You are on page 1of 23

PEDOMAN

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA


(K3)

PUSKESMAS PALOH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
yang telah dikaruniakan kepada Tim K3 Puskesmas Paloh, sehingga
pedoman ini dapat selesai disusun.
Pedoman ini disusun untuk lebih memantapkan jalannya kegiatan
K3 di Puskesmas Paloh. Dalam buku pedoman ini diuraikan Standar
Ketenagaan, Standar  Fasilitas, Tatalaksana , Logistik, Keselamatan
Pasien, Keselamatan Kerja, dan Pengendalian Mutu.
Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran
dan kritik dalam penyusunan pedoman K3 Puskesmas Paloh.

Paloh, 2 Januari 2023


BAB I
PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja


yang dalam bahasa inggris disebut sebagai Occupational Health and
Safety, disingkat OHS. K3 atau OHS adalah kondisi yang harus
diwujudkan di tempat kerja denga segala daya upaya berdasarkan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan mendalam guna melindungi tenaga kerja,
manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan teknologi
pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai
dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku.

SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.

Upaya kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas


menyangkut tenaga kerja, cara / metode kerja, alat kerja, proses kerja
dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non
kesehatan merupakan resultan dari ketiga komponen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja. Yang dimaksud dengan :
1. Kapasitas Kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja
dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja, baik
secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya,
kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidaj
mendukung secara fisik ataupun non fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang
meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Bahaya potensial di Puskesmas dapat mengakibatkan Penyakit Akibat


Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Kedua bahaya
potensial tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain
adalah :
1. Faktor biologis (virus, bakteri dan jamur)
2. Faktor ergonomis (antiseptik, gas anastesi)
3. Faktor fisika (cara kerja yang salah)
4. Faktor Psikologis (hubungan sesama karyawan atau atasan)

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Puskesmas umumnya berkaitan dengan


faktor  biologik (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor
kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti
antiseptik pada kulit, gas anastesi pada hati), faktor ergonomi (cara duduk
yang salah, cara mengangkat pasien yang salah), faktor fisik dalam
dosis kecil yang terus menerus (pamas pada kulit, tegangan tinggi pada
sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemproduksi darah), faktor
psikologis (ketegangan dikamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat
dan bangsal penyakit jiwa).

Kegawat daruratan dapat terjadi di Puskesmas. Kegawat daruratan


merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka
serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat
menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan
kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra
puskesmas. Sehingga Puskesmas memerlukan Sistem Tanggap Darurat
sebagai bagian dari Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3)
Puskesmas.

Dalam undang-undang no,mor 23 tahun 2003 tentang kesehatan pasal


23 “upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diselenggarakan
di tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang. Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa puskesmas
termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap petugas kesehatan dan staf puskesmas saja, tetpi juga juga
terhadap pasien maupun pengunjung puskesmas. Sehingga sudah
seharusnya pihak pengelola Puskesmas menerapkan upaya-upaya K3
di Puskesmas (DEPKES, 2006).

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional


pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kota atau kabupaten. Puskesmas merupakan tempat kerja
serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan
orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
kerja yang mempunyai risiko kesehatan akibat transmisi penyakit
maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Terdapat potensi bahaya lain,
seperti kecelakaan (kebakaran akibat api serta listrik dan peledakan),
radiasi bahan kimia berbahaya, serta gangguan ergonomik. Semua
potensi bahaya tersebut dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan
kematian.

International Labour Organization (ILO) terdapat 1,2 juta orang


meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat
hubungan kerja (PAHK). Dari dua ratus lima puluh juta kecelakaan, tiga
juta orang meninggal karena PAHK. Diperkirakan ada seratus enam
puluh juta PAHK baru setiap tahunnya.Mengingat tingginya risiko
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya amanat
dalam Undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja di tempat
kerja, maka perlu dilaksanakan Upaya Kesehatan Kerja di wilayah kerja
Puskesmas. K3 di puskesmas perlu dikelola dengan baik. Manajemen
risiko pada K3L dapat dilakukan melalui 3 hal yaitu Hazard Identification
(Identifikasi Bahaya), Risk Assessment (Penilaian risiko), dan
Determining Control (Penetapan pengendalian) atau sering disebut
dengan HIRADC.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif untuk
pekerja; aman dan sehat untuk pasien, pengunjung, masyarakat dan
lingkungan sekitar  Puskesmas. Sehingga proses pelayanan di
Puskesmas berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam hal Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) untuk manajemen , pelaksana, dan
pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat Kesehatan dan Keselamatan (K3) di setiap unit
kerja.

d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat


Kerja (PAK) dan Keselamatan Akibat Kerja (KAK).
e. Terselenggaranya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Puskesmas secara optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra, dan produktivitas puskesmas.

