You are on page 1of 24

MAKALAH

PEMARAGRAFAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”
Dosen Pengampu: Sri Nur Yuliyawati, Dra., M.Pd., Dr.

Disusun oleh:
Kelompok VI (1B-TPJJ)
Alif Sandika 221134034
Muhammad Imam 221134047
Satria Jaya Prahara 221134061

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan segala
rahmatnya sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini
tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Nur Yuliyawati yang telah
memberikantugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui
penugasan ini.
Makalah yang berjudul “Pemaragrafan” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga diharapkan bisa memberikan pemahaman
baru tentang pemaragrafan dalam Bahasa Indonesia.
Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap apa yang sudah kami tulis
bisa bermanfaat untuk banyak khalayak. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami,kami yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan
kekurangan, oleh karenaitu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang
membantupenyusunan dan membaca makalah ini.

Bandung, 25 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Pengertian Paragraf ................................................................................................ 3
B. Unsur Paragraf ........................................................................................................ 3
C. Syarat Paragraf ....................................................................................................... 8
D. Jenis-jenis Paragraf ................................................................................................. 9
E. Tujuan Pembentukan Paragraf ............................................................................. 16
F. Pola Pengembangan Paragraf ............................................................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 19
A. Simpulan ............................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan
pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara
paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-
mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf, paragraf merupakan sajian kecil
sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan
oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal).
Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan
mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri
atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini
wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena di samping
bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu
jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide
yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf
sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang
sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun
paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.

1
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas,
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan paragraf?
2. Apa saja unsur paragraf?
3. Apa syarat untuk suatu paragraf yang baik?
4. Apa saja jenis-jenis paragraf?
5. Untuk apa paragraf dibentuk?
6. Bagaimana pola pengembangan paragraf?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Memberikan penjelasan tentang apa pengertian dari paragraf.
2. Memberikan penjelasan mengenai unsur paragraf.
3. Memberikan penjelasan mengenai syarat dalam pembentukan paragraf yang
baik.
4. Memberikan penjelasan mengenai apa saja jenis-jenis paragraf.
5. Memberikan pemahaman tentang tujuan dibentuknya paragraf.
6. Memberikan pemahaman tentang pola pengembangan paragraf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paragraf
Menurut Dr. Djago Tarigan, Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis
sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan
mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Pengertian
paragraf menurut Widjono (2007: 173-174) adalah satuan bahasa tulis yang terdiri atas
beberapa kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis, dalam kesatuan ide yang
tersusun secara lengkap utuh dan padu.
Adapun pengertian lain “Paragraf atau Alinea adalah pengelompokan gagasan
dalam satu kesatuan yang runtun.” (Kusmana, 2012 :1). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung
satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru).
Menurut hasil analisis dari beberapa sumber yang memberikan keterangan
tentang paragraf, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah kesatuan kalimat
yang mengandung gagasan yang tersusun secara sistematis untuk menyampaikan
makna kalimat. Gagasan yang dimiliki suatu paragraf hanya memiliki satu pikiran
utama atau ide pokok. Ide pokok ini merupakan gagasan utama dari kalimat yang dibuat
oleh pengarang. Dengan demikian, kalimat lain yang disertakan dengan paragraf
merupakan kalimat penjelas. Pikiran utama yang terdapat dalam paragraf dapat
diletakkan di awal dan akhir kalimat. Dapat menggunakan pola deduktif (umum-
khusus) dan pola induktif (khusus-umum).

B. Unsur Paragraf
Unsur paragraf merupakan unsur-unsur pembangun di dalam paragraf. Unsur
pembangun paragraf berfungsi membentuk kalimat agar menjadi paragraf yang baik.
Misalnya, kalimat utama tanpa kalimat penjelas tidak akan membentuk paragraf yang
sempurna. Berikut ini adalah unsur-unsur pembangun paragraf.

