You are on page 1of 67

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGUJIAN MEKANIKA TANAH

Dosen Pengampu :
Eko Suwarno, M.Pd

Disusun oleh :
1. Adhan Ujang Afif Fauzi (210523617279)
2. Alfian Dwi Cahyana Putra (210523617298)
3. Andy Fadhila Ahmad (210523617262)
4. Kevin Daiva Murfid (200523629303)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................................... ii
BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM......................................................................................... 1
2.1 PENGUJIAN KADAR AIR TANAH..................................................................................... 1
2.2 PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH .................................................................................. 4
2.3 PENGUJIAN BERAT ISI ....................................................................................................... 9
2.4 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN ................................................................................ 14
2.5 PENGUJIAN BATAS CAIR TANAH (LL)......................................................................... 17
2.6 PENGUJIAN BATAS PLASTIS TANAH (PL)................................................................... 21
2.7 PENGUJIAN PERMEABILITY TEST ................................................................................ 24
2.8 PENGUJIAN UU TEST ....................................................................................................... 28
2.9 PENGUJIAN KEPADATAN STANDARD (STD PROCTOR) .......................................... 32
2.10 PENGUJIAN SANDCONE .................................................................................................. 35
2.11 UJI SONDIR ......................................................................................................................... 38
2.12 PENGUJIAN UNCONFINED TEST (UJI KUAT TEKAN) ............................................... 41
2.13 PENGUJIAN UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION) .................................................. 45
BAB III. PENUTUP ........................................................................................................................... 64
ii

BAB I. PENDAHULUAN
Pengujian laboratorium yang tepat terhadap tanah untuk menentukan sifat fisiknya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam desain dan konstruksi struktural, penempatan dan
perbaikan sifat tanah, serta spesifikasi dan kendali mutu pekerjaan pemadatan tanah. Perlu
diingat bahwa endapan tanah alami sering kali menunjukkan tingkat non-homogenitas yang
tinggi. Sifat fisik deposit tanah dapat berubah secara signifikan bahkan dalam jarak beberapa
ratus kaki. Persamaan teoritis dan empiris fundamental yang dikembangkan dalam mekanika
tanah dapat digunakan dengan baik dalam praktik jika, dan hanya jika, parameter fisik yang
digunakan dalam persamaan tersebut dievaluasi dengan benar di laboratorium. Jadi,
pembelajaran untuk melakukan uji laboratorium tanah memegang peranan penting dalam
profesi rekayasa geoteknik
1

BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


2.1 PENGUJIAN KADAR AIR TANAH
2.1.1 Tujuan Praktikum
• Melaksanakan prosedur pengujian kadar air tanah dengan terampil
• Menentukan persentase kandungan air yang terkandung di dalam tanah

Jadwal Paktikum
Tanggal uji : 7 Februari 2022 (saat pandemic)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM Gedung D9
Lt.2

2.1.2 Dasar Teori


Sebagian besar pengujian laboratorium dalam mekanika tanah memerlukan
pengujian kadar air. Kadar air tanah didefinisikan seperti:
berat air yang ada dalam massa tanah tertentu
Kadar air tanah =
berat tanah kering
Kadar air tanah biasanya dinyatakan dalam persen.
Untuk hasil yang lebih baik, ukuran minimum kebanyakan spesimen kurang lebih
seperti tabel 2.1. Nilai-nilai ini sesuai dengan ASTM Test Designation D-2216.
Tabel 2.1 Ukuran minimum sampel tanah basah untuk menentukan kadar air
Ukuran partikel Ukuran Berat sampel tanah
maksimum di dalam tanah saringan minimum
(mm) standart (g)
0,425 40 20
2,0 10 10
4,75 4 100
9,5 3/8 in. 500
19,0 3/4 in. 2500

2.1.3 Alat dan Bahan


1. Cawan
2. Neraca (ketelitian 0,1 gram)
3. Oven
4. Tanah
2

5. Air PDAM
2.1.5 Prosedur Pengujian
1. Tentukan berat (g) cawan kosong di tambah tutupnya (W1) dan catat juga
nomornya.
2. Tempatkan sampel tanah lembab yang representatif di dalam cawan. Tutup
cawan untuk menghindari hilangnya kelembapan.
3. Timbang berat gabungan (g) cawan tertutup dan tanah lembab (W2)
4. Lepaskan tutup dari bagian atas cawan dan letakkan di bagian bawah cawan
5. Lalu, masukkan cawan ke dalam oven dengan suhu 105˚C─110˚C untuk
mengeringkan tanah dengan berat yang konstan. Pengeringan dilakukan
selama 24 jam.
6. Tentukan berat gabungan (g) sampel tanah kering ditambah cawan dengan
tutupnya (W3)
2.1.6 Perhitungan
1. Perhitungan berat kandungan air = W2 – W3
2. Perhitungan berat tanah kering = W3 – W1
3. Perhitungan kadar air :
𝑊2 −𝑊3
W (%) = × 100%
𝑊3 −𝑊1

Laporkan kadar air mendekati 1% atau 0,1% yang sesuai berdasarkan ukuran
spesimen

2.1.7 Hasil Pengujian


Terlampir

2.1.8 Pembahasan

Cara Perhitungan :
Berat cawan kosong = W1 gram
Berat cawan + tanah basah = W2 gram
Berat cawan + tanah kering = W3 gram
Berat Tanah Kering = (W3 – W1) gram
Berat Air = (W2– W3) gram
Berat Air
Kadar Air = Berat Tanah Kering × 100 %
3

Hasil Perhitungan :
1. Sampel 1
Berat cawan kosong = 17,50 gram
Berat cawan + tanah basah = 76,40 gram
Berat cawan + tanah kering = 56,25 gram
Berat Tanah Kering = (56,25 – 17,50) gram
= 38,75 gram
Berat Air = (76,40 – 56,25) gram
= 20,15 gram
Berat Air
Kadar Air = Berat Tanah Kering × 100 %
20,15 gram
Kadar Air = × 100 %
38,75 gram

= 52 %
2. Sampel 2
Berat cawan kosong = 17,50 gram
Berat cawan + tanah basah = 77,00 gram
Berat cawan + tanah kering = 63,00 gram
Berat Tanah Kering = (63,00 – 17,50) gram
= 45,50 gram
Berat Air = (77,00 – 63,00) gram
= 14 gram
Berat Air
Kadar Air = Berat Tanah Kering × 100 %
14 gram
Kadar Air = × 100 %
45.50 gram

= 30,77 %
52 %+30,77%
Maka didapatkan rata-rata kadar air tanah sebesar = 41,38%
2

2.1.9 Kesimpulan
Kadar air merupakan sebuah nilai yang menyatakan kandungan air dalam suatu
tanah. Hasil kadar air tanah memiliki kandungan air sebesar 41,38%.
4

2.2 PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH


2.2.1 Tujuan Praktikum
• Melaksanakan prosedur pengujian kadar air tanah dengan terampil
• Menentukan persentase kandungan air yang terkandung di dalam tanah

Jadwal praktikum
Tanggal uji : 7 Februari 2022 (saat pandemic)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM Gedung D9
Lt.2
2.2.2 Dasar Teori
Berat jenis bahan tertentu didefinisikan sebagai rasio berat volume bahan tertentu
dengan berat volume yang sama dari air suling. Dalam mekanika tanah, berat jenis
padatan tanah (yang sering disebut berat jenis tanah) merupakan parameter penting
untuk perhitungan hubungan berat-volume.

Jadi berat jenis, Gs didefinisikan sebagai:


𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛)𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
Gs =
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛)𝑎𝑖𝑟

atau
𝑊𝑠
𝑉𝑠 𝑊𝑠
Gs = =
𝜌2 𝑉𝑠 𝜌𝑤

Di mana : Ws = massa padatan tanah (g)


Vs = volume padatan tanah (cm3)
Pw = massa jenis air (g/cm3)
Kisaran umum nilai Gs , untuk berbagai jenis tanah diberikan pada Tabel 2.2. Prosedur
untuk penentuan berat jenis, Gs , yang dijelaskan di sini berlaku untuk tanah yang terdiri
dari partikel yang berukuran lebih kecil dari 4,75 mm (saringan AS No.4)

Tabel 2.2 Rentang Nilai Gs untuk Berbagai Jenis Tanah


Jenis Tanah Rentang Gs
Pasir 2.63─2.67
Lanau 2.65─2.7
Lempung dan lanau-lempung 2.67─2.9
Tanah organik Kurang dari 2
5

2.2.3 Alat dan Bahan


1. Labu ukur (500 ml)
2. Termometer
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 g
4. Oven pengering
5. Bunsen bumer dan dudukan
6. Spatula
7. Tanah
8. Air
2.2.4 Prosedur Pengujian
1. Bersihkan labu ukur dengan baik dan keringkan
2. Isi labu ukur dengan hati-hati dengan air suling tanpa udara sampai batas 500 ml
(bagian bawah menikus harus berada pada tanda 500ml)
3. Tentukan massa labu ukur dan air yang diisi sampai tanda 500 ml (W1)
4. Masukkan termometer ke dalam labu ukur yang berisi air dan tentukan suhu air
T=T1˚C
5. Taruh sekitar 100 gram tanah kering di udara ke dalam piring evaporasi
6. Jika tanahnya kohesif, tambahkan air (de-aired dan distilasi) ke tanah dan
campurkan ke bentuk pasta yang halus. Biarkan terendam selama sekitar 1,5-1
jam di piring evaporasi (catatan: langkah ini tidak diperlukan untuk tanah
granular, yaitu tanah non kohesif)
7. Pindahkan tanah (jika berbentuk butiran) / pasta tanah (jika kohesif) kedalam labu
ukur.
8. Tambahkan air suling ke labu ukur yang berisi tanah (pasta tanah) untuk
membuatnya sekitar 2/3 penuh.
9. Hilangkan udara dari campuran air tanah. Ini dapat dilakukan dengan:
a) Rebus perlahan labu ukur yang berisi campuran air tanah selama sekitar 15-20
menit. Tunggu perebusan dengan pengocokan labu ukur secara menerus. (Jika
terlalu banyak panas diterapkan, tanah bisa mendidih.)
b) Gunakan vakum dengan pompa vakum atau respirator sampai semua udara
yang terperangkap keluar.
6

Ini adalah langkah yang sangat penting. Sebagian besar kesalahan dalam hasil
pengujian ini disebabkan oleh udara yang terjebak yang tidak dikeluarkan.
10. Turunkan suhu campuran air tanah dalam labu ukur ke suhu ruangan, yaitu T10C
lihat langkah 4 (suhu air ini berada pada suhu ruang)
11. Tambahkan air suling tanpa udara ke dalam labu ukur sampai bagian bawah
meniskus menyentuh tanda 500 ml. Keringkan juga bagian luar labu ukur dan
leher bagian dalam di atasnya.
12. Tentukan massa gabungan botol ditambah tanah ditambah air (W2)
13. Sebagai tindakan pencegahan, periksa suhu tanah dan air di dalam labu ukur
untuk melihat apakah T10± 10C atau tidak.
14. Tuang tanah dan air ke dalam wadah evaporasi. Gunakan botol pemeras plastik
dan cuci bagian dalam labu ukur. Pastikan tidak ada tanah yang tertinggal di
dalam.
15. Masukkan wadah evaporasi ke dalam oven hingga kering dengan berat konstan.
16. Tentukan massa tanah kering di cawan evaporasi (Ws)

Perhitungan berat jenis:


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (𝑊1 )
Gs =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

Dimana:
Masa tanah = Ws
Masa volume air yang sama, Ww = (W1+Ws) – W2

Jadi,
𝑊𝑠
𝐺𝑠 (𝑎𝑡 𝑇10𝐶) =
𝑊𝑤

Berat jenis umumnya dilaporkan pada nilai massa jenis air pada suhu 20oC, jadi ;

𝜌𝑤 (𝑎𝑡 𝑇1𝑜𝐶
𝐺𝑠 (𝑎𝑡 200 𝐶) = 𝐺𝑠 (𝑎𝑡 𝑇10 𝐶) [ ]
𝜌𝑤 (𝑎𝑡 𝑇1𝑜 𝐶

= 𝐺𝑠 (𝑎𝑡 𝑇10 𝐶) 𝐴 … … … … . ..

