You are on page 1of 10

LAPORAN BUKTI EVOLUSI PATI AYAM KRLOMPOK SELASA

ANGGOTA:
Achlia Arifa Jana (2)
Birgita Cleosa (7)
Dimas Satriyo Utomo (12)
Isnaeni Shouma Nailah (17)
Nafis Ilyas Maulana (22)
Shara Gianina (27)
Veronica Reevalent Rizang (32)

•SITUS PATI AYAM

Situs Patiayam merupakan daerah pegunungan yang terletak dilereng selatan


Gunung Muria. Secara administratif Situs Patiayam sebagian besar berada di
desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, dan sebagian lagi berada
di wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Secara fisiogafi Situs Patiayam
termasuk zona Gunung api kwarter dan zona Dataran Alluvial Jawa Utara.

Secara morfologi Situs Patiayam merupakan sebuah kubah (dome ) dengan


puncak tertingginya yaitu Bukit Pati- ayam berada 350meter diatas muka
laut.

Gunung Muria beserta Kubah Patiayam dulunya dengan daratan utama Pulau
Jawa hanya terjadipada masa glasial, ketika terjadi perluasan pembekuan es
dikutub, sehingga menyebabkan air laut surut hingga 120 meter dari kondisi
permukaan sekarang. Gunung Muria terisolir dari Pulau Jawa dan
terpisahkan oleh laut dangkal yang meskipun tidak terlalu lebar,
Bergabungnya Gunung Muria secara permanen dengan Pulau Jawa baru
terjadi pada sekitar abad XVII M. akibat terjadi pendangkalan dan
perkembangan daratan alluvial disepanjang pantai Utara Jawa.
Gunung Muria beserta Kubah Patiayam dulunya bergabung dengan daratan
utama Pulau Jawa hanya terjadipada masa glasial, ketika terjadi perluasan
pembekuan es dikutub sehingga menyebabkan air laut surut hingga 120
meter dari kondisi permukaan sekarang. Pada masa inter-glasial ketika suhu
bumi menghangat sehingga menyebabkan terjadinya pencairan es, Gunung
Muria terisolir dari Pulau Jawa dan terpisahkan oleh laut dangkal yang
meskipun tidak terlalu lebar. Bergabungnya Gunung Muria secara permanen
dengan Pulau Jawa baru terjadi pada sekitar abad XVII M akibatnya terjadi
pendangkalan dan perkembangan daratan alluvial disepanjang pantai Utara
Jawa.

Fosil-fosil di Patiayam pada awalnya ditemukan oleh seorang naturalis asal


Jerman bernama Frans Wilhelm Junghuhn dan seorang pelukis sekaligus
intelektual Jawa bernama Raden Saleh. Mereka menemukan fosil-fosil di
Pegunungan Patiayam dan Pegunungan Kendeng pada tahun 1857.

Namun penemuan benda purba berupa tulang-tulang berukuran besar itu


masih belum dapat dipahami masyarakat pada saat itu. Oleh karena itu,
mereka menamakan fosil-fosil itu “balung buto”.

Pada masa selanjutnya, penemuan dan penelitian menghadapi berbagai


kendala. Selain karena faktor medan yang sulit, hambatan lain yang dihadapi
para peneliti pada waktu itu adalah persaingan dengan penduduk setempat
yang menjual fosil-fosil itu kepada pedagang Cina. Waktu itu para tabib Cina
menggunakan bubuk yang terbuat dari fosil tulang untuk dijadikan obat.

Oleh karena itu, salah satu pengumpul fosil asal Belanda, Kopral Anthonie de
Winter meminta kepada penguasa setempat untuk melarang penduduk
mengambil fosil-fosil itu. Walau peraturan sudah keluar, para penduduk
tetap mengambil fosil-fosil itu secara sembunyi-sembunyi.

Setelah lama hilang dari peredaran, pada tahun 2005 nama “Patiayam”
kembali muncul ke permukaan setelah sebuah koran di Jawa Tengah
mengungkapkan tentang adanya temuan fosil gading gajah di tempat itu
yang dibawa ke Bandung. Fosil gading gajah itu membuat Situs Patiayam
menjadi terkenal dan dijadikan cagar budaya oleh Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.

