You are on page 1of 15

MAKALAH STUDI ISLAM MELAYU

“Perkembangan Peradaban Melayu dan Upaya Pelestarian saat ini”

Disusun Oleh :

1. Adica Syazaid 2230901371


2. M. Noer Pasha Radandi 2230901372
3. Tri Wahyuni Yulya 2230901373

Dosen Pengampu :

Drs. Masyhur, M.Ag., Ph.D

Program Studi Psikologi Islam

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Palembang 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah ini dengan baik
dan tanpa suatu kendala berarti.

Kami dari kelompok satu mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Studi Islam
Melayu, bapak Drs. Masyhur, M.Ag., Ph.D, yang telah membimbing dan memberi arahan
dalam penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah
memberi masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.

Makalah berjudul “Perkembangan Peradaban Melayu dan Upaya Pelestarian saat ini” disusun
untuk memenuhi tugas semester 3 mata kuliah Studi Islam Melayu. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karenanya, kami
menerima kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah
secara lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar sehingga dapat
memberikan ilmu bagi pembaca.

Palembang, 23 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Pengertian Peradaban Melayu....................................................................................................5
B. Perkembangan Peradaban Melayu.............................................................................................6
C. Upaya Pelestarian Budaya Melayu..........................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peradaban adalah bentuk segala aspek kemajuan yang dilakukan baik dalam
ilmu pengetahuan maupun seni itu sendiri. Peradaban sangat lekat dengan adat istiadat
maupun kebudayaan seperti peradaban Melayu , Melayu sendiri sangat identik dengan
penggunaan bahasanya, dengan masyarakat yang beragama Islam. Peradaban Melayu
sangat berkembang pesat pada saat meluasnya agama Islam di tanah Melayu , yang
mana sebelumnya masyakarat Melayu sudah memiliki pengaruh Hindu-Buddha,
dengan masuknya Islam dan menjadikannya agama mayoritas pada masyarakat
Melayu memberikan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan baik secara sosial,
politik, ekonomi maupun keagamaan itu sendiri.
Ditandai dengan bermunculannya kerajaan atau kesultanan Islam dan juga
berbagai macam musik maupun tari. Selain sangat identik dengan bahasanya Melayu
juga memiliki berbagai macam peninggalan yang perlu kita lestarikan seperti tari,
Melayu yang sangat lekat dengan agama Islam ini dapat memberikan percikan warna
salah satunya adalah dengan tarian zapin . Peninggalan - peninggalan inilah yang
harus kita lestarikan dengan cara terjun langsung kepada masyarakat, menggunakan
pusat informasi mengenai kebudayaan, dan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan jalur formal pendidikan. Dengan demikian kita dapat menjaga
kelestarian kebudayaan Melayu tersebut

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian peradaban Melayu ?


2. Bagaimana perkembangan peradaban Melayu ?
3. Bagaimana upaya pelesarian budaya Melayu ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

Untuk mengetahui bagaimana pengerian peradaban Melayu, bagaimana


perkembangan peradaban Melayu, dan bagaimana upaya pelestarian adat Melayu saat
ini.
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Peradaban Melayu