3
1. Topik atau Gagasan Utama
Topik atau gagasan utama merupakan informasi yang menjadi topik
pembicaraan permasalahan di dalam paragraf. Intinya, gagasan utama layaknya
jiwa yang menghidupkan sebuah paragraf agar menarik di mata pembaca.
2. Kalimat Utama
Unsur pembangun yang kedua adalah kalimat utama. Kalimat utama
berisi gagasan utama yang diletakkan secara tersurat pada awal atau akhir
paragraf. Namun, kalimat utama dapat juga ditemukan pada awal dan akhir
paragraf. Kalimat utama bersifat umum dan akan dikembangkan oleh kalimat-
kalimat pendukung lainnya.
3. Kalimat Penjelas atau Pendukung
Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari
gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisi gagasan
penjelas. Ciri-ciri kalimat penjelas adalah sebagai berikut:
a. Sering berupa kalimat yang tidak berdiri sendiri (dari segi arti);
b. Arti kalimat ini terkadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat
lain dalam satu paragraf;
c. Pembentukannya sering memerlukan pembentukan kata sambung dan frase
transisi;
d. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang
bersifat mendukung kalimat utama.
4. Konjungsi
Konjungsi adalah kata sambung atau kata penghubung. Konjungsi dalam
bahasa Indonesia ada dua jenis, yaitu konjungsi intrakalimat dan konjungsi
antarkalimat.
a. Konjungsi Intrakalimat
Menurut Wijayanti, dkk. (2013), konjungsi intrakalimat adalah
konjungsi yang terletak di tengah kalimat. Konjungsi ini menghubungkan
dua kata frasa, maupun klausa. Karena letaknya yang berada di tengah
kalimat, maka konjungsi tidak diawali huruf kapital. Selain itu, beberapa

4
konjungsi intrakalimat perlu diikuti tanda koma, tetapi ada pula yang tidak.
Konjungsi intrakalimat terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Konjungsi koordinatif
Menurut Chaer (2008), konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya
setara. Konjungsi koordinatif dibagi kembali menjadi beberapa
macam, antara lain :
a) konjungsi koordinatif yang menyatakan pertentangan,
contohnya tetapi dan sedangkan;
b) konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan,
yakni dan dan serta;
c) konjungsi koordinatif yang menyatakan penegasan,
contohnya apalagi dan lagipula;
d) konjungsi koordinatif yang menyatakan pemilihan, yaitu atau;
e) konjungsi koordinatif yang menyatakan penyamaan,
contohnya adalah, ialah, yaitu, dan yakni;
f) konjungsi koordinatif yang menyatakan pembetulan,
yaitu melainkan;
g) konjungsi koordinatif yang menyatakan pembatasan,
yakni kecuali dan hanya;
h) konjungsi koordinatif yang menyatakan urutan kejadian,
contohnya lalu, kemudian, selanjutnya.
2) Konjungsi subordinatif
Kebalikan koordinatif, konjungsi subordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa) yang
tidak setara. Dalam hal ini, ada klausa yang kedudukannya lebih
tinggi (induk kalimat) dan lebih rendah (anak kalimat).
Ada sejumlah jenis konjungsi subordinatif, di antaranya:
a) konjungsi subordinatif yang menyatakan sebab, contohnya
karena, sebab, gara-gara, dan lantaran;