𝜌𝑤 (𝑎𝑡 𝑇1𝑜𝐶
Dimana; 𝐴. . . = [ ]
𝜌𝑤 (𝑎𝑡 𝑇1𝑜𝐶

Dim; 𝜌𝑤 = 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ


7

Nilai A diberikan pada tabel 2.3


Tabel 2.3 – Nilai A
Temperatur (T1˚C) A Temperatur (T1˚C) A
16 1.0007 24 0.9991
17 1.0006 25 0.9988
18 1.0004 26 0.9986
19 1.0002 27 0.9983
20 1.0000 28 0.9980
21 0.9998 29 0.9977
22 0.9996 30 0.9974
23 0.9993

Setidaknya dua sampai tiga uji berat jenis harus dilakukan. Untuk hasil yang benar,
nilai ini tidak boleh bervariasi lebih dari 2 sampai 3%.

2.2.5 Hasil Pengujian


Terlampir

2.2.6 Pembahasan
1. Perhitungan berat piknometer + air = W4
2. Perhitungan berat piknometer + air + tanah = W3
3. Perhitungan berat piknometer + tanah = W2
4. Perhitungan berat piknometer = W1
5. Perhitungan berat tanah = (W2 – W1)

6. Perhitungan berat jenis


(specific Gravity) / Gs = (Berat Tanah)/(Volume Air) × K
Atau
(𝑊2 −𝑊1 )
= (𝑊
4𝑥 𝑐𝑡)+((𝑊2 − 𝑊1 ) − 𝑊3 )

1. Sampel 1
Diketahui :
8

Temperatur = 27ºC
Berat piknometer + tanah (W2) = 82,40 gr
Berat tanah (W2-W1) = 26,80 gr
Berat piknometer + air (W4) = 151,00 gr
Berat piknometer + air + tanah (W3) = 177,80 gr
Berat piknometer (W1) = 55,60 gr
Maka :
(𝑊2 −𝑊1 )
Specific gravity = (𝑊
4𝑥 𝑐𝑡)+((𝑊2 − 𝑊1 ) − 𝑊3 )

26,80
= = 0,48
(151,00 𝑥 0,9983)+((26,80)−177,80))

2. Sampel 2
Diketahui :
Temperatur = 27ºC
Berat piknometer + tanah (W2) = 127,30 gr
Berat tanah (W2-W1) = 97,80 gr
Berat piknometer + air (W4) = 332,60 gr
Berat piknometer + air + tanah (W3) = 430,40 gr
Berat piknometer (W1) = 127,30 gr
Maka :
(𝑊2 −𝑊1 )
Specific gravity = (𝑊4 𝑥 𝑐𝑡)+((𝑊2 − 𝑊1 ) − 𝑊3 )
97,80
= {(332,60 x 0,9983)+(97,80−430,40)}
= 0,77
0,48+0,77
Maka rata-rata berat jenis tanah adalah = 0,63
2

2.2.7 Kesimpulan
Berat jenis tanah merupakan massa tanah kering yang mengisi ruangan di dalam
lapisan tanah. Hasil dari perhitungan berat jenis tanah sebesar 2,32 yang termasuk
kedalam tanah organik.
9

2.3 PENGUJIAN BERAT ISI


2.3.1 Tujuan Praktikum
• Mengetahui berat isi yang merupakan perbandingan dari berat tanah basah
dengan volume nya
• Menentukan berat isi dari tanah kondisi asli atau tanah yang relatif tidak
terganggu dengan cara menusukkan cincin kedalam tabung sampel

Jadwal praktikum
Tanggal uji : 7 Februari 2022 (saat pandemic)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM Gedung
D9 Lt.2

2.3.2 Dasar Teori


Berat isi, 𝛾 (unit weight) adalah berat tanah per satuan volume. Berat isi juga
didefinisikan sebagai berat isi tanah basah, 𝛾𝑚 (moist unit weight). Dengan
demikian, berat isi didefinisikan sebagai :
𝑊
𝛾𝑚 =
𝑉
atau
10

𝑊𝑤
𝑊 𝑊𝑠 + 𝑊𝑤 𝑊𝑠 [1 + ( 𝑊𝑠 )] 𝑊𝑠 (1 + 𝑤)
𝛾𝑚 = = = =
𝑉 𝑉 𝑉 𝑉
Dimana:
𝛾𝑚 = Berat isi tanah basah (𝑚𝑙/𝑐𝑚3 )
𝑊 = Berat tanah basah (𝑚𝑙)
𝑊𝑠 = Berat butiran padat (𝑚𝑙)
𝑊𝑤 = Berat air (𝑚𝑙)
𝑉 = Volume tanah (𝑐𝑚3 )
𝑤 = Kadar air (%)

Diperlukan juga mengetahui berat kering per satuan volume tanah. Perbandingan
tersebut dinamakan berat isi tanah kering, 𝛾𝑑 (dry unit weight). Dengan demikian
berat isi tanah kering didefinisikan sebagai :
𝑊𝑠
𝛾𝑑 =
𝑉
atau
𝛾
𝛾𝑑 =
1+𝑤
Dimana:

𝛾𝑑 = Berat isi tanah kering (𝑚𝑙⁄𝑐𝑚3 )

Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka
pori (void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of
saturation). Angka pori didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori
dan volume butiran. Jadi:
𝑉𝑣
e = 𝑉𝑠

Dimana:
e = angka pori (void ratio)
Vv (Volume Pori/Rongga) = Vvoid = (cm3)
Wdry
Vs (Volume Butiran) = Vsolid = Gs

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan volume


tanah total, atau
11

Vvoid
n= 100%
Vspeciment
Dimana:
n = porositas (porosity)
Jumlah Porositas
Rerata Porositas (%) = 2
Jumlah Angka Pori
Angka Pori = 2

Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume air dengan


volume pori, atau
(berat tanah basah − berat tanah kering)
S= × 100%
Vv
jumlah derajat kejenuhan
Rerata Derajat Kejenuhan (%) = 2

2.3.3 Alat dan Bahan


1. Shovel
2. Gelas ukur
3. Pasir Otawa
4. Neraca
5. Dry oven

2.3.4 Prosedur Pengujian


1. Pengambilan sampel tanah
Sampel tanah diambil pada permukaan tanah dengan menggunakan shovel.
Sampel yang digunakan adalah tanah yang berbentuk bongkahan.
2. Tes volumetric
- Menimbang sampel tanah dengan menggunakan neraca.
- Hitung berat tanah basah.
- Memasukkan sampel tanah ke dalam gelas ukur.
- Memasukkan pasir otawa ke dalam gelas ukur sampai ketinggian 200 ml.
- Mengambil sampel tanah dari dalam gelas ukur.
- Hitung volume tanah basah.
- Melakukan ulang tes volumetri untuk sampel tanah yang ke 2.

2.3.5 Hasil Pengujian


Terlampir
12

2.3.6 Pembahasan

Hasil perhitungan berat volume tanah basah:


Berat tanah basah 749
γ1 = = = 1,41 gram/cm³
volume tanah 530,36
Berat tanah basah 696,5
γ2 = = = 1,47 gram/cm³
volume tanah 473,79
𝛾1 + 𝛾2 1,41 + 1,47
γ rata − rata = = = 1,44 gram/cm³
2 2

Hasil perhitungan volume isi butir:


Wdry 644,84
Vsolid1 = = = 277,7 gram/cm³
Gs 2,32
Wdry 599,64
Vsolid2 = = = 258,23 gram/cm³
Gs 2,32

Hasil perhitungan Volume void:


Vvoid1 = Vtanah − Vsolid = 530,36 − 277,7 = 252,66 cm³
Vvoid2 = Vtanah − Vsolid = 473,79 − 258,23 = 215,55 cm³

Hasil perhitungan nilai porositas:


Vvoid 252,66
n1 = × 100% = × 100% = 47,64%
Vtanah 530,36
Vvoid 215,55
n2 = × 100% = × 100% = 45,5%
Vtanah 473,79
n1 + n2 47,64 + 45,5
n rata − rata = = = 46,57%
2 2

Hasil perhitungan nilai angka pori:


Vvoid 252,66
e1 = = = 0.91
Vsolid 277,7
Vvoid 215,55
e2 = = = 0,83
Vsolid 258,23
e1 + e2 0,91 + 0,83
e rata − rata = = = 0,87
2 2
13

Hasil perhitungan derajat kejenuhan:


(Berat tanah basah − berat tanah kering)
S1 = × 100%
Vv
749 − 644,84
= × 100%
252,66
= 41,23 %
(Berat tanah basah − berat tanah kering)
S2 = × 100%
Vv
696,5−599,64
= × 100%
215,55

= 44,94 %
S1 + S2 41,23 + 44,94
S rata − rata = = = 43,08 %
2 2

2.3.7 Kesimpulan
Dari pengujian berat isi diperoleh berat volume tanah basah rata-rata sebesar 1,44
gram/cm³, nilai porositas rata-rata 46,57%, nilai angka pori rata-rata 0,87 dan nilai
derajat kejenuhan rata-rata 43,08%.
14

2.4 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN


2.4.1 Tujuan Praktikum
• Mengetahui tahapan analisis distribusi ukuran butir dalam suatu massa tanah
• Mengetahui distribusi ukuran butir dalam suatu massa tanah

Jadwal Praktikum
Tanggal uji : 14 Februari 2022 (saat pandemic)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM Gedung
D9 Lt.2
2.4.2 Dasar Teori
Untuk mengklasifikasikan tanah untuk keperluan teknik, seseorang perlu mengetahui
distribusi ukuran butir dalam suatu massa tanah. Analisis saringan adalah metode yang
digunakan untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah. Saringan terbuat dari kabel
tenun dengan bukaan persegi. Catat itu. ketika nomor saringan meningkat, ukuran
bukaan berkurang. Tabel 4-1 memberikan daftar nomor ayakan standar A.S. dengan
ukuran bukaan yang sesuai. Untuk semua keperluan praktis, ayakan No. 200 adalah
ayakan dengan bukaan terkecil yang harus digunakan untuk pengujian. Saringan yang
paling umum digunakan untuk pengujian tanah memiliki diameter 8 inci (203 mm).
Tumpukan saringan ditunjukkan pada Gambar 4.-1.