Kata peradaban dalam bahasa Indonesia berkonotasi dengan pengertian adab,


kesopanan, kesantunan serta kehalusan. Menurut pendapat yang lain Peradaban
adalah kemajuan material (ilmu dan teknologi), aspek kehalusan, penataan sosial dan
aspek kemajuan lain. Peradaban adalah sekumpulan dari bentuk-bentuk kemajuan,
baik yang berupa kemajuan bendawi, ilmu pengetahuan, seni, sastra, maupun sosial,
yang terdapat pada suatu masyarakat atau pada masyarakat yang serupa. Sedangkan
kata Melayu sangat identikkan dari segi bahasa, ras (Antropologi) yang dikenal
dengan Ras Malayan Mongoloid.
Istilah Melayu mempunyai maksud yang dalam dan luas karena terdapat dua
pengertian pada istilah Melayu yaitu melayu dan kemelayuan. Melayu dimaksudkan
sebagai suatu rumpun bangsa Melayu yang menggunakan bahasa Melayu sedangkan
kemelayuam mengandumg arti nilai anutan dan jati diri Melayu, oleh karena itu
istilah Melayu dapat dipahami berdasarkan beberapa kriteria. Pertama rumpun bangsa
dan bahasanya yaitu Melayu. Kedua berbagai suku yang tergolong dalam Melayu
(Ellya Roza, 2016:14). Bagi masyarakat Melayu di Malaya (Malaysia), nama Melayu
itu adalah nama tunggal (singular) yaitu nama bangsa, mereka menamakan Kepulauan
Asia Tenggara. Pulau-pulau Melayu dan Malaya dinamakan Tanah-Melayu, dan
orang-orangnya Bangsa Melayu juga berbahasa dan beradat-istiadat Melayu, bahkan
diakuinya, mereka adalah turunan dari warisan Sri-Vidjaja (Intje Ibrahim Yaacob,
1951:11).
Perkataan Melayu berasal dari pada nama sebuah anak sungai bernama Sungai
Melayu di hulu Sungai Batang Hari, Sumatera. Disana letaknya Kerajaan Melayu
sekitar 1500 tahun yang lalu sebelum atau pada masa Kerajaan Sriwijaya. Dari segi
etimologi, perkataan Melayu dikatakan berasal dari sangsekerta; „Melaya‟ yang
berari
„bukit‟ atau „tanah tinggi‟. Kata Melayu berasal dari bahasa Tamil yang artinya
pegunungan, mungkin dahulu para pelaut dan musafir India datang dari arah pantai
barat Sumatra melalui Samudera Hindia dan melihat pulau yang penuh dengan
pengunungan dari ujung ke ujung yang yang lain. Pulau itu jelas Sumatera dan
rangkaian pengunungan itu adalah Bukit Barisan, maka dari itu kemudian disebut
dengan melayu yang artinya gunung gemunung atau pengunungan. Di pulau yang
bergunung gunung itulah tinggal puak yang disebut dalam Sejarah Melayu sebagai
berikut; ”Melayu bangsanya, dari Bukit Siguntang Mahamiru (Beni Agusti Putra,
2016:197-198).
Menurut Hall dalam Wahyudin (2014:48), istilah Melayu, maknanya selalu
menunjuk kepada kepulauan Melayu yang mencakup kepulauan di Asia Tenggara.
Istilah tersebut juga bermakna sebagai etnis atau orang Melayu Sumatera dan
Semenanjung Tanah Melayu dan tempat-tempat lain yang menggunakan bahasa
Melayu. Melayu juga selalu dihubungkan dengan kepulauan Melayu yang meliputi
kepulauan Asia Tenggara ditafsirkan menurut tempat dan kawasan yang berbeda
seperti pulau Sumatera. Orang Melayu biasanya dikaitkan dengan masyarakat yang
tinggal di Palembang dan sekitarnya. Di Kalimantan juga perkataan Melayu dikaitkan
dengan masyarakat yang beragam Islam. Sementara di Semenanjung Malaysia arti
Melayu dikaitkan dengan orang yang berkulit coklat atau sawo matang. Istilah
Melayu berasal dari bahasa Sansekerta yang dikenal sebagai Malaya, yaitu sebuah
kawasan yang dikenal sebagai daratan yang dikelilingi oleh lautan.
Menurut Mohd. Koharuddin Mohd. Balwi Peradaban atau tamadun Melayu
adalah suatu puncak pencapaian pemikiran dan sejumlah perlakuan yang baik (adab
dan adat) termasuk juga segala hasil artifaknya (budaya benda) yang membentuk
sebuah masyarakat yang teratur dan mementingkan kesejahteraan sosial untuk
menyempurnakan segala sistem kehidupannya (sosial, politik, ekonomi dan
keagamaan) (Mohd Koharudin, 2005:3)

