You are on page 1of 15

MAKALAH GIZI DALAM

KESEHATAN REPRODUKSI
“STUNTING”

Oleh kelompok 3

Komang Ayu Resianing A1121001


Putu Novi Aurelia A1121005
Christina Bere Karang A1121007
Ni Putu Ari Purnami Putri A1121012
Paradila Putri A1121015
Ni Kadek Cantika Hendrani A1121018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI


PROGRAM SARJANA DAN PROFESI BIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai “Stunting”. Kami menyadari sepenuhnya


bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah kami, baik dari
penyampaian maupun penulisan materi. Karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk melengkapi kekurangan dari makalah kami.

Tidak lupa kami mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Ibu I Dewa Ayu Tri Wikrama Perdani, S.Keb. yang telah memberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan Terima Kasih kepada pihak-
pihak yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah ini.

Badung, 14 April 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................................... 2
1.4 Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Stunting ................................................................................................................. 3
2.2 Faktor Penyebab Stunting ................................................................................................. 3
2.3 Dampak Stunting ............................................................................................................... 5
2.4 Pencegahan Stunting .......................................................................................................... 6
BAB III ........................................................................................................................................ 11
PENUTUP ................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah suatu kondisi pada seorang yang memiliki panjang atau tinggi
badan kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Kasus stunting merupakan
permasalahan global dan tidak hanya terjadi di Indonesia. Menurut (Hoffman et al,
2000; Bloem et al, 2013). Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan
(growthfaltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama
mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Mustika & Syamsul, 2018). Tinggi
badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan menunjukkan
status gizi seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang atau
malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.

Masalah malnutrisi di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang belum bisa


diatasi sepenuhnya oleh pemerintah. Laporan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting di tingkat
nasional sebesar 6,4% selama 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8%
(2018). Proporsi status gizi pendek dan sangat pendek pada seseorang, mencapai
29,9% atau lebih tinggi dibandingkan target rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJMN) 2019 sebesar 28% (Untung et al., 2021). Dari hasil
Studi status gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan tahun 2019 prevlensi stunting
di Indonesia sebesar 27,6%. Sedangkan di Provinsi Bali sebesar 14,4% dan jika
melihat persentase stunting di provinsi Bali tahun 2020 sebesar 6,1%, Persentase di
kabupaten Jembrana (2,3%), Tabanan (8,0%), Badung (6,1), Gianyar (4,8),
Klungkung(7,3%), Bangli (6,3%), Karangasem (10,8%), Buleleng (7,2%), dan
Denpasar (1,5%). Persentase stunting di provinsi Bali mengalami penurunan bila
dibandingkan hasil Riskesdas 2018 dan studi status gizi indonesia (SSGI) 2019
(Provinsi Bali, 2020).

Pencegahan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari


dampak jangka panjang yang merugikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat

1
dengan Pendekatan Keluarga, Upaya pencegahan stunting yang dapat dilakukan
untuk kelompok dewasa muda yaitu, melakukan detekssi dini terhadap penyakit
(menular dan tidak menular), meningkatkan penyuluhan tentang prilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Dimaksud Dengan Stunting?
2. Apa Yang Menjadi Faktor Penyebab Terjadinya Stunting?

3. Bagaimana Dampak Stunting?


4. Bagaimana Cara Menjegah stunting?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan stunting
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya stunting
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari stunting tersebut

4. Untuk mengetahui bagaimana cara menjegah terjadinya stunting

1.4 Tujuan
Makalah ini dibuat agar bermanfaat bagi pembaca baik mahasiswa ataupun
masyarakat untuk menambah wawasan tentang stunting yang masih menjadi
permasalahan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Stunting


Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek
berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar
deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi
irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan atau infeksi berulang
atau kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam
jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada
anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat,
sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya

Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya:

1. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya


2. Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
3. Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
4. Pubertas yang lambat
5. Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak
banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
6. Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

2.2 Faktor Penyebab Stunting


1. Kurang Gizi dalam Waktu Lama

Tanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa terjadi sejak anak
berada di dalam kandungan. Sebab, sejak di dalam kandungan, anak bisa jadi
mengalami masalah kurang gizi. Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak
memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein
tinggi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu,

3
rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut
memengaruhi kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan
inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak.

2. Pola Asuh Kurang Efektif

Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada
anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian
makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik,
maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan
kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat
memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.

3. Pola Makan

Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan
yang tidak seimbang dapat memengaruhi pertumbuhan anak dan meningkatkan
risiko stunting. Hal ini dikarenakan ibu kurang mengerti tentang konsep gizi
sebelum, saat, dan setelah melahirkan.

4. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan

Setelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan pasca
melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung menerima asupan
ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya. Perawatan pasca melahirkan
dianggap perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak
pasca persalinan.

5. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu

Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada
anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian
makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik,
maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan
kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat
memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.

6. Sakit Infeksi yang Berulang

4
Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh
yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi
baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting,
menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang
anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga
terhindar dari infeksi.

7. Faktor Sanitasi

Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi
risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan
kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat memengaruhi pertumbuhannya.
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu
faktor penyebab stunting.

2.3 Dampak Stunting


Dampak dari stunting:
1. Gangguan Kognitif Anak dengan stunting memiliki kemampuan kognitif
yang lebih buruk. Stunting sering dikaitkan dengan penurunan IQ pada usia
sekolah.Hal ini membuktikan bahwa stunting juga dapat memengaruhi
perkembangan otak anak, selain perkembangan fisiknya

2. Mengalami Kesulitan Belajar Tingkat fokus anak juga juga dapat terpengaruh
karena mengidap stunting. Pasalnya, anak-anak yang stunting akan mengalami
kesulitan berkonsentrasi, yang membuat mereka kesulitan belajar.Selain itu,
penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan perawakan pendek
akibat stunting memiliki tingkat fokus dan konsentrasi yang lebih rendah. Ini
kemudian akan mengganggu kinerja akademis mereka.

3. Rentan Mengalami Penyakit Tidak Menular Salah satu dampak stunting


terhadap kesehatan anak adalah membuat anak lebih rentan terhadap penyakit
tidak menular saat dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut antara lain
obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi.

4. Imunitas Lebih Rendah

5
Kekebalan yang menurun terkait dengan malnutrisi yang terjadi pada stunting.
Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan
tubuh secara keseluruhan, sehingga membuat anak lebih rentan terhadap
mengidap penyakit berulang yang sama. Kondisi ini akan berada dalam siklus
yang berulang jika tidak segera mendapatkan penanganan. Artinya, penyakit
yang berulang akan mengakibatkan asupan gizi yang buruk dan akan terus
mempengaruhi daya tahan tubuh anak.

5. Hilangnya Produktivitas
Saat anak beranjak dewasa, stunting juga dapat memengaruhi produktivitas dan
kinerja di tempat kerja. Orang dewasa dengan riwayat stunting terbukti kurang
produktif di tempat kerja, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan mereka

2.4 Pencegahan Stunting


Beberapa Upaya untuk mencegah Stunting diantaranya:

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil


Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak
adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan
Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang
mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen
atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses
kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.

2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan


Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat

6
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan
makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan
yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal
dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau
penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati
saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan
dokter.

4. Terus memantau tumbuh kembang anak

Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari
tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun
klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui
gejala awal gangguan dan penanganannya.

5. Selalu jaga kebersihan lingkungan

Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama
kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung
meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School
menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan
tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang
masuk ke dalam tubuh manusia.

6. Memberikan MPASI yang bernutisi kepada bayi usia 6-8 bulan.

Memberikan makanan bernutisi seimbang merupakan salah satu upaya mencegah


stunting pada anak. Berikut adalah menu makanan yang dapat diberikan kepada
anak usia 6-8 bulan.

Resep menu MPASI untuk 1 hari :

➢ Pagi → Bubur Hati Ayam

Bahan-bahan:
- Segenggam beras putih
- 1 potong hati ayam
- 10 butir kacang merah

7
- Potong kecil wortel
- Keju
- Minyak kelapa
- 400 ml air
Cara membuat:
1.Cuci semua bahan dengan air matang.
2.Masukkan semua bahan ke dalam slow cooker kecuali keju dan minyak
kelapa.
3.Tambahkan air sampai semua terendam.
4.Masak selama 2 jam sampai air menyusut dan matang.
5.Pindahkan ke dalam blender, lalu lumatkan.
6.Saring hingga halus.
7.Masukkan keju dan aduk sampai tercampur.
• Selingan pagi → Alpukat Chess
Bahan-bahan:
- 1 buah alpukat ukuran sedang (haluskan)
- 4 keping biskuit
- 60 ml susu UHT
- 2 sdm keju parut
- ½ sdt maizena yang sudah dilarutkan dengan air
- 1 sdm margarin cair
Cara Membuat
1.Hancurkan biskuit sampai halus.
2.Campurkan dengan margarin cair dan susun sebagai lapisan pertama.
3.Untuk cream cheese, campurkan susu formula, keju dan larutan maizena lalu
masak sampai mengental.
4.Setelah mengental, tuang ke mangkuk sebagai lapisan kedua.
5.Masukkan alpukat yang sudah dihaluskan sebagai lapisan ketiga.

