You are on page 1of 110

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT

EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri L) DENGAN

VARIASI JUMLAH ASAM SITRAT - ASAM TARTARAT

SEBAGAI SUMBER ASAM

MUTIA BIDRIAH

61608100818043

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

BATAM

2022
HALAMAN PERNYATAAN PENULIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mutia Bidriah

NIM : 61608100818043

Program Studi : Sarjana Farmasi

Jurusan : Sarjana Farmasi

Fakultas : Institut Kesehatan Mitra Bunda

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (Satu-1)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi dengan judul :

“Formulasi Sediaan Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus

niruri L) Dengan Variasi Jumlah Asam Sitrat-Asam Tartarat Sebagai

Sumber Asam” Adalah “Benar” hasil penelitian penulis dan jika dikemudian

hari ternyata diketahui hasil jiplakan (Plagiat) dari skripsi orang lain maka penulis

bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Batam, 13 Juni 2022

Yang membuat pernyataan,

Mutia Bidriah

Diketahui oleh :

apt. Delladari Mayefis, M.Farm apt. Nurliyasman, MPH


Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Tablet Effervescent Ekstrak Herba

Meniran (Phyllantus niruri L) Dengan Variasi Jumlah

Asam Sitrat-Asam Tartarat Sebagai Sumber Asam

Nama : Mutia Bidriah

Nim : 61608100818043

Program Studi : Sarjana Farmasi

Jurusan : Sarjana Farmasi

Fakultas : Institut Kesehatan Mita Bunda

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)

Sk Pembimbing :

Telah Diperiksa dan Disetujui

Oleh Komisi Pembimbing

apt. Delladari Mayefis, M.Farm apt. Nurliyasman, MPH


Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Diketahui oleh :

apt. Sri Hainil, M.Farm


Ketua Program Studi

iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Tablet Effervescent Ekstrak Herba

Meniran (Phyllantus niruri L) Dengan Variasi Jumlah

Asam Sitrat-Asam Tartarat Sebagai Sumber Asam

Nama : Mutia Bidriah

Nim : 61608100818043

Program Studi : Sarjana Farmasi

Jurusan : Sarjana Farmasi

Fakultas : Institut Kesehatan Mita Bunda

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)

Sk Pembimbing :

Disetujui

Oleh penguji :

1. apt. Delladari Mayefis, M.Farm (Ketua) ..........................................

2. apt. Nurliyasman, MPH (Anggota) ..........................................

3. Dr. Henny Rachdiati, Apt (Anggota) ..........................................

4. Dyah Ayu Novi Hapsari, S.Farm.,Apt (Anggota) ..........................................

5. apt. Reny Haryani, M.Farm (Anggota) ..........................................

iv
FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK HERBA
MENIRAN (Phyllantus niruri L) DENGAN VARIASI JUMLAH ASAM
SITRAT - ASAM TARTARAT SEBAGAI SUMBER ASAM
Mutia Bidriah
Program Studi Sarjana Farmasi
Institut Kesehatan Mitra Bunda

Dosen pembimbing
apt. Delladari Mayefis, M.Farm
apt. Nurliyasman, MPH
Kata Kunci :
ABSTRAK
Meniran merupakan obat tradisional yang telah digunakan secara turun temurun
mempunyai zat immunomodulator yang sangat dibutuhkan di masa pandemi ini
sebagai peningkat daya tahan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasikan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L) menjadi sediaan
tablet effervescent dan untuk mengetahui pengaruh kombinasi asam sitrat-asam
tartarat terhadap sifat fisik tablet effervescent dari ekstrak herba meniran
(Phyllantus niruri L). Herba meniran di ekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70% kemudian dibuat sediaan dalam bentuk tablet
effervescent dengan variasi konsentrasi sumber asam basa 50%, 55%, 60%.
Selanjutnya dilakukan evaluasi granul dan tablet meliputi uji organoleptis granul
dan tablet, kadar air, waktu alir, sudut diam, kompresibilitas grnaul, uji
keseragaman bobot dan ukuran, kerapuhan, kekerasan, waktu larut dan pH tablet.
Analisis data secara deskriptif menggunakan pendekatan teoritis dengan data yang
diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap persyaratan dalam Farmakope
Indonesia dan berbagai literatur lain. Hasil evaluasi granul effervescent meliputi
uji organoleptis, uji kadar air, uji waktu alir, uji sudut diam dan uji kompresibilitas
memenuhi persyaratan hanya evaluasi uji kadar air dari F1 yang melewati
persyaratan yaitu 5.08%. Hasil evaluasi mutu fisik tablet meliputi keseragaman
bobot F3 memenuhi persyaratan yaitu mendekati 15%, pada evaluasi keseragaman
ukuran, kerapuhan, kekerasan F1,F2,F3 sudah memenuhi persyaratan. Adapun
evaluasi waktu larut dan pH hanya F3 yang memenuhi persyaratan yaitu 1 menit
56,86 detik dan pH sebesar 6,68. Hasil analisis didapatkan F3 sebagai formula
yang paling optimal. Ekstrak herba meniran dapat diformulasikan menjadi tablet
effervescent dan kombinasi sumber asam basa terhadap sifat fisik tablet tidak
berpengaruh tetapi waktu larut dan pH berpengaruh.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas segala Rahmat

dan Hidayah-Nya, serta Salam dan Taslim kepada Nabi Muhammad SAW.,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal dengan judul

“Formulasi Sediaan Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus

niruri L) Dengan Variasi Jumlah Asam Sitrat-Asam Tartarat Sebagai

Sumber Asam”.

Proposal ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat gelar sarjana farmasi di

Program Studi Sarjana Farmasi Insitut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

Proposal ini, antara lain:

1. Ibu apt. Delladari Mayefis, M.Farm selaku Dosen Pembimbing 1 saya yang

telah membimbing, memberi saran dan masukan selama proses penyusunan

proposal ini.

2. Bapak apt. Nurliyasman, MPH selaku Dosen Pembimbing 2 saya yang tekkag

membimbing, memberi saran dan masukan selama proses penyusunan

proposal ini.

3. Ibu apt. Sri Hainil, M.Farm selaku Ketua Program Studi Sarjana Farmasi

Insitut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Sarjana Farmasi Insitut Kesehatan Mitra

Bunda Batam atas segala ilmu, nasihat, arahan, waktu, dan dukungan yang

selalu diberikan kepada penulis.

vi
5. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang telah merawat, mendidik dan

mendukung serta memenuhi segala kebutuhan pendidikan hingga perguruan

tinggi. Dan juga kepada Kakak dan Abang saya yang telah mendukung secara

finansial di saat perkuliahan ini berlangsung.

6. Kepada teman 1 tim saya Jessica Tiranda, Dian Aradziluna, dan Diana

Agustina atas kerja sama selama penyusunan proposal bersama serta

dukungan untuk cepat menyelesaikan proposal ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kata kesempurnaan. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Batam, 10 Februari 2022

Penulis

Mutia Bidriah

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...............................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.4.1 Bagi Peneliti .................................................................................... 3

1.4.2 Bagi Institusi .................................................................................... 4

1.4.3 Bagi Masyarakat .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

2.1 Meniran (Phyllantus niruri L)................................................................... 5

2.1.1 Deskripsi Tumbuhan Meniran ......................................................... 5

2.1.2 Klasifikasi Tumbuhan Meniran ....................................................... 5

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Meniran ........................................................ 6

2.1.4 Manfaat Tumbuhan Meniran ........................................................... 7

2.1.5 Kandungan Metabolit Sekunder Pada Meniran ............................... 7

2.2 Ekstrak dan Ekstraksi ................................................................................ 7

viii
2.2.1 Definisi Ekstrak dan Ekstraksi ........................................................ 7

2.2.2 Tujuan Ekstraksi .............................................................................. 8

2.2.3 Macam – Macam Ekstraksi ............................................................. 9

2.3 Standarisasi Ekstrak ................................................................................ 12

2.4 Skrinning Fitokimia ................................................................................ 13

2.5 Tablet ...................................................................................................... 15

2.5.1 Definisi Tablet ............................................................................... 15

2.5.2 Macam – macam Tablet ................................................................ 15

2.5.3 Metode Pembuatan Tablet ............................................................. 17

2.6 Tablet Effervescent.................................................................................. 19

2.6.1 Definisi Tablet Effervescent .......................................................... 19

2.6.2 Kelebihan Tablet Effervescent ....................................................... 20

2.6.3 Kekurangan Tablet Effervescent.................................................... 21

2.6.4 Sumber Asam ................................................................................ 21

2.6.5 Sumber Basa .................................................................................. 22

2.6.6 Bahan Eksipien .............................................................................. 23

2.7 Monografi Bahan Tambahan Yang Digunakan ...................................... 24

2.7.1 Asam Sitrat .................................................................................... 24

2.7.2 Asam Tartarat ................................................................................ 25

2.7.3 Natrium Bikarbonat ....................................................................... 25

2.7.4 Polivinilpirolidon........................................................................... 26

2.7.5 Natrium Benzoat ............................................................................ 26

2.7.6 Aspartam........................................................................................ 26

2.7.7 PEG 6000....................................................................................... 27

2.7.8 Perisa Lemon ................................................................................. 27

ix
2.7.9 Laktosa .......................................................................................... 28

2.8 Evaluasi Granul ....................................................................................... 28

2.8.1 Uji Organoleptis ............................................................................ 28

2.8.2 Uji Kadar Air ................................................................................. 28

2.8.3 Uji Waktu Alir ............................................................................... 29

2.8.4 Uji Kompresibilitas ....................................................................... 29

2.8.5 Uji Sudut Diam .............................................................................. 29

2.9 Evaluasi Fisik Tablet Effervescent .......................................................... 29

2.9.1 Uji Keseragaman Bobot dan ukuran.............................................. 29

2.9.2 Uji Kekerasan ................................................................................ 30

2.9.3 Uji Kerapuhan ............................................................................... 30

2.9.4 Uji Waktu Larut ............................................................................. 31

2.9.5 Uji Organoleptik ............................................................................ 31

2.9.6 Uji pH ............................................................................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 32

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 32

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 32

3.2.1 Alat ................................................................................................ 32

3.2.2 Bahan ............................................................................................. 32

3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 33

3.3.1 Pengambilan Sampel ..................................................................... 33

3.3.2 Determinasi Sampel....................................................................... 33

3.3.3 Pengolahan Sampel Herba Meniran .............................................. 33

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Herba Meniran ............................................... 33

3.3.5 Standarisasi Ekstrak....................................................................... 34

x
3.3.6 Skrinning Fitokimia ....................................................................... 36

3.3.7 Pembuatan Granul Ekstrak Herba Meniran ................................... 38

3.3.8 Evaluasi Granul Ekstrak Herba Meniran ...........................................

3.3.9 Formula Tablet Effervescent.......................................................... 38

3.3.10 Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran ............. 38

3.3.11 Evaluasi Fisik Tablet Effervescent ............................................... 42

3.4 Analisis Data ........................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

LAMPIRAN ......................................................................................................... 50

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tumbuhan Meniran..... ............................................................................. 4


Gambar 2 Skema Alur Penelitian Formulasi Sediaan Tablet Effervescent ...............47
Gambar 3 Skema Pembuatan Ekstrak Kental Herba Meniran ..................................48
Gambar 4 Skema Pembuatan dan Evaluasi Granul Ekstrak Herba Meniran ..........49
Gambar 5 Skema Pembuatan dan Evaluasi Tablet Effervescent Ekstrak Herba
Meniran ..................................................................................................50

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Formula Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran...................................37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Alur Penelitian ...........................................................................47


Lampiran 2 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Herba Meniran .................................48
Lampiran 3 Skema Pembuatan Granul Ekstrak Herba Meniran ...............................49
Lampiran 4 Skema Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran ...........50

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

terutama pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat lebih dari 30.000 jenis

tumbuhan yang dijumpai di bumi Nusantara ini, dan 940 jenis di antaranya

telah diketahui dapat dimanfaatkan sebagai obat (Puslitbangtri, 1992).

Tumbuhan yang terdapat di Indonesia telah dijadikan sebagai obat

tradisional yang digunakan secara turun temurun untuk mengobati dan

mencegah berbagai penyakit (Permenkes RI, 2012).

Salah satu jenis tumbuhan yang telah digunakan secara turun

temurun dan dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah meniran

(Phyllantus niruri L) (Kardinan, 2004). Meniran ini mengandung senyawa

flavonoid, steroid, tanin, alkaloid, fenolik, saponin dan kandungan kimia

lainnya (Rivai et al., 2013).

Beberapa penelitian terdahulu sudah membuktikan bahwa tumbuhan

meniran (Phyllantus niruri L) dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes

(Okoli et al., 2010), obat batuk mukolitik (Windriyati, Y. N., et al, 2019),

antioksidan (Tambunan et al., 2019), antipiretik (Jansen, et al, 2015), dan

salah satunya digunakan sebagai zat immunomodulator yang sangat

dibutuhkan di masa pandemi ini yaitu sebagai peningkat daya tahan tubuh

dan mampu menekan sistem imun tubuh (Aldi, et al, 2015).

1
Meniran sebagai obat peningkat daya tahan tubuh telah banyak

diformulasi dalam berbagai bentuk sediaan. Salah satunya adalah sediaan

kapsul yang telah kita kenal dengan nama Stimuno®, selain dalam bentuk

kapsul ada juga dalam bentuk Stimuno® sirup. Dari penelitian terdahulu

herba meniran telah diformulasikan dalam bentuk sediaan lain yaitu granul

effervescent yang ditujukan sebagai sediaan minuman fungsional (Madhavi

et al., 2019). Telah banyak penelitian tentang formulasi ekstrak meniran

dalam bentuk sediaan tablet, namun belum ditemukan penelitian terkait

tentang formulasi ekstrak meniran dalam bentuk tablet effervescent.

Tablet effervescent mempunyai keunggulan yaitu dalam bentuk

tablet yang dapat larut dalam air dan diminum secara oral dalam bentuk

larutan, juga mudah dikonsumsi seperti pada pasien lansia dan anak-anak

yang mengalami kesulitan dalam menelan dan mengunyah obat sehingga

dapat meningkatkan kepatuhan minum obat (Greene et al., 2016).

Komponen utama dalam formula ini adalah pada sumber asam dan sumber

basa, di mana sumber tersebut yang akan menghasilkan efek gelembung

seperti soda buih jika bercampur dengan air (Kusumawati et al., 2017).

Sumber asam yang biasa digunakan adalah asam sitrat dan asam tartarat,

kombinasi asam tersebut pada tablet effervescent dapat memperbaiki

kecepatan alir dan juga berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik tablet

(Anam et al., 2013). Sumber basa yang digunakan adalah natrium

bikarbonat karena dapat mempercepat kelarutan, memperbaiki rasa tablet

yang enak, serta aroma pada sediaan (Murdianto & Syahrumsyah, 2013).

2
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

memformulasikan meniran dalam bentuk sediaan tablet effervescent dengan

memvariasikan kombinasi asam sitrat-asam tartarat sebagai sumber asam.

Sehingga diharapkan tablet ini mempunyai sifat fisik tablet yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L) dapat diformulasi

dalam bentuk tablet effervescent?

2. Bagaimana pengaruh kombinasi asam sitrat-asam tartarat terhadap sifat

fisik tablet effervescent dari ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L)?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasikan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L)

menjadi sediaan tablet effervescent.

2. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi asam sitrat-asam tartarat terhadap

sifat fisik tablet effervescent dari ekstrak herba meniran (Phyllantus

niruri L)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan

2. Dapat mengetahui formula sediaan tablet effervescent dari

ekstrak herba meniran.

