You are on page 1of 14

Makalah Administrasi Dan Supervisi Pendidikan

Model dan Pendekatan Supervisi Pendidikan Dan Syarat-syarat sebagai Supervisor

Disusun Oleh Kelompok 3:

Atila Ledia Putri

Mesi Putri Anggelia

Rhadika Bhilandia

Nadia Salsabila

Fazli Jasmara

Dosen Pengampu:

Titin Mairisiska, M.Pd

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah
Administrasi Supervisi Pendidikan tentang “Model dan Pendekatan Supervisi Pendidikan Dan
Syarat-syarat sebagai Supervisor”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kerinci, 6 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi
konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan, akan
tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui
kekurangannya untuk dapat diberitahu bagaimana cara peningkatannya. Pembelajaraan
merupakan unsur terpenting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan dan guru memiliki peran
yang sangat strategis, baik sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran, dan
menilai pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja model-model supervisi pendidikan ?
2. Apa saja pendekatan supervisi pendidikan?
3. Apa saja syarat-syarat sebagai supervisor?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui macam-macam model supervisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan supervisi pendidikan.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat sebagai supervisor.
BAB II PEMBAHASAN

A. MODEL-MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN


Banyak model supervisi yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli pendidikan. Dalam
mengklasifikasikan model tersebut antara satu ahli dengan lainnya memiliki perbedaan, dengan
kata lain para ahli pun memiliki pemahaman yang berbeda tentang model-model supervisi
tersebut. Meskipun demikian model yang dikemukakan para ahli memiliki kesamaan, artinya
dapat ditarik persamaannya dari berbagai klasifikasi tersebut.

Menurut Piet A. Sahertain model supervisi dapatdibagiatasempatmacam model, yaitu:

1. Model Supervisi Konvensional (tradisional)

Model konvensional berkaitan erat dengan keadaan masyarakat ketika itu yang otoriter
dan feodal. Pemimpin cenderung mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan. Dengan
demikian berpengaruh terhadap model supervisi yang mengandalkan inspeksi untuk mencari-cari
kesalahan dan menemukan kesalahan, bahkan bersifat memata-matai.

2. Model Supervisi Ilmiah

Model supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan secara berencana
dan kontiniu, sistematis dan menggunakan teknik tertentu, menggunakan instrument
pengumpulan data, dan memiliki data objektif dari keadaan yang riil. Dengan kata lain model
supervise ilmiah mengarah kepada cara-cara ilmiah dalam melakukan supervisi. Hasil penelitian
yang ilmiah tersebut diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik dan pedoman perbaikan
mengajar pada semester berikutnya.

3. Model Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan
membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan
analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.

4. Model Artistik

Mengajar selain sebagai knowledge dan skill, tetapi juga art (kiat), begitu juga dengan
supervisi yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan juga suatukiat. Supervisor yang
mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang
dibimbingnya sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman
dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan
orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakannya, menerima orang lain
apa adanya, sehingga orang menjadi dirinya sendiri, itulah supervise artistik.
Pendapat di atas sesuai dengan apa yang telah dikemukakano leh Nur Aedi tentang
model-model supervisi, namun ia merinci model supervisi menjadi delapan macam model
supervisi, yaitu:

1. Model Konvensional

Model konvensional merupakan model supervisi yang berada pada zaman feodalisme,
yang mencerminkan kekuasaan bersifat feudal dan otoriter. Model konvesional menerapkan cara
kerja mencari dan menemukan kesalahan. Bahkan kadang kegiatan supervise dilakukan seperti
memata-matai.

2. Model Pendekatan Sains

Menurut model pendekatan sains ini pembelajaran dipandang sebagai suatu ilmu atau
science. Oleh sebab itu, maka perbaikan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode-
metode ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dilaksanakan berdasarkan temuan
penelitian atau teori yang secara empiric telah teruji kebenarannya. Apabila telah banyak temuan
penelitian baik berupa deskripsi, konsep, atau teori yang telah teruji kebenarannya, maka
selanjutnya tugas guru dan supervisor adalah memanfaatkan hasil penelitian tersebut.

3. Model Supervisi Klinis

Model supervisi klinis menggunakan pendekatan kolaboratif antara supervisor dengan


guru untuk secara konstruktif dan berkesinambungan meningkatkan pembelajaran. Dalam model
ini dijalin interaksi langsung antara guru dengan supervisor dalam upaya memahami secara
akurat aspek yang memerlukan perbaikan serta melakukan praktik untuk mengatasi
permasalahan tersebut.

