You are on page 1of 31

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Studi Kasus

Bab ini menguraikan hasil pengelolaan kasus beserta

pembahasannya yang meliputi penjabaran data umum dan data khusus

serta analisis mengenai pemberian intervensi posisi semi fowler dan teknik

pursed lips breathing pada pasien PPOK : pola napas tidak efektif di

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

4.2. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Studi kasus ini dilakukan di RS Panti Waluyo yang terletak di Jl.

Slamet Riyadi No.542, Kerten, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa

Tengah. RS Panti Waluyo merupakan rumah sakit swasta tipe C dengan

fasilitas pelayanan yang meliputi pelayanan rawat jalan dan pelayanan

rawat inap didukung fasilitas penunjang. Pelayanan rawat jalan meliputi 23

klinik yang didukung oleh dokter umum dan spesialis yang kompeten.

Sedangkan kapasitas tempat tidur untuk pelayanan rawat inap sejumlah

150 tempat tidur yang terdiri dari kelas super VIP, kelas VIP, kelas I, kelas

II dan kelas III.

40
41

4.3. Pemaparan Fokus Studi

4.3.1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 06

Februari 2023 jam 11.00 didapatkan identitas 1 pasien yaitu Ny.A

berusia 34 tahun dengan jenis kelamin perempuan, bertempat

tinggal di Jajar Laweyan, pasien masuk pada tanggal 05 Februari.

Penanggung jawab pasien berinisial Tn.A mempunayi hubungan

dengan pasien sebagai suami.

Alasan Ny.A datang ke RS Panti Waluyo pada tanggal 5

Februari 2023 yaitu Ny.A mengeluh sesak napas sejak 3 hari yang

lalu, pasien juga mengeluh nyeri saat bernapas, setelah dilakukan

pengkajin didapatkan tanda-tanda vital TD : 100/70 mmHg, nadi

90x/menit, pernapasan 28x/menit, suhu 36 dan saturasi oksigen

97%, pasien terpasang oksigen nasal kanul. Riwayat kesehatakn

dahulu pasien mengatakan pernah dirawat dengan penyakit yang

sama dan sudah menderita TB paru selama 1 tahun, riwayat

kesehatan keluarga pasien mengatakan didalam keluarganya tidaka

da riwayat penyakit keturunan seperti DM ataupun hipertensi.

Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan rumanya bersih

dan nyaman untuk ditinggali.

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan paien

mengatakan kesehatan itu penting, jika ada anggota keluarga yang

sakit selalu dibawa ke pelayanan kesehatan. Pola nutrisi dan


42

metabolik pasien selama sakit pasien makan 3x sehari secara

teratur, habis 1 porsi dan tidak ada keluhan, pola eliminasi pasien

selama sakit pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 4x sehari

serta tidak terdapat keluhan. Didapatkan hasil keseimbangan cairan

pasien hasil intake 24000 dan hasil output 2560 cc dengan hasil

balance cairan -160cc. Dalam beraktivitas selama sakit pasien

dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Selanjutnya pola istirahat dan tidur pasien selama sakit pasien

mengatakan tidak pernah tidur siang dan tidur malam selama 6

jam, pasien mengatakan sering terbangun apabila batuk. Selama

pasien di rumah sakit dirinya mengatakan sakit yang di deritanya

merupakan ujian dari Allah. Selama sakit hubungan dengan

keluarga terjalin dengan baik dan hubungan dengan masyarakat

juga tidak terdapat masalah. Pola mekanisme koping pasien yaitu

paien mengatakan maalah yang dihadapi sekarang selalu

dibicarakan dan diselesaikan dengan musyawarah bersama

keluarga. selama sakit pasien juga beribadah shalat 5 waktu namun

hanya di tempat tidur.

Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien, kesadaran pasien

composmentis E4V5M6. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan tekana darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit,

pernapasan 28x/menit, suhu 36 dan saturasi oksigen 97%,

Pengkajian nyeri didapatkan hasil P : pasien mengatakan nyeri


43

bertambah saat bernapas, Q : pasien mengatakan nyeri seperti

tertimpa, R : pasien mengatakan nyeri di dada, S : pasien

mengatakan skala nyeri 3, dan T : pasien mengatakan nyeri timbul

saat bernapas. Pemeriksaan kepala didapatkan hasil bentuk kepala

bulat, kulit kepala bersih dan tidak ada lesi serta rambut hitam

lurus. Pemeriksaan mula didapatkan hasil pada mata palpebral

tidak ada edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

pupil tidak isokor dengan diameter kiri dan kanan 4mm/4mm,

reflek terhadap cahaya baik dan tidak terdapat penggunaan alat

bantu penglihatan. Pada hidurng pasien bersih tidak ada edema

namun terdapat pernapasan cuping hidung. Pada mulut didapatkan

mukosa bibir lembab, gigi bersih tidaka da yang berlubang dan

tidak terdapat pembengkakan pada gusi serta pada bagian telinga

besih dan pendengaran pasien baik.