3
1.4.2 Bagi Institusi

Dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan

penggunaan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L) dalam

sediaan tablet effervescent.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

pemanfaatan tumbuhan liar meniran yang dapat diformulasi

sebagai tablet effervescent.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meniran (Phyllantus niruri L)

2.1.1 Deskripsi Tumbuhan Meniran (Kardinan, 2004)

Meniran (Phyllantus niruri L) merupakan tumbuhan liar

yang berasal dari Asia tropik yang tersebar ke Benua Afrika,

Amerika, dan Australia. Tumbuhan jenis herba dengan tinggi 40-

100 cm ini, tumbuh secara liar di tempat berbatu dan lembap,

seperti di lahan bekas sawah, semak, ladang, tanah terlantar, di

antara rerumputan, tepi sungai, pantai, atau tumbuh di sekitar

perkarangan rumah, baik di perdesaan maupun di perkotaan.

Di Indonesia, penyebaran meniran cukup luas. Hal itu

diketahui dari beberapa nama daerah yang melekat pada tumbuhan

ini seperti sidukung anak (Sulawesi), dudukung anak (Sumatera),

memeniran (Jawa), belalang babiji (Maluku) dan banyak lagi.

2.1.2 Klasifikasi Tumbuhan Meniran

Gambar 1. Tumbuhan Meniran (Data Penelitian)

5
Klasifikasi menurut (Oktavidiati et al., 2011) sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Family : Phyllanthaceae

Divisi : Spermatophta

Subdivisi : Angiosperma

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Genus : Phyllantus

Spesies : Phyllantus niruri L

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Meniran

Meniran memiliki batang berwarna hijau muda atau hijau

tua. Setiap cabang atau ranting terdiri dari 8 – 25 helai daun. Daun

berwarna hijau, ukurannya 0,5 – 2 x 0,25 – 0,5 cm. Buah

bertekstur licin, bulat pipih dengan diameter 2 – 2,5 cm. Meniran

mempunyai akar tunggang dan sepasang bunga, yaitu bunga betina

yang keluar di atas ketiak daun dan bunga jantan yang keluar di

bawah ketiak daun. Daun meniran mirip dengan daun asam,

berbentuk lonjong memanjang dan tersusun majemuk (Kardinan,

2004).

6
2.1.4 Manfaat Tumbuhan Meniran

Tumbuhan meniran merupakan tumbuhan yang dapat

dimanfaatkan sebagai antidiabetes (Okoli et al., 2010), obat batuk

mukolitik (Windriyati, Y. N., et al, 2019), antioksidan (Tambunan

et al., 2019), antipiretik (Jansen, et al, 2015), dan secara klinis

ekstrak tumbuhan meniran telah terbukti bersifat

immunomodulator yaitu peningkat daya tahan tubuh seseorang dan

juga mampu menekan sistem imun apabila aktivitasanya berlebih

sehingga kebal terhadap serangan penyakit (Aldi, et al, 2015).

2.1.5 Kandungan Metabolit Sekunder Pada Meniran

Meniran ini mengandung senyawa flavonoid, steroid, tanin,

alkaloid, fenolik, saponin dan kandungan kimia lainnya (Rivai et

al., 2013). Meniran pada kandungan golongan flavonoid memiliki

beberapa komponen zat aktif jenis kuersetin, dan rutinin yang

dapat merangsang sistem imun pada tubuh manusia agar bekerja

lebih baik (Danladi et al., 2018).

2.2 Ekstrak dan Ekstraksi

2.2.1 Definisi Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan sari pekat dari tumbuh-tumbuhan

atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari

masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum (pelarut) yang

cocok, uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya, dan sisa

7
endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel, H.,

1989).

Ekstrak berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV,

merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia botani atau hewani memakai pelarut yang

sesuai, lalu semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sampai

memenuhi baku yang sudah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk

memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan

maupun hewan (Dirjen, 1979). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan

zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Ditjen POM,

2000).

2.2.2 Tujuan Ekstraksi

Tujuan dari sebuah proses ekstraksi adalah untuk menarik

atau memisahkan suatu komponen dari senyawa kimia simplisia

atau campurannya. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antioksidan

dan antimikroba yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya

diekstrak dengan suatu pelarut. Faktor yang perlu diperhatikan

dalam proses ekstraksi adalah struktur dari setiap senyawa, suhu

dan tekanan (Voight, B M, 2014).

8
2.2.3 Macam – Macam Ekstraksi

2.2.3.1 Ekstraksi Cara Panas

Pada metode ekstraksi cara panas menggunakan

proses pemanasan. Jenis-jenis ekstraksi cara panas yaitu:

1. Destilasi (penyulingan)

Destilasi adalah suatu proses penyulingan yang

digunakan untuk menarik senyawa atau menyari

senyawa yang ikut menguap bersama air sebagai

pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan air akan

terpisah menjadi senyawa yang diekstraksi dan destilat

air dan senyawa akan terkondensasi. Metode ini

biasanya digunakan untuk kandungan yang terdapat

minyak atsiri dari suatu tumbuhan (Ditjen POM, 2000).

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut

yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat

khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik (Ditjen POM, 2000).

3. Refluks

Refluks merupakan metode ekstraksi yang

dilakukan di titik didih pelarut tersebut, selama waktu

dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin

9
balik (kondensor). Dilakukan 3 sampai 5 kali

pengulangan proses. Bahan yang diekstraksi direndam

menggunakan cairan penyari dalam labu alas bulat

yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian

dipanaskan mendidih. Cairan penyari akan menguap,

uap tadi akan diembunkan dengan pendingin tegak dan

akan kembali menyari zat aktif (Ditjen POM, 2000).

Kelebihan metode refluks adalah padatan yang

memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan.

Kelemahan metode ini adalah membutuhkan jumlah

pelarut yang banyak (Irawan, 2010).

4. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik yaitu dengan

pengadukan kontinu pada suhu yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan (Ditjen POM, 2000). Digesti adalah

proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama

dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan

pemanasan rendah pada suhu 30-40oC (Marjoni, 2016).

5. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada

temperatur penangas air selama waktu tertentu (15-20

menit) (Ditjen POM, 2000). Infus merupakan sediaan

10
cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan

air pada suhu 90oC selama 15 menit (Marjoni, 2016).

2.2.3.2 Ekstraksi Cara Dingin

Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama

proses ekstraksi berlangsung dengan tujuan agar senyawa

yang diinginkan tidak menjadi rusak. Beberapa jenis

metode ekstraksi cara dingin, yaitu:

1. Maserasi

Maserasi adalah proses mengekstrak simplisia

dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Proses

maserasi ini bertujuan untuk menarik zat-zat

berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak

tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan (Ditjen POM, 2000).

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi menggunakan

pelarut yang selalu baru dan sempurna (Exhaustiva

extraxtion) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Prinsip pada perkolasi adalah dengan

menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana

silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.

11
Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap

maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya

satu sampai lima kali bahan (Ditjen POM, 2000).

2.3 Standarisasi Ekstrak

Standarisasi mutu ekstrak terdiri dari parameter standar spesifik dan

parameter standar non spesifik.

Parameter spesifik terdiri dari (Ditjen POM, 2000):

1. Identitas ekstrak bertujuan memberikan identitas bagi tumbuhan yang

akan diteliti, meliputi deskripsi tata nama tumbuhan, nama latin

tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan serta senyawa identitas

yang menjadi petunjuk spesifik.

2. Organoleptis ekstrak bertujuan sebagai pengenalan awal sederhana

seobjektif mungkin, dilakukan dengan menggunakan panca indera

untuk mendeskripsikan warna, bentuk, rasa dan bau.

Parameter non spesifik terdiri dari (Ditjen POM, 2000):

1. Susut pengeringan, bertujuan untuk memberikan batasan atau rentang

besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Susut

pengeringan merupakan sisa zat setelah pengeringan pada temperatur

105o C selama 30 menit atau sampai berat konstan.

2. Kadar air, bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang

besarnya kandungan air di dalam bahan.

12
3. Kadar abu, bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak.

2.4 Skrinning Fitokimia

Skrinning fitokimia adalah pemeriksaan senyawa kimia secara

kualitatif untuk mengetahui kandungan pada tumbuhan. Pemeriksaan

dilakukan pada senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan

yang dapat digunakan sebagai bahan obat untuk kesehatan seperti alkaloid,

glikosida, tanin, terpenoid, flavonoid dan saponin (Marwoko, 2013).

Pemeriksaan metabolit sekunder dilakukan dengan melihat reaksi warna dari

suatu pereaksi warna, yaitu :

1. Uji Alkaloid

Sebanyak 0,1 gr simplisia dilarutkan dalam 10 ml CHCl3

(kloroform) dan 4 tetes NH4OH kemudian disaring dan filtratnya

dimasukkan kedalam tabung reaksi tertutup. Ekstrak CHCl3 dalam

tabung reaksi kemudian dikocok dengan ditambah 10 tetes H2SO4 2 M,

sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam yang berada di atas

dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain dan ditambahkan preaksi

meyer yang menghasilkan endapan warna putih sedangkan penambahan

pereaksi dragendorff yang akan menimbulkan endapan warna merah-

jingga (J.B Harbone, 1996).

2. Uji Flavonoid

13
Sebanyak 40 mg sampel ditambahkan beberapa ml air

kemudian didihkan selama 5 menit lalu disaring. Sebanyak 5 ml filtrat

ditambahkan serbuk (Mg), HCl:Etanol (1:1) dan amil alkohol.

Campuran dikocok kuat-kuat. Uji positif ditandai dengan munculnya

warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (J.B

Harbone, 1996).

3. Uji Saponin

Sebanyak 40 mg sampel ekstrak ditambahkan 10 ml air sambil

dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCL 1 N. Bila busa

yang terbentuk tetap stabil selama lebih kurang 7 menit, maka busa

sampel positif mengandung saponin (J.B Harbone, 1996).

4. Uji Tanin

Sebanyak 40 mg sampel ditambahkan beberapa ml air dan

didihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat ditetesi FeCl3 1 %. Uji

positif ditandai dengan munculnya warna hijau kehitaman (J.B

Harbone, 1996).

5. Uji Terpenoid dan Steroid

Sebanyak 40 mg sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform

dalam tabung reaksi yang kering, lalu ditambahkan 10 tetes asetat

anhidrat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif ditunjukkan

dengan terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali lalu

berubah menjadi warna biru atau hijau untuk steroid serta merah atau

ungu untuk triterpenoid (J.B Harbone, 1996).

14
2.5 Tablet

2.5.1 Definisi Tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat

dengan atau pun tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat

dengan cara pengempaan dam merupakan bentuk sediaan yang paling

banyak digunakan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.

Tablet berbentuk kapsul umunya disebut kaplet (Depkes RI, 1995).

2.5.2 Macam – macam Tablet

Adapun macam- macam tablet sebagai berikut (Kemenkes RI,

2014):

1. Tablet Kempa

Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi

pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.

2. Tablet Cetak

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk

lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

3. Tablet Triturat

Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,

umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur

yang tepat untuk peracikan obat.

15
4. Tablet Hipodermik

Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau

melarut sempurna dalam air, umumnya dulu digunakan untuk

membuat sediaan injeksi hipodermik

5. Tablet Bukal

Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet di

antara pipi dan gusi.

6. Tablet Sublingual

Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan

tablet di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung

melalui mukosa mulut.

7. Tablet Effervescent

Tablet effervescent yang larut, dibuat dengan cara

dikempa. Selain zat aktif, tablet effervescent juga mengandung

campuran asam (asam sirat, asam tartarat) dan natrium

bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan

karbon dioksida.

8. Tablet Kunyah

Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan

residu dengan rasa enak dalam rongga mulut. Jenis tablet ini

digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama

multivitamin, antasida, dan antibiotik tertentu.

16
9. Tablet Lepas – Lambat

Tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat

sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka

waktu tertentu setelah obat diberikan.

10. Tablet Hisap

Merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau

lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan

manis, yang membuat tablet melarut atau hancur dalam mulut.

2.5.3 Metode Pembuatan Tablet

Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu:

1. Metode Granulasi Basah

Granulasi basah adalah proses pencampuran partikel bahan

aktif dan eksipien menjadi partikel partikel yang lebih besar

(agregat) dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang

tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat di granulasi.

Metode ini biasanya digunakan apabila bahan aktif tahan terhadap

lembab dan panas. Umumnya untuk bahan aktif yang sulit dicetak

langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik.

Prinsip dari metode ini adalah membasahi masa tablet dengan

cairan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan

tertentu kemudian massa yang basah tersebut digranulasi (Elisa,

2018).

17
Keuntungan dari metode ini adalah Meningkatkan

kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat

dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu

akan menjadi massa yang kompak, dapat digunakan untuk bahan

zat aktif dan eksipien yang tahan panas dan lembab. Kelemahan

granulasi basah yaitu tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada

obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta

disolusi obat lebih lambat, memerlukan biaya produksi yang besar

(Kara et al., 2017).

2. Metode Granulasi Kering

Granulasi kering disebut juga slugging. Selanjutnya, yang

dimaksud granulasi kering adalah memproses partikel bahan aktif

dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi

massa padat. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara

mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut (Elisa, 2018).

Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk zat

aktif dan eksipien yang sensitif terhadap panas dan lembab,

peralatan yang dibutuhkan lebih sedikit dibanding granulasi basah,

tidak memerlukan pemanasan atau pelarutan terlebih dahulu pada

massa cetak. Kelemahan dari metode ini adalah diperlukan mesin

khusus untuk slugging, distribusi zat warna kurang homogen dan

pada prosesnya banyak menghasilkan debu sehingga meningkatkan

terjadinya kontaminasi (Kara et al., 2017).

18
3. Metode Kempa Langsung

Metode kempa langsung adalah suatu metode pembuatan

tablet dengan mengempa langsung campuran bahan aktif dan

eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.

Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis dan

cepat pengerjaanya. Namun, hanya dapat digunakan pada kondisi

zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan

terhadap panas dan lembab (Elisa, 2018).

Keuntungan dari metode ini adalah waktu produksi yang

lebih singkat, dapat dipakai untuk bahan yang tidak tahan air.

Kelemahan metode ini adalah sering terjadi pemisahan antar

partikel (segregation) pada waktu partikel turun di hopper ke die

sehingga terjadi ketidakseragaman bahan aktif (Ansel, 1989).

2.6 Tablet Effervescent

2.6.1 Definisi Tablet Effervescent

Effervescent didefinisikan sebagai evolusi gelembung-

gelembung gas dari suatu cairan sebagai hasil reaksi kimia.

Campuran-campuran effervescent telah dikenal dan digunakan dalam

pengobatan selama bertahun-tahun. Secara komersil effervescent

umumnya dikenal sebagai “seidlitz powders”. Campuran-campuran

effervescent telah cukup populer sejak bertahun-tahun lamanya dengan

nilai pengobatan pengolahan khusus, effervescent dipasarkan pada

masyarakat dalam bentuk takaran khusus sehingga menarik dalam

19
penyajiannya. Dan lagi memberikan sebuah rasa sedap yang

membantu menutupi rasa obat-obatan yang tidak enak (Mohrle, 1989).

Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas (CO2)

sebagai hasil reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan

pelarutnya (air). Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan

untuk membuat minuman ringan secara praktis. Tablet effervescent

dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam

dan sumber karbonat. Bila tablet dimasukkan ke dalam air, mulailah

terjadi reaksi kimia antar sumber asam dan sumber karbonat tersebut

sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian

menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida (CO2). Reaksinya

berjalan cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu kurang dari

satu menit. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga

memberikan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu

memperbaiki rasa (Ritschel, 1970).