B. Perkembangan Peradaban Melayu

Perkembangan peradaban Melayu sangat dipengaruhi oleh Kemajuan Islam di


wilayah Melayu yang mana menurut Muhammad Naguib al-Attas dalam Herlina
(2014:72) menjelaskan bahwa Islam mempunyai pengaruh yang amat besar,
mendalam dan meluas di alam Melayu sehingga berjaya mencabut akar umbi
pengaruh Hindu dan Buddha. Kedatangan Islam menandakan bermulanya satu zaman
baru dan berakhirnya satu zaman lama di rantau ini. Ini berarti bahwa perubahan yang
dibawa oleh Islam terhadap tamadun alam Melayu bukan saja dari segi rupa malah
meresap masuk ke jiwa, yang merubah karakter masyarakat yang sebelumnya
menganut agama Hindu-Budha menjadi masyarakat beragama Islam. Menurut Hall
pengaruh Hindu-Budha baru berkembang pesat di Nusantara pada abad ke-5 M.
Kerajaan Kutai di Kalimantan, patung-patung Budha gaya Amaravati ditemukan
dibeberapa tempat di Sulawesi, Jawa dan Sumatera memperlihatkan perkembangan
kebudayaan Hindu-Budha yang pesat ketika itu.
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara mencapai puncaknya pada abad
ke-9 hingga 15 M, diantaranya; Sriwijaya (Sumatera), Kediri, dan Majapahit (Jawa).
kitab Nagarakatarman mencatat derah kekuasaan Sriwijaya menguasai daerah-daerah
di Suamatera, wilayah Sriwijaya mencapai sebagian besar Nusantara, termasuk
Kamboja. Memasuki abad ke-13, kerajaan-kerajaan Hindu-Budha berangsur
melemah, periode ini juga, kerajaan Majapahit melemah (Benni Agusti Putra,
2016:202).
Merubah masyarakat Melayu yang sudah memiliki kebudayaan Hindu-Budha
nhgbrevmenjadi Islam tidaklah mudah butuh waktu yang cukup panjang dengan
berbagai macam cara seperti melalui perdagangan, pernikahan, dakwah, pendidikan,
tasawuf, kesenian dan politik. Keberhasilan Islam masuk menjadi agama mayoritas di
masyarakat Melayu menjadikan peradaban Melayu lebih maju dan berkembang lagi
dengan memberikan perubahan ke berbagai macam aspek kehidupan (Sosial, Polik,
Ekonomi dan Keagamaan) (Mohd. Koharuddin Mohd.Balwi,2005:4).
Terdapat beberapa pengaruh Islam terhadap perkembangan peradapan
Melayu:
1. Muncul Kerajaan atau Kesultanan Islam, seperti di Sumatera ada
Perlak, Samudera Pasai, Aceh, Jambi, Palembang, Pagaruyung, Riau.
Seemanjung Melayu ada Malaka, Kedah, Negeri Pahang, Selangor dan
Pattani(Suwardi Muhammad Samin, 2015). Jawa ada Demak, Pajang,
Mataram Islam, Cirebon, Banten(De Graff dan Piglaud, 1985). Di
Kalimantan ada Banjar, Pontianak, Brunei, Kutai Kertanegara dan
Sambas (K. Subroto, 2017). Di Sulawesi ada Kesultanan Gowa-Tallo.
Di Maluku ada ternate dan Tidore di Filipina Selatan ada Mindanau.
Jadi dapat dipahamai bahwa Islam memberikan perubahan yang drastis
dalam sistem pemerintahan dengan munculnya sebuah kerajaan dan
secara logika kalau ada kerajaan otomatis sebelum itu Islam sudah
berbaur dan menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan. Dalam
kerajaan atau kesultanan Islam ini juga melahirkan istilah Sultan dan