5
b) konjungsi subordinatif yang menyatakan tujuan, misalnya
untuk, supaya, agar, guna, bagi, dan demi;
c) konjungsi subordinatif yang menyatakan syarat, contohnya
kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana, dan asal;
d) konjungsi subordinatif yang menyatakan perbandingan,
contohnya seperti, sebagai, bagai, laksana, dan seumpama;
e) konjungsi subordinatif yang menyatakan pengandaian,
misalnya andai, andaikan, andai kata, dan seandainya;
f) konjungsi subordinatif yang menyatakan penyungguhan,
seperti meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun,
dan kendatipun;
g) konjungsi subordinatif yang menyatakan kesewaktuan,
contohnya ketika, waktu, sewaktu, saat, tatkala, selagi,
sebelum, sesudah, setelah, sejenak, dan semenjak;
h) konjungsi subordinatif yang menyatakan batas akhir, seperti
sampai, hingga, dan sehingga.
3) Konjungsi korelatif
Mansur (2014) mendefinisikan konjungsi korelatif sebagai
konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, ataupun klausa yang
status sintaksisnya sama. Konjungsi ini terbagi menjadi dua bagian
dan biasanya dipisahkan oleh kata, frasa, maupun klausa.
Meskipun terbagi menjadi dua, bagian-bagian konjungsi
korelatif selalu bersanding dan tidak bisa dipisahkan. Contoh dari
konjungsi korelatif adalah:
• baik ... maupun;
• antara ... dan;
• entah ... entah;
• jangankan ... pun;
• tidak hanya ... tetapi juga;
• bukan hanya ... melainkan juga;
• demikian ... sehingga; dan

6
• sedemikian rupa ... sehingga.
b. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat merupakan konjungsi atau kata
sambung yang menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat lain.
Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai kalimat baru. Konjungsi
antarkalimat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dalam gagasan; contoh
konjungsinya: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu,
walaupun demikian/begitu, dan meskipun demikian/begitu.
Contohnya dalam kalimat, “Kami kurang setuju dengan usulan dia.
Biarpun begitu, kami tetap menghargainya”.
2) Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa; contoh
konjungsinya: seperti, sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
Contohnya dalam kalimat, “Kami akan memulai perjalanan ini
dengan berjalan kaki. Sesudah itu, kami akan beristirahat di rumah
penduduk”.
3) Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan
sebelumnya; contoh konjungsinya, sebaliknya.
Contohnya dalam kalimat, “Kita jangan terus menebang pohon-
pohon di hutan ini. Sebaliknya, kita harus menanam pohon baru”.
4) Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya; contoh
konjungsinya: sesungguhnya dan bahwasanya.
Contohnya dalam kalimat “Kita dilanda banjir besar tahun ini.
Sesungguhnya, bencana ini telah kita ramalkan tahun kemarin”.
5) Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya;
contoh konjungsinya, malahan dan bahkan.
Contohnya dalam kalimat: “Rumah-rumah di Kalimantan
kebanyakan didirikan di tepi sungai. Bahkan, ada kampung di tengah
laut yang dangkal”.
6) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan
sebelumnya; contoh konjungsinya, namun dan akan tetapi.

7
Contohnya pada kalimat, “Keadaannya memang sudah aman. Akan
tetapi, kita tetap harus waspada”.
7) Konjungsi yang menyatakan konsekuensi; contoh konjungsinya,
dengan demikian.
Contohnya dalam kalimat, “Kamu telah setuju dengan persyaratan
ini. Dengan demikian, kamu pun harus menanggung semua
risikonya”.
8) Konjungsi yang menyatakan akibat; contoh konjungsinya, oleh
karena itu dan oleh sebab itu.
Contoh dalam kalimat “Kami sudah melarang mereka berburu di
hutan, tetapi mereka tetap nekat. Oleh karena itu, biar mereka
rasakan sendiri akibatnya”.
9) Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang
dinyatakan sebelumnya; contoh konjungsinya sebelum itu.
Contohnya dalam kalimat, “Polisi hutan menangkap dua pemburu
liar. Sebelum itu mereka menangkap lima orang pemburu liar.

C. Syarat Paragraf
1. Kesatuan
Kesatuan dalam suatu paragraf maksudnya bahwa seluruh kalimat yang
membina paragraf tersebut secara bersama-sama menyatakan satu pokok pikiran
atau gagasan tersebut.
2. Kepaduan
Koherensi atau kepaduan yang baik dapat diartikan dengan adanya
keserasian hubungan timbal balik antarkalimat yang membentuk suatu paragraf.
Kepaduan sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan beberapa hal,
seperti pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan
kesejajaran (paralelisme).
3. Kelengkapan
Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas
yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak

8
lengkap apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-
pengulangan, atau kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan
demikian, paragraf yang mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas
beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki
satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan memahami
makna detail dalam paragraf.

