mengalami dietilasi dan berubah

menjadi monoetilglisinxilidide yang kemudian mengalami hidrolisis

menjadi xilidide dan selanjutnya dimetabolisasi oleh amidase dan hasil

metabolisme tersebut diekskresi lewat urine, dimana 75% dalam

bentuk 4-hidroksi-2,6-dimetilaniline (Stoelting, 1999; Handoko, 2001).

d) Farmakodinamik

Lidokain merupakan anestesi lokal dengan onset cepat, potensi

dan durasi sedang. Sering dipergunakan dalam berbagai jenis / cara

pemberian anestesi lokal (Pramana, 2004).

Lidokain dapat menimbulkan anestesi lebih cepat daripada

prokain dan dapat tersebar dengan cepat di seluruh jaringan,

menghasilkan anestesi yang lebih dalam dengan durasi yang cukup

lama (Geoffrey, 1997).

Pada lidokain juga terdapat efek inotropik negatif sehingga

terjadi efek bradikardi pada anestesi spinal (Pramana, 2004).

xxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Monoetilglisinxilidide memiliki kurang lebih 80% kemampuan

dari lidokain dalam memproteksi melawan kardiak disaritmia,

metabolit ini memiliki waktu paruh eliminasi yang memanjang dan ini

sangat efisien dalam mengontrol disritmia kardial setelah infus

lidokain dihentikan. Xilidide hanya memiliki kurang lebih 10%

aktifitas antidisritmia kardial dari lidokain (Stoelting, 1999).

Pada dosis rendah intravena, lidokain dapat menekan reflek

batuk, tanpa efek samping yang serius. Dimana dosis lidokain 2

mg/kgBB intravena menekan reflek batuk secara efektif selama

intubasi trakheal pada pasien yang dianestesi (Triantoro, 2002).

Dengan peningkatan dosis lidokain akan menimbulkan toksisitas

baik terhadap susunan saraf pusat maupun jantung yang dapat

menyebabkan rasa mengantuk, tinitus, bibir dan lidah kesemutan, sakit

kepala ringan, gangguan penglihatan, dan gangguan berbicara. Bila

dosis dinaikkan lagi maka akan terjadi kejang, koma, depresi nafas,

dan dapat terjadi henti jantung (Stoelting, 1999).

3. Sulfas Atropin

Sulfas atropin merupakan derivat dari atropin. Sulfas atropin berguna

untuk mengurangi hipersalivasi jalan nafas pada saat anestesia yang dapat

mengakibatkan terjadinya laringospasme juga dapat menghambat nervus

Vagus saat bradikardia atau sinkope akibat refleks sinus karotis yang

hiperaktif (Kolam, 1995).

xxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sulfas atropin diberikan saat premedikasi secara intravena atau

intramuskular dengan dosis 0,01 – 0,02 mg/kgBB. Pada dosis 0,2 – 0,5 mg

intramuskular 45 – 60 menit atau 0,25 mg intravena 10 – 15 menit

diberikan sebelum anestesi untuk mengurangi hipersalivasi. Sulfas atropin

pada dosis 0,01 mg/kgBB dapat menekan hipersalivasi antara 64 – 84 %

(Kolam, 1995).

4. Nyeri

Nyeri adalah rasa inderawi dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau

berpotensi rusak. Nyeri timbul akibat perangsangan pada reseptor nyeri

(nociceptor) oleh zat perangsang baik mekanikal, kemikal, atau termal.

Setiap jaringan memiliki reseptor nyeri terutama pada kulit, pembuluh

darah, perios, dan visera (Wirjoatmojo, 2000 ; Sherwood, 2001).

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanyalah suatu gejala, yang

fungsinya ialah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya

gangguan-gangguan di tubuh, semacam mekanisme pertahanan tubuh

sehingga bagian tubuh yang lain tidak rusak (Guyton, 1997).

Nyeri berguna dalam proses penyembuhan luka dengan jalan

menghindari pergerakan daerah luka. Nyeri merupakan fenomena subjektif

dimana ekspresi dan interpretasinya melibatkan sensasi, emosional, serta

kultural sehingga memerlukan prosedur yang kompleks untuk menilainya

(Kertia dkk., 2003).

xxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Penghantar nyeri

1) Serabut saraf A-delta

Saraf A delta mempunyai kecepatan konduksi 12 – 30 m/detik dan

merupakan penghantar cepat dari nyeri. Rasa nyeri yang

dihantarkan diinterpretasi seperti rasa tertusuk atau tersayat. Sifat

nyerinya singkat dan terlokalisir (Simanjuntak, 2004).

2) Serabut saraf C (C fiber)

Serabut saraf C mempunyai kecepatan hantar 0,5 – 2 m/detik, dan

merupakan penghantar lambat. Jenis nyeri ini seperti perasaan

berdenyut, nyeri dalam, dan rasa panas yang menyebabkan tidak

nyaman. Nyeri kemikal disebabkan zat kimia seperti asetilkolin,

bradikinin, histamin, prostaglandin, ion kalium, dan ATP

(Stoelting, 1999).