adanya perubahan undang-undang Negara (dalam sistem pemerintahan
dan hukum) berdasarkan alquran dan hadis yang menjadikan
masyarakat lebih adil, nyaman, aman dan di senangi oleh masyarakat.
2. Pendidikan. Sejarah awal pendidikan Islam di tanah Melayu, berkaitan
erat dengan sejarah awal datang dan masuknya Islam di tanah Melayu
(Sidi Ibrahim Boechari, 1981:32). Pendidikan Islam tersebut
memberikan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran-ajaran
Islam kepada masyarakat Islam di tanah Melayu, yang dimulai sejak
datangnya Islam di kawasan ini, khususnya pada masa kerajaan atau
kesultanan Islam Seperti Perlak, Pasai, Malaka dan Aceh dan
melahirkan ulama, yangmana ulama menjadi sebagai pemimpin dan
tokoh pendidikan sangat diterima oleh masyarakat Melayu (Ellya
Roza, 2016:174).
3. bahasa, sastra dan huruf arab Melayu. Bahasa Arab dan bahasa Melayu
memiliki kedudukan yang seimbang karena keduanya merupakan
lingua franca (Suwardi dan Zulkarnain, 2010:7). Bahasa Melayu
disebut sebagai lingua franca. Karena bahasa pengantar atau bahasa
pergaulan di kawasan Melayu terutama dalam dunia perdagngan.
Begitu juga dengan bahasa Arab adalah bahasa pengatar dan pergaulan
dalam perdangan di timur tengah.
4. Arsitektur dan Seni Ukir. Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, arsitektur
termasuk di dalam seni ruang dalam esensi seni menurut Islam, hal ini
dikarenakan arsitektur merupakan seni visual yang mendukung
kemajuan peradaban Islam. Di dalam seni ruang, terdapat cabang lain
yang termasuk mendukung di dalamnya yaitu seni rupa. Keberadaan
seni ruang yang di dalamnya terdapat bidang arsitektur merupakan satu
hal yang cukup penting. Hal ini juga didasarkan pada seni dalam
pandangan al-Qur‟an, sehingga pembangunan fisik peradaban ini
senantiasa selalu berlandaskan nilai-nilai Islam dalam al-Qur‟an, yang
juga berfungsi sebagai landasan pembangunan peradaban yang berupa
akhlaq dan perilaku. Hal ini sangatlah penting untuk mewujudkan
kembali nilai-nilai Islam ke dalam tatanan pembangunan peradaban di
dunia, yang tidak hanya membangun peradaban secara fisik, tetapi juga
secara mental, pola pikir, semangat, akhlaq dan pola perilaku yang
berlandaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur‟an. Kita dapat
melihat karya-karya arsitektur Islam di berbagai belahan dunia dengan
tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah.
Walaupun demikian, dalam tataran bentuk arsitektur Islam yang
dilandasi oleh kesatuan tujuan dan nilai-nilai islami itu tidak hadir
dalam representasi bentuk fisik yang satu dan seragam, melainkan
hadir dalam bahasa arsitektur yang beragam (Sativa, 2011:33-34).
5. Musik dan Tari. Akulturasi beberapa produk budaya Arab dengan
Melayu, antara lain seperti: zikir, barzanji, marhaban, rodat, ratib,
hadrah, nasyid, irama padang pasir, dan lain sebagainya. Alat musik