➢ Siang→ Bubur Ayam Telur Puyuh


Bahan-bahan:
- 2 sdm beras
- Kacang hijau secukupnya
- 2 potong daging ayam

8
- 2 butir telur puyuh
- 2 lembar sawi
- 1 ruas jari kunyit
- 1 lembar daun salam
- 1 bawang merah dan putih yang diparut
- Margarin
Cara membuat
1.Cuci beras beserta kacang hijau dan tambahkan 150 ml air, masak selama 2
jam.
2. Masukkan margarin untuk menumis.
3.Tambahkan bawang merah, putih, daun salam, kunyit, daging ayam yang
sudah direbus.
4. Setelah wangi, tambahkan air secukupnya.
5. Saat sudah mendidih, tuang telur puyuh yang sudah dikocok.
6. Setelah itu, masukkan sawi.
7.Tunggu sampai air menyusut, matikan kompor.
• Selingan Siang→ Bubur Sumsum Saus Naga
Bahan-bahan:
- Buah Naga ¼
- Tepung Beras 3 sdm
- Santan 100ml
- Air matang 100ml
- Daun pandan
Cara Membuat Toping Saos Naga:
1.Cuci bersih dan potong buah naga
2.Saring atau blender buah naga
Cara Membuat Bubur Sumsum:
1. Masukan 3 Sdm tepung beras, santan, air matang, dan daun pandan ke dalam
kuali
2. Lalu aduk sampai tidak ada yang menggumpal dan tidak ada lagi bau terigu
3.Setelah bubur matang, siapkan bubur sumsum di wadah kemudian siram
dengan saus buah naga

9
➢ Malam →Sup Udang
Bahan-bahan:
- 5 ekor udang ukuran sedang
- 3 potong wortel
- 2 potong brokoli
- 1 siung bawang merah dan putih
- Sejumput garam
- Minyak kelapa
Cara membuat:
1. Bersihkan udang serta lepaskan kepala dan kulitnya.
2. Potong wortel dan brokoli menjadi kecil-kecil.
3. Haluskan atau parut bawang merah dan putih, kemudian tumis.
4. Masukkan udang dan tumis bersama bumbu.
5. Tambahkan air, brokoli, wortel, dan garam.
6. Tumbuk, cincang, atau blender (sesuaikan tekstur) yang sudah dimasak.
7. Campurkan dengan bubur.
8. Tambahkan kuah dari tumisan.
9. Lalu sajikan

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya berada di bawah standar. Pencegahan stunting penting dilakukan
sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan.
Lakulan pencegahan dini dengan meningkatkan pengetahuan bahaya stunting dan
bagaimana dampak stunting. Pencgahan dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan,
dengan mencukupi gizi ibu hamil dan dilanjutkan dengan Mpasi yang bernutrisi
dan bergizi seimbang.

3.2 Saran
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang kami
susun ini bisa menambah pemahaman dan wawasan masyarakat mengenai stunting
yang masih menjadi permasalhan di dunia khususnya di Indonesia. Dengan
Diselesaikannya makalah ini kami berarap agar pembaca atau masyarakat
khususnya Ibu dan calon ibu agar mulai menjaga pola makan dan gaya hidup yang
lebih baik. Tentunya penulis masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ni Luh Yunita (2022) GAMBARAN UPAYA PENCEGAHAN STUNTING


PADA DEWASA MUDA DI DESA TIANYAR BARAT KABUPATEN
KARANGASEM TAHUN 2022. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan Tahun 2022.
Asian Development Bank (ADB). Prevalensi Stunting Balita Indonesia Tertinggi ke-2 di
Asia Tenggara. [Online].; 2020 [cited 2022 April 3. Available from:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/25/prevalensi-stunting-balita-
indonesia-tertinggi-ke-2-di-asia-tenggara.
Kemenkes RI. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta; 2018.
Kementerian PPN/Bappenas. Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi di Kabupaten/Kota Jakarta: Kementerian Perencanaan dan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional; 2018.
Kemenkes RI. Warta Kesmas: Cegah Stunting itu Penting. [Online].; 2018 [cited 2021
April 3. Available from:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta-
Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf.
Adistrie F, Lumbantobing VBM, Maryam NNA. Pemberdayaan Kader Kesehatan
Dalam Deteksi Dini Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang pada Balita. Media
Karya Kesehatan. 2018

12

You might also like