3) Neurotransmitter (NT)

Pada alur transmisi sifatnya merangsang (exitatory), sedang pada

alur modulasi bersifat menghambat (inhibitory). Pada transmisi

cepat, NT yang berperan adalah asam glutamat, asam aspartat, dan

ATP. Sedangkan pada transmisi lambat, NT yang berperan adalah

substansi P, somatostatin, dan vasoaktif internal peptide (Suryono,

2003; Stoelting, 1999).

Substansi P adalah senyawa polipeptida yang berada di ujung saraf

bebas dan di kornu posterior medulla spinalis bekerja melalui

xxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

reseptor neurokinin I sebagai neurotransmitter eksitasi dan

perangsang timbulnya nyeri (I Nyoman, 2004).

b) Perjalanan Nyeri

Proses terjadinya stimulasi yang kuat di perifer sampai dirasakannya

sebagai nyeri di susunan saraf pusat (korteks serebri) merupakan suatu

rangkaian proses elektrofisiologi yang disebut sebagai nosiseptif,

terdiri dari empat proses (Nazaruddin, 2002) yaitu :

1) Proses transduksi merupakan proses dimana stimuli kuat diubah

menjadi impuls listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer

atau organ-organ tubuh. Rangsang ini dapat berupa rangsang fisik

seperti sentuhan ringan pada diskus Merkel, tekanan berat pada

korpuskulum Paccini; rangsang suhu seperti panas pada

korpuskulum Ruffini, dingin pada korpuskulum Krause; rangsang

kimia seperti substansi nyeri pada ujung saraf bebas. Kerusakan

jaringan akan mengundang dilepaskannya sejumlah substansi nyeri

berupa ion K+, H+, serotonin, bradikinin, histamin, dan

prostaglandin. Substansi nyeri akan merangsang dilepaskannya

substansi P dari ujung-ujung serabut saraf A delta dan serabut C.

2) Proses transmisi merupakan penyaluran impuls melalui saraf

sensoris sebagai lanjutan proses transduksi, melalui serabut saraf A

delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis. Impuls ini

mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus

spinothalamikus dan sebagian ke traktus spinoretikularis.

xxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara

sistem analgesik endogen dengan asupan nyeri yang masuk ke

cornu posterior medulla spinalis. Analgesik endogen (enkefalin,

endorfin, serotonin, norepinefrin, GABA) dapat menekan impuls

nyeri pada cornu posterior medulla spinalis, dengan cara

menghambat pelepasan substansi P.

4) Persepsi adalah hasil akhir dari proses transduksi, transmisi, dan

modulasi yang menghasilkan suatu perasaan subyektif yang

dikenal sebagai persepsi nyeri.

c) Mekanisme terjadinya nyeri penyuntikan propofol

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri pada

penyuntikan propofol, antara lain lokasi penyuntikan, ukuran vena,

kecepatan penyuntikan, konsentrasi propofol dan efek buffer dari darah

sendiri. Faktor lain yang tak kalah penting yaitu kecepatan cairan

pembawa, temperatur propofol, bahan syringe dan penggunaan obat

lain seperti lokal anestesi, opiod (Tan, 1998).

Penyebab nyeri akibat propofol belum jelas, diduga berhubungan

dengan iritasi langsung dari struktur kimia propofol sendiri yang

mengandung gugus fenol yang bersifat iritatif dan pelepasan kininogen

akibat tidak langsung melalui kaskade kinin (Tan, 1998). Namun

adanya aktivasi sistem kaskade kinin dibuktikan oleh Iwama dkk.

(1998) dengan memberikan nafamostat mesilate yaitu suatu inhibitor

xxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kalikrein untuk mereduksi nyeri penyuntikan propofol. Nyeri

penyuntikan propofol juga dapat timbul karena sediaan propofol

sendiri mengandung emulsi lemak dimana bila emulsi lemak kontak

dengan endotel akan menyebabkan enzim kallikrein mengaktifkan

kaskade kininogen plasma, sehingga terbentuk bradikinin (Scott dkk,

1998). Nyeri penyuntikan propofol akibat aktivasi sistem kaskade

dapat timbul segera atau lambat, dimana nyeri yang timbulnya lambat

terjadi antara 10 – 20 detik setelah penyuntikan propofol (Tan, 1998).

Klement dan Arndt (1991) menyampaikan bahwa nyeri saat

penyuntikan beberapa obat anestesi timbul karena efek langsung

osmolalitas atau pH dari formulasi obat tersebut yang tidak fisiologis.

