You are on page 1of 70

PROPOSAL

STUDI LITERATUR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGAN

KEJADIAN BBLR

YUNITA ROMSERY

12114201170134

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Kami menerima dan menyetujui proposal ini yang di susun oleh Yunita Romsery, NPM:

12114201170134 untuk di seminarkan.

Ambon, Juni 2021

Pembimbing I                    Pembimbing II

Ns. S.Embuai, S.Kep., M.Kep        Ns. Mevi Lilipory, S.Kep., M.Kep
NIDN : 1229098901                    NIDN : 1203068702

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep


NIDN : 11223038001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat , tuntunan,

penyertaan dan anugerah-Nya, sehingga penyusunan proposal dengan judul “Studi

Literatur Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR”ini dapat

terselesaikan.

Penyusunan proposal ini merupakan syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Kesehatan Universitas Kristen

Indonesia Maluku.

Dengan terselesainya proposal ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. J. Damamain, M.Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku dan

Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku.

2. B.Talarima, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan. Pembantu Dekan I, II,

III Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

3. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep. Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas

Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

4. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku.

5. Ns. S. Embuai, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang juga telah membimbing

dan memberikan masukan kepada peneliti dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah

ini hingga bisa selesai tepat waktu.

6. Ns. M. Lilipory, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang juga telah membimbing

dan memberikan masukan kepada peneliti dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah

ini hingga bisa selesai tepat waktu.

3
7. Para dosen Universitas Kristen Indonesia Maluku terkhusus Fakultas Kesehatan

program Studi Keperawatan, yang telah memberikan segudang ilmu pengetahuan

kepada peneliti baik secara teoritis maupun praktek.

8. Bapak, ibu, kakak dan seluruh keluarga yang telah membantu peneliti baik dalam

bentuk dukungan material, nasihat, maupun doa untuk menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

9. Sahabat dan orang-orang terdekat yang telah memberikan bantuan dan motivasi serta

dukungan kepada peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

10. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dukungan kepada

peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini.

Ambon, Juni 2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………….i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan Penelitian............................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................8

A. Tinjauan umum BBLR....................................................................................................8

B. Tinjauan Umum Usia Ibu..............................................................................................28

C. Tinjauan Umum Jarak Kehamilan................................................................................29

D. Tinjauan Umum Anemia...............................................................................................30

E. Kerangka Konsep..........................................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................35

A. Desain Penelitian...........................................................................................................35

B. Tahapan Systematic Review.........................................................................................35

5
C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling.........................................................................43

D. Variabel Penelitian........................................................................................................44

E. Analisis Data.................................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................45

LAMPIRAN.............................................................................................................................47

6
DAFTAR GAMBAR

2.1 Patofisiologi BBLR................................................................................13

2.2 Kerangka Konsep...................................................................................33

2.3 Diagram PRISMA Tahapan Systematic Review ……………..……..............36

2.4 Ekstrasi Data ........................................................................................38

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran SK Pembimbiing…………………………………..…..48

Lampiran 2. Pencarian pada situs Geoogle Scholar…………………………….49

Lampiran 3. Screening pada situs Geoogle Scholar ……………………………49

8
1
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan

perhatian di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara

dengan sosial ekonomi rendah.WHO mengatakan bahwa sebesar 60-80% dari

angka kematian bayi (AKB) yang terjadi disebabkan oleh BBLR. BBLR

memiliki resiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari

pada bayi baru lahir yang memiliki berat badan normal. (Hartiningrum &

Fitriyah, 2019).

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah di

dunia, karena penyebab timbulnya penyakit dan kematian pada bayi yang baru

lahir (Maryunani & Nurhayati, 2009). Hal ini terbukti dengan jumlah kasus yang

masih cukup tinggi, 15% dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR

setiap tahunnya (WHO, 2014).

Bersadarkan data UNICEF 2015 prevalensi BBLR di dunia masih cukup

tinggi. Berat badan lahir rendah (BBLR) di diperkirakan sekitar 15-20% dari

seluruh kelahiran di dunia. Hampir 95% kasus bayi dengan BBLR terdapat di

Asia timur dan pasifik sebanyak 6%, Amerika Latin dan Karibia sebanyak 9%,

Negara Maju sebanyak 14%, dan Asia selatan sebanyak 28% (UNICEF, 2015).

Berdasarkan data Riskesda tahun 2018, menunjukan bahwa kejadian

BBLR di Indonesia mengalami kenaikan dengan signifikan . prevalensi BBLR

pada tahun 2018 sebanyak (6,2%) meningkat apabila dibandingkan dengan

tahun 2013 sebanyak (5,7%). Prevalensi kejadian BBLR pada tahun 2018

1
menurut provinsi angka tertinggi terdapat Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak

(8,9%), selanjutnya terdapat di Provinsi Maluku Utara sebanyak (8,7%) dan

Provinsi Gorontalo sebanyak (8,6%), sedangkan Provinsi jawa timur sebanyak

(6,6%) dan provinsi Maluku sebanyak (4,8%) (Riskesdas, 2018).

Prevalensi berat badan lahir rendah dari tahun 2019-2020 di Kota

Ambon sebanyak 162. Presentasi BBLR tertinggi terdapat di Kecamatan

Sirimau sebanyak 59, di ikuti oleh kecamatan Nusaniwe sebanyak 56,

kecamatan Teluk Ambon sebanyak 24, kecamatan Teluk Ambon Baguala

sebanyak 20 dan kecamatan leitimur selatan sebanyak 3. (Badan Pusat Statistik

Kota Ambon 2021).