D. Jenis-jenis Paragraf
1. Berdasarkan Wujudnya
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka adalah paragraf yang terdapat pada awal karangan
yang berfungsi memancing rasa keingintahuan pembaca terhadap isi teks
atau bacaan secara keseluruhan.
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan
bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
diuraikan.
Contoh:
Semakin hari timbunan sampah di dunia semakin bertambah.
Sedangkan tempat untuk menimbun sampah-sampah tersebut semakin
sempit. Teknologi yang sudah semakin tinggi pun dinilai tidak mampu
memusnahkan semua sampah yang ada. Salah satu cara yang saat ini
digunakan untuk memecah masalah sampah adalah mengurai sampah-
sampah yang sudah tidak dapat dipergunakan semaksimal mungkin dengan
mendaur ulang sampah yang masih bisa dimanfaatkan. Kerusakan yang
terjadi pada hutan akan sangat berdampak pada seluruh populasi yang
tinggal di kawasan hutan dan sekitarnya.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan
kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf
pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis
karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif,

9
eksposisif, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu
perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan
pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan
untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan
pendapat pengarang.
Contoh:
Arti daur ulang yakni penggunaan kembali material-material yang
sudah tidak dipakai untuk dijadikan produk lain. Daur ulang dinilai bisa
mengurangi jumlah sampah serta bisa dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku suatu produk. Selain itu, daur ulang bisa menghemat
energi yang harus dikeluarkan suatu pabrik. Berbagai material yang bisa
didaur ulang antara lain kertas, gelas, plastik, aluminium, dan baja.
Langkah-langkah untuk melakukan daur ulang yakni:
• Memisahkan material yang bisa didaur ulang dengan sampah yang
harus dibuang. Pastikan material yang akan kamu daur ulang dalam
keadaan kosong dan bersih.
• Simpan material yang akan didaur ulang ke dalam kotak tertutup.
• Kirim atau jual material daur ulang ke pabrik yang memerlukan
material tersebut.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau
penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap
penting. Contoh paragraf penutup :
Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami
dirikan mendapat rida dari Tuhan YME. serta bermanfaat bagi sesama.
Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
2. Berdasarkan Cara Penyampaiannya
a. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang isinya menceritakan suatu
peristiwa atau sebuah masalah, sehingga membuat pembaca menjadi
terhibur atau terharu. Berdasarkan sifatnya, ada dua macam narasi yakni

10
yang berupa fakta dan fiksi. Ciri-ciri paragraf narasi ialah terdapat tokoh,
waktu dan latar kejadian yang jelas, serta konflik. Selain itu, pada paragraf
naratif juga memiliki alur atau jalan cerita yang akan dibawa.
Contoh:
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie
merupakan salah seorang tokoh anutan dan menjadi kebanggaan bagi
banyak orang di Indonesia. Presiden ketiga Republik Indonesia itu
dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau
merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul
Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada 12 Mei
1962 ini dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare,
Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan
Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang
kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas sejak masih duduk di sekolah
dasar.
b. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu
keadaan atau suatu objek dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca
seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami
peristiwa tersebut.
Pada paragraf deskriptif biasanya akan menggambarkan suatu benda,
orang, makhluk, tempat, dan sebagainya dengan penggambaran yang jelas.
Hasil penggambaran tersebut berasal dari indra (melihat, mendengar,
meraba, atau merasakan).
Paragraf deskripsi mempunyai empat pola pengembangan, yaitu
deskripsi spasial, deskripsi sudut pandang, deskripsi pengamatan
(observasi), dan deskripsi fokus.

