You are on page 1of 73

HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN PENGELOLAAN

RUANG CARINA RUMAH SAKIT GADING MEDIKA


BENGKULU TAHUN 2020

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1

1. Agnes Sihsinarmiyati, S.Tr.Kep P05120419 014


2. Amalia suryani, S.Tr.Kep P05120419 015
3. Anggun Kurnia W, S.Tr.Kep P05120419 016
4. Ari Cahya Ramadhan, S.Tr.Kep P05120419 017
5. Asyifa Udzakirah, S.Tr.Kep P05120419 018
6. Bella Arsita, S.Tr.Kep P05120419 019
7. Dea Amanda A, S.Tr.Kep P05120419 020
8. Dea Murti A, S.Tr.Kep P05120419 021
9. Debbi Ernest L.G, S.Tr.Kep P05120419 022
10. Dimas Catur, S.Tr.Kep P05120419 023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

1
TAHUN AKADEMIK 2019/2020DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
C. Manfaat ...................................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan..............................................................................................4
BAB II HASIL KAJIAN....................................................................................................6
A. Profil/ Gambaran Umum Ruang Keperawatan........................................................6
B. Unsur Input/ masukan : Pasien, mahasiswa & 5M..................................................8
1. Pasien (jumlah, 10 penyakit terbanyak, demografi, asal rujukan)
2. Mhs. Praktek (jumlah, institusi, lama dll)
3. Ketenagaan (kualitas & kuantitas)
4. Sumber dana s: APBN dan Pendapatan Fungsional RS
5. Fasilitas/ alat/ bahan & obat – obatan
6. Metode/ standar/ pedoman/ prosedur tetap
7. Mesin
C. Unsur Proses............................................................................................................16
1. Proses asuhan keperawatan (penerapan proses keperawatan)
2. Proses manajemen pelayanan/operasional keperawatan (penerapan proses
manajemen: POAC dan teori lain)
3. Proses manajemen bimbingan PKK bagi mahasiswa praktikan (penerapan proses
manajemen) dengan fungsi – fungsi POAC dan teori lain
D. Unsur Out Put/ Keluaran..........................................................................................36
1. Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS, BTO, TOI, dll)..........................................36
2. Hasil evaluasi penerapan SAK ........................................................................38
3. Hasil evaluasi bimbingan PKK (dari pembimbing PKK/ peserta didik)..........45
4. Kepuasan kerja karyawan (wawancara mendalam) Catt : Setiap sub unsur pada
unsur input, proses, output tersebut terdiri dari 3 pokok uraian yaitu..............47
a. Kajian teori (studi pustaka)........................................................................48
b. Kajian data ................................................................................................49

i
BAB III PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN...........................................51
A. Permasalahan...........................................................................................................51
1. Inventarisasi Masalah.......................................................................................51
2. Prioritas Masalah..............................................................................................67
B. Rencana Kegiatan....................................................................................................70
BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI...................................................................72
A. Pelaksanaan .............................................................................................................72
B. Evaluasi ...................................................................................................................81
C. Faktor Kesulitan & Pendukung ...............................................................................81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................85
A. Kesimpulan..............................................................................................................85
B. Saran .......................................................................................................................86

ii
DAFTAR PUSTAKA 87BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub sistem dari sistem
pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan
keadaan pasien, sehingga lebih bersifat individual (Permenkes, 2017).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Perawat harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan menjadi tenaga perawat yang professional. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, serta dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam
sistem pelayanan kesehatan (Priharjo, 2005).
Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan bentuk
pelayanan keperawatan profesional, yang bertujuan untuk membantu pasien dalam pemulihan
dan peningkatan kemampuan dirinya, melalui tindakan pemenuhan kebutuhan pasien secara
komprehensif dan berkesinambungan sampai pasien mampu untuk melakukan kegiatan
rutinitasnya tanpa bantuan. Bentuk pelayanan ini seyogyanya diberikan oleh perawat yang
memiliki kemampuan serta sikap dan kepriabadian yang sesuai dengan tuntutan profesi
keperawatan dan untuk itu tenaga keperawatan ini harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara
teratur, terencana dan kontinyu (Darmawan, 2008).
Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit merupakan sistem pengelolaan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien agar menjadi berdaya guna dan berhasil
guna. Sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila seorang perawat yang memiliki tanggung
jawab mengelola mempunyai pengetahaun tentang manajemen keperawatan dan kemampuan
memimpin orang lain disamping pengetahuan dan keterampilan klinis yang harus dikuasainya
pula (Nurachmah, 2004).
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi Rumah
Sakit tidak terlepas dari proses manajemen. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Dalam organisasi
keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan (Ritonga,
2014).
Teori manajemen modern berasal dari Henry Fayol, yang telah memperkenalkan fungsi-
fungsi atau aktivitas-aktivitas administrator seperti : planning (perencanaan), organizing

3
(pengorganisasian), coordinating (pengkoordinasian) dan controlling (pengendalian) (Potter
dan Perry, 2005).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Dalam hal ini
seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan suatu proses yang meliputi lima fungsi
utama yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, pengarahan, dan kontrol agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi pasien dan
keluarganya (Nursalam, 2004). Proses manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-
tahap yaitu pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategi dan operasional),
implementasi dan evaluasi.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Profesi Ners Poltekkes Kemenkes
Bengkulu yang pernah berpraktik manajemen keperawatan di ruangan rawat inap Carina RS
Gading Medika, ditemukan data bahwa pengelolaan manajemen pelayanan dan manajemen
asuhan keperawatan masih ada yang tidak sesuai dengan proses penerapan manajemen yang
benar. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), kepegawaian (staffing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling).
Adanya praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat
dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam aplikasi prinsip-
prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan dan
manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Carina RS Gading Medika
Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Melalukan pengkajian manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap Carina RS Gading Medika Kota Bengkulu
b. Menyusun Plain Of Action (POA) berdasarkan masalah yang tidak sesuai dengan
prinsip manajemen keperawatan yang terdapat di ruang rawat inap Carina RS Gading
Medika Kota Bengkulu
c. Mengimplementasikan hasil Plain Of Action (POA) yang telah disusun serta diterapkan
di ruang rawat inap Carina RS Gading Medika Kota Bengkulu
d. Memudahkan perawat yang ada di ruang perawatan dalam mengatasi masalah yang
terkait dengan manajemen keperawatan dengan metode 5M (Man, Methode, Material,
Money, dan Market) yang dipaparkan dalam analisa SWOT.

4
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip manajemen
keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan manajemen
keperawatan
2. Bagi Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktik berlangsung di ruang
rawat inap Carina RS Gading Medika Kota Bengkulu
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanan dan manajemen
asuhan keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan masukan bagi
Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial pelayanan rumah sakit.

5
BAB II HASIL
KAJIAN
A. Profil/ Gambaran Umum Ruang Keperawatan
Ruang keperawatan Carina merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari unit pelayanan rawat inap Rumah Sakit Gading Medika Bengkulu. Ruang Carina
ini juga merupakan ruangan yang baru di resmikan pada tanggal 01 Agustus 2019
yang mana langsung diresmikan Oleh kepala Rumah Sakit Gading Medika saat itu
Dr.Priyanto. Ruangan Carina ini adalah ruang perawatan rawat inap pasien persalinan
dan perinatalogi dan ruang Beda Umum Khusus kelas 3 dengan kapasitas 30 tempat
tidur.
RS Gading Medika merupakan rumah sakit yang berlokasi di Jl. Citandui, Lingkar
Barat, Kecamatan. Gading Cempaka., Kota Bengkulu, Bengkulu Kode POS 38211. Rumah
Sakit Gading Medika di bawah PT. Centula Gading Medika didirikan oleh kumpuan dokter
spesialis, yaitu dr.Demsi, SpOG, dr.Taufiq Ramadhan, SpOG, dr. Raymond Ukurta Meliala,
Sp.B, dr.Julianti Kusumah,SpOG, dr.Frita Riningsih,SpOG dan dr.Fatmah Oktaviani,SpOG
yang juga selaku Dewan Komisaris.Pada tanggal 10 Oktober 2016, telah sepakat
mendirikan perseroan terbatas dengan nama PT.Centula Gading Medika dengan akte
Notaris Nomor.15, tanggal 10 Oktober 2016, oleh Notaris Idayanti,SH, alamat jalan
S.Parman No. 36 Lt.2, Padang Jati, Kota Bengkulu. Para pendiri selanjutnya sepakat
menjadi Komisaris dari PT.Centula Gading Medika dengan jumlah saham yang sesuai
tercantum dalam akte pendirian perusahaan.
Rumah Sakit Gading Medika menyediakan pelayanan dan penyelenggaraan
kesehatan, pengelolaan rumah sakit, klinik, poliklinik, balai kesehatan, sarana dan prasarana
penunjang kesehatan, menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang
kesehatan,Untuk meningkatkan mutu rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap secara umum.

6
B. Unsur Input/ masukan : Pasien, mahasiswa & 5M
1. Pasien (jumlah, 10 penyakit terbanyak, demografi, asal rujukan)

Kajian Teori

Ruang keperawatan Carina merupakan ruang perawatan rawat inap pasien


Bersalin Khusus Kelas 3 dengan kapasitas 30 tempat tidur.
Kajian Data

Jumlah pasien yang dirawat selama periode Maret sampai Mei 2020
ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Pasien Masuk di Ruang Carina Rumah Sakit Gading Medika
Bengkulu Periode Maret – Mei 2020
BULAN STATUS JUMLAH
A/ BPJS UMUM YKT MITRA JASA
PNS/ RAHA
KLG RJA
13 17 4 0 2 1 37
Maret
April 9 19 3 0 4 0 42
Mei 8 18 7 0 0 0 33
JUMLAH 30 54 14 0 6 1 112
Sumber : Profil Ruang Perawatan Carina Rumash Sakit Gading Medika Bengkulu
Tahun 2020

Tabel 2. Sepuluh Besar Kasus Penyakit di Rumah Sakit


GadingMedika
Bengkulu Periode Maret – Mei 2020
No Keterangan Diagnosis
1 Cesarean section
2 Preeklamsi
3 KPD
4 BBLR
5 Plasenta previa
6 Anemia
7 Prematur
8 Apendisitis
9 Abortus inkomplit
10 Hernia
Sumber : Profil Ruang Perawatan Ruang Perawatan Carina Rumah Sakit Gading
Medika Bengkulu Tahun 2020

Analisis Data
Jumlah pasien di ruang Carina periode Maret – Mei 2020 adalah sebanyak
112 orang terdiri dari pasien anggota dan keluarga sebanyak 30 orang, pasien
7
BPJS sebanyak 54 orang, paien umum sebanyak 14 orang, pasien mitra sebanyak
6 orang dan pasien jasaraharja sebanyak 1 orang. Semua data pasien masuk sudah
tercatat didalam buku register ruang Carina dan di rekap setiap bulan. Kasus
terbanyak di ruang Carina berdasarkan Laporan Bulanan Carina dari bulan
Maret– Mei 2020 adalah Cesarean Section.
2. Mahasiswa Praktek
Kajian Teori
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang
tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan yang
didapat dari pendidikan, baik di kelas maupun di laboratorium akan digunakan
pada situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan
praktik klinis sangatlah penting (Sardjito, 2000). Mahasiswa praktikan berhak
mendapatkan bimbingan yang optimal dari pembimbing, baik pembimbing klinik
maupun pembimbing akademik (Pusdiknakes). Ikatan Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama (2003) menyatakan bahwa untuk
menjadi rumah sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang profesional
seperti:
a. Organisasi
b. Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
c. Jumlah dan variasi teaching material
d. Budaya profesional dan atmosfer akademik
e. Transformasi perilaku pada peserta didik
f. Perpustakaan
g. Komitmen segenap pihak yang terkait

Analisa Data

Belum ada data mahasiswa keperawatan yang praktik di ruang Carina periode
Januari-Mei 2020
3. Ketenagaan
a. Kuantitas
Kajian Teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan
dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap shiftnya. Untuk
penetapan ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain
untuk menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan

8
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.
Rumus tersebut antara lain:

1. Menurut Gillies (1982)


Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut:

2. Menurut Douglas (1984)


Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien seperti pada tabel
berikut:
Tabel 4. Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Klien

Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, sore, dan malam,
sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan
menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Ambulasi dengan pengawasan
c. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
e. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Folley catheter/intake output dicatat
e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
9
prosedur
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam dengan
kriteria :
a) Segalanya diberikan/dibantu
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d) Pemakaian suksion
e) Gelisah, disorientasi.