Larutan asam dan basa juga menimbulkan nyeri pada pH < 4 dan > 11.

larutan non fisiologis tersebut kontak dengan tunika intima vena

superficialis yang akan menstimulasi nosiseptor dari vena atau akhiran

saraf bebas, kemudian impuls tersebut akan ditransmisi oleh serabut A

delta (Erikksson, 1997). Propofol sendiri bersifat isotonis dengan pH

antara 6 – 8,5, sehingga nyeri pada propofol bukan disebabkan oleh

osmolalitas dan pH non fisiologis (Tan, 1998).

Scott dkk. (1998) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor

sebagai penyebab nyeri pada penyuntikan propofol. Ukuran pembuluh

darah (vena) merupakan faktor penting. Hal tersebut karena obat

dalam lumen pembuluh darah tersebut melalui midstream aliran darah

sehingga kontaknya dengan konsentrasi yang tinggi pada dinding

xxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembuluh darah yang sensitif akan minimal. Faktor penting lainnya

adalah lamanya paparan dinding vena dengan propofol yang

disuntikan. Juga didapatkan bahwa penyuntikan propofol yang lambat

menyebabkan nyeri yang lebih hebat dibanding dengan pemberian

bolus secara cepat. Dengan pemberian yang cepat maka segera akan

bersih dari pembuluh darah vena dan diganti dengan darah.

d) Strategi klinis mencegah nyeri penyuntikan propofol

Berbagai upaya telah diusahakan untuk mencegah terjadinya

nyeri akibat penyuntikan propofol. Mulai dari penelitian terhadap

faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, seperti tempat

penyuntikan, penggunaan aspirin, kecepatan cairan intravena

pembawa, penggunaan anestesi lokal, temperatur propofol yang

berbeda, penambahan opioid, penambahan metokhlopramide,

pemakaian glyceryl trinitrate, thiopental, lidokain, bahan syringe yang

berbeda dan hingga aspirasi darah (Kobayashi, 1998; O Hara, 1997;

Stoelting, 1999; Tan, 1998). Namun dari semua hal itu, penggunaan

lidokain untuk mencegah nyeri pada penyuntikan propofol merupakan

cara yang paling ekstensif digunakan dalam praktek klinis, karena

beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lidokain lebih efektif

(Erikson, 1997; Millar, 1997; Tan, 1998). Bahkan, saat ini pabrik

pembuat propofol telah merekomendasikan cara ini (Tan, 1998).

Penggunaan lidokain beberapa saat sebelum penyuntikan

propofol untuk mengurangi rasa nyeri merupakan efek anestesi lokal

xxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada pembuluh darah. Karena banyaknya cara yang digunakan pada

teknik ini, maka hasil penelitian yang dilaporkan menunjukkan

perbedaan dalam penurunan insiden nyeri penyuntikan propofol

(Mangar, 1992; Tan, 1998).

Sebenarnya, alasan penggunaan lidokain sebagai penghilang rasa

nyeri propofol merupakan dasar bahwa lidokain beraksi sebagai

stabiliser pada sistem kaskade kinin. Beberapa penelitian

menggunakan dosis lidokain yang berbeda menunjukkan bahwa teknik

tersebut efektif dalam menurunkan insiden nyeri sehubungan dengan

penyuntikan propofol (Scott dkk., 1998).

e) Pengukuran Rasa Nyeri

Menurut Siahaan (2004) skoring penilaian derajat nyeri objektif dapat

dinilai dengan menggunakan VAS (Visual Analogue Scale), dengan :

Skor nyeri 0 = tidak nyeri.

Skor nyeri 1 = nyeri ringan, terlihat mimik muka kesakitan seperti

menyeringai, penderita menggerakkan lengan bawah dengan pelan.

Skor nyeri 2 = nyeri sedang, terlihat mimik muka kesakitan sekali,

penderita menggerakkan lengan bawah dengan keras atau cepat.

Skor nyeri 3 = nyeri berat, penderita spontan mengeluh sakit.

xxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Status Fisik

Menurut American Society of Anesthesiologist (ASA) membuat kalsifikasi

status fisik pasien menjadi kelas – kelas (Mansjoer, 2000) :

a. ASA I = pasien normal serta sehat fisik dan mental.

b. ASA II = pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada

keterbatasan fungsional.

c. ASA III = pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat dan

ada keterbatasan fungsional.

d. ASA IV = pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam

hidup dan menyebabkan ketidakmampuan fungsi.

e. ASA V = pasien yang tidak dapat hidup atau bertahan dalam 24

jam dengan atau tanpa operasi.

f. ASA VI = pasien mati otak yang organ tubuhnya dapat diambil.

xxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

PASIEN

Lidokain
Propofol i.v

Sistem kaskade kinin

Bradikinin
Bradikinin Mediator Nyeri
Berkurang / -

Transduksi
Tidak Nyeri
Transmisi

Modulasi

Persepsi

Nyeri

C. Hipotesis

Ada perbedaan bermakna antara efektivitas penyuntikan lidokain 0,1

mg/kgBB dan lidokain 0,7 mg/kgBB untuk mengurangi nyeri akibat induksi

propofol.

xxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk studi eksperimental yang dilakukan dengan cara single

blind. Sedangkan randomisasi dilakukan dengan cara completely randomized

design, dimana semua subyek dari populasi studi langsung dialokasikan

random kedalam kelompok perlakuan atau kelompok kontrol.