Pada pemeriksaan leher didapatkan hasil tidak terdapat

pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan pada dada yang pertama

yaitu paru-paru dengan hasil pemeriksaan inspeksi : simetris,

pengembangan paru-paru kanan dan kiri sama, palapsi : tidak ada

nyeri tekan, perkusi : suara sonor diseluruh lapang paru serta hasil

auskultasi : terdapat bunyi napas tambahan ronkhi. Pemeriksaan

dada yang kedua yaitu jantung didapatkan pemeriksaan inspeksi :

ictus cordis terlihat di ICS 4-5, palpasi : tidak ada nyeri tekan,

perkusi : suara pekak dan asukultasi : terdengar bunyi jantung 1


44

dan bunyi jantung 2. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil

inspeksi : tidak ada lesi dan pembengkakan, auskultasi : bising

usus 18x/menit, perkusi : suara tympani dan palapsi : tidak terdapat

nyeri tekan pada perut. Pemeriksaan genetalia pasien berjenis

kelamin perempuan dan tidak terpasang DC, pemeriksaan rektum

tidak terdapat pembengkakan. Pada pemeriksaan ekstremitas atas

dan bawah didapatkan hasil pada ekstremitas atas yaitu kekuatan

otot kanan dan kiri 5/5, ROM kanan dan kiri bisa fleksi dan

ekstensi, tidak terdapat perubahan bentuk tulang, perabaan akral

hangat dan tidak terdapat edema. Pada ekstremitas bawah yaitu

kekuatan otot kanan dan kiri 5/5, ROM kanan dan kiri bisa fleksi

dan ekstensi, tidak terdapat perubahan bentuk tulang, perabaan

akral hangat dan tidak terdapat edema.

Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada 04 Februari 2023 didapatkan hasil pemeriksaan

darah : hemoglobin 12.50 g/dL (normal), hematrokrit 38.90 %

(normal), eritrosit : 5.23 juta/mm^3 (abnormal), leukosit 5.420

/mm^3 (normal), trombosit : 207.000 u/L (normal), basofil : 0.7 %

(normal), eosinofil : 3.8 % (normal), neutrofil 55.4 % (normal),

limfosit 33.1 % (normal), mosoit : 7.0 % (normal), NLR : 1.67 %

(normal), MCV : 74 FL (abnormal), MCH : 2.40 pg (normal),

MCHC : 32 % (normal). Terapi medis yang diberikan kepada

Ny.A yaitu infus RL dan obat isoniazid 450 mg/dl.


45

Pada tanggal 06 Februari 2023 didapatkan data subjektif

pasien mengeluh sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Data objektif

didapatkan pasien tampak sesak napas, auskultasi ronkhi di paru,

pasien terpasang oksigen 4 l/menit dan tanda-tanda vital tekanan

darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan28x/menit, suhu

36 dan saturasi oksigen 97%,

4.3.2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan utama pada studi kasus ini yaitu

pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (nyeri) d.d

pasien mengeluh sesak napas (dyspnea) (D.0005).

4.3.3. Intervensi Keperawatan

Prioritas diagnosis keperawatan pertama yaitu pola napas

tidak efektif b.d hambatan upaya napas (nyeri) d.d pasien

mengeluh sesak napas (dyspnea) (D.0005). Tujuan tindakan

keperawatan yang dilakukan selama 3x24 jam diharapkan pola

napas membaik dengan kriteri hasil (L.01004) : dyspnea menurun,

pernapasan cuping hidung menurun, frekuensi napas membaik.

Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian

penulis menyusun rencana keperawatan menurut SLKI (2019).

Menyusun langkah tindakan, intervensi dilakukan secara urut

sesuai OTEK (Observasi, Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi).

Berdasarkan
46

SIKI Manajemen jalan napas (I.01011) observasi : monitor pola

napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas), monitor bunyi

napas tambahan (gurgling, wheezing, mengi, ronkgi kering),

monitor saturasi oksigen. Terapeutik : posisikan pasien semi fowler

atau fowler dan teknik pernapasan pursed lips. Edukasi : anjurkan

auspan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontra indikasi. Kolaborasi :

kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran mukolitik, jika

perlu.

