You are on page 1of 26

MAKALAH FISIKA DASAR

SUHU DAN KALOR

Disusun Untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Fisika Dasar
Dosen Pengampuh : Sri Amaliah Mandati, ST., MT

Oleh :
Noviana Rina R. (20201336010)
Aulia Syafina A. (20201336016)
Amanda Nurul S. (202013336018)

TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya dan
rahmat-Nya yang telah diberikan kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah tentang FISIKA DASAR (SUHU DAN KALOR) tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Dosen Pengajar Sri Amaliah Mandati, ST., MT, selaku pengajar mata kuliah
Fisika Dasar, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Suhu Dan
Kalor.
Saya mengucapkan banyak terimah kasih kepada Ibu dosen Sri Amalia Mandati, ST.,
MT, selaku dosen mata kuliah FISIKA DASAR yang telah memberikan kami tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan kami sesuai dengan mata kuliah yang
saat ini sedang kami pelajari dan kami tekuni saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu apabila mendapati kesalahan-
kesalahan baik dari segi penulisan, maupun isi, maka kami mohon maaf. Kritik dan saran dari
dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat kami butuhkan agar kami bisa menyempurnakan
makalah ini terlebih juga untuk menambah pengetahuan kami bersama.

Surabaya,22 Desember 2020


Daftar Isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................................1
1.4 Maanfaat...........................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
ISI.................................................................................................................................................................2
2.1 Suhu...................................................................................................................................................2
2.1.1 Skala Suhu...................................................................................................................................4
2.1.2 Alat Ukur Suhu............................................................................................................................5
2.1.3 Rumus Konversi Suhu.................................................................................................................6
2.2. PEMUAIAN........................................................................................................................................8
2.2.1 Pemuaian zat padat....................................................................................................................8
2.2.2 Pemuaian pada zat cair.............................................................................................................11
2.2.3 Pemuaian pada zat gas.............................................................................................................11
2.3 KALOR..............................................................................................................................................14
2.3.1 Jenis – jenis kalor......................................................................................................................14
2.3.2 Perpindahan Panas...................................................................................................................15
2.3.3 Asas Black.................................................................................................................................16
BAB III....................................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................................................20
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu dan kalor merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran fisika. Dengan
mempelajari suhu dan kalor kita akan mengetahui apa itu suhu dan kalor. Dalam
kehidupan sehari-hari sendiri suhu dan kalor adalah dua hal yangg tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan-kegiatanyangberkaitan erat
dengan suhu dan kalor seperti hal yang sederhana, mengetahui berapa suhu yang
sedang kita rasakan sekarang.
Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjuan besarnya energi kinetik
translasi rata-rata.
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu bendaa tersebut
berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu. Karena suhu
merupakan ukuran dalam suatuan derajat panas. Kalormerupakan suatu kuantitas atau
jumlah panas baik yag diserap maupun yang dilepaskan oleh suatu benda.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan suhu ?
2.
3. Apa yang dimaksud dengan pemuaian ?
4. Ada berapa jenis pemuaian ?
5. Apa yang dimaksud dengan kalor?
6. Ada berapa jenis kalor ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu suhu
2. Vf
3. Untuk mengetahui apa itu pemuaian
4. Untuk mengetahui berapa jenis pemuaian
5. Untuk mengetahui apa itu kalor
6. Untuk mengetahui ada berapa jenis kalor

1.4 Maanfaat
Manfaat dari mempelajari makalah tentang Suhu dan Kalor adalah kita dapat
mengetahui apa itu suhu, pemuaian, dan kalor.

1
BAB II
ISI

2.1 Suhu

Suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu
benda. Sebagai gambaran tentang suhu adalah saat mandi menggunakan air hangat. Untuk
mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air panas. Ketika tangan kita
menyentuh air yang dingin, maka kita mengatakan suhu air tersebut dingin. Ketika tangan kita
menyentuh air yang panas maka kita katakan suhu air tersebut panas. Ukuran derajat panas dan
dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran suhu.

(a) Alat Ukur Suhu Adalah Termometer.


Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa
kapiler termometer adalah sebagai berikut:
1. raksa tidak membasahi dinding kaca,
2. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
3. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat
mengubah suhunya,
4. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol. Alkohol
memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian, termometer alkohol
tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah.
Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap
tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan
penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.

