Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH KEL3 SUPERVISI Dikonversi
MAKALAH KEL3 SUPERVISI Dikonversi
Rhadika Bhilandia
Nadia Salsabila
Fazli Jasmara
Dosen Pengampu:
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah
Administrasi Supervisi Pendidikan tentang “Model dan Pendekatan Supervisi Pendidikan Dan
Syarat-syarat sebagai Supervisor”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi
konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan, akan
tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui
kekurangannya untuk dapat diberitahu bagaimana cara peningkatannya. Pembelajaraan
merupakan unsur terpenting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan dan guru memiliki peran
yang sangat strategis, baik sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran, dan
menilai pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja model-model supervisi pendidikan ?
2. Apa saja pendekatan supervisi pendidikan?
3. Apa saja syarat-syarat sebagai supervisor?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui macam-macam model supervisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan supervisi pendidikan.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat sebagai supervisor.
BAB II PEMBAHASAN
Model konvensional berkaitan erat dengan keadaan masyarakat ketika itu yang otoriter
dan feodal. Pemimpin cenderung mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan. Dengan
demikian berpengaruh terhadap model supervisi yang mengandalkan inspeksi untuk mencari-cari
kesalahan dan menemukan kesalahan, bahkan bersifat memata-matai.
Model supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan secara berencana
dan kontiniu, sistematis dan menggunakan teknik tertentu, menggunakan instrument
pengumpulan data, dan memiliki data objektif dari keadaan yang riil. Dengan kata lain model
supervise ilmiah mengarah kepada cara-cara ilmiah dalam melakukan supervisi. Hasil penelitian
yang ilmiah tersebut diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik dan pedoman perbaikan
mengajar pada semester berikutnya.
Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan
membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan
analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
4. Model Artistik
Mengajar selain sebagai knowledge dan skill, tetapi juga art (kiat), begitu juga dengan
supervisi yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan juga suatukiat. Supervisor yang
mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang
dibimbingnya sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman
dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan
orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakannya, menerima orang lain
apa adanya, sehingga orang menjadi dirinya sendiri, itulah supervise artistik.
Pendapat di atas sesuai dengan apa yang telah dikemukakano leh Nur Aedi tentang
model-model supervisi, namun ia merinci model supervisi menjadi delapan macam model
supervisi, yaitu:
1. Model Konvensional
Model konvensional merupakan model supervisi yang berada pada zaman feodalisme,
yang mencerminkan kekuasaan bersifat feudal dan otoriter. Model konvesional menerapkan cara
kerja mencari dan menemukan kesalahan. Bahkan kadang kegiatan supervise dilakukan seperti
memata-matai.
Menurut model pendekatan sains ini pembelajaran dipandang sebagai suatu ilmu atau
science. Oleh sebab itu, maka perbaikan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode-
metode ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dilaksanakan berdasarkan temuan
penelitian atau teori yang secara empiric telah teruji kebenarannya. Apabila telah banyak temuan
penelitian baik berupa deskripsi, konsep, atau teori yang telah teruji kebenarannya, maka
selanjutnya tugas guru dan supervisor adalah memanfaatkan hasil penelitian tersebut.
Model supervisi ini berasumsi bahwa pendidikan bukanlah serba ilmiah yang dapat
dipelajari secara terstruktur, mekanistik, dan mengikuti prosedur tertentu. Pendidikan bukanlah
perkara yang simple dan dapat diprediksi. Pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat
kompleks dan sulit diprediksi. Model ini beranggapan bahwa pendidikan adalah seni. Model
supervisi artistic dalam melaksanakan kegiatan supervisinya menggunakan sensitivitas, persepsi
dan pemahaman supervisor dalam mengaprsiasi semua aspek yang terjadi di kelas.
Pada model gabungan ini, model saintifik digunakan oleh supervisor untuk
mengidentifikasi hal-hal yang seharusnya terjadi berdasarkan temuan empiris. Model artistic
digunakan untuk seni menafsirkan dan interpretasi atas apa yang terjadi di dalam kelas.
Selanjutnya model supervisi klinis dalam model ini digunakan untuk memperbaiki atau
menyelesaikan permasalahan pembelajaran.