4.3.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan penulis

adalah memberikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan

pused lips yang dilakukan selama sehari 3x dalam 3 hari berturut-

turut terhitung tanggal 06 Februari – 08 Februari 2023 setiap

harinya dilakukan tiga kali selama 15 menit untuk meningkatkan

saturasi oksigen. Penulis melakukan tindakan pertama pada tanggal

06 Februari 2023 yaitu memberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang pertama. Sebelum dilakukan tindakan

penulis memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha

napas) pada pukul 07.30 didapatkan data subjektif pasien

mengeluh sesak napas 3 hari yang lalu. Data objektif pasien

tampak sesak napas, terdapat bunyi napas tambahan ronkhi di paru,

tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan

28x/menit, suhu 36 dan saturasi oksigen 93%. Selanjutnya pada


47

pukul 08.00 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang pertama dan didapatkan data subjektif

pasien mengatakan bersedia diberikan tindakan. Data objektif

pasien tampak paham dan mengulangi tindakan, tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan 25x/menit, suhu

36,5 dan saturasi oksigen 96%. Kemudian pada pukul 12.30

penulis memonitor pola napas yang kedua (frekuensi, kedalaman

dan usaha napas) didapatkan data subjektif pasien mengatakan

masih sesak. Data objektif terdapat bunyi napas tambahan ronkhi,

tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan

27x/menit, suhu 36,5 dan saturasi oksigen 94%. Selanjutnya pada

pukul 13.00 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang kedua dan didapatkan data subjektif

pasien mengatakan bersedia, data objektif pasien tampak

kooperatif, tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, nadi 90x/menit,

pernapasan 24x/menit, suhu 36,5 dan saturasi oksigen 96%.

Selanjutnya pada pukul 17.30 penulis memonitor pola napas yang

ketiga (frekuensi, kedalaman dan usaha napas) didapatkan hasil

data subjektif pasien mengatakan masih sesak, data objektif pasien

tampak paham tindakan yang diberikan, pernapasan 24x/menit dan

saturasi oksigen 96%. Pada pukul 18.00 pasien diberikan posisi

semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang ketiga dan

didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan paham, data


48

objektif pasien tampak kooperatif pernapasan 24x/menit dan

saturasi oksigen 97.

Pada tanggal 07 Februari 2023 penulis kembali melakukan

tindakan keperawatan yang pertama sebelum dilakukan tindakan

penulis memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha

napas) pada pukul 07.30 didapatkan data subjektif pasien

mengatakan masih sesak napas. Data objektif pasien tampak sesak

napas, terdapat bunyi napas tambahan ronkhi di paru, tanda-tanda

vital TD : 120/80 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan 25x/menit,

suhu 36 dan saturasi oksigen 93%. Selanjutnya pada pukul 08.10

pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pused

lips yang pertama dan didapatkan data subjektif pasien mengatakan

bersedia diberikan tindakan. Data objektif pasien tampak

melakukan terapi yang diberikan, pernapasan 24x/menit dan

saturasi oksigen 96%. Kemudian pada pukul 12.00 penulis

memonitor pola napas yang kedua (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan data subjektif pasien mengatakan masih

sesak napas. Data objektif terdapat bunyi napas tambahan ronkhi,

pernapasan 25x/menit dan saturasi oksigen 96%. Selanjutnya pada

pukul 12.30 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang kedua dan didapatkan data subjektif

pasien mengatakan suka tarapi yang diberikan, data objektif pasien

tampak melakukan terapi yang diberikan, pernapasan 24x/menit


49

dan saturasi oksigen 96%. Selanjutnya pada pukul 17.00 penulis

memonitor pola napas yang ketiga (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan

masih sesak napas mulai berkurang, data objektif pernapasan

24x/menit dan saturasi oksigen 96%. Pada pukul 17.30 pasien

diberikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang

ketiga dan didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan sesak

napas mulai berkurang, data objektif pasien tampak melakukan

terapi secara mandiri, pernapasan 22x/menit dan saturasi oksigen

97%.