11
Contoh:
Buah kersen (ceri) merupakan buah yang memiliki nama ilmiah
Muntingia calabura. Buah ini berbentuk bulat kecil dan berwarna hijau saat
baru berupa putil. Menjelang matang, warna buah ini akan menguning dan
perlahan-lahan menjadi merah saat matang. Diameter buahnya berkisar 1-
1,5 cm. Tekstur buah ini sangat indah dan mirip seperti biji-bijian karena
bentuknya sangat kecil, serta memiliki rasa manis yang khas.
c. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan menerangkan
suatu pokok persoalan yang dapat memperluas wawasan pembaca.
Paragraf eksposisi ini bersifat ilmiah atau nonfiksi. Sumber untuk
penulisan paragraf eksposisi berasal dari hasil pengamatan, penelitian atau
pengalaman. Terdapat beberapa bentuk paragraf eksposisi, yaitu definisi,
klasifikasi, proses, ilustrasi, berita, pertentangan, perbandingan, dan
analisis.
Contoh:
Kentang adalah umbi bawah tanah yang tumbuh di akar tanaman kentang,
Solanum tuberosum. Tanaman ini berasal dari keluarga nightshade dan
terkait dengan tomat dan tembakau. Kentang asli Amerika Selatan dan
dibawa ke Eropa pada abad ke-16 dan sekarang ditanam dalam varietas
yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Kentang umumnya dimakan
direbus, dipanggang, atau digoreng dan sering disajikan sebagai lauk atau
camilan.
d. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan
pendapat penulis agar pembaca menerima pendapatnya. Dasar tulisan
argumentasi adalah berpikir kritis dan logis berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Jenis paragraf ini juga harus dijauhkan dari emosi dan unsur subjektif. Jenis
paragraf ini memiliki tiga pola, yaitu pola analogi, pola generalisasi, dan
pola hubungan sebab akibat.

12
e. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasif adalah paragraf ajakan yang isinya bertujuan
untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca agar tertarik dengan
gagasan penulis.
Paragraf persuasif memiliki ciri yaitu berusaha meyakinkan
seseorang atau pembaca serta membuat hati pembaca tergerak untuk
melakukan apa yang dikehendaki penulis.
Contoh paragraf persuasif yang sering ditemukan adalah propaganda
yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi. Selain itu, iklan juga sering
menggunakan paragraf persuasif, mengingat tujuannya untuk
mempromosikan produk dan menarik perhatian konsumen.
3. Berdasarkan Letak Kalimat Utama
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif secara sederhana adalah suatu paragraf yang ide
pokok atau gagasan utamanya terletak pada awal paragraf. Paragraf
deduktif ini umumnya membahas mengenai pernyataan umum dengan
kalimat pendukung untuk memperjelas pernyataan itu. Dengan kata lain,
paragraf deduktif bisa diartikan sebagai suatu paragraf yang dimulai dari
sesuatu yang umum, kemudian diberi kalimat pendukung, dan di akhir
dengan penjelasan atau kesimpulan khusus. Untuk membedakan paragraf
deduktif dengan yang lainnya, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
ciri-cirinya, yaitu:
1) Ide pokok terletak di awal paragraf
Sesuai dengan pengertiannya, paragraf deduktif ini memiliki
gagasan utama pada awal paragraf atau di awal kalimat. Setelah
paragraf utama umumnya dilanjutkan dengan kalimat penjelasan.
2) Pola paragraf dimulai dari umum ke khusus
Jadi bisa dibilang paragraf deduktif jika digambarkan berbentuk
prisma terbalik di mana dimulai dari hal-hal yang umum kemudian
diakhiri dengan kalimat khusus.

