Professional Documents
Culture Documents
1 BAB X Manlalin
1 BAB X Manlalin
A. Ruang lingkup
Manajemen lalu lintas adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan
sistem jalan yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu
tanpa perlu penambahan / pembuatan infrastuktur baru (Fachrurrozy, 2000).
Manajemen lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian (Malkhamah, 1995)
yaitu
1. Manajemen lalu lintas dengan melakukan perubahan sistem jalan secara
fisik, seperti : perubahan pada lay out pertemuan jalan, pengaturan
kecepatan lalu lintas dengan pengasaran permukaan jalan, pemasangan
lampu lalu lintas, dsb.
2. Manajemen lalu lintas dengan melakukan perubahan sistem jalan secara
non fisik, seperti : pengaturan dengan lampu lalu lintas, penerapan sistem
jalan satu arah, pengaturan waktu dan tempat untuk parkir, dsb.
3. Penyediaan informasi bagi pemakai jalan, seperti informasi mengenai arah,
marka pembagian badan jalan, pemberian nama jalan, informasi trayek
angkutan umum, dsb.
4. Penetapan tarif untuk pemakai prasarana lalu lintas, misalnya pemberlakuan
tarif parkir sesuai waktunya (jam sibuk atau di luar jam sibuk), tarif angkutan
umum, road pricing, dsb.
Manajemen lalu lintas (traffic management) lebih efektif diaplikasikan pada kondisi
lalu lintas belum mengalami kemacetan yang parah. Manajemen lalu lintas
menghindari pendekatan ke arah pembuatan jalan / pelebaran jalan karena selain
menimbulkan dampak sosial (penggusuran, dsb), juga terbukti tidak efektif dalam
menangani kemacetan di daerah perkotaan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam manajemen lalu lintas meliputi
1. Manajemen Kapasitas
2. Manajemen Prioritas
3. Manajemen Demand (Transport Demand Management)
C. Manajemen Prioritas
Manajemen prioritas lebih diutamakan bagi kendaraan angkutan umum
melalui penerapan jalur khusus bus (buslane), jalan khusus bus (busway), maupun
prioritas bagi kendaraan tak bermotor seperti jalur khusus sepeda, prioritas bagi
pejalan kaki, dsb.
D.1. Pendahuluan
Manajemen Kebutuhan Transportasi (Transport Demand Management)
adalah upaya untuk memperkecil jumlah perjalanan kendaraan pribadi (push) dan
mendorong pengembangan pelayanan angkutan umum (pull), sebagai bagian dari
kebijakan transportasi berkelanjutan (sustainable transportation), untuk mengurangi
kemacetan lalu lintas perkotaan (Majalah Teknik Jalan dan Transportasi, Juni 2010).
Menurut Tamin (2008), kemacetan terjadi karena pergerakan dilakukan pada
lokasi yang sama dan pada saat yang bersamaan pula. Oleh karena itu
penyelesaian persoalan kemacetan dapat dilakukan dengan :
a. Bergerak pada waktu yang sama tetapi pada lokasi yang berbeda (Location
Shift)
b. Bergerak pada lokasi yang sama tetapi pada waktu yang berbeda (Time
Shift)
c. Dapat juga bergerak pada lokasi yang sama dan waktu yang sama tetapi
dengan moda yang berbeda (LOV menjadi HOV=High Occupancy Vehicle)
(Mode Shift)
TDM perlu dikembangkan terus mengingat kondisi lalu lintas saat ini, lebih
besar volume kendaraannya (aktivitas) dibandingkan dengan ketersediaan
prasarana (transport system) sebagaimana tampak pada gambar berikut
Oleh karena itu diperlukan paradigma mendasar agar persoalan lalu lintas dapat
diatasi dengan baik. Paradigma yang sedang dikembangkan tampak pada skema di
bawah ini
Tujuan TDM pada sistem kegiatan adalah agar bangkitan pergerakan dan
dampaknya terhadap kemacetan ditekan tanpa mengurangi fungsi dan maksud
pergerakan tersebut. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
Gambar 10.5. Perbandingan kepadatan lalu lintas pada kondisi angkutan pribadi dan
pada kondisi dengan angkutan umum