B. Subjek Penelitian

Semua pasien yang akan menjalani operasi elektif dengan anestesi umum di

Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien laki-laki atau perempuan

b. Usia 18 – 45 tahun

c. Berat badan 40 – 60 kg

d. Status fisik ASA I atau II

e. Operasi elektif yang dilakukan anestesi umum

f. Pasien yang telah menandatangani informed consent

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien menolak berpartisipasi dalam penelitian

b. Sedang mengalami sindrom nyeri kronik sebelum induksi propofol

c. Mengalami phlebitis

xxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Ada kontra indikasi pemberian propofol, lidokain, dan atau ketamin

e. Pasien memperoleh terapi analgesi dan sedasi pada saat penelitian

C. Teknik Sampling

Sampel yang diambil sebagai probandus adalah yang memenuhi kriteria

inklusi di atas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non probability

sampling yakni purposive sampling, dimana setiap yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.

Sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Taufiqurohman, 2004).

D. Besar Sampel

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 30 orang pasien

dengan rincian 15 pasien mendapat perlakuan lidokain 2% 0,1 mg/kgBB dan

15 pasien mendapat perlakuan lidokain 0,7 mg/kgBB sebelum induksi

propofol 2 mg/kgBB.

xxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Kerangka Kerja Penelitian

POPULASI

SAMPEL

Premedikasi
Sulfas Atropin 0,01 mg/kg BB
± 5 menit pra induksi

Lidokain 0,1 mg/kgBB Lidokain 0,7 mg/kgBB


30 detik sebelum induksi 30 detik sebelum induksi
Propofol Propofol
+ +
Induksi Propofol Induksi Propofol
2 mg/kg BB 2 mg/kgBB

Penilaian Nyeri Penilaian Nyeri


Menggunakan Menggunakan
VAS segera saat VAS segera saat
induksi Propofol induksi Propofol

Analisa Data

xxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas

Propofol, Lidokain ; skala nominal

2. Variabel terikat

Nyeri ; skala ordinal

3. Variabel luar

a. Terkendali

1). Umur

2). Berat badan

3). Pengobatan lain

b. Tidak terkendali

1). Emosi

2). Kecemasan

3). Sensitivitas individu terhadap obat

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Induksi propofol

Pemberian 2 mg/kgBB propofol secara intravena perlahan-lahan.

b. Pemberian lidokain

Injeksi lidokain 2% 0,1 mg/kgBB dan lidokain 0,7 mg/kgBB secara

intravena dengan penekanan vena 30 detik sebelum penyuntikan

propofol intravena.

xxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Variabel terikat

Nyeri adalah tanggapan subjektif terhadap penyuntikan propofol

intravena yang dinyatakan dalam bentuk angka melalui metode penilaian

VAS (Visual Analogue Scale).

3. Variabel luar terkendali

Variabel yang dapat mempengaruhi perubahan variabel terikat namun

masih dapat dikendalikan.

4. Variabel luar tidak terkendali

Variabel yang dapat mempengaruhi perubahan variabel terikat namun

tidak dapat dikendalikan.

H. Alat dan Bahan

1. Monitor elektronik

2. Kateter I.V 18G

3. Spuit

4. Ringer Laktat

5. Sulfas Atropin 0,01 mg/kgBB

6. Lidokain 2% 0,1 mg/kgBB

7. Lidokain 2% 0,7 mg/kgBB

8. Propofol 2 mg/kgBB

xxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. Cara Kerja

1. Subjek penelitian diberi premedikasi sulfas atropin 0,01 mg/kgBB 10

menit sebelum dimulai operasi.

2. Setelah pasien tiba di kamar operasi dipasang kateter I.V 18G pada vena di

dorsum manus satu sisi lengan dan diberi cairan ringer laktat sebagai

pengganti puasa dan rumatan.

3. Selanjutnya dipasang alat pemantau tekanan darah, pulse oksimetri, dan

EKG.

4. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok

I menerima lidokain 2% 0,1 mg/kgBB intravena dan kelompok II

menerima lidokain 0,7 mg/kgBB intravena. Pada pemberian lidokain,

dilakukan penekanan vena.

5. Setelah itu, 30 detik kemudian kepada setiap pasien dari setiap kelompok

dilakukan tindakan induksi propofol 2 mg/kgBB intravena diberikan

selama 30 detik sampai pasien hilang kesadarannya sesuai kriteria

penilaian klinis standar (tidak ada respons verbal dan hilangnya refleks

bulu mata).