Kajian Data
Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Rumus
Gillies Ruangan rawat inap
Diketahui jam efektif perawatan per 24 jam di Ruang Carina sebesar 4 jam
dengan rata-rata BOR dari proyeksi data bulan Maret-Mei 2020 sebesar
72,5 %, kapasitas tempat tidur 30. Libur total 78 hari, sehingga didapatkan
hasil :
Tenaga Perawat (TP) di Carina = 4 x (72,5 % x 30) x 365.
(365 - 78) x 7 jam kerja/hari

= 31755 : 2009

=. 15,8

=. 16 orang

Cadangan 20 % x 15 = 3 orang→ 16 + 3 = 19 orang


Maka kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Carina menurut Gillies
adalah 19 orang.
Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Rumus Douglas
Diketahui ruang Carina terdiri dari 20 orang pasien dimana 5 orang
dengan ketergantungan minimal, 13 orang dengan ketergantungan parsial
dan 2 orang dengan ketergantungan total. Maka jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan adalah:
Waktu Minimal Parsial Total Jumlah
Klasifikasi
Pagi 0,17x5=0,85 0,27x13=3,51 0,36x2=0,72 5,08 (5)
orang
Sore 0,14x5=0,7 0,15x13=1,95 0,30x2=0,6 3,25 (3)
orang
Malam 0,07x5=0,35 0,10x13=1,3 0,20x2=0,4 2,05 (2)
orang
Jumlah keseluruhan perawat 10 orang

10
Kebutuhan menurut Douglas sebanyak 10 orang + 1 kepala ruang + 1
wakil kepala ruangan = 12 orang. Maka kebutuhan tenaga keperawatan di
Ruang Carina menurut Douglas adalah 12 orang
Analisis Data
Tabel 5. Hasil Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang Carina Rumah
Sakit Gading Medika Bengkulu
Metode HASIL
Jumlah tenaga Jumlah tenaga Keterangan
yang dibutuhkan yang ada
Gilies 19 orang 21 orang Lebih 2
Douglas 12 orang 21 orang Lebih 9
Sumber : Data Primer Ruang Carina 2020
Berdasarkan perhitungan dengan Rumus Gillies jumlah perawat yang
dibutuhkan adalah 19 orang perawat di ruang Carina. Menurut perhitungan
Douglas diperoleh hasil dibutuhkan 12 perawat. Sedangkan jumlah perawat
yang ada sebanyak 21 orang. Jumlah perawat yang ada di ruang Carina
menurut Gillis kelebihan 2 orang dan menurut Douglas kelebihan 9 orang.
Berdasarkan SK Menkes No.262/Menkes/Per/VII/79 untuk rumah
sakit Tipe C rasio tenaga perawat dan tempat tidur adalah 1/2. Sehingga dapat
disimpulkan untuk rumah sakit Gading Medika Tipe C di ruang Carina jumlah
tenaga perawat sudah mencukupi rasio tenaga perawat dan tempat tidur.
b. Kualitas
Kajian Teori
Salah satu indikator keberhasilan RS dalam memberikan pelayanan
kesehatan ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
Asuhan keperawatan yang berkualitas didukung oleh sumber daya yang
berkualitas dan profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Menurut standar pelayanan minimal rumah sakit (2008), pemberi pelayanan di
rawat inap adalah dokter spesialis dan perawat minimal berpendidikan DIII.

Kajian Data

Tabel 6. Distribusi Jumlah SDM Ruang Carina


No Kategori Tenaga Jumlah Keterangan

11
1 Dokter Jumlah dokter jaga baik
- Dokter Ahli Tidak terhitung dokter ahli dan dokter
- Dokter Residen Tidak terhitung residen di Carina tidak
dapat di hitung dengan
pasti disetiap waktunya
karena jumlah dokter
disesuaikan dengan kasus
yang terjadi.
2 Perawat/Bidan
- Profesi Ners 1 orang
- S1 Keperawatan 3 orang
- S1 Kebidanan 4 orang
- D III Keperawatan 3 orang
- D III Kebidanan 10 orang

Tabel 7. Distribusi Jumlah SDM Ruang Carina

No Nama Jabatan Pendidikan


1 Rati Desta, Amd.Keb Kepala ruangan D III Kebidanan
2 Ajibpo, Amd.Kep Katim 1 D lll Keperawatan
3 Ns. Fitri, S.Kep Katim 2 Profesi Ners
4 Edo, Amd.Kep PP/Sekretaris II D III Keperawatan
5 Reni, Amd.Keb PP/PJ.Jang Med D III Kebidanan
6 Nesti Utari, Amd.Keb PP/PJ.Jang Med D lll Kebidanan
7 Viona Aprilia, SST PP/Bendahara l S 1 Keperawatan
8 Wulandari, Amd.Keb PP/Humas internal D III Kebidanan
9 Nuning, Amd.Keb PP/Humas internal D lll Kebidanan
10 Rahmica, S.Tr.Keb PP/Admin I S 1 Kebidanan
11 Yessi Sorta, S.Tr.Keb PP/Admin II S 1 Kebidanan
12 Alzhalia, Amd.Keb PP/PJ.Jang umum D III Kebidanan
13 Susan, Amd.Keb PP/PJ,Jang umum D III Kebidanan
14 Yunita Sari, SST PP/Sekretaris l S 1 Keperawatan
15 Jojarman, Amd.Kep PP/Anggota D lll Keperawatan
16 Deska, S.Tr.Keb PP/Administrasi S 1 Kebidanan
17 Cheny Permata, SST PP/Logistik S 1 Keperawatan
18 Ika Lestari, S.Tr.Keb PP/Bendahara ll S 1 Kebidanan
19 Sri Meilinda, Amd.Keb PP/Anggota D lll Kebidanan
20 Lenda, Amd.Keb PP/Anggota D lll Kebidanan
21 Cece, Amd.Keb PP/Anggota D lll Kebidanan
Sumber: Administrasi Carina

Tabel 8. Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan Di Ruang


Carina Rumah Sakit Gading Medika Bengkulu
No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase
1 Profesi Ners 1 4,77 %
2 S1 Keperawatan 3 14,29 %
12
3 S1 Kebidanan 4 19,05 %
4 D III Kebidanan 10 47,6 %
5 D III Keperawatan 3 14,29 %
Jumlah 21 100 %
Sumber: Administrasi Carina
Analisis Data
Dari data diatas tenaga perawat ruang Carina berdasarkan tingkat
pendidikan sebagai berikut, terdapat 1 orang (4,77%) perawat yang
berpendidikan Profesi Ners, 3 orang (14,29%) yang berpendidikan S1
keperawatan, 4 orang (19,5%) berpendidikan S1 Kebidanan, 10 orang (47,6%)
yang berpendidikan D III kebidanan, dan 3 orang (14,29%) yang
berpendidikan D III keperawatan.
Perbandingan perawat profesi & vokasional: Abdellah & Levine
(Gillies, 1989) = 55%:45%. Dari kajian data diatas dapat dilihat bahwa
kualitas tenaga keperawatan di ruang Carina berdasarkan tingkat pendidikan
belum cukup memadai, dimana hanya terdapat 1 orang tenaga perawat yang
berpendidikan Profesi Ners dan 7 orang berpendidikan S1 Keperawatan dan
Kebidanan. Perawat pelaksana di Ruang Carina sebanyak 18 orang dengan
tingkat pendidikan S1 Keperawatan berjumlah 3 orang, S1 Kebidanan
berjumlah 4 orang, D III keperawatan berjumlah 2 orang, D III kebidanan
berjumlah 9 orang. Tidak ada perawat yang berpendidikan SPK. Menurut data
administrasi Carina 66,6% perawat yang ada telah mengikuti pelatihan
BTCLS
4. Sumber dana : APBN dan Pendapatan Fungsional RS

Kajian Teori
Ruang Carina Rumah Sakit Gading Medika Bengkulu memiliki system
budgeting yang diatur langsung oleh Direktorat Rumah Sakit Gading Medika baik
untuk pelayanan pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan. Sumber pendanaan
rumah sakit Gading Medika berasal dari APBN dan BLU rumah sakit. Pegawai
yang sudah menjadi PNS dan seluruh fasilitas rumah sakit ditanggung oleh
APBN, sementara pegawai yang bersifat kontrak ditanggung oleh BLU
pendapatan rumah sakit. Setiap pegawai di ruangan Carina mendapatkan gaji
perbulan berdasarkan tingkat pendidikan dan lama masa kerja yang diterima
diawal bulan. Perawat juga mempunyai jaminan pelayanan kesehatan BPJS dari
Depkes. Selain itu, perawat juga mendapat insentif (jasa medic). Dalam hal
pembagian jumlah insentif semua perhitungan diatur oleh instalasi, disesuaikan
dengan kinerja perawat dan diserahkan proses pembagiannya kepada kepala
ruangan.
13
Setiap kegiatan di ruangan diatur langsung oleh instalasi, ruangan hanya
memberikan laporan mengenai apa yang ingin dilakukan termasuk untuk renovasi
ruangan, sedangkan untuk pendanaan operasional dan fasilitas kesehatan diatur
langsung oleh instalasi sarana dan prasarana. Pegawai yang izin sakit harus ada
keterangan yang jelas dan pegawai yang menggunakan sandal pada saat dinas
akan diberikan teguran.
Kajian Data
Dana ruang Carina bersumber pada anggaran RS yang harus
dipertanggungjawabkan dan dikelola dengan pertimbangan prioritas program dari
ruangan yang ada. Pendapatan dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan dan
lama masa kerja. Perawat mendapat intensif sesuai jadwal dinas dan lembur.
Perawat juga mendapatkan tunjangan jaminan pelayanan kesehatan BPJS yang
dijamin oleh rumah sakit.
Analisis Data
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa Carina tidak memiliki sumber
dana tersendiri. Sumber dana terintegrasi bersama dengan bagian keuangan
Rumah Sakit Gading Medika.

14
5. Fasilitas/ Alat/ Bahan & Obat – obatan
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua
bentuk alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh
tujuan keperawatan yang efisien dan efektif.
Kajian Data
Ruang Carina rumah sakit Gading Medika Bengkulu merupakan ruang
perawatan kelas III. Ruangan ini terdiri dari 30 bed. Fasilitas yang tersedia yaitu
tempat tidur (15 bad untuk perempuan dan 15 bad untuk laki-laki), Full AC,
kamar mandi (2 kamar mandi perempuan dan 2 kamar mandi laki-laki), meja,
lemari, dan tiang infuse.

15
Tabel 10. Daftar Alat Tenun di Ruang Carina Rumah Sakit Gading
Medika
Bengkulu
No Nama Barang Jumlah
1 Kasur biasa/spring bed 30
2 Gordyn 55
3 Sprei 70
4 Sarung bantal 70
5 Perlak 7
6 Handuk lap tangan 5
7 Bantal 40
8 Karpet 2
9 Bad Cover 4

Tabel 11. Daftar Alat Rumah Tangga di Ruang Carina Rumah Sakit Gading
Medika Bengkulu
No Nama Barang Jumlah
1 Kursi roda 3
2 Kotak obat 30
3 Meja pasien 35
4 Waskom 5
5 Lampu senter 1
6 Nampan 5
7 Tempat tidur fungsional 1
8 Tempat tidur biasa 1
9 Timbangan BB/TB 1
10 Dorongan O2 3
11 Plato/ piring makan 3
12 Gelas 3
13 Tatakan dan tutup gelas 3
14 Sendok 3
15 Kran air 2
16 Baki 2
17 Tempat sampah pasien 20
18 Tempat sampah besar 3
19 Senter 1

16
Tabel 12. Daftar Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Carina Rumah Sakit
Gading Medika Bengkulu
No Nama Barang
1 Askep
2 Laboratorium
3 Rontgen
4 CM Dokter
5 Lembar Konsul
6 Resep
7 Surat Izin Persetujuan Tindakan
8 Surat persetujuan anastesi
9 Rincian biaya rawat inap
10 Surat keterangan izin rawat
11 Discharge planning
12 Resume (Ringkasan keluar)
13 Grafik
14 Informasi pasien baru
15 Lembar masuk dan keluar
16 Lembar persetujuan dirawat
17 Catatan perawatan pemberian obat
18 Persetujuan tindakan medis
19 Control cairan
20 Rekam medik
21 Surat keterangan kematian
22 Surat keterangan pulang paksa
23 Surat keterangan sakit
24 Palang merah Indonesia/tranfusi darah
25 Pemberian obat oral injeksi
26 Rujukan
27 Rincian umum
28 Resep reset
29 Surat pernyataan selisih
30 Resep poli
31 Bukti pembayaran rawat jalan
32 Rincian BPJS
33 Formulir pengkajian awal Formulir
34 rencana keperawatan Fprmulir catatan
35 perkembangan pasien Formulir
36 observasi
37 Formulir resume keperawatan
38 Formulir catatan pengobatan
39 Formulir medik lengkap
40 Formulir laboratorium lengkap
41 Formulir rontgen
42 Formulir permintaan darah
43 Formulir keterangan kematian
44 Resep
45 Formulir konsul
46 Formulir permintaan makanan
47 Formulir permintaan obat
48 Buku ekspedisi