2.6.2 Kelebihan Tablet Effervescent

Kelebihan tablet effervescent adalah kemungkinan penyiapan

larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat tepat.

Selain itu tablet effervescent dapat menghasilkan gas karbondioksida

yang memberikan rasa yang enak karena ada karbonat yang membantu

memperbaiki rasa pada beberapa obat tertentu (Banker, S.G., and

Anderson, 1986). Tablet effervescent ini praktis dan mudah dibawa,

dengan cara penyajiannya yang lebih menarik dibandingkan dengan

20
tablet konvensional, dapat diberikan kepada pasien yang susah

menelan tablet atau kapsul, pada saat dikonsumsi zat aktif dalam

keadaan terlarut sehingga absorpsinya lebih mudah (Greene et al.,

2016).

2.6.3 Kekurangan Tablet Effervescent

Kekurangan dari tablet effervescent adalah menghasilkan

produk yang stabil secara kimia, bahkan kelembapan udara selama

pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktifitas

effervescent, dengan demikian pula seluruh peralatan yang akan

digunakan termasuk mesin cetak tablet harus berada dalam ruangan

khusus (Banker, S.G., and Anderson, 1986).

2.6.4 Sumber Asam

Sumber asam yaitu bahan yang mengandung asam atau yang

dapat membuat suasana asam pada campuran effervescent. Menurut

Mohrle, (1989) keasaman sangat penting dalam proses reaksi

effervescent, dam ini didapat dari tiga sumber asam yaitu, asam bebas

seperti asam sitrat, tartarat, malat, asam anhidrat seperti asam suksinat

dan asam anhidrat, lalu ada asam garam seperti natrium dehidrogen

fosfat. Sumber asam direaksikan dengan air akan terhidrolisa

kemudian melepaskan asam yang akan terhidrolisa dan yang dalam

proses selanjutanya akan manghasilkan CO2 (Mohrle, 1989).

Sumber asam yang umum digunakan dalam pembuatan tablet

effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat

21
mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air, mudah diperoleh dalam

bentuk granul dan mempunyai sifat higroskopis yang sangat tinggi

sedangkan asam tartarat mempunyai sifat higroskopis yang lebih

rendah (Ansel, H., 1989).

Kombinasi asam sitrat dan asam tartarat merupakan kombinasi

yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan formula (Anova

et al., 2016). Apabila hanya menggunakan asam tartarat sebagai asam

tunggal, serbuk effervescent akan menggumpal dan sediaan mudah

rapuh. Sedangkan asam sitrat saja akan menghasilkan campuran

serbuk yang lengket. Asam sitrat dan asam tartarat mempunyai

kelarutan yang sangat baik dalam medium air (Ansel, H., 1989).

Variasi konsentrasi asam sitrat dan asam tartarat sangat berpengaruh

terhadap banyaknya gas karbondioksida yang terbentuk, juga

berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik tablet effervescent (Anwar,

2010).

2.6.5 Sumber Basa

Sumber basa yang digunakan dari sumber karbonat sebagai

salah satu bahan yang digunakan untuk menimbulkan gas

karbondioksida pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang biasa

digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium

karbonat dan natrium bikarbonat. Keduanya adalah paling reaktif.

Dalam tablet effervescent sumber karbonat seperti natrium karbonat

dan natrium bikarbonat dapat larut sempurna, non higroskopis, murah,

22
banyak tersedia secara komersial mulai bentuk bubuk sampai granul

(Mohrle, 1989).

2.6.6 Bahan Eksipien

Bahan – bahan tambahan yang biasa digunakan dalam

pembuatan tablet effervescent adalah :

1. Bahan pengikat (Binder)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak,

dapat merekat (Anief, 2003), memberikan kekompakan dan daya

tahan tablet (Voigt, 1984). Bahan pengikat bertugas sebagai perekat

yang mengikat komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul

sampai tablet pada proses pengempaan. Pada metode kempa

langsung, bahan pengikat dimasukkan dalam keadaan kering

sebagai serbuk. Hal yang sama juga terjadi pada metode granulasi

kering. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah PVP (Banker,

S.G., and Anderson, 1986).

2. Bahan pengisi (Diluent)

Bahan ini dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet

(Anief, 2003). Bahan tablet ini menjamin tablet memiliki ukuran

atau massa yang dibutuhkan. Bahan pengisi yang baik memiliki

beberapa kriteria, yaitu tidak bereaksi dengan zat aktif dan eksipien

lain, tidak memiliki aktivitas fisiologis dan farmakologis,

mempunyai sifat fisik dan kimia yang konsisten, tidak

menyebabkan dan berkontribusi pada segresi campuran bila

23
ditambahkan, tidak menyebabkan berkembang biaknya mikroba,

tidak mempengaruhi disolusi dan bioavaibilitasnya, tidak berwarna

dan tidak berbau. Bahan pengisi harus inert yang larut dalam air

seperti sukrosa, laktosa, karbonat, dekstrosa, sorbitol dan bahan

lain yang cocok (Sulaiman, 2007).

3. Bahan pelicin (Lubrikan)

Bahan pelicin memiliki fungsi berbeda, antar lain berfungsi

sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah

bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur

massa tablet, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan

pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan

gesekan antar dinding dalam lubang cetak dan permukaan sisi

tablet, sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk

menghindarkan lekatnya massa tablet pada stempel dan pada

dinding ruang cetak. Biasanya digunakan asam stearat dan PEG

(Anief, 2003).

2.7 Monografi Bahan Tambahan Yang Digunakan

2.7.1 Asam sitrat

Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul

air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari

100,5% C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat dan memiliki bobot

molekul 192,12. Asam sitrat berbentuk hablur bening, tidak berwarna

atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau

24
praktis tidak berbau dengan rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar

dalam udara kering agak sukar larut dalam eter. Fungsinya dalam

formula sebagai sumber asam dan penghancur (Depkes RI, 1995).

2.7.2 Asam Tartarat

Asam tartarat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida P

selama 3 jam, mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih

dari 100,5% C4H6O6. Asam tartarat memiliki bobot molekul 150,09

dengan pemerian berbentuk hablur tidak berwarna (bening) atau

serbuk hablur halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, berasa

asam dan stabil di udara. Asam tartarat sangat mudah larut dalam air

dan dalam etanol. Fungsinya dalam formula sebagai bahan

penghancur dan sumber asam (Depkes RI, 1995).

2.7.3 Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat mempunyai pemerian adalah serbuk putih

atau hablur monoklim kecil, buram, tidak berbau, rasa asin sedangkan

kelarutannya adalah larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut

dalam etanol (95%) p. Rumus molekul NaHCO3, memiliki bobot

molekul 84,007. Pada penyimpanan bikarbonat adalah dalam wadah

tertutup baik. Jumlah basa yang paling dapat diterima dalam

komposisi sediaan effervescent adalah 25% sampai 40% dari berat

yang diinginkan (Elisa, 2018). Fungsinya dalam formula sebagai

sumber (Dirjen, 1979).

25
2.7.4 Polivinil Pirolidon

Polivinil pirolidon dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot

molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000 dengan pemerian

serbuk halus, berwarna putih sampai krem, tidak atau hampir tidak

berbau, higroskopik. Kelarutan, mudah larut dalam air, dalam etanol

(95%)p,. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak.

Stabil pada suhu 110-130oC, mudah terurai dengan adanya udara dari

luar, dapat bercampur dengan air, stabil bila disimpan di tempat

kering. Jumlah PVP sebagai bahan pengikat dibutuhkan berkisar 5-

10% dari bobot tablet (Elisa, 2018). Tujuan dalam formula sebagai

bahan pengikat pada tablet (Dirjen, 1979).

2.7.5 Natrium Benzoat

Natrium benzoat mengandung tidak kurang dari 99%

C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Natrium benzoat memiliki

bobot molekul 144,11 dengan pemerian butiran atau serbuk hablur,

putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau. Natrium benzoat larut

dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P. WHO telah

menetapkan asupan harian total natrium benzoat yaitu 5 Mg/KgBB

(HOPE,2009). Fungsi dalam formula yaitu sebagai zat pengawet

(Dirjen, 1979).

2.7.6 Aspartam

Aspartam dengan rumus molekul C14H18N2O5 dengan berat

molekul 294,31 digunakan sebagai agen pemanis intens dalam

26
minuman, makanan, dan dalam sediaan farmasi. Aspartam stabil

dikondisi kering dengan kelarutan sedikit larut dalam etanol (95%)p,

Sedikit larut dalam air. WHO telah menetapkan asupan harian yang

dapat diterima untuk aspartam adalah 40 Mg/KgBB (Raymond C

Rowe, Paul J Sheskey, 2009).

2.7.7 PEG 6000

PEG 6000 atau disebut polietilen glikol digunakan sebagai

pelicin atau lubrikan. Dengan pemerian serbuk yang mudah mengalir,

putih, bau manis yang samar atau sedikit. Kelarutannya larut dalam air

dan dapat bercampur dalam semua proporsi dengan polietilen glikol

lainnya, larut dalam aseton, dikloro metana, etanol dan metanol, agak

sukar larut dalam hidrokarbon alifatik dan eter, tidak larut dalam

lemak. Jumlah PEG 6000 sebagai bahan pengikat dibutuhkan berkisar

2-5% dari bobot tablet (Elisa, 2018). Stabilitas PEG secara kimia

stabil di udara dan dalam larutan (Raymond C Rowe, Paul J Sheskey,

2009).

2.7.8 Perisa Lemon

Perisa lemon digunakan sebagai pengaroma, biasanya larut

dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dan warnanya stabil

(Ansel, 1989). Citrus lemon memiliki kelarutan yang larut dalam air

sehingga pada sediaan yang dibuat sangat cocok digunakan apalagi

praktis dalam pemberiannya (Fultaz dan Nakasima, 2014).

27
2.7.9 Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk

anhidrat atau mengandung satu moleku air hidrat, dan rumus molekul

laktosa adalah C12H22O11, memiliki bobot molekul 342,20. Laktosa

berbentuk serbuk atau massa hablur, keras, berwarna putih, atau putih

krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi

mudah menyerap bau. Memiliki kelarutan mudah larut dalam air dan

mendidih, sangat sukar larut dalam etanol tetapi laktosa tidak larut

dalam kloroform dan dalam eter. Penggunaan laktosa pada tablet

effervescent sebagai bahan pengisi digunakan berkisar 5-80% (Elisa,

2018). Fungsinya dalam formula sebagai bahan pengisi (Depkes RI,

1995).

2.8 Evaluasi Granul

2.8.1 Uji Organoleptis

Evaluasi organoleptis dilakukan dengan melakukan

pengamatan pada bentuk, warna, rasa dan bau sediaan granul (Dewi et

al., 2014).

2.8.2 Uji Kadar Air

Kadar air juga mempengaruhi kecepatan alir dari granul,

apabila kadar air rendah maka kecepatan alir akan tinggi sehingga

baik pada saat pengempaan sedangkan apabila kadar air terlalu tinggi

maka kecepatan alir menjadi rendah dan menyulitkan pada saat

pencetakan. Syarat kadar air yang baik ialah <5% (BPOM RI, 2019).

28
2.8.3 Uji Waktu Alir

Granul dimasukkan ke dalam corong setinggi 2/3 tinggi corong

lalu dialirkan melalui ujung corong dan dihitung waktu alirnya. Waktu

alir yang baik mempunyai kecepatan alir tidak kurang dari 10 detik

(Elisabeth et al., 2018)

2.8.4 Uji Kompresibilitas

Pada uji kompresibilitas dilakukan untuk melihat perubahan

volume granul akibat hentakan dan getaran yang mungkin terjadi pada

proses pentabletan. Granul atau serbuk yang mempunyai sifat alir

yang baik mempunyai nilai indeks kompresibilitas <20% (Apriyanto

et al., 2017).

2.8.5 Uji Sudut Diam

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong

yang bagian atas berdiameter 12 cm, diameter di bawah 1 cm dan

tinggi 10 cm. Granul dimasukkan ke dalam corong, lalu dialirkan

melalui ujung corong dan ditentukan besar sudut diamnya.

Persyaratan uji sudut diam tidak lebih besar dari 40º (Lachman et al.,

2008).

2.9 Evaluasi Fisik Tablet Effervescent

2.9.1 Uji Keseragaman Bobot dan Ukuran

Uji keseragaman bobot bertujuan untuk menjamin mutu

keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Ditimbang satu persatu

tablet, Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan

29
10 tablet sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1% = 15%.

Jika nilai keberterimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian

ulang pada 20 tablet tambahan yang harus memenuhi syarat

L2%=25% sesuai persyaratan pada Farmakope Indonesia VI

(Kemenkes RI, 2020). Penentuan keseragaman ukuran dilakukan

dengan mengamati diameter dan ketebalan tablet menggunakan jangka

sorong (Wlodarski., 2016) Syarat keseragaman ukuran kecuali

dinyatakan lain, diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal

tablet dan tidak boleh kurang dari satu sepertiga tebal tablet

(Kemenkes RI, 2020).

2.9.2 Uji Kekerasan

Respon kekerasan tablet yang terampil pada alat dicatat dan

dilakukan perhitungan (Moreton, 2016). Satu tablet diletakkan di

tengah dan tegak harus pada hardness tester, mula-mula skala pada

posisi nol, kemudian alat diputar pelan-pelan sampai tablet pecah.

Dibaca skala yang dicapai pada saat tablet pecah atau hancur

(Lachman et al., 2008). Tablet yang baik memiliki kekerasan minimal

4 kg (Ansel, H., 1989).

2.9.3 Uji Kerapuhan

Kerapuhan tablet dinyatakan dalam bentuk persen. Sebanyak

20 tablet yang telah dibebaskan debukan ditimbang, kemudian

dimasukkan dalam friabilitator. Alat dijalankan 100 kali putaran

selama 4 menit atau dengan kecepatan 25 putaran per menit. Tablet

30
diambil dan dibersihkan dari partikel yang menempel pada tablet,

ditimbang kembali, dihitung persentase selisih atau susut bobotnya

(Ansel, H., 1989). Tablet yang baik memiliki nilai kerapuhan kurang

dari 1% (Siregar, Charles J ,P Wikarsa, 2010).

2.9.4 Uji Waktu Larut

Pada pengujian waktu larut tablet effervescent yang baik itu

waktu larut < dari 5 menit (BPOM RI, 2019). Waktu melarut tablet

dicatat dengan alat stopwatch sampai tablet hancur dan larut (Said,

2005). Tablet dikatakan baik apabila larut dalam waktu 1-2 menit

(Lachman et al., 2008).

2.9.5 Uji Organoleptik

Evaluasi organoleptis dilakukan dengan melakukan

pengamatan pada bentuk, warna, dan bau sediaan tablet effervescent

(Dewi et al., 2014).

2.9.6 Uji pH

Pada pengujian pH dilakukan setelah tablet terlarut sempurna

di air dengan menggunakan pH meter. Masing-masing formulasi

dilakukan pengujian sebanyak tiga kali pengulangan (Aslani & Daliri,

2016). Tablet effervescent dikatakan baik apabila memiliki nilai pH

mendekati netral yaitu 6-7 (BPOM, 2014).