6. Selama pemberian propofol, dilihat respon pasien kemudian dilakukan

penilaian nyeri objektif lalu dinilai derajat nyerinya dengan menggunakan

Visual Analogue Scale (VAS).

7. Dilakukan pencatatan tekanan darah dan laju nadi sebelum pemberian obat

penelitian kemudian setelah pemberian obat penelitian.

xxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

J. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

K. Sumber Data

Data adalah data primer yang diperoleh di Instalasi Bedah Sentral (IBS)

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

L. Instrumentasi

VAS (Visual Analogue Scale)

M. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis dengan uji t, uji

kai kuadrat, uji non parametrik Mann-Whitney. Dimana uji t :

x1 - x 2
t hitung =
SD1 + SD2
2 2

n -1

t hitung DF (Degree of Freedom) = n – 1 ; Ditentukan a = 0,05

Keputusan : Jika t hitung > t tabel maka menolak Ho

Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh penyuntikan lidokain 0,1 mg/kgBB dan

lidokain 0,7 mg/kgBB yang bermakna terhadap nyeri injeksi propofol

intravena.

H1 : Ada perbedaan pengaruh penyuntikan lidokain 0,1 mg/kgBB dan

lidokain 0,7 mg/kgBB yang bermakna terhadap nyeri injeksi propofol

intravena.

xxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Dr. Moewardi Surakarta selama bulan Juli 2008, didapatkan data sebanyak 30

pasien yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama mendapat

perlakuan Lidokain 2% 0,1 mg/kgBB - Propofol dan kelompok kedua mendapat

perlakuan Lidokain 2% 0,7 mg/kgBB - Propofol. Adapun hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 1. Data Karakteristik Umum Subjek Penelitian


Kelompok Lidokain

No. Variabel 0,1 mg/kgBB 0,7 mg/kgBB Uji p


n = 15 n = 15
1 Umur (tahun) 32,40 ± 9,81 30,80 ± 9,92 t 0,797
2 Berat Badan (kg) 52,33 ± 6,15 51,73 ± 6,52 t 0,660
3 Laki-laki 6 (40 %) 6 (40 %)
Perempuan 9 (60 %) 9 (60 %) X2 1,00
ASA I 10 (66,67 %) 9 (60 %)
4 ASA
ASA II 5 (33,33 %) 6 (30 %) X2 0,705

Dari data karakteristik umum subjek penelitian di atas yakni umur, berat

badan, jenis kelamin, dan ASA ternyata dari dua kelompok perlakuan tersebut

secara statistik tidak bermakna (p > 0,05). Keadaan ini menunjukkan data

karakteristik kedua kelompok perlakuan adalah homogen sehingga layak untuk

dibandingkan. Analisis statistik untuk umur dan berat badan menggunakan uji t,

sedangkan untuk jenis kelamin dan ASA menggunakan kai kuadrat.

xl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2. Persentase Kekerapan Nyeri pada Saat Induksi pada Kedua Kelompok
Perlakuan
Lidokain Lidokain
Penilaian Nyeri 0,1 mg/kgBB 0,7 mg/kgBB
n=15 (%) n=15 (%)
Tidak nyeri 0 (0) 10 (66,67)
Derajat Nyeri ringan 0 (0) 5 (33,33)
nyeri Nyeri sedang 11 (73,33) 0 (0)
Nyeri berat 4 (26,66) 0 (0)

Saat penyuntikan propofol selama 30 detik dilakukan penilaian nyeri

objektif. Terdapat perbedaan kekerapan nyeri antara kedua kelompok perlakuan

dimana hasil persentase kekerapan nyeri pada saat induksi dengan propofol pada

kedua kelompok perlakuan terlihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Hubungan Nilai Skor Nyeri Objektif pada Kedua Kelompok


Lidokain Lidokain
Variabel Nilai-p
0,1 mg/kgBB 0,7 mg/kgBB
Nyeri 2,27 ± 0,458 0,33 ± 0,488 0,000
Keterangan : EM-W = uji Mann-Whitney; p<0,05 (perbedaan bermakna)

80
P
70
e
r 60
s 50 lidokain
e
n 40 0,1mg/kgBB
t 30 lidokain
a 0,7mg/kgBB
20
s
e 10
0
0 1 2 3
Skala Nyeri

Grafik 1. Penilaian Objektif Berdasarkan Skor Derajat Nyeri

xli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari hasil analisis data dengan menggunakan SPSS 12.00 for Windows

pada Tabel 3, diperoleh nilai signifikansi uji Mann-Whitney p = 0,000. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05)

antara kelompok perlakuan Lidokain 0,1 mg/kgBB - Propofol dengan kelompok -

Lidokain 0,7 mg/kgBB - Propofol.