4. Model Supervisi Artistik

Model supervisi ini berasumsi bahwa pendidikan bukanlah serba ilmiah yang dapat
dipelajari secara terstruktur, mekanistik, dan mengikuti prosedur tertentu. Pendidikan bukanlah
perkara yang simple dan dapat diprediksi. Pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat
kompleks dan sulit diprediksi. Model ini beranggapan bahwa pendidikan adalah seni. Model
supervisi artistic dalam melaksanakan kegiatan supervisinya menggunakan sensitivitas, persepsi
dan pemahaman supervisor dalam mengaprsiasi semua aspek yang terjadi di kelas.

5. Model Gabungan Supervisi Saintifik, Klinis, dan Artistik

Pada model gabungan ini, model saintifik digunakan oleh supervisor untuk
mengidentifikasi hal-hal yang seharusnya terjadi berdasarkan temuan empiris. Model artistic
digunakan untuk seni menafsirkan dan interpretasi atas apa yang terjadi di dalam kelas.
Selanjutnya model supervisi klinis dalam model ini digunakan untuk memperbaiki atau
menyelesaikan permasalahan pembelajaran.
6. Model Supervisi Pengembangan

Model ini memandang guru sebagai individu yang berada pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan profesionalitas yang beragam. Model ini dibangun di atas
premis bahwa perkembangan manusia merupakan tujuan pendidikan. Model ini berdasarkan
asumsi bahwa supervisor bekerja dengan guru, mereka membutuhkan asistensi yang sesuai
dengan level konseptual yang dimiliki guru, dan mereka juga membutuhkan keleluasaan untuk
tertarik terhadap perbaikan dirinya.

7. Model Supervisi Terdiferensiasi

Model supervisi ini didefinisikan sebagai pendekatan dalam supervisi yang memberikan
pilihan bagi guru mengenai jenis supervisi dan jenis layanan evaluasi yang diinginkan.
Supervisor bertindak hanya sebagai fasilitator, tetapi memberikan opsi supervisi bagi guru
dimana mereka bertanggung jawab atas proses supervisi tersebut. Model ini mirip dengan model
supervisi pengembangan, hanya saja pada model ini supervisor memberikan alternatif-alternatif.

8. Model Collaborative Supervision

Supervisi kolaboratif merupakan proses di mana orang dengan keahlian yang beragam
bekerja sama dalam status yang sama dan dengan komitmen yang sama untuk mencapai tujuan
bersama pula. Ciri khas model supervisi ini yang membedakannya dengan model yang lain
adalah lebih mengutamakan pendekatan kelompok dalam supervisi.

Berdasarkan dua pendapat yang mengkalisifikasikan beberapa model supervisi di atas,


dapat dilihat perbedaan dalam membagi model supervisi tersebut. Tetapi secara garis besar
memiliki kesamaan, seperti supervisi konvensional, ilmiah, klinis, dan artistik. Adapun model
yang lainnya merupakan pengembangan dari keempat model tersebut. Pembagian model di atas
belum terlihat secara praktis dan teknis, masih dalam pengertian dan prinsipnya saja.

Sedangkan secara praktis dan umum, model supervisi terdiri dari dua model, yakni model
Tradisonal dan Modern. Berikut akan diuraikan yang dimaksud dengan model Tradisional dan
Modern tersebut.

1. Model Supervisi Tradisional

Model supervise tradisional terdiri dari observasi langsung dan observasi tidak langsung.
Observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra observasi,
observasi, dan post-observasi.

a. Praobservasi

Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi


dengan guru yang diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan,
metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b. Observasi

Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, kemudiaan supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas
meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan, dan penutupan.

c. Post-observasi

Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,
identifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru
yang akan dilakukan dan sebagainya.

Sedangkan observasi tidak langsung kepada guru dapat dilalukakan dengan tes dadakan,
diskusi kasus, dan metode angket. Dalam menggunakan tes dadakan sebaiknya soal-soal yang
diberikan sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya. Diskusi kasus berawal dari kasus- kasus
yang ditemukan pada observasi, laporan-laporan, dan studi dokumentasi. Adapun metode angket
berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan kinerja guru,
kualifikasi dan hubungan guru dengan peserta didik.