17
Analisis Data
Ruang Carina sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis sudah sesuai dengan standar Rumah Sakit Gading Medika Bengkulu.
6. Metode/ standar/ pedoman/ prosedur tetap
Kajian teori
a. Standar
Standar adalah suatu tingkat kerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu
yang dapat diterima,adekuat,memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau
titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing,2009).
Standar keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan disusun yaitu :
1) Standar I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah data anamnesa, observasi yang paripurna
dan lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan
pasien untuk menetukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan
harus bermanfaat bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri dari
masalah, penyebab, dan gejala (PES), bersifat actual dan potensial dan
dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.
4) Standar IV. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasein terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama
18
pasein dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan, sesuai
dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf nama perawat, menggunakan formulir
yang baku, simpan sesuai peraturan yang berlaku.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di dalam
ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara jelas kepada
pasien, keluarga, maupun pengunjung ruangan terkait kepengurusan dan
pengelolaan ruangan.
c. Media Informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna
memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ruangan
maupun proses perawatan pasien.
Kajian Data
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sudah terdapat
papan struktur organisasi di ruang Carina dan telah dilakukan pembaharuan
sesuai dengan struktur organisasi yang baru tahun 2020.
b. Media informasi
Media informasi untuk pasien baru di ruang Carina hanya ada dalam
bentuk leaflet yang terdiri dari peraturan rumah sakit, hak dan kewajiban
pasien, cuci tangan, diet sehat dan leaflet tentang penyakit. Orientasi pasien
baru biasanya dilakukan dengan mengumpulkan beberapa keluarga pasien
baru dan disampaikan secara lisan dengan metode ceramah. Belum adanya
lembar balik sebagai media sosialisasi penyakit pada pasien dan keluarga.
c. SPO dan SAK
Semua tindakan keperawatan di ruang Carina terdapat Standar Prosedur
Operasional (SPO) . Tindakan yang sering dilakukan di ruang Carina antara
lain pemasangan infus, pengambilan darah intravena, pemasangan NGT,
pemasangan kateter, suction, transfer pasien dan merujuk pasien.
Analisis Data
Ruang Carina belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Semua tindakan di ruangan mengacu kepada Standar Prosedur Operasional (SPO)

19
7. Mesin

Kajian Teori
Mesin merupakan peralatan yang berupa barang elektronik dan
membutuhkan tenaga listrik yang digunakan untuk membantu menangani pasien
baik secara medis maupun keperawatan.
Kajian Data
Ruang Gading Medika tidak memiliki fasilitas mesin khusus sendiri
untuk membantu menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan,
beberapa alat yang terdapat di ruangan antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 13. Daftar Mesin di Ruang Carina Rumah Sakit Gading
Medika Bengkulu
Nama Barang
No Jumlah
1 Examination lamp 1 unit
2 Gris X-Ray Film Viewer 1 unit
3 Nebulizer omron 1 pcs
4 Suction pump Portable 1 pcs
5 Veun finder 1 pcs

Analisis Data
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Carina Rumah Sakit Gading
Medika, ruangan ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal Rumah
Sakit Gading Medika. Pemeliharaan dan pengecekan mesin di ruangan ini juga
sudah cukup baik dan dilakukan sesuai jadwal yang ada untuk memastikan
apakah mesin masih berfungsi dengan baik atau tidak.

C. Unsur Proses
1. Proses Asuhan Keperawatan (Penerapan Proses Keperawatan)

Kajian Teori
Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian
asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien,
keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
(Keliat 2010). Praktek keperawatan meliputi observasi, pengkajian, diagnosis,
asuhan atau konseling, dan penyuluhan kesehatan kepada individu yang sakit,
cedera, atau pemeliharaan kesehatan atau pencegahan sakit yang dilaksanakan
oleh perawat berlisensi.

20
SAK (Standar Asuhan Keperawatan) terdiri dari 6 standar:
• Standar Pengkajian Keperawatan
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
• Pengumpulan Data dengan kriteria :
• Menggunakan format yang baku
• Sistematis
• Diisi sesuai item yang tersedia
• Actual (baru)
• Absah (valid)
• Pengelompokan Data dengsn Kriteria :
• Data Biologis
• Data Psikologis
• Data Sosial
• Data Spiritual
• Perumusan Masalah dengan Kriteria
• Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
• Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan
• Standar Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan
kriteria:
• Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
• Di buat sesuai dengan wewenang perawat
• Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda (PES)
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
• Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.
• Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan
besarakan terjadi.
• Dapat ditanggulangi oleh perawat.
• Standar Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
• Prioritas masalah dengan kriteria:
• Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priorias
pertama
• Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua
• Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
• Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria;
• Spesifik

21
• Bisa diukur
• Bisa dicapai
• Realistik
• Ada batas waktu
• Rencana tindakan dengan kriteria;
• Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
• Melibatkan pasien/keluarga
• Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga
• Menentukan alternatif tindakan yang tepat
• Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
• Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
• Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah
dimengerti.
• Standar Pelaksanaan /
Intervensi Kriteria
pelaksanaan/intervensi :
• Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
• Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
• Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga
• Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
• Menggunakan sumber daya yang ada
• Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic
• Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien
• Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
• Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatanpasien
• Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
• Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
• Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis
yang telah ditentukan. Intervensi keperawatan berorientasi pada 14
komponen keperawatan dasar yang meliputi :
• Memenuhi kebutuhan oksigen
• Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
• Memenuhi kebutuhan eliminasi
• Memenuhi kebutuhan keamanan
• Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
• Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
• Memenuhi kebutuhan aktivitas dan kegiatan jasmani
• Memenuhi kebutuhan spiritual
• Memenuhi kebutuhan emosional
• Memenuhi kebutuhan komunikasi
• Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
• Memenuhi kebutuhan pengobatan dam membantu proses
penyembuhan

22
• Memenuhi kebutuhan penyuluhan
• Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
• Standar Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
berencanauntuk menilai perkembangan pasien, dengan kriteria;
• Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
• Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan
• Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
• Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
• Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
• Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 2009).
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria:
• Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
• Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
• Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
• Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang
baku
• Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
• Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/ paraf/ nama perawat yang
• Melaksanakan tindakan dan waktunya
• Menggunakan formulir yang baku
• Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 2009)

Tabel 14. Pengkajian di Ruang Carina Rumah Sakit Gading Medika 2019/2020
No Aspek Yang Dinilai Nomor Rekam Skor Interpretasi
Medis
1 2 3 4 5
1 Pengkajian lengkap     - 4 Tercapai
maksimal 1 x 8 jam sebagian
2 Pengkajian alergi     - 4 Tercapai
sebagian
3 Pengkajian alasan masuk RS     - 4 Tercapai
sebagian
4 Pengkajian riwayat     - 4 Tercapai
Kesehatan sebagian
5 Pemeriksaan fisik     - 4 Tercapai
sebagian
6 Pengkajian status fungsional  -   - 3 Tercapai
Sebagian
7 Pengkajian status psikososial - - - - - 0 Tidak
Tercapai
8 Pengkajian risiko jatuh      5 Tercapai
Penuh
9 Pengkajian nutrisi     - 4 Tercapai
sebagian
10 Pengkajian nyeri     - 4 Tercapai
sebagian
12 Pengkajian kebutuhan - - - - - 0 Tidak
Edukasi Tercapai

23
13 Pengkajian discharge - - - - - 0 Tidak
planning dalam 2x24 jam Tercapai
Subtotal A 36 55,3%

24
Tabel 15. Diagnosis di Ruang Carina RS Gading Medika 2019/2020
No Aspek Yang Dinilai Nomor Rekam Skor Interpretasi
Medis
1 2 3 4 5
1 Masalah keperawatan      5 Tercapai
dirumuskan sesuai dengan penuh
hasil pengkajian
2 Masalah dirumuskan    3 Tercapai
berdasarkan SDKI Sebagian
3 Masalah utama ditetapkan      5 Tercapai
maksimal 1x 24 jam Penuh
Subtotal B 13 86,67%

Tabel 16. Rencana Tindakan di Ruang Carina RS Gading Medika 2019/2020


No Aspek Yang Dinilai Nomor Rekam Skor Interpretasi
Medis
1 2 3 4 5
1 Tujuan terukur ditetapkan    -  4 Tercapai
maksimal 1x 24 jam sebagian
2 Rencana tindakan      5 Tercapai
menggambarkan cara penuh
mengatasi masalah pasien
3 Rencana utama ditetapkan      5 Tercapai
maksimal 1x24 jam Penuh
4 Discharge planning - - - - - 0 Tidak
direncanakan sejak pasien tercapai
dirawat
Subtotal C 14 70%

Tabel 17. Tindakan di Ruang Carina RS Gading Medika 2019/2020


No Aspek Yang Dinilai Nomor Rekam Skor Interpretasi
Medis
1 2 3 4 5
1 Perawat memberikan      3 Tercapai
penjelasan tentang hak dan penuh
kewajiban pasien dalam
waktu 1 x 24 jam
2 Melaksanakan pengukuran      5 Tercapai
dan tanda vital (suhu, nadi, penuh
kecepatan respirasi, tekanan
darah, dan skala nyeri)
sesuai dengan kondisi pasien
3 Melaksanakan monitoring - - - - - 0 Tidak
asupan nutris Tercapai
4 Melaksanakan pemberian      5 Tercapai
obat sesuai order Penuh
5 Melaksanakan monitoring - - - - - 0 Tidak
reaksi obat Tercapai
6 Melaksanakan monitoring - - - - - 0 Tidak
pasien dengan risiko jatuh/ tercapai
risiko bunuh diri/ risiko
mencederai diri atau orang
25
lain (sesuai karakteristik
pasien)
7 Melaksanakan tindakan      5 Tercapai
sesuai rencana Penuh
8 Melaksanakan edukasi pada      2 Tercapai
pasien dan keluarga tentang penuh
nyeri
9 Melaksanakan edukasi pada      2 Tercapai
pasien dan keluarga tentang penuh
cara penggunaan obat
10 Melaksanakan edukasi pada      4 Tercapai
pasien dan keluarga tentang penuh
pemakaian gelang identitas
11 Melaksanakan edukasi pada  -   - 3 Tercapai
pasien dan keluarga tentang sebagian
Infeksi
12 Melaksanakan edukasi pada   - -  3 Tercapai
pasien dan keluarga tentang sebagian
penggunaan alat bantu
13 Melaksanakan edukasi pada      5 Tercapai
pasien dan keluarga tentang penuh
Discharge planning
Subtotal D 36 55,3%

Tabel 18. Evaluasi di Ruang Carina Gading Medika 2019/2020


No Aspek Yang Dinilai Nomor Rekam Skor Interpretasi
Medis
1 2 3 4 5
1 Evaluasi hasil dilaksanakan     4 Tercapai
minimal 1x per hari dan penuh
perubahan kondisi
2 Evaluasi proses merupakan - - - - - 0 Tidak
bagian yang tidak dapat tercapai
dipisahkan dari
Implementasi
3 Discharge planning      5 Tercapai
dilengkapi pada saat pasien penuh
akan pulang
Subtotal E 9 60%

Tabel 19. Catatan Asuhan Keperawatan di Ruang Carina RS Gading Medika


2019/2020
No Aspek Yang Dinilai Nomor Rekam Skor Interpretasi
Medis
1 2 3 4 5
1 Pencatatan ditulis      5 Tercapai
menggunakan formulir yang penuh
Baku
2 Pencatatan ditulis dengan      5 Tercapai
jelas, ringkas, istilah dan penuh
singkatan yang baku dan
benar

26
3 Setiap dokumentasi  -   - 2 Tercapai
keperawatan mencantumkan Sebagian
paraf/nama jelas, tanggal
dan jam dilakukannya
tindakan
Subtotal F 12 80,1%

Nilai rata-rata Studi Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan di Ruang


Carina RS Gading Medika adalah sebagai berikut :
Presentase total x 100%

36 13 14 36 9 12
Presentase x 100% = 120/195 = 61,53 %
5 x 39

Analisis Data
Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Carina RS Gading
Medika Bengkulu sebesar 61,53%. Berdasarkan data yang didapat, maka dapat
dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Pengkajian Keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan form yang
baku, dengan persentase penilaian pengkajian di ruang Carina dalam
kategori Baik dengan persentase sebesar 55,3 %
b. Diagnosa keperawatan secara umum sudah menggunakan SDKI sebagai
pedoman penegakan diagnose keperawatan, namun diagnosa aktual masih
belum ditegakkan bersama etiologinya masih dalam kategori sangat baik
dengan persentase sebesar 86,67%. Masalah utama sudah ditetapkan
maksimal 1x24 jam. Diagnosa yang ditemukan di antaranya: Nyeri akut,
hipertermi, mual, pola nafas tidak efektif, dll
c. Perencanaan sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan yang
dapat diukur yang ditetapkan maksimal 1x24 jam dengan persentase 70%
dengan kategiru Baik dan sesuai dengan NIC NOC, namun rencana
tersebut belum mampu mengukur sejauh mana masalah terselesaikan.
Perencanaan discharge planning direncanakan pada saat pasien akan
pulang.
d. Implementasi keperawatan sudah dilakukan, namun saat tindakan masih
sering ditemukan kurang sesuai dengan SOP terutama tekait dengan
pemakaian APD, penerapan cuci tangan dan peralatan yang kurang
disiapkan dengan lengkap. Selain itu, edukasi mengenai nyeri, gelang
identitas, pengendalian infeksi, penggunaan alat bantu, hak dan kewajiban
pasien, discharge planning sudah dilakukan dengan persentase 55,3%

27
dalam kategori Baik.
e. Evaluasi secara umum catatan rekam medis pasien sudah dilakukan
dengan baik. Evaluasi yang digunakan perawat adalah menggunakan
sistem SOAP dengan persentase pelaksanaan 60% dalam ketegori Baik.
f. Pendokumentasian secara umum telah dilakukan dengan baik dengan
menggunakan formulir yang baku, telah dicatat dengan jelas, ringkas,
istillah dan singkatan yang baku dan benar dengan persentase 80,1%
dalam ketogori sangat baik, namun beberapa dokumen belum
mencantumkan paraf, tanggal dan jam tindakan pada dokumentasi
keperawatan.
2. Proses Manajemen Pelayanan/ Operasional Keperawatan Proses manajemen
pelayanan keperawatan terdiri dari :
a. Perencanaan/Planning
Kajian Teori
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan
anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Keliat ,2010).
Perencanaan tersebut meliputi:

1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)


Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan
kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan yang
tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/service, permintaan
perlengkapan rutin/barang habis pakai
3) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat,
penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan dan
sebagainya.

Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS (Depkes RI,


2009), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi:
1) Menyusun rencana kerja kepala ruang
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di
ruang rawat yang bersangkutan
28
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala perawat
instalasi/kepala instalasi.
Kajian Data
Berdasarkan buku profil ruangan dalam uraian tugas tenaga keperawatan
di ruang Carina RS Gading Medica, Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan
meliputi :
1) Menyusun jadwal dinas.
2) Merencanakan koordinasi.
3) Menyusun perencanaan tahunan.

Tabel 20. Kajian Planning di Ruang Carina


RS Gading Medika 2020

No Standar Dilakukan Metode Dokumen Keterangan


Ya Tidak
1 Pembuatan √ - Wawancara Jadwal -
jadwal dinas dan Studi dinas
Dokumntasi
2 Perencanaan √ - Wawancara - -
Koordinasi
3 Perencanaan √ - Wawancara Dokumen -
tahunan karu: dan studi pengajuan
pengajuan dokumentasi alat,
peralatan
perencanaan
pengembangan
staf dan
kebutuhan
tenaga
Jumlah 3
Total (%) 100%

Analisa Data
Perencanaan yang telah dilakukan oleh Ka.Ru meliputi perencanaan dinas
masing-masing perawat. Hal-hal yang berkaitan dengan koordinasi dilakukan
secara insidental tanpa perencanaan spesifik baik perbulan maupun pertahun.
Pengajuan kebutuhan logistik ruangan diatur melalui perencanaan di awal bulan
ke bagian logistik instalasi, termasuk di dalamnya pengelolaan sisa alat pada
bulan sebelumnya. Pengembangan staff dilakukan setiap adanya sesi pelatihan
yang diadakan oleh pihak rumah sakit, sehingga rencana pengembangan staf
disesuaikan dengan program yang diadakan rumah sakit.
b. Organizing
Kajian Teori

29
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka
fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua
tim
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan.( Gilles 1989 dalam Adhitama 2009)
yaitu:
1) Metode kasus (Total Care Method)
Seorang pasien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif dan
tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif. Kelebihan dari metode
ini adalah: Sederhana dan langsung; Garis Pertanggung jawaban jelas;
Kebutuhan pasien cepat terpenuhi; Memudahkan perencanaan tugas.
Kekurangan dari metode ini adalah Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggung jawab; perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama; tidak dapat dilakukan oleh perawat baru atau
kurang pengalaman; mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas
non profesional.

2) Metode fungsional
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan
dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas
30
dari setiap tugas. Sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana Rumah
Sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah pasien

Keuntungan dari metode ini adalah :


a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
e) Tugas cepat selesai

Kerugian dari metode ini adalah:


a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistic
f) Tidak professional
g) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat
3) Metode tim
Pada Metode ini ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan
evaluasi asuhan keperawatan untuk semua pasien yang ada di bawah
tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan pasien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
c) Komprehensif dan holistic
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non profe-
ssional
4) Metode Primer
Pada metode ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh
secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan mulai dari pasien masuk sampai keluar dari Rumah Sakit,
mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

31
Kajian Data
Penerapan model fungsional di ruang Carina Rumah Sakit Gading Medika
Bengkulu.

Tugas kepala ruangan :


1) Operan pasien
2) Menghadiri rapat
3) Mengatur dan mengendalikan kegiatan organisasi
4) Mengawasi dan melaksanakan program RS
5) Membimbing, melaksanakan, mengawasi dokumen medik
6) Membimbing, melaksanakan, mengawasi catatan keperawatan
7) Mengawasi dan menilai pelaksanaan tim keperawatan berdasarkan
rencana perawatan
8) Mengawasi dan meneliti pemberian obat
9) Menciptakan lingkungan ABCD
10) Merencanakan kebutuhan sarana
11) Memelihara hubungan yang harmonis dengan bawahan dan institute RS
yang terkait.
12) Mengawasi dan meneliti permintaan dan pemberian obat-obatan
13) Mendampingi visite besar
14) Mngadakan pertemuan berkala
15) Membuat DP3
16) Mengembangkan pengetahuan/keterampilan karyawan
17) Melaksanakan pengelolaan administrasi obat-obatan dan membuat laporan
18) Melaksanakan supervise dan tugas mengamat
19) Mengatur cuti, izin, pindah keluar dan kenaikan pangkat
20) Menyimpan data, kondite
21) Mendelegasikan sebagian tugas kepada wakil I dan wakil II
22) Menunjang program Pendidikan
23) Menunjang tugaskoordinator siaga
Uraian tugas wakil kepala ruangan :
1) Operan pasien Mewakili kepala ruangan
2) Membantu membimbing siswa/mahasiswa
3) Melaksanakan program latihan/prosedur
4) Membantu bawahan dalam menghadapi masalah dinas/pribadi
5) Menumbuhkan serta mempertahankan semangat kerja bagi karyawan
6) Mengawasi dan membantu kelancaran pelaksanaan program medik
7) Menciptakan lingkungan ABCD
8) Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
9) Meneliti renpra dan catatan perawatan pasien
10) Mengawasi dan meneliti pemberian obat-obatan dan makanan
11) Bertanggung jawab dan membuat laporan pelaksanaan survailance Dalin
12) Menciptakan disiplin kerja bagi karyawan dan iklim kerjasama yang baik
13) Mengembangkan potensi proporsional diri sendiri/bawahan untuk

32
meningkatkan mutu pelayanan

Tabel 21. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruangan di Ruang Carina


RS Gading Medika Bengkulu 2020
No Variabel Observasi
Ya Tidak
1 Operan pasien -
2 Menghadiri rapat -
3 Mengatur dan mengendalikan kegiatan  -
Organisasi
4 Mengawasi dan melaksanakan program RS  -
5 Membimbing, melaksanakan, mengawasi  -
dokumen medik
6 Membimbing, melaksanakan, mengawasi  -
catatan keperawatan
7 Mengawasi dan menilai pelaksanaan tim  -
keperawatan berdasarkan rencana perawatan
8 Mengawasi dan meneliti pemberian obat  -
9 Menciptakan lingkungan ABCD  -
10 Merencanakan kebutuhan sarana  -
11 Memelihara hubungan yang harmonis dengan  -
bawahan dan institute RS yang terkait.
12 Mengawasi dan meneliti permintaan dan  -
pemberian obat-obatan
13 Mendampingi visite besar  -
14 Mngadakan pertemuan berkala  -
15 Membuat DP3 
16 Mengembangkan pengetahuan/keterampilan - 
Karyawan
17 Melaksanakan pengelolaan administrasi obat- - 
obatan dan membuat laporan
18 Melaksanakan supervise dan tugas mengamat  -
19 Mengatur cuti, izin, pindah keluar dan kenaikan  -
Pangkat
20 Menyimpan data, kondite - 
21 Mendelegasikan sebagian tugas kepada wakil I  -
dan wakil II
22 Menunjang program Pendidikan - 
23 Menunjang tugas koordinator siaga  -
Jumlah 18 78,3%

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
tugas kepala ruang tergolong dalam kategori baik dengan persentase 78,3%.
c. Actuating
Kajian Teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-
masing dengan baik (Adikoesoema, 1994). Beberapa cara manajer
33
merangsang bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan
motivasi. Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang
manajer merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai
sasaran organosatoris. Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping
motivasi juga penting untuk menelaah kemampuan individu.
Kajian Data
Tabel 21. Pelaksanaan Serah Terima (Operan) di Ruang Carina
RS Gading Medika Bengkulu 2019/2020
No Variabel Observasi
Ya Tidak
1 Perawat pemberi operan menyiapkan tempat √
untuk operan -
2 Perawat pemberi operan menyiapkan rekam
medis yang telah diisi dengan rekam √
keperawatan yang lengkap sesuai shift jaga
3 Kepala ruang/PN/AN memimpin operan diawali -
doa bersama
4 Perawat mengoperkan status kesehatan pasien √ -
dengan cara membacakan rekam keperawatan
5 Perawat mengoperkan nama pasien, diagnose √ -
medis dan masalah keperawatan
6 Perawat mengoperkan tindakan keperawatan √ -
mandiri dan kolaborasi yang telah dilakukan
beserta hasil dan waktu pelaksanaan
7 Perawat menyebutkan perkembangan/kondisi √ -
fisik pasien yang terjadi selama shift
8 Perawat menyebutkan rencana tindakan √
-
keperawatan mandiri dan kolaborasi yang akan
dilakukan dan waktu pelaksanaan
Erawat melakukan oeperan dengan metode -
9 SBAR √
10 Perawat penerima operan melakukan
pengecekan kelengkapan dokuman asuhan

Keperawatan
11 Perawat penerima operan mencatat hal-hal yang √ -
dioperkan untuk setiap pasien dalam buku peran
tugas
12 Perawat pemberi dan penerima operan √ -
melakukan kunjungan pasien dalam rangka
klarifikasi kan konfirmasi
13 Perawat yang mengoperkan menginformasikan - √
kepada pasien/keluarga nama perawat shift
Berikutnya
14 Perawat penerima operan memberi salam - √
kepada pasien/keluarga serta mengenalkan diri
dengan komunikasi yang baik
Perawat pemberi dan penerima operan

34
15 menandatangani buku operan tugas - √
16 Pemberidanpenerimaoperansaling - √
memberikan reinforcement
17 Ka Ruang/PN/AN/ menutup operan dengan baik √ -
Jumlah 10 7
Persentase 58,8% 41,2%

Tabel 22. Pelaksanaan Pre-conference di Ruang Carina RS Gading


Medika Bengkulu 2020
No Variabel Observasi
Ya Tidak
1 PN menyiapkan ruangan/tempat √ -
2 PN menyiapkan rekam medik pasien yang √ -
menjadi tanggung jawabnya
3 PN menjelaskan tujuan dilakukannya pre √ -
Conference
4 PN memandu pelaksanaan pre conference √ -
5 PN menjelaskan masalah keperawatan √ -
pasien, keperawatan dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
6 PN membagi tugas kepada AN sesuai √ -
kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
7 PN Mendiskusikan cara dan strategi √ -
pelaksanaan asuhan pasien/tindaka
8 PN memotivasi untuk memberikan - √
tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
9 PN mengklarifikasi kesiapan AN untuk - √
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
10 PN Memberikan reinforcement positif pada - √
AN
11 PN Menyimpulkan hasil pre conference - √
Jumlah 7 5
Persentase 63,63% 36,37%

Tabel 23. Pelaksanaan Post-conference di Ruang Carina RS Gading


Medika Bengkulu 2020
No Variabel Observasi
Ya Tidak
1 PN menyiapkan ruangan/tempat √ -
2 PN menyiapkan rekam medik pasien yang √ -
menjadi tanggung jawabnya
3 PN menjelaskan tujuan dilakukannya post - √
Conference
4 PN menerima penjelasan dari AN tentang √ -
hasil tindakan /hasil asuhan keperawatan
yang telah dilakukan A

35
5 PN mendiskusikan masalah yang ditemukan √ -
dalam memberikan askep pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalahnya
6 PN memberikan reinforcement pada AN - √
7 PN menyimpulkan hasil post conference - √
8 PN mengklarifikasi pasien sebelum - √
melakukan operan tugas jaga berikutnya
(melakukan ronde keperawatan
Jumlah 4 4
Persentase 50% 50%

Analisa Data
1) Berdasarkan hasil wawancara operan pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan operan jaga tergolong dalam kategori cukup dengan
persentase 58,8%.
2) Hasil wawancara menunjukkan bahwa pelaksanaan pre conference
dilakukan belum optimal. Pelaksanaan pre conference telah dilakukan
dengan persentase 63,63%. PN tidak menjelaskan tujuan dilakukannya
pre conference, selain itu pre conference tidak menggunakan rekam
medis pasien namun dengan buku bantu pre conference.
3) Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan post conference dilakukan
belum optimal. Pelaksanaan post conference telah dilakukan dengan
persentase 50%.

d. Controling
Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui supervise :
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat.
3) Selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
5) Audit keperawatan.