Tabel 4. Perbandingan Rerata Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik,


dan Laju Nadi Antara Kedua Kelompok Perlakuan
Kelompok
Variabel Lidokain Lidokain P
0,1 mg/kgBB 0,7 mg/kgBB
Pra perlakuan 139,00 ± 14,962 132,33 ± 17,153 0,266
TDS (mmHg) Pasca perlakuan 137,80 ± 18,265 133,67 ± 17,418 0,531
Pra perlakuan 81,13 ± 8,450 83,33 ± 9,096 0,497
TDD (mmHg) Pasca perlakuan 81,67 ± 10,335 82,93 ± 7,488 0,704
Pra perlakuan 84,07 ± 16,735 78,93 ± 11,548 0,337
LN (x/menit) Pasca perlakuan 94,40 ± 9,226 90,93 ± 12,986 0,406
Keterangan : TDS = Tekanan Darah Sistolik; TDD = Tekanan Darah Diastolik;
LN = Laju Nadi; p>0,05 (perbedaan tidak bermakna)

Dari tabel 4, analisis statistik untuk tekanan darah dan laju nadi

menggunakan uji t, tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada

perbandingan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan laju nadi antara

kedua kelompok perlakuan.

xlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dibandingkan antara lidokain 0,1 mg/kgBB intravena

dengan lidokain 0,7 mg/kgBB intravena sebelum induksi propofol 2 mg/kgBB

intravena. Dari data karakteristik umum subjek penelitian pada kedua kelompok

perlakuan (Tabel 1) dengan analisis statistik untuk jenis kelamin dan status fisik

menggunakan uji kai kuadrat, sedangkan untuk umur dan berat badan

menggunakan uji t ternyata menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05), hal

ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil dalam penelitian ini homogen

sehingga layak untuk dibandingkan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi uji Mann-Whitney

adalah 0,000. Dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05)

dalam hal insidensi dan intensitas nyeri yang timbul antara kelompok yang diberi

lidokain 0,1 mg/kgBB dan yang diberi lidokain 0,7 mg/kgBB sebelum induksi

propofol.

Bervariasinya angka kekerapan nyeri ini mungkin disebabkan banyak

faktor yang mempengaruhi timbulnya persepsi nyeri. Pada penelitian ini ternyata

kekerapan nyeri antara kedua kelompok yang mendapatkan lidokain 0,1 mg/kgBB

dan lidokain 0,7 mg/kgBB berbeda bermakna. Dimana kelompok lidokain 0,1

mg/kgBB didapatkan nyeri sedang 73,33% dan nyeri berat 26,66% sedangkan

kelompok lidokain 0,7 mg/kgBB didapatkan tidak nyeri 66,67% dan nyeri ringan

33,33% (Tabel 2).

xliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nathason (1996) telah membandingkan lidokain 2 % dengan alfentanil

yang diberikan secara intravena 30 detik sebelum induksi propofol. Hasilnya

lidokain 2% dapat menurunkan insidensi nyeri dari 67% menjadi 24%.

King SY (1992) telah membandingkan lidokain 20 mg dicampur 19 ml

propofol dibanding dengan plasebo. Hasilnya didapatkan Lidokain 20 mg

mengalami nyeri 32% dibanding plasebo 73% mengalami nyeri.

Penyebab nyeri yang terjadi pada penyuntikkan propofol diduga akibat

pelepasan mediator lokal yaitu kaskade kininogen. Nyeri yang terjadi akibat

penyuntikan propofol timbul segera sesudah pemberian, lamanya nyeri singkat,

dan intensitasnya menurun pada penyuntikan berikutnya (Tan, 1998).

Banyak cara yang telah diteliti untuk mengurangi insiden dan nyeri

propofol, yang paling efektif dan sering digunakan adalah pemberian lidokain

baik dengan cara pemberian prainduksi dengan propofol maupun dengan cara

mencampurnya dalam propofol (Nakane, 1999 ; Tan, 1998). Lidokain merupakan

obat yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat propofol untuk mencegah atau

meminimalkan rasa nyeri akibat propofol (Singleton, 2000 ; Tan, 1998).

Pengurangan nyeri akibat penyuntikan propofol tergantung dosis lidokain yang

digunakan (Tan, 1998).

Lidokain berfungsi menurunkan pH, menurunkan konsentrasi propofol

dalam fase air dan sebagai anestesi lokal pada pembuluh darah (Eriksson dkk.,

1997). Lidokain dapat menstabilkan membran sel sehingga menstabilkan kaskade

kininogen (Stoelting, 1999) diperkirakan efek ini akibat mekanisme modulasi

xliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sentral di cornu dorsalis oleh aktivitas sistem opioid endogen (Sear, 1995)

sehingga dapat mencegah atau meminimalkan nyeri akibat propofol.

Pada kelompok lidokain 0,7 mg/kgBB didapatkan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan kelompok lidokain 0,1 mg/kgBB dalam mengurangi nyeri

saat induksi propofol secara klinis dan dengan uji Mann-Whitney didapatkan

perbadaan bermakna (p = 0,000).