2
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara
titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara
titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es
yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik
tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut
nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih
dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin
dibagi 100 skala.

(b) Perbandingan Skala Termometer

Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan termometer


Fahrenheit adalah

C : R : F = 100 : 80 : 180
C : R : F =    5   :   4   :   9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F
dapat ditulis sebagai berikut:

Hubungan skala Celcius dan Kelvin


tºK = tºC + 273 K

3
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita buat
dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik tetap
kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.

Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan titik
tetap bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap
atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu saat es
melebur dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.Dengan membandingkan perubahan
suhu dan interval kedua titik tetap masing-masing termometer, diperoleh hubungan sebagai
berikut.
2.1.1 Skala Suhu
1. Satuan atau Skala Celsius (ºC)
Skala Celcius merupakan skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah 0ºC dan
titik didih air pada 100ºC pada tekanan atmosfer standari. Skala ini diperkenalkan oleh Anders
Celsius pada tahun 1742. Meski angka-angka yang ditunjukan oleh skala celsius sudah
lumayan tepat, namun secara lebih spesifik masih ada beberapa ketidaktepatan sehingga tidak
bisa dijadikan sebagai standar formal atau satuan internasional. Definisi baku dari 1 derajat
celsius adalah 1/273,16 dari perbedaan antara triple point air dan nol absolut, berdasarkan
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa satu derajat celsius mempresentasikan perbedaan
suhu yang sama dengan satu kelvin.

4
2. Satuan atau Skala Fahrenheit (ºF)
Skala Fahrenheit ialah salah satu skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah
32ºF dan titik didih air adalah 212ºF. Dengan demikian perbedaan titik lebur dan titik didih
pada skala ini adalah 180 derajat. Skala ini diperkenalkan oleh ilmuwan Jerman yang bernama
Gabriel Fahrenheit pada tahun 1724.

3. Satuan atau Skala Reaumur (ºR)

Skala Reaumur yaitu sebuah skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah 0ºR dan
titik didihnya 80ºR, artinya terdapat perbedaan sebesar 80º antara titik beku dan titik didih.
Skala ini diperkenalkan oleh Rene Antoine Ferchault de Reaumur pada tahun 1731.

4. Satuan atau Skala Kelvin (ºR)

Skala Kelvin yakni suatu skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah 273ºK
dan titik didihnya adalah 373ºK. Jadi perbedaan antara titik beku dan titik didihnya adalah 100
derajat. Sampai saat ini Kelvin merupakan Satuan Internasional untuk suhu karena dinilai
paling akurat. Ilmuwan yang memperkenalkannya adalah William Thomson atau yang juga
disebut Lord Kelvin.

2.1.2 Alat Ukur Suhu


1. Termometer dengan Bahan Zat Cair
a. Termometer Laboratrium
Alat yang satu ini digunakan dalam mengukur suhu air dingin atau suhu air
yang berlangsung dipanaskan. Termometer laboraturium memakai air raksa atau alkohol
untuk petunjuk suhu.
b. Termometer Ruang
Termometer ruang terpasang pada dinding rumah atau kantor. Terometer ruang
dapat mengukur suhu dalam keadaan suatu saat. Skala pada termometer ini yaitu dari -
50 °C sampai 50 °C.
c. Termometer Klinis
Termometer klinis atau sering disebut juga termometer demam. Banyak para
dokter yang menggunakan jenis termometer ini dalam mengukur suhu badan pasien.
Pada keadaan sehat, suhu badan manusia 37 °C. Tetapi jika badan demam suhu akan
naik melewati angka tersebut, atau dapat mencapai angka 40 °C. Skala termometer klinis
ini hanya 35 °C sampai 43 °C. Karena disesuaikan pada suhu badan manusia, suhu
badan manusia tidak mungkin di bawah 35 °C dan tidak melebihi 43 °C.
d. Termometer Six-Bellani

Termometer Six-Bellani atau sering disebut juga termometer maksimum-


minimum. Termometer jenis ini bisa mencatat suhu tertinggi dan suhu terendah pada
jangka waktu tertentu. Termometer ini memiliki 2 cairan, yakni alkohol dan raksa pada
satu termometer.