6. Model Supervisi Pengembangan
Model ini memandang guru sebagai individu yang berada pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan profesionalitas yang beragam. Model ini dibangun di atas
premis bahwa perkembangan manusia merupakan tujuan pendidikan. Model ini berdasarkan
asumsi bahwa supervisor bekerja dengan guru, mereka membutuhkan asistensi yang sesuai
dengan level konseptual yang dimiliki guru, dan mereka juga membutuhkan keleluasaan untuk
tertarik terhadap perbaikan dirinya.
Model supervisi ini didefinisikan sebagai pendekatan dalam supervisi yang memberikan
pilihan bagi guru mengenai jenis supervisi dan jenis layanan evaluasi yang diinginkan.
Supervisor bertindak hanya sebagai fasilitator, tetapi memberikan opsi supervisi bagi guru
dimana mereka bertanggung jawab atas proses supervisi tersebut. Model ini mirip dengan model
supervisi pengembangan, hanya saja pada model ini supervisor memberikan alternatif-alternatif.
Supervisi kolaboratif merupakan proses di mana orang dengan keahlian yang beragam
bekerja sama dalam status yang sama dan dengan komitmen yang sama untuk mencapai tujuan
bersama pula. Ciri khas model supervisi ini yang membedakannya dengan model yang lain
adalah lebih mengutamakan pendekatan kelompok dalam supervisi.
Sedangkan secara praktis dan umum, model supervisi terdiri dari dua model, yakni model
Tradisonal dan Modern. Berikut akan diuraikan yang dimaksud dengan model Tradisional dan
Modern tersebut.
Model supervise tradisional terdiri dari observasi langsung dan observasi tidak langsung.
Observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra observasi,
observasi, dan post-observasi.
a. Praobservasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, kemudiaan supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas
meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan, dan penutupan.
c. Post-observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,
identifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru
yang akan dilakukan dan sebagainya.
Sedangkan observasi tidak langsung kepada guru dapat dilalukakan dengan tes dadakan,
diskusi kasus, dan metode angket. Dalam menggunakan tes dadakan sebaiknya soal-soal yang
diberikan sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya. Diskusi kasus berawal dari kasus- kasus
yang ditemukan pada observasi, laporan-laporan, dan studi dokumentasi. Adapun metode angket
berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan kinerja guru,
kualifikasi dan hubungan guru dengan peserta didik.
1. Pendekatan Kolegial
Supervisi kolegial atau yang biasa disebut supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa
nama antara lain, peer supervision, cooperative professional development dan bahkan sering
dikatakan collaborative supervision. Supervisi kolegial sebagai proses formal moderat dimana
dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan perkembangan profesional guru.
Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough adalah :
- Pertemuan guru-guru dengan agnda yang jelas dan membicarakan topik-topik
yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah;
- Lokakarya (workshops) yaitu dengan kegiatan kelompok yang terdiri dari
Kepala Sekolah, Supervisor (Pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah
yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok;
- Observasi sesama guru di kelas yaitu dengan melibatkan sesama rekan guru
secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di Kelas
dengan keberhasilan dan kekurangannya.
2. Pendekatan Individual
Pendekatan ini disebut dengan wawancara individual yaitu kesempatan yang diciptakan
oleh pengawas atau kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan
dengan masalah-masalah profesionalnya. Pendekatan ini, menekankan pada tanggung jawab
pribadi guru terhadap prfesionalismenya. Bentuk dari pendekatan ini adalah guru membuat
rancangan pembelajaran, selanjutnya disampaikan kepada supervisor, Kepala Sekolah atau pihak
lain yang kompeten. Pada akhir semester, biasanya guru dan supervisor bertemu untuk
membicarakan kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Pendekaran
ini cocok bagi guru yang lebih suka bekerja sendiri.