Metode analisis saringan yang dijelaskan di sini berlaku untuk tanah yang sebagian
besar berbentuk butiran dengan sedikit atau tanpa butiran halus. Analisis saringan
tidak memberikan informasi tentang bentuk partikel.
15

2.4.3 Alat dan Bahan

1. Saringan, pan bawah, dan penutup


2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 g
3. Mortar dan Alue (Pestle)
4. Oven
5. Dynamic Sieve Shaker
6. Tanah

2.4.4 Prosedur Pengujian


1. Kumpulkan sampel tanah kering oven yang representatif. Sampel yang memiliki
partikel terbesar dengan ukuran No. 4 lubang saringan (4,75 rnm) harus sekitar 500
gram. Untuk tanah yang memiliki ukuran partikel terbesar lebih dari 4,75 rnm,
diperlukan bobot yang lebih besar.
2. Pecahkan sampel tanah menjadi beberapa partikel menggunakan Mortar dan alue.
(Catatan: caranya adalah memecah tanah menjadi partikel-partikel individu, bukan
memecah partikel itu sendiri.)
3. Tentukan berat sampel secara akurat hingga 0,1 g (W)
4. Siapkan tumpukan saringan. Saringan dengan bukaan lebih besar ditempatkan di
atas saringan dengan bukaan lebih kecil. Saringan di bagian bawah harus No. 200.
Pan bawah harus ditempatkan di bawah ayakan No. 200. Seperti disebutkan
sebelumnya, ayakan yang umumnya digunakan dalam tumpukan adalah No. 4,
10,20,40,60, 140 , dan 200. Namun, lebih banyak saringan dapat ditempatkan di
antaranya.
5. Tuang tanah yang telah disiapkan pada Langkah 2 ke dalam tumpukan saringan dari
atas.
6. Tempatkan penutup di atas tumpukan saringan.
7. Jalankan tumpukan saringan melalui Dynamic Sieve Shaker selama sekitar 10-15
menit.
8. Hentikan pengocok saringan dan keluarkan tumpukan saringan.
9. Timbang jumlah tanah yang tertahan di setiap saringan dan pan bawah.
10. Jika sejumlah besar tanah dengan fraksi berlumpur dan liat tertahan pada saringan
No. 200, itu harus dicuci. Pencucian dilakukan dengan mengambil ayakan No. 200
dengan sisa tanah di atasnya dan menuangkan air melalui ayakan dari keran di
laboratorium.
16

Saat air yang melewati saringan bersih, hentikan aliran air. Pindahkan tanah yang
tertinggal di saringan pada akhir pencucian ke piring penguapan porselen dengan
pencucian kembali. Masukkan ke dalam oven hingga kering dengan berat konstan.
(Catatan: Langkah ini tidak diperlukan jika jumlah tanah yang tertahan pada ayakan
No. 200 kecil.)
Tentukan berat tanah kering yang tertahan saringan 200. Perbedaan antara berat ini
dan berat yang tertahan pada saringan No. 200 yang ditentukan pada Langkah 9 adalah
massa tanah yang tersapu.

2.4.5 Perhitungan

1. Hitung persentase tanah yang tertahan di saringan ke-n (dihitung dari atas)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛, 𝑊𝑠


= × 100 = 𝑅𝑛
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡, 𝑊 (𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 3)

2. Hitung persentase kumulatif tanah yang tertahan di saringan ke-n

𝑖=𝑛

= ∑ 𝑅𝑛
1=1

3. Hitung persen kumulatif yang melewati saringan ke-n

𝑖=𝑛

= 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 = 100 − ∑ 𝑅𝑛


1=1

2.4.6 Hasil Pengujian


Terlampir

2.4.7 Pembahasan
Menghitung Berat total :
Berat total = Σ berat tanah yang lolos

Presentase kumulatif :
No. 4 = 97,62 %
No. 10 = 78,80 %
No. 20 = 49,34 %
No. 40 = 46,59 %
17

No. 100 = 8,54 %


No. 200 = 2,74 %
Pan = 0,00 %
2.4.9 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pengujian analisis saringan yang telah dilakukan, didapatkan
grafik analisis saringan. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa sampel tanah yang
diuji didominasi oleh agregat halus.

2.5 PENGUJIAN BATAS CAIR TANAH (LL)


2.5.1 Tujuan Praktikum
• Mengetahui kadar air pada batas cair tanah (LL) menggunakan
• Mampu melaksanakan prosedur pengujian batas cair tanah
Jadwal Praktikum
Tanggal uji : 14 Februari 2022 (saat pandemic)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM
Gedung D9 Lt.2
2.5.2 Dasar Teori
Jika tanah kohesif dicampur dengan air dalam jumlah yang berlebihan, itu akan
menjadi agak tertinggal keadaan cair dan mengalir seperti cairan kental. Namun, bila
cairan kental ini bertahap dikeringkan, dengan hilangnya kelembaban itu akan
berubah menjadi keadaan plastik. Dengan pengurangan kelembaban lebih lanjut,
tanah akan berubah menjadi setengah padat dan kemudian menjadi padat. Hal ini
ditunjukkan pada gambar. 2.4.1. Kadar air (dalam persen) di mana tanah kohesif akan
berpindah dari keadaan cair ke keadaan plastis disebut batas cair tanah. Demikian
pula, kadar air (dalam persen) di mana tanah berubah dari plastik menjadi setengah
padat dan dari keadaan setengah padat. ke keadaan padat masing-masing disebut
sebagai batas plastis dan batas penyusutan. Batas-batas tersebut disebut sebagai batas
Atterberg (1911). Dalam bab ini, prosedur untuk menentukan batas cair dari soH
kohesif akan dibahas
18

Gambar 2.4.1. Batas Atterberg


2.5.3 Alat dan Bahan
1. Perangkat batas cairan Casagrande
2. Alat grooving (Pembuat Alur)
3. Kaleng pelembab
4. Piring penguapan porselen
5. Spatula
6. Oven
7. Timbangan dengan ketelitian hingga 0,01 g
8. Botol peras plastik
9. Handuk kertas

2.5.4 Prosedur Pengujian


1. Menyiapkan mangkok batas cair, membersihkan dari lemak atau kotoran yang
menempel dengan menggunakan air.
2. mengantur ketinggian jatuh mangkok,
3. Mengambil sample tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan No. 4 lalu
meletakkan di atas plat kaca pengaduk.
4. Menambah air suling sedikit demi sedikit, mengaduk sample tanah tersebut
menggunakan spatula sampai homogen.
5. Setelah mendapat campuran homogen, mengambil sample tanah dalam tersebut,
memasukkan ke dalam mangkok alat batas cair. Meratakan permukaannya
sehingga sejajar dengan dudukan alat. Bagian yang paling tebal harus ± 1cm.
19

6. Membuat alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok tersebut.,
menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok
secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.
7. Memutar tuas pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik (dalam 1 detik
mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang ½’’ (12.5
mm). Mencatat jumlah pukulan yang terjadi untuk mencapai kondisi yang
bersinggungan tersebut
8. Mengambil sebagian benda uji dan mangkok tersebut dengan menggunakan
spatula, memasukkan ke dalam tin box (cawan), menentukan kadar air tanah.
Sisa benda uji kembali di plat kaca.
9. Mengulangi prosedur pengujian mulai dari no 4-7 dengan variasi penambahan
air yang berbeda.
2.5.5 Perhitungan
Untuk menentukan batas cair dilakukan langkah-langkah:
• Menggambar dalam bentuk grafik hasil-hasil yang diperoleh dari pengujian
tersebut berupa nilai-nilai kadar air dan jumlah pukulan. Nilai kadar air sebagai
sumbu vertikal dan jumlah pukulan merupakan skala horiontal dengan skala
logaritma.
20

• Membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut, menentukan nilai batas cair benda
uji tersebut berdasarkan nilai kadar air pada jumlah pukulan/ketukan ke-25.
Apabila titik-titik yang diperoleh tidak satu garis lurus, maka buatlah garis yang
melalui titik-titik berat dari titik-titik tersebut.
2.5.6 Hasil Pengujian
Terlampir

2.5.7 Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian batas cair tanah didapatkan data berupa jumlah ketukan
dan kadar air sampel 1 masing-masing 46 dan 26,46%, sedangkan sampel 2 memiliki
jumlah ketukan 12 dan kadar air sebesar 27,94%. Batas cair tanah sendiri adalah kadar
air tanah ketika jumlah ketukan berjumlah 25. Untuk mencari nilai itu bisa dilakukan
interpolasi data sampel 1 dan sampel 2 atau bisa dilakukan cara lain yakni dengan
memplotkan data menjadi sebuah grafik dan mencari pasangan dari jumlah ketukan
25. Pada percobaan tersebut didapatkan LL sebesar 27,38%.

2.5.8 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tanah yang diuji memiliki Batas Cair Tanah (LL) sebesar
27,38%.
21

2.6 PENGUJIAN BATAS PLASTIS TANAH (PL)


2.6.1 Tujuan Praktikum
• Menentukan Batas Plastis Tanah (PL)
• Mampu melaksanakan prosedur pengujian batas plastis tanah
• Untuk menentukan kadar air tanah pada batas keadaan plastis dan keadaan semi
padat (batas plastis) yang akan digunakan untuk menentukan jenis, sifat, dan
klasifikasi tanah.

Jadwal Praktikum
Tanggal uji : 14 Februari 2022 (saat pandemic)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM
Gedung D9 Lt.2
2.6.2 Dasar Teori
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dalam persen, di mana tanah kohesif akan
berubah dari keadaan plastis menjadi keadaan semipadat. Dalam Laboratorium, batas
plastis didefinisikan sebagai kadar air (%) di atas permukaan tanah hanya akan hancur
1
saat digulung hingga diameter 8-in. (3,18 mm). Tes ini dapat dilihat agak sewenang-

wenang dan, sampai batas tertentu, hasilnya mungkin tergantung pada orang yang
melakukan uji. Dengan latihan, bagaimanapun, hasil yang cukup konsisten dapat
diperoleh.
2.6.3 Alat dan Bahan
1. Piring penguapan porselen
2. Spatula
3. Botol peras plastik dengan air
4. Kaleng Kelembaban
5. Pelat kaca tanah
6. Timbangan dengan ketelititan hingga 0,01 g
2.6.4 Prosedur Pengujian
1. Masukkan kira-kira 20 gram sampel tanah kering-udara yang representatif, yang
lolos Saringan No. 40 ke dalam piring penguapan porselen.
2. Tambahkan air dari botol pemeras plastik ke tanah dan aduk rata.
3. Tentukan massa kaleng kelembaban dalam gram dan catat pada lembar data (W1)
4. Dari tanah lembab yang disiapkan pada Langkah 2, siapkan beberapa massa tanah
berbentuk ellipsoidal dengan meremas tanah dengan jari-jari Anda.
22

5. Ambil salah satu massa tanah berbentuk ellipsoidal (Langkah 4) dan gulung di
atas pelat kaca tanah dengan menggunakan telapak tangan Anda. Penggulungan
harus dilakukan dengan kecepatan sekitar 80 pukulan per menit. Perhatikan
bahwa satu lengkap mundur dan satu lengkap gerakan maju telapak tangan
merupakan pukulan.
1
6. Saat utas sedang diputar pada Langkah 5 mencapai diameter 8-in. (3,18 mm),

putus gulungan tanah tersebut menjadi beberapa bagian kecil dan remas dengan
jari-jari anda untuk membentuk elipsoidal lagi.
7. Ulangi Langkah 5 dan 6 hingga benang putus menjadi beberapa bagian saat
1
mencapai diameter 8-in. (3.18 mm). Ada kemungkinan benang dapat hancur pada
1
suatu diameter lebih besar dari 8-in. (3,18 mm) selama proses penggulungan

tertentu, sedangkan tidak hancur dengan diameter yang sama selama


penggulungan sebelumnya.
8. Kumpulkan potongan-potongan kecil yang hancur di tempat lembab bisa
meletakkan penutup di kaleng.
9. Ambil massa tanah ellipsoidal lainnya yang terbentuk pada Langkah 4 dan ulangi
langkah 5 sampai langkah 8.
10. Tentukan massa kaleng kelembaban ditambah tanah basah (W2) dalam gram.
Hapus tutup dari bagian atas kaleng dan letakkan kaleng di dalam oven (dengan
posisi tutup di bagian bawah kaleng).
11. Setelah kira-kira 24 jam, keluarkan kaleng dari oven dan tentukan massa kaleng
ditambah tanah kering (W3) dalam gram.
2.6.5 Perhitungan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑤2 − 𝑤3
Plastic limit = = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑤3 − 𝑤1

Plasticity Index (Indeks Plastisitas) = LL – PL


dimana:
PI = indeks plastisitas
LL = batas cair
PL = batas plastis

2.6.6 Hasil Pengujian


23

Terlampir

2.5.9 Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil berat kering dan berat basah tanah
secara berturut-turut sebesar 36,1 gram dan 30,6 gram. Dari hasil tersebut bisa dicari
Batas Plastis (PL) dan ditemukan hasil sebesar 17,97%. Plastic Index juga bisa dicari
dari hasil pengurangan LL dengan PL dan didapatkan hasil sebesar 9,40.
Berdasarkan Plastic Index nya maka tanah tersebut dapat digolongkan sebagai jenis
tanah liat lanau, derajat plastisitasnya medium plastis, dan kohesif.
2.6.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, sampel Tanah yang diuji memiliki Batas Plastis sebesar
9,40.
24