Data yang tersaji dalam tabel, belum menunjukkan hasil yang sempurna

karena adanya faktor-faktor luar yang tidak dapat dihindari yang disebabkan oleh

sensitivitas pasien terhadap obat yang diberikan serta kecemasan atau emosi

pasien yang berbeda-beda. Efek nyeri propofol juga tergantung dari ukuran

pembuluh darah dan lama penyuntikan masing-masing individu karena bila

impuls nyeri ini tidak dihantarkan dengan intensitas kuat, maka tidak mampu

menginterpretasikan nyeri.

Nyeri yang hebat dapat menurunkan tekanan darah pasien yang dapat

mengakibatkan terjadinya hipotensi. Pada penelitian ini penggunaan lidokain 0,1

mg/kgBB dan lidokain 0,7 mg/kgBB secara intravena tidak menimbulkan efek

hipotensi ataupun efek samping lainnya. Pengamatan yang dilakukan tehadap

kardiovaskular yaitu perubahan terhadap tekanan darah sistolik, tekanan darah

diastolik, dan laju nadi. Terdapat perubahan tekanan darah dan laju nadi tapi tidak

bermakna antara kedua kelompok perlakuan (Tabel 4).

xlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah membandingkan pemberian lidokain 2% 0,1 mg/kgBB dengan

lidokain 2% 0,7 mg/kgBB secara intravena ternyata pengurangan nyeri yang

terjadi berbeda bermakna dan secara klinis pengurangan nyeri pada pemberian

lidokain 2% 0,7 mg/kgBB lebih baik dibanding dengan lidokain 2% 0,1

mg/kgBB.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang lebih banyak

sehingga dapat meminimalkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi.

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan penilaian

nyeri menggunakan metode yang lain.

3. Dosis lidokain 0,7 mg/kgBB dapat sebagai dosis pilihan untuk mengurangi

nyeri propofol dalam tindakan induksi pada anestesi umum oleh petugas

kesehatan.

xlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Anesthesi Intravena.


http://en.wikipedia.org/wiki/Propofol (2 Maret 2008)

Anton A, Moidin, 2000. Efektivitas pemberian lidokain terhadap nyeri injeksi


propofol. Kumpulan makalah Pertemuan Ilmiah Berkala X. IDSAI.

Biebuyck, Julien F., Phil D., 1994. Propofol : An update on its clinical use.
Anesthesiology. Vol 81. pp:1005-43.

Chandra B.,1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Cameron E, Johnston, Crofts S, Morton NS, 1992. The minimun effect dose of
lignocaine to prevent injection pain due to propofol in Children
Anaesthesia. edisi 47. pp: 604-6

Clarke R.S.J., 1995. Intravenous Anaesthetics Agents Induction and


Maintenance. A Practice of Anaesthesia. 6th Edition. pp:99-100.

Erikkson M, Englesson S, Nick lasson, 1997. Effect of lignocaine and PH on


propofol induced pain. Br J Anaesth. pp: 6-502

Fujii Y., Nakayama M., 2005. Reduction of Propofol-Induced Pain Through


Pretreatment With Lidocaine and/or Flurbiprofen.
http://www.medscape.com/viewarticle/498634 (2 Maret 2008).
Geoffrey L. Howe, F. Ivor, H. Whitehead, 1997. Anestesi Lokal. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Hipokrates.

Guyton A.C., Hall J.E., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp:761-63.

Huang Y.W., Buerkle H., Lee T., Hou A.K.C., Muhammad R., Ang L.C.Y.,
2005. Effect of Pretreatment With Ketorolac on Propofol Injection Pain.
http://www.72.14.203.104.search?q=cache:8Mgr0SgqNnUJ:www.mgh.h
arvard.edu/nprg/pdf/lin.19.pdf+pain+propofol+mechanism&hl=id&gl=i
d&ct=clnk&cd=7 (2 Maret 2008)

Katzung, Bertram G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinis. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp:400, 411-12.

Kertia N., Meliala L., Broto R., 2003. Nyeri pada Osteoartritis dan Artritis
Reumatoid in Suplemen Berkala Neuro Sains (BNS). Vol 4. pp:51-55.

xlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

King S.Y., 1992. Lidocaine for the prevention of pain due to injection of
propofol. Anesth Anlg. Edisi 74. pp:246

Klement W, Arndt JO, 1991. Pain on intravenous injection of some anesthetic


agent is evoked by the unphysicological osmolality or pH of their
formulations. Br J Anaesth. pp:189 - 95.

Kobayashi, 1998. Reduction of pain on injection of propofol: a comparison of


fentanyl with lidocaine. Edisi ke-8. p: 936.

