You are on page 1of 7

Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN)

Menurut Dra. H Warkitri dan Drs. Eddy Legowo dalam modul “Pendekatan Dalam
Evaluasi Hasil Belajar”, Penilaian Acuan Norma (PAN) merupakan cara penafsiran hasil tes
hasil Belajar dengan membandingkan penampilan atau tingkah laku belajar seorang siswa
dengan siswa lain dalam satuan kelompok.
Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya “Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran, Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok.
Menurut Drs Ing. Masidjo dalam buku “Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di
Sekolah” , PAN adalah Penilaian yang memperbandingkan hasil belajar atau nilai siswa
dengan hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya.
Jadi, Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang membandingkan hasil
belajar siswa dengan prestasi yang dapat dicapai siswa dalam kelompoknya. Kelompok
yang dimaksud disini adalah jumlah semua siswa yang mengikuti tes, dapat berarti jumlah
siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi atau wilayah. Sedangkan yang dimaksud
dengan norma adalah kapasitas atau prestasi kelompok.
PAN berorientasi pada prestasi real yang dapat dicapai oleh kelompok yang
dinyatakan dalam prestasi rata-rata kelompok atau Mean. Besarnya prestasi rata-rata
kelompok atau mean tersebut sifatnya tidak pasti atau relatif. Kelompok yang bermutu
akan menghasilkan mean yang besar, sebaliknya kelompoknya yang kurang bermutu akan
menghasilkan mean yang kecil. Oleh karena itu, penilaian ini sering di sebut juga Peniaian
Acuan Relatif (PAR).

2.1 Kegunaan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Dalam menyusun tes hasil belajar, setiap guru biasanya membuat tingkat kesukaran
butir soal berdasarkan kesukaran rata-rata kelas. Berarti yang diharapkan guru dari hasil
tes hasil belajar adalah nilai 50% siswa di atas rata-rata kelas. Dan bila skor tersebut dibuat
kurva, akan menunjukkan gambar kurva normal. Lalu, pada umumnya pendekatan PAN
berdasarkan dua hal yang utama, yaitu menetapkan skor akhir siswa yang dinyatakan lulus
dan menetapkan kriteria batas kelulusan. Jadi kegunaan PAN secara umum yaitu,

1
menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta tes di dalam peringkat kelompoknya.
Diantaranya digunakan pada saat:
1. Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
2. Seleksi calon pegawai baru
3. Menentukan kelulusan siswa dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk SMA dan SMP
4. Menentukan peringkat siswa didalam kelas
5. Dan lain-lain.
Contoh penggunaan PAN dalam menentukan batas kelulusan mahasiswa dalam tes mata
kuliah statistik. Dari suatu prestasi belajar mahasiswa Psikologi Pendidikan dalam mata
kuliah statistik dengan menggunakan tes karangan diperoleh skor dari 10 mahasiswa
sebagai berikut:
Nomor Nama Skor
1 Sakti 70
2 Mandra 50
3 Guna 80
4 Pancen 60
5 Oye 70
6 Witing 70
7 Tresno 40
8 Jalaran 50
9 Soko 50
10 Kulino 60
Dapat diperoleh Mean=60, dan SD= , mahasiswa dinyatakan lulus jika memperoleh nilai
huruf minimal “D”.

Di sini kami menggunakan pemberian status nilai atau grading menjadi lima tingkat
menurut Remmers, yaitu :

Nilai A : Skor ≥ M+1,5 SD


Nilai B : Skor M+0,5 SD sampai M+1,49 SD
Nilai C : Skor M-0,5 SD sampai M+0,49 SD
Nilai D : Skor M-1,5 SD sampai M-0,51 SD
Nilai E : Skor ≤ M-1,51 SD

2
Apabila skor tersebut dinilai dengan PAN maka diperoleh nilai yang bersimbol huruf sebagai
berikut :

Nilai A : Skor, ≥ M+1,5 SD


Nilai B : Skor, M+0,5 SD sampai M+1,49 SD
Nilai C : Skor, M-0,5 SD sampai M+0,49 SD
Nilai D : Skor, M-1,5 SD sampai M-0,51 SD
Nilai E : Skor, ≤ M-1,51 SD