BBLR disebabkan oleh beberapa faktor, hal tersebut menjadi seringkali

sulit untuk di cegah. Faktor resiko terjadinya BBLR terbagi dalam faktor

lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal. Faktor lingkungan

eksternal seperti usia ibu, paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb,

status gizi ibu hamil, riwayat penyakit (anemia, hipertensi, diabetes melitus),

pendidikan, sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan eksternal meliputi

paparan zat beracun, merokok, alkohol (Proverawati & Ismawati, 2010).

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukan terdapat beberapa variasi

pada factor dominan penyebab kejadian BBLR. Krammer telah mengidentifikasi

ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, namun tidak semua

faktor ada di daerah tertentu. Masing-masing faktor bervariasi dari suatu daerah

ke daerah yang lain tergantung faktor geografis, sosial, ekonomi dan budaya.Hal

di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Faradilla Monita (2016) di

RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU karakteristik umum yang

2
melahirkan bayi dengan berat badan rendah pada penelitian adalah ibu memiliki

usia beresiko sebanyak 36 (40%), ibu dengan jarak kehamilan beresiko sebanyak

20 (22,2%), dan ibu yang mengalami anemia sebanyak 16 (17,8%). Jadi

berdasarkan penelitian dari teori yang ada bahwa usia ibu, jarak kehamilan, dan

anemia sangat berpengaruh terhadap kejadian BBLR (Monita, 2016).

Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan

salah satu faktor resiko penyebab BBLR. Penyulit kehamilan <20 tahun lebih

tinggi di bandingkan kurang waktu reproduksi sehat (usia 20-30 tahun) keadaan

ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Ibu

hamil >35 tahun terjadi penurunan fungsi organ melalui proses penuaan dan

jalan lahir juga tambah kaku sehingga terjadi persalinan macet dan

perdarahan, selain itu dapat melahirkan bayi belum cukup bulan (Manuaba,

2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Alya (2018) di Rumah Sakit Ibu dan

Anak di Banda Aceh di temukan 31,4% usia ibu beresiko terhadap bayi BBLR.

Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam

pertumbuhan sehingga asupan makanan lebih banyak digunakan untuk

mencukupi kebutuhan ibu. Sedangkan kehamilan lebih dari 35 tahun organ

reproduksi kurang subur serta memperbesar resiko kelahiran dengan kelainan

kongenittal dan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR(Alya, 2018)

Jarak kehamilan bagi ibu untuk hamil kembali adalah 2 sampai 3 tahun.

Hal ini sangat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi kehamilan

berikutnya. Semakin kecil jarak antara kedua kelahiran, semakin besar resiko

3
untuk melahirkan BBLR. Kejadian tersebut disebabkan oleh komplikasi

perdarahan waktu hamil dan melahirkan, partus prematur dan anemia berat.

Kejadian ini dimungkinkan karena walau spasing beresiko tetapi sudah

melakukan dan dilakukan pencegahan serta penanganan berupa pemantauan

kesehatan dan perkembangan kehamilan sehingga tidak terjadi berat badan lahir

rendah (Indasari, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Suhartati, et al (2016) the Relationship

Between Maternal age and pregnancy With the Incidence of Low Birth Weight

babyAt The Jaraga Sasameh Hospital buntok 2016 menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan ibu dengan kejadian BBLR.

Dari hasil penelitiannya, ibu yang jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun

24 kali beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah di bandingkan

dengan ibu yang jarak kehamilannya >2 tahun.

Anemia yang terjadi selama kehamilan dikarenakan terjadi peningkatan

kebutuhan zat besi hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin dan

kebutuhan ibu hamil. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan

meningkatkan kebutuhan zat besi. Selama kehamilan, seorang ibu hamil

menyimpan zat besi sebesar 1000 mg yang berfungsi untuk keperluan janin,

plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Jumlah zat besi pada bayi baru lahir kira-

kira sebesar 300 mg sedangkan jumlah zat besi yang di perlukan ibu untuk

mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah sekitar 500 mg. Apabila

jumlah tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan terjadi anemia difisiensi besi

dalam kehamilan (Syifaurrahmah; ddk, 2016).

4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rini Febrianti (2019) di RSU DR.

M. DJAMIL , dimana di temukan adanya hubungan anemia dengan kejadian

BBLR, di dapat nilai p value =0,010. Ibu hamil dengan anemia dikarenakan

Hbnya rendah dan akan membahayakan ibu dan juga mengaggu pertumbuhan

dan perkembangan janin serta membahayakan jiwa janin. Penyebab dari hal

yaitu kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan

berpengaruh pada fungsi placenta terhadap janin (Marynii, 2018).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan literatur

riview tentangFaktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan kejadian BBLR?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian BBLR. (sistematic Review)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR

b. Untuk mengetahui hubungan antarajarak kehamilan dengan kejadian

BBLR

5
c. Untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR.

D. Manfaat Penelitian

1. Maanfaat teoritis

Manfaat penelitian ini dapat digunakan untuk bidang ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan dan dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan

mutu ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR

b. Bagi ibu hamil

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan

meningkatkan wawasan bagi calon ibu hamil agar dapat mengatahui

faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR dan mampu mempersiapkan

diri dengan baik saat hamil.

6
c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi gambaran bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang

di dapat dari penerapan dengan cara mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi BBLR.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum BBLR

1. Pengertian

Menurut World Healt Organization (WHO) Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi lahir dengan berat < 2500 gram.

WHO (1996) mengganti istilah prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR), dikarenakan semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram

pada waktu lahir bukan bayi prematur.

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan.

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial.

Namun, penyebab terbanyak yang mempengaruhi adalah kelahiran prematur

(Proverawati & Sulistyorini, 2010).

Berat Bayi Lahir Rendah adalah berat badan bayi yang di

timbingan dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir (kosim dkk, 2009).