•STRATIGRAFI PATI AYAM


STRATIGRAFI PATIAYAM
Secara stratigrafis daerah patiayam memiliki enam litologi utama yang
merupakan produk sedimentasi maupun aktifitas vulkanik G. Patiayam & G.
Muria. Berturut turut dari paling tua adalah:
Formasi Jambe (Sekitar 5 Juta Tahun yang lalu)
Satuan Batu ini berupa batu lempung biru yang mengandung moluska laut
dan fora minefera dari laut dangkal, berumur antara Miosen atas-Pliosen
Bawah.
Formasi Kancilan (Sekitar 1,5 Juta Tahun yang lalu) Satuan batuan ini berupa
batuan breksi, ciri litologi satuan batuan ini berwarna abu2 kehitaman,
sangat keras kompak, dengan masa dasar batu pasir non karbonatan dengan
fragmen berukuran kerakal sampai brangkal.
Formasi Slumprit (Sekitar 700.000 Tahun yang lalu) Satuan batuan ini berupa
batu pasir tufaan, dengan dicirikan oleh tufa dan konglomeratan dengan
struktur sedimen silang-siur padasatuan batu ini banyak ditemukan fosil
tulang dan gigi vertebrata sertamoluska sir tawar, sehingga di interpretasikan
sebagai endapan darat sampai sungai.
Formasi Kedungmojo (Sekitar 500.000 Tahun yang lalu) Satuan batuan ini
serupa dengan Formasi Slumprit namun berda sarkan rekontruksi
penumpang geologi dan interpretasi umumya menunjukkan bahwa
pengendapan satuan batuan ini selaras setelah pengendapan Satuan Batu
pasir Tufan dibawahnya.
Formasi Sukobubuk (Sekitar 200.000 Tahun yang lalu)
Satuan batuan ini berupa batuan aglomerat dengan fingmen batun beku
andes berukuran kerakal dengan kemas buka divingne sing mengambang
tidak bersentuhan dalam masa dasar tu bebicir halus Satuan ini diendapkan
pada ling kungan dapt sebagai hasil aktifitas vulgnik Gunung Muria.
Endapan Sungai (Alluvial)
Satuan batuan ini merupakan hasil pengendapan Sungai Kancilandan Sungai
Ampo Sifat batuannya masih bersifat pas-lepas "dan terdiri dari batuan
sebelumnya yang pernah diendapkan seperti tifada dan andesit, maka
diperkikap MiniLy sutuan bataan ini adalah