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Kelebihan dari penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN), yaitu:
1. Membuat guru bersikap positif dalam memperlakukan siswa sebagai individu yang
unik. Karena guru mempunyai prinsip atau pandangan bahwa setiap siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda dan menunjukan gejala seperti kurva
normal. Maka analisis prestasi belajar yang sesuai dengan prinsip tersebuat adalah
PAN.
2. Butir-butir soal khususnya tes pilihan ganda jika disusun dengan baik, yang berarti
butir soal dengan tingkat kesukaran yang rendah sampai tingkat yang sulit dan
mempunyai daya beda yang positif serta alternative jawaban berfungsi efektif, maka
hasilnya bila dianalisis dengan PAN akan merupakan informasi yang baik tentang
kedudukan prestasi siswa.
3. PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa atau calon pegawai yang dites
secara ketat. Maksudnya bila kita hanya memerlukan calon siswa atau pegawai 50
orang dari 1000 pendaftar maka analisis hasil tes kan mudah dilakukan dengan PAN.
Selain kelebihan, PAN juga memiliki kekurangan yaitu dapat melemahkan motivasi
belajar siswa yang akibatnya menjadikan kualitas siswa rendah. Hal ini dikarenakan para
siswa mempunyai sikap “asalkan skor tes dirinya sudah berada pada mean kelas berarti dia
sudah lulus atau berhasil”.

3
2.3 Konsep Dasar Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) adalah suatu penilaian yang menunjukkan sampai
batas mana kemampuan siswa mencapai kriteria kemampuan atau keberhasilan yang telah
ditentukan, dan skor yang demikian tidak tergantung dari kemampuan siswa-siswa lain.
PAP berasumsi bahwa hampir semua siswa bisa belajar apa saja, tetapi waktunya berbeda.
Konsekuensi acuan ini adalah adanya program remedial dan pengayaan. Siswa yang belum
memiliki kemampuan minimal seperti yang disyaratkan harus belajar lagi atau mengulang
lagi kegiatan belajarnya sampai kemampuannya mencapai standar minimal yang telah
ditetapkan. Sedangkan bagi siswa yang telah mencapai standar minimal, dapat menempuh
pelajaran selanjutnya atau diberi pelajaran tambahan yang dikenal dengan istilah
pengayaan.
PAP menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan harus berdasarkan patokan
atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Patokan atau kriteria yang ditentukan
sebagai batas lulus atau tingkat penguasaan minimal yang akan digunakan dalam
membandingkan hasil pengukuran. Patokan yang digunakan pada PAP bersifat tetap atau
mutlak, artinya patokan tersebut dibuat berdasarkan berbagai pertimbangan sehingga
tidak dapat lagi diubah-ubah. Pemakaian PAP sangat mudah, sebab tidak memerlukan
perhitungan statistik, tetapi yang menjadi hambatan adalah sukarnya menetapkan patokan
terutama patokan yang benar-benar tuntas.
PAP adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar
atau norma absolut. PAP pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif.
Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik
sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti
apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta
didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik.
Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi
dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya,
kriteria yang digunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya dibawah
kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial.
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan
sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan
kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah
ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya. Untuk

4
menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik
dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik.

Karakteristik PAP:
1. Dapat meningkatkan kualitas pengajaran
2. Tepat untuk penilaian sumatif
3. kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus
4. tidak perlu menghitung rata-rata

Langkah - langkah pada PAP, yaitu :


1. Menentukan terlebih dahulu persentase minimal pengusaan materi
2. Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A, B, C, D, dan E) yang digunakan
sesuai dengan prestasi yang dicapai masing-masing siswa

2.4 Kriteria Penyusunan Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Dengan menggunakan acuan kriteria, berasumsi bahwa hampir semua orang bisa
belajar apa saja, namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi dari Penilaian Acuan
Patokan (PAN) yaitu adanya program remidi (mengulang/memperbaiki), program
pengayaan, dan program percepatan. Penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan
standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Djemari, 2004). Ada hal hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP):
Penilaian hasil tes peserta didik menggunakan acuan kriterium. Maksudnya nilai
yang guru berikan kepada peserta didik harus didasarkan pada standar mutlak. Jadi guru
harus membandingkan skor mentah hasil ujian masing- masing peserta didik dengan skor
maksimal ideal yang mungkin dapat dicapai oleh peserta didik.
Penentuan nilai yang menggunakan PAP ini, tinggi rendahnya nilai masing-masing peserta
didik mutlak berasal dari tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh peserta didik yang
bersangkutan.
Dalam penerapannya, guru menuntukan nilai seorang peserta didik dengan jalan
membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimal idealnya.
Rumus yang dapat digunakan yaitu : Skor mentah/ skor maksimum ideal x 100. Setelah itu
nilai- nilai peserta didik di terjemahkan menjadi nilai huruf yang telah disepakati di setiap
sekolah. Seperti :

5
Nilai 85 ke atas = A

Nilai 75-84 = B

Nilai 65-74 =C

Nilai 55-64 = D

16
17

You might also like