3. Pendekata Klinis
Menurut Good V. Carter, artistik adalah kegiatan manusia yang terarah pada pencapaian
suatu tujuan, tetapi dalam pemkaian umum terbatas pada kegiatan yang melibatkan kemampuan
kreatif kecerdikan pertimbangan dan keterampilan. Pendekatan artistik dalam supervisi
pengajaran adalah setiap bentuk layanan bantuan profesional kepada guru-guru secara individu
maupun kelompok dalam rangka perbaikan pengajaran dan perbaikan program kurikulum
melalaui proses yang memerlukan intuisi, kreatifitas, kecerdikan, keterampilan yang dilakukan
oleh supervisor dalam kegiatan supervisi yang belum disepakati secara tertulis dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
dengan cara berusaha menyingkap pengajaran sekaligus menjangkau latar belakang guru.
Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri :
Pendekatan ilmiah dalam supervisi pembelajaran ini terkait erat dengan pengupayaan
efektivitas pembelajaran, artinya memberikan responsi atas kekurangan-kekurangan dalam
menilai efektivitas pembelajaran. Kekurangan tersebut dapat berupa :
Menurut Piet A. Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga
pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori psikologi belajar, berikut ini penjelasan ketiga
pendekatan tersebut.
Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan berasal dari
refleks, atau respons terhadap rangsangan/stimulus. Maka dari itu guru yang mempunyai
kekurangan perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi dengan penguatan (reinforcement)
atau hukuman (punishment). Adapun yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung,
dengan tujuan agar guru yang mengalami problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa
bereaksi
Dengan demikian, Supervisor menjadi central yang menentukan perbaikan pada guru,
supervisor harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam memperbaiki cara mengajar guru, sehingga
guru tidak merasa di dikte dalan mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya.
Pendekatan ini lahir dari pemahaman psikologi humanistik, yang sangat menghargai
orang yang akan dibantu, dengan mendengar permasalahan. Dengan demikian pendekatan non-
direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak langsung. Supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi terlebih dahulu mendengarkan secara
aktif apa yang dikemukakan guru. Supervisor memberikan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang dialami, oleh karena itu kepribadian guru yang dibina begitu
dihormati. Selain itu menurut Sri Banun Muslim, bahwa guru harus mampu memecahkan
masalahnya sendiri.Peranan supervisor disini adalah mendorong/membangkitkan kesadaran
sendiri dan pengalaman-pengalaman guru diklasifikasikan.Pendekatan ini dilebih tepat
digunakan terhadap guru yang proesional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
pendekatan non-direktif ini guru menjadi central yang menentukan perbaikan pada dirinya
sendiri.Supervisor hanya membantu, mendorong guru agar mampu mengembangkan
kemampuannya dan kreativitasnya.
3. Pendekatan Kolaboratif.
Pendekatan kolaboratif ini lahir dari psikologi kognitif, yang beranggapan bahwa belajar
adalah hasil paduan antara kegiatan individu dan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh
dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan kolaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif. Pada pendekatan ini
Supervisor dan guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria
dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi, pendekatan kolaboratif
ini mengunakan kumunikasi dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Pendekatan ini
dilebih tepat digunakan terhadap guru tukang kritik atau terlalu sibuk. Tugas supervisor adalah
meminta penjelasan kepada guru apabila ada hal-hal yang diungkapkannya kurang dipahami,
kemudian mendorong guru untuk mengaktualisasikannya inisiatif yang dipikirkannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya atau meningkatkan pengajarannya. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan kolaboratif ini, yang menjadi central adalah
supervisor dan guru. Keduanya saling mengisi untuk menentukan perbaikan dan pengembangan
kemampuan dan kreativitas guru.
A. KESIMPULAN
Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan professional yang diberikan oleh
orang yang lebih ahli dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya
proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian
tindakan, bimbingan dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan
ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu
pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan.
Pelaksanaannya supervisi pengajaran juga berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang
memiliki pijakan ilmu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur.2014. Pengawasan Pendidikan, TinjauanTeori Dan Praktik, Jakarta: Raja
GrafindoPersada.
2008. Sahertain, Piet. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta:
RinekaCipta.
Piet A. Sahertain, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: RinekaCipta,
2008), hlm. 35-42.
https://www.google.com/amp/s/ulfatulhasanah.wordpress.com/2015/02/24/39/amp/?espv=1
http://yulianti200784.blogspot.co.id/2009/06/teknik-dan-pendekatan-supervisi.html?m=
gestiaqmalina.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kelompok-7-supervisi-pendidikan.html?m=1