13
3) Dimulai dengan kalimat pernyataan umum
Seperti yang telah dijelaskan, paragraf deduktif ini dimulai
dengan kalimat pernyataan umum. Pernyataan umum ini maksudnya
adalah memaparkan gagasan-gagasan secara luas, tetapi tetap
memuat gagasan utama.
4) Kalimat Utama Dibuat Lebih Fokus
Kalimat utama yang diperincikan ini supaya bisa menjelaskan
gagasan utama dari paragraf tersebut.
Contoh paragraf deduktif:
Indonesia diklaim sebagai negara dengan kepulauan terbesar yang
ada di dunia. Sebab, menurut penelitian, pulau di Indonesia mencapai lebih
dari 17.000. Jumlah itu disebut-sebut menjadi yang terbanyak di dunia. Di
antara 17.000 pulau itu, 7.000 di antaranya pulau di Indonesia ini
berpenghuni. Pulau-pulau itu tersebar di 34 provinsi. Dengan status sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia berpotensi untuk menjadi
poros maritim dunia. Nantinya, hal tersebut tentunya akan memberikan
keuntungan bagi Indonesia di berbagai bidang.
b. Paragraf Induktif
Jika paragraf deduktif gagasan utamanya ada di depan atau di awal
paragraf, maka paragraf induktif adalah kebalikannya. Artinya, paragraf
induktif ini meletakkan ide pokok atau gagasan utamanya di akhir paragraf.
Sementara itu awal paragraf induktif ini diisi dengan penjelasan atau
kalimat pendukung yang memperjelas mengenai topik yang dibahas untuk
mendapatkan kesimpulan secara umum lebih dulu. Salah satu tantangan
yang dihadirkan dalam penulisan paragraf induktif ini adalah penulis
dituntut agar bisa memberikan gambaran yang mengarahkan pembaca agar
bisa membaca hingga kesimpulan akhir. Salah satu syarat penulisan
paragraf induktif adalah menuliskan kata penghubung atau konjungsi agar
tiap kalimat bisa saling berhubungan atau berkesinambungan. Misalnya
seperti, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, dengan demikian,

14
akhirnya, dan sebagainya. Untuk mengidentifikasi paragraf induktif ada
beberapa cara, yaitu:
1) Kalimat khusus didahulukan
Kalimat khusus ini merupakan kalimat yang akan memberikan
sedikit gambaran umum mengenai gagasan utama.
2) Pola paragraf dimulai dari umum ke khusus
Seperti yang telah dijelaskan bahwa paragraf induktif ini
dimulai dari khusus lebih dulu, kemudian kalimat penjelasan, dan
kemudian gagasan utama dari kalimat.
3) Gagasan utama merupakan sebuah kesimpulan
Kesimpulan pada paragraf induktif ini bersifat umum dan
diletakkan di akhir paragraf. Hal tersebut menuntut penulis agar bisa
menuliskan paragraf yang menarik dan bisa menggiring pembaca.
4) Kalimat utama berada pada akhir paragraf
Kalimat utama terletak di akhir paragraf ini seperti diketahui
menjadi ciri-ciri utama dari paragraf induktif. Kalimat utama ini
bersifat umum dan berada di akhir dan digunakan sebagai
kesimpulan.
Contoh paragraf induktif :
Membuang sampah sembarangan merupakan masalah pelik yang
sulit diselesaikan di Kota Jakarta. Padahal, kebiasaan tersebut bisa
memberikan dampak yang tidak baik bagi kehidupan mereka sehari-
hari. Sampah yang dibuang secara sembarangan itu terbukti menghambat
aliran sungai dan menyebabkan terjadinya bencana banjir. Oleh sebab itu,
tidak heran jika banjir di Jakarta ini bisa terjadi akibat sampah-sampah
yang dibuang secara sembarangan.
c. Paragraf Campuran
Paragraf campuran deduktif-induktif ini merupakan kombinasi
dari dua metode paragraf. Sehingga gagasan atau ide utamanya
terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun gagasan atau
ide paragraf dijelaskan dua kali dalam satu paragraf, bukan berarti

15
kalimat penjelasannya berlawanan. Hal ini dilakukan untuk
mempertegas gagasan utama di awal kalimat dalam paragraf. Contoh
paragraf campuran :
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol
merupakan faktor risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang
terserang penyakit jantung koroner. Hampir 80 persen penderita jantung
koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh.
Bahkan, di Amerika, hampir 90 persen penderita jantung koroner
disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi.
Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan
oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian,
kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.