36
Kajian Data
Tabel 24. Kajian Data Controling di Ruang Carina RS Gading
Medika Bengkulu 2020
No Variabel Observasi
Ya Tidak
1 Pengawasan langsung melalui inspeksi √ -
2 Pengawasan langsung melalui laporan langsung √ -
secara lisan
3 Pengawasan langsung melalui laporan tertulis √ -
4 Pengawasan kelemahan yang ada √ -
5 Pengawasan tidak langsung dengan mengecek √ -
daftar hadir perawat yang ada
6 Pengawasan tidak langsung dengan membaca √ -
dan memeriksa rencana keperawatan
7 Pengawasan dengan mendengar laporan dari PN √ -
mengenai pelaksanaan tugas
8 Evaluasi upaya pelaksanaan √ -
9 Membandingkan dengan rencana perawatan √ -
yang telah disusun bersama dengan PN
Jumlah 9 -
Persentase 100 -
Analisa Data
Pelaksanaan controlling di Ruang Carina RS Gading Medika Bengkulu
dilaksanakan dengan sangat baik dengan persentase sebesar 100%.

3. Proses Manajemen Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktikan


a. Planning
Kajian Teori
Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang
dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2012).
Kajian Data
1. Institusi pendidikan mengirim kerangka acuan ke bagian pendidikan dan
penelitian rumah sakit satu bulan sebelum pelaksanaan Praktek Klinik
Keperawatan (PKK), kemudian bagian Pendidikan dan Penelitian rumah sakit
mengirim acuan praktek lengkap meliputi daftar kelompok, kompetensi yang
harus dicapai, jadwal praktek, blangko presensi, blangko nilai/evaluasi, dll ke
kepala instalasi dan penanggungjawab PKK ruang rawat yang akan dipakai
sebagai lahan praktek minimal satu minggu sebelum pelaksanaan PKK,
2. Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan
kompetensi yang dikoordinasikan dengan bidang diklit.
37
3. Bagian pendidikan dan penelitian bekerjasama dengan bidang pelayanan
keperawatan dan penanggungjawab PKK ruang rawat yang akan dipakai
sebagai lahan praktek menetapkan lokasi PKK dan kapasitas peserta didik
yang bisa praktek dilahan tersebut.
4. Apabila ruang PKK yang akan dituju tidak memungkinkan untuk dilakukan
PKK maka secara tehnis Bidang Pelayanan Keperawatan melakukan
koordinasi dengan Bagian Pendidikan dan Penelitian serta Institusi
Pendidikan untuk menetapkan kembali lokasi yang memungkinkan.
5. Peserta didik diserahkan oleh Direktur Institusi Pendidikan pada direktur RS
Gading Medika melalui Bagian Pendidikan dan Penelitian serta Bidang
Pelayanan Keperawatan.
6. Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan ke RS, bagian pendidikan
menyerahkan pelaksanaan PKK kepada bidang pelayanan keperawatan yang
kemudian menentukan jadwal kegiatan orientasi peserta didik PKK.
7. Orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan kunjungan keliling RS
Gading Medika pada kunjungan peserta didik pertama kali, orientasi khusus
dilakukan pada saat peserta didik masuk ke ruang rawat tempat praktek,
meliputi orientasi ruang yaitu falsafah dan tujuan ruang perawatan, struktur
organisasi tata kerja (SOTK) instalasi dan ruang rawat, tata tertib ruang rawat,
fasilitas ruang rawat. Orientasi tugas yaitu Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) ruang rawat, standard asuhan keperawatan sepuluh kasus
penyakit terbanyak di ruang rawat, fasilitas alat keperawatan, sistem
penugasan peserta didik.
8. Bidang pelayanan keperawatan dan penanggungjawab PKK segera
menyiapkan pembimbing PKK sesuai kriteria yang telah ditetapkan masing –
masing lahan praktek.
9. Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta
didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada pembimbing PKK yang
dipakai sebagai lahan praktek satu minggu sebelum pelaksanaan praktek.
Waktu penjelasan sesuai kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan
pembimbing lahan sebagai lahan praktek menetapkan lokasi PKK dan
kapasitas peserta didik yang bisa praktek dilahan tersebut.
10. Apabila ruang PKK yang akan dituju tidak memungkinkan untuk dilakukan
PKK maka secara tehnis Bidang Pelayanan Keperawatan melakukan
koordinasi dengan Bagian Pendidikan dan Penelitian serta Institusi
Pendidikan untuk menetapkan kembali lokasi yang memungkinkan.
11. Peserta didik diserahkan oleh Direktur Institusi Pendidikan pada direktur RS
38
Gading Medika melalui Bagian Pendidikan dan Penelitian serta Bidang
Pelayanan Keperawatan.
12. Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan ke RS, bagian pendidikan
menyerahkan pelaksanaan PKK kepada bidang pelayanan keperawatan yang
kemudian menentukan jadwal kegiatan orientasi peserta didik PKK.
13. Orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan kunjungan keliling RS
Gading Medika pada kunjungan peserta didik pertama kali, orientasi khusus
dilakukan pada saat peserta didik masuk ke ruang rawat tempat praktek,
meliputi orientasi ruang yaitu falsafah dan tujuan ruang perawatan, struktur
organisasi tata kerja (SOTK) instalasi dan ruang rawat, tata tertib ruang rawat,
fasilitas ruang rawat. Orientasi tugas yaitu Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) ruang rawat, standard asuhan keperawatan sepuluh kasus
penyakit terbanyak di ruang rawat, fasilitas alat keperawatan, sistem
penugasan peserta didik.
14. Bidang pelayanan keperawatan dan penanggungjawab PKK segera
menyiapkan pembimbing PKK sesuai kriteria yang telah ditetapkan masing –
masing lahan praktek.
15. Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta
didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada pembimbing PKK yang
dipakai sebagai lahan praktek satu minggu sebelum pelaksanaan praktek.
Waktu penjelasan sesuai kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan
pembimbing lahan.

Tabel 25. Kajian Data Planning Proses Bimbingan PKK di Ruang Carina
RS Gading Medika Bengkulu 2020
Standar Dilakukan Metode Keterangan
No Ya Tidak

1. Pemberitahuan dari institusi √ - Wawancara -


ke lahan praktek sebelum
praktek dengan kerangka
2. Penentuan lokasi praktek √ - Wawancara -
sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai
3. Penerimaan dan orientasi √ - Wawancara -
mahasiswa
4. Orientasi tugas √ - Wawancara -
5. Pembimbing PKK √ - Wawancara -
Persentase 100 %

39
Tabel 26. Dokumentasi Bimbingan PKK di Ruang Carina
RS Gading Medika Bengkulu 2019/2020
No Jenis Ketersediaan Metode Keterangan
Dokumentasi Ada Tidak
1 Bukti hadir √ - Wawancara -
mahasiswa
2 Bukti Bimbingan √ - Wawancara dan Bukti bimbingan
di observasi tercatat di buku khusus
3 Bukti Tugas √ - Wawancara -
Mahasiswa
Persentase 100 %
Analisa Data
1) Planning proses bimbingan PKK di Ruang Carina berjalan dengan baik
dengan persentase sebanyak 100%. Mahasiswa yang akan praktek di terima
dan diorientasikan oleh Preceptor atau perawat lain yang ditunjuk oleh kepala
ruang.
2) Proses pendokumentasian bimbingan PKK di Ruang Carina secara
keseluruhan berjalan dengan sangat baik dengan persentase 100 %.
ii. Organizing
Kajian Teori
1. Penerimaan
Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan pelaksanaan PKK kepada Bagian
Pelayanan Keperawatan selanjutnya Bidang Pelayanan Keperawatan
menentukan jadwal kegiatan Orientasi peserta didik PKK
2. OrientasiUmum: Peserta didik diorientasikan secara bersama-sama dalam
kelompok besar ke seluruh ruangan perawatan tempat praktikan akan
melaksanakan praktek klinik keperawatan dengan mendapat penjelasan dari
pembimbing klinik rumah sakit.
3. Khusus: Peserta didik diorientasikan pada ruangan perawatan dimana tempat
praktikan akan melaksanakan PKK oleh kepala ruang atau pembimbing klinik
lahan praktek yang telah di tetapkan pihak rumah sakit. Setelah orientasi
ruangan dilanjutkan dengan orientasi pasien yang dirawat di ruangan tersebut.
a. Menetapkan pembimbing klinik yang ada di ruangan perawatan
b. Penjelasan pelaksanaan PKK. Institusi Pendidikan menjelaskan
rencana pelaksanaan PKK peserta didik kepada pembimbing klinik.
4. Bimbingan
Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah
seorang tenaga perawat yang profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membimbing secara langsung peserta didik.
40
Kajian Data
Pengorganisasian telah dilakukan ketika peserta didik datang untuk
melakukan praktik. Kegiatan ini dimulai dengan serah terima peserta didik dari
institusi pendidikan ke pihak RS. Setelah serah terima peserta didik diorientasikan
yang terdiri dari orientasi ruangan, staff, pasien, alat-alat, kasus-kasus yang
banyak ditemukan dan yang ada saat ini. Mahasiswa melaksanakan praktik
setelah melaksanakan orientasi

Tabel 27. Kajian Organizing Proses Bimbingan PKK di Ruang Carina


RS Gading Medika Bengkulu 2020
No Standar Dilakukan Metode Ketera
Ya Tidak ngan
1. Adanya serah terima peserta - Wawancara -
didik

2. Penetapan pembimbing PKK - Wawancara -


sesuai kriteria yang ditetapkan

3. Penjelasan pelaksanaan PKK - Wawancara -


4. Pembagian jadwal dinas - Wawancara -
dan studi
5. Penentuan sanksi bagi peserta - Wawancara -
didik

6. Adanya proses bimbingan dari - Wawancara -


pembimbing PKK sesuai
dengan ketentuan

AnaliPsareDseanttaase 100 %
Pengorganisasian bimbingan PKK dapat dikatakan sangat baik, dengan persentase
100%.
iii. Actuating
Kajian Teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan yang ditetapkan. Metode
bimbingan antara lain :
1. Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
2. Ronde keperawatan
Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilakukan oleh perawat dan melibatkan klien untuk
membantu dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, Kepala Ruangan, Associate
Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lain
(Nursalam, 2012). Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran

41
klinik keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta untuk
mentransfer dan mempraktekkan pengetahuan yang didapat dengan kunjungan
secara langsung pada klien secara keseluruhan.
3. Bed side teaching
Bed site teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh
pembimbing klinik disamping pasien. Bedside teaching melibatkan hal
bagaimana melakukan suatu prosedur atau penugasan, bagaimana
menggunakan peralatan atau berinteraksi dengan kilen atau orang lain. Metode
ini digunakan jika peserta didik akan dihadapkan pada masalah yang kompleks
atau memerlukan keterampilan lanjut sehingga resiko yang membahayakan
klien dapat dihindari.
Kajian Data
Hasil wawancara menyatakan bahwa bimbingan yang dilakukan di Ruang Carina
kepada mahasiswa praktikan dibagi berdasarkan jenjang studi (S1 dibimbing oleh
Kepala Ruangan dan D3 dibimbing oleh PN).

Proses bimbingan tersebut meliputi: pre conference, post conference, bed side
teaching, bimbingan pelaksanaan tindakan keperawatan dan diskusi kasus
kelolaan individu

Tabel 28. Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK di Ruang Carina


RS Gading Medica Bengkulu 2020
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Pengarahan dilakukan Wawancara Pre conference
sesuai dengan metode dilakukan saat
bimbingan yang diawal dinas
dilakukan : Post conference
a. Pre confrence √ dilakukan saat
b. Post confrence √ akhir masa
c. Ronde Keperawatan √ praktik
d. Bed side teaching √
2. Monitoring kehadiran √ Wawancara Melalui buku
kehadiran
praktikan
.3 Monitoring kompetensi √ Wawancara kehadiran
peserta didik praktikan
4. Bimbingan pelaksanaan √ Wawancara Diskusi dan
tindakan perawatan : pelaporan
Diskusi asuhan
Laporan individu keperawatan
klien oleh
mahasiswa

42
dilakukan saat
pengumpulan
laporan atau
saat ada waktu
luang
Jumlah 5 1 83%
Analisa Data
Pelaksanaan actuating bimbingan PKK didapatkan hasil baik dengan
persentase 83%. Proses yang perlu untuk di perbaiki adalah bimbingan ronde
keperawatan yanag belum dilakukan di Carina.
iv. Controlling
Kajian Teori
Controling yang dilakukan oleh pembimbing ruangan tarhadap praktikan
bimbingan PKK dilakukan melalui:
1. Tata tertib
2. Observasi
3. Reward dan punishment
Kajian Data
Di Ruang Carina, tempat praktikan melaksanakan bimbingan PKK controling
dilakukan oleh pembimbing/perceptor klinik dibantu oleh PN atau pun perawat
yang bertugas pada saat itu dengan mengobservasi kehadiran, jadwal dinas,
keaktifan dari praktikan selama bimbingan PKK berlangsung dan ketercapaian
target kompetensi.