31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan

Mei tahun 2022 bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Program

Studi Sarjana Farmasi, Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain wadah

kaca maserasi, rotary evaporator (Heidoph), oven, penangas air

(water bath), corong (Pyrex), alat uji kekerasan (hardness tester), alat

uji kerapuhan (friabilitator tester), timbangan analitik (Kenko),

batang pengaduk (Pyrex), jangka sorong, alat pencetak tablet single

punch, ayakan 16 mesh dan 20 mesh, pH meter, stopwatch, mortir dan

stemper, serta berbagai peralatan gelas.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi meniran,

H2SO4 pekat, NH3, pereaksi mayer, pereaksi dragendorf, Magnesium,

HCl, amil alkohol, FeCl3 1%, kloroform, etanol 70%, asam sitrat,

natrium bikarbonat, asam tartarat, laktosa, aspartam, polivinil

pirolidon (PVP), natrium benzoat, PEG 6000, perisa lemon, dan

aquadest.

32
3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel herba meniran didapatkan dari perkarangan rumah

Kecamatan Bengkong Sadai, Kota Batam.

3.3.2 Determinasi Sampel

Determinasi sampel telah dilakukan di Herbarium Padang,

Fakultas Biologi, Universitas Andalas. Tujuan dari determinasi

tumbuhan ini adalah untuk memastikan kebenaran dari jenis tumbuhan

yang dipakai dalam penelitian ini. Hasil determinasi yang didapat

menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah meniran

(Phyllantus niruri L).

3.3.3 Pengolahan Sampel Herba Meniran

Sebanyak 11,9 kg herba meniran dilakukan sortasi dengan

tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang menempel. Sampel di

aliri dengan air mengalir agar terbebas dari tanah dan pasir. Kemudian

sampel ditiriskan dan ditimbang berat awal basah sampel. Setelah itu,

dilakukan pengeringan dengan diangin-anginkan. Lalu setelah kering

lakukan perajangan menggunakan blender sampai menjadi serbuk

kering (Yulianti et al., 2021).

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Herba Meniran

Serbuk kering herba meniran 3,6 kg dibagi-bagi ke dalam

wadah kaca sebanyak 500 mg, lalu dimaserasi menggunakan pelarut

etanol 70% sampai terendam . Proses maserasi dilakukan di tempat

33
tertutup agar terhindar dari cahaya atau penerangan agar proses dapat

berlangsung dengan efektif. Perendaman dilakukan selama 3 x 24 jam

sambil sesekali diaduk. Saring, maserat berupa ekstrak cair

dikumpulkan kemudian dilakukan proses remaserasi selama 2x24 jam

dengan cara yang sama dan menggunakan pelarut yang baru. Semua

maserat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan alat rotary

evaporator pada suhu 50oC hingga didapatkan ekstrak kental herba

meniran. Lalu lakukan perhitungan rendeman (Ditjen POM, 2000).

Pemeriksaan ekstrak rendeman dihitung dengan cara

membandingkan berat ekstrak tanaman yang didapatkan dengan berat

awal sampel. Nilai rendemen ekstrak herba meniran, yaitu tidak

kurang dari 19,0% (Depkes RI, 2017). Dengan rumus % rendeman :

(Ditjen POM, 2000)

Berat Ekstrak Kental


% Rendeman = x 100%
Berat Awal Simplisia

3.3.5 Standarisasi Ekstrak

Parameter spesifik dan non spesifik yang termasuk sebagai

berikut:

1. Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan melakukan

pengamatan pada bentuk, warna, rasa dan bau sediaan granul

(Ditjen POM, 2000).

34
2. Kadar Abu

Krus porselin dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C

selama 30 menit, kemudian dimasukkan ke dalam desikator

selama 30 menit lalu ditimbang (A). Selanjutnya ditimbang 2 g

ekstrak herba meniran dan masukkan ke dalam krus porselin (B).

Selanjutnya dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 600°C

selama 6 jam. Cawan dimasukkan di dalam desikator, dibiarkan

sampai dingin kemudian ditimbang (C). Nilai kadar abu total

herba meniran, yaitu tidak lebih dari 8,7% (Depkes RI, 2017).

C-A
Rumus : % Kadar Abu = 𝑥 100 %
B-A

Keterangan:

A : Berat krus porselin kosong

B : Berat Krus porselin dengan sampel

C : Berat krus porselin dengan sampel setelah diabukan

3. Kadar Air

Krus porselin dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C

selama 15 menit, kemudian diletakkan di dalam desikator selama

30 menit dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang (A).

Ditimbang 10 g ekstrak herba meniran dan masukkan ke dalam

krus porselin kemudian ditimbang (B). Selanjutnya dimasukkan

ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 6 jam. Kemudian krus

porselin dimasukkan ke dalam desikator, dibiarkan sampai dingin

kemudian ditimbang (C). Nilai kadar air ekstrak herba meniran,

35
yaitu tidak lebih dari 17,0% (Depkes RI, 2017). Rumus

perhitungan kadar air, sebagai berikut :

B-C
Rumus : % Kadar Air = 𝑥 100 %
B-A

Keterangan:

A : Berat krus porselin kosong

B : Berat Krus porselin dengan sampel

C : Berat krus porselin dengan sampel setelah dikeringkan

3.3.6 Skrinning Fitokimia

3.3.6.1 Uji Alkaloid

Sebanyak 40 mg sampel ditambahkan 2 ml

kloroform dan 2 ml ammonia lalu disaring. Filtrat

ditambahkan 3 sampai 5 tetes H2SO4 pekat lalu dikocok

hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam diambil,

kemudian ditambahkan peraksi mayer dan dragendorff

masing-masing 4-5 tetes. Apabila terbentuk endapan

menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid,

dengan peraksi Mayer memberikan endapan berwarna

putih, dan peraksi dragendorff memberikan endapan

berwarna kuning-merah (J.B Harbone, 1996).

3.3.6.2 Uji Flavonoid

Sebanyak 40 mg ekstrak kental ditambahkan

beberapa ml air kemudian didihkan selama 5 menit lalu

disaring. Sebanyak 5 ml filtrat ditambahkan serbuk (Mg),

36
HCl:Etanol (1:1) dan amil alkohol. Campuran dikocok kuat-

kuat. Uji positif ditandai dengan munculnya warna merah,

kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (J.B Harbone,

1996).

3.3.6.3 Uji Saponin

Sebanyak 40 mg sampel ekstrak ditambahkan 10 ml

air sambil dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes

HCL 1 N. Bila busa yang terbentuk tetap stabil selama

lebih kurang 7 menit, maka busa sampel positif

mengandung saponin (J.B Harbone, 1996).

3.3.6.4 Uji Tanin

Sebanyak 40 mg sampel ditambahkan beberapa ml

air dan didihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat ditetesi

FeCl3 1 %. Uji positif ditandai dengan munculnya warna

hijau kehitaman (J.B Harbone, 1996).

3.3.6.5 Uji Terpenoid dan Steroid

Sebanyak 40 mg sampel dilarutkan dalam 2 ml

kloroform dalam tabung reaksi yang kering, lalu

ditambahkan 10 tetes asetat anhidrat dan 3 tetes asam sulfat

pekat. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya

larutan berwarna merah untuk pertama kali lalu berubah

menjadi warna biru atau hijau untuk steroid serta merah

atau ungu untuk triterpenoid (J.B Harbone, 1996).

37
3.3.7 Pembuatan Ekstrak Kering Herba Meniran

Ekstrak kental dari herba meniran dicampur laktosa dengan

perbandingan 1: 3, campuran digerus sampai membentuk massa yang

kompak, kemudian diayak dengan ayakan mesh 16. Campuran

dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan suhu 60ºC.

Kemudian campuran yang sudah kering diayak lagi dengan ayakan

mesh 20 sampai terbentuk granul ekstrak kering herba meniran

(Yulianti et al., 2021).

3.3.8 Formula Tablet Effervescent

Tabel 1. Formula Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran (Yulianti et al., 2021).

Bahan Fungsi Formula (mg)


F1 F2 F3
Granul kering ekstrak Zat Aktif 50 50 50
herba meniran (10%)
Konsentrasi asam dan basa (50%) (55%) (60%)
Asam sitrat Sumber Asam 80 55 35
Asam tartarat Sumber Asam 50 90 115
Natrium Bikarbonat Sumber Basa 120 130 150
Polivinilpirolidon (4,5%) Zat Pengikat 22,5 22,5 22,5
Natrium benzoat (0,16%) Zat Pengawet 0,8 0,8 0,8
Aspartam (4%) Zat Pemanis 20 20 20
PEG 6000 (2%) Zat Pelicin 10 10 10
Pappermint (0,05%) Zat Pengaroma 0,25 0,25 0,25
Laktosa (ad 100%) Zat Pengisi 146,45 121,45 96,45
Jumlah 500 mg 500 mg 500 mg

3.3.9 Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran

Pembuatan tablet effervescent ekstrak herba meniran dibuat

dengan menggunakan metode granulasi basah. Bahan untuk

pembuatan tablet dibagi menjadi dua bagian yaitu massa-1 dan

38
massa-2 yang diproses secara granulasi basah. Pada massa-1 terdiri

dari natrium bikarbonat, laktosa, polivinil pirolidon, granul ekstrak

herba meniran, pappermint, dan PEG 6000. Masing-masing bahan

dicampur dan diayak menggunakan ayakan 16 mesh. Massa-1

dikeringkan dalam oven selama 15 menit dengan suhu 60oC. Massa-

2 terdiri dari campuran aspartam, asam tartarat, dan asam sitrat.

Campuran massa-2 diaduk homogen lalu diayak dengan ayakan 16

mesh. Setelah massa-1 kering dicampur dengan massa-2 dan diaduk

sampai homogen kemudian ditambahkan natrium benzoat.

Selanjutnya diayak menggunakan ayakan 16 mesh. Pengayakan

dilakukan agar campuran memiliki ukuran yang seragam serta

tercampur secara homogen. Campuran yang telah homogen

kemudian dicetak menjadi tablet effervescent (Yulianti et al., 2021).

3.3.10 Evaluasi Granul Ekstrak Herba Meniran

3.3.10.1 Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan

melakukan pengamatan pada bentuk, warna, dan bau

sediaan granul (Dewi et al., 2014).

3.3.10.2 Uji Kadar Air

Pengujian kadar air granul dilakukan dengan

memasukkan sejumlah sampel ke dalam oven, dengan cara

ditimbang 5 gram granul kemudian diratakan dan alat

dijalankan selama 2 jam degan suhu 105ºC. Lalu

39
ditimbang berat granul setelah dikeringkan, kemudian

hitung persen kadar air. Syarat kadar air yang baik ialah <

5% (BPOM RI, 2019).


W₀- W₁
Rumus: % Kandungan air = 𝑥 100%
W₀

Keterangan WO = Berat awal

W1 = Berat akhir

3.3.10.3 Uji Waktu Alir

Pengujian waktu alir granul sebanyak 100 gram

granul effervescent herba meniran dimasukkan pada

corong dengan lubang dasar ditutup. Setelah semua masa

cetak sudah dituangkan, lubang corong dibuka dan

dihitung waktu yang dibutuhkan sampai masa cetak dalam

corong habis. Waktu alir yang baik mempunyai kecepatan

alir tidak kurang dari 10 detik (Elisabeth et al., 2018)

3.3.10.4 Uji Kompresibilitas

Serbuk sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam

gelas ukur 50 ml, dicatat volumenya. Gelas ukur berisi

serbuk tersebut dihentakkan sebanyak 100 kali hentakan,

dilihat volume setelah pengentapan dan kemudian dihitung

nilai kompresibilitasnya (Noval & Rosyifa, 2021). Granul

atau serbuk yang mempunyai sifat alir yang baik

mempunyai nilai indeks kompresibilitas <20% (Apriyanto

40
et al., 2017). Rumus perhitungan nilai kompresibilitas

sebagai berikut:

rk- ro
Rumus: % Kompresibilitas = 𝑥 100%
rk

Besarnya: rk = M/Vk

ro = M/Vo

keterangan : M = Berat granul atau serbuk

Vo = Volume granul awal

Vk = Volume granul setelah konstan

3.3.10.5 Uji Sudut Diam

Pengujian sudut diam dilakukan setelah pengujian

waktu alir dengan mengukur tinggi timbunan masa cetak

di bawah corong tadi dan diukur jari-jari alas kerucut

timbunan masa cetak tersebut (M.E.Aulton, 2001).

Persyaratan uji sudut diam tidak lebih besar dari 40º

(Lachman et al., 2008).

h
Rumus: Tan α = r

Keterangan : α = Sudut diam

h= Tinggi dari kerucut granul yang terbentuk

r = Jari-jari permukaan kerucut

41
3.3.11 Evaluasi Fisik Tablet Effervescent

3.3.11.1 Uji Keseragaman Bobot

Pengujian keseragaman bobot dengan cara,

sejumlah 10 tablet ditimbang satu persatu menggunakan

timbangan analitik secara seksama. Keseragaman sediaan

memenuhi syarat jika nilai keberterimaan 10 tablet sediaan

pertama tidak kurang atau sama dengan L1% = 15%. Jika

nilai keberterimaan lebih besar dari L1%, lakukan

pengujian ulang pada 20 tablet tambahan yang harus

memenuhi syarat L2%=25% menurut Farmakope

Indonesia VI (Kemenkes RI, 2020).

Rumus (NP) = (M - 𝑋̅) + ks

Keterangan

NP : Nilai keberterimaan

M : nilai rujukan (mengacu pada farmakope VI)

̅)
X: perkiraan masing-masing sediaan (%) (xi = wi x A/𝑤

k : konstanta keberterimaan (mengacu pada farmakope)

s : simpangan baku sampel (SD)

3.3.11.2 Uji Keseragaman Ukuran

Pengujian keseragaman ukuran dilakukan terhadap

10 tablet dengan mengamati diameter dan ketebalan tablet

menggunakan jangka sorong (Khaled et al., 2018). Syarat

keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter

42
tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak

boleh kurang dari satu sepertiga tebal tablet (Kemenkes

RI, 2020).

3.3.11.3 Uji Kekerasan Tablet

Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan cara,

sebanyak 10 tablet dimasukkan ke dalam alat Hardness

tester (Pharmeq lab), kemudian alat diputar dan diperoleh

nilai kekerasan. Tablet yang baik memiliki kekerasan

minimal 4 kg (Ansel, H., 1989).

3.3.11.4 Uji Kerapuhan Tablet

Pengujian kerapuhan atau friabilitas tablet

dilakukan dengan cara sebanyak 20 tablet dibebasdebukan

lalu ditimbang kemudian dimasukkan dalam alat friability

tester. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4

menit dengan 100 kali putaran. Selanjutnya tablet

ditimbang lagi. Tablet yang baik memiliki nilai kerapuhan

kurang dari 1% (Siregar, Charles J ,P Wikarsa, 2010).


W₀- W₁
Dengan rumus : % Penyimpanan = 𝑥 100%
W₀

WO = Berat Awal

W1 = Berat Akhir

3.3.11.5 Uji Waktu Larut

Pengujian waktu larut dilakukan dengan cara, satu

tablet effervescent dimasukkan dalam gelas yang berisikan

43
200 mL aquadest. Disiapkan stopwatch kemudian mulai

dihitung saat tablet dicelupkan dan waktu dihentikan saat

tablet larut sempurna dalam air. Tablet dikatakan baik

apabila larut dalam waktu 1-2 menit (Lachman et al.,

2008).

3.3.11.6 Uji pH

Pengujian derajat keasaman atau pH dengan cara,

sebuah tablet effervescent dilarutkan dalam 200 mL

aquades. Kemudian larutan tersebut diukur pH nya

menggunakan pH meter. Tablet effervescent dikatakan

baik apabila memiliki nilai pH mendekati netral yaitu 6-7

(BPOM, 2014).