Pada tanggal 08 Februari 2023 penulis kembali melakukan

tindakan keperawatan yang pertama sebelum dilakukan tindakan

penulis memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha

napas) pada pukul 08.00 didapatkan data subjektif pasien

mengatakan sesak napas tidak separah kemarin. Data objektif

pasien tampak rileks, pernapasan 23x/menit dan saturasi oksigen

96%. Selanjutnya pada pukul 08.30 pasien diberikan posisi semi

fowler dan teknik pernapasan pused lips yang pertama dan

didapatkan data subjektif pasien mengatakan bersedia diberikan

tindakan kembali. Data objektif pasien tampak melakukan terapi

yang diberikan secara mandiri, pernapasan 23x/menit dan saturasi

oksigen 97%. Kemudian pada pukul 13.00 penulis memonitor pola

napas yang kedua (frekuensi, kedalaman dan usaha napas)


50

didapatkan data subjektif pasien mengatakan sesak napas

berkurang. Data objektif pernapasan 23x/menit dan saturasi

oksigen 97%. Selanjutnya pada pukul 13.30 pasien diberikan posisi

semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang kedua dan

didapatkan data subjektif pasien mengatakan sesak napas

berkurang, data objektif pasien tampak melakukan terapi yang

diberikan secara mandiri, pernapasan 22x/menit dan saturasi

oksigen 97%. Selanjutnya pada pukul 17.00 penulis memonitor

pola napas yang ketiga (frekuensi, kedalaman dan usaha napas)

didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan masih sesak

napas berkurang, data objektif pernapasan 23x/menit dan saturasi

oksigen 97%. Pada pukul 17.30 pasien diberikan posisi semi

fowler dan teknik pernapasan pused lips yang ketiga dan

didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan sudak tidak

sesak napas setalah diberikan terapi, data objektif pasien tampak

rileks, pernapasan 21x/menit dan saturasi oksigen 98%.

4.3.5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang pertama pada tanggal 06

Februari 2023 pukul 07.30 didapatkan hasil data S : pasien

mengeluh sesak napas 3 hari yang lalu. O : pasien tampak sesak

napas, terdapat bunyi napas tambahan ronkhi di paru, tanda-tanda

vital TD : 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan 28x/menit,


51

suhu 36 dan saturasi oksigen 93%. A : masalah keperawatan pola

napas tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan

berikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi posisi

semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang pertama pada

pukul 08.00 didapatkan data subjektif pasien mengatakan bersedia

diberikan tindakan. Data objektif pasien tampak paham dan

mengulangi tindakan, tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, nadi

90x/menit, pernapasan 25x/menit, suhu 36,5 dan saturasi oksigen

96%. A : masalah keperawatan pola napas tidak teratasi, P :

lanjutkan intervensi monitor pola napas dan berikan posisi semi

fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang kedua pada pukul 12.30 penulis

memonitor pola napas yang kedua (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan data S : pasien mengatakan masih sesak.

O : terdapat bunyi napas tambahan ronkhi, tanda-tanda vital TD :

110/80 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan 27x/menit, suhu 36,5

dan saturasi oksigen 94%. A : masalah keperawatan pola napas

tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan

berikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi posisi

semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang kedua pada
52

pukul 13.00 didapatkan data S : pasien mengatakan bersedia, data

O : pasien tampak kooperatif, tanda-tanda vital TD : 120/80

mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 36,5 dan

saturasi oksigen 96%. A : masalah keperawatan pola napas tidak

teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan berikan

posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang ketiga pada pukul 17.30 penulis

memonitor pola napas yang ketiga (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan hasil S : pasien mengatakan masih sesak,

O : pasien tampak paham tindakan yang diberikan, pernapasan

24x/menit dan saturasi oksigen 96%. A : masalah keperawatan pola

napas tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan

berikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi posisi

semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang ketiga pada

pukul 18.00 didapatkan hasil S : pasien mengatakan paham, O :

pasien tampak kooperatif pernapasan 24x/menit dan saturasi

oksigen 97. A : masalah keperawatan pola napas tidak teratasi, P :

lanjutkan intervensi monitor pola napas dan berikan posisi semi

fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang pertama pada tanggal 07


53

Februari 2023 sebelum dilakukan tindakan penulis memonitor pola

napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas) pada pukul 07.30

didapatkan S : pasien mengatakan masih sesak napas. O : pasien

tampak sesak napas, terdapat bunyi napas tambahan ronkhi di paru,

tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan

25x/menit, suhu 36 dan saturasi oksigen 93%. . A : masalah

keperawatan pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi

monitor pola napas dan berikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi pada

pukul 08.10 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang pertama dan didapatkan S : pasien

mengatakan bersedia diberikan tindakan. O : pasien tampak

melakukan terapi yang diberikan, pernapasan 24x/menit dan

saturasi oksigen 96%. . A : masalah keperawatan pola napas tidak

teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan berikan

posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang kedua pada pukul 12.00 penulis

memonitor pola napas yang kedua (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan S : pasien mengatakan masih sesak napas.