2. Model Kontemporer atau Modern

Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga


sering disebut model supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan supervisi akademik yang
kolaboratif dengan pendekatan klinis. Prosedur supervisi klinissamadengan supervise
akdemiklangsungnamunpendekatannyaberbeda.

B. PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN


Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor, hal ini tentu
lebih memudahkan supervisor ketika mensupervisi bawahannya, supervisor dapat memilih
pendekatan mana yang akan digunakan sesuai dengan kondisi lembaga yang bersangkutan,
karena setiap pendekatan dalam supervisi pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda.
Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai.
Untuk kepentingan yang dimaksud, beberapa pendekatan supervisi yang dikemukakan oleh
Wahyudi adalah pendekatan kolegial, pendekatan individual, pendekatan klinis dan pendekatan
artistik dalam pengajaran.

1. Pendekatan Kolegial

Supervisi kolegial atau yang biasa disebut supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa
nama antara lain, peer supervision, cooperative professional development dan bahkan sering
dikatakan collaborative supervision. Supervisi kolegial sebagai proses formal moderat dimana
dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan perkembangan profesional guru.
Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough adalah :
- Pertemuan guru-guru dengan agnda yang jelas dan membicarakan topik-topik
yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah;
- Lokakarya (workshops) yaitu dengan kegiatan kelompok yang terdiri dari
Kepala Sekolah, Supervisor (Pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah
yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok;
- Observasi sesama guru di kelas yaitu dengan melibatkan sesama rekan guru
secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di Kelas
dengan keberhasilan dan kekurangannya.

2. Pendekatan Individual

Pendekatan ini disebut dengan wawancara individual yaitu kesempatan yang diciptakan
oleh pengawas atau kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan
dengan masalah-masalah profesionalnya. Pendekatan ini, menekankan pada tanggung jawab
pribadi guru terhadap prfesionalismenya. Bentuk dari pendekatan ini adalah guru membuat
rancangan pembelajaran, selanjutnya disampaikan kepada supervisor, Kepala Sekolah atau pihak
lain yang kompeten. Pada akhir semester, biasanya guru dan supervisor bertemu untuk
membicarakan kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Pendekaran
ini cocok bagi guru yang lebih suka bekerja sendiri.

3. Pendekata Klinis

Pendekatan klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan


pembelajaran dengan tahapan atau siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta
analisis yang logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata dalam mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Ada beberapa tahapan perencanaan supervisi klinis:

- Tahap pertemuan awal, merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu


perlu diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru
sehingga guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan
pendekatan klinis;
- Tahap obsevasi kelas, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman
dan prosedur yang disepakati pada tahap awal. Selanjutnya supervisor
melakukan observasi berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan disepakati
dengan guru. Setelah observasi, sepervisor mengumpulkan informasi untuk
membantu guru dalam menganalisis pembelajaran;
- Tahap pertemuan akhir atau balikan, supervisor mengevaluasi hal- hal yang
terjadi selama observasi dan seluruh siklus proses supevisi dengan tujuan
meningkatkan perfomansi guru. Pertemuan akhir ini merupakan diskusi
umpan balik antara suprvisor dan guru. Supervisor memaparkan data objektif
sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama
pembelajaran berlangsung. Dasar dari balikan terhadap guru adalah
kesepakatan tentang item-ite observasi yang telah dibuat sehingga guru
menyadari tingkat prestasi yang dicapai.

Ada beberapa ciri-ciri dari supervisi klinis adalah;

Hakikatnya supervisor dan guru sederajat dan saling membantu


meningkatkan kemampuan profesionalism,
 Fokus supervisi klinis pada perbaikan cara mengajar, bukan mengubah
kepribadian guru,
 Balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pemgamatan,
 Bersifat konstruktif dan memberi penguatan pada pola dan tingkah laku
yang telah dicapai,
 Tahapan supervisi klinis merupakan kontinuitas dan dibangun atas
pengalaman masa lampau,
 Supervisi klinis merupakan proses memberi dan menerima yang dinamis,
 Guru mempunya kebebasan dan tanggung jawb untuk mengemukakan
persoalan menganalisis cara mengajarnya sendiri dan
mengembangkannya,
 Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk
menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi,
 Guru mempunyai prakarsa dan tanggungjawab dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik,
 Supervisor dan guru bersifat terbukadalam mengumpulkan pendapat dan
saling menghargai.
4. Pendekatan Artistik Dalam Supervisi Pengajaran