C. Ruang Lingkup
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas PALOH
mencakup prinsip, kebijakan pelaksanaan, dan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas, standar pelayanan K3 di
Puskesmas, standar sarana prasarana dan peralatan K3 di Puskesmas,
pengelolaan jasa dan barang berbahaya, standar sumber daya manusia
K3 di Puskesmas, pembinaan, pengawasan, pencatatan, dan pelaporan.

D. Batasan Operasional
Kesehatan kerja menurut WHO (1995) adalah untuk bertujuan
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental, dan social
yang setinggi – tingginya bagi pekerja, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerjaan yang disesuaikan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara
menangani kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian
bahaya dan promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

E. Landasan Hukum

1. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

2. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

3. Undang –Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

4. Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.


6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

 A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Berikut ini kualifikasi SDM dan Tenaga program HIV/AIDS yang ada di
Puskesmas Paloh

No. Jenis SDM Kualifikasi P ersonil

Seseorang yang memiliki keahlian manajerial dan


1 Penanggung
program terkait dengan pengembangan layanan di
Jawab Unit
Puskesmas Paloh.

2 Ketua K3 Petugas yang mampu bertanggung jawab dalam


terlaksananya K3

3 Anggota Tenaga kesehatan maupun lainnya berkoordinasi


dan bekerja bersama melaksanakan K3

Kualifikasi sumber daya manusia ini perlu dipenuhi oleh setiap


petugas yang bertugas di Unit K3 Puskesmas Paloh agar
pelaksanaan pelayanan sesuai ketentuan sehingga pelayanan
komprehensif berkelanjutan bisa berjalan.
B. Distribusi Ketenagaan

KEPALA PUSKESMAS

PENANGGUNG JAWAB K3

M.ISOM P, A.Md.Kep

ANGGOTA :
NELINA, A.Md.Keb
EVIE SAYUDA, A.Md. Keb
EDDY,A.Md.KL
PAUL,A.Md.Kes
EGY NURHUDA, A.Md.Kep 

TIM LAYANAN TIM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PUSKESMAS PALOH

PENANGGUNG JAWAB : Rita Rahayu, S.Tr.Keb

KETUA : M.Isom P, A.Md.Kep

BIDANG KESEHATAN DAN 1. Nelina, A.Md.Keb


:
KESELAMATAN KERJA 2. Evie Sayuda, A.Md.Keb

BIDANG PENYEHAT
: 1. Eddy,A.Md.KL
LINGKUNGAN PUSKESMAS

BIDANG KEBAKARAN DAN


1. Paul, A.Md.Kes
:
KEWASPADAAN BENCANA 2. Egy Nurhuda, A.Md.Kep
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Gedung dan Ruang Pelayanan UKP


Denah Gedung dan Ruang Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan.
B. Standar Fasilitas Upaya Kesehatan Perorangan

Ketersediaan peralatan kesehatan sangat menentukan


terselenggaranya pelayanan kesehatan yang optimal, efektif dan efisien di
Puskesmas. Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi
persyaratan standar mutu, keamanan, keselamatan, memiliki izin edar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan diuji serta dikalibrasi
secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
Standar peralatan Upaya Kesehatan perorangan di Puskesmas Paloh
mengacu pada standar peralatan puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Pelaksanaan K3 di Puskesmas sangat tergantung dari rasa


tanggung jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban
masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung
jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola
pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi /
satuan pelaksana K3 Puskesmas secara spesifik harus mempersiapkan
data dan informasi pelaksanaan K3 disemua tempat kerja, merumuskan
permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama
unit-unit kerja, kemudoian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memoinitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka
perlu diidentifikasi penyimpanannya serta dicari pemecahannya.
tugas dan fungsi organisasi / unit pelaksana kesehatan dan keselamatan
puskesmas (K3 Puskesmas)
a. Tugas pokok
1. Memberi rekomendasi dan pertimbangan Kepala Puskesmas
mengenai masalah- masalah yang berkaitan dengan
Kesehatan
dan Keselamaan Kerja (K3)
2. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman,
petunjuk pelaksanaan dan prosedur.
3. Membuat program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Puskesmas (K3 Puskesmas)
b. Fungsi
1. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi
serta permasalahan yang berhubungan dengan Kesehatan
dan Keselamtana Kerja (K3)
2. Membantu Kepala Puskesmas mengadakan dan
meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian
K3 di Puskesmas Pengawasan terhadap pelaksanaan
program K3
3. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif
4. Kordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi
a nggota K3 Puskesmas
5. Memberi nasrehat tentang manajemen K3 ditempat kerja,
kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif
pencegahan
6. Investigasi dan melaporkan kecelakaan dan
merekomdasikan sesuai kegiatannya.
7. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan
baru, pembangunan gedung dan proses

Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan


mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan puskesmas,
manajemen puskesmas mengidentifikasi dan menyediakan semua
sumber daya essensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana
untuk terlaksananya program K3 di Puskesmas diwujudkan dalam
bentuk wadah K3 Puskesmas dalam struktur organisasi puskesmas.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 puskesmas, perlu
disusun strategi antara lain :
1. Sosialisasi program K3 di puskesmas
2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 Puskesmas pada
setiap unit kerja di lingkungan puskesmas
5. SDM yang harus didukung oleh manajemn puncak
6. Kajian resiko (risk assesment) secara kualitatif dan kuantitatif 
7. Membuat program kerja K3 puskesmas yang mengutamakan
upaya peningkatan dan pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara
berkala Sistem kerja tim K3 bertanggung jawab kepada kepala
puskemas, yang mempunyai anggota tim bencana dan tim
kewaspadaan universal.
Dengan mekanisme kerja

1. Ketua organisasi / unit pelaksanana K3 Puskesmas memimpin dan


mengkordinasikan kegiatan organisasi / unit pelaksanan K3 Puskemas

2. Sekertaris organisasi / unit pelaksana K3 Puskesmas memimpin dan


mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi / unit pelaksana K3 Puskesmas

3. Anggota organisasi / unit pelaksana K3 Puskesmas mengikuti rapat


organisais / unit pelaksana K3 Puskesmas dan melakukan
pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi / unit
pelaksanan K3 Puskesmas

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi / unit


pelaksanana K3 Puskesmas mengumpulkan data dan informasi mengenai
pelaksanaan K3 di Puskesmas. Sumber data antara lain bisa dari bagian
personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka
kecelakaan, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan
sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan puskesmas sendiri antara
lain jumlah kunjungan, P3K, dan tindakan medik karena kecelakaan,
rujukanke rumah sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan
dann akibat lama berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan
akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.

Puskesmas harus membuat perencanaan yang efektif agar  tercapai


keberhasilan penerapan sistem manejemen K3 dengan sasaran yang jelas
dan dapat diukur. Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko
2. Membuat Peraturan

Puskesmas harus membuat, menetapkan dan melaksanakan SOP


(standar prosedur operasional) sesuai dengan peraturan perundangan
dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus
dievaluasi, diperbarui dan harus dikomunikasikan serta
doisosialisasikan pada keryawan dan pihak yang terkait.
3. Tujuan dan sasaran
Puskesmas harus mempertimbangkan peraturan perundang undangan,
bahaya potensial dan resiko K3 yang bisa diukur, satuan / indikator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasr penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
5. Program kesehatan dan keselamatan kerja
Puskesmas harus menetapkan dan melaksanakan program K3
Puskesmas, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan
dicatat serta dilaporkan. Untuk memudahkan penyelenggaraan K3
Puskesmas, maka perlu langkah-langkah penerapannya yaitu :

a.
Tahap persiapan
1. Komitmen harus dimulai dari kepala puskesmas. Pernyataan
komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam kata- kata,
tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapt diketahui,
dipelakari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas puskesmas
2. Menetapkan cara penerapan K3 di puskesmas
3. Pembentukan organisasi / unit pelaksana K3 di puskesmas
4. Membentuk kelompok kerja penerapan K3
5. Menetapkan sumbaer daya yang diperlukan
b.
Tahap pelaksanaan
1. Penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ke semua
petugas puskesmas
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan
kelompok didalam organisasi puskesmas
3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
diantaranya :
a. Pemeriksaan kesehatan petugas
b. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat
d. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
e. Pengobatan pekerja yang menderita sakit
f. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur 
g. Melaksanakan bilogical monitoring
h. Melaksanakan surveilans kesehatan kerja
c.
Tahap pemantauan dan evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di puskesmas adalah
salah satu fungsi manajemnen K3 Puskesmas yang berupa suatu
langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh
mana proses kegiatan K3 puskesmas itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu
kegiatan K3 Puskesmas dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi :
1. Pencatatan dan prlaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem
pelaporan puskesmas
2. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiaran untuk menilai keadaan
K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di
puskesmas dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas
K3 puskesmas sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah
sedini mungkin.
Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan
maupun pemeriksaan terhadap pekerja beresiko.
3. Melaksanakan audit K3
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, adimistrasi dan
pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan,
kebijakan danprosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan audit K3 adalah :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan
sesuai ketentuan
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensia
BAB V
LOGISTIK