•POTENSI SITUS PATI AYAM


Potensi Arkeologi Alat - alat batu budaya manusia purba disitus Patiayam
memiliki ciri khas tersendiri . Walaupun teknologi pembuatan alat batu
masih sangat sederhana , serta bahan baku yang digunakan tidak sebagus
kalsedon atau gamping kersikan , melainkan memanfaatkan batu tufa ,
basalt , dan andesit kersikan yang kurang bisa menghasilkan tajaman yang
bagus namun tepologi paleolitik Patiayam tetap. Potensi Paleoanthropologi
Temuan sisa manusia berupa gigi premolar dan pecahan tengkorak
merupakan indikasi kuat keberadaan manusia di situs Patiayam . Temuan
tersebut berada ditengah - tengah fosil mamalia dan reptil dari pasir dan
lempung tufaan berusia 800.000 tahun silam . Ciri stratigrafis pengandung
sisa manusia diPatiayam ini memiliki kesamaan ciri dengan Formasi Kabuh di
Sangiran . Fauna Cisaat
Kelompok fauna selanjutnya
adalah Fauna Cisaat yang berumur 1.2 juta tahun yang lalu (Semah, 1984).
Karakter fauna dari periode ini adalah fauna darat yang ditandai dengan
kemunculan Stegodon trigonocephalus dan Cervidae (von Koenigswald 1935,
188 -- 198). Bersama paket ini adalah Hexaprotodon sivalensis yang fosilnya
telah ditemukan di
situs Patiayam, berupa tulang metacarpal
(kaki depan) dan gigi molar atas.
Hexaprotodon sivalensis adalah spesies
kuda air yang ditemukan di Asia Daratan.
Nama sivalensis mengindikasikan bahwa
migrasi fauna ini berasal dari Asia Selatan,
atau yang dikenal dengan paket fauna SivaMalaya. Untuk fauna jenis ini yang
hidup di Jawa dikenal dengan nama sub spesies
Hexaprotodon sivalensis sivajavanicus (de
Vos et al., 1994, 130 -- 131).
Fauna Trinil Hk Fosil fauna vertebrata yang ditemukan di situs Patiayam
sebagian besar berasal dari kelompok Fauna Trinil
Hk. Kelompok fauna ini berumur 0.9 juta
tahun yang lalu (Suzuki 1985). Karakter
fauna yang berasal dari periode Trinil Hk
didominasi oleh fauna daratan luas dan
hutan terbuka. Jenis fauna yang paling
banyak ditemukan dari periode ini adalah
Stegodon trigonocephalus dari kelompok
Probociade. Kelompok lain yang ditemukan di situs ini adalah tiga jenis
Bovidae, yaitu dua Bovidae berukuran besar berupa Bibos
paleosondaicus dan Bubalus paleokarabau(de Vos et al., 1994, 131). Nama
paleosondaicus mengindikasikan bahwa
fauna ini endemik dari Asia Tenggara
Daratan termasuk Daratan Sunda. Bibos
paleosondaicus kemungkinan adalah
nenek moyang Bibos javanicus (banteng)
yang masih hidup di ujung bagian barat dan timur pulau Jawa. Sedangkan
Bubalus. paleokarabau berevolusi di Asia Tenggara Daratan, kemudian
bermigrasi lagi ke Jawa dalam bentuk Bubalus bubalus (kerbau air). Jenis
Bovidae kerdil yaitu Duboisia santeng yang merupakan fauna endemik Jawa
juga ditemukan di situs Patiayam ini.
Dengan ditemukannya fauna ini pada
Formasi Slumprit, maka mengukuhkan usia litologi tersebut sekitar 1 juta
tahun yang lalu. Pada masa ini kondisi
lingkungan Patiayam didominasi oleh hutan terbuka,
sehingga juga merupakan habitat yang baik bagi penyebaran dua kelompok
Cervidae besar yaitu Cervus dan Axis ; serta jenis Cervidae kecil yaitu
Muntiacus Muntjak. Carnivore besar dari jenis Pantera tigrismerupakan
rantai paling atas di situs Patiayam ini. Selain itu juga ditemukan jenis
carnivore kecil (?), yang belum dapat diketahui jenisnya. Berdasarkan
bentuknya yang sangat kecil, mungkin berasal dari kelompok Canidae atau
Mustalidae.Periode Trinil menjadi
puncak periode penghunian situs Patiayam baik oleh beragam fauna daratan
maupun
Homo erectus dengan jejak budayanya. Hal ini dibuktikan dari penelitian
yang dilakukan oleh Sartono dan Zaim pada tahun 1979 berupa temuan gigi
premolar dan kepingan atap tengkorak yang kemungkinanberumur
sekitar 0.9 juta tahun yang lalu.
Selanjutnya, penelitian Siswanto tahun
2007 hingga 2012 menemukan beberapa
alat batu masif serta beberapa alat tulang.
Fauna Kedungbrubus
Kelompok fauna termuda yang
ditemukan di situs Patiayam adalah
kelompok Fauna Kedungbrubus. Kelompok fauna ini berumur 0.8 juta tahun
yang lalu (Leinders et al., 1985, 167 -- 173). Mirip dengan kondisi lingkungan
periode sebelumnya, karakter fauna pada masa ini juga didominasi oleh
hewan daratan luas dan hutan terbuka (de Vos et al., 1994, 131 -- 132). Jenis
fauna dari periode ini yang telah ditemukan di situs Patiayam adalah Elephas
hysudrindicus. Seperti sivalensis, nama hysudrindicus mengindikasikan
bahwa migrasi fauna ini berasal dari anak benua India (Siva-Malaya). Pada
periode
ini, fauna dari kelompok Probocidae
lainnya yang masih eksis adalah Stegodon
trigonocephalus. Namun yang menarik
bahwa dari berbagai jenis anggota Fauna Kedungbrubus, baru fosil
Probocidae ini
yang ditemukan. Kondisi ini memunculkan
hipotesis terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas penghunian di
Patiayam,
mengingat tingginya aktivitas vulkanisme
Gunung Muria Purba yang diindikasikan
dari tebalnya endapan lahar pada Formasi
Sukobubuk. Jawaban akan pertanyaan ini
masih harus diuji dengan data baru dari
penelitian selanjutnya.

