You are on page 1of 15

TUGAS BESAR INDUSTRI BIOTEKNOLOGI

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit RBD dengan Menggunakan Katalis
Berpromotor Ganda Berpenyangga γ-Alumina (CaO/MgO/ γ-Al2O3) dalam Reaktor
Fluidized Bed
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah industri bioteknologi
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Ignatius Suharto, APU
Anastasia Prima Krisijarti, S.Si.,M.T.

Oleh :
Meiske Libby (6141901010)
Alfonso Steven (6141901039)
Matthew Reindhardt (6141901082)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II MASALAH DAN TUJUAN
2.1 Identifikasi Masalah
2.2 TujuanTujuan
BAB III ISI, METODE, DAN HASIL
A. METODE PENELITIAN
A.1 Preparasi Katalis
A.2 Proses Transesterifikasi
B. HASIL DAN DISKUSI
B.1 Hasil Analisa GCMS pada Bahan Baku
B.2 Hasil Analisa XRD Katalis berpromotor ganda yang berpenyangga γ-Alumina
(CaO/MgO/γ-Al2O3)
C. ANALISA HASIL PROSES TRANSESTERIFIKASI
C.1 Pengaruh Massa Katalis Terhadap Yield dan Konversi Biodiesel
C.2 Pengaruh Laju Alir Reaktan Terhadap Yield dan Konversi Biodiesel
C.3 Pengaruh Temperatur Terhadap Yield dan Konversi Biodiesel
D. KARAKTERISTIK PRODUK BIODIESEL
E. PERBANDINGAN SPESIFIKASI BIODIESEL TERBAIK
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Penggunaan bahan bakar di Indonesia selalu meningkat seiring bertambahnya waktu


karena penggunaan transportasi yang merajalela serta kebutuhan akan sumber energi.
Berdasarkan buku yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu
Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2021, konsumsi bahan bakar minyak
(BBM) mengalami peningkatan sejak tahun 2021 dimana penggunaan BBM pada tahun 2022
hingga bulan Juli 2022, konsumsi Pertalite telah mencapai 16,8 juta kiloliter atau kira-kira
105,67 juta barrel dan konsumsi solar mencapai 9,9 juta kiloliter atau sekitar 62,27 juta barrel.
Sumber energi yang diproduksi dari bahan bakar fosil mengalami masalah, yaitu mulai
menipisnya ketersediaan fosil karena bahan yang tidak dapat diperbaharui dan pencemaran
udara yang ditimbulkan akibat adanya pembakaran bahan bakar fosil, seperti melepaskan gas
beracun dan molekul partikulat dimana gas-gas berbahaya ini menyebabkan masalah kesehatan
kepada masyarakat. Masalah kesehatan yang dapat muncul adalah masalah paru, jantung,
tekanan darah, dan stroke.
Meningkatnya kebutuhan akan sumber energi dan timbulnya banyak dampak negatif dari
penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan para ilmuwan melakukan penelitian untuk mencari
alternatif bahan bakar atau sumber energi. Salah satu energi alternatif yang dapat digunakan
adalah biodiesel yang diproduksi dari minyak kelapa sawit. Biodiesel merupakan bahan bakar
alternatif yang dihasilkan dari proses antara minyak nabati atau lemak hewan dengan alkohol
rantai pendek seperti metanol dengan bantuan katalis yang disebut sebagai proses
transesterifikasi. Kemudian, dengan produksi sumber energi berbahan baku minyak kelapa
sawit dan menghasilkan produk biodiesel, maka mendapatkan keuntungan yang baik, seperti
sumber daya yang dapat diperbaharui serta mengurangi pencemaran udara yang timbul dengan
contoh: mengurangi mereduksi emisi gas karbondioksida dan karbonmonoksida. Selain itu, dari
sub-sektor perkebunan, Indonesia telah menjadi produsen terbesar di dunia dalam menghasilkan
kelapa sawit. Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian pada tahun 2021, luas perkebunan
kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektar. Luas perkebunan kelapa sawit untuk di Kepulauan
Riau sendiri mencapai 2,89 juta hektare dan menjadi luas perkebunan kelapa sawit terbesar di
Indonesia.
Untuk memproduksi biodiesel dari minyak kelapa sawit, biasanya proses konvesional
yang digunakan adalah menggunakan reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit dengan
metanol yang dibantu dengan katalis asam atau basa, seperti NaOH, H2SO4, dan KOH. Tetapi
penggunaan katalis jenis tersebut menimbulkan beberapa kelemahan yang akan menyebabkan
terbentuknya produk samping, seperti sabun, kemudian pemisahan produk biodiesel dengan
katalis akan sangat kompleks, katalis yang sensitif terhadap kandungan free fatty acid yang ada
di dalam minyak kelapa sawit dan lainnya, sehingga di dalam jurnal yang akan dikaji ini, akan
menggunakan katalis berpromotor ganda berpenyangga Ɣ-alumina (CaO/MgO/Ɣ-Al2O3).
BAB II
MASALAH DAN TUJUAN