Sebelum proses bimbingan PKK, mahasiswa dijelaskan tentang tata tertib yang
berlaku di ruangan tempat pelaksanaan bimbingan PKK dan memeriksa
kelengkapan tugas misalnya laporan pendahuluan yang harus dibuat pada hari
pertama di minggu I dan hari pertama di minggu selanjutnya.
Tabel 29. Kajian Controling Proses Bimbingan PKK di Ruang Carina
RS Gading Medika Bengkulu 2020
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Memonitor pelaksanaan √ Wawancara
dinas peserta didik :
a. Tata tertib
b. Observasi
c. Reward and punishment
2. Mengetahui pasien kasus √ Wawancara
kelolaan peserta didik

3. Mengecek dokumentasi di √ Wawancara


status pasien kelolaan
peserta didik

43
4. Memberikan teguran jika √ Wawancara
terjadi pelanggaran
Presentase 100 %

Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan controlling terhadap kegiatan bimbingan PKK berjalan dengan
sangat baik dengan persentase sebesar 100%.
D. Unsur Output/ Keluaran

1. Efisiensi Ruang Rawat


Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
(BOR, LOS, TOI, BTO)
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2005).
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x hari perawatan

44
AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan padadiagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
LOS = Lama hari perawatan x 100%
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
b. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran 85 BOR = Jumlah hari perawatan x 100% Jumlah TT x hari
perawatan LOS = Lama hari perawatan x 100% Jumlah pasien keluar hidup
atau mati tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
TOI = (jumlah tempat tidur x periode)– hari rawat
Jumlah pasien keluar
c. BTO (Bed Turn Over)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali.
BTO= Jumlah pasien rawat
Jumlah tempat tidur

Tabel 30. Indikator Efisiensi Ruang


No. Indikator Standar
1 BOR 60-80%.
2 LOS 6-9 hari
3 TOI 1 – 3 hari
4 BTO 40-50 kali
Sumber: Data Primer Ruang Carina RS Gading Medika Tahun 2020

Kajian Data
Tabel 31. Efisiensi Ruang Carina Rumah Sakit Gading Medika Bengkulu pada
Maret - Mei 2020
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Maret 76,3 4,3 1,0 24
2 April 70,2 2,9 1,0 21
3 Mei 71,0 2,8 1,0 22

45
Rata-rata 72,5 3,3 1,0 22,2
Standar Rumah Sakit 60-80 6-9 1-3 40-50
Keterangan Memenuhi Kurang dari Memenuhi Kurang dari
standar standar standar Standar
Sumber : Data Primer Ruang Carina RS Gading Medika Tahun 2020

Analisis Data
a. BOR (Rasio penggunaan tempat tidur) di ruang Carina rata-rata 72,5%, data
tersebut menunjukkan pemakaian tempat tidur diruang Carina adalah sesuai
memenuhi standar untuk RS Gading Medika yaitu 60-80 %. Menurut Sudra
(2010) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin tinggi nilai BOR
berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk
perawatan pasien.
b. LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di ruang Carina yaitu 3
hari, data tersebut menunjukkan lama rata-rata hari perawatan belum
memenuhi dengan standar nasional untuk RS Gading Medika yaitu 6-9 hari.
c. TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) rata-rata di ruang Carina 1
hari, data tersebut menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur kosong sesuai
dengan standar RS Gading Medika yaitu 1-3 hari, dengan waktu tersebut
maka rata-rata suatu tempat tidur kosong terlalu cepat, hal tersebut dapat
meningkatkan angka infeksi dirumah sakit.
d. BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) pada bulan Maret – Mei 2020 di
ruang Carina 22,2 kali, penggunaan lebih sedikit jika dibandingkan dengan
standar RS Gading Medika yaitu 40-50 kali.
2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun
rentang nilai untuk instrumen ABC adalah :
a. 0 % - 50 % : Kurang
b. 51 % - 65% : Cukup
c. 66 % – 80% : Baik
d. 81 %– 100% : Sangat baik
Menurut Permendikbud nomor 104 tahun
2014 Adapun instrumen A, B, C meliputi:

46
a. Instrumen A
Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari. Komponen dokumentasi
keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi, evaluasi, catatan asuhan keperawatan.
Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A. Studi
dokumentasi dilakukan pada 15 dokumentasi pasien di ruang Carina RS
Gading Medika.
Tabel 32. Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di
Ruang Carina RS Gading Medika (n=15)
Evaluasi Pengkajian Pretest
No Aspek yang Nilai Keterangan
dinilai
1 Pengkajian 68,75% - Dari data di dapat skore Ruang Carina 68,75
% pengkajian masuk kriteria baik, perawat
melakukan pengkajian langsung setelah
pasien datang sesuai dengan keluhan dan
masalah kesehataan pasien.
- Perawat melengkapi pengkajian dalam
waktu 24 jam, data dikaji sejak pasien
masuk sampai pasien pulang namun ada
yang belum lengkap.
2 Diagnosa 86,7% - Dari data di dapat hasil Ruang Carina
86,7% masuk kriteria sangat baik, namun
diagnosa keperawatan belum mecangkup
etiologi dan problem (PE). Diagnosa sudah
sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi
pasien.
3 Perencanaan 70,0% - Dari data di dapat hasil Ruang Carina 70,0%
termasuk kategori baik. diagnosa sudah
sesuai dengan prioritas masalah yang ada.
Dan perencanaan sudah sesuai dengan
keadaan pasien
4 Implementasi 78,46% - Dari data di dapat hasil 78,46% termasuk
kriteria baik, perawat sudah melakukan
tindakan keperawatan dan sudah melakukan
pendokumentasian dengan benar.
5 Evaluasi 66,6% - Evaluasi mendapat hasil Ruang Carina
66,6% termasuk katagori cukup, dalam
evaluasi sudah ditulis setiap hari secara
keseluruhan dan sesuai dengan SOAP.
6 Dokumentasi 86,66% - Dari hasil tersebut Ruang Carina
mendapatkan persentase 86,66% masuk
kategori sangat baik, perawat melakukan

47
dokumentasi tindakan setiap hari dan setiap
sift, pendokumentasian dilakukan dengan
jelas, ringkas dan dengan istilah yang benar
Sumber : Data Primer Ruang Carina RS Gading Medika
Analisis Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian
keperawatan didapatkan data sebagai berikut :
1) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien mengenai
pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format pengkajian telah
tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian dilakukan dengan
memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pengisian format pengkajian status pasien sudah lengkap. Dari
keseluruhan pengkajian sebesar 68,75% dengan katagori baik.
2) Diagnosa keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang belum
memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/ risiko/
potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengan benar. Dari
keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan di Ruang Carina
didapatkan nilai 86,67% dengan kategori sangat baik, sebaiknya perlu
untuk di tingkatkan pada perumusan diagnosa keperawatan dengan benar
disertai etiologinya.
3) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan di Ruang
Carina sudah terlaksana mencapai 70,0% dan masuk ke dalam kategori
baik. Hal ini dibuktikan dengan pendokumentasian perencanaan, sebagian
besar sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan dan disusun sesuai
dengan NIC NOC. Tetapi dalam perencanaan keperawatan sebagian belum
menyusun rencana pendidikan kesehatan, rencana tindakan yang
menggambarkan keterlibatan klien/keluarga.
4) Implementasi
Dari pengkajian implementasi di Ruang Carina sebesar 78,46% termasuk
dalam katagori baik. Tindakan yang dilakukan perawat yang melibatkan
keluarga sudah didokumentasikan.

48
5) Evaluasi keperawatan

Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar dalam


katagori cukup yakni 66,6% sudah merujuk pada tiap diagnosa yang
diangkat dengan penulisan dokumentasi evaluasi dalam bentuk SOAP.
6) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan sudah dalam katagori sangat baik, dengan
skor sebesar 86,66% hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada format
yang ada.
b. Instrumen B
Kajian Teori
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang
mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini
juga perlu suatu instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Handoko, 2002)
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :
1) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang digunakan
dan penampilan karyawan.
2) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
3) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
4) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
5) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang per
orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek
yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara langsung atau
tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu adalah seperti
berikut :
1) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.

49
2) Kompetisi Teknis

Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan


penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis
berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar
pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjwabkan
atau dihandalkan (dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji
(reliability), dan konsistensi (concitency).
3) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perja.lanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan
dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam
kerja klinik, dan waktu tunggu.
4) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai
dengan standar yang ada.
5) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
6) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki.
7) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.

50
8) Keamanan
9) Kenyamanan

Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali


ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
Kajian Data
Tabel 24. Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan di Carina
RS Gading Medika dengan sasaran wawancara perawat (n=5)
No Kriteria Carina (n:5)
SB B C K
1. Perawat selalu memperkenalkan diri 0 5 0 0
2. Perawat selalu menanyakan bagaimana 0 5 0 0
nafsu makan pasien
3. Perawat memperhatikan berapa jumlah 0 3 2 0
diet yang dimakan oleh pasien
4. Bila pasien tidak mampu makan sendiri, 0 3 2 0
perawat membantu menyuapi
5. Pada saat pasien dipasang infus, perawat 5 0 0 0
selalu memeriksa cairan atau tetesan dan
area sekitar pemasangan infuse
6. Pada saat perawat membantu pasien 5 0 0 0
BAK/BAB, perawat memasang
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela,
mempersilakan pengunjng keluar ruangan
7. Ruangan tidur pasien selalu dijaga 0 5 0 0
Kebersihannya
8. lantai kamar mandi/WC selalu bersih, 0 5 0 0
tidak licin, tidak berbau, cukup terang
9. Selama pasien belum mampu mandi, 0 5 0 0
dimandikan oleh perawat
10. Pasien dibantu oleh perawat, bila tidak0 4 1 0
mampu menggosok gigi, membersihkan
mulut atau mengganti pakaian atau
menyisir rambut
11. Alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll 5 0 0 0
diganti setiap kotor
12. Pada saat pasien masuk ruangan, perawat 5 0 0 0
menjelaskan tentang fasilitas yang
tersedia dan cara penggunaannya,
peraturan/tata tertib yang berlaku di RS
13. Selama pasien dalam perawatan, perawat 0 5 0 0
memanggil nama pasien dengan benar
14. Selama pasien dalam perawatan, perawat 5 0 0 0
mengawasi keadaan pasien secara teratur
pada pagi, sore maupun malam hari
15. Selama pasien dalam perawatan, perawat 4 1 0 0
segera memberi bantuan bila diperlukan
16. Perawat bersikap sopan dan ramah. 4 1 0 0
17. Pasien/keluarga mengetahui perawat yang 0 5 0 0
bertanggung jawab setiap kali pergantian
dinas

51
18. Perawat selalu memberikan penjelasan 0 5 0 0
sebelum melakukan tindakan
perawatan/pengobatan
19. Perawat selalu bersedia mendengarkan 0 5 0 0
dan memperhatikan setiap keluhan pasien
20. Dalam hal memberikan obat, perawat 4 1 0 0
membantu menyiapkan/ meminumkan
Obat
21. Selama pasien dirawat, diberikan 0 5 0 0
penjelasan tentang perawatan/
pengobatan/ pemeriksaan lanjutan setelah
pasien diperbolehkan pulang
Jumlah 37 63 5 0
Persentase 35,2 60,0 4,76 0
Sumber : Carina RS Gading Medika

Tabel.25 Indikator Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan


di Carina RS Gading Medika
No Kriteria Carina (n:5)
1 2 3 4
1 TANGIBELS (KENYATAAN) 0 0 2 3
a. Perawat memberi informasi tentang
administrasi yang berlaku bagi pasien
rawat inap di RS
b. Perawat selalu menjaga kebersihan
dan kerapian ruangan yang anda
tempati
c. Perawat menjaga kebersihan dan
kesiapan alat-alat kesehatan yang
digunakan
d. Perawat menjaga kebersihan dan
kelengkapan fasilitas kamar mandi dan
toilet
e. Perawat selalu menjaga kerapian dan
penampilannya
2 RELIABILITY (KEANDALAN) 0 0 2 3
a. Perawat mampu menangani masalah
perawatan anda dengan tepat dan
profesional
b. Perawat memberikan informasi
tentang fasilitas yang tersedia,
cara penggunaan dan tata tertib
yang berlaku di RS
c. Perawat memberitahu dengan jelas
tentang hal-hal yang harus
dipatuhi dalam perawatan anda
d. Perawat memberitahu dengan jelas
tentang hal-hal yang dilarang
dalam perawatan anda
e. Ketepatan waktu perawat tiba di
ruangan ketika anda membutuhkan