yang digunakannya pun amat khas dengan perpaduan Islam seperti:
rebab, biola (dari Barat), gendang nobat, nafiri, serunai, gambus, „ud
dan lain-lain. Belakangan, konsep musik Islam yang hidup di Tanah
Arab, ikut pula merasuk dalam pergaulan kawasan ini. Terlebih
paradigma lokal yang mengatakan adat bersendi syara‟, syara‟
bersendi kitabullah seakan menjadi legitim bagi perluasan pengaruh
tersebut. Di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya, konsep-kosep
dimensi ruang (modus) dalam musik, mengenal istilah maqam di
Turki, datsgah di Persia, naghamah di Mesir, dan taba di Afrika
Selatan. Selain itu, terdapat pula ide ritme yang dikenal dengan iqaat
di Arab Timur, durub di Turki dan mazim. Di masa sekarang, dapat
pula disaksikan penyerapan unsur musik Islam dalam bentuk gaya-
gaya ritmik yang tidak terikat dalam metrum, biasanya banyak
ditemukan dalam melodi- melodi pembuka musik Islam seperti zapin
dan nasyid. Dalam permusikan Islam, teknik ini disebut dengan avaz
atau taqsim. Dalam ranah seni tari, Islam juga memberikan semburat
warna, salah satunya adalah tari zapin. Zapin sendiri merupakan tari
yang menampilkan serangkum gerak gemulai kaya makna. Beberapa
diantaranya membentuk gerak sembah atau salam, gerak ragam-ragam
(langkah belakang, siku keluang), anak ayam, anak ikan, buang anak,
lompat kecil, lompat tiung, pisau belanak, pecah, tahto, tahtim dan
lain- lainnya. Begitu pula dalam seni hadroh, terdapat aneka gerak
seperti gerak-gerak selepoh, senandung, ayun, sembah dan lainnya (M.
Dien Madjid, 2013:446).
6. Ekonomi. Pencapaian tinggi dalam bidang ekonomi masyarakat
Melayu dibuktikan dari catatan yang diperoleh dari China, India, Arab,
Parsi, Yunani dan Eropa adalah tentang terwujudnya tradisi maritim
yang sangat hebat di alam Melayu. Tradisi maritim yang dimaksud
adalah aktivitas utama kerajaan Melayu dalam bidang perdagangan dan
perniagaan yang bertumpu di kawasan bandar atau bandar pelabuhan.
Bukti-bukti tertua tentang kedatangan Islam terdapat dalam dua bentuk
sumber: catatan tertulis dari pengembara asing dan peninggalan
arkeologi Islam di Asia Tenggara. Berita Cina dan India sudah
menyebutkan ada perkampungan minoritas pedagang Islam di
Sriwijaya. Pada abad ke-9-11 ada semacam gilde (organisasi dagang
orang Islam dari Gujarat (India) yang beroperasi di kawasan pantai
barat Sumatera (catatan sejarawan India, Nilakantasastri). Bukti
arkeologi Islam mencatat setidaknya ada tiga makam Muslim yang
berangka tahun sekitar akhir abad ke-5 H/11M di Padurangga
(sekarang Panrang di Vietnam), Lamri, Ace dan Leran (Gresik Jawa
Timur). Dan bukti sejarah juga mengatakan bahwa perkenalan Asia
Tenggara dengan Islam diduga sudah dimulai sejak abad ke-7-8M atau
awal abad pertama Hijrah (tahun 600-an M). Ini dimungkinkan karena
para pedagang Muslim yang berlayar di kawasan ini singgah dan
menetap untuk beberapa waktu di palabuhan utama (Herlina, 2014:73-
74).