2.1 Identifikasi Masalah


Proses pembuatan biodiesel secara konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu
sensitif terhadap kandungan free fatty acid (FFA) yang terdapat dalam minyak, terbentuknya
produk samping berupa sabun, rumitnya pemisahan produk biodiesel yang dihasilkan dengan
katalis, serta adanya limbah alkali yang memerlukan proses lanjutan yang cukup kompleks dan
membutuhkan energi yang cukup tinggi dan pada akhirnya menaikkan harga produksi.

2.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menentukan efektivitas katalis berpromotor ganda yang berpenyangga γ-Alumina
(CaO/MgO/γ-Al2O3) dalam mengkonversi minyak kelapa sawit RBD menjadi
biodiesel.
2. Membandingkan hasil produksi biodiesel menggunakan katalis berpromotor ganda
dengan standar SNI.
3. Menentukan kondisi operasi terbaik untuk memproduksi biodiesel.
BAB III
ISI, METODE, DAN HASIL

A. METODE PENELITIAN
A.1. Preparasi Katalis
Preparasi katalis dibuat dengan cara menambahkan CaO dan MgO dengan
aquadest dan dilakukan pengadukan selama 30 menit. Setelah itu larutan dicampur
dengan asam asetat sesuai dengan stoikiometri menggunakan pengaduk selama 5 menit.
kemudian larutan ditambahkan penyangga y-Al2O3 sambil pengadukan tetap berjalan
selama 3 jam. Dilakukan pemanasaan dan pengadukan larutan pada suhu 80 ℃ hingga
larutan mengental seperti pasta. Katalis yang telah menyerupai pasta ini kemudian dioven
pada suhu 110 ℃ selama 12 jam setelah itu ukuran katalis diseragamkan. Lalu katalis
dikalsinasi pada suhu 700 ℃ selama 5 jam. Katalis yang telah dikalsinasi lalu dianalisis
dengan X-ray Diffraction dan XRD. Peralatan proses kalsinasi dapat dilihat pada
Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Peralatan Kalsinasi

A.2. Proses Transterifikasi


Proses transesterifikasi dilakukan dalam sebuah reaktor fluidized bed yang dilapisi
dengan elemen pemanas. Katalis yang telah aktif dimasukkan ke dalam reaktor yang
sebelumnya dibagian bawah dan atas reaktor dipasang glasswool agar katalis tidak
kembali ke umpan reaktan atau terikut bersama produk. Setelah itu dilakukan
pengadukan umpan yang berisi minyak kelapa sawit RBD dan metanol dengan molar
rasio 1 : 36 hingga homogen. Kemudian dilakukan penyetingan suhu reaktor pada
temperatur 175 ℃ dengan laju alir 10 ml/menit. Jika suhu reaktor sudah sesuai dan
umpan telah homogen, maka umpan siap dialirkan melalui bagian bawah reaktor. Setelah
didapat variabel massa katalis terbaik untuk variabel katalis 4, 7, 10, 13, dan 16 gram
kemudian proses transesterifikasi divariabelkan ke laju alir reaktan dan suhu reaktor.
Variabel Laju alir reaktan adalah 4, 7, 10, 13, dan 16 ml/menit dan suhu reaktor 125, 150,
175, 200, dan 225 ℃. Hasil biodiesel, metanol sisa, minyak sisa, dan gliserol kemudian
dihitung untuk didapatkan yield dan konversi. Kadar biodiesel dianalisa dengan metode
gas kromatografi. Rangkaian proses transesterifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.2
dibawah ini.