3.3.11.7 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik tablet effervescent

dilakukan terhadap parameter bentuk, aroma dan warna.

(Kusumawati et al., 2017).

3.4 Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif menggunakan

pendekatan teoritis dengan data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan

terhadap persyaratan-persyaratan dalam Farmakope Indonesia dan berbagau

literatur lain

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai formulasi

sediaan tablet effervescent ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L)

dengan variasi jumlah asam sitrat - asam tartarat sebagai sumber asam,

didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Dari 11 kg sampel segar herba meniran dikeringkan lalu didapatkan

serbuk kering herba meniran sebanyak 3,6 kg kemudian dimaserasi dan

didapatkan ekstrak kental herba meniran sebanyak 345,8 g. Sehingga

persentase rendeman simplisia sebesar 9,6% tidak kurang dari 19,0%

(Lampiran ).

2. Kadar abu yang dihasilkan dari ekstrak kental herba meniran sebesar

0,0875%. Ekstrak kental sudah memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih

dari 8,7% (Lampiran ).

3. Kadar air yang dihasilkan dari ekstrak kental herba meniran sebesar

0,23%. Ekstrak kental sudah memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih

dari 17,0% (Lampiran ).

4. Kadar abu tak larut asam yang dihasilkan ekstrak kental herba meniran

adalah 0,01%. Ekstrak kental sudah memenuhi persyaratan yaitu tidak

lebih dari 1,0% (Lampiran ).

5. Hasil uji skrinning fitokimia untuk uji alkaloid positif dengan peraksi

mayer terdapat endapan putih dan dragendorf terdapat endapan merah,

45
uji flavonoid positif terdapat perubahan warna jingga, uji saponin

positif dengan terbentuknya busa stabil, uji tanin positif terdapat

perubahan warna hijau kehitaman, dan uji terpenoid (negatif) karena

tidak adanya perubahan warna pada sampel uji sedangkan uji steroid

(positif) terdapar perubahan warna hijau kebiruan (Lampiran ).

6. Pembuatan formulasi sediaan tablet effervescent ekstrak herba meniran

(Phyllantus niruri L) dengan variasi jumlah asam sitrat - asam tartarat

sebagai sumber asam dengan bobot 500 mg/tablet dibuat dalam 3

konsentrasi. Formula 1 (50%), formula 2 (55%), dan formula 3 (60%)

(Lampiran ).

7. Pada evaluasi organoleptis granul ekstrak herba meniran, didapatkan

hasil kelima formula memiliki kesamaan baik bentuk warna dan bau.

Bentuk bulat pipih, berwarna kuning kecoklatan, berbau khas ekstrak

dan pappermint.

8. Pada evaluasi granul kadar air, rata-rata formula 1 didapatkan 5,08%,

formula 2 didapat 3,33%, formula 3 didapat 3,16%. Formula 2 dan 3

sudah memenuhi persyaratan granul yang baik yaitu 1-5% (Lampiran ).

9. Pada evaluasi granul waktu alir, setiap formulasi dilakukan 3 kali

pengulangan, didapat rata-rata waktu alir formula 1 sebesar 3,93 detik,

formula 2 sebesar 2,51 detik, dan formula 3 sebesar 3,70 detik. Ketiga

formula memenuhi persyaratan granul dengan waktu kurang dari 10

detik (Lampiran ).

46
10. Pada evaluasi granul sudut diam, setiap formula dilakukan 3 kali

pengulangan, didapat rata-rata sudut diam formula 1 sebesar 6,92°,

formula 2 sebesar 9,57°, dan formula 3 sebesar 9,44°. Ketiga formula

memenuhi persyaratan granul yaitu tidak lebih besar dari 40º

(Lampiran)

11. Pada evaluasi granul uji kompresibilitas, setiap formula dilakukan 3 kali

pengulangan, didapat rata-rata kompresibilitas formula 1 sebesar

11,13%, formula 2 sebesar 12,09%, dan formula 3 sebesar 13,17%.

Ketiga formula memenuhi persyaratan granul nilai indeks uji

kompresibilitas kurang dari 20% (Lampiran ).

12. Pada evaluasi fisik tablet effervescent, untuk uji keseragaman bobot

formula 13,206 %, formula 2 13,623%, dan formula 3 14,966%. Ketiga

formula memenuhi persyaratan uji menurut farmakope edisi ke VI yaitu

tidak kurang atau sama dengan L1% (15%) (Lampiran )

13. Pada evaluasi fisik tablet effervescent, untuk uji keseragaman ukuran

ketiga formula memenuhi persyaratan uji yaitu diameter tablet tidak

boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari satu

sepertiga tebal tablet (Lampiran )

14. Pada evaluasi fisik tablet effervescent, untuk uji kerapuhan tablet

formula 1 0,049%, formula 2 0,099%, dan formula 3 0.098%. ketiga

formula memenuhi persyaratan fisik tablet yaitu kurang dari 1%

(Lampiran )

47
15. Pada evaluasi fisik tablet effervescent, untuk uji kekerasan tablet

formula 1 6 kg, formula 2 7,9 kg, dan formula 3 7,7 kg. Ketiga formula

memenuhi persyaratan kekerasan tablet yaitu minimial 4 kg (Lampiran)

16. Pada evaluasi fisik tablet effervescent, untuk uji waktu larut formula 1 4

menit 19,16 detik, formula 2 2:09,23 detik, dan formula 3 1 menit 56,86

detik. Formula 2 dan 3 memenuhi persyaratan waktu larut yaitu dalam

waktu 1-2 menit sedangkan formula 1 dan 2 tidak (Lampiran )

17. Pada evaluasi fisik tablet effervescent, untuk uji pH tablet formula 1

5,09, formula 2 5,45 dan formula 3 6,68. Hanya formula 3 yang

memenuhi persyaratan pH tablet yaitu 6-7 (Lampiran )

18. Pada evaluasi organoleptik tablet effervescent, bentuk bulat pipih,

aroma khas ekstrak dengan bau pappermint, dan warna kuning

kecoklatan (Lampiran )

4.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, penelitian ini

bertujuan untuk memformulasikan ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri

L) menjadi sediaan tablet effervescent dan juga mengetahui pengaruh

kombinasi asam sitrat-asam tartarat terhadap sifat fisik tablet effervescent

dari ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L) serta melakukan evaluasi

sediaan tablet effervescent untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat

memenuhi persyaratan.

Penggunaan meniran pada penelitian ini karena khususnya di Kota

Batam jarang sekali masyarakat yang menggunakan meniran sebagai

48
tanaman obat. Hanya sebagai rumput liar yang dibiarkan tumbuh di

pekarangan rumah. Sedangkan, meniran ini sangat banyak mengandung

berbagai macam khasiat. Salah satunya sebagai peningkat daya tahan tubuh.

Meniran dapat digunakan sebagai obat tradisional dalam berbagai

bentuk sediaan, salah satunya bentuk tablet effervescent yang mempunyai

bentuk yang menarik karena menghasilkan gas saat dimasukkan kedalam air

serta cukup mudah penggunaannya.

Adapun proses pengolahan dilakukan dengan cara sebanyak 11,9 kg

herba meniran dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan air

mengalir agar terbebas dari tanah dan pasir. Selanjutnya dilakukan

pengeringan dengan diangin-anginkan. Setelah kering dilakukan perajangan

menggunakan blender sampai menjadi serbuk kering (Yulianti et al., 2021).

Lalu serbuk kering herba meniran sebanyak 3,6 kg tersebut di ekstraksi

dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% sampai terendam

selama 3x24 jam.

Didapatkan ekstrak kental herba meniran sebanyak 345,8 g. Dengan

persentase rendeman simplisia sebesar 9,6% )

Dari hasil uji kadar abu ekstrak kental herba meniran, didapatkan

hasil sebesar 0,0875%. Sejalan dengan hasil pada farmakope herbal dengan

syarat tidak lebih dari 8,7% (Depkes RI, 2017). Hasil uji kadar air ekstrak

kental herba meniran, didapatkan hasil sebesar 0,23%. Kadar air yang lebih

besar dari 17,0% dapat menyebabkan rusaknya ekstrak oleh mikroba

(Depkes RI, 2017). Untuk hasil kadar abu tidak larut asam adalah sebesar

49
0,01% yang sejalan dengan hasil pada farmakope herbal dengan syarat tidak

lebih dari 1,0% (Depkes RI, 2017).

uji skrinning fitokimia dilakukan terhadap ekstrak kental herba

meniran untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder secara

kualitatif, dengan melihat adanya perubahan warna atau terbentunya

endapan setelah ditambahkan pereaksi. Hasil skrining fitokimia ekstrak

kental herba meniran menunjukkan hasil positif untuk senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin dan uji steroid sedangkan uji terpenoid negatif. Hal

ini sejalan dengan penelitian Rivai et al (2013).

Ekstrak kental herba meniran kemudian dicampur laktosa untuk

mendapatkan granul kering dengan perbandingan (1:3), kemudian

dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan suhu 60°C (Yulianti et al.,

2021). Setelah di dapatkan granul kering ekstrak herba meniran, dilakukan

pembuatan tablet effervescent menggunakan metode granulasi basah agar

dapat meningkatkan kompaktibilitas granul dan sehingga diharapkan tablet

yang dibuat dapat menjadi masa yang kompak (Kara et al., 2017).

Tablet dibuat sebanyak 25 tablet dengan bobot rata-rata 500mg per

tablet. Tablet dibuat dalam 3 formulasi dengan konsentrasi sumber asam dan

basa yang berbeda. Formula 1 dengan konsentrasi 50 %, formula 2 55%,

dan formulasi 3 60%. Eksipien yang digunakan dalam formulasi ini yaitu

asam sitrat sebagai sumber asam, asam tartrat sebagai sumber asam, natrium

bikarbonat sebagai sumber basa, polivinil pirolidon atau PVP digunakan

sebagai zat pengikat tablet, natrium benzoat sebagai pengawet yang dapat

50
menghambat pertumbuhan mikroba pada tablet, aspartam sebagai zat

pemanis pada tablet, PEG 6000 sebagai zat pelicin, pappermint sebagai

pengaroma, dan laktosa sebagai zat pengisi tablet.

Selanjutnya bahan di timbang satu persatu sesuai formulasi. Untuk

penimbangan ditambahkan 10% , bertujuan untuk mencegah kehilangan

bobot selama proses pengerjaan. Bahan untuk pembuatan tablet dibagi

menjadi dua bagian yaitu massa-1 dan massa-2 yang diproses secara

granulasi basah. Pada massa-1 terdiri dari natrium bikarbonat, laktosa,

polivinil pirolidon, granul ekstrak herba meniran, perisa lemon, dan PEG

6000. Masing-masing bahan dicampur dan diayak menggunakan ayakan 16

mesh. Massa-1 dikeringkan dalam oven selama 15 menit dengan suhu 60oC.

Massa-2 terdiri dari campuran aspartam, asam tartarat, dan asam sitrat.

Campuran massa-2 diaduk homogen lalu diayak dengan ayakan 16 mesh.

Setelah massa-1 kering dicampur dengan massa-2 dan diaduk sampai

homogen kemudian ditambahkan natrium benzoat. Selanjutnya campuran

diayak menggunakan ayakan 16 mesh. Pengayakan dilakukan agar

campuran memiliki ukuran yang seragam serta tercampur secara homogen.

Campuran yang telah homogen kemudian dicetak menjadi tablet

effervescent (Yulianti et al., 2021).

Setelah granul terbentuk dilakukan evaluasi granul, meliputi uji

organoleptis, uji kadar air granul, uji waktu alir granul, uji sudut diam

granul, dan uji kompresibilitas granul. Tujuan dilakukan evaluasi granul

51
untuk melihat kelayakan atau kualitas granul sebelum dilakukan pencetakan

tablet.

Uji organoleptis diamati secara visual dengan mengamati bentuk,

warna, dan bau pada granul yang telah dibuat. Pengujian organoleptis

bertujuan untuk mengetahui organoleptis sediaan yang meliputi bentuk,

warna, dan bau sesuai dengan ekstrak yang digunakan. Hasil pengamatan

organoleptis menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki bentuk yang

halus butiran granul, berwarna kuning kecoklatan, dan memiliki bau khas

ekstrak dan sedikit pappermint untuk memperbaiki aroma pada granul.

Uji kadar air granul dilakukan menggunakan oven dengan suhu

105°C selama 2 jam dengan 3 kali pengulangan dan melakukan perhitungan

kadar air sebelum dan sesudah pengeringan (BPOM RI, 2019). Hasil rata-

rata kadar air untuk formula 1 sebesar 5,08%, formula 2 sebesar 3,33%,

formula 3 sebesar 3,16%. Formula 2 dan 3 dinyatakan memenuhi

persyaratan kadar air granul yang baik yaitu 1-5% (BPOM RI, 2019). Hal

ini sejalan dengan penelitian Dahlia, (2021) optimasi kombinasi asam sitrat

dan asam tartrat sebagai zat pengasam pada tablet effervescent ekstrak ubi

jalar ungu (Ipomoea batatas L) diperoleh kadar air sebesar 1-3%.

Uji waktu alir dilakukan menggunakan alat waktu alir yang

berbentuk corong. Pengujian waktu alir bertujuan untuk mengetahui kualitas

dari granul, di mana hal tersebut berpengaruh dalam proses pencetakan

tablet, laju alir yang baik membuat serbuk mudah mengalir sehingga tablet

yang dihasilkan akan mempunyai keseragaman ukuran yang baik. Waktu

52
alir yang baik mempunyai kecepatan alir tidak kurang dari 10 detik

(Elisabeth et al., 2018). Dari hasil uji ketiga formula memiliki rata-rata

waktu alir tidak kurang dari 10 detik, formula 1 sebesar 3,93 detik, formula

2 sebesar 2,51 detik, dan formula 3 sebesar 3,70 detik. Hal ini sejalan

dengan penelitian Dahlia, (2021) optimasi kombinasi asam sitrat dan asam

tartrat sebagai zat pengasam pada tablet effervescent ekstrak ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas L) diperoleh waktu alir 3 detik.

Uji sudut diam dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter

granul yang jatuh dari corong yang mana granul akan membentuk kerucut.

Dari hasil uji ketiga formula menunjukkan uji sudut diam tidak lebih besar

dari 40º (Lachman et al., 2008) formula 1 sebesar 6,92°, formula 2 sebesar

9,57°, dan formula 3 sebesar 9,44°.

Uji kompresibilitas bertujuan untuk melihat sifat granul effervescent

stabil dan kompak saat diberi tekanan pada proses pencetakan tablet.

Pengujian dilakukan secara manual dengan menggunakan gelas ukur 50 ml,

kemudian dihentakkan sebanyak 100 kali hentakan, dilihat volume setelah

pengentapan dan kemudian dihitung nilai kompresibilitasnya (Noval &

Rosyifa, 2021). Granul yang mempunyai sifat alir yang baik mempunyai

nilai indeks kompresibilitas <20% (Apriyanto et al., 2017). Didapat rata-rata

kompresibilitas formula 1 sebesar 11,13%, formula 2 sebesar 12,09%, dan

formula 3 sebesar 13,17%. Ketiga formula memenuhi persyaratan uji,

namun formula yang paling baik yaitu Formula 1 karena hasil uji formula 1

yang terkecil, semakin kecil nilai kompresibilitas maka semakin baik

53
kemampuan serbuk untuk mengalir. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Lynatra C et al., 2018) formulasi tablet effervescent ekstrak temulawak

dengan variiasi pemanis stevia, diperoleh nilai kompresibilitas dengan

rentang 12-16%.