2.7 PENGUJIAN PERMEABILITY TEST


2.7.1 Tujuan Praktikum
• Mengetahui kecepatan aliran air dalam tanah.
• Memahami dan mengerti cara pengukuran atau penentuan permeabilitas suatu
sampel tanah dengan baik dan benar.
• Mendapatkan nilai koefisien permeabilitas (k) dari suatu contoh tanah.
Jadwal Praktikum
Tanggal uji : 21 Februari 2022
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM,
Gedung D9 Lt.2
2.7.2 Dasar Teori
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berongga yang kemungkinan air atau
cairan lainnya untuk menembus atau merembes melalui hubungan antar pori. Bahan
yang mempunyai pori - pori kontinu disebut dapat tembus (permeable).
Falling head merupakan metode pengujian permeabilitas yang biasanya digunakan
untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang
rendah seperti tanah lempung. Tanah memiliki permeabilitas atau daya rembesan
sehingga air dapat mengalir dan mengisi serta melewati rongga – rongga tanah yang
kosong dalam hitungan waktu tertentu. Koefisien permeabilitas tergantung pada
ukuran rata - rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk
partikel, dan struktur tanah.
Permeabilitas suatu tanah penting untuk :
1. Mengevaluasi jumlah rembesan yang melalui bendungan dan sampai ke sumur
air.
2. Mengevaluasi gaya angkat atau rembesan dibawah struktur hidrolik untuk
analisis stabilitas.
3. Menyediakan kontrol kecepatan terhadap rembesan sehingga partikel tanah
yang berbutir halus tidak tererosi dari massa tanah.
25

Table 1 Typical Permeability Coefficients For Different Soils


Soil Type Typical Permeability, k (cm/ sec)
Gravels and Coarse Sands > 10-1
Fine Sands 10-1 – 10-3
Silty Sands 10-3 – 10-5
Silts 10-5 – 10-7
Clays < 10-7

Prosedur untuk melakukan uji permeabilitas head konstan di pasir telah dibahas pada
bab sebelumnya. Falling Head Permeability adalah prosedur eksperimental lain
untuk menentukan koefisien permeabilitas pasir.

2.7.3 Alat dan Bahan


1. Tabung permeability
2. Corong
3. Burete
4. Batu pori
5. Selang
6. Stopwatch
7. Gelas ukur
8. Jangka sorong
9. Sampel tanah
10. Pegas
11. Air

2.7.4 Prosedur Pengujian


1. Langkah 1 hingga 9: Ikuti prosedur yang sama (yaitu, Langkah 1 hingga 9)
seperti yang dijelaskan dalam Bab 10 untuk persiapan spesimen.
2. Pasokan air dengan menggunakan tabung plastik dari saluran masuk air ke buret.
Air akan mengalir dari buret ke spesimen dan kemudian ke corong. Periksa
apakah tidak ada kebocoran. Hapus semua gelembung udara.
3. Biarkan air mengalir selama beberapa waktu untuk menjenuhkan spesimen.
Saat corong sudah penuh, air akan mengalir keluar ke bak cuci.
26

4. Dengan menggunakan pinch cock, tutup aliran air melalui spesimen. Mesin
penjepit terletak pada pipa plastik yang menghubungkan bagian bawah
spesimen ke corong.
5. Ukur perbedaan head, [h] (cm) (lihat Gambar 11—1). Catatan: Jangan
menambahkan air lagi ke buret.
6. Buka keran penjepit (pinch cock). Air akan mengalir melalui buret ke spesimen
dan kemudian keluar dari corong. Catat waktu (t) dengan stopwatch sampai
perbedaan head sama dengan h2 (cm) (Gbr. 11—1). Tutup aliran air melalui
spesimen menggunakan pinch cock.
7. Tentukan volume (vw) air yang dikeringkan dari buret dalam cm.
8. Tambahkan lebih banyak air ke buret untuk menjalankan lagi. Ulangi Langkah
13, 14 'dan 15. Namun, hk dan h2 harus diubah untuk setiap proses.
9. Catat suhu, T, air ke derajat terdekat CC).

2.7.5 Perhitungan
Koefisien permeabilitas dapat dinyatakan dengan relasi

𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2.303 𝑙𝑛
𝐴𝑡 ℎ2

dimana a = di dalam luas penampang buret


𝑉𝑤
𝑎=
(ℎ1 − ℎ2 )
Karena itu
2.303𝑉𝑤 𝐿 ℎ1
𝑘= 𝑙𝑛
(ℎ1 − ℎ2 )𝑡𝐴 ℎ2
Dimana A = luas benda uji
Seperti pada Bab 10
𝜂
k20°C = kT°c 𝜂 𝑇°c
20°c

2.7.6 Hasil Perhitungan


Terlampir

2.7.7 Pembahasan
Cara Perhitungan :
• Menentukan permeabilitas tanah (k) :
27

2.303𝑉𝑤 𝐿 ℎ1
𝑘= 𝑙𝑛
(ℎ1 − ℎ2 )𝑡𝐴 ℎ2
η 𝑜𝐶
• Menentuan faktor koreksi η 𝑇 menggunakan koefisien kekentalan air pada T0C
20𝑜 𝐶

• Menentukan koefisien permeabilitas tanah pada 250 (k25) dengan rumus :


η 𝑜𝐶
𝑘200 𝐶 = 𝑘 𝑇 0𝐶 η 𝑇
20𝑜 𝐶

Hasil Perhitungan :
Diketahui :
1. Temperatur = 250C
2. Diameter buret = 1,45 cm
3. Diameter sampel uji = 6,33 cm
4. Luas sampel uji (A) = 31,48 cm
5. Panjang sampel uji (L) = 8 cm
6. Tinggi bacaan awal (h1) = 70 cm
7. Tinggi bacaan akhir (h2) = 65 cm
8. Durasi pembacaan = 9000 dt
9. Volume air (V) = 8260 cc
η 𝑜𝐶
10. Koreksi suhu η 𝑇 = 0,889
20𝑜 𝐶


𝐼𝑛 ℎ1 = 0,301
2

2.303𝑉𝑤 𝐿 ℎ1
𝑘= 𝑙𝑛
(ℎ1 − ℎ2 )𝑡𝐴 ℎ2

2.303(82,598)(8,40)
= (100− 50)(1095)(31,48) 0,301

= 0,00000346
Maka :
η 𝑇𝑜𝐶
𝑘200 𝐶 = 𝑘 𝑇 0𝐶
η20𝑜 𝐶

= 0,00027906 (0,889)
= 0,00024808

2.7.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang
diuji dengan menggunakan percobaan Falling Head Permeability Test memiliki
28

nilai koefisien permeabilitas sebesar 0,00024808 atau senilai dengan 2,4808x10-4.


Dan tergolong kedalam tipe tanah silty sands (pasir berlumpur).

2.8 PENGUJIAN UU TEST


2.8.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pengujian triaxial adalah untuk mencari parameter-


parameter kekuatan geser yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam ( )
total dan efektif.
Pengujian ini menggunakan standar ASTM D 4186.

2.8.2 Dasar Teori

Percobaan triaxial merupakan metode paling umum untuk mencari


kekuatan geser tanah. Percobaan ini dilakukan dengan cara benda uji
dimasukkan dalam selubung set tipis dan diletakkan dalam tabung kaca,
kemudian ruang di dalam tabung diisi dengan air. Benda uji mendapat
tegangan sel dengan jalan pemberian tekanan sel atau tekanan sampling
serupa dengan tekanan akibat tanah sekelilingnya, kemudian digeser secara
vertikal dengan kecepatan pergeseran (1% x Lo) per menit.Tekanan vertikal
yang diberikan pada proses keruntuhan ini adalah tegangan deviator dan
dapat diukur dengan cincin uji.
Dengan (c) dan () pada titik keruntuhan yang telah diketahui, maka
dapat digambar suatu lingkaran Mohr. Apabila suatu seri percobaan ini
29

dilakukan dengan tekanan sel yang berbeda, dapat digambar lingkaran Mohr
lainnya. Lingkaran- lingkaran ini harus mempunyai suatu garis singgung yang
dikenal dengan sampul Mohr dan merupakan suatu garis yang sama dengan
persamaan garis yang diberikanoleh percobaan Coulomb, sehingga diketahui
nilai c dan .
Pada percobaan ini dilakukan secara Unconsolidated–Undrained
(tanpa konsolidasi-tanpa drainase). Pada percobaan ini benda uji diberi
tegangan sel/ruangdimana air tidak boleh mengalir dari benda uji. Setelah
diberikan tegangan ruang, dilakukan geseran vertikal dengan kecepatan (1%
x Lo)/menit. Percobaan Unconsolidated-Undrained ini merupakan analisis
tegangan total.

Pengujian triaxial dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:


1. Undrained Test (percobaan tertutup)
Pada percobaan ini air tidak diperbolehkan mengalir dari benda uji, baik
pada tingkat pertama maupun kedua. Tegangan air pori biasanya tidak
diukur pada percobaan ini. Dengan demikian hanya kekuatan geser
undrained yang dapat ditentukan dengan percobaan ini.

2. Consolidated Undrained Test

Pada percobaan ini air diperbolehkan mengalir dari benda uji. Benda uji
diberi tegangan normal pada percobaan ini. Tegangan normal ini bekerja
sampai konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi lagi perubahan pada
isi benda uji. Kemudian jalan air dari benda uji ditutup dan diberi tegangan
geser secara undrained yaitu secara tertutup. Biasanya tegangan air pori
diukur selama tegangan geser ini diberikan.

3. Drained Test (Percobaan terbuka)

Pada percobaan ini benda uji diberi tegangan normal dan air diperbolehkan
mengalir sampai konsolidasi selesai. Kemudian tegangan geser diberikan
dengan jalan air tetap dibuka, yaitu penggeseran dilakukan secara drained
30

(secara terbuka). Untuk menjaga supaya tegangan air pori tetap nol, maka
kecepatan percobaan harus perlahan-lahan.

Tegangan air pori akan timbul di dalam tanah baik karena pemberian
tegangan sel maupun karena pemberian tegangan geser. Pemberian
tegangan sel akan mengakibatkan tegangan air pori yang positif,
sedangkan pemberian tegangan geser dapat mengakibatkan tegangan air
pori yang positif atau negatif. Hal ini tergantung pada kepadatan butir-butir
benda uji. Apabila butirnya sangat padat maka akan mengakibatkan
tegangan air pori yang negatif, sedangkan bila butirnya tidak padat maka
akan mengakibatkan tegangan air pori yang positif.

Untuk pasir, percobaan triaksial biasanya dilaksanakan secara


drained(terbuka). Pada angka pori tertentu, benda uji ini tidak mengalami
perubahan isi sama sekali pada waktu digeser. Angka pori ini disebut
angka pori kritis (critical void ratio). Hal ini disebabkan pasir tidak
mempunyai kohesi, maka nilai c selalu nol dan sudut geser dalam
dipengaruhi oleh kepadatan dan gradasi pasir.

Untuk lempung, percobaan triaksial biasanya dilakukan secara


consolidated undrained. Bila plastisitas rendah sehingga mudah dirembesi
air, maka percobaan drained juga dapat dipakai.