Gambar 3.2 Rangkaian Proses Transesterifikasi Dalam Reaktor Fluidized Bed

B. HASIL DAN DISKUSI


B.1. Hasil Analisa GCMS pada Bahan Baku
Dilakukan Analisa Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS) yang
bertujuan untuk mengetahui komponen asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa
sawit merk Bimoli. Maka dari analisa tersebut didapatkan komposisi asam lemak minyak
kelapa sawit merk Bimoli didominasi oleh palmitic acid dan oleic acid masing-masing
sebesar 38,201% dan 45,962%. Dengan diketahuinya komponen asam lemak, maka berat
molekul dari minyak kelapa sawit dapat dihitung. Dari hasil perhitungan didapatkan berat
molekul minyak kelapa sawit sebesar 850,32 g/gmol. Berat molekul dari perhitungan ini
telah mendekati berat molekul minyak kelapa sawit yang didapatkan dari literatur yaitu
849,5 g/gmol.
B.2 Hasil Analisa XRD Katalis CaO/MgO/ γ-Al2O3
Karakteristik dari katalis menggunakan beberapa teknik analisa. Brunauer
Emmett Teller (BET) digunakan untuk mengukur luas permukaan (surface area).
Sedangkan difraksi sinar X (XRD) digunakan untuk mengetahui jenis dan struktur
katalis. Berdasarkan hasil analisa BET diperoleh luas permukaan katalis
CaO/MgO/γ-Al2O3 sebesar 42,342 m²/g. Sedangkan luas permukaan pure analytic grade
(PA) γ-Al2O3 dari Merck adalah 120 – 190 m2/g. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa promotor (CaO/MgO) menempel pada support (γAl2O3).
Hasil analisa XRD pada Gambar 3.3 adalah pola difraktogram XRD CaO/MgO/
γ-Al2O3. Puncak senyawa CaO muncul pada 2θ 32,4o 37,6o 54,2o 64,6o dan 67,9o. Puncak
senyawa MgO muncul pada 2θ 37,1o 43o dan 62,8o. Sedangkan puncak senyawa γ-Al2O3
31,9o 37o 39o 45o 50o 56o dan 60o. Kemudian pada hasil XRD dideteksi senyawa
campuran yang terbentuk yaitu senyawa Calcium Magnesium Aluminium Oksida
(Al16Ca0,965Mg2O27) muncul pada 2θ 1,8o - 31,6o, 32o - 37o, 39o - 49o, 51o-54o, 54o - 60o,
61o-64o, 65o-67o.

Gambar 3.3 Pola difraktrogram XRD CaO/MgO/ γ-Al2O3


C. ANALISA HASIL PROSES TRANSESTERIFIKASI
C.1 Pengaruh Massa Katalis Terhadap Yield dan % Konversi Biodiesel
Untuk menganalisis kasus ini, kondisi proses yang digunakan adalah
perbandingan molar minyak:metanol adalah 1:36, laju alir reaktan berupa minyak dan
metanol yang digunakan adalah 10 mL/menit dan temperatur reaksi 75oC. Hasil dari
proses ini terlihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.

Gambar 3.4 Pengaruh Yield Biodiesel Terhadap Massa Katalis

Gambar 3.5 Pengaruh Konversi (%) Biodiesel Terhadap Massa Katalis


Dari hasil yang diperoleh, dapat terlihat bahwa semakin banyak massa katalis,
maka yield dan konversi biodiesel juga akan meningkat. Hal tersebut terjadi karena
semakin banyak katalis yang ditambahkan ke dalam reaktor, maka akan semakin banyak
juga reaktan yang bertumbukkan sehingga reaktan yang akan terkonversi menjadi produk
akan semakin banyak. Oleh karena itu, yield dan konversi produk meningkat.
C.2 Pengaruh Yield dan % Konversi Biodiesel Terhadap Laju Alir Reaktan
Untuk menangani kasus ini, kondisi operasi yang digunakan adalah rasio mol
minyak:metanol adalah 1:36, massa katalis adalah 16 gram, dengan berbagai variasi
temperatur dan laju alir reaktan. Variasi laju alir reaktan yang digunakan adalah 4, 7, 10,
13, dan 16 mL/menit serta variasi temperatur operasi yang digunakan adalah 125, 150,
175, 200, dan 225oC. Hasil dari proses ini terlihat pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.

Gambar 3.6 Pengaruh Yield Biodiesel Terhadap Laju Alir Reaktan

Gambar 3.7 Pengaruh Konversi (%) Biodiesel Terhadap Laju Alir Reaktan
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa laju alir reaktan sangat
berpengaruh terhadap konversi dan yield biodiesel di dalam reaktor kontinyu. Dari
gambar di atas, diketahui bahwa semakin besar laju alir reaktan, maka konversi dan yield
yang dihasilkan akan menurun. Hal tersebut terjadi karena waktu tinggal reaktan di dalam
reaktor akan semakin berkurang dan menyebabkan kontak antara reaktan dengan katalis
di dalam reaktor fluidized bed akan semakin cepat sehingga produk yang dihasilkan juga
akan lebih sedikit.
C.3 Pengaruh Yield dan % Konversi Biodiesel Terhadap Suhu
Untuk melihat pengaruh banyaknya produk biodiesel yang dihasilkan terhadap
suhu, kondisi proses yang digunakan adalah massa katalis sebanyak 16 gram, rasio antara
minyak:metanol sebesar 1:36, dan berbagai variasi laju alir serta temperatur yang sama
pada sebelumnya. Secara teori, semakin meningkatnya temperatur, maka produk
biodiesel yang dihasilkan juga akan semakin banyak dimana teori ini dibuktikan dari
persamaan Arrhenius sebagai berikut: k=ko.e^(-E/RT). Teori ini sudah sesuai dengan
hasil penelitian dimana yield dan konversi produk meningkat seiring meningkatnya
temperatur, seperti yang ada pada Gambar 3.8 dan 3.9. Selain itu, semakin tinggi
temperatur, maka akan menghasilkan tumbukan antar partikel yang semakin banyak
sehingga energi aktivasi yang dibutuhkan untuk bereaksi akan dihasilkan lebih banyak
juga.