Menurut Good V. Carter, artistik adalah kegiatan manusia yang terarah pada pencapaian
suatu tujuan, tetapi dalam pemkaian umum terbatas pada kegiatan yang melibatkan kemampuan
kreatif kecerdikan pertimbangan dan keterampilan. Pendekatan artistik dalam supervisi
pengajaran adalah setiap bentuk layanan bantuan profesional kepada guru-guru secara individu
maupun kelompok dalam rangka perbaikan pengajaran dan perbaikan program kurikulum
melalaui proses yang memerlukan intuisi, kreatifitas, kecerdikan, keterampilan yang dilakukan
oleh supervisor dalam kegiatan supervisi yang belum disepakati secara tertulis dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
dengan cara berusaha menyingkap pengajaran sekaligus menjangkau latar belakang guru.
Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri :

- Menerima kenyataan bahwa supervisor dengan segala kelebihan dan


kekurangan, kepekaan dan pengalamannya merupakan instrumen pokok.
Dengak kata lain supervisor yang memberikan makna atas segala kegiatan
selama proses pembelajaran;
- Memerlukan hubungan yang baik anatara supervisor dan guru.
5. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah dalam supervisi pembelajaran ini terkait erat dengan pengupayaan
efektivitas pembelajaran, artinya memberikan responsi atas kekurangan-kekurangan dalam
menilai efektivitas pembelajaran. Kekurangan tersebut dapat berupa :

- Kurang tegasnya dan kurang jelasnya standar-standar yang dipergunakan


untuk menilai efektif tidaknya pembelajaran dewasa ini.
- Sulit menentukan metode-metode yang paling baik.
- Sulit menentukan guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas yang
paling baik.

Dalam pandangan ilmiah, pembelajaran dipandang sebagai ilmu (science), maka


perbaikan pembelajaran dapat dilakukan Supervisor dengan menggunakan metode-metode
ilmiah, ada beberapa langkah dalam melaksanakan pendekatan ilmiah ini, sebagai berikut:

1. Mengimplementasikan hasil penemuan para peneliti.


Dengan hasil temuan peneliti, akan diketahui mana pembelajaran yang efektif dan yang
tidak efektif, tentunya penemuan itu berdasarkan pada teori-teori pembelajaran yang
teruji. Sehingga Supervisor bisa mencapai sasaran dari sepervisi.
2. Bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang pembelajaran dan hal
lainnya yang bersangkut paut dengannya.
Tindakan penelitian harus dilakukan oleh Supervisor bersama-sama pembelajaran dan
Supervisor akan mendapat gambaran mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh guru
bersama dengan siswanya.
3. Menerapkan metode ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah dalam menemukan efektifitas
pembelajaran.
Sikap ilmiah tersebut, antara lain : jernih dalam memandang persoalan tanpa ada pertensi,
menjaga jarak dalam hal yang diamati, obyektif serta menggunakan kerangka-kerangka
yang diakui dalam pendekatan ilmiah.

Menurut Piet A. Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga
pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori psikologi belajar, berikut ini penjelasan ketiga
pendekatan tersebut.

1. Pendekatan Direktif (langsung).

Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan berasal dari
refleks, atau respons terhadap rangsangan/stimulus. Maka dari itu guru yang mempunyai
kekurangan perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi dengan penguatan (reinforcement)
atau hukuman (punishment). Adapun yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung,
dengan tujuan agar guru yang mengalami problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa
bereaksi

Adapun langkah-langkah pendekatan direktif yaitu : menjelaskan, menyajikan,


mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolok ukur, dan menguatkan. Dan disimpulkan oleh
Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisiyaitu: demonstrating (menunjukkan), directing
(mengarahkan), standizing (mempersiapkan) dan reinforcing (memperkuat).

Dengan demikian, Supervisor menjadi central yang menentukan perbaikan pada guru,
supervisor harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam memperbaiki cara mengajar guru, sehingga
guru tidak merasa di dikte dalan mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya.

2. Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung).