2.8.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk pengujian triaxial adalah
a. Alat cetakan tanah
b. Pisau/gergaji kawat
c. Oli dan kuas
d. Mistar
e. Membran
f. Spesimen uji
g. Alat uji triaxial

2.8.3 Prosedur Pengujian


A. Persiapan Spesimen
1. Mengeluarkan sampel tanah undisturbed dari tabung dan
31

memasukkan ke dalam cetakan silinder uji (dengan menggunakan


extruder mekanis), kemudian dipotong dengan gergaji kawat.
2. Meratakan kedua ujung dampel tanah di dalam silinder uji dengan
menggunakan spatula. Kemudian mengeluarkan sampel uji dari
silinder uji dengan extruder manual.
3. Mengukur dimensi sampel tanah
4. Menimbang berat awal sampel tanah tersebut
B. UU Test
1. Memasang membran karet pada sampel dengan enggunakan alat
pemasang :
- Memasang membran karet pada dinding alat tersebut
- Mengeluarkan udara yang ada di antara membran dan dinding alat dengan
pompa hisap
- Memasukkan sampel tanah ke dalam alat pemasang tersebut
- Melepaskan sampel tanah dari alat tersebut sehingga sampel terbungkus
membran.
2. Memasukkan sampel tanah ke dalam sel triaxial dan tutup dengan
rapat
3. Memasang sel triaksial pada unit mesin triaksial
4. Mengatur kecepatan penurunan 1% dari ketinggian sampel
5. Mengisi sel triaksial dengan gliserin sampai penuh dengan memberi
tekanan pada tabung tersebut. Pada saat gliserin hampir memnuhi
tabung, mengeluarkan udara yang ada di dalam tabung agar gliserin
dapat memenuhi sel. Fungsi gliserin ini adalah untuk menjaga
tegangan dapat merata ke seluruh permukaan sel dan besarnya dapat
dibaca pada manometer
6. Melakukan penekanan pada sampel tanh dari atas
7. Melakukan pembacaan Load Dial setiap penurunan dial bertambah
0.025 mm
8. Setelah selesai, kemudian memasukkan sampel uji ke oven untuk
mendapatkan kadar air.
32

2.9 PENGUJIAN KEPADATAN STANDARD (STD PROCTOR)


2.9.1 Tujuan dari pengujian STD proctor sebagai berikut:
• Menambahkan nilai kuat geser tanah,
• Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas),
• Mengurangi sifat permeabilitas, dan
• Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan lain
lainnya.
Jadwal Praktikum
Tanggal uji : 21 Februari 2022
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil UM,
Gedung D9 Lt.2

2.9.2 Dasar Teori


Uji pemadatan tanah atau Proctor Standard adalah metode laboratorium
untuk menentukan eksperimental kadar air yang optimal dimana suatu
jenis tanah tertentu akan menjadi paling padat dan mencapai kepadatan
kering maksimum. Kepadatan tanah tergantung pada nilai kadar air, saat
air ditambahkan pada pemadatan, air ini melunakkan partikel-partikel
tanah. Partikel-partikel tanah menggelincir satu sama lain dan bergerak
pada posisi yang lebih rapat. Jika kadar air tanah sedikit maka tanah akan
keras begitu pula sebaliknya, bila kadar air banyak maka tanah akan
menjadi lunak atau cair. Hubungan berat volume kering (γd) dengan berat
volume basah (γw) dan kadar air (ω), dinyatakan dalam persamaan
berikut.
γw
γd =
1+ω

Pemadatan Tanah tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) lapisan (dengan tebal


tiap lapisan kira- kira1,0 in.) dan jumlah tumbukan adalah 25 kali setiap
lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5 lb(massa = 2,5 kg) dan tinggi jatuh
sebesar 12 in. (=304,8 mm) (Standard Proctor Test, ASTMD-698)
2.9.3 Spesimen/Sampel
1. Satu set ayakan, beserta alas (pan) dan penutup
2. Mold pemadatan lengkap dengan collar dan base plate
3. Palu pemadatan standard
33

4. Extrudermold
5. Palu karet
6. Cawan
7. Pan
8. Gelas ukur 1000 ml
9. Jangka sorong
10. Timbangan
11. Oven

2.9.4 Prosedur
1. Menyiapkan sample tanah lalu dihancurkan dengan menggunakan palu karet.
2. Menyaring sample tanah tersebut dengan ayakan dan
menggunakan tanah yang lolos saringan No.4.
3. Menentukan kadar mula air tanah tersebut menggunakan gelas ukur.
4. Memisahkan dua buah sample tanah lalu mengambil salah satu
sample, kemudian membuat kadar air dengan mencampurkan
sedikit demi sedikit sambil diaduk- aduk sampai merata.
Penambahan air dilakukan sampai didapat campuran tanah yang
apabila dikepal dengan tangan lalu dibuka, tidak hancur, tidak
lengket di tangan.
5. Membuat kadar air 10% untuk sample tanah berikutnya dengan
melakukan cara yang sama dengan diatas.
6. Menimbang mold standard berikut alasnya dengan ketelitian 1 gram.
7. Memasang collar lalu mengencangkan mur penjepitnya,
menempatkan pada tumpuan yang kokoh.
8. Mengambil salah satu sample tanah kemudian mengisi kedalam
mold kurang lebihsampai setengah tinggi.
9. Menumbuk dengan palu pemadatan standard 5,5 lb sebanyak 25x
tumbukan secara merata sehingga setelah memadat, tanah
tersebut mengisi kurang dari 1/3 tinggi mold.
10. Melakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga sehingga
lapisan terakhir mengisi sebagian collar (berada sedikit lebih tinggi
dari pada tinggi mold).
11. Melepaskan collar dan ratakkan kelebihan tanah pada mold.
12. Mengisi rongga-rongga yang terbentuk dengan tanah sisa-sisa
34

potongan tadi sehingga didapat permukaan tanah yang rata.


13. Menimbang mold dan tanah yang berada didalamnya dengan ketelitian 1
gram.
14. Mengeluarkan sample tanah yang telah dipadatkan dari dalam
mold dengan menggunakan extruder mold.
15. Mengulangi prosedur 3 sampai dengan 8 untuk sample tanah yang lain.
16. Mengisi data–data tersebut pada formulir sehingga didapatkan 2
buah data pemadatan.

2.9.5 Perhitung Data Mould

1. Volume mould = 0,25 * 22/7 * (diameter mould)2 * tinggi mould


Kepadatan Standard
1. Volume tanah = 0,25 ∗ 3,14 ∗ (𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑)2 ∗ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
2. Berat tanah uji dalam mould (Wsoilwet)
= (berat base plate + ring + tanah uji) − (berat base plate
+ mould)
Berat tanah uji dalam mould (Wsoilwet)
3. Kepadatan tanah basah (γw) = Volume mould (Vm)
γw
4. Kepadatan tanah kering (γd) =
1+ω

Kadar Air
1. Berat air
= (berat cawan + tanah uji basah) − (berat cawan + tanah uji kering oven)
2. Berat tanah kering
= (berat cawan + tanah uji kering oven) − berat cawan kosong
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
3. Kadar air % =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

2.9.6 Hasil Perhitungan


Terlampir pada lampiran 6

2.9.7 Kesimpulan
Uji pemadatan tanah atau Proctor Standard adalah metode laboratorium untuk
menentukan eksperimental kadar air yang optimal dimana suatu jenis tanah
tertentu akan menjadi paling padat dan mencapai kepadatan kering
maksimum. Hasil dari perhitungan uji kepadatan standar tanah adalah 2,06
(gr/cc)
35

2.10 PENGUJIAN SANDCONE

2.10.1 Pengantar Teori


Test sand cone atau disebut dengan percobaan kerucut pasir adalah salah satu
jenis uji tanah yang dilaksanakan di lapangan sebagai upaya untuk
menentukan berat isi kering tanah asli maupun hasil dari suatu pekerjaan
pemadatan yang dilaksanakan pada tanah non kohesif ataupun tanah kohesif.

2.10.2 Alat dan Bahan Uji


- Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci
- Botol transparan dengan kapasitas 9 kg
- Alat Perata (Scraper)
- Timbangan
- Wadah
- Oven
- Palu
- Skop kecil
- Paku
- Kuas
- Pasir otawa
- Tanah dilapangan

2.10.3 Prosedur

1. Mempersiapkan semua pelatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pengujian


2. Menimbang berat botol + corong dalam keadaan kosong (W1)
36

3. Membuka kran pada corong kemudian isi air kedalam corong samapi penuh
4. Menutup Kembali kran tersebut lalu balikkan botol agar air yang tersisa
padacorong keluar
5. Menimbang berat botol beserta corong yang berisi air (W3)
6. Menentukan Volume botol tersebut dengan rumus
𝑊2−𝑊1
𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 = 𝑌𝑎𝑖𝑟

7. Mengeluarkan air dari dalam botol, lalu mengeringkan botol tersebut


8. Memasukkan pasir ke dalam botol sampai penuh kemudian
(W3)timbang,berat pasir akan diperoleh dengan rumus
𝑊3 − 𝑊1
𝛾 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 =
𝑉𝑜. 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
9. Memasukkan pasir secukupnya kemudian timbang
10. Menentukan lokasi tempat pengujian tanah, bersihkan permukaan dari material
– material lain yang dapat menghambat pengujian
11. Meratakan permukaan tanah, kemudian letakkan plat dasar di atasnya
12. Membuat lubang sesuai dengan diameter pada plat di dasar dengan
kedalamanyang hamper sama dengan diameter lubang
13. Tanah hasil galian dimasukkan ke dalam plastic lalu timbang dan ukur
kadarairnya
14. Siapkan botol yang telah berisi pasir kurang lebih 2/3 dari tinggi botol lalu
timbang (W2)
15. Meletakkan botol 1 diatas lubang denga posisi kerucut menghadap ke
lubang,lalu buka kran kerucut sehingga pasir mengalir mengisi lubang
hingga penuh
16. Menimbang sisa pasir yang ada di dalam lubang dan kerucut
17. Menghitung berat pasir dalam lubang dan kerucut
18. Menghitung berat pasir dalam lubang
19. Menghitung volume galian
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
𝑉𝑜𝑙 =
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
20. Ulangi tahapan tahapan diatas hingga 3 sample

2.10.4 Perhitungan
Berat tanah galian = (berat tanah galian lubang + nampan) - berat nampan
Berat pasir dalam kerucut = (berat botol + kerucut + pasir awal) – (Berat Tabung +
37

Kerucut + Pasir akhir)


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔

𝛾 𝑠𝑜𝑖𝑙 𝑤𝑒𝑡
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
(1 + 𝑤)
𝑤2 − 𝑤1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑢𝑗𝑖 (𝛾𝑠𝑎𝑛𝑑) =
𝑤3 − 𝑤1
Berat pasir dalam botol uji = (berat botol + kerucut + pasir) – (berat botol + kerucut)
Berat pasir dalam kerucut (W11) = (W8 – W9) – W6
(W10-W11-WC)
Volume lobang = γsand rerata

W8
Berat isi tanah basah = Vhole
γ lap
Derajat kepadatan di lapangan = γ lab ×100%
38

2.11 UJI SONDIR

2.11.1 Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui
kedalaman lapisan pendukung yaitu lapisan tanah keras
Jadwal Praktikum
Tanggal uji : 21 Maret 2022
Tempat : Jl.Panggung No.01 Malang, Jawa Timur

2.11.2 Pengantar Teori


Seperti kita ketahui, bahwa setiap bangunan sipil khususnya pada perancangan
pondasi, terlebih dahulu harus kita ketahui dari sifat tanahnya, baik tanah sebagai bahan
yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari berat bumi. Hal ini dimaksudakan agar
bangunan diatas pondasi tersebut dapat berdiri dengan kokoh dan stabil. Sehingga
dilaksanakan uji penetrasi lapangan dengan alat sondir.

Sondir adalah salah satu alat pengujian tanah di lapangan. Pengujian ini
dimaksudkan untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan
tanah dilapangan.