E. Tujuan Pembentukan Paragraf


Paragraf dibentuk agar memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
memisahkan pikiran utama yang satu dengan pikiran utama yang lain. Memisahkan
dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal untuk memungkinkan kita
berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat.

F. Pola Pengembangan Paragraf


Ada beberapa teknik untuk pengembangan paragraf. Berikut ini teknik pengembangan
paragraf :
1. Pola Perbandingan Serta Pertentangan
Penulis akan memperlihatkan kepada pembaca tentang persamaan serta
perbedaan dari orang, objek, serta gagasan tertentu. Umumnya pola
pengembangan paragraf dengan perbandingan serta pertentangan, akan
menggunakan kata-kata:
• Serupa dengan;
• (Sama) seperti halnya;
• Demikian pula;
• Jika atau bila dibandingkan dengan;

16
• Sejalan dengan;
• Akan tetapi;;
• Sedangkan;
• Sementara itu.
Contohnya adalah cara memakan nasi. Perbandingannya terletak dari cara
memakannya, ada yang menggunakan sendok dan ada juga yang menggunakan
sumpit. Walau berbeda, namun persamaannya adalah membahas tentang cara
memakan nasi.
2. Pola Analogi
Pola analogi digunakan jika ingin menggambarkan sebuah objek yang bisa
digambarkan dengan menggunakan objek lain yang memiliki kesamaan.
Umumnya pola ini dibantu dengan berbagai kata kiasan, seperti 'ibaratnya' dan
'bagaikan'. Analogi berarti membandingkan dua hal yang berbeda, namun tetap
memperhatikan adanya kesamaan dari dua hal tersebut. Contohnya adalah
menganalogikan cara membangunkan seseorang. Misalnya ada yang
membangunkan dengan berteriak, namun ada juga yang dengan menepuk
pundak. Caranya memang berbeda, namun kesamaannya adalah sama-sama cara
membangunkan seseorang.
3. Pola Sebab dan Akibat
Pola pengembangan ini dilakukan dengan cara menerangkan sebuah
kejadian dari sudut pandang sebab dan akibat. Biasanya menggunakan kata,
seperti 'padahal', 'akibatnya', 'karena', serta 'oleh karena itu'. Tidak hanya
menerangkan, pola ini juga bisa digunakan dengan cara menjadikan kejadian
penyebab sebagai gagasan utamanya serta kejadian akibat sebagai
pengembangnya. Hal ini bisa dilakukan berkebalikan, yakni kejadian akibat
sebagai dasarnya dan kejadian penyebab sebagai gagasan utamanya. Contohnya
adalah kejadian akibat yakni terlambat datang ke sekolah. Kejadian sebabnya
adalah bangun kesiangan, ban kendaraan bocor, dan lain sebagainya.
4. Pola Definisi
Sama seperti namanya, pola ini dilakukan dengan cara menjelaskan
pengertian atau definisi dari sebuah istilah yang digunakan. Biasanya

17
menggunakan kata-kata, seperti 'adalah', 'ialah', 'merupakan, dan 'yaitu'.
Umumnya kata 'adalah' akan digunakan jika menggambarkan suatu hal yang
sudah didahului dengan kata benda. Sedangkan untuk kata 'yaitu' digunakan
untuk mendefinisikan suatu hal yang telah didahului oleh kata kerja atau sifat.
Untuk kata 'ialah' digunakan untuk memberi pengertian tentang rupa atau wujud.
Kata 'merupakan' digunakan sebagai kata pakai. Contohnya adalah 'Buku ini
merupakan miliknya', 'Buku adalah sumber ilmu', 'Saat ini yang perlu dikerjakan
ialah membaca buku', serta 'Saya memiliki satu barang favorit yaitu buku'.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Widjono (2007: 173-174) mengemukakan bahwa paragraf adalah satuan bahasa
tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis, dalam
kesatuan ide yang tersusun secara lengkap utuh dan padu.
Paragraf adalah kumpulan kalimat atau kelompok gagasan dalam kesatuan ide
yang tersusun secara utuh, logis, dan sistematis. Ada empat unsur pembangun di dalam
paragraf: topik atau gagasan utama; kalimat utama; kalimat penjelas atau pendukung;
serta konjungsi.
Syarat dari suatu paragraf: kesatuan, bahwa seluruh kalimat yang membina
paragraf tersebut secara bersamaan menyatakan satu pokok pikiran; kepaduan, yaitu
adanya keserasian antarkalimat; serta kelengkapan, yaitu paragraf harus dibangun atas
beberapa kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik.