Variasi konsentrasi asam sitrat, asam tartrat dan nantrium karbonat

pada penelitian ini berpengaruh pada sifat fisik granul antara lain

Setelah dilakukan evaluasi granul, kemudian dilanjutkan proses

pencetakan tablet effervescent, kemudian dilakukan evaluasi fisik tablet

meliputi uji organoleptik, keseragaman ukuran, kesergaman bobot,

kekerasan, kerapuhan, waktu larut, dan uji pH tablet.

Uji organoleptik tablet meliputi pengamatan bentuk, warna, dan bau

tablet (Noval et al., 2020). Ketiga formula tablet effervescent ekstrak herba

meniran memiliki karakteristik yang seragam, dengan bentuk bulat pipih,

berwarna kuning kecoklatan dengan kombinasi putih, dan berbau khas

ekstrak dan sedikit pappermint. Tablet yang dihasilkan berbentuk bulat

pipih disebabkan oleh bentuk punch cetak tablet yang berbentuk bulat.

Warna kuning kecoklatan dengan kombinasi putih berasal dari campuran

bahan tambahan, dan berbau khas ekstrak dan sedikit pappermint untuk

memperbaiki bau dari tablet. Hal ini sejalan dengan penelitian (Fauzan et

al., 2019) yang melakukan optimasi formula tablet dari ekstrak

menghasilkan karakteristik tablet yang seragam yaitu berwarna kuning

kecoklatan disebabkan oleh ekstrak dan bahan tambahan yang digunakan.

54
Uji keseragaman bobot bertujuan untuk mengetahui persen

penyimpangan tablet dari persyaratan yang ditentukan. Pengujian

keseragaman bobot dilakukan dengan cara, sejumlah 10 tablet ditimbang

satu persatu menggunakan timbangan analitik secara seksama. Keseragaman

sediaan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan 10 tablet sediaan pertama

tidak kurang atau sama dengan L1% = 15%. Jika nilai keberterimaan lebih

besar dari L1%, dilakukan pengujian ulang pada 20 tablet tambahan yang

harus memenuhi syarat L2%=25% menurut Farmakope Indonesia VI

(Kemenkes RI, 2020). Hasil yang diperoleh pada uji keseragaman bobot

formula sebesar 13,206 %, formula 2 sebesar 13,623%, dan formula 3

sebesar 14,966%. Ketiga formula memenuhi persyaratan uji, namun formula

yang paling baik yaitu Formula 3 karena mendekati 15%. Faktor

penyimpangan bobot tablet bisa disebabkan karena adanya penyimpangan

berat granul sehingga pada proses pencetakan tablet, granul yang

dimasukkan ke dalam alat cetak jumlahnya berbeda-beda menyebabkan

bobot tablet tidak seragam (Wucjaksono,2020).

Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan mengukur diameter

menggunakan jangka sorong dan ketebalan menggunakan mikrometer

sekrup. Keseragaman ukuran dari ketiga formulasi telah memenuhi

persyaratan keseragaman ukuran yang baik. Ketiga formulasi memiliki

diameter yang hampir seragam, tetapi untuk ketebalan terdapat perbedaan

yang disebabkan oleh tekanan pada pengempaan selama pencetaka tablet

secara manual, sehingga kepadatan berbeda (Lachman et al.,2012).

55
Uji kerapuhan tablet bertujuan untuk mengetahui ketahanan tablet

dalam mempertahankan bentuk fisiknya terhadap gangguan mekanik,

dilakukan dengan cara sebanyak 20 tablet dibebasdebukan lalu ditimbang

kemudian dimasukkan dalam alat friability tester. Alat dijalankan dengan

kecepatan 25 rpm selama 4 menit dengan 100 kali putaran. Tablet yang baik

memiliki nilai kerapuhan kurang dari 1% (Siregar, Charles J ,P Wikarsa,

2010). Hasil yang didapatkan dari ketiga formula yaitu formula 1 0,049%,

formula 2 0,099%, dan formula 3 0.098%. Ketiga formula memenuhi

persyaratan uji, namun formula yang paling baik yaitu Formula 1 karena

nilai kerapuhan tablet yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan formula

lain. Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh kadar air granul, selaras dengan

hasil pengujian kadar air pada formula 3 sebesar 3,16% menghasilkan tablet

yang lebih rapuh dari formula yang lain, hal tersebut disebabkan karena

semakin rendah kadar air granul maka kerapuhan akan meningkat

dikarenakan lemahnya daya ikat antar partikel tablet (Syukri et al.,2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian Dahlia, (2021) optimasi kombinasi asam

sitrat dan asam tartrat sebagai zat pengasam pada tablet effervescent ekstrak

ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) diperoleh kadar air pada f3 sebesar

1,01% menghasilkan nilai kerapuhan tinggi yaitu 0,55%.

Uji kekerasan tablet dilakukan untuk menggambarkan kekuatan atau

ketahanan tablet dari benturan atau tekanan mekanin saat proses produksi

hingga distribusi obat (Fauzan H.A., 2019). Kekerasan tablet yang baik

memiliki kekerasan minimal 4 kg (Ansel, H., 1989). Hasil pengujian ketiga

56
formula menunjukkan nilai formula 1 sebesar 6 kg, formula 2 sebesar 7,9

kg, dan formula 3 sebesar 7,7 kg. Ketiga formula memenuhi persyaratan uji.

Kekerasan tablet dipengaruhi oleh bahan pengikat yang digunakan, kadar air

yang tinggi, dan faktor lainnya yaitu pada tekanan saat proses pencetakan,

semakin besar tekanan yang diberikan maka kekerasan tablet juga akan

semakin meningkat (Syamsia et al., 2017).

Uji waktu larut tablet bertujuan untuk mengetahui waktu yang

diperlukan untuk tablet melarut sempurna dalam larutan. Tablet dikatakan

baik apabila larut dalam waktu 1-2 menit (Lachman et al., 2008). Hasil uji

waktu larut ketiga formula yaitu formula 1 sebesar 4 menit 19,16 detik,

formula 2 sebesar 2 menit 09,23 detik, dan formula 3 sebesar 1 menit 56,86

detik. Dari ketiga formula hanya formula 2 dan 3 yang memenuhi

persyaratan uji. Hal tersebut dikarenakan karena formula 1 tingginya

konsentrasi sumber asam dibandingkan sumber basa, seharusnya memiliki

perbandingan 30:30 sumber asam dan sumber basa.

Uji ph tablet bertujuan untuk mengetahui kadar pH suatu tablet

effervescent. Tablet effervescent dikatakan baik apabila memiliki nilai pH

mendekati netral yaitu 6-7 (BPOM, 2014). Hasil dari ketiga formula hanya

formula 3 yang memenuhi persyaratan yaitu 6,68 mendekati netral.

Variasi konsentrasi asam sitrat, asam tartrat dan nantrium karbonat

pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap mutu fisik tablet meliputi

keseragaman bobot, ukuran, kerapuhan, dan kekerasan tablet tetapi

berpengaruh terhadap waktu larut dan pH tablet effervescent herba meniran.

57
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan, yaitu:

1. Ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri L) dapat diformulasikan

menjadi bentuk sediaan tablet effervescent

2. Penggunaan variasi konsentrasi jumlah asam sitrat dan asam tartrat


tidak berpengaruh terhadap mutu fisik tablet meliputi keseragaman
bobot, keseragaman ukuran, kerapuhan, dan kekerasan tablet tetapi
berpengaruh terhadap waktu larut dan pH tablet effervescent herba
meniran.
3. Konsentrasi asam dan basa yang memenuhi mutu fisik tablet yang
optimum yaitu formula 3 dengan konsentrasi asam basa 60% (asam
sitrat 7%, asam tartrat 23%, dan natrium bikarbonat 30%
5.2 SARAN

1. Diharapkan kepada institusi untuk melengkapi ketersediaan alat-alat

penelitian di Laboratorium Teknologi Farmasi sehingga penelitian yang

dilakukan dapat berjalan dengan maksimal.

58
DAFTAR PUSTAKA

Aldi, Y., Rasyadi, Y., & Handayani, D. (2015). Aktivitas Imunomodulator dari
Ekstrak Etanol Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Ayam Broiler.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1).
https://doi.org/10.29208/jsfk.2014.1.1.21
Anam, C., Kawiji, & Setiawan, R. D. (2013). Kajian Karakteristik Fisik Dan
Sensori Serta Aktivitas Antioksidan Dari Granul Effervescent Buah Beet
(Beta Vulgaris) Dengan Perbedaan Metode Granulasi Dan Kombinasi
Sumber Asam. Jurnal Teknosains Pangan, 2(2).
Anief, M. (Universitas G. M. (2003). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Ilmu
Meracik Obat Teori Dan Praktik, 1(1).
Anova, I. T., Kamsina, K., & Hermianti, W. (2016). Formulasi Perbandingan
Asam Basa Serbuk Effervescent dari Coklat Bubuk. Jurnal Litbang Industri,
6(2). https://doi.org/10.24960/jli.v6i2.1593.99-106
Ansel, H., C. (1989). Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat,
Jakarta : UI Press. UI-Press, 979-456-043–X.
Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Edisi Keem). UI-Press.
Anwar, K. (2010). FORMULASI SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT DARI
EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN VARIASI
JUMLAH ASAM SITRAT-ASAM TARTARAT SEBAGAI SUMBER
ASAM. Sains Dan Terapan Kimia, 4(2), 168–178.
Apriyanto, B. H., Rusli, R., & Rahmadani, A. (2017). EVALUASI PATI UMBI
TALAS (Colocasia esculenta Schott) SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA
SEDIAAN TABLET PARASETAMOL. https://doi.org/10.25026/mpc.v5i1.222
Aslani, A., & Daliri, A. (2016). Design, formulation and evaluation of its
physiochemical properties of acetaminophen, ibuprofen and caffeine as
effervescent tablet. Journal of Reports in Pharmaceutical Sciences, 5(2).
Banker, S.G., and Anderson, R. . (1986). Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy (3 rd ed). Lea and Febiger.
BPOM. (2014). Peraturan Ka BPOM no. 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu
obat tradisional. Bpom.
BPOM RI. (2019). PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN NOMOR 32 TAHUN 2019 TENTANG PERSYARATAN
KEAMANAN DAN MUTU OBAT TRADISIONAL. In Bpom Ri (Vol. 11,
Issue 88).

45
Danladi, S., Idris, M., & Umar, I. (2018). Review on pharmacological activities
and phytochemical constituents of Phyllanthus niruri (Amarus). The Journal
of Phytopharmacology, 7(3), 341–348.
https://doi.org/10.31254/phyto.2018.7318
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. In Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. In Direktorat Jendral
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (kedua). https://doi.org/10.1201/b12934-13
Dewi, R., Iskandarsyah, I., & Octarina, D. (2014). Tablet Effervescent Ekstrak
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi Kadar Pemanis
Aspartam. Pharmaceutical Sciences and Research, 1(2), 116–133.
https://doi.org/10.7454/psr.v1i2.3492
Dirjen, P. O. M. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. In Depkes RI.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan
Pertama. In Departemen kesehatan Republik Indonesia.
Elisa, G. M. dan Y. (2018). Teknologi Sediaan Solid : Bahan Ajar Farmasi.
Fultaz dan Nakasima. (2014). Kajian Proses Pembuatan Serbuk Kulit Jeruk
Lemon. Institut Pertanian Bogor.
Greene, S. C., Noonan, P. K., Sanabria, C., & Peacock, W. F. (2016). Effervescent
N-Acetylcysteine Tablets versus Oral Solution N-Acetylcysteine in Fasting
Healthy Adults: An Open-Label, Randomized, Single-Dose, Crossover,
Relative Bioavailability Study. Current Therapeutic Research - Clinical and
Experimental, 83, 1–7. https://doi.org/10.1016/j.curtheres.2016.06.001
Irawan, B. (2010). Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Skripsi (Tidak Di Publikasikan).
Universitas Diponegoro. Semarang.
J.B Harbone. (1996). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
Penerbit ITB, Bandung, 2.
Jansen, I., Wuisan, J., & Awaloei, H. (2015). UJI EFEK ANTIPIRETIK
EKSTRAK MENIRAN (Phyllantus niruri L.) PADA TIKUS WISTAR
(Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI VAKSIN DPT-HB.
Jurnal E-Biomedik, 3(1). https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.7427
Kara, D. D., Tippavajhala, V. K., & Kulyadi, G. P. (2017). A Review on
Manufacturing of Tablets by Using Various Granulation Techniques. Journal
of Global Pharma Technology, 10(9).
Kardinan, A. dan R. K. (2004). Meniran: Penambah Daya Tahan Tubuh Alami.

46
Pustaka Belajar.
Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia edisi VI. In Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia Edisi
V 2014. In Farmakope Indonesia Edisi V 2014.
Khaled, S. A., Alexander, M. R., Irvine, D. J., Wildman, R. D., Wallace, M. J.,
Sharpe, S., Yoo, J., & Roberts, C. J. (2018). Extrusion 3D Printing of
Paracetamol Tablets from a Single Formulation with Tunable Release
Profiles Through Control of Tablet Geometry. AAPS PharmSciTech, 19(8),
3403–3413. https://doi.org/10.1208/s12249-018-1107-z
Kusumawati, Y., Rustiani, E., & Almasyuhuri, A. (2017). PENGEMBANGAN
TABLET EFERVESEN KOMBINASI BROKOLI DAN PEGAGAN
DENGAN KOMBINASI ASAM DAN BASA. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, 4(2). https://doi.org/10.33096/jffi.v4i2.266
Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kaning, J. L. (2008). Teori dan Praktek
Farmasi Industri Edisi III (D. Marcel (ed.); Edisi III). Universitas Indonesia.
M.E.Aulton. (2001). THE SCIENCE OF DOSAGE FORM DESIGN second
edition. In Pharmaceutics: The science of dosage form design.
Madhavi, N., Kumar, D., Naman, S., Singh, M., Amol Singh, P., Bajwa, N., &
Baldi, A. (2019). Formulation and Evaluation of Novel Herbal Formulations
Incorporated with Amla Extract for Improved Stability. Journal of Drug
Delivery & Therapeutics, 9(4), 212–221. http://jddtonline.info
Marjoni, R. . (2016). Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi Cetakan
I. In Jakarta: CV. Trans Info Media (Vol. 1).
Marwoko, M. T. B. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktifitas Senyawa
Alkaloid Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis). Chem Info
Journal, 1(1).
Mohrle, R. (1989). Effervescent Tablets. In Pharmaceutical Dosage Forms:
Tablets.
Moreton, R. C. (2016). United States Pharmacopeia-National Formulary. In
Journal of Excipients and Food Chemicals (Vol. 6, Issue 3).
Murdianto, W., & Syahrumsyah, H. (2013). Pengaruh Natrium Bikarbonat
Terhadap Kadar Vitamin C, Total Padatan Terlarut Dan Nilai Sensoris Dari
Sari Buah Nanas Berkarbonasi. Jurnal Teknologi Pertanian, 8 No. 2(1).
Noval, N., & Rosyifa, R. (2021). Dispersi Padat untuk Peningkatan Laju Disolusi
Natrium Diklofenak dengan Variasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon K30.
Jurnal Surya Medika, 6(2). https://doi.org/10.33084/jsm.v6i2.2125