2.11.3 Alat dan Bahan


a. Mesin sondir
b. Seperangkat stang sondir yang dilengkapi stang di dalamnya
c. Bikonus
d. Manometer kapasitas 60 kg/ dan 250 kg/
e. Angker
f. Kunci-kunci
2.11.4 Prosedur Percobaan
1. Bersihkan lokasi percobaan lalu pasanglah keempat angker (jangkar) spiral
dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir
39

2. Jepitlah kaki sondir pada jangkar tadi lalu atur posisi sondir agar tegak lurus dengan
cara mengendurkan kunci-kunci samping. Sebaiknya menggunakan unting-unting.
3. Untuk mengisi oli hydraulik, bukalah baut penutup lubang pengisian oli dan kedua
keran manometer lalu pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Tekan kunci piston ke atas sampe oli keluar dan gelembunggelembung udara keluar
semua.
5. Setelah udara habis, pasang kedua manometer tadi (kran tetap terbuka). Isilah oli dari
lubang pengisian sampai penuh (kunci piston ditarik ke bawah). Gerakan kunci piston
naik turun untuk menghilangkan gelembung udara, kemudian tutup lubang oli setelah
terisi penuh .
6. Pasang bikonus/konus pada ujung stang sondir berikut stang dalamnya, dan tempatkan
stang sondir tersebut pada lubang pemusat tepat di bawah ruang oli (piston).
7. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol mulai dari posisi
sekarang (permukaan tanah), gunanya untuk mengetahui dimana akan dilakukan
pembaca manometer.
8. Dorong streker pada posisi lubang terpotong lau putarlah engkol sampai
menyentuhujung atas stang sonder,percobaan sudah siap dilakukan.
9. Putar engkol sehingga bikonus masuk kedalam tanah,setlah mencapai 20cm (lihat
tanda),engkel pemutar diputar sedikit ke arah berlawanan dan treker di tarik
kedepansehingga posisi lubang bulat penuh.
10. Buat kran manomemetr 60 kg/cm2.
11. Engkel pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam tanah dengan
kecepatan 2cm/detik. Stang dalam akan menekam piston, tekanan yang terjadi akan
terbaca pada manometer.
12. Tekan stang dalam sedalam 4cm lalu catat angka yang di tunjukan manometer
teruskan penekana sejarak 3 cm lagi dan catat lagi angka yang ditunjukan manometer.
Angka perama menunjukan tahanan konus (qc) sedangakan angka yang kedua
menunjukan jumlah tahanan ujung konus dan gesekan.
13. Lakukan penekana setiap interval 20 cm dan amati jarum manometer.bila tekanan
diperkirakan akan melebihi kapasitas manomete r ,maka tutup manometer tersebut
dan buka kran manometer yang kapasitasnya lebih besar.
14. Setelah mencapai kedalam 1,00 meterstang sondir disambung dan naikan piston
penekan. ulangi prosedur 12 s/d 14 dan percobaan dihentikan apabila perlawan konus
mencapai lebih besar dari 200 kg/ cm2.
40

15. Stang yang tertanam dicabut kembali :


a. Putar engkel pemutar agar piston terangkat.
b. Tarik terker pada posisi lubang penuh.
c. Putar engkel pemutar sampai trreker melewati stang kepala sondir.
d. Dorong treker pada posisi lubang terpotong dan putar engkel pemutar sehingga
stang sondir terangkat sampai pada stang berikutnya.
e. Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian bawahnya tidak jauh
f. Lepaskan stang sondr atas kemudian turunkan engkel pemutar
g. Ulangi prosedur ini untuk stang berikutnya sampai sampai selesai.

2.11.5 Hasil Perhitungan


Terlampir

2.11.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 0- 0,40
m tanah tersebut termasuk ke dalam tanah lunak. Kedalaman 0,60-0,80 adalah tanah
sedang. Pada kedalaman 1,20-1,40 kembali ke tanah lunak. Kedalaman 1,60 termasuk
ke tanah kaku. pada 1,80-2,00 kembali ke tanah sedang. dan dari 2,20-3,00 konsisten
ke jenis tanah sangat kaku.
41

2.12 PENGUJIAN UNCONFINED TEST (UJI KUAT TEKAN)

2.12.1 Pengantar Teori


Kekuatan geser tanah dapat didefinisikan dengan kriteria kegagalan Mohr-Coulomb
dalam bentuk:

Keterangan: - S = Kuat Geser - c = Kohesi


- σ = Tegangan Normal - ϕ = Sudut Friksi

Untuk pengujian tanah liat yang jenuh dan tidak dikeringkan nilai sudut friksi = 0.

Dimana Cu adalah kohesi atau kuat geser tanah yang tidak dikeringkan.

Nilai Cu akan berpengaruh untuk nilai unconfined compression strength dengan


hubungan sebagai berikut:

Dengan qu adalah nilai dari unconfined compression strength.

Dimana unconfined compression strength ditentukan dengan memberikan tegangan


aksial kepada spesi tanah silindris tanpa membatasi tekanan dan mengamati regangan
aksial yang berelasi pada berbagai tingkat level tegangan. Tegangan yang
menyebabkan kegagalan pada spesi tanah adalah yang disebut sebagai unconfined
compression strength.
42

Ilustrasi untuk mendapatkan nilai unconfined compression strength


43

2.12.2 Alat dan Bahan Uji


1. Alat pengujian unconfined compression
2. Pemangkas spesimen dan aksesori (jika spesimen bidang yang tidak terganggu
digunakan)
3. Perangkat pemadatan miniatur Harvard dan aksesori (jika spesimen akan dibentuk
untuk pekerjaan kelas)
4. Skala
5. Keseimbangan sensitif sampai 0,01 g
6. Oven
7. Porselen

2.12.3 Prosedur Pengujian


1. Dapatkan spesimen tanah untuk pengujian. Jika itu adalah spesimen yang tidak
terganggu, itu harus dipangkas ke ukuran yang tepat dengan menggunakan pemangkas
spesimen. Untuk pekerjaan laboratorium kelas, spesimen dengan berbagai kandungan
kelembaban dapat disiapkan menggunakan perangkat pemadatan harvard miniatur.
Spesimen tanah silindris harus memiliki rasio tinggi : diameter atau (LID) antara 2 dan
3. Dalam banyak kasus, spesimen dengan diameter 1,4 in (35,56 mm) dan ketinggian
3,5 in (88,9 mm) digunakan.
2. Ukur diameter dan panjang spesimen dan tentukan berat specimen
3. Tempatkan spesimen ditengah-tengah antara dua plat pembebanan dari mesin
unconfined compression test. Pindahkan bagian atas plat pembebanan dengan sangat
hati-hati hanya hingga menyentuh bagian atas spesimen. Atur ring proving dial hingga
ke 0.
4. Nyalakan mesin lalu rekam pembebanan dan koresponden dari deformasi spesi. Selama
pembebanan,tingkat regangan vertikal seharusnya meningkat hingga 0,5 sampai 2 %
per menit. Pada tahap tertentu pada pengujian,pembacaan alat biasanya diambil setiap
0,01 inch dari deformasi spesimen.
5. Lanjutkan pembacaan sampai:
a. Pembebanan mencapai maksimal lalu berkurang.
b. Pembebanan mencapai maksimal dan diperkirakan masih konstan
setelahnya (setelah mencapai level maksimum,catat 5 pembacaan data)
c. Deformasi spesimen telah melewati 20% regangan sebelum mencapai
pembebanan maksimum (biasa terjadi di kasus tanah lempung).
6. Lepas pembebanan pada spesi dengan merendahkan sisi bawah plat pembebanan.
7. Pindahkan spesimen dari diantara dua plat pembebanan.
8. Gambar sketsa bebas keadaan spesimen setelah kegagalan dan juga tunjukkan tahap-
tahap spesimen hingga mencapai kegagalan.
9. Tempatkan spesimen di dalam porselen dan tentukan kadar air setelah dikeringkan
dalam oven hingga berat konstan.
44

0 00
0 800
0 00
0 00
0 00
0 00
0 00
0 00
0 100
0 000
0 00 0 01 00 00 00 00 00 00 0 08 00 0 10

Plot grafik tegangan, 𝜎 (pada kolom 6), dengan regangan aksial, ∈ , dalam persen
(kolom 2x100). Menentukan tegangan puncak dari grafik ini adalah kekuatan kompresi
tak terbatas, qu' dari spesimen. Dengan catatan, jika regangan 20% terjadi sebelum
tegangan puncak, maka tegangan yang sesuai dengan 20% ketegangan harus diambil
sebagai qu. Contoh perhitungan dan grafik ditunjukkan pada tabel perhitungan dan
grafik diatas.
Jadi Kesimpulannya adalah Dalam penentuan kekuatan tekan yang tidak dibatasi,
lebih baik untuk melakukan tes pada dua sampai tiga spesimen identik. Nilai rata-rata
qu adalah representatif nilai. Berdasarkan nilai qu' konsistensi suatu tanah kohesif
adalah sebagai berikut:

Konsistensi qu (lb/ft2)
Sangat Lembut 0-500
Lembut 500-1000
Normal 1000-2000
Kaku 2000-4000
Sangat Kaku 4000-8000

Dapat disimpulkan bahwa specimen tanah pengujian unconfined test diatas adalah
tergolong ke tanah yang sangat lembut, dengan nilai qu tertinggi pada 0,767.
45

2.13 PENGUJIAN UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION)

2.13.1 Tujuan
Tujuan dari pengujian konsolidasi adalah menentukan sifat kemampatan dari suatu
spesi tanah dan karakteristik konsolidasinya yang adalah fungsi dari permeabiliatas
tanah
Tanggal uji : 24-30 oktober 2012
Tempat : Perum Dieng Kalisongo Malang Jawa Timur

2.13.2 Pengantar Teori


Konsolidasi merupakan suatu proses pemampatan tanah, dan berkurangnya volume
pori dalam tanah. Hal ini dapat menghasilkan bertambahnya daya dukung tanah.
Namun, selama proses ini terjadi tidak diperbolehkan adanya bangunan yang sedang
berdiri di atas tanah tersebut. Proses ini biasanya memakan waktu yang cukup lama dari
tahunan bahkan sampai puluhan tahun. Dikarenakan durasi yang terlalu lama hal ini
akan sangat tidak menguntungkan untuk melakukan kegiatan konstruksi. Namun
apabila konstruksi tetap dilakukan sebelum proses konsolidasi terjadi, maka
kemungkinan besar akan terjadi proses keruntuhan bangunan akibat proses konsolidasi.
Menurut Braja M. Das (1985) yang dikutip oleh Yamali, F., Y. (2011) dalam jurnalnya
yang berjudul “Pengaruh Kadar Air Terhadap Nilai Konsolidasi di Tanah Lempung
Pada Lokasi yang Sama”, konsolidasi terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Immediate Settlement
Terjadi akibat deformasi elastis tanah kering, basah dan jenuh air tanpa adanya
perubahan kadar air. Perhitungan penurunan segera umumnya didasarkan pada
penurunan yang diturunkan dari teori elastisitas.
b. Consolidation Settlement
Hasil dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang
menempati pori-pori tanah.
Standar yang digunakan :
SNI 2812-2011 : Cara Uji Konsolidasi Tanah Satu Dimensi
Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji konsolidasi tanah
satu dimensi pada benda uji tanah tidak terganggu atau benda uji tanah
terganggu.Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter koefisien komprebilitas
(mv),koefisien konsolidasi tanah (Cv),koefisien kelulusan air (k),indeks
kompresibilitas (Cc),dan hubungan antara waktu dan penurunan kumulatif benda uji
tanah tidak terganggu atau terganggu yang akan digunakan untuk keperluan analisis
46

perhitungan,baik kecepatan penurunan maupun penurunan total bangunan atau


timbunan.

Penentuan Nilai Cc (indeks pemadatan)

Untuk menentukan nilai Cc, sebelumnya kita perlu menentukan terlebih dahulu
besarnya tekanan prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara yang
mudah untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi, pc, dengan berdasarkan
grafik angka pori (e) terhadap log p yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi di
laboratorium. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

Dengan melakukan pengamatan secara visual pada grafik, tentukan titik a di mana
grafik e versus log p memiliki jari-jari kelengkungan yang paling mnimum.

1. Gambar garis datar ab.


2. Gambar garis singgung ac pada titik a.
3. Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac.
4. Perpanjang bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus hingga
memotong garis
5. ad di titik f.
6. Absis untuk titik f adalah besarnya tekanan prakonsolidasi (pc).