1. Kebutuhan anggaran kegiatan K3 Puskesmas Paloh dari anggaran


Puskesmas Paloh;
2. Kebutuhan alat dan bahan menjadi bagian dalam perencanaan di
Puskesmas Paloh;
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Kewaspadaan merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami


perjalanan panjang. Mulai dari infeksi nasokomial yang menjadi ancaman bagi
petugas kesehatan dan pasien. Seperangkat prosedur dan pedoman yang
dirancang untuk mencegah terjadinya infeksi pada tenaga kesehatan dan juga
memutus rantai penularan ke pasien. Terutama untuk mencegah penularan
melalui darah dan cairan tubuh, seperti HIV/AIDS,HBV, dan pathogen lainnya.
Prinsip Kewaspadaan Umum dijabarkan dalam 5 kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci Tangan untuk Mencegah Infeksi Silang

Cuci tangan dilakukan :

a. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh,sekresi dan bahan


terkontaminasilain.

b. Segera setelah melepas sarung tangan

c. Di antara kontak dengan pasien

d. Tidak direkomendasikan mencuci tangan saat masih memakai sarung


tangan

e. Cuci tangan 6 langkah

f. Prosedur terpenting untuk mencegah transmisi penyebab infeksi

g. Antiseptik dan air mengalir atau handrub

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)/Perorangan (APP)

a. Sarung tangan

b. Pelindung muka

c. Masker 

d. Kaca Mata/ Goggle

e. Gaun/ Jubah/ Apron

f. Pelindung kaki

3. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai (Dekontaminasi, Steriisasi, Disenfeksi)

a. Dekontaminasi: suatau proses menghilangkan mikroorganisme


pathogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk
pengelolaan alkes bekas pakai
b. Pencucian: proses secara fisikuntuk menghilangkan kotoran terutama
bekas darah, cairan tubuh dan benda asing lainnya seperti debu,
kotoran yang menempel di kulit atau alat kesehatan.
c. Disinfeksi: suatu proses untuk menghilangkan sebagian mikroorganisme

d. Disinfeksi Tingkat Tinggi = DTT

1) Suatu proses untuk menghilangkan mikroorganisme dari alat


kesehatan kecuali beberapa endospore bakteri.
2) Alternatif penanganan alkes apabila tidak tersedia sterilisator atau
tidak mungkin dilaksanakan
3) Dapat membunuh Mikroorganisme (HBV, HIV), namun tidak
membunuh endospore dengan sempurna seperti tetanus

e. Sterilisasi

Suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme termasuk


endospore bakteri dari alat kesehatan. Cara yang paling aman untuk
pengelolaan alkes yang berhubungan langsung dengan darah.
4. Pengelolaan Jarum dan Alat Tujuan
Pengelolaan jarum dan alat tajam ditempatkan pada wadah yang terpisah
dengan limbah lain untuk mempermudah pengelolaan

5. Pengelolaan Limbah dan Sanitasi Ruangan

Pemelihan cara pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan :

a. Limbah Cair 

b. Sampah Medis

c. Sampai Rumah Tangga

d. Insinerasi

e. Penguburan

f. Disinfeksi permukaan

6. Penanganan Linen
a. Kereta dorong bersih dan kotor dipisahkan
b. Tidak boleh keluar dan masuk pada jalan yag sama

c. Tidak boleh ada perendaman di ruang perawatan

d. Pisahkan dalam kantong berwarna kuning untuk linen yang


terkontaminasi dengan darah atau kontaminan lain.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

1. Melengkapi dokumen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2. Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja terhadap


Pekerja
3. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja

4. Pembinaan dan Pengawasan Sanitasi air

5. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja

6. Pelatihan dan Penyuluhan Keselamatan Kerja untuk Pekerja

7. Memberi Rekomendasi atau Masukkan Mengenai Perencanaan, Pembuatan


Tempat Kerja dan Pemilihan Alat serta Pengadaannya terkait Keselamatan
atau Keamanan
8. Pembinaan dan Pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran
(MSPK)
9. Membuat Evakuasi, Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Keselamatan Kerja yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan puskesmas,


meliputi :
1. Pencatatan dan pelaporan K3
2. Pencatatan semua kegiatan K3
3. Pencatatan dan pelaporan KAK 
4. Pencatatan dan pelaporan PAK 
BAB IX
PENUTUP

Program K3 merupakan pelayanan baru di Puskesmas Paloh sehingga


masih memerlukan dukungan dari semua pihak.
Program K3 di puskesmas dapat diselenggarakan dengan komitmen
dari seluruh karyawan Puskesmas Paloh. Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)
yang berjalan baik diharapkan menciptakan lingkungan yang aman, sehat dan
produktif sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,
aman, dan professional bagi pasien maupun pengunjung di Puskesmas Paloh.
Demikian pedoman ini disusun agar dapat dipergunakan sebagai acuan
dalam menjalankan program K3 di Puskesmas Paloh dan senantiasa akan
dilakukan revisi sebagai bentuk penyesuaian dengan perkembangan yang
ada.

You might also like