47
Okoli, C. O., Ibiam, A. F., Ezike, A. C., Akah, P. A., & Okoye, T. C. (2010).
Evaluation of antidiabetic potentials of Phyllanthus niruri in alloxan diabetic
rats. African Journal of Biotechnology, 9(2), 248–259.
https://doi.org/10.4314/ajb.v9i2
Oktavidiati, E., Chozin, M. A., Wijayanto, N., Ghulamahdi, M., & Darusman, L.
K. (2011). Pertumbuhan Tanaman dan Kandungan Total Filantin dan
Hipofilantin Aksesi Meniran. Jurnal Littri, 1(17), 25–31.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang
Industri Dan Usaha Obat Tradisional, (2012).
Puslitbangtri. (1992). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri
1982-1992 (Sumbangan Penelitian Dalam Pembangunan Perkebunan Rakyat
(ed.)). Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Raymond C Rowe, Paul J Sheskey, M. E. Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. Revue Des Nouvelles Technologies de
l’Information, E.28(London: Press and America Pharmacist Association).
Ritschel, W. A. (1970). Book Review: Pharmaceutical Technology —
Fundamental Pharmaceutics. Drug Intelligence & Clinical Pharmacy, 4(8).
https://doi.org/10.1177/106002807000400807
Rivai, H., Septika, R., & Boestari, A. (2013). Karakterisasi Ekstrak Herba
Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dengan Analisa Fluoresensi. Jurnal
Farmasi Higea, 5(2), 15–23.
Said, N. (2005). Pembuatan Tablet Effervescent Susu Kambing Dengan Metode
Granulasi Basah. Institut Pertanian Bogor.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif (Edisi Pert). Graha Ilmu.
Siregar, Charles J ,P Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:
Dasar-Dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sulaiman, T. N. . (2007). Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah
Mada.
Tambunan, R. M., Swandiny, G. F., & Zaidan, S. (2019). Uji Aktivitas
Antioksidan dari Ekstrak Etanol 70 % Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Terstandar. Jurnal Ilmu Kefarmasian, 12(2), 60–64.
Voight, B M, W. (2014). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. In
Gadjah Mada University Press (Vol. 7, Issue 2).
Voigt. R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Edisi V. Penerjemah :
Soendari Noerono. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

48
Voigt, R. (1984). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (S. . Soewandhi (ed.); Edisi
5). Gadjah Mada University Press.
Windriyati, Y. N., Murrukmihadi, M., & Junita*, N. R. (2019). AKTIVITAS
MUKOLITIK IN VITRO EKSTRAK ETANOLIK HERBA MENIRAN
(Phyllanthus niruri L) TERHADAP MUKOSA USUS SAPI. 3, 94–100.
Wlodarski, K., Tajber, L., & Sawicki, W. (2016). Physicochemical properties of
direct compression tablets with spray dried and ball milled solid dispersions
of tadalafil in PVP-VA. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics, 109, 14–23. https://doi.org/10.1016/j.ejpb.2016.09.011
Yulianti, D. A., Sutoyo, S., Kimia, J., Matematika, F., Alam, P., Surabaya, U. N.,
& Surabaya, J. K. (2021). Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Daun
Katuk ( Sauropus androgynous L . Merr . ) dengan Variasi Konsentrasi Asam
dan Basa. Pharmacy Science and Practice, 8(1).

49
LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur Penelitian

Pengambilan Sampel

Determinasi Sampel

Pengolahan Sampel Herba Meniran

Pembuatan Ekstrak Herba Meniran

Standarisasi Ekstrak

Skrining Fitokimia

Pembuatan Granul Ekstrak Herba Meniran Evaluasi Granul


Ekstrak Herba
Meniran
Formula Tablet Effervescent

Evaluasi Tablet
Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Effervescent Ekstrak Herba
Herba Meniran Meniran

Analisisis Data

Gambar 2. Skema Alur Penelitian Formulasi Sediaan Tablet Effervescent

50
Lampiran 2 Surat determinasi herba meniran (Phyllantus niruri L)

51
Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Kering Herba Meniran

Pengambilan Sampel
Herba Meniran

Sampel dibersihkan dengan


air mengalir, ditimbang,
dikeringkan, dan dirajang

Sampel dimaserasi dengan


pelarut etanol 70% selama
3 x 24 jam sambil sesekali
diaduk

Hasil maserasi diuapkan


dengan rotary evaporator
pada suhu 50º C, hingga
didapatkan ekstrak kental 1. Pemeriksaan
rendeman
2. Organoleptis
Standarisasi 3. Kadar air
ekstrak 4. Kadar abu

Skrining 1. Uji alkaloid


fitokimia 2. Uji flavonoid
3. Uji saponin
4. Uji tanin
5. Uji steroid
/terpenoid

Gambar 3. Skema Pembuatan Ekstrak Kental Herba Meniran

52
Lampiran 4 Skema Pembuatan Granul Ekstrak Herba Meniran

Ekstrak kental herba


meniran dicampur laktosa
dengan perbandingan 1:3,
digerus sampai massa
yang kompak, diayak
dengan ayakan mesh 16,
di oven selama 1 jam
dengan suhu 60ºC, diayak
lagi dengan ayakan mesh
20

Didapatkan hasil
granul ekstrak
kering herba
meniran

Evaluasi granul

Uji organoleptis Uji kadar air Uji waktu alir Uji sudut diam

Uji Kompresibilitas

Gambar 3. Skema Pembuatan Granul dan Evaluasi Granul Ekstrak Herba Meniran

53
Lampiran 5 Skema Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Kering Herba

Meniran

Disiapkan alat Ditimbang semua bahan


dan bahan yang digunakan

Massa 1 Diayak
Dicampur natrium dengan ayakan
bikarbonat + laktosa mesh 16
+ polivinil pirolidon
+ peroisa lemon + Massa 1 Dikeringkan
PEG 6000 (massa 1) dalam oven selama 15
menit dengan suhu
60ºC
Massa 2 diaduk Dicampur granul
homogen dan ekstrak herba meniran +
diayak dengan aspartam + asam tartrat
ayakan mesh 16 + asam sitrat (massa 2)
Campuran
massa 1 dan 2
Massa 1 dan 2 diayak dengan
dicampur dan digerus ayakan mesh 16
homogen,
ditambahkan natrium
Dicetak campuran tadi
benzoat
menggunakan alat
pencetak tablet single
Evaluasi tablet punch

Uji kerapuhan Uji waktu larut Uji pH Uji organoleptik

Uji kekerasan Uji keseragaman Uji keseragaman


ukuran bobot

Gambar 4. Skema Pembuatan dan Evaluasi Tablet Effervescent Ekstrak Herba Meniran

54
Lampiran 6 Perhitungan Rendeman

Ekstrak kental terhadap sampel kering

berat ekstrak kental


% Rendemen = ×100%
berat awal sampel

345,8 g
% Rendemen = ×100%
3600 g

% Rendemen = 9,60%

Lampiran 7 Standarisasi Ekstrak

1. Uji Kadar Abu

C-A
% Kadar abu = ×100%
B-A

51,975-51,8
= ×100%
53,8-51,8

0,175
= ×100%
2
Kadar abu = 0,0875%

Keterangan :

A = Berat krus porselin kosong

B = Berat krus porselin dengan sampel

C = Berat krus porselin dengan sampel setelah diabukan

2. Uji Kadar Air

B-C
% Kadar abu = ×100%
B-A

66,38-64,1
= ×100%
66,38-56,5

2,28
= ×100%
9,88

55
Kadar abu = 0,23%

Keterangan :

A = Berat krus porselin kosong

B = Berat krus porselin dengan sampel

C = Berat krus porselin dengan sampel setelah dikeringkan

3. Penetapan Kadar Abu Tak Larut Asam

C-A
% Kadar abu = ×100%
B
51,79-51,78
= ×100%
52,6

0,01
= ×100%
52,6

Kadar abu tak larut asam = 0,01%

Keterangan :

A = Berat krus porselin kosong

B = Berat krus porselin dengan sampel

C = Berat krus porselin dengan sampel setelah diabukan

56
Lampiran 6 Skrining Fitokimia

Tabel 3. Hasil Uji Metabolit Sekunder Ekstrak Kental Herba Meniran

Senyawa
Reagen Keterangan Hasil Gambar
Kimia

Endapan
Mayer +
Putih

Alkaloid

Endapan
Dragendorf +
Merah

Serbuk Mg
+
Perubahan
Falvonoid Hcl:Etanol +
warna jingga
(1:1) + Amil
Alkohol

Aquadest,
Terbentuk
Saponin kocok + +
busa stabil
HCL 1N

Perubahan
FeCl3 1%
Tanin warna hijau +
kehitaman

(-)
Lieberman-
Terpenoid
Burchard
Perubahan
Terpenoid/ ( Asam
warna hijau (+)
Steroid Asetat +
kebiruan Steroid
𝐻2 𝑆𝑂4
Pekat)

57
Lampiran 7 Perhitungan Formulasi Tablet Effervescent

Dibuat tablet sebanyak 25 tablet dengan bobot tiap tablet 500 mg.

Bobot total tablet: 25 tablet x 500 mg = 12500 mg/12,5 g

1. Formula 1 (50%)

Penimbangan

10
• Zat aktif ekstrak meniran : x 12,5 g = 1,25 g
100

Dilebihkan 10% : 1,375 g

16
• Asam sitrat : x 12,5 g = 2,3 g
100

Dilebihkan 10% : 2,53 g

10
• Asam tartarat : x 12,5 g = 1,25 g
100

Dilebihkan 10% : 1,375 g

24
• Natrium bikarbonat : x 12,5 g = 3 g
100

Dilebihkan 10% : 3,3 g

4,5
• Polivinil pirolidon : x 12,5 g = 0,56 g
100

Dilebihkan 10% : 0,6

0,16
• Natrium benzoat : x 12,5 g = 0,02 g
100

Dilebihkan 10% : 0,022 g

4
• Aspartam : x 12,5 g = 0,5 g
100

Dilebihkan 10% : 0,55 g

58
2
• PEG 6000 : x 12,5 g = 0,25 g
100

Dilebihkan 10% : 0,275 g

• Pappermint : QS

29,34
• Laktosa : x 12,5 g = 3,67 g
100

Dilebihkan 10% : 4,0 g

2. Formula 2 (55%)

Penimbangan

10
• Zat aktif ekstrak meniran : x 12,5 g = 1,25 g
100

Dilebihkan 10% : 1,375 g

11
• Asam sitrat : x 12,5 g = 1,375 g
100

Dilebihkan 10% : 1,51 g

18
• Asam tartarat : x 12,5 g = 2,25 g
100

Dilebihkan 10% : 2,475 g

26
• Natrium bikarbonat : x 12,5 g = 3,25 g
100

Dilebihkan 10% : 3,575 g

4,5
• Polivinil pirolidon : x 12,5 g = 0,56 g
100

Dilebihkan 10% : 0,6

0,16
• Natrium benzoat : x 12,5 g = 0,02 g
100

Dilebihkan 10% : 0,022 g

59
4
• Aspartam : x 12,5 g = 0,5 g
100

Dilebihkan 10% : 0,55 g

2
• PEG 6000 : x 12,5 g = 0,25 g
100

Dilebihkan 10% : 0,275 g

• Pappermint : QS

24,34
• Laktosa : x 12,5 g = 3,04 g
100

Dilebihkan 10% : 3,34 g

3. Formula 3 (60%)

Penimbangan

10
• Zat aktif ekstrak meniran : x 12,5 g = 1,25 g
100

Dilebihkan 10% : 1,375 g

7
• Asam sitrat : x 12,5 g = 0,875 g
100

Dilebihkan 10% : 0,96 g

23
• Asam tartarat : x 12,5 g = 2,875 g
100

Dilebihkan 10% : 3,16 g

30
• Natrium bikarbonat : x 12,5 g = 3,75 g
100

Dilebihkan 10% : 4,125 g

4,5
• Polivinil pirolidon : x 12,5 g = 0,56 g
100

Dilebihkan 10% : 0,6

60
0,16
• Natrium benzoat : x 12,5 g = 0,02 g
100

Dilebihkan 10% : 0,022 g

4
• Aspartam : x 12,5 g = 0,5 g
100

Dilebihkan 10% : 0,55 g

2
• PEG 6000 : x 12,5 g = 0,25 g
100

Dilebihkan 10% : 0,275 g

• Pappermint : QS

19,34
• Laktosa : x 12,5 g = 2,42 g
100

Dilebihkan 10% : 2,66 g

61
Lampiran 8 Hasil dan Perhitungan Evaluasi Granul

1. Uji Organoleptis Granul

Formula Bentuk Warna Bau


FI Halus granul Kuning Kecoklatan Bau khas ekstrak, dan
pappermint
F2 Halus granul Kuning Kecoklatan Bau khas ekstrak, dan
pappermint
F3 Halus granul Kuning Kecoklatan Bau khas ekstrak, dan
pappermint

2. Uji Kadar Air Granul

62
Evaluasi F1 F2 F3

Rata-rata uji kadar air 5,08% 3,33% 3,16%

Perhitungan Kadar Air :

a. Formula 1

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Bobot granul awal (W0) : 2 g Bobot granul awal (W0) : 2 g

Bobot granul akhir (W1) : 1,905 g Bobot granul akhir (W1) : 1,895 g

W₀-W₁ W₀-W₁
% Kadar Air = x 100% % Kadar Air = x 100%
W₀ W₀

2 g - 1,955 g 2 g - 1,895 g
= x 100% = x 100%
2g 2g

= 4,75% = 5,25%

Pengulangan 3

Bobot granul awal (W0) : 2 g 4,75%+ 5,25%+ 5,25%


Rata-rata =
3
Bobot granul akhir (W1) : 1,895 g
= 5,08%
W₀-W₁
% Kadar Air = x 100%
W₀

2 g - 1,895 g
= x 100%
2g

= 5,25%

b. Formula 2

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Bobot granul awal (W0) : 2 g Bobot granul awal (W0) : 2 g

Bobot granul akhir (W1) : 1,955 g Bobot granul akhir (W1) : 1,93 g

63
W₀-W₁ W₀-W₁
% Kadar Air = x 100% % Kadar Air = x 100%
W₀ W₀

2 g - 1,955 g 2 g - 1,93 g
= x 100% = x 100%
2g 2g

= 2,25% = 3,5%

Pengulangan 3

Bobot granul awal (W0) : 2 g 2,25%+ 3,5%+ 4,25%


Rata-rata =
3
Bobot granul akhir (W1) : 1,915 g
= 3,33%
W₀-W₁
% Kadar Air = x 100%
W₀

2 g - 1,915 g
= x 100%
2g

= 4,25%

c. Formula 3

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Bobot granul awal (W0) : 2 g Bobot granul awal (W0) : 2 g

Bobot granul akhir (W1) : 1,95 g Bobot granul akhir (W1) : 1,93 g

W₀-W₁ W₀-W₁
% Kadar Air = x 100% % Kadar Air = x 100%
W₀ W₀

2 g - 1,95 g 2 g - 1,93 g
= x 100% = x 100%
2g 2g

= 2,5% = 3,5%

64
Pengulangan 3

Bobot granul awal (W0) : 2 g 2,5%+ 3,5%+ 3,5%


Rata-rata =
3
Bobot granul akhir (W1) : 1,93 g
= 3,16%
W₀-W₁
% Kadar Air = x 100%
W₀

2 g - 1,93 g
= x 100%
2g

= 3,5%

3. Uji Waktu Alir Granul

Replikasi (s) F1 F2 F3
I 4,98 2,46 3,72
II 3,68 2,38 3,70
III 3,13 2,68 3,68
Rata-Rata Kecepatan Alir 3,93 2,51 3,7
(g/s)
Berat granul 10 gram