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan

lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Penilaian

terhadap BBLR dilakukan dengan cara menimbang bayi pada saat lahir atau

24 jam pertama (Depkes RI, 2009).

8
9
2. Klasifikasi

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalamKristiani (2014), terdapat 2

jenis klasifikasi BBLR :

a. Menurut Harapan Hidupnya

1) Bayi dengan Berat Badan lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir

1500-2500 gram.

2) Bayi dengan Berat Badan lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat

lahir 1000-1500 gram.

3) Bayi dengan Berat Badan lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan

berat lahir kurang dari 1000 gram.

b. Menurut Masa Gestasinya

1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau

biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan

(NKB-SMK).

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa

kehamilannya (KMK).

3. Etiologi

A. Penyebab terjadinya bayi BBLR menurut Maryunani (2009)

1. Bayi dengan BBLR yang lahir kurang bulan (NKB KMsK) penyebabnya

adalah:

10
a. Berat badan ibu yang rendah

b. Usia ibu hamil yang belum dewasa

c. Kehamilan dengan bayi kembar

d. Riwayat ibu sebelumnya prnah melahirkan bayi prematur atau bayi

berat badan rendah

e. Ibu yang mulut rahimnya lemah (inkompeten serviks) sehingga tidak

mampu menahan berat bayi dalam rahim

f. Ibu hamil yang sedang sakit

g. Penyebab lain yang tidak di ketahui

2. Bayi lahir cukup bulan tetapi berat badan lahir kurang dari normal (NCB

KMK) penyebabnya adalah:

a. Ibu hamil kekurangan gizi

b. Ibu hamil yang disertai peyakit seperti hipertensi, preeklamsia,

anemia

c. Ibu hamil dengan penyakit kronis seperti malaria kronik, penyakit

jantung sianosis, infeksi saluran kemih

d. Ibu hamil seorang perokok

B. Penyebab BBLR menurut Atikah Proverawati (2010)

1. Faktor ibu

a. Penyakit

Pada ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan seperti:

anemia, eklamsia, infeksi kandung kemih dan ginjal. Menderita

penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual seperti

HIV/AIDS, TORCH

11
b. Keadaan ibu

1). Ibu dengan usia <20 tahun atau lebih >35 tahun menjadi

faktor prematuritas tinggi

2). Kehamilan ganda

3). Jarak antar kehamilan

4). Memiliki riwayat BBLR

c. Keadaan sosial ekonomi

1). Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi

rendah

2). Gizi yang kurang

3). Bayi lahir dari pernikahan yang tidak sah angka kejadian

BBLR lebih tinggimdi banding dari kelahiran bayi dari

pernikahan yang sah

d. Sebab lain-lain

1). Ibu perokok

2). Ibu peminum alkohol

3). Ibu pecandu obat narkotik

2. . Faktor janin

a. Infeksi janin kronik

b. Cacat bawaan

3. Faktor plasenta

a. Berat plasenta kurang, berongga atau keduanya (hidramnion)

b. Plasentitis vilus (bakteri, virus, parasite)

c. Plaseta yang lepas

12
4. Faktor lingkungan

a. Terkena radiasi

b. Terpapar zat beracun

4. Manifestasi Klinis

Sesuai dengan Buku Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dan Bayi Resiko

Tinggi 2018 Manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

b. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

c. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

d. Lingkar badan sama dengan atau kurang dari 30 cm

e. Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang

f. Tulang rawan daun telinga belum tumbuh sempurna

g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

h. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan gerakan lemah.

i. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap,

menelan dan batuk masih lemah.atau tidak efektif, dan tangisannya

lemah.

j. Vernik kaseosa tidak ada atau sedikit

13
5. Patofisiologi

Gambar 2.1 Patofisiologi BBLR

Prematuritas

Faktor ibu: usia 20 Faktor placenta: Faktor janin: TORCH,


tahun, ras, riwayat kehamilan ganda, tumor kehamilan ganda
kehamilan

Daging otot Bayi lahir Prematuritas,


rahim bagian prematur perkembangan janin
bawah lemah BBLR/BBLS belum sempurna

Permukaan tubuh relatif Jaringan lemak subkutan


luas lebih tipis

Pemaparan dengan suhu luar Kehilangan panas melalui


kulit

kehilangan

hipotermi

Sumber:Patofisiologi BBLR Nurarif, Amin dan Kusuma (2015)

14
6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah

(Mitayani, 2010) :

a. Sindrom aspirasi meconium

Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru

lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-

paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan

bernafas pada bayi).

b. Hipoglikemi simptomatik

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang

rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah

40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan

glukosa rendah , terutama pada laki-laki.

c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membrane surfaktan

belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi

mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga

dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.

d. Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)

15
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar

bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,

mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR menurut (Wong,

2010).yaitu dengan menerapkan beberapa metode Developemntal care

yaitu :

a. Pemberian posisi

Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada

kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan

energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh

dapat menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm

dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih

menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi

memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila

diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur

berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan

BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan

keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai

usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah postur.

Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat

mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan

abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi

16
batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada

bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup.

b. Minimal handling

1. Dukungan Respirasi

Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan

ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan

mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini

diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen diberikan

berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

2. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian

kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki

masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk

menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan

control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya, pada saat bayi BBLR

lahir mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal

ini untuk mencegah atau menunda terjadinya efek stres dingin.

3. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan

asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit.

Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang secara teratur

dibersihkan dan diganti merupakan isolasi yang efektif terhadap agens

infeksi yang ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat secara

17
langsung berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan yang

berkontak langsung dengan bayi.

4. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan

tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting

pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi

(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini

dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik

diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang

sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan

cairan.

5. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR,

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka

karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum

sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi

ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui

parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.

Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus

dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan

fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah

ada sejak sebelum lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi

sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum

sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu. Pemberian makan bayi

18
awal ( dengan syarat bayi stabil secara medis) dapat menurunkan

insidens factor komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat

hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan

metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang

diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR

dan toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan

sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat

tercapai.

Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan

kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup

bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian

makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan

atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.

c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)

Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu

alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat

bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak

kedingi nan yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan

dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum

dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah

kulitnya.

PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi

BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena

tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya

19
melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat

berfungsi sebagai pengganti dari incubator.

PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan

yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh

positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan

mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam

merawat bayi

d. Perawatan pada incubator

Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu

lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal

dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua

macam inkubator yaitu incubator tertutup dan inkubator terbuka.

8. Upaya mencegah BBLR

Bukti dari suatu intervensi untuk mencegah berat badan lahir rendah menurut

WHO antara lain:

a. Intervensi di tingkat Negara/Regional

1). Dukungan untuk pemberdayaan perempuan dan pencapaian

pendidikan sistem perlindungan sosial unuk memperbaiki kunjungan

layanan kesehatan

2). Sistem distribusi makanan untuk subpopulasi yang beresiko

mengalami kerawanan pangan

3). Perbaikan air, sanitas dan kebersihan yang bersih dan memadai

4). Perbaikan asuhan perinatal berbasis fasilitas di daerah dengan

cakupan rendah

20
b. Intervensi di tingkat masyarakat

1). Nutrisi yang cukup untuk remaja putri

2). Promosi penghentian merokok selama dan setelah kehamilan

3). Paket perawatan berbasis masyarakat untuk memperbaiki keterkaitan

dan rujukan untuk kelahiran fasilitas

4). Suplemen zat besi dan asam folat intermiten untuk wanita usia subur

dan remaja putri

5). pencegahan malaria selama kehamilan

c. Intervensi pra-kehamilan

1). Jarak lahir

2). Suplemen asam folat harian pra-konsepsi untuk mengurangi kelainan

kongenital

3). Promosi penghentian merokok

d. Intervensi perawatan antenatal untuk semua wanita

1). Pemantauan pertumbuhan janin dan evaluasi ukuran neonatal di semu

tingkat perawatan

2). Suplemen zat besi harian dan suplemen asam folat untuk wanita

selama kehamilan.

9. Masalah pada BBLR

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) Masalah pada BBLR adalah

sebagai berikut:

a. Hipotermi

Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu

tubuh pada bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri mengalami

21
hipotermi adalah suhu tubuh < 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan,

menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.

b. Hipoglikemia

Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa

oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi

kecerdasan otak

c. Gangguan Imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya

kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum

sangup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi terhadap

infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi belum matang.

d. Sindroma Gangguan Pernafasan

Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah

perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah

surfaktan pada paru-paru Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR

(masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana angka

kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan

e. Masalah Eliminasi

Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur

pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang

imatur baik secara anatomis dan fungsinya.

f. Gangguan Pencernaan

Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna

sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas

22
otot pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu pengosongan

lambung bertambah.

10. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR

a. Faktor Lingkungan Internal

1. Usia ibu

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-35

tahu, jika terjadi kehamilan dibawah atau diatas usia tersebut maka

akan dikatakan beresiko terjadinya kematian 2-4 kali lebih tinggi

dari reproduksi sehat. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat

merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan

janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit

kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi di kurun waktu

reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin

menyulitkan ditambah dengan tekanan (stress), psikologi, sosial,

ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran ( manuaba,

2010).

2. Paritas

Paritas adalah banyaknya jumlah anak yang di lahirkan. Menurut

kesehatan, jumlah anak yang paling aman bagi seorang wanita adalah

paritas kedua dan ketiga, sedangkan untuk paritas pertama dan lebih

dari tiga dikatakan beresiko terhadap kehamilan, persalinan bahkan

bagi bayi yang dilahirkan. Bagi ibu yang melahirkan pertama kali

akan mengalami penyulit karena ini merupakan pengalaman pertama

baginya dan tidak mengetahui kodisi organ reproduksinya tersebut

23
apakah ada penyulit atau tidak. Sedangkan untuk paritas yang lebih

tinggi yaitu paritas leboh dari tiga akan meningkatkan angka

kematian maternal dan beresiko terjadinya kelainan pada perinatal

diantaranya adalah bayi lahir cacat atau bayi lahir dalam keadaan

berat badan yang rendah. Dan pada paritas yang lebih tinggi yaitu

lebih dari empat akan lebih beresiko karena ibu sudah mengalami

penurunan fungsi organ reproduksi karena sebelumnya telah

melahirkan beberapa kali sehingga akan menyebabkan terjadinya

kelainan/gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin termasuk

diantaranya adalah BBLR (sembirin JB, 2019)

3. Jarak kehamilan

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi

keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2

tahun atau lebih..Jarak kehamilan kurang dari dua tahun dapat

menimbulkan pertumbuhanjanin terganggu, persalinan lama dan

perdarahan saat persalinan karenakeadaan rahim belum pulih dengan

baik (Kliegman et al, 2007).

4. Umur Kehamilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), umur

kehamilan adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam

rahim. Ditinjau dari umur atau usia kehamilan dibagi dalam 3 bagian

yaitu sebagai berikut:

a. Preterm : usia kehamilan kurang 37 minggu

b. Aterm : usia kehamilan antara 37 dan 42 minggu

24
c. Post Term : usia kehamilan 42 minggu

5. Kadar Hb

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat

bayi yang dilahirkan. Data Depkes RI (2012) diketahui bahwa 24,5%

ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah

risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko

perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat

menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut

menderita anemia berat (Depkes RI, 2012). Status anemia pada ibu

hamil adalah suatu keadaan kesehatan ibu hamil yang erat

hubungannya dengan kadar Hb dalam darah dimana kurang dari

standar normal ibu hamil yaitu 11 distribusi gr%. Prevalensi anemia

pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 63,5%. Seorang ibu

hamil yang memiliki kadar Hb <11 gr% atau anemia akan

mengakibatkan kekurangan suplai darah pada tubuh sehingga

distribusi nutrisi ibu ke janin menjadi terganggu yang akan

mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin

dan melahirkan BBLR (Tinuk Istiarti, 2000).