O : terdapat bunyi napas tambahan ronkhi, pernapasan 25x/menit

dan saturasi oksigen 96%. . A : masalah keperawatan pola napas


54

tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan

berikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi pada

pukul 12.30 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang kedua dan didapatkan S : pasien

mengatakan suka tarapi yang diberikan, O : pasien tampak

melakukan terapi yang diberikan, pernapasan 24x/menit dan

saturasi oksigen 96%. . A : masalah keperawatan pola napas tidak

teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan berikan

posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang ketiga pada 17.00 penulis

memonitor pola napas yang ketiga (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan

masih sesak napas mulai berkurang, data objektif pernapasan

24x/menit dan saturasi oksigen 96%. . A : masalah keperawatan

pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola

napas dan berikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed

lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi pukul

17.30 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan

pused lips yang ketiga dan didapatkan hasil S : pasien mengatakan

sesak napas mulai berkurang, O : pasien tampak melakukan terapi


55

secara mandiri, pernapasan 22x/menit dan saturasi oksigen 97%. .

A : masalah keperawatan pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan

intervensi monitor pola napas dan berikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan memberikan posisi semi

fowler dan teknik pernapasan pused lips yang pertama pada

tanggal 08 Februari 2023 pada pukul 08.00 didapatkan S : pasien

mengatakan sesak napas tidak separah kemarin. O : pasien tampak

rileks, pernapasan 23x/menit dan saturasi oksigen 96%. A :

masalah keperawatan pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan

intervensi monitor pola napas dan berikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi pada

pukul 08.30 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang pertama dan didapatkan data subjektif

pasien mengatakan bersedia diberikan tindakan kembali. Data

objektif pasien tampak melakukan terapi yang diberikan secara

mandiri, pernapasan 23x/menit dan saturasi oksigen 97%. A :

masalah keperawatan pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan

intervensi monitor pola napas dan berikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pused lips yang kedua pada pukul 13.00 penulis
56

memonitor pola napas yang kedua (frekuensi, kedalaman dan

usaha napas) didapatkan S : pasien mengatakan sesak napas

berkurang. O : pernapasan 23x/menit dan saturasi oksigen 97%. A :

masalah keperawatan pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan

intervensi monitor pola napas dan berikan posisi semi fowler dan

teknik pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi pada

pukul 13.30 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang kedua dan didapatkan data subjektif

pasien mengatakan sesak napas berkurang, data objektif pasien

tampak melakukan terapi yang diberikan secara mandiri,

pernapasan 22x/menit dan saturasi oksigen 97%. A : masalah

keperawatan pola napas tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi

monitor pola napas dan berikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pursed lips.

Hasil evaluasi sebelum diberikan memberikan posisi semi

fowler dan teknik pernapasan pused lips yang ketiga pada pukul

17.00 penulis memonitor pola napas yang ketiga (frekuensi,

kedalaman dan usaha napas) didapatkan hasil S : pasien

mengatakan masih sesak napas berkurang, O : pernapasan

23x/menit dan saturasi oksigen 97%. A : masalah keperawatan pola

napas tidak teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor pola napas dan

berikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips.


57

Hasil evaluasi setelah pasien setelah diberikan terapi pada

pukul 17.30 pasien diberikan posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pused lips yang ketiga dan didapatkan hasil data

subjektif pasien mengatakan sudak tidak sesak napas setalah

diberikan terapi, data objektif pasien tampak rileks, pernapasan

21x/menit dan saturasi oksigen 98%. A : masalah keperawatan pola

napas teratasi, P : hentikan intervensi.

Tabel 4.1 Hasil evaluasi tingkat saturasi oksigen sebelum

dan sesudah diberikan terapi posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pursed lips.

No Hari Pre Post

1 Hari ke-1 tindakan peratama 93 % 96 %

2 Hari ke-1 tindakan ke dua 94 % 96 %

3 Hari ke-1 tindakan ketiga 96 % 97 %

4 Hari ke-2 tindakan peratama 93 % 96 %

5 Hari ke-2 tindakan kedua 96% 96 %

6 Hari ke-2 tindakan ketiga 96 % 97 %

7 Hari ke-3 tindakan pertama 96% 97 %

8 Hari ke-3 tindakan kedua 97 % 97 %

9 Hari ke-3 tindakan ketiga 97 % 98 %


58

Hasil evaluasi tingkat saturasi oksigen sebelum dan sesudah


diberikan terapi posisi semi fowler dan teknik pernapasan
pursed lips.
98%
96%
94%
92%
90%
A A A A A A
M DU IG M DU GA M
A
DU GA
A E T
TA E TI TA E TI
R AT N
K KE R N
K KE R K
N KE
PE KA KA
N PE KA AN PE KA N
N A A A N A AK A N A AKA
KA D D K D K D
A TI
N
TI
N A TI
N DN A TI
N ND
N D - 1 1 IND - 2 TI IND - 3 TI
TI - T - 2 T - 3
KE KE 2 KE E 3 KE E
E-
1 RI RI KE- RI R IK K E- RI R IK
IK A A A A
R H H RI H HA RI H HA
HA HA HA

pre post Column1

Grafik 4.1 Hasil evaluasi tingkat saturasi oksigen sebelum

dan sesudah diberikan terapi posisi semi fowler dan teknik

pernapasan pursed lips.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengkajian

Menurut Brunner & Suddarth (2013) keluhan yang

dirasakan oleh pasien PPOK yaitu keterbatasan aliran udara yang

tidak dapat pulih sepenuhnya, bersifat progresif dan adanya proses

reaksi pada paru-paru yang abnormal terhadap partikel atau gas

berbahaya yang menyebabkan penyempitan pada jalan napas,

hipersekresi mucus atau secret, dan perubahan pada system

pembuluh darah. Tanda dan gejala dari PPOK antara lain

penurunan fungsi aliran udara dan adanya napas pendek, atau


59

dispnea, adanya batuk, wheezing, produksi sputum (mucus atau

dahak) dan nilai Indeks Brinkman ≤ 200. (BMJ dan COPD, 2017).

Berdasarkan kasus yang diambil didapatkan data subjektif

pasien mengeluh sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Data objektif

didapatkan pasien tampak sesak napas, auskultasi ronkhi di paru,

pasien terpasang oksigen 4 l/menit dan tanda-tanda vital tekanan

darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan28x/menit, suhu

36 dan saturasi oksigen 97%,

Berdasarkan teori dan fakta yang ditemukan pada pasien

yang mengalami sesak napas tidak ada kesenjangan untuk tanda

dan gejala PPOK dimana tanda gejala yang muncul yaitu seperti

pasien mengeluh sesak napas, saturasi dan respirasi pasien tidak

berada dinilai normal.

4.4.2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan dari analisa data data subjektif pasien

mengeluh sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Data objektif

didapatkan pasien tampak sesak napas, auskultasi ronkhi di paru,

pasien terpasang oksigen 4 l/menit dan tanda-tanda vital tekanan

darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan28x/menit, suhu

36 dan saturasi oksigen 97%,

Adanya persamaan dari karakteristik yang muncul sesuai

keluhan pada Ny,A pada diagnosa pola napas tidak efektif


60

berhubungan dengan hambatan upaya napas yang dilakukan

tindakan posisi semi fowler dan pernapasan pursed lips.

Menurut SDKI (2017) mengenai tanda mayor yang muncul

secara subjektif yaitu pasien merasa dispnea atau sesak napas,

secara objektif yaitu pola napas abnormal, tanda minor yang

muncul secara objektif adanya pernapasan cuping hidung, ventilasi

semenit menurun.

Menurut Bachtiar, et al (2015), hambatan jalan napas adalah

terganggunya aliran udara masuk kedalam saluran napas melalui

mulut dan hidung, sumbatan jalan napas total terjadi pada

seseorang yang mengalami tersedak benda asing sedangkan

sumbatan sebagian disebabkan oleh cairan seperti sisa muntah,

darah atau secret dalam rongga mulut. Hambatan jalan napas dapat

diikuti dengan perubahan frekuensi pernapasan, frekuensi

pernapasan adalah kemampuan paru dalam melakukan proses

ventilasi yang diukur dalam satu menit, frekuensi pernapasan orang

dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12-20 kali permenit,

perubahan frekuensi napas yang sering terjadi yaitu bradipnea atau

pernapasan labat (kurang dari 12 per menit) dan takipnea atau

pernapasan cepat (lebih dari 20 kali permenit) (umei et al., 2016 ;

Wattanabe, et al., 2015)

Berdasarkan hasil diagnosa diatas tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan fakta yang muncul yaitu etiologi


61

adanya hambatan upaya napas yang mengakibatkan pola napas

pasien tidak normal sehingga memunculkan diagnosa pola napas

tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

dibuktikan dengan sesak napas, pola napas abnormal.

4.4.3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa utama yang diambil oleh penulis

yaitu pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (nyeri) d.d

pasien mengeluh sesak napas (dyspnea) (D.0005). Tujuan tindakan

keperawatan yang dilakukan selama 3x24 jam diharapkan pola

napas membaik dengan kriteri hasil (L.01004) : dyspnea menurun,

pernapasan cuping hidung menurun, frekuensi napas membaik.

Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian

penulis menyusun rencana keperawatan menurut SLKI (2019).