65
4. Uji Sudut Diam Granul

Replikasi (°) F1 F2 F3
I 6,73° 8,81° 11,31°
II 6,62° 10,20° 8,98°
III 7,41° 9,70° 8,03°
Rata-Rata Sudut Diam 6,92° 9,57° 9,44°

Perhitungan uji sudut diam :

a. Formula 1

Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3

Tinggi (h) : 1 cm Tinggi (h) : 1,1 cm Tinggi (h) : 1,3 cm


Diameter (D) : 17 cm Diameter (D) : 19 cm Diameter (D) : 20 cm
Jari-jari (r) : 8,5 cm Jari-jari (r) : 9,5 cm Jari-jari (r) : 10 cm
Sudut diam : Sudut diam : Sudut diam :
h h h
tan α = r tan α = r tan α = r
1 cm 1,1 cm 1,3 cm
tan α = 8,5 cm tan α = 9,5 cm tan α = 10 cm

tan α = 0,118 tan α = 0,116 tan α = 0,13


α = 6,73° α = 6,62° α = 7,41°

6,73°+ 6,62°+ 7,41°


Rata-rata F2 =
3

= 6,92°

b. Formula 2

Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3

Tinggi (h) : 1,7 cm Tinggi (h) : 1,8 cm Tinggi (h) : 1,6 cm


Diameter (D) : 22 cm Diameter (D) : 20 cm Diameter (D) : 18,7cm
Jari-jari (r) : 11 cm Jari-jari (r) : 10 cm Jari-jari (r) : 9,35 cm
Sudut diam : Sudut diam : Sudut diam :

66
h h h
tan α = r tan α = r tan α = r
1,7 cm 1,8 cm 1,6 cm
tan α = 11 cm tan α = 10 cm tan α = 9,35 cm

tan α = 0,155 tan α = 0,18 tan α = 0,171


α = 8,81° α = 10,20° α = 9,70°

8,81°+ 10,20°+ 9,70°


Rata-rata F2 =
3

= 9,57°
c. Formula 3

Pengulangan 1 Pengulangan 2 Pengulangan 3

Tinggi (h) : 1,8 cm Tinggi (h) : 1,5 cm Tinggi (h) : 1,3 cm


Diameter (D) : 18 cm Diameter (D) : 19 cm Diameter (D): 18,5 cm
Jari-jari (r) : 9 cm Jari-jari (r) : 9,5 cm Jari-jari (r) : 9,25 cm
Sudut diam : Sudut diam : Sudut diam :
h h h
tan α = tan α = tan α =
r r r
1,8 cm 1,5 cm 1,3 cm
tan α = 9 cm tan α = 9,5 cm tan α = 9,25 cm

tan α = 0,2 tan α = 0,158 tan α = 0,141


α = 11,31° α = 8,98° α = 8,03°

11,31°+ 8,98°+ 8,03°


Rata-rata F3 =
3

= 9,44°

67
5. Uji Kompresibilitas Granul

Replikasi (°) F1 F2 F3
I 12,39% 12,09% 13%
II 12,39% 12,09% 13%
III 8,61% 12,09% 13,5%
Rata-Rata Sudut Diam 11,13% 12,09% 13,17%

Perhitungan uji kompresibilitas :

a. Formula 1

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Berat granul (M) : 10 gr Berat granul (M) : 10 gr

Volume awal (Vo) : 24 ml Volume awal (Vo) : 24 ml

Volume akhir (Vk) : 21 ml Volume akhir (Vk) : 21 ml

M 10 gr M 10 gr
rk = Vk = 21 ml = 0,476 gr/ml rk = Vk = 21 ml = 0,476 gr/ml

M 10 gr M 10 gr
ro = Vo = 24 ml = 0,417 gr/ml ro = Vo = 24 ml = 0,417 gr/ml

68
rk-ro rk-ro
% Kompresi = x 100% % Kompresi = x 100%
rk rk

0,476-0,417 0,476-0,417
= x 100% = x 100%
0,476 0,476

= 12,39% = 12,39%

Pengulangan 3

Berat granul (M) : 10 gr 12,39%+ 12,39%+ 8,61%


Rata-rata=
3
Volume awal (Vo) : 23 ml
= 11,13%
Volume akhir (Vk) : 21 ml

M 10 gr
rk = Vk = 21 ml = 0,476 gr/ml

M 10 gr
ro = Vo = 23 ml = 0,435 gr/ml

rk-ro
% Kompresi = x 100%
rk

0,476-0,435
= x 100%
0,476

= 8,61%

b. Formula 2

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Berat granul (M) : 10 gr Berat granul (M) : 10 gr

Volume awal (Vo) : 25 ml Volume awal (Vo) : 25 ml

Volume akhir (Vk) : 22 ml Volume akhir (Vk) : 22 ml

M 10 gr M 10 gr
rk = Vk = 22 ml = 0,455 gr/ml rk = Vk = 22 ml = 0,455 gr/ml

M 10 gr M 10 gr
ro = Vo = 25 ml = 0,4 gr/ml ro = Vo = 25 ml = 0,4 gr/ml

69
rk-ro rk-ro
% Kompresi = x 100% % Kompresi = x 100%
rk rk

0,455-0,4 0,455-0,4
= x 100% = x 100%
0,455 0,455

= 12,09% = 12,09%

Pengulangan 3

Berat granul (M) : 10 gr 12,09%+ 12,09%+ 12,09%


Rata-rata=
3
Volume awal (Vo) : 25 ml
= 12,09%
Volume akhir (Vk) : 22 ml

M 10 gr
rk = Vk = 22 ml = 0,455 gr/ml

M 10 gr
ro = Vo = 25 ml = 0,4 gr/ml

rk-ro
% Kompresi = x 100%
rk

0,455-0,4
= x 100%
0,455

= 12,09%

c. Formula 3

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Berat granul (M) : 10 gr Berat granul (M) : 10 gr

Volume awal (Vo) : 23 ml Volume awal (Vo) : 23 ml

Volume akhir (Vk) : 20 ml Volume akhir (Vk) : 20 ml

M 10 gr M 10 gr
rk = Vk = 20 ml = 0,5 gr/ml rk = Vk = 20 ml = 0,5 gr/ml

M 10 gr M 10 gr
ro = Vo = 23 ml = 0,435 gr/ml ro = Vo = 23 ml = 0,435 gr/ml

70
rk-ro rk-ro
% Kompresi = x 100% % Kompresi = x 100%
rk rk

0,5-0,435 0,5-0,435
= x 100% = x 100%
0,5 0,5

= 13% = 13%

Pengulangan 3

Berat granul (M) : 10 gr 13%+ 13%+ 13,5%


Rata-rata=
3
Volume awal (Vo) : 22 ml
= 13,17%
Volume akhir (Vk) : 19 ml

M 10 gr
rk = Vk = 19 ml = 0,526 gr/ml

M 10 gr
ro = Vo = 22 ml = 0,455 gr/ml

rk-ro
% Kompresi = x 100%
rk

0,526-0,455
= x 100%
0,526

= 13,5%

71
Lampiran 9 Hasil dan Perhitungan Evaluasi Tablet Effervescent

1. Uji Organoleptik Tablet

Formula Bentuk Warna Bau


FI Bulat, Pipih Kuning Kecoklatan Bau khas ekstrak, dan
pappermint
F2 Bulat, Pipih Kuning Kecoklatan Bau khas ekstrak, dan
pappermint
F3 Bulat, Pipih Kuning Kecoklatan Bau khas ekstrak, dan
pappermint

2. Uji Keseragaman Bobot Tablet

72
Bobot F1 Bobot F2 Bobot F3
Tablet
(mg) (mg) (mg)
1 490 510 505
2 500 495 510
3 495 505 500
4 500 505 495
5 495 505 510
6 510 510 500
7 500 495 505
8 505 500 510
9 500 510 515
10 500 505 500

Total 4995 5040 5050


Rata-Rata 499,5 + 504 + 505 +
Tablet + SD 5,502525 5,676462 6,236096
NP 13,20606 % 13,6235088 % 14,9666304%
*Syarat “nilai keberterimaan 10 tablet sediaan pertama tidak kurang atau sama

dengan L1% = 15%. Jika nilai keberterimaan lebih besar dari L1%, lakukan

pengujian ulang pada 20 tablet tambahan, harus memenuhi syarat L2%=25%”.

Perhitungan :

Rumus (NP) = (M - 𝑋̅) + ks

• NP : Nilai keberterimaan

• M : nilai rujukan (mengacu pada farmakope VI)

• X : perkiraan masing-masing sediaan (%) ( xi = wi x A / 𝑤


̅)

• k : konstanta keberterimaan (mengacu pada farmakope VI, k10:2,4; k30:

2,0)

• s : simpangan baku sampel

73
a. Formula 1

Jumlah Tablet : 10 Tablet

Bobot 10 Tablet : 4995 mg

Bobot Rata-Rata : 499,5 mg

99,997 % : 𝑋̅ [ 98,5% < 𝑋̅ < 101,5% ]

99,997 % < 101,5% maka rumusnya, NP= ks

NP = 2,4 x 5,502525 %

NP = 13,20606 %

b. Formula 2

Jumlah Tablet : 10 Tablet

Bobot 10 Tablet : 5040 mg

Bobot Rata-Rata : 504 mg

99,997 % : 𝑋̅ [ 98,5% < 𝑋̅ < 101,5% ]

99,995 % < 101,5% maka rumusnya, NP= ks

NP = 2,4 x 5,676462%

NP = 13,6235088 %

c. Formula 3

Jumlah Tablet : 10 Tablet

Bobot 10 Tablet : 5050 mg

Bobot Rata-Rata : 505 mg

99,997 % : 𝑋̅ [ 98,5% < 𝑋̅ < 101,5% ]

99,997 % < 101,5% maka rumusnya, NP= ks

NP = 2,4 x 6,236096%

74
NP = 14,9666304%

3. Uji Keseragaman Ukuran Tablet

Tablet F1 F2 F3
Diameter Tebal Diameter Tebal Diameter Tebal
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 1,02 0,463 1,02 0,530 1,01 0,446

2 1,01 0,487 1,02 0,524 1,01 0,426

3 1,02 0,486 1,03 0,511 1,01 0,442

4 1,02 0,497 1,02 0,516 1,01 0,431

75
5 1,02 0,483 1,03 0,513 1,01 0,441

6 1,02 0,492 1,02 0,536 1,01 0,443

7 1,02 0,491 1,03 0,534 1,01 0,428

8 1,02 0,462 1,02 0,525 1,01 0,425

9 1,02 0,494 1,03 0,533 1,01 0,430

10 1,01 0,494 1,02 0,520 1,01 0,437

Total 10,18 4,849 10,24 5,242 10,1 4,349

Rata- 1,018 0,4849 1,024 0,5242 1,01 0,4349

rata

Catatan : Syarat keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet

tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari satu

sepertiga tebal tablet”

Perhitungan :

a. Formula 1

10,18
Total diameter tablet : 10 = 1,018 cm

4,849
Total tebal tablet : 10 = 0,4849 cm

Syarat :

3 x tebal tablet : 3 x 0,4849 cm = 1,4547 cm

1 1
1 3 x tebal tablet : 1 3 x 0,4849 cm = 0,6303 cm

1
➢ 1 3 tebal < diameter < 3x tebal

➢ 0,6303 cm < 1,018 cm < 1,4547 cm

b. Formula 2

76
10,24
Total diameter tablet : 10 = 1,024 cm

5,242
Total tebal tablet : 10 = 0,5242 cm

Syarat :

3 x tebal tablet : 3 x 0,5242 cm = 1,5726 cm

1 1
1 3 x tebal tablet : 1 3 x 0,5242 cm = 0,6989 cm

1
➢ 1 3 tebal < diameter < 3x tebal

➢ 0,6989 cm < 1,024 cm < 1,5726 cm

c. Formula 3

10,1
Total diameter tablet : 10 = 1,01 cm

4,349
Total tebal tablet : 10 = 0,4349 cm

Syarat :

3 x tebal tablet : 3 x 0,4349 cm = 1,3047 cm

1 1
1 3 x tebal tablet : 1 3 x 0,4349 cm = 0,5798 cm

1
➢ 1 3 tebal < diameter < 3x tebal

➢ 0,5798 cm < 1,01 cm < 1,3047cm

4. Uji Kerapuhan Tablet

77
Formula Bobot 20 Tablet (mg) Kerapuhan (%)
Sebelum pengujian Setelah pengujian
(W0) (W1)
1 10.005 10.000 0,049
2 10.080 10.070 0,099
3 10.145 10.135 0,098

Perhitungan :

a. Formula 1

Berat Sebelum pengujian (W0) : 10.005 mg

Berat sesudah pengujian (W1) : 10.000 mg

W₀-W₁
% Kerapuhan = x 100%
W₀

10.005-10.000
= x 100%
10.005

= 0,049%

b. Formula 2

78
Berat Sebelum pengujian (W0) : 10.080mg

Berat sesudah pengujian (W1) : 10.070 mg

W₀-W₁
% Kerapuhan = x 100%
W₀

10.080-10.070
= x 100%
10.080

= 0,099%

c. Formula 3

Berat Sebelum pengujian (W0) : 10.145 mg

Berat sesudah pengujian (W1) : 10.135 mg

W₀-W₁
% Kerapuhan = x 100%
W₀

10.145-10.135
= x 100%
10.145

= 0,098%

5. Uji Kekerasan Tablet

Tablet Formula 1 (kg) Formula 2 (kg) Formula 3 (kg)


1 6 8 7,5
2 6 8 8
3 6 8 7,5

79
4 6 8 8
5 6 7,5 7,5
Total 30 39,5 38,5
Rata-rata 6 7,9 7,7

6. Uji Waktu Larut

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Waktu 4.19,16 detik 2:09,23 detik 1.56,86 detik

80
7. Uji pH

Formula 1 Formula 2 Formula 3

pH 5,09 5,45 6,68

81
Lampiran 10 Hasil evaluasi granul dan tablet effervescent ekstrak herba meniran

Uji Sediaan Persyaratan Formula


F1 (50%) F2 (55%) F3 (60%)
Bentuk - Halus granul Halus granul Halus granul
Organoleptis

Warna - Kuning Kuning Kuning


Granul

kecoklatan kecoklatan kecoklatan


Bau - Khas ekstrak Khas ekstrak Khas ekstrak
dan sedikit dan sedikit dan sedikit
pappermint pappermint pappermint
Kadar Air 1-5% 5,08 3,33 3,16
Waktu Alir < 10 detik 3,93 detik 2,51 detik 3,7 detik
Sudut Diam < 40° 6,92° 9,51° 9,44 °
Kompresibilitas < 20% 11,13% 12,09% 13,17%
Bentuk - Bulat pipih Bulat pipih Bulat pipih
Organoleptis Tablet

Warna - Kuning Kuning Kuning


kecoklatan kecoklatan kecoklatan
dan butiran dan butiran dan butiran
warna putih warna putih warna putih
Bau - Khas ekstrak Khas ekstrak Khas ekstrak
dan sedikit dan sedikit dan sedikit
pappermint pappermint pappermint
Keseragaman > 15% 13,206% 13,623% 14,966%
Bobot
Keseragaman D: > 3xtebal
Ukuran tab <1 1/3
tebal tab
Kerapuhan < 1% 0,049% 0,099% 0,098%
Kekerasan Min 4 kg 6 kg 7,9 kg 7,7 kg
Waktu Larut 1-2 menit 4:19,16 detik 2:09,23 detik 1:56,86 detik
Ph 6-7 (netral) 5,09 5,45 6,68

82

You might also like