5
2. Termometer dengan Bahan Zat Padat
a. Termometer Bimetal
Termometer Bimetal memakai logam dalam mengukur suhu dengan prinsip
logam yang akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika sedang didinginkan.
b. Termometer Hambatan
Terometer hambatan yaitu termometer yang tepat dipakai untuk industri dalam
mengukur suhu lebih dari 100°C. Termometer jenis ini diproduksi berdasarkan pada
perubahan hambatan logam.
c. Termometer Termokopel
Termometer temokopel ialah jenis sensor suhu yang dipakai dalam mengukur atau
mendeteksi suhu melewati dua jenis logam konduktor yang berbeda dengan digabungkan
pada ujungnya sehingga dapat menimbukan efek “Termo – electric”. Termokopel yaitu
salah satu jenis sensor suhu yang sangat populer dan sering dipakai untuk rangkaian dan
macam – macam elektronika yang berhubungan pada suhu.

3. Termometer dengan Bahan Gas


Termometer gas merupakan salah satu jenis termometer yang prosesnya pada pemuaian
gas apabila terjadi perubahan pada suhu. Gas Hidrogen dan gas Helium adalah gas yang
sering dipakai pada bahan termometer ini.

4. Termometer Optis
a. Pirometer
Intensitas radiasi yang dipancarkan pada benda yang sangat panas dalam termometer
pirometer berfungsi sebagai menunjukkan perubahan suhu. Sifat pada termometrik ini
dimanfaatkan dalam mengukur suhu yang ada pada pirometer.
b. Termometer Inframerah
Termometer Inframerah fungsinya dalam mengetahui suhu benda dengan menyinarkan
inframerah kepada benda tersebut.

2.1.3 Rumus Konversi Suhu


1. Rumus Konversi Suhu Skala Celsius

6
2. Rumus Konversi Suhu Skala Fahrenheit

3. Rumus konversi suhu skala Skala Reamur

4. Rumus Konversi Suhu Skala Kelvin

7
2.2. PEMUAIAN

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu
atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.Pemuaian terjadi pada 3 zat
yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas. Pemuaian pada zat padat ada
3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi), pemuaian luas (dua dimensi) dan
pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan pada zat cair dan zat gas hanya terjadi
pemuaian volume saja, khusus pada zat gas biasanya diambil nilai koofisien muai volumenya
sama dengan 1/273.

2.2.1 Pemuaian zat padat


a. Pemuaian panjang
Pemuaian panjang atau pemuaian linier adalah bertambahnya ukuran panjang
suatu benda karena menerima kalor Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat
kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal
dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja
adalah kawat kecil yang panjang sekali. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar
perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis
benda atau jenis bahan. Secara matematis persamaan yang digunakan untuk
menentukan pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah:

Rumus :
∆L = αL0∆T ……………….. Pers. (1)
∆L = L – L0
L – L0 = αL0∆T
L = αL0∆T + L0
L = L0 + α L0∆T
L = L0 (1 + α ∆T) ….…… Pers.
(2)
∆L = L0 α ∆T

Dengan:
L0  = panjang benda mula-mula (m)
L  = panjang setelah dipanaskan (m)
T0  = suhu awal
T = suhu setelah dipanaskan
a  = koefisien muai panjang zat (m/oC)
∆T = Perubahan Suhu (oC)

8
(a) Ilustrasi Pemuaian Panjang. (b) Koefisien Muai Panjang.

b. Pemuaian luas
Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima
kalor.  Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan lebar,
sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contoh benda yang
mempunyai pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis. Seperti
halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas awal,
koefisien muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas itu
merupakan pemuian panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai luas
besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang.

Rumus :
∆A = A - A0
β = 2α 
A = A0 (1+ 2α∆T)
A = A0 (1+ β ∆T)
∆A = A0 β ∆T

Dengan :
A = luas benda setelah dipanaskan (m2)
A0  = luas benda mula-mula (m2)
β = 2α= koefisien muai luas (/oC)
∆T = perubahan suhu (oC)
∆A = pertubahan luas ( m2 )

(a) Ilustrasi Pemuaian Luas.