C. Upaya Pelestarian Budaya Melayu

Pelestarian budaya adalah upaya untuk membuat suatu selama-lamanya tidak


berubah. Bisa pula didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan suatu
sebagaimana adanya. Lebih teperinci A.Wijaya (Nuraieni, 2012; 93) “ mengartikan
pelestarian sebagai kegiatan secara terus menerus, terarah, dan terpadu guna
mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya suatu yang tetap dan abadi
bersifat dinamis, lues dan selektif.
Mengenai pelestarian nilai-nilai budaya adat, Jacobus Ranjabar
(Nuraeni,2012:93) “mengemukakan bahwa pelstarian norma lama bangsa (budaya
lokal) adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional, dengan
mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luws, dan selektif, serta
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang”.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan memiliki tujuh unsur yaitu
bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Jika
merujuk pada pembagian unsur-unsur kebudayaan menurut Koentaraningrat maka
kebudayaan Melayu dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Bahasa merupakan unsur yang cukup penting dalam suatu kebudayaan.
Dikarenakan bahasa merupakan salah satu aspek yeng membedakan
manusia dengan makhluk yang lain. Bahasa digunakan sebagai alat
komunikasi. Namun demikian, bahasa juga mengandung simbol
sehingga kedalaman makna yang terkandung dalam bahasa menjadikan
posisi bahasa menjadi sangat penting. Melalui bahasa dapat terlihat
karakterisitik dan kepribadian sang pemangku bahasa. Begitu
pentingnya bahasa dalam pandangan masyarakat Melayu sehingga
lahir ungkapan yang cukup dikenal yaitu “bahasa menunjukkan
bangsa”. Ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa” mengandung
makna bahasa menunjukkan kebaikan, budi pekerti, karakteristik,
bahkan kepribadiana seseorang atau masyarakat sang pemangku
bahasa. Pentingnya bahasa menjadikan masyarakat Melayu sangat
berhati-hati dalam menggunakan bahasa, baik dari segi pemilihan kata
maupun dari segi gaya penyampaian bahasa tersebut.
2. Sistem pengetahuan yang secara tidak langsung juga terkait dengan
pendidikan. Sistem pengetahaun memiliki posisi yang penting bukan
hanya terkait dengan pengetahuan masyarakat tersebut tetapi juga
terkait dengan keberlangsungan dan eksistensi suatu kebudayaan. Jika
masyarakat sang pemangku kebudayaan tersebut masih menganggap
tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalam kebudayaannya maka
kebudayaan tersebut akan tetap ada dan bertahan. Akan tetapi,
sebaliknya jika masyarakat sang pemiliki kebudayaan tidak lagi
menganggap nilai-nilai tersebut ada maka kebudayaan yang dimiliki
masyarakat akan punah dengan sendirinya. Kepunahan kebudayaan
tidak hanya karena punahnya bangasa atau masyarakat pemangku
kebudayaan tetapi juga dapat disebabkan tidak adanya kepedulian
anggota masyarakat atas kebudayaannya sendiri.
3. sistem kemsayarakatan atau organisasi sosial di mana masyarakat
Melayu pada umumnya menganut sistem garis keturunan ayah dan ibu
meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga masyarakat Melayu
yang menganut sistem matrilineal. Sistem kekeluargaan matrilineal
merupakan sistem kekeluargaan yang menarik dari keturunan sang ibu.
Salah satu penganut matrilineal adalah masyarakat Melayu di Riau
yang pada umumnya terpengaruh oleh kebudayaan Minangkabau.
4. Peralatan hidup dan teknologi sebagai unsur kebudayaan fisik sehingga
dapat dengan mudah dikenali. Peralatan hidup dan teknologi salah
satunya terkait dengan teknologi dalam bidang mata pencarian
masyarakat. Masyarakat Melayu kebanyakan memiliki kebudayaan
maritim sehingga teknologi yang diciptakan kebanyakan terkait dengan
budaya maritim meskipun ada beberapa masyarakat Melayu yang
berada di daratan sehingga kebudayaan yang dianut adalah kebudayaan
yang bersifat agraris. Hal ini karena permukiman masyarakat Melayu
kebanyakan berada di dekat air.
5. Sistem mata pencarian dalam hal ini lebih pada sistem maritim seperti
perahu maupun alat untuk menangkap ikan. Sementara masyarakat
Melayu yang berada di daratan maka peralatan yang digunakan adalah
peralatan untuk bercocok tanam dan mengolah tanah. Sistem mata
pencarian secara tidak langsung juga terkait dengan peralatan hidup
dan teknologi meskipun secara cakupan peralatan hidup dan teknologi
lebih luas darai pada sistem mata pencaharian.
6. sistem religi yang merupakan sistem kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat tersebut, dalam hal ini masyarakat Melayu memiliki
perkembangan dan pergeseran. Sistem religi yang dianut masyarakat
Melayu juga memepengaruhi pandangan mereka terhadap alam
semesta dan dunia.
7. kesenian baik berbentuk seni tari, seni musik, maupun seni bangunan
dan kesenian bentuk lainnya yang terdapat baik dalam pakaian maupun
ketika mengadakan upacara keagamaan sehingga terkadang kesenian
terkait juga dengan sistem religi.
Selain itu juga terdapat cara untuk melestarikan budaya baik secara langsung
maupun secara tidak langsung:

1) Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung
kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut
berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam
menguasai tarian tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat
dijaga kelestarian budaya kita ini.
2) Culture Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu
pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam
banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan
pengembangan kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian para Generasi Muda
dapat mengetahui tentang kebudayaanya. Selain dilestarikan dalam dua bentuk
diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu
sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian
kebudayaan yang dilakukan oleh negara-negara lain. Penyakit masyarakat kita ini
adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya
sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak
sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur.Budaya daerah banyak hilang
dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan
melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan
terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.

Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya Melayu juga sangatlah
penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya
pelestarian kebudayaan Melayu. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-
kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan Melayu, misalnya tari-
tarian , lagu, Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan.Masyarakat
harus memahami dan mengetahuinya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peradaban atau tamadun Melayu adalah suatu puncak pencapaian pemikiran


dan sejumlah perlakuan yang baik (adab dan adat) termasuk juga segala hasil
artifaknya (budaya benda) yang membentuk sebuah masyarakat yang teratur dan
mementingkan kesejahteraan sosial untuk menyempurnakan segala sistem
kehidupannya (sosial, politik, ekonomi dan keagamaan). Perkembangan peradaban
Melayu sangat dipengaruhi oleh Kemajuan Islam di wilayah Melayu, yang merubah
karakter masyarakat yang sebelumnya menganut agama Hindu-Budha menjadi
masyarakat beragama Islam. Pemerintah memiiki peran yang sangat amat penting
dalam upaya pelesarian kebudayaan Melayu, yang mana pemeritah harus
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian
kebudayaan Melayu, misalnya tari-tarian , lagu, Demikian juga upaya-upaya melalui
jalur formal pendidikan

B. Saran

Demikianlah makalah ini dapat kami sajikan, kami sadar betul bahwa dalam
makalah ini masih banyak sekali kekurangan apabila ada kesalahan baik dalam
penulisan ataupun pemaparan, kami sebagai penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Kritik dan saran baik dari dosen dan teman-teman sekalian sangat
diperlukan dalam hal ini guna untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Beni Agusti Putra. (2016). Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Jurnal
humanikaVol. 1, No. 2.

Boehari, Sidi Ibrahim. (1981).Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan
Pergerakan Nasional di Minangkabau Jakarta: Gunung Tiga.

De Graff dan Piglaud(1985).Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan Dari Majapahit Ke


Mataram.Jakarta: _

Herlina. (2014).Islam dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Melayu.TAMADDUN: Jurnal


Kebudayaan Dan Sastra Islam Volume XIV / No 2.

Koentjaraningrat, (2014). Pengantar Antropologi 1. Jakarta: Rineka Cipta.

M. Dien Madjid. (2013). Relasi Budaya Arab-Melayu dalam Sejarah di Indonesia. Jurnal Al-
TurāṡVol. XIX No. 2,

Mohd. Koharuddin Mohd.Balwi (2005).Peradaban Melayu. Malaysia: UTM Pulungan, J.


Suyuthi. (2009).Sejarah Peradaban Islam Palembang: Grafindo Telindo Press.

Nuraeni, Heny Gustini dan Alfan, Muhammad, (2012). Studi Budaya di Indonesia. Bandung:
CV Pustaka Setia.

Roza, Ellya. (2016). Sejarah tamadun melayu Cet-1. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Sativa. (2011). Arsitektur Islam Atau Arsitektur Islami. Jurnal NALARs Volume 10 Nomor 1

Subroto, K. (2017). Negara-Negara Islam Di Kalimantan 1425-1905. Edisi 18 / Desember.


Lembaga Kajian Syamina Bekerja Mencegah Kezhaliman.

Suwardi dan Zulkarnain. (2010).Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca, Yogyakarta: Pelajar.

Suwardi Muhammad Samin. (2015). Kerajaan Dan Kesultanan Dunia Melayu: Kausus
Sumatera Dan Semenanjung Malaysia. Jurnal Criksetra, Volume 4, No.7.

Wahyudin. (2014). Merajut Dunia Islam Dunia Melayu : Sosok Orang Melayu Banjar Di
Tanah Leluhur.Jurnal Toleransi: Media Komunikasi Umat Bergama, Vol.6, No.1

Yaacob, Intje (1951) Ibrahim. Nusa dan Bangsa _

You might also like