6. Status Gizi Ibu hamil

Pengaruh gizi terhadap kehamilan sangat penting. Pada wanita hamil

dengan gizi buruk, perlu mendapat gizi yang adekuat baik jumlah

maupun sususan menu atas kualitasnya serta mendapat akses

pendidikan kesehatan tentang gizi. Karena adanya mal nutrisi pada

25
ibu hamil, menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran

darah ke uterus dan plasenta berkurang, ukuran plasenta berkurang

sehingga janin tumbuh lambat atau terganggu. Ibu hamil dengan

kurang gizi cenderung melahirkan bayi dengan BBLR. Ada beberapa

cara lain untuk mengeahui status gizi ibu hamil yaitu dengan

mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dan mengukur kadar

hemoglobin (Hb). Pengukuran LILA di maksudkan untuk

mengetahui apakah seseorang menderita Kekurangan Energi Kronik

(KEK). Di indonesia batas ambang LILA resiko KEK adalah 23.5

cm, hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan

melahirkan bayi BBLR. Pengukuran kadar Hb untuk mengetahui

kondisi ibu apakah menderita anemia gizi. Ibu hamil akan menderita

anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11

gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).

7. Riwayat penyakit

Penyakit pada saat kehamilan terdiri dari penyakit kronis seperti

diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, penyakit infeksi

seperti malaria kongenital, penyakit kelamin, kandung kemih, infeksi

vagina dan rubella. Penyebab lainnya adalah ketidakseimbangan

hormonal pada ibu hamil. Selain dapat mengakibatkan keguguran

setelah hamil besar, ketidakseimbangan hormonal juga dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan BBLR (Muryunani, 2013).

8. Pendidikan

26
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan

tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah

menerima informasi yang diterima, sehingga memiliki konsep hidup

sehat secara mandiri, kreaktif dan berkesinambungan. Salah satu

penyebab terjadinya BBLR yaitu status gizi ibu yang tidak baik.

Latar belakang pendidikan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan ibu semakin tinggi pendidikan ibu maka

semakin muda ibu untuk mendapatkan informasi. Jika tingkat

pendidikan ibu rendah, maka sulit untuk mendapatkan informasi

tentang pemenuhan asupan gizi ibu selama kehamilan, asupan gizi

yang kurang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin.

Kurangnya gizi pada saat hamil dapat menyebabkan lahirnya bayi

dengan berat badan lahir rendah. Selain itu dengan pendidikan dan

informasi cukup yang dimiliki ibu diharapkan pelaksaan keluarga

berencana dapat berhasil sehingga dapat membatasi jumlah anak,

menjarangkan kehamilan, dan dapat menunda kehamilan jika

menikah pada usia muda (Arinita, 2012).

9. Sosial ekonomi

Tingkat sosio-ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling

dekat terkait dengan status kesehatan penduduk. penelitian

menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi yang rendah

meningkatkan kejadian BBLR (Ofovwe, 2010 ).

Status sosial ekonomi ibu hamil akan mempengaruhi dalam

pemilihan makanan yang akan di konsumsi sehari-hari. Seorang

27
dengan status sosial ekonomi yang baik kemungkinan besar gizi yang

dibutuhkan tercukupi untuk kehamilanya, sedangkan keluarga

dengan status ekonomi yang kurang akan kurang menjamin

ketersediaan jumlah dan keanekaragaman makanan. Dengan

demikian, status ekonomi merupakan faktor yang penting bagi kulitas

dan kuatitas makanan ibu hamil untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin.

b. Faktor Lingkungan eksternal

1). Paparan zat beracun

Sebuah penelitian di Swedia menemukan peningkatan kejadian

BBLR dan prematuritas pada pekerja wanita di industri kimia. Banyak

zat telah dikaitkan dengan BBLR, di antaranya, paparan senyawa organo

klorin dan belerang dioksida.

2). Merokok

Merokok selama kehamilan dapat menyebabkan bayi berat lahir

rendah , dibandingkan berat lahir rata-rata anak-anak no-perokok.

Asosiasi antara perokok dan efek yang tidak diinginkan lainnya juga baik

diketahui, seperti kejadian keguguran yang lebih tinggi dan prematuritas.

Rokok mengandung campuran lebih dari 68.000 zat kimia beracun yang

kompleks dan berpotensi mematikan. Bahan-bahan ini mampu masuk

dalam sirkulasi ibu, menembus plasenta dan berdampak buruk terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin. Merokok selama kehamilan juga

berhubungan dengan berat bayi lahir rendah (Sharma, 2013)

28
4). Alkohol

Ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol akan beresiko pada bayi

BBLR. Peminum berat dapat mengakibatkan terjadinya sindrom janin

alkohol.(Ladewig, et all, 2005).

Sindrom alkohol janin merupakan suatu sindrom gambaran wajah

yang abnormal, pertumbuhan kerdil, masa perilaku dan kecacatan

intelektual dengan berbagai tingkat keparahan merupakan akibat dari

konsumsi alkohol berlebihan selama masa hamil merupakan penyebab

retardasi mental kongenital. Wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol

satu gelas atau lebih perhari dapat mengalami resiko aborsi spontan

samapi dua kali lipat dan setiap dua gelas alkohol yang akan di konsumsi

di kehamilan tahap lanjut akan membuat berat lahir kurang sebesar 160

gr(wheeler, 2004).