9
c. Pemuaian volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang,
lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air
dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu
untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai
panjang.Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan
volume akhir suatu benda adalah:
Rumus :
V  = Vo + ∆V
V  = Vo + Vo γ  ∆T
V  = Vo ( 1+ γ   ∆T )
∆V = Vo γ 
∆T

Keterangan :
                        ∆V = pertambahan volume ( m3 )
                        Vo = volume mula-mula ( m3 )
                        V = volume setelah suhu naik ( m3 )
γ = koefisien muai volume ( / 0C )
                       ∆T = Perubahan suhu ( 0C )
γ  = 3a
γ  = 3/2 β

(a) Ilustrasi Pemuaian Volume. (b) Koefisien Muai Volume

10
2.2.2 Pemuaian pada zat cair

Pemuaian pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi
hanya dikenal sebagai muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang
diberikan pada zat cair, maka semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk
masing-masing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya walaupun mula-mula volume zat
cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. Pemuaian volume
zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan suhu. Titik pertemuaan
antara wujud cair, padat, dan gas disebut dengan triple point.

Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0 oC sampai 4oC volumenya tidak
bertambah akan tetapi justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan anomali air.
Oleh karena itu, pada suhu 4oC air memiliki volume terendah. Pada suhu 4oC air
menempati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar. Jadi
air bila suhunya dinaikan dari 0– 4oC akan menyusut, dan bila suhunya dinaikan dari 4oC
ke atas akan memuai. Hubunga antara volume dan suhu pada air digambarkan pada
grafik berikut:

2.2.3 Pemuaian pada zat gas

Gas adalah zat yang paling mudah memuai. Perubahan suhu yang tidak terlampau
besar sudah cukup mengubah volum gas secara signifikan. Misalkan kita mempunyai gas
ideal. Persamaan yang mengaikan tekanan, suhu, dan volum untuk gas ideal adalah V =

11
nRT/P, dengan V adalah volum (m3), T adalah suhu (K), P adalah tekanan (Pa), n adalah
jumlah mol zat (mol), dan R adalah konstanta gas umum (J/mol K)
Jika kita panaskan gas pada tekanan konstan (P = P 0) dari suhu T0 sampai suhu T
maka:
Rumus :
V0 = nRT0/P0
V = nRT/P0
ΔV = nRT/P0  -  nRT0/P0
     = nR (T-T0)/P0
    = nR ΔT/ P0   
ΔV = (V0/T0 )DT   
Dengan :
V0 : Volume mula- mula (L)
V : Volume setelah suhu naik (L)
ΔV : Perubahan volume (L)
P0 : Tekanan (atm)
T : Suhu setelah dipanaskan
T0 : Suhu mula-mula
N : Mol
R : konstan selalu 8,31 (J/mol K)

a. Pemuaian gas saat Isobarik


Proses isotbarik adalah proses perubahan yang dialami gas pada tekanan sustem
selalu dipertahankan tetap atau ΔP = 0. Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku hukum
Boyle yang menyatakan bahwa gas di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap,
maka hasil kali tekanan dan volume gas adalah tetap.Pada garis P – V proses isobarik
dapat digambarkan seperti ini.
Rumus :
W = P (∆V)
W = P (V2 - V1 )

Dengan :P = tekanan (atm)


V1 = Volume awal (L)
V2 = Volume akhir (L)
W = Usaha (joule)

12
(a) Proses perubahan gas pada tekanan sistem tetap

b. Pemuaian gas saat Isotermal / Isotermis

Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac yaitu gas di dalam
ruang tertutup dengan tekanan dijaga tetap maka volume gas sebanding dengan suhu
mutlak gas. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai berikut:
Rumus : P1 V1= P2 V2

Dengan : P = Tekanan (atm)


V = Volume (L)

Proses perubahan gas pada temperatur sistem tetap


c. Pemuaian gas saat isokhorik
Proses Isokhorik adalah proses perubahan yang dialami oleh gas dimana gas tidak
mengalam perubahan volume tetap atau ΔV= 0. Oleh karena itu, usaha yang dilakukan
gas pada proses isokhorik adalah nol.
Rumus : W = P(V2 - V1) = 0
Dimana :W = usaha (joule)
P = tekanan (atm)
V1 = Volume mula- mula (L)
V2 = Volume akhir (L)