•FOSIL MANUSIA PATI AYAM


Situs patiayam di Kudus

Situs ini telah mendapatkan perhatian ilmuan pada zaman penjajahan sejak
keberhasilan E. Dubois menemukan fosil pithe cantropus erectus di Trinil
Ngawi Jawa Timur, serta merta para ahli eksplorasi ke daerah daerah
termasuk Patiayam. Pada tahun 1857, tersebut nama F.W Junghun, de
winter, dan pelukis naturalis Raden Saleh pernah ke Patiayam untuk
menggali mencari fosil. Usaha mereka kurang berhasil karena lahan situs
masih tertutup oleh hutan sehingga sulit mengumpulkan fosil. Diperoleh
beberapa fosil fauna hasil penghalian
Penelitian oleh bangsa sendiri di Patiayam dapat ditemukan jejak purba yang
penting penemuan hominid Situs Patayam adalah sebuah premolar dan tiga
fragmen atap tengkorak Homo erectus yang ditemukan oleh Sartono dan
Y.Zaim pada 1979. Fosil tersebut ditemukan pada seri stratigrafi yang terdiri
atas endapan laut dibagian bawah, dan endapan Kontinental yang
merupakan hasil aktifitas Gunung Muria, dibagian atas. Diatas salah satu
bukitnya Gunung Stumprit, terdapat endapan vulkano- sedimenter berupa
konkresi breksi vulkanik yang diikuti oleh pengendapan puluhan meter pasir
dan lempung tufaan, yang berkaitan dengan pusat erupsi Patiayam dan
Gunung Muria.

•FOSIL HEWAN PATI AYAM


Di situs Patiayam banyak ditemukan fosil-fosil hewan purba,
Setidaknya kurang lebih ada 17 spesies yang sudah berhasil diidentifikasi.

Ada fosil gading gajah purba (Stegodon trigonocephalus) yang diperkirakan ukurannya 3 kali
lebih besar dari gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang ditemukan pada 4 Maret
2008 oleh Karmijan. Fosil tersebut mencapai 3,7 meter dengan diameter 17 cm dan garis
lingkar 55 cm. Temuan fosil ini ditemukan di formasi Slumprit (pleistosen bawah),

diperkirakan umurnya sekitar 750.000-1,5 juta tahun.

Selain itu ditemukan fosil hewan lainnya seperti berikut ini:

Kepala banteng
Kepala bagian atas Antelop Jawa

Fosil rahang kiri badak dan bagian tubuh badak lainnya

Fosil tanduk dan sebagian kepala rusa dan tulang kering rusa

Ada juga fosil kerang dan mollusca


Lalu ada fosil gigi ikan hiu dan lain-lainnya.

Untuk fosil binatang, kebanyakan binatang seperti gajah, banteng, badak, dan rusa, serta ada
beberapa fosil binatang air seperti hiu dan mollusca. Diperkirakan dahulu daerah Patiayam
dan sekitarnya merupakan tempat yang sempat disinggahi hewan untuk mencari makan.
Namun terjadi letusan gunung dan gempa bumi yang menyebabkan hewan-hewan itu mati
tertimbun reruntuhan dan menjadi fosil.

You might also like