Kolam U, 1995. Efektivitas dosis sulfas atropine intravena dalam


menghambat hipersalivasi akibat pengaruh ketamin pada sterilisasi
pameroy. Bag/SMF Anestesi & Reanimasi Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada. Tesis

Lubis M. Y., 1994. Anestesi Umum. Medan : PT Pustaka Widyasarana. pp:72-


74.

Mangar D, Holak. Tourniquet at 50 mmHg folowed by intravenous lidocaine


diminished hand pain associated with propofol injection. Anesth Analg.
pp: 250 - 74.

Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W., 2000. Kapita


Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Pp:260-250.

Melamed SF, Quinn CL. 1995. Sedation a guide to patient management. 3th
ed. St. Louis: Mosby Year Book Inc. pp: 376 – 8

Millar JM, 1997. Practical Anaesthesia and analgesia for day surgery.
Oxford. London. pp: 39-54

Muchtar A., Suyatna F.D., 2007. Obat antiaritmia. In Gunawan S. G. (eds).


Anestesi Umum dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI. pp:122-27, 133-38.

Nakane M., Iwama H., 1999. A Potensial Mechanism of Propofol Induced


Pain on Injection Based on Studies Using Nafamostat Mesilate. Edisi 83
pp: 404 – 397.

Nathason G., 1996. Preventation of pain on injection of propofol : a


comparison of lidocaine with alfentanil. Anesth Anlg. Edisi 3. pp:465

Nazaruddin U., 2002. Acute Pain : Management Strategies That Work.


Makalah PIB XI. Medan. pp: 421- 28.

xlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

O’ Hara JF, Juraj S, Jeffrey TL, Walter GM, Thomas C, 1997. Efect of
Nitroglycerin and intravenous lidocaine on propofol induced pain on
injection. Anest Analg, pp: 9-862.

Pramana C., 2004. Perbandingan respon hipotensi antara lidokain 5%


hiperbarik dengan bupivakain 0,5% hiperbarik pada anestesi spinal.
Bag/SMF Anestesi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada. Tesis

Santosa B., 2004. Pemberian Cairan Kristaloid Prabeban untuk Mencegah


Hipotensi Setelah Induksi Propofol. Bag/SMF Anestesi & Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Tesis.

Satoto D., Thaib M. R., 1989. Anestesiologi. Jakarta : Bagian Anestesiologi


dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran UI. pp:65,67-68,71.

Siahaan R.D., Rasman M., Soerasdi E., 2004. Pengaruh Lidokain atau
Ketamin Intravena terhadap Nyeri Saat Induksi Propofol. The
Indonesian Journal of Anaethesiology and Critical Care.22:140-46.

Simanjuntak S. P., 2004. Perbandingan Insiden Nyeri Induksi Intravena


Propofol antara Pemberian Efedrin 2,5 mg Intravena 60 detik Pra
Induksi Propofol dengan Lidokain 10 mg dalam Propofol. Bag/SMF
Anestesi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada.Tesis.

Scott RPF, Saunders DA, Normann J, 1988. Propofol : Clinical strategies for
preventing pain on injection. Anestesia, 43, pp: 4-492.

Sear JW., 1995. Total Intravenous anaesthesia. In: Healy TE, Cohen PJ, eds.
A practice of anaesthesia. 6th ed. London. pp: 99-101.

Sherwood, Lauralee, 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stoelting R.K., 1999. Pharmacology and Physiology in Anesthesia


Practice.3rd ed. Philadelphia : Lippincott Raven. pp:302-07.

Sunaryo, 1987. Pharmacology and Physiology in Anesthesia Practice.3rd ed.


Philadelphia. Lippincort Raven Publisher. Philadelphia. pp: 81-158.

Suryono B., 2003. Mekanisme Nyeri Pasca Bedah in Suplemen Berkala Neuro
Sains (BNS). Vol 4. pp:73-77.
Syarif A., Sunaryo, 2007. Anestetik Lokal. In Gunawan S. G. (eds). Anestesi
Umum dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI. pp:272-259.

xlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tan C.H., Onsiong M.K., 1998. Pain on Injection of Propofol in


Anaesthesia.Vol 53. pp:468-76.

Taufiqurohman M.A, 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu


Kesehatan. Surakarta : CGSF. p:62

Tjay T.H., Rahardja K, 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Pengunaan, dan


Efek Samping. Edisi 4. Jakarta : Gramedia. pp:231-32.

Tanra A.H., 2000. Konsep Baru Pengelolaan Nyeri. Makalah PIB X. IDSAI.
Bandung. pp:1451-59.

Triantoro B., 2002. Mencegah Nyeri Penyuntikan Propofol dengan


Penambahan Lidokain dalam Propofol. Bag/SMF Anestesi & Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Tesis.

Widhiartawan I N., 2004. Pengaruh Pemberian Klonidin Oral untuk


Mengurangi Nyeri Injeksi Propofol. Bag/SMF Anestesi & Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Tesis.

Wirjoatmojo K., 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk


Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. pp:114-18, 158-59.

l
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

li

You might also like