13
Proses perubahan gas pada temepratur sistem tidak tetap

2.3 KALOR

Kalor merupakan panas yang bisa berpindah dari benda yang memiliki kelebihan
kalor menuju benda yang kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan dalam suhu.
Dalam satuan internasional, kalor dinyatakan dengan Joule. Satuan lainnya dinyatakan
dengan kalori. Nah, kamu juga perlu tahu pernyataan ini:
 1 kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan
sebanyak 1 kg air sebesar 1⁰C.
 1 kalori = 4.2 joule dan 1 joule = 0.24 kalori

2.3.1 Jenis – jenis kalor :


1. Kalor Jenis
RG Squad sudah pernah mendengar istilah kalor jenis, kan? Kalor jenis
adalah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat untuk
menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Kalor jenis juga diartikan sebagai kemampuan suatu
benda untuk melepas atau menerima kalor. Masing-masing benda mempunyai kalor
jenis yang berbeda-beda, lho. Satuan kalor jenis ialah J/kg⁰C.

c = Q / m.ΔT
Keterangan:
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)

2. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diserap oleh benda bermassa tertentu
untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Satuan kapasitas kalor dalam sistem international
ialah J/K. Perpindahan kalor juga bisa dihitung besarannya, lho. RG Squad bisa
menggunakan rumus di bawah ini.

14
Q = m.c.ΔT

Keterangan :
Q   : banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu benda (J)
m   : massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c    : kalor jenis zat (J/kg⁰C)
ΔT : perubahan suhu (⁰C)

Selain itu, ada rumus lain untuk menentukan kapasitas kalor itu sendiri, yaitu :

C = m. c
Keterangan :
C = kapasitas kalor (J/K)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)
Untuk lebih mempermudah lagi, kita akan berikan nilai tetapan dari kalor
jenis masing-masing zat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai dari kalor jenis beberapa zat adalah sebagai berikut:

2.3.2 Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan medium
perantaranya. Tiga jenis perpindahan panas tersebut adalah konduksi, konveksi, dan
radiasi.
a. Konduksi
Konduksi berarti energi panas bergerak tanpa disertai pergerakan permanen
medium yang menjadi penghantar panas. Contoh konduksi adalah rambatan panas
pada material logam seperti besi, kawat, dan alumunium. Pada level molekuler,
konduksi terjadi karena adanya tubrukan antara molekul berkecapatan lebih tinggi
dengan molekul berkecepatan lebih rendah. Hal ini menghasilkan peningkatan energi
kinetik molekular yang selanjutnya meningkatkan suhu.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi seiring dengan perpindahan zat
perantara atau medum. Contoh dari konveksi adalah pendinginan ruangan dengan AC
dan pemanasan air. Pada level molekular, peningkatan suhu akan berpengaruh pada
peningkatan volume dan juga kerapatan medium. Medium yang lebih renggang akan

15
bergerak ke bawah, dan medium yang rapat bergerak ke atas. Medium yang lebih
renggang adalah medium yang bersuhu lebih rendah, sebaliknya medium lebih rapat
berarti suhu lebih tinggi. Pergerakan antar medium inilah yang mengakibatkan
perpindahan panas.
c. Radiasi
Radiasi adalah penghantaran energi panas tanpa dibutuhkan penghantar. Panas
ditransmisikan dengan emisi gelombang elektromagnetik. Pada level molekular,
radiasi panas terjadi karena pergerakan acak momentum dan atom akibat radiasi
elektromagnetik. Setiap benda akan mengeluarkan radiasi termal, bergantung dari
panas yang dimiliki. Semakin panas objek tersebut makan semakin besar radiasinya.
Salah satu contoh radiasi panas adalah perpindahan energi panas dari matahari ke
bumi dan benda-benda antariksa lainnya.
Ketiga jenis perpindahan panas tersebut dapat terjadi sekaligus pada suatu proses
pemanasan. Contohnya adalah proses memanaskan panci berisi air di atas kompor
seperti pada gambar berikut. Rambatan panas api dari kompor ke panci adalah proses
radiasi, kemudian air yang panas di bagian bawah panci akan bergerak ke atas
bertukar posisi dengan air di bagian atas menghasilkan transfer panas melalui
konveksi, dan panas yang terdapat di pemegang panci yang terbuat dari logam dapat
dihantarkan ke tangan melalui proses konduksi.