B. Saran
Pembuatan paragraf dalam suatu teks merupakan hal yang cukup penting. Paragraf
merujuk kepada satu topik yang diangkat dalam suatu teks. Keterkaitan antarparagraf juga
harus diperhatikan betul-betul agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi kepada pembaca.
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan
untuk pembaca juga penulis sendiri. Penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan
dan ejaan kata serta kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti, maupun kurang lugas.
Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah yang penulis
susun. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan bermanfaat bagi banyak pembaca,
terlebih untuk penulis sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Rifan. 2020. Apa itu Paragraf Deduktif, Induktif, dan Campuran?
https://www.suara.com/news/2020/12/03/165103/apa-itu-paragraf-deduktif-
induktif-dan-campuran [25 Februari 2023]
Astuti, Sri Puji, 2018. Keterampilan Menulis Paragraf Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/nusa/article/download/21321/14295#:~:text
=Pengertian%20paragraf%20menurut%20Widjono%20(2007,secara%20lengkap
%20utuh%20dan%20padu [24 Februari 2023]
Kusmana, Prof. Dr. H. Suherli, M.Pd. 2012. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung:
Rosdakarya.
Nailufar, Nibras Nada. 2021. Pola Pengembangan Paragraf.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/18/160527869/pola-pengembangan-
paragraf?page=all#:~:text=Mengutip%20dari%20Jurnal%20Bahasa%20dan,pen
jelas%20yang%20ada%20dalam%20paragraf [24 Februari 2023]
Tim CNN Indonesia. 2023. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama, Fungsi, dan
Isinya https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230129233631-569-
906330/jenis-paragraf-berdasarkan-letak-kalimat-utama-fungsi-dan-
isinya#:~:text=Nah%2C%20jenis%20paragraf%20berdasarkan%20fungsinya,eks
posisi%2C%20persuasif%2C%20dan%20argumentatif [24 Februari 2023]
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
_____. 2022. Paragraf Deduktif dan Induktif: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/paragraf-deduktif-dan-induktif-adalah
Heryansyah, Tedy Rizkha. 2020. Pengertian dan Jenis-jenis Konjungsi Antarkalimat |
Bahasa Indonesia Kelas 12. https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-dan-
jenis-jenis-konjungsi-antarkalimat [25 Februari 2023]
https://www.idntimes.com/life/education/seo-intern/konjungsi-intrakalimat?page=all
https://www.academia.edu/24274800/MAKALAH_tentang_PARAGRAF_bhs_INDONESIA

20
http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id/2013/03/menyusun-paragraf-yang-
baik/#:~:text=Syarat%20Paragraf%20yang%20Baik,-
Tidak%20semua%20kumpulan&text=Paragraf%20yang%20baik%20hendaklah%
20memenuhi,%2Dfakta%20atau%20contoh%2Dcontoh.
https://mamikos.com/info/contoh-paragraf-pembuka-pljr/
https://www.merdeka.com/trending/aneka-contoh-paragraf-narasi-lengkap-bisa-jadi-
referensi-belajar-kln.html
https://www.merdeka.com/trending/9-contoh-paragraf-deskripsi-dalam-bahasa-indonesia-
ketahui-pengertiannya-kln.html
https://www.merdeka.com/jateng/7-jenis-paragraf-eksposisi-beserta-contohnya-perlu-
diketahui-kln.html

21

You might also like