Setelah mendapatkan harga tekanan prakonsolidasi, maka harga Cc dapat ditentukan


dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:

a. Dari grafik e vs log p dicari bagian grafik yang paling linear pada bagian dimana
tanah sudah melewati tekanan prakonsolidasi.
b. Diambil dua titik ujung pada grafik yang paling linear tersebut
47

c. Mengaplikasikan rumus berikut:

Dengan,

Cc = indeks kompresi

e1, e2 = void ratio pada ujung bagian linear kurva e versus log p setelah tanah
mengalami tekanan yang melampaui tekanan prakonsolidasi

p1, p2 = tekanan yang berkaitan dengan e1 dan e2.

Penentuan t90

Grafik pembacaan penurunan vs akar pangkat dua dari waktu untuk setiap pembebanan
dapat digunakan untuk mencari besarnya t90. Setelah didapat nilai t90 untuk masing-
masing pembebanan maka dapat dicari besar nilai Cv. Harga koefisien konsolidasi
ditentukan dengan metoda akar waktu (time square root method) adalah sebagai berikut
(lihat gambar di bawah):

1. Gambar suatu garis AB melalui bagian awal kurva (ambil kurva yang lurus).
2. Gambar suatu garis AC sehingga OC = 1.15 OB. Absis titik D, yang merupakan
perpotongan antara garis AC dan kurva konsolidasi merupakan perpotongan an-tara
garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan harga akar waktu untuk terca-painya
konsolidasi 90 %.
3. Hitung koefisien konsolidasi dengan menggunakan rumus berikut:
48

Kecepatan penurunan

Berbicara mengenai kecepatan penurunan, kita selalu berhubungan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan tersebut. Waktu penurunan dihitung dengan rumus:

Dengan,

t = waktu

T = faktor waktu, dapat dilihat dari tabel

Hdr = jarak lintas drainage (tergantung susunan lapisan tanah)

Cv = koefisien konsolidasi, dicari dari lengkung konsolidasi.

2.13.3 Spesimen/Sampel
1. Sampel tanah asli (undisturbed sample) yang diambil melalui tabung contoh atau sumur
percobaan sebanyak dua sampel (satu sebagai cadangan, bila ada kegagalan percobaan).
2. Air bersih secukupnya.
3. Frame alat Konsolidasi.
4. Sel Konsolidasi.
5. Cincin (cetakan) benda uji.
6. Extruder.
7. Batu Pori.
49

8. Bola Baja.
9. Piringan
10. Stopwatch.
11. Dial deformasi.
12. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
13. Pisau pemotong.
14. Oven dengan pengatur suhu.

2.13.4 Prosedur
1. Mengeluarkan sampel tanah dari tabung contoh, lalu memasukkan cetakan benda uji
pada sampel tanah.
2. Memotong dan meratakan kedua permukaan cetakan dengan pisau pemotong.
Mengambil tanah yang tidak terpakai untuk menentukan kadar airnya.
3. Menimbang cetakan beserta sampel tanah (Wcs). Memasang kertas saring pada kedua
permukaan atas dan bawah pada sampel tanah.
4. Memasukkan cetakan dan sampel tanah kedalam sel alat.
5. Meletakkan batu pori pada bagian atas dan bawah sampel tanah (sampel diantara batu
pori).
6. Meletakkan penekan piringan diatas batu pori dan di atas plat penekan diletakkan bola
baja ditengah-tengah atau coakan lubang pada plat penekan. Mengisi sel konsolidasi
dengan air hingga permukaan terpenuhi air di atas bola baja.
7. Mengatur posisi plang penekan.agar horizontal dengan cara memutar span sekrup di
bagian belakang.
8. Mengatur ketinggian baut penekan agar tepat menyentuh bola baja.
9. Mengatur posisi dial deformasi dalam posisi tertekan dan dibuat pada posisi nol. Menahan
lengan beban dengan plang penahan.
10. Memasang beban pertama yang menghasilkan tekanan pada sampel tanah sebesar 0,25
kg/cm2 (beban 500 gram).
11. Membaca dial deformasi pada detik, menit, jam.
12. Setelah 24 jam, memasang beban kedua sebesar dua kali beban pertama, yaitu 100 gram.
Kemudian melakukan Langkah Kerja 11.
13. Melakukan hal yang sama untuk beban 4 kali (2000 gram), 8 kali (4000 gram), 16 kali (8000
gram) beban pertama, beban maksimum disesuaikan dengan beban yang akan bekerja
pada lapisan tanah tersebut.
50

14. Setelah melakukan pembebanan maksimum, mengurangi beban dalam dua tahap sampai
mencapai beban pertama. Membaca dial deformasi 5 jam setelah pengurangan beban
(pada 2000 gram), lalu beban dikurangi dan melakukan pembacaan kembali setelah 5 jam
berikutnya. Menjaga tinggi air dalam sel konsolidasi selam test.
15. Setelah pembacaan terakhir, mengeluarkan ring dan tanah sampel dari sel konsolidasi.
Menimbang dan mengoven tanah sampel untuk menentukan berat kering.

2.13.5 Hasil Perhitungan


Terlampir pada lampiran 12

2.13.6 Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut, kita dapat mengetahui sifat-sifat pemampatan (perubahan
volume) suatu jenis tanah pada saat menerima beban tertentu.
51

LAMPIRAN

1. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah

Kedalaman - - 3.00 m
N0 Uraian Uji
Sampel 1 2
1 Berat cawan (Gram) 17.50 17.50
2 Brt tnh bsh natural + cawan (gram) 76.40 77.00
3 Brt tnh krg + cawan (Gram) 56.25 63.00
4 Kadar Air natural contoh tanah (%) 52.00 30.77
5 Kadar Air Natural Rerata (%) 41.38

2. Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah

SAMPLE UJI
NO URAIAN DATA UJI
1 2
1 Berat picnometer kosong (W1) gram 55.60 127.30
2 Berat picnometer + tanah (W2) gram 82.40 225.10
3 Berat tanah (W2-W1) 26.80 97.80
4 Berat picnometer + tanah + air (W3) gram 177.80 430.40
5 Berat picnometer + air (W4) gram 151.00 332.60
6 Berat air (gram) 95.40 205.30
7 Suhu (T) o C 27 27
8 Faktor koreksi suhu (Ct) 0.9983 0.9983
9 Berat air terkoreksi (W4xCt) 150.74 332.03
10 Berat air terkorek + picnometer 206.34 459.33
11 Berat jenis (Gs) = (W1-W2)/(W4.Ct+W2-W1-W3) 0.48 0.77
12 Berat jenis rata-rata 0.63
52

3. Hasil Pengujian Berat Isi

SAMPEL UJI
No Uji Berat Isi Tanah
1 2
1 Berat Mould/ cetakan (gram) 0.00 0.00
2 Brt tnh bsh natural + mould (gram) 0.00 0.00
3 Brt tnh basah - natural (Gram) 315.60 160.80
4 Volume Tanah (Cm3) 184.95 107.39
5 Berat Isi Tanah Basah Natural (Gram/cc) 1.71 1.50
Berat Isi Tanah Basah Natural Rerata
6 1.60
Gram/cc)
7 Berat Isi Tanah Kering 1.71 1.50
8 Berat Isi Tanah kering Rerata 1.60

9 Grain Specivic Gravity 0.00

4. Hasil Pengujian Analisis Saringan


%
Diameter Brt. Sar + Kum
Berat Sar. Berat Tnh. Kumulatif % Kumlatif
No. Saringan Tanah Tnh.
Kosong Tertahan Tnh Tnh Lolos
(MM) Tertahan Tertahan
Tertahan
A b C d e f g h
3/8" 9.50 536.5 538.00 1.50 1.50 0.15 99.85
4 4.74 451.5 473.80 22.30 23.80 2.38 97.62
10 2.000 421.00 609.20 188.20 212.00 21.2 78.8
20 0.850 428.50 723.10 294.60 506.60 50.66 49.34
40 0.425 407.50 435.00 27.50 534.10 53.41 46.59
100 0.150 408.00 788.50 380.50 914.60 91.46 8.54
200 0.075 410.00 468.00 58.00 972.60 97.26 2.74
Pan 0.000 444.20 543.70 27.40 1000.00 100.00 0.00
1000.00
D10 = 0.161 Mm Cc = 0.46
D30 = 0.305 Mm Cu = 7.89
D60 = 1.266 Mm
53

5. Hasil Pengujian Atterberg(Batas Konsistensi Tanah)


- Batas Cair Tanah

No Uraian Uji Kedalaman Specimen Uji - 3.00 Meter

1 Jumlah ketukan hingga berimpit 0,5 inch. 40 25 11


2 Berat cawan kosong (W1) gram 10.75 10.25
3 Berat cawan + tanah basah (W2) gram 30.00 36.50
4 Berat cawan + tanah kering (W3) gram 24.00 25.75
5 Kadar air (%) = {(W2-W3)/(W3-W1)} 100% 45.28 57.73 69.35

- Batas Plastis Tanah

No Uraian Uji Sampel Uji - 3.00 Meter


1 Berat cawan kosong (W1) gram 15.9
2 Berat cawan + tanah basah (W2) gram 40
3 Berat cawan + tanah kering (W3) gram 33
4 Kadar air (%) = {(W2-W3)/(W3-W1)}100% 40.94

5 Indeks Plastisitas 16.80

6. Hasil Pengujian Permeability

No Uraian Uji - Sampel Uji - 3.00 m

1 Diameter buret (cm) 1.45


2 Diameter sampel uji (cm) 6.33
3 Luas sampel uji (cm) 31.48
4 Panjang sampel uji (cm) 8

5 Tinggi bacaan awal (h1 cm) 70


6 Tinggi bacaan akhir (h2 cm) 65
7 Durasi pembacaan (dt) 9000
8 Volume air (V cc) 8.260
9 Log h1/h2 0.032

10 0.00000346
54

7. Hasil Pengujian UU Test


Dial Luas
Dial Load Deformation Load F Regangan Tengangan
Deform Koreksi
Read (mm) (Kg) Vertikal (kg/cm2)
Read (Cm2)
σ3.1 = 1
Kg/Cm
0 0 0.00 0.00 0.0000 9.6250 0.0000
100 27 1.00 2.20 0.0143 9.7645 0.2248
200 51 2.00 4.15 0.0286 9.9081 0.4185
300 70 3.00 5.69 0.0429 10.0560 0.5659
400 101 4.00 8.21 0.0571 10.2083 0.8044
500 126 5.00 10.24 0.0714 10.3654 0.9883
600 153 6.00 12.44 0.0857 10.5273 1.1816
700 171 7.00 13.90 0.1000 10.6944 1.3000
800 197 8.00 16.00 0.1143 10.8669 1.4724
900 222 9.00 18.05 0.1286 11.0451 1.6341
1000 225 10.00 18.29 0.1429 11.2292 1.6290
1100 226 11.00 18.37 0.1571 11.4195 1.6090
1200 228 12.00 18.54 0.1714 11.6164 1.5957
σ3.1 = 1
Kg/Cm
0 0 0.00 0 0.0000 9.6250 0.0000
100 30 1.00 2.439 0.0143 9.7645 0.2498
200 45 2.00 3.6585 0.0286 9.9081 0.3692
300 84 3.00 6.8292 0.0429 10.0560 0.6791
400 109 4.00 8.8617 0.0571 10.2083 0.8681
500 124 5.00 10.0812 0.0714 10.3654 0.9726
600 157 6.00 12.7641 0.0857 10.5273 1.2125
700 182 7.00 14.7966 0.1000 10.6944 1.3836
800 207 8.00 16.8291 0.1143 10.8669 1.5487
900 219 9.00 17.8047 0.1286 11.0451 1.6120
1000 304 10.00 24.7152 0.1429 11.2292 2.2010
1100 250 11.00 20.325 0.1571 11.4195 1.7799
1200 255 12.00 20.7315 0.1714 11.6164 1.7847
55