2.3.3 Asas Black


Asas Black adalah prinsip yang berada dalam ilmu termodimakia telah
dikemukakan oleh seorang ilmuan Fisika Joseph Black. Asas ini menjabarkan
beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

Jika dua buah benda yang berbeda yang dalam suhunya dicampurkan, benda yang
panas akan memberi sebuah kalor pada benda yang dingin sehingga suhu tersebut
akhirnya sama.
Jumlah kalor yang diserap benda dingin akan sama pada jumlah kalor yang dilepas

16
dari benda panas. Benda yang didinginkan
akan melepaskan kalor yang sama besar
dengan kalor yang diserap jika dipanaskan.

Bunyi Asas Black, yaitu:

“Pada pencampuran dua zat, banyaknya


jumlah kalor yang dilepas zat yang suhunya
lebih tinggi sama dengan banyaknya jumlah
kalor yang diterima oleh zat yang suhunya
ialah lebih rendah”

Secara matematis, Asas Black dinyatakan sebagai berikut.

Jika terdapat dua materi dengan suhu berbeda dicampurkan menjadi satu, asas
black dapat digunakan untuk mengetahui suhu akhir campuran. Penerapannya
secara matematis adalah sebagai berikut.

Keterangan :
m1 = Massa materi bersuhu lebih tinggi
c1 = Kalor jenis materi bersuhu lebih tinggi
T1 = Suhu materi bersuhu lebih tinggi
m2 = Massa materi bersuhu lebih rendah
c2 = Kalor jenis materi bersuhu lebih rendah
T2 = Suhu materi bersuhu lebih rendah
Tm = Suhu akhir campuran
Nama-nama kalor laten, antara lain adalah sebagai berikut:
 Pada saat melebur disebut kalor lebur
 Pada saat menguap disebut kalor uap
 Pada saat menyublim disebut kalor sublim
 Pada saat membeku disebut kalor beku
 Pada saat mengembun disebut kalor embun

Dari masing-masing nama kalor laten terdapat kesamaan dari masing-masing nama kalor
laten tersebut yang dilakukan oleh para ilmuwan sebagai berikut:

Kalor uap = Kalor embun


Kalor lebur = Kalor beku

17
Dari rumus menghitung kalor total yang telah dituliskan diatas untuk mencari nilai dari
kalor dalam wujud es sampai menjadi uap jenuh digambarkan sebagai berikut:

CONTOH SOAL :
1. Sebuah kalorimeter dengan kapasitas 80 J/ºC mula-mula diisi dengan 200 g air dengan
suhu 100ºC. Kemudian ke dalam kalorimeter di masukkan sebuah logam yang
bermassa100 g dengan suhu 40ºC. Setelah tercapai kesetimbangan termal diperoleh suhu
akhir campuran 60ºC. Berapakah kalor jenis logam tersebut? (kalor jenis air = 1 kal/g
ºC).
Diketahui:   Ck = 80 J/ºC = 19,2 kal/ºC
                 m(a) = 200 g
                 T(a) = T(k) = 100ºC
                 m(l) = 100 g
                  T(l) = 400ºC
               C(a) = 1 kal/g ºC
                      T = 60ºC
Ditanya: Cl = ...?
Jawab

Jadi, kalor jenis logam sebesar 4,384 kal/g ºC.

18
2. Jika teh sebanyak 200 cm3 didalam suhu 95oC lalu dituangkan ke dalam cangkir gelas
sebanyak 150 g pada suhu 25oC, berapakah suhu akhir (T) dari campuran ketika dicapai
kesetimbangan, dengan menganggap tidak ada sebuah kalor yang mengalir ke
sekelilingnya? (kalor jenis cangkir gelas yaitu 840 J/kgoC)

Penyelesaian:

Diketahui:
teh sebagian besar adalah air, maka kalor jenisnya yaitu kalor jenis air.

 cteh = cair = 4.200 J/kgoC


 Vteh = 200 cm3 = 200 × 10-6 m3
 mteh = ρteh × Vteh
 mteh = ρair × Vteh
 mteh = (1,0 × 103 kg/m3)(200 × 10-6 m3)
 mteh = 200 × 10-3 kg = 0,2 kg
 mgls = 150 g = 0,15 kg
 cgls = 840 J/kgoC
 Tteh = 95oC
 Tgls = 25oC

Ditanyakan: T akhir (Tc) = …?