52
3 RESPONSIVENESS (TANGGUNG 1 3 1
JAWAB)
a. Perawat bersedia menawarkan bantuan
kepada anda ketika mengalami
kesulitan walau tanpa diminta
b. Perawat segera menangani anda ketika
sampai di ruangan rawat inap
c. Perawat menyediakan waktu khusus
untuk membantu anda berjalan, BAK,
BAB, ganti posisi tidur, dll
d. Perawat membantu anda untuk
memperoleh obat
e. Perawat membantu anda untuk
pelaksanaan pelayanan foto dan
laboratorium di RS ini
4 ASSURANCE (JAMINAN) 0 1 4 0
a. Perawat memberikan perhatian
terhadap keluahan yang anda rasakan
b. Perawat dapat menjawab pertanyaan
tentang tindakan perawatan yang
diberikan kepada anda
c. Perawat jujur dalam memberikan
informasi tentang keadaan anda
d. Perawat selalu memberikan salam dan
senyum ketika bertemu dengan anda
e. Perawat teliti dan terampil dalam
melaksanakan tindakan keperawatan
kepada anda

5 EMPATHY (EMPATI) 0 0 5 0
a. Perawat memberikan informasi
kepada anda tentang segala tindakan
perawatan yang akan dilaksanakan
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi
bila anda membutuhkan
c. Perawat sering menengok dan
memeriksa keadaan anda seperti
mengukur tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan, dan cairan infus
d. Pelayanan yang diberikan perawat
tidak memandang pengkat / status tapi
berdasarkan kondisi anda
e. Perawat perhatian dan memberi
dukungan moril terhadap keadaan
anda (menanyakan dan berbincang-
bincang tentang keadaan anda)
Jumlah 0 2 16 7
Persentase 0 8% 64% 28%

53
Keterangan :
1 = sangat tidak puas
2 = tidak puas
3 = puas
4 = sangat puas

Analisa Data
1) Berdasarkan kajian data yang didapat melalui wawancara yang dinilai
dari 5 orang perawat di ruang Carina, perawat menyatakan sangat baik
dengan prosentase 35,2%, baik 60,0%, cukup 4,76%.
2) Berdasarkan kajian data yang didapat melalui wawancara yang dinilai
dari 5 orang pasien yang sedang dirawat di ruang Carina didapatkan
hasil 8% pasien menyatakan tidak puas, 64% menyatakan puas, dan 28%
menyatakan sangat puas.
c. Instrument C
Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman wawancara tindakan
pemberian obat. Wawancara yang dilakukan selama 1 hari yaitu hari Rabu
tanggal 17-06-2020. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan yang
mengacu pada instrument evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di
rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Master list Instruksi Kerja yang
mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.
Kajian Data
Wawancara dari tindakan pemberian obat yang dilakukan oleh
perawat selama 1 hari adalah sebagai berikut :

Tabel 25. Hasil Evaluasi Identifikasi Pemberian Obat di Ruang Carina RS Gading
Medika Dengan Sasaran Observasi Perawat (n:5)
Evaluasi Pengkajian
No Kegiatan SB B C K
1 Mengucap salam 0 5 0 0
2 Petugas memperkenalkan diri dan 0 5 0 0
unit
3 Menjelaskan pada pasien prosedur 0 5 0 0
identifikasi pasien dengan benar
sebelum melakukan prosedur
4 Menjelaskan pada pasien prosedur 0 5 0 0
identifikasi pasien dengan benar
sebelum melakukan prosedur
5 Bila memungkinkan meminta pasien 0 5 0 0

54
untuk menyebutkan nama tanggal
lahirnya, atau menayakan pada
keluarga dan petugas yang
bertanggung jawab
6 Periksa dan bandingkan jawaban 0 2 3 0
pasien dengan data gelang
identifikasi dan data RM
7 Jika data yang diperoleh cocok, 5 0 0 0
lakuakn prosedur/ berikan obat
8 Jika terdapat lebih dari 2 pasien 5 0 0 0
diruangan rawat inap dengan nama
yang sama / foto yang mirip periksa
ulang identitas dengan meliat no
RM dan alamat
9 Jika data pasien tidak lengkap 5 0 0 0
informasi lebih lanjut harus diperoleh
sebelum pemberian obat dilakukan
10 Perhatikan waktu pemberian obat 5 0 0 0
dan pemakaian obat
Jumlah 20 27 3 0
Persentase 40% 54% 6% 0

Analisis Data
Pemberian obat yang dilakukan di ruang Carina didapatkan prosentase sangat baik
sebesar 40%, baik 54%, cukup 6% sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.

3. Hasil Evaluasi Bimbingan PKK


Kajian Teori
Praktik klinik keperawatan merupakan proses transformasi dari mahasiswa
yang akan menjadi perawat professional. Pada fase ini mahasiswa mendapat
kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat professional dalam
masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan keperawatan.
Pembimbing klinik memiliki peran utama bagi pelakasanaan bimbingan di
ruangan. Evaluasi adalah stimulasi untuk menentukan keberhasilan suatu proses
kegiatan yang dalam hal ini bimbingan PKK oleh clinical instructure (CI)
terhadap mahasiswa yang praktik. Evaluasi merupakan proses yang berlangsung
terus menerus selama kegiatan belajar mengajar. terdiri dari evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif.

55
f. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan sepanjang proses belajar.

56
g. Evaluasi Sumatif
Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat
empat hal utama yang dapat digunakan dalam menjamin mutu proses bimbingan
yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa maupun
pembimbing terhadap bimbingan klinik yang diberikan di ruangan. Empat hal
tersebut meliputi:
a. Dokumentasi pelaksanaan bimbingan praktik klinik yang telah dilakukan
oleh pembimbing klinik.
b. Persepsi mahasiswa praktik klinik keperawatan terhadap mutu bimbingan
yang diberikan pembimbing klinik melalui angket.
c. Kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran yang
diberikan pada mahasiswa praktik klinik keperawatan yaitu bed side
teaching, ronde keperawatan, pre dan post conference.
d. Pencapaian kompetensi mahasiswa praktik klinik keperawatan melalui
pengukuran pre dan post test di ruangan terkait.

Kajian Data
a. Dokumentasi Pelaksanaan Praktik Klinik
Ruang Carina digunakan sebagai tempat praktik mahasiswa
keperawatan. Hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Carina
menyebutkan bahwa kegiatan bimbingan klinik tidak didokumentasikan
dalam buku khusus bimbingan yang dimiliki oleh bangsal, hanya terdapat
buku absensi dan buku pembagian jadwal dinas mahasiswa. Dokumentasi
juga dilakukan pada buku praktik yang dibawa oleh setiap praktikan.
b. Kepatuhan Pembimbing Klinik terhadap Prosedur Pembelajaran
Pre conference dan post conference dilakukan pada saat praktikan
masuk dan hari terakhir saat pengumpulan laporan. Metode kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan yaitu pre conference yang dijadwalkan
dilakukan pada hari pertama atau hari kedua minggu pertama mahasiswa
praktikan masuk bangsal. Bimbinngan dilakukan dengan Metode diskusi dan
koresi laporan praktikan. Dari hasil wawancara, didapatkan bahwa kegiatan
ronde keperawatan dan bedside teaching tidak pernah dilakukan.
c. Pencapaian Mahasiswa melalui Pre dan Post Test

Pre dan post test tidak dilaksanakan di Carina. Hal ini disebabkan
karena memang tidak ada aturan atau panduan teknis yang mengatur kegiatan
tersebut. Kegiatan post test diakukan dalam bentuk supervise oleh preceptor
klinik dan akademink.
57
Analisis Data
Data menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan komponen mutu dari
pembelajaran keperawatan klinik, pendokumentasian kegiatan bimbingan klinik
terdapat pada buku oleh pembimbing klinik sendiri. Dari hasil wawancara tidak
ditemukan buku dokumentasi bimbingan PKK. Dokumentasi hanya menggunakan
buku absensi praktik mahasiswa dan pembagian jadwal dinas serta dokumentasi
laporan praktikan. Dengan demikian tidak ditemukan data tingkat pencapaian
praktikan yang membandingkan sebelum mahasiswa belajar di Carina dan
sesudahnya.

4. Kepuasan Kerja Karyawan


Kajian Teori
Menurut Robbins (2001) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap
umum seseorang terhadap pekerjaannya. Jika mengacu pada George dan Jones
(2002), kepuasan kerja merupakan kumpulan feelings dan beliefs yang dimiliki
orang tentang pekerjaannya. Pengungkapan ketidakpuasan pegawai dalam 4 cara:
a. Respon Voice (aktif dan konstruktif, memberikan saran)
b. Respon Neglect (Pasive: tidak mau tahun / Destructive: membiarkan kondisi
memburuk)
c. Respon Exit (Destructive: karyawan keluar / Active: mencari pekerjaan baru)
d. Respon Loyalty (Pasive: tidak melakukan apapun / Contructive: harapan
kondisi membaik)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya
adalah :
a. Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia
membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi
tempat kerja.
b. Supervisi

Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu memberikan


bimbingan.
c. Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi
langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).
d. Rekan kerja
Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.

e. Keamanan kerja
58
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari
depannya.
f. Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem
penggajian pegawai RS haruslah :

a. Memenuhi ketentuan upah minimum


b. Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
c. Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa
dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu
harus ada gaji dasar.
d. Mampu mempertahankan tenaga yang baik
e. Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
f. Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi
RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah
apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga dapat
ditempuh dengan cara :
1) Penempatan tenaga yang sesuai
2) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja
3) Hubungan kerja yang manusiawi
4) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
5) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.

59
Kajian Data
Survey mendalam dilakukan terhadap 5 orang perawat yang aktif bertugas
jaga di Ruang Carina :
Tabel 26. Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan di Ruang Carina dengan
sasaran wawancara perawat (n:5)
No Variabel Yang Di nilai SP P CP TP
1. Jumlah gaji yang diterima sebanding dengan 0 0 5 0
pekerjaan yang saudara yang dilakukan
2. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan 0 5 0 0
pendidikan saudara
3 Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi 0 5 0 0
atau kerja ekstra
4. Tersedianya peralatan dan kelengkapan yang 0 0 5 0
mendukung pekerjaan
5. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar 0 5 0 0
mandi, tempat parkir, kantin.
6. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan 0 5 0 0
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan.
7. Adanya jaminan atas kesehatan atau keselamatan 0 5 0 0
kerja.
8. Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara 0 5 0 0
9. Hubungan antar karyawan dalam kelompok 0 5 0 0
kerja.
10. Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan. 0 5 0 0
11. Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara. 0 5 0 0
12 Kesesusaian antara pekerjaan dan latar belakang 0 5 0 0
pendidikan saudara.
13. Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja 0 0 5 0
dan penugasan yang diberikan.
14. Kemampuan supervisi atau pengawas dalam 0 5 0 0
membuat keputusan.
1.5 Perlakuan atasan baik selama saya bekerja disini. 0 5 0 0
16. Kebebasan melakukan suatu metode sendiri 0 0 5 0
dalam menyelesaikan pekerjaan.
17. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan 0 0 5 0
kerja melalui pelatihan atau pendidikan
tambahan.
18. Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih 0 0 5 0
tinggi.
19. Kesempatan untuk membuat prestasi dan 0 0 5 0
mendapatkan kenaikan pangkat.
Score 0 60 35 0
Persentase 0 63,15 36,84 0
Sumber : Data Primer Ruang Carina
Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada 5 orang
perawat di ruang Carina didapatkan gambaran bahwa 63,15% perawat menyatakan puas dan
36,84% perawat menyatakan cukup puas.