Gambar 3.8 Pengaruh Yield Biodiesel Terhadap Temperatur

Gambar 3.9 Pengaruh Yield Biodiesel Terhadap Temperatur


D. KARAKTERISTIK PRODUK BIODIESEL
Dari berbagai variasi dan kondisi proses yang digunakan, karakteristik produk
biodiesel yaitu densitas dan viskositas. Tabel analisa karakteristik biodiesel berupa
densitas dan viskositas dengan kondisi temperatur 175oC dan laju alir reaktan 10
mL/menit terlihat pada Tabel 3.1. Sedangkan spesifikasi viskositas dan densitas biodiesel
dengan variasi pada temperatur dan laju alir reaktan terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Spesifikasi Viskositas dan Densitas Biodiesel dengan Variabel Massa Katalis

Massa Katalis (gram) Densitas (g/mL) Viskositas (mm2/s)

4 0,854 5,038

7 0,851 4,947

10 0,868 5,025

13 0,877 5,106

16 0,883 5,126

Tabel 3.2 Spesifikasi Viskositas dan Densitas Biodiesel dengan Variabel Temperatur dan
Laju Alir Reaktan

Dari berbagai hasil densitas dan viskositas yang dihasilkan dan berbagai variasi
yang ada, produk biodiesel dianalisa menggunakan metode GC untuk menentukan
kondisi operasi terbaik. Hasil yang didapatkan adalah pada suhu 225oC, laju alir reaktan 4
mL/menit dan massa katalis 16 gram merupakan kondisi terbaik untuk memproduksi
biodiesel dengan kadar FAME yang diperoleh di dalam produk adalah sebesar 63,975%.
E. PERBANDINGAN SPESIFIKASI BIODIESEL TERBAIK
Dilakukan perbandingan spesifikasi biodiesel terhadap standar SNI yang berlaku
dengan hasil yang didapatkan pada biodiesel minyak sawit RBD.
Tabel 3.3 Perbandingan Spesifikasi Biodiesel

Parameter Standar SNI Biodiesel Minyak Sawit RBD

Flash Point 100 ℃ (min) 140 ℃

Pour Point 18 ℃ (maks) 3℃

Density 850 - 890 kg/m3 0,851 g/ml

Viscosity 2,3 - 6 cSt (mm2/s) 4,880 mm2/s

Apabila dibandingkan dengan standar SNI, biodiesel dari minyak kelapa sawit telah
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk parameter flash point, pour point, density dan
viscosity.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang ada pada jurnal yang dikaji, kesimpulan yang dapat ditarik
adalah sebagai berikut:
1. Biodiesel diproduksi menggunakan jalur transesterifikasi dengan bahan baku minyak
kelapa sawit RBD serta proses dibantu dengan katalis berpromotor ganda yang
berpenyangga γ-Alumina (CaO/MgO/γ-Al2O3).
2. Variasi massa katalis yang digunakan adalah 4, 7, 10, 13, dan 16 gram dimana dari
kelima variasi tersebut, massa katalis sebesar 16 gram memperoleh yield dan %konversi
produk biodiesel terbaik yaitu sebesar 0,296 gram biodiesel/gr minyak dan 29,483%.
3. Variasi laju alir yang digunakan adalah 4, 7, 10, 13, dan 16 mL/menit dan variasi
temperatur yang digunakan adalah 125, 150, 175, 200, dan 225oC. Dari variasi tersebut,
kondisi terbaik untuk memperoleh produk biodiesel adalah pada suhu 225oC, laju alir
reakatan 4 mL/menit, massa katalis: 16 gram dan rasio molar 1:36 dimana perolehannya
adalah 0,642 gr biodiesel/gr minyak dan konversi sebesar 63,975%.
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, Kurnia dkk. 2014. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit RBD
dengan Menggunakan Katalis Berpromotor Ganda Berpenyangga γ-Alumina (CaO/MgO/
γ-Al2O3) dalam Reaktor Fluidized Bed. Fakultas Teknologi Industri, ITS (Institut Sepuluh
November).

You might also like