B. Tinjauan Umum Usia Ibu

1. Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) usia adalah lama waktu hidup

sejak di lahirkan. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau mahkluk, baik yang hidup maupun yang mati

(Kemendikbud RI, 2018).

2. Klasifikasi

Klasifikasi usia sebagai berikut

a. Usia Reproduksi Sehat (20-35 tahun)

Yang termasuk usia reproduksi sehat yaitu 20-30 tahun usia aman untuk

kehamilan dan persalinan, dalam arti kematian neonatal 2-5 kali lebih

29
tinggi pada usia kurang dari 20 tahun dan meningkat pada usia 30-35

tahun. Umur reproduksi sehat yaitu dimana pada masa ini merupakan

masa yang optimal bagi wanita untuk menjalani kehamilan dan

persalinan. Usia 20 tahun adalah fase menjalankan kehamilan sedangkan

usia di atas 35 tahun di anggap fase untuk menghentikan kehamilan

(manuaba, 2012)

b. Usia reproduksi tidak sehat (<20 tahun atau >35 tahun)

Usia reproduksi tidak sehat yaitu <20 tahun atau >35 tahun, hal ini

dikarenakan pada usia tersebut keadaan alat reproduksi belum siap untuk

menerima kehamilan dan akan meningkatkan terjadinya keracunan

kehamilan dalam bentuk preeklamsia. Sedangkan usia 35 tahun atau lebih

dimana usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu

salah satunya hipertensi yang dapat mengakibatkan preeklampsia.

C. Tinjauan Umum Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum

cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan

sebelumnya.ibu hamil dalam kondisi tubuh kurang sehat inilah yang merupakan

salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang dilahirkan serta resiko

terganggunya sistem reproduksi. Sistem reproduksi yang terganggu akan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin yang di kandungannya

sehingga berpengaruh terhadap berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak

kelahirannya kurang dari 2 tahun, kesehatan kondisi dan rahimya masih butuh

istirahat yang cukup (Trihardiani, 2011).

30
D. Tinjauan Umum Anemia

1. Pengertian

Anemia merupakan penyakit kekurangan sel darah merah. Apabila jumlah sel

darah merah berkurang, asupan oksigen dan aliran darah menuju otak juga

semakin berkurang. Selain itu, sel darah merah juga mengandung hemoglobin

yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Apabila hal

tersebut terjadi seseorang dapat merasakan pusing, bahkan pingsan (Pratiwi

& Fatimah, 2019).

2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala anemia menurut Pratiwi & Fatimah (2019):

Anemia adalah bentuk mekanisme kompensasi tubuh terhadap

penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia

setelah penurunan hemoglobinsampai kadar tertentu (Hn <7g/dl). Sindrom

anemia antara lain rasa lemah, cepat lelah, telinga berdenging, mata

berkunang-kunang, kai terasa dingin, dan sesak nafas. Pada pemeriksaan,

pasien tampak pucat yang terlihat dari konjugtiva, mukosa mulut, telapak

tangan, dan jaringan di bawah kuku.

Pada ibu hamil, gejala yang paling mudah terlihat adalah cepat

merasa lelaah, sering merasa pusing, mata berkunang-kunang, adanya luka

pada lidah, nafsu makan berkurang, konsentrasi berkurang atau bahkan

hilang, napas pendek, dan keluhan mual dan muntah yang lebih hebat pada

usia kehamilan muda.

31
Selain itu, tanda-tanda anemia pada ibu hamil dapat diamati dari peningkatan

kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih

banyak ke jaringan, peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha

menyediakan lebih banyak oksigen pada darah, kepala terasa pusing akibat

kurangnya pasokan darah ke otak , pasien merasa lelah karena meningkatnya

oksigen berbagai organ, kulit terlihat pucat karena kurang oksigenasi, mual

akibat penurunan aliran darah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat,

serta penurunan kualitas rambut daan kulit.

3. Klasifikasi

menurut Pratiwi & Fatimah (2019) Anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan kadar hemoglobin(Hb) <11 gr% pada trimester I dan II,

anemia dalam kehamilan dibagi menjadi:

a. Tidak anemia bila Hb 11gr%

b. Anemia ringan bila Hb 9-10gr%

c. Anemia sedang bila Hb 7-8gr%

d. Anemia berat bila Hb <7gr%

Anemia dalam kehamilan terbagi atas anemia defisiensi besi, anemia

megaloblastik, anemia hipoplastik, anemia hemotolik, dan anemia lainnya.

1. Anemia defisiensi besi

Anemia ini paling banyak di jumpai pada kehamilan. Anemia defisiensi

besi berarti anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini

disebabkan kurangkan pasokan unsu besi dalam makanan, gangguan

reabsorpsir, terlampau banyak zat besi yang keluar dari badan (misalnya

perdarahan).

32
Tanda dan gejala anemia tipe tipe ini adalah rambut rapuh dan halus,

kuku tipis, rata, dan mudah patah, lidah tampak pucat, licin dan

mengkilat, berwarna merah daging, pecah-pecah dan disertai kemerahan

disudut mulut.

2. Anemia megaloblastik

Dalam kehamilan, anemia jenis ini disebabkan oleh defisiensi asam folat.

Gejala yang tampak adalah malnutrisi, glositis berat, diare, dan

kehilangan nafsu makan.

3. Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik pada ibu hamil terjadi akibat sumsung tulang

belaakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru

4. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebaabkan oleh penghancuran sel darah merah yang

berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya. Ibu dengan anemia

himolitik biasanya sulit hamil. Jika ia hamil, biasanya akan terjadi anemia

berat

5. Anemia lainnya

Seorang wanita yang menderita suatu jenis anemia, baik anemia turunan,

anemia karena malaria, cacing tumbang, penyakit ginjal menahun,

penyakit hati, dan sebagainya jika hamil, dapat berpotensi menimbulkan

anemia yang berat. Dalam hal ini, anemia berat akan berpebgaruh negatif

terhadap ibu dan janin.

33
4. Penatalaksanaan

Ibu hamil dengan anemia dapat diberikan suplemen fe dosis rendah 30mg

pada trimester III, sedangkan pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi

dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg sebanyak 1-2 kali dalam sehari.

Anemia yang disebabkan oleh defesiensi asam folat, dapat diberikan asam

folat 1mg/hari atau vitamin B12 dengan dosis 100-200mg/hari

5. Pencegahan

Pencegaahan dapat dilakukan dengan mengatur .pola makan yaitu dengan

mengkombinasikan menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayuran

yang mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu), mengandung zat

besi (sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi dan teh adalah jenis

minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga di anjurkan

untuk tidak di konsumsi (menurut Pratiwi & Fatimah, 2019).

34
E. Kerangka Konsep

Variabel independen variabel bebas

Usia Ibu

BBLR
Jarak Kehamilan

Anemia

Keterangan:

= variabel bebas (independen)

= vari = variable terikat (Dependen)

= hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif dengan

menggunakan metode sytematic review yakni sebuah sintesis dari studi literature

yang bersifat sitematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data – data yang sudah ada

dengan metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis

dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk membatu peneliti

lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek topik yang

dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga dapat

menjadi acuan bagi penelitian baru.

B. Tahapan Systematic Review

1. Identifikasi pertanyaan penelitian

Berdasarkan judul penelitian dapat menentukan PICO (Population in

Question, Intervention of Interest, Comparator dan Outcome) Tersebut

a. (P) Populasi : bayi dengan BBLR

b. (I) Intervensi : Tidak ada Intervensi

c. (C) Comparator : tidak ada pembanding atau intervensi lain

36
d. (O) Outcome: terdapat hubungan antara Usia Ibu, Jarak Kehamilan dan

Anemia dengan kejadian BBLR

Pertanyaaan peneliti berdasarkan “PICO” apakah ada faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian BBLR.

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapakan secara matang,

yang mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria

untuk menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang

akan dilakukan. Untuk menyusun protokol review kita menggunakan metode

PRISMA (Preferred Reporting Items For Systematic Reviews and Meta

Analyses) .

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu padasumber data base Google Scholar yang

berhubungan dengan judul peneliti.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel

penelitian) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai

dengan topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

37
c. Penilaian Kualitas

(Kelayakan) Data Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan

pada data (artikel penelitian) dengan teks lengkap (fulltext) dengan

memenuhi kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi)

d. Hasil Pencarian Data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kuantitatif atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk

dilakukan analisis lebih lajut.

38
Literatur Review Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR

Pencarian pada situs geoogle scholar

Keseluruhan Jurnal

n= 7.340

Screening:

Screening a. rentang waktu 5 tahun


(2016-2021)
n= 5.700 b. tipe (research articles,
riview article
c. jurnal bahasa indonesia

Geoogle Scholar: 5.700s

Full text

Geoogle scholar: 36

Kriteria inklusi:

a. Jurnal yang berkaitan dengan BBLR


b. Jurnal yang berkaitan dengan Usia
Ibu
c. Jurnal yang berkaitan dengan Jarak
Jurnal akhir yang sesuai Kehamilan
dengan kriteria inklusi d. Jurnal yang berkaitan dengan
(n= 12) Anemia

39
3. Ekastraksi Data

Ekastraksi data dapat dilakukan setelah proses protocol telaah dilakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara

manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel, nama

jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-

lai

40
No NAMA JURNAL TAHUN KATA KUNCI METODE LOKASI
PENELITIAN
1 Hubungan Antara Usia 2017 Usia, Paritas, Bayi Survey analitik Palembang

Dan Paritas Ibu Berat Lahir dengan pendekatan

Bersalin Dengan Bayi Rendah Cross Sectional

Berat Lahir Rendah Di

Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang

2 Hubungan Antara Usia 2017 BBLR, Usia Ibu Observational Martapura

Ibu Pada Saat Hamil Pada Saat Hamil, analytic dengan

Dan Status Anemia Status Anemia rancangan

Dengan Kejadian penelitian kasus

Berat Badan Lahir control (case

Rendah control)