60
BAB III

PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN


A. Permasalahan
1. Inventarisasi Masalah
a. Unsur Input
1) Man : Jumlah tenaga perawat yang ada di ruang Carina sudah mencukupi
sesuai perhitungan tenaga perawat menurut Gilies dan Douglas. Namun
terdapat beberapa tenaga yang berpendidikan D III kebidanan dan belum
pernah mengikuti pelatihan.
2) Money : Tidak terdapat masalah APBN dan pendapatan fungsional RS.
Pendapatan perawat dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan dan lama
kerja. Perawat juga mendapat intensif sesuai jadwal dinas dan lembur.
Perawat mendapat tunjangan jaminan pelayanan kesehatan BPJS yang
dijamin oleh rumah sakit
3) Material : Data peralatan di ruang Carina cukup lengkap
4) Metode : Belum adanya media informasi berupa lembar balik. Media
informasi di ruang Carina hanya terdapat leaflet yang terdiri dari
peraturan rumah sakit, hak dan kewajiban pasien, cuci tangan, diet sehat
dan leaflet tentang penyakit. Belum adanya data terbaru mengenai 10
penyakit terbanyak di Ruang Carina.
5) Machine : Data peralatan cukup lengkap sesuai standar rumah sakit
Gading Medika.
b. Unsur Proses
1) Proses Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian Keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan form yang
baku, dengan persentase penilaian pengkajian di ruang Carina
sebesar 68,75%
b) Diagnosa keperawatan secara umum sudah menggunakan SDKI
sebagai pedoman penegakan diagnose keperawatan, namun
diagnosa aktual masih belum ditegakkan bersama etiologinya
dengan persentase sebesar 86,7%.
c) Perencanaan sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan
tujuan yang dapat diukur yang ditetapkan maksimal 1x24 jam

61
dengan persentase 70,0%, namun rencana tindakan ditegakkan
belum berdasarkan SIKI SLKI.
d) Implementasi keperawatan sudah dilakukan, namun saat tindakan
masih sering ditemukan kurang sesuai dengan SOP terutama tekait
dengan pemakaian APD, penerapan cuci tangan dan peralatan yang
kurang disiapkan dengan lengkap. Selain itu, edukasi mengenai
nyeri, gelang identitas, pengendalian infeksi, penggunaan alat bantu,
hak dan kewajiban pasien, discharge planning sudah dilakukan
dengan persentase 78,46%,
e) Evaluasi secara umum catatan rekam medis pasien sudah dilakukan
dengan baik. Evaluasi yang digunakan perawat adalah menggunakan
sistem SOAP dengan persentase pelaksanaan 66,6%.
f) Dokumentasi juga dilakukan dengan baik. Perawat melakukan
dokumentasi tindakan setiap hari dan setiap shift. Pendokumentasian
dilakukan dengan jelas, singkat dan dengan istilah yang benar. Dan
ruang Carina mendapatkan presentase 86,66%.
2) Proses manajemen Pelayanan Keperawatan
a) Planning
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara kepada Kepala
Ruang, didapatkan hasil bahwa planning yang dilakukan di Ruang
Carina sudah berjalan dengan baik dengan persentase 100%
b) Organizing
Pelaksanaan tugas kepala ruang tergolong dalam kategori sangat
baik (100%)
c) Actuating
Berdasarkan hasil wawancara operan dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan operan jaga tergolong dalam kategori cukup baik
dengan persentase 56,25%. Pelaksanaan operan sudah
menggunakan metode SBAR, namun belum memiliki form
khusus sehingga penulisan masih secara manual dan kurang
efektif.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa pelaksanaan pre
conference dilakukan belum optimal. Pelaksanaan pre
conference telah dilakukan dengan persentase 45,44%. PN tidak
menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference, selain itu pre
conference tidak menggunakan rekam medis pasien namun

62
dengan buku bantu pre conference.
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan post conference
dilakukan belum optimal. Pelaksanaan post conference telah
dilakukan dengan persentase 45,44%.
d) Controlling
Pelaksanaan controlling di Ruang Carina RS Gading Medika
dilaksanakan dengan sangat baik dengan persentase sebesar 100%.
3) Proses manajemen bimbingan PKK bagi mahasiswa praktikan
a) Planning
Planning proses bimbingan PKK di Ruang Carina berjalan
dengan baik dengan persentase sebanyak 100%. Mahasiswa
yang akan praktek di terima dan diorientasikan oleh Preceptor
atau perawat lain yang ditunjuk oleh kepala ruang.
Proses pendokumentasian bimbingan PKK di Ruang Carina
belum didapat karena belum pernah ada kegiatan praktik
mahasiswa di ruang Carina sebelumnya.
b) Organizing
Pengorganisasian bimbingan PKK belum dapat dikaji karena belum
pernah ada kegiatan praktik mahasiswa di ruang Carina sebelumnya.
c) Actuating
Pelaksanaan actuating bimbingan PKK tidak dapat dikaji karena
belum pernah ada kegiatan praktik mahasiswa di ruang Carina.
d) Controlling
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, didapatkan hasil
bahwa pelaksanaan controlling belum pernah dilakukan karena belum
pernah ada kegiatan praktik mahasiswa di ruang Carina sebelumnya.

B. Analisis Swot
63
MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG CARINA

MAN
WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED

STRENGHT
Terdapat Tenaga Adanya Ada
sistem keperaw kerjasam tuntutan
pengemban atan a yang tinggi
gan staf di ruang baik antar dari
ruang Carina mahasisw masyara
carina memilik a kat
berupa i Program untuk
pelatihan kualifika Profesi pelayan
Jumlah si Ners an yang
rata-rata pendidik dengan lebih
ketenagake an S1 perawat profesio
rjaan Ners 1 diruang nal dan
perhari orang, Carina maksim
yang D4 al
memadai Sains
terapan
3 orang Adanya
D3 kebijakan Makin
Perawat Kepera pemerinta tinggin
sudah watan 3 h tentang ya
disiplin orang, profesiona kesadar
dalam dan lisasi an
bertugas D4 perawat masyar
(tepat Kebida dalam akat
waktu n an 4 merawat akan
saat orang setiap hukum
datang pasien dan
maupun D3 penggu

64
pulang kebidanan naan
sesuai 10 orang media
shift/jadw Menjadi sosial
al dinas rumah yang
yang sakit sering
telah Belum rujukan salah
ditentuka optimaln yang diguna
n ya mengede kan
penggun pankan
aan pelayana
SDKI, n prima
SIKI, Makin
dan tinggi
SLKI kesadar
an
Pelaksana Kualitas masyar
an tugas tenaga akat
dari keperaw akan
kepala atan penting
ruangan berdasar nya
sudah kan kesehat
dikategori tingkat an
kan baik pendidik
sebanyak an
78,3% belum
cukup Pandemi
memada Covid 19
i
Lebih dari separuh
66,6% perawat
sudah mengikuti
pelatihan BTCLS
METHODE

RS memiliki visi, Kurangnya Ada kerjasama Persaingan dengan


misi dan motto pengetahuan yang baik antara Rumah Sakit lain
sebagai acuan perawat dalam mahasiswa PPN yang semakin
melaksanakan melakukan dengan perawat tinggi
kegiatan pelayanan pelaksanaan ruangan
MPKP Ada tuntutan dari
Mempunyai Ada kerjasama masyarakat yang
standar asuhan antara institusi semakin tinggi
keperawatan PPN dengan RS terhadap
peningkatan
Mempunyai protap Adanya kebijakan pelayanan
setiap tindakan pemerintah tentang keperawatan yang
profesionalisasi lebih profesional
Terlaksananya perawat dan maksimal
komunikasi yang
adekuat antara Makin tinggi
perawat dan tim kesadaran
masyarakat akan

65
kesehatan lain Hukum
Pendidikan Makin tinggi
perawat minimal kesadaran
D3 masyarakat akan
pentingnya
kesehatan

Bebasnya pers
dan penggunaan
media sosial
yang sering
salah digunakan
sehingga dapat
langsung
menyebarkan
informasi dengan
cepat
OPERAN
Operan merupakan Perawat kurang Adanya kerjasama Adanya
kegiatan rutin, disiplin waktu yang baik antar mahasiswa PPN
yaitu dilaksanakan operan. Mahasiswa
dua kali dalam Program Profesi Adanya kerja sama
sehari. Tidak selalu ada Ners dengan yang baik antara
interaksi dengan perawat yang baik antara
Adanya klarifikasi pasien selama mahasiswa dengan
, Tanya jawab, dan overan. Adanya kebijakan perawat ruangan.
validasi terhadap pemerintah tentang
semua yang Tidak diikuti oleh profesionalisasi Sarana prasarana
dioperkan. perawat penunjang cukup
semua perawatan tersedia
yang telah dan
Ada buku khusus Menjadi rumah
akan dinas
untuk pelaporan sakit rujukan yang
operan. mengedepankan
Tidak adanya pelayanan prima
form khusus
Setelah dilaporkan, SBAR
laporan
ditandatangani Tidak adanya SOP
oleh yang operan
bersangkutan.

Operan dilakukan
dengan
menggunakan
SBAR

66
DOKUMENTASI
Sudah ada sistem Observasi status Adanya program Tingkat kesadaran
pendokumentasian pasien, pengisian pelatihan masyarakat
dokumentasi tidak (pasien dan
Adanya kesadaran lengkap : Peluang perawat keluarga) akan
perawat tentang untuk tanggung jawab
tanggung jawab Rencana tindakan meningkatkan dan tanggung
dan tangung gugat tidak pendidikan gugat
menggambarkan (pengembangan
keterlibatan SDM) Persaingan RS
keluarga dan dalam
kerjasama dengan Adanya memberikan
tim kesehatan lain mahasiswa PPN pelayanan
serta tidak yang sedang keperawatan
mengobservasi melakukan praktik
respon pasien manajemen
terhadap tindakan keperawatan
keperawatan
Kerjasama yang
Pengawasan baik antara
terhadap perawat dan
sistematika mahasiswa
pendokumentasian
belum optimal

67
c.Fish Bone Analysis

MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG CARINA

MAN METHODE
Kurang pengetahuan f) sosialisasi f) Kurang pengetahuan
tentang penggunaan SDKI, penggunaan buku tentang model
SIKI, dan SLKI sebagai panduan kurang penerapan asuhan
panduan dalam g) tidak adanya keperawatan di
menjalankan proses asuhan buku panduan ruangan
keperawatan di ruangan SDKI,SIKI,SLKI
g) Sosialisasi
diruangan
komitmen menjalankan penerapan model
asuhan keperawatan asuhan keperawatan
professional kurang
kurang maksimal

OPERAN DOKUMENTASI
- Belum adanya komitmen B. Pendokumentasian belum efektif
- Tidak adanya panduan dalam C. Format SBAR tidak tersedia
pelaksanaan operan D. Prosedur terlalu manual dan
- SOP pelaksanaan operan tidak tersedia menyita waktu
- Kurang pengetahuan tentang
pelaksanaan operan
- Dipandang sebagai metode
yang tidak efektif
- Belum tersusun SOP pre-post
conference
- Pre-post conference tidak optimal

68
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1, Direktorat Pelayanan
Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI

Surjawati. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan. Disampaikan dalam
Seminar Nasional Persi. Jakarta

Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional.


Edisi I. Jakarta : EGC

Komite Keperawatan RSUD Ibnu Sutowo. (2004). Pedoman Model Praktek Keperawatan
Profesional Yang disederhanakan (MPKPs). Baturaja OKU: RSUD Ibnu Sutowo

Bidang Keperawatan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. (2015). Pedoman Pelayanan
Keperawatan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Medan: RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2 Bahasan
Indonesia), Jakarta : EGC

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition). Philadelpia: W.B.
Saunders

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta : EGC

Rahmulyono. A. (2008). Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien


Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia

Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher, Toronto

69
Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan. Dibuka pada
website http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/ pada tanggal 31
Februari
2010

Wiyana, Muncul. (2008). Membangun Pribadi Caring Perawat. Dibuka pada website
www.uii.ac.id pada tanggal 28 Januari 2009.

Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua. Jakarta: UI

Press. Afrida. (2019). Manajemen rumah sakit. Jakarta: UI

Arikunto, (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan pabrik.Jakarta: Rhineka Cipta. Hidayat,
(2014), Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Faizin, A dan Winarsih. 2008. Berita ilmu keperawatan ISSN 1979-2697. Vol 1 No. September
2008: 137142

Gilles, D. A. (2008). Nursing management: a system approach 2th. Philadelpia: W.B Saunders
Company

Hartati. (2013). Gambaran kinerja perawat dalam pelaksanan asuhankeperawataan.


Makasar: Unhas

Herlambang & Murwani (2012), Cara Mudah Memahami ManajemenKesehatan dan Rumah
Sakit. Jogjakarta, KDT.

Hidayat. (2010). Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kuntoro. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

La Monica. E. EL. (2008). Nursing Journal: Nursing leadership and management experience.

Marquis, Bessie L., Huston, Carol J., and Propst, Joan. (2012). Leadership roles and management
functions in nursing. Journal of Nursing Staff Development:Vol. 8 issue 6ppg 284-287

Muhammad, (2013). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruang Menurut Persepsi Perawat


Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Instalasi Rawat Inap F BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hal 1.
70
Muninjaya, (2011). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoadmodjo, (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, (2008). Konsep dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika

, (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

, (2015). Managemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Parahita, (2009). Analisis Kinerja Kepala Ruang Setelah Mendapat Pelatihan Manajemen
Keperawatan Menurut Persepsi Staf Keperawatan Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Keperawatan: Vol. 7 2009-5 Hal 86-90.

Parmin. (2009). Hubungan pelaksanaan fungsi manajerial kepala ruangan dengan motivasi
perawat pelaksana. Jakarta: UI

Pratiwi A., (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Surakarta Profil Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta. Tahun (2015). Tidak dipublikasikan.

Putra dan Subekti. (2014). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan
Kinerja Perawat Pekaksana Di Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo.
Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. Hal 242.

Ratnaih, R. (2011). Hubungan antara kemampuan kepala ruang dalam melaksanakan


fungsi manajemen dengan kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap RS
Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta. Thesis.Tidak dipublikasikan. Jakarta:
PPS FIK UI

Satrianegara, (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori danAplikasi


dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah sakit. Jakarta: SalembaMedika.

Sitorus & Panjaitan, (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan, Jakarta:


Sagung Seto.

Sofarelli D. and Brown D. (2008). The need for nursing leadership in uncertain timer. Journal of
nursing managemen 1365-2834.2008.6(4): 201-207.

71
Suarli & Bahtiar, (2009), Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan PraktisJakarta,
Erlangga.

Sianturi, (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Simamora, (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, 2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava

Medika.

Wong, Carol A. 2007. The relationship betweeen nursing leadership and patient outcomes: a
systematic review. Journal 1365-2834.2007.00723.x University of Western
OntarioLondon

72

You might also like