Menyusun langkah tindakan, intervensi dilakukan secara urut

sesuai OTEK (Observasi, Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi).

Berdasarkan

SIKI Manajemen jalan napas (I.01011) observasi : monitor pola

napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas), monitor bunyi

napas tambahan (gurgling, wheezing, mengi, ronkgi kering),

monitor saturasi oksigen. Terapeutik : posisikan pasien semi fowler

atau fowler dan teknik pernapasan pursed lips. Edukasi : anjurkan

auspan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontra indikasi. Kolaborasi :


62

kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran mukolitik, jika

perlu.

Pursed lips breathing ini merupakan salah satu terapi

intervensi keperawatan non invasif yang dapat mengurangi sesak

napas (menurunkan frekuensi pernapasan), meningkatkan saturasi

oksigen dan meningkatkan arus puncak respirasi. Selain itu pursed

lips breathing juga ditunjukan untuk memperbaiki pertukaran gas

dan penggunaan otot pernapasan, meningkatkan tekanan jalan

napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah udara yang terjebak

di dalam paru. Terapi pemberian posisi semifowler dan teknik

pursed lips breathing terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK,

sebagian besar disebabkan karena teraturnya responden mengikuti

latihan pursed lips breathing dengan posisi semi fowler sebanyak

tiga kali sehari pada pagi, siang sore atau malam selama satu kali

dan diulang 4-5 kali kemudian istirahat satu menit, dengan durasi

waktu sekali latihan yaitu selama 15 menit (Milasari & Triana,

2021).

4.4.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang bertujuan untuk membantu

pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kesehatan yang

baik yang menggunakan kriteria hasil yang diharapkan. Proses

pelaksanaan tindakan harus berpusat kepada kebutuhan klien,


63

faktor yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

tindakan keperawatan dan kegiatan komunikasi (Dinarti &

Muryati, 2017). Penulis memberikan latihan pursed lips breathing

dengan posisi semi fowler sebanyak tiga kali sehari pada pagi,

siang sore atau malam selama satu kali dan diulang 4-5 kali

kemudian istirahat satu menit, dengan durasi waktu sekali latihan

yaitu selama 15 menit. Sebelum diberikan latihan pursed lips

breathing dengan posisi semi fowler penulis memonitor pola napas

serta saturasi oksigen pasien dan kemudian diidentifikasi hasilnya

setelah diberikan latihan pursed lips breathing dengan posisi semi

fowler. Menurut Gold (2017), Pursed Lips Breathing (PBL) adalah

salah satu breathing exercise yang tepat diterapkan pada pasien

PPOK karena mudah dan mampu meningkatkan kemampuan

pernapasan.

4.4.5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi terdapat perubahan saturasi oksigen dan

respirasi rate pada pasien Ny.A setelah diberikan terapi posisi semi

fowler dan pernapasan pursed lips dibuktikan dengan hasil evaluasi

terakkhir di hari ketiga pada pukul 17.30 pasien diberikan posisi

semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang ketiga dan

didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan sudak tidak

sesak napas setalah diberikan terapi, data objektif pasien tampak


64

rileks, pernapasan 21x/menit dan saturasi oksigen 98%. A :

masalah keperawatan pola napas teratasi, P : hentikan intervensi.

Pemberian posisi semifowler, terapi ini mungkin sudah

menjadi terapi pilihan selama ini dan terbukti mampu

memperbaiki kondisi pasien sehingga waktu perawatan pasien

PPOK cenderung lama, karena pasien tidak diberikan latihan nafas

dalam sehingga ketergantungan terhadap oksigen justru meningkat.

Oleh karena itu, pasien diberikan terapi tambahan secara non

farmakologi berupa terapi latihan pernafasan salah satunya adalah

Pursed Lips Breathing (PDPI, 2016 dalam Milasari & Triana,

2021). Pursed lips breathing ini merupakan salah satu terapi

intervensi keperawatan non invasif yang dapat mengurangi sesak

napas (menurunkan frekuensi pernapasan), meningkatkan saturasi

oksigen dan meningkatkan arus puncak respirasi. Selain itu pursed

lips breathing juga ditunjukan untuk memperbaiki pertukaran gas

dan penggunaan otot pernapasan, meningkatkan tekanan jalan

napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah udara yang terjebak

di dalam paru. Terapi pemberian posisi semifowler dan teknik

pursed lips breathing terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK,

sebagian besar disebabkan karena teraturnya responden mengikuti

latihan pursed lips breathing dengan posisi semi fowler sebanyak

tiga kali sehari pada pagi, siang sore atau malam selama satu kali

(Milasari & Triana, 2021).