Studi Observasional Di

Wilayah Kerja

Puskesmas Martapura

3 Faktor- Faktor Risiko 2018 Umur, Paritas, Penelitian bersifat Padang

Yang Mempengaruhi Anemia, Kejadian analitik dengan

Kejadian Berat Badan BBLR desain case control

Lahir Rendah (Bblr) dengan

Di Rsup Dr. M. Djamil menggunakan

Padang Tahun 2019 pendekatan

retrospektif

41
4 Determinan BERAT 2017 BBLR, Usia, Jarak Penelitian ini Yogyakarta

BADAN LAHIR Kehamilan merupakan

RENDAH penelitian

observasional

dengan pendekatan

retrospektif

5 Analisis Faktor Resiko 2018 BBLR, Paritas, Cross Sectional Kabupaten

Tingkat Berat Bayi Usia Kutai Barat

Lahir Rendah

6 Faktor-Faktor Yang 2020 Paritas, Jarak Penelitian analitik Kabupaten

Berhubungan Dengan Kehamilan, Usia dengan pendekatan Bireuen

Kejadian Bblr Di Ibu, BBLR Cross Sectional

Wilayah Kerja

Puskesmas Jeumpa

Kabupaten Bireuen

7 Faktor Risiko Kejadian 2020 BBLR, Umur Ibu, Survey analitik Makassar

Berat Bayi Lahir Paritas, lingkar dengan pendekatan

Rendah Lengan atas, case control

Anemia

8 Analisis Faktor-Faktor 2018 BBLR, Umur Penelitian ini Cibubur-

Yang Berhubungan Kehamilan, Jarak bersifat analisis Bekasi

Dengan Kejadian Kehamilan, analitik dengan

42
BBLR Di Rumah Sakit Paritas, Riwayat pendekatan cross

Permata Cibubur- Obstretri sectional

Bekasi

9 Faktor- Faktor Yang 2019 Kejadian Bblr, penelitian ini Bekasi

Berhubungan Dengan Umur, Paritas, adalah analitik

Kejadian BBLR Di Anemia Dan Jarak kuantitatif dengan

RSUD Kabupaten Kehamilan menggunakan

Bekasi . pendekatan

Cross Sectional

10 Hubungan Anemia 2016 Anemia Ibu Metode survey Kabupaten

Pada Ibu Hamil Hamil, BBLR analitik dengan Tabalongan

Dengan Kejadian Bayi menggunakan

Berat Lahir Rendah Di rancangan

Wilayah Kerja penelitian case

Puskesmas Tanta control dan

Kabupaten Tabalongan pendekatan

retrospective

11 Hubungan Anemia Ibu 2019 Anemia, BBLR Penelitian Kabupaten

Bersalin Dengan kuantitatif yang Tegal

Kejadian BBLR Di bersifat deskritif

RSI analitik dengan

MUHAMMADIYAH pendekatan cross

43
SINGKIL sectional

12 Kejadian Bayi Berat 2017 Anemia, Ibu Kuantitatif Puskesmas II

Lahir Rendah (BBLR) Hamil, BBLR menggunakan Kulon Progo

Pada Ibu Hamil pendekatan case

Dengan Anemia control dan

retrospektif

C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling


1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan oleh

peneliti. Adapun populasi dalam jurnal penelitian ini berjumlah7.340 jurnal

nasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

BBLR.

2. Sampel

Sampel terdiri dari atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui total sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah

12 jurnal nasional yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu faktor-faktor

yang berhungan dengan kejadian BBLR.

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara digunakan dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek penelitian.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik porpuse sampling

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

44
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Tujuan dari masalah dalam

penelitian). Sehingga dapat mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui

maka dibuat kriteria inklusif dan ekslusif. Kriteria inklusif adalah semua aspek

yang harus ada dalam sebuah penelitian yang akan kita review dan kriteria

eksklusif adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan sebuah penelitian menjadi

tidak layak untuk di Review sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusif

1. Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian BBLR.

2. Artikel diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun (2016-2021)

3. Artikel penelitian yang diakses secara penuh.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen (Bebas) yaitu : Usia Ibu, ,Jarak kehamilan,Anemia

2. Variabel dependen (Terikat) yaitu : Kejadian BBLR

E. Analisis Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka analisis data

dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusi

mengguakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran sesuai permasalahan

penelitian yang diteliti.

45
DAFTAR PUSTAKA

Alya, Dian, 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Skripsi Prodi DIV Stikes U’Budiyah Banda

Aceh.

Arinita Ika, 2012. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian BBLR Di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Mohammad Hoesin palembang. Jurnal Ilmiah Bidan. Volume 2 Nomor 1

Tahun 2012. Palembang: AKBID Budi Mulia.

Febrianti, R., & Prodi III,D. Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Berat Badan

Lahir Di RSU DR. M. DJAMIL. 2019.

Indasari, N. 2012. Berat Badan Faktor Resiko Pada Kejadian Lahir Rendah (BBLR). Jurnal

keperawatan 8(2).

Kemenkes RI, 2018. Profil Data kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Maryunani, anik dan Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.

Jogjakarta: CV. Trans Info Media.

46
Mendri.K.N.D & Prayigo.S.A, 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit & Bayi Resiko

Tinggi, Pres Pustaka Baru, Yogyakarta.

Monita, F. 2016. Hubungan Usia, jarak kelahiran dan kadar hemogoblin ibu hamil dengan

kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. (Doctoral

dissertation Riau University.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan

Diagnosis medis dan Nanda Nic-Nic. Edisi Revisi jilid 1. Yogyakarta: Medication.

Proverawati, A., dan Ismawati, C. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) .Yogyakarta: Nuha

Media.

Sembiring JB, Pratiwi D, Sarumaha A. 2019. Hubungan Usia, Paritas dan Usia Kehamilan

dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan. J

Bidan.

Sharma, Megha., Sunita Mishra. 2013. Maternal Risk Faktor and Consequence of Low Birth

Weight in infast. Journal Of humanities and Social Science. Volume 13

Suhartati,S., & Mardiana, M. 2017. the Relationship Between Maternal age and pregnancy With

the Incidence of Low Birth Weight babyAt The Jaraga Sasameh Hospital buntok

2016.

Suhartati,S., & Mardiana, M. 2017. the Relationship Between Maternal age and pregnancy With

the Incidence of Low Birth Weight babyAt The Jaraga Sasameh Hospital buntok

2016.

47
Thiardiani, ismi. 2011. Faktor Resiko kejadian Berat Badan lahir Rendah di wilayah kerja

Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang

WHO, 2018. Prevalensi BBLR. Di akses dari

www.who.int/gho/data/organisasi_kesehatan_dunia

LAMPIRAN

48
49
Lampiran 1. SK Pembimbing Skripsi

50
Lampiran 2. Pencarian pada situs Geoogle Scholar

Lampiran 3. Hasil screening pada situs Geoogle Scholar

51
52
53
54
55
56
57
ss

58
43

You might also like