8. Hasil Pengujian Std Proctor

Data Mould 1 2 3
1 Diameter Mould (Ø) cm 10.16 10.16 10.16
2 Tinggi Mould (h) cm 12.20 12.20 12.20
3 Volume Mould (Vm) cc 989.49 989.5 989.5

Uji Kepadatan Standard


1 Tinggi Tanah (Cm) 11.56 11.60
2 Vol Tanah Cm3) 936.7 940 0
3 Berat Base Plate + Mould (Wm) 3,700 3,700 3,700
4 Berat Base Plate + Ring + Tanah Uji (W1) 5,320 5,585 5,585
5 Berat Tanah Uji dalam mould (Wsoil wet) 1,620 1,885 1,885
6 Kadar Air Tanah Uji (w) % 10.64 18.77 19.34
7 Kepadatan Basah (γ wet) 1.64 1.91 1.91
8 Kepadatan Tanah Kering (γ dry) 1.48 1.60 1.596

Uji Kadar Air: 1 2 3


1 Berat Cawan kosong (a) gr 14.15 14.2 11.1 10.1 9.75 13.25
2 Berat cawan + tanah uji basah (b) gr 72.26 79.92 57.5 65.15 63.25 70.39
3 Berat cawan + tana uji kering oven (c) gr 66.45 73.85 50.25 56.35 54.7 61
4 Berat Air (d) gr 5.81 6.07 7.25 8.8 8.55 9.39
5 Berat Tanah Kering (e) gr 52.3 59.65 39.15 46.25 44.95 47.75
6 Kadar Air (w) % 11.11 10.18 18.52 19.03 19.02 19.66
7 Kadar air rerata (W) % 10.64 18.77 19.34

Kesimpulan Uji
1 Kepadatan / Berat Isi Tanah Maks. (gr/cc) 1.69
2 Kadar Air Optimum Pemadatan (%) 17.00
56

9. Hasil Pengujian Sand Cone

Titik Uji
No. Uraian / Data Uji
1 2 3
1 Berat Nampan (W7) 0 0 0
2 Berat Tanah Galian Lubang + Nampan (W8) 2,650 2,725 0
3 Berat Tanah Galian Lubang (W9) 2,650 2725 0
4 Berat botol + kerucut + pasir sebelum pengujian (W10) 8,150 8,300 0
5 Berat botol + kerucut + pasir setelah pengujian (W11) 4,500 4,550 0
6 Berat Pasir dalam Kerucut (Wc = W4-W5) 1,650 1,600 0
7 Volume Lubang (V = W10 - W11 - Wc)/γ sand rerata) 1307 1405 0

8 Kepadatan Basah (γ soil wet = W8/Vhole) 2.03 1.94 0.00


9 Kadar Air tanah di lapangan (w %) 3.89 5.95 0.00
10 Kepadatan Kering lapangan (γ lap = γ soil wet / (1 + w) 1.95 1.83 0.00
11 Kepadatan standard (standar Proctor = γ lab) 1.69 1.69 0
12 Derajat Kepadatan Tanah (Dr = γ lap / γ lab) x 100 %) 115.52 108.36 0.00

Kalibrasi Cone Set


1 Berat botol + kerucut (W1) 700 720 710
2 Berat botol + Kerucut + Air (W3) 5,650 5,410 5,530
3 Berat botol + kerucut + Pasir (W2) 8,150 8,020 8,085
4 Volume Botol Uji = Berat Air dlm Botol Uji (W3-W1) 4,950 4,690 4,820
5 Berat Pasir dalam Botol Uji (W2 - W1) 7,450 7,300 7,375
9 Berat Isi Pasir (γ sand) (W2-W1) / (W3-W1) 1.51 1.56 1.53
10 Berat Isi Pasir (γ sand) Rerata 1.53

Berat Pasir dalam Kerucut (W4 - W5)


6 Berat Botol + Kerucut + Pasir awal (W4) 8,150 8,020 8,085
7 Berat Tabung + Kerucut + Pasir akhir (W5) 6,500 6,420 6,460
8 Berat Pasir dalam Kerucut (W4 - W5) 1,650 1,600 1,625
57

10. Hasil pengujian unconfined test


- Test 1
58

- Test 2
59

11. Hasil Pengujian Uji Sondir


Perlawanan Jumlah Hamb Pelekat JHP ' Ratio Gesekan
Kedalaman HP x 20
Konus (PK) Perlawanan (JP) (HP)'=(JP-PK)/10 = S (HP x 20) (FR)'= (HP/PK)x100
2 2 2
(Meter) [kg/cm ) [kg/cm ) [kg/cm ) [kg/cm) [kg/cm) (%)

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00


0,20 5,00 8,00 0,30 6,00 6,00 6,00
0,40 5,00 10,00 0,50 10,00 16,00 10,00
0,60 15,00 25,00 1,00 20,00 36,00 6,67
0,80 18,00 28,00 1,00 20,00 56,00 5,56
1,00 8,00 12,00 0,40 8,00 64,00 5,00
1,20 6,00 10,00 0,40 8,00 72,00 6,67
1,40 10,00 22,00 1,20 24,00 96,00 12,00
1,60 40,00 80,00 4,00 80,00 176,00 10,00
1,80 20,00 45,00 2,50 50,00 226,00 12,50
2,00 14,00 35,00 2,10 42,00 268,00 15,00
2,20 100,00 200,00 10,00 200,00 468,00 10,00
2,40 100,00 200,00 10,00 200,00 668,00 10,00
2,60 100,00 200,00 10,00 200,00 868,00 10,00
2,80 100,00 200,00 10,00 200,00 1068,00 10,00
3,00 100,00 200,00 10,00 200,00 1268,00 10,00
3,20
3,40
3,60
3,80
4,00
4,20
4,40
4,60
4,80
5,00
5,20
5,40
5,60
5,80
6,00
60

12. Hasil Uji konsolidasi


Sampel - Deskripsi Tanah : D-3.00.1 Lempung bercampur lanau - pasir Diameter Ring : 5,25 Cm
Beban pada Specim en : 4,00 Kg Tek. Specim en : 1,85 Kg/cm 2
Waktu Mulai :8,15 WIB Tinggi Spc. Awal : 13,00 Cm

Waktu Beban Def. Read


√t it Dial Read (Div)
(Menit) (mm)

8,00

0 0,00 8,00 0,00

0,25 0,50 7,25 0,75

1,00 1,00 6,85 1,15

2,25 1,50 6,70 1,30

4,00 2,00 6,61 1,39

6,25 2,50 6,55 1,45

9,00 3,00 6,50 1,50

12,25 3,50 6,46 1,54

16,00 4,00 6,43 1,57

20,25 4,50 6,41 1,59

25,00 5,00 6,40 1,60

36,00 6,00 6,39 1,61

60,00 7,75 6,39 1,62

120,00 10,95 6,38 1,62

240,00 15,49 6,37 1,63

480,00 21,91 6,37 1,64

1440,00 37,95 6,36 1,64

2880,00 53,67

4320,00 65,73
61

Sampel - Deskripsi Tanah : D-3.00.2 Lempung bercampur lanau - pasir Diameter Ring : 5,25 Cm
Beban pada Specim en : 10,00 Kg Tek. Specim en : 0,46 Kg/cm 2
Waktu Mulai :8,15 WIB Tinggi Spc. Awal : 11,360 cm

Waktu Beban
√t it Dial Read (Div) Def. Read (mm)
(Menit)

6,36

0 0,00 6,36 0,00

0,25 0,50 6,28 0,08

1,00 1,00 6,23 0,13

2,25 1,50 6,20 0,16

4,00 2,00 6,18 0,18

6,25 2,50 6,16 0,20

9,00 3,00 6,14 0,22

12,25 3,50 6,13 0,23

16,00 4,00 6,12 0,24

20,25 4,50 6,11 0,25

25,00 5,00 6,11 0,26

36,00 6,00 6,10 0,26

60,00 7,75 6,09 0,27

120,00 10,95 6,08 0,28

240,00 15,49 6,07 0,29

480,00 21,91 6,06 0,30

1440,00 37,95 6,05 0,31


62

2880,00 53,67

4320,00 65,73

Sampel - Deskripsi Tanah : D-3.00.3 Lempung bercampur lanau - pasir Diameter Ring : 5,25 Cm
Beban pada Specim en : 16,00 Kg Tek. Specim en : 0,74 Kg/cm 2
Waktu Mulai :8,15 WIB Tinggi Spc. Awal : 11,050 mm

Waktu Beban
√t it Dial Read (Div) Def. Read (mm)
(Menit)

6,05

0 0,00 6,050 0,00

0,25 0,50 6,000 0,05

1,00 1,00 5,960 0,09

2,25 1,50 5,930 0,12

4,00 2,00 5,910 0,14

6,25 2,50 5,900 0,15

9,00 3,00 5,890 0,16

12,25 3,50 5,880 0,17

16,00 4,00 5,875 0,18

20,25 4,50 5,870 0,18

25,00 5,00 5,865 0,19

36,00 6,00 5,860 0,19

60,00 7,75 5,855 0,19

120,00 10,95 5,850 0,20


63

240,00 15,49 5,845 0,21

480,00 21,91 5,840 0,21

1440,00 37,95 5,835 0,22

2880,00 53,67

4320,00 65,73

Sampel - Deskripsi Tanah D-3.00 Lempung bercampur lanau - pasir Berat Kering Tanah 35,30 gram
Diameter Ring 5,25 Cm Tinggi Spc. Awal 13,000 mm
Kdr. Air awal 38,33 % Kdr air Akhir %
Brt. Basah Tnh. 48,83 Gs = 2,64 Tinggi Butir 6,168 mm
2 Final Dial Read Perub. Tinggi Tinggi Akhir Tinggi Pori Angka Pori Akhir Rrt. Tingg slm Waktu Fitting t90
Tekanan (kg/cm ) Cv (cm2/detik)
(Div) Specimen (mm) Specimen (mm) (mm) e Kons. (mm) (detik)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

0,00 8,000 13,000 6,832 1,11


1,640 12,1800 184 0,0017
1,85 6,360 11,360 5,192 0,84
0,310 11,2050 240 0,0011
0,46 6,050 11,050 4,882 0,79
0,215 10,9425 304 0,0008
0,74 5,835 10,835 4,667 0,76
64

BAB III. PENUTUP


KESIMPULAN
Dari pengujian-pengujiann yang telah kami lakukan, tentu kegiatan ini semakin
menambah wawasan pengetahuan kami tentang mekanika tanah yang selama ini hanya
berputar di lingkup teori saja menjadi lebih realistis serta mahir di lapangan. Sehingga kita
paham apa yang dikatakan bapak dosen pembina bahwa pengujian mekanika tanah sangat erat
hubungannya dengan dunia keteknik sipilan adalah benar adanya. Tentunya kami para
mahasiswa yang masih dalam tahap belajar juga sudah menyadari jika dalam penyusunan
laporan di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna, tetapi kami yakin
sudah melakukan dan mengerjakan laporan praktikum ini dengan segenap kemampuan kami.
Hasil pengujian tidak akan selalu serta dapat sama dengan teori yang ada, hal ini dikarenakan
beberapa factor seperti hasil pengamatan yang berbeda pada setiap orang dan factor lain yang
berkaitan langsung dengan pengujian. Kedapannya kami berharap bahwa dapat lebih teliti serta
tidak pernah patah semangat demi berjuang untuk bisa ikut andil dalam pembangunan negara
dalam bidang konstruksi. Saya juga bereharap laboraturium tempat saya melakukan uji coba
serta peralatan didalamnya terus diperbarui demi kenyamanan serta kualitas pemahaman
mahasiswa setelah praktikum setelah saya kedepannya. Demikian laporan ini sebagai
serangkaian pengujian yang telah kami lakukan. Ucapan terimakasih sebesar besarnya untuk
teman teman serta semua pihak yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan laporan praktikum
ini, terutama terimakasih kami pada bapak dosen pembina mata kuliah pengujian mekanika
tanah yang selalu menuntun kami, sehingga bisa terselesainya laporan praktikum ini.

You might also like