19
20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa suhu merupakan besaran yang
menyatakan derajad panas suatu benda. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan suhu
yang dingin memiliki suhu yang rendah. dalam SI suhu memiliki satuan celcius, kelvin, reamur, farenheit.

Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang
beruhu lebih rendah. Sebagai bentuk energi, dalam SI kalor memiliki satuan joule (J).
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau
bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian
pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas.

3.2 Saran

Kami sebagai penyusun makalah, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami sebagai penyusun makalah ini akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

21
Daftar Pustaka

Billy, Guru.2020.Rumus Pemuaian-Panjang,Luas Dan Volume Secara lengkap.


https://gurusekolah.co.id/rumus-pemuaian-panjang-luas-dan-volume-secara-lengkap/. (diakses tanggal 20
Desember 2020)
Fisikabc.2018. Penurunan Rumus Muai Panjang, Luas, Volume, Contoh Soal dan Pembahasan.
https://www.fisikabc.com/2018/05/penurunan-rumus-muai-panjang-luas-volume.html. (diakses tanggal
20 Desember 2020)
Mustari, Ekaji.2016. Materi Makalah Suhu, Pemuaian, Kalor, Hukum kalor dan Perpindahan Kalor.
http://ekaajimustari.blogspot.com/2016/04/materi-makalah-suhu-pemuaian-kalor.html.(diakses tanggal 20
Desember 20200
Setiawan, Parta. 2020. Pengertian dan Macam Pemuaian Terlengkap.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pemuaian/. (diakses tanggal 20 Desember 2020)
https://ardra.biz/proses-termodinamika-isobaric-isothermal-isokorik-dan-adiabatic/. (diakses tanggal 20
Desember)
Syukri, S., 1999 “kimia Dasar 2”, Jilid 2, penerbit ITB Bandung
Chang, Raymond, 2004, “Kimia Dasar, Konsep – konsep Inti”, Edisi ketiga, Jilid satu, Penerbit Erlangga,
Jakarta,
Brandy, James, E,1999, “Kimia Universitas Asas dan Struktur”, Edisi kelima, Jilid satu, Binarupa Aksara,
Jakarta
Sunarya, Yayan, 2014 “Kimia Dasar 1, Berdasarkan Prinsip – prisip Kimia Terkini”, Cetakan kedua,
Yrama Widya, Bandung
Sunarya, Yayan, 2013, “Kimia Dasar 2, Berdasarkan Prinsip prinsip Kimia terkini” , Cetakan Kedua,
Yrama Widya, Bandung
Brandy, James, E., 1999, “Kimia Universitas Asas dan Struktur”, Edisi Kelima, Jilid dua, Binaupa
Aksara, Jakarta.
Seru, Sains. 2018.http://www.sainsseru.com/2018/01/materi-suhu-dan-kalor-fisika-sma.html. (diakses
tanggal 21 Desember 2020)
https://www.studiobelajar.com/suhu-dan-kalor/(diakses tanggal 21 Desember 2020)
Edrea, Rabia. 2020. Pengertian Kalor dan Rumusnya. https://blog.ruangguru.com/pengertian-kalor-dan-
rumusnya. (diakses tanggal 21 Desember 2020)
Rahmah Azzahra.2020. Asas Black- Pengertian, Rumus, Contoh Soal dan Pembahasannya.
https://rumus.co.id/asas-black/ (diakses tanggal 21 Desember 2020)
Pendidikan, Guru. 2019. Materi Suhu. https://seputarilmu.com/2019/08/materi-suhu.html (diakses tanggal
21 Desember 2020)
Loan, College.2016. Suhu dan Pengukurannya. http://fisikazone.com/suhu-dan-pengukurannya/(diakses
tanggal 21 Desember 2020)

22
23

You might also like