65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tentang

asuhan keperawatan pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) :

pola nafas tidak efektif dengan menggunakan intervensi posisi semi fowler

dan teknik pursed lips breathing, maka dapat ditarik kesimpulan :

5.1.1. Pengkajian

Setelah penulis melakukan pengkajian kepada Ny.A

didapatkan data subjektif pasien mengeluh sesak napas sejak 3 hari

yang lalu. Data objektif didapatkan pasien tampak sesak napas,

auskultasi ronkhi di paru, pasien terpasang oksigen 4 l/menit dan

tanda-tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit,

pernapasan28x/menit, suhu 36 dan saturasi oksigen 97%,

5.1.2. Diagnosa Keperawatan

Menurut hasil pengkajian yang telah dilakukan diagnosis

keperawatan utama pada studi kasus ini yaitu pola napas tidak efektif

b.d hambatan upaya napas (nyeri) d.d pasien mengeluh sesak napas

(dyspnea) (D.0005).

66
67

5.1.3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan SIKI Manajemen jalan napas (I.01011)

observasi : monitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha

napas), monitor bunyi napas tambahan (gurgling, wheezing, mengi,

ronkgi kering), monitor saturasi oksigen. Terapeutik : posisikan

pasien semi fowler atau fowler dan teknik pernapasan pursed lips.

Edukasi : anjurkan auspan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontra

indikasi. Kolaborasi : kolaborasi pemberian bronkodilator,

ekspektoran mukolitik, jika perlu.

5.1.4. Implementasi Keperawatan

Asuhan keperawatan pada Ny.A dengan diagnosis medis

penyakit paru obstruktif kronis diruang RS Panti Waluyo telah

sesuai intervensi yang disusun oleh penulis, penulis memberikan

posisi semi fowler dan perapasan pursed lips bertujuan untuk

memperbaiki nilai respirasi dan saturasi oksigen pasien ke batas

nilai aman.

5.1.5. Evaluasi

Evaluasi terakkhir di hari ketiga pada pukul 17.30 pasien

diberikan posisi semi fowler dan teknik pernapasan pused lips yang

ketiga dan didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan sudak

tidak sesak napas setalah diberikan terapi, data objektif pasien


68

tampak rileks, pernapasan 21x/menit dan saturasi oksigen 98%. A :

masalah keperawatan pola napas teratasi, P : hentikan intervensi.

5.2. Saran

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada pasien

dengan diagnosa medis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penulis

memberikan masukan positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:

5.2.1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Studi kasus ini dapat digunakan sebagai sarana dalam

pemberian asuhan keperawatan peningkatan saturasi oksigen pada

pasien PPOK.

5.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Studi kasus ini dapat menjadi pendukung teori yang ada

tentang pemberian posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed

lips pada pasien PPOK dengan masalah keperawatan pola napas

tidak efektif.

5.2.3. Bagi Institusi Pendidikan

Studi kasus ini dapat menambah literatur tentang pengaruh

pemberian posisi semi fowler dan teknik pernapasan pursed lips

pada PPOK dengan masalah pola napas tidak efektif


69

5.2.4. Bagi Penulis

Studi kasus ini dapat memperoleh teknik tentang cara

menaikkan saturasi oksigen dan menurunkan respirasi pasien dengan

PPOK.

5.2.5. Bagi Pembaca

Rujukan informasi dalam pengaplikasian ilmu dan

meningkatkan pengetahuan dalam melakukan intervensi berbasis

riset atau studi kasus dibidang kesehatan khususnya keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

BMJ Publishing Group Limited. 2017. COPD. Diakses pada tanggal 28


November 2022 dari http://bestpractice. bmj.com
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
COPD Foundation. 2017. Living with COPD breathing techniques. Diakses pada
tanggal 28 November 2022 dari https://www.copdfoundation.org.
Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. (2017). Global Initiative
for Chronic Obstructive. In GOLD, Global Obstructive Lung Disease.
http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Report_2015_Apr
2
Milasari, N. M., & Triana, K. (2021). The Effect of Semi Fowler Positioning and
Pursed Lips Breathing Technique on Oxygen Saturation of Patients
with COPD in HCU Ward Mangusada Hospital Badung Regency.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Umei, N., Atagi, K., Okuno, H., Usuke, S., Otsuka, Y., Ujiro, A., et al. (2016).
Impact of mobilisation therapy on the haemodynamic and respiratory
status of elderly intubated patients in an intensive care unit: A
retrospective analysis. Intensive & Critical Care Nursing, 35, 16±21.
doi:10.1016/j.iccn.2016.02.001
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

You might also like