Pendekatan ini lahir dari pemahaman psikologi humanistik, yang sangat menghargai
orang yang akan dibantu, dengan mendengar permasalahan. Dengan demikian pendekatan non-
direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak langsung. Supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi terlebih dahulu mendengarkan secara
aktif apa yang dikemukakan guru. Supervisor memberikan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang dialami, oleh karena itu kepribadian guru yang dibina begitu
dihormati. Selain itu menurut Sri Banun Muslim, bahwa guru harus mampu memecahkan
masalahnya sendiri.Peranan supervisor disini adalah mendorong/membangkitkan kesadaran
sendiri dan pengalaman-pengalaman guru diklasifikasikan.Pendekatan ini dilebih tepat
digunakan terhadap guru yang proesional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
pendekatan non-direktif ini guru menjadi central yang menentukan perbaikan pada dirinya
sendiri.Supervisor hanya membantu, mendorong guru agar mampu mengembangkan
kemampuannya dan kreativitasnya.

Adapun langkah-langkah pendekatan non-direktif yaitu : mendengarkan, memberikan


penguatan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah. Dan disimpulkan oleh Sri
Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu meliputi: listenning (mendengarkan),
clarifying (mengklarifikasi), encouriging (mendorong), presenting (menyajikan), problem
solving (memecahkan masalah), negotiating (negosiasi), demonstrating (menunjukkan), directing
(mengarahkan), standadizing (menyiapkan) dan reinforcing (memperkuat).

3. Pendekatan Kolaboratif.

Pendekatan kolaboratif ini lahir dari psikologi kognitif, yang beranggapan bahwa belajar
adalah hasil paduan antara kegiatan individu dan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh
dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan kolaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif. Pada pendekatan ini
Supervisor dan guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria
dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi, pendekatan kolaboratif
ini mengunakan kumunikasi dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Pendekatan ini
dilebih tepat digunakan terhadap guru tukang kritik atau terlalu sibuk. Tugas supervisor adalah
meminta penjelasan kepada guru apabila ada hal-hal yang diungkapkannya kurang dipahami,
kemudian mendorong guru untuk mengaktualisasikannya inisiatif yang dipikirkannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya atau meningkatkan pengajarannya. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan kolaboratif ini, yang menjadi central adalah
supervisor dan guru. Keduanya saling mengisi untuk menentukan perbaikan dan pengembangan
kemampuan dan kreativitas guru.

C. SYARAT-SYARAT SEORANG SUPERVISOR


Sebagai seorang supervisor, yang harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
hendaknya mempunyai persyaratan-persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya
(personality) syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi.


2. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh semua
kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan dengannya.
3. Berjiwa optimis
4. Bersifat adil dan jujur
5. Tegas dan objektif
6. Berjiwa terbuka dan luas
7. Jujur , terbuka dan penuh tanggung jawab
8. Simpati
9. Ramah
10. Tekun dan rajin
11. Personal appearance terpelihara dengan baik
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan professional yang diberikan oleh
orang yang lebih ahli dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya
proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian
tindakan, bimbingan dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan
ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu
pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan.
Pelaksanaannya supervisi pengajaran juga berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang
memiliki pijakan ilmu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur.2014. Pengawasan Pendidikan, TinjauanTeori Dan Praktik, Jakarta: Raja
GrafindoPersada.

2008. Sahertain, Piet. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta:
RinekaCipta.

DiatPrasojo, Lantip., Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media.


JuniPriansa, Doni., RismiSomad.

20014. ManajemenSupervisidanKepemimpinanKepalaSekolah. Bandung: Alfabeta.

Suhardan, Dadang. 2010. SupervisiProfesional, Bandung: Alfabeta.

NurAedi, Pengawasan Pendidikan, TinjauanTeori Dan Praktik, (Jakarta: Raja


GrafindoPersada, 2014), hlm. 55.

DadangSuhardan, SupervisiProfesional, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 43.

Piet A. Sahertain, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: RinekaCipta,
2008), hlm. 35-42.

NurAedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2014), hlm. 55-66.

LantipDiatPrasojodanSudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hlm.


88-90. Lihat juga Donni

JuniPriansadanRismiSomad, ManajemenSupervisidanKepemimpinanKepalaSekolah, (Bandung:


Alfabeta, 2014), hlm. 111-113.

https://www.google.com/amp/s/ulfatulhasanah.wordpress.com/2015/02/24/39/amp/?espv=1

http://yulianti200784.blogspot.co.id/2009/06/teknik-dan-pendekatan-supervisi.html?m=

gestiaqmalina.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kelompok-7-supervisi-pendidikan.html?m=1

You might also like