Professional Documents
Culture Documents
942453ce8c12332f12031dafa8c5f9e7
942453ce8c12332f12031dafa8c5f9e7
RINGKASAN
v
vi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Verifikasi.............................................................................................................. 3
Linieritas .................................................................................................. 3
Presisi....................................................................................................... 4
Akurasi .................................................................................................... 5
Limit Deteksi Instrumen dan Limit Kuantitasi ..................................... 6
Batuan (Core) ...................................................................................................... 7
Base Metals .......................................................................................................... 7
Tembaga .................................................................................................. 8
Certificate Reference Material ........................................................................... 9
Total Digest ......................................................................................................... 9
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ............................................................. 10
Prinsip SSA ............................................................................................. 11
Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi .......................................... 11
Instrumentasi SSA .................................................................................. 13
Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya ...................................... 16
PERCOBAAN .................................................................................................... 17
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 17
Bahan dan Alat .................................................................................................... 17
Bahan ....................................................................................................... 17
Alat........................................................................................................... 17
Cara Kerja ............................................................................................................ 18
vii
viii
Nomor Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
n
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xi
PENDAHULUAN
1
2
dan dilakukan verifikasi secara berkala setiap satu tahun sekali untuk menjamin
metode yang digunakan tetap menghasilkan data hasil uji yang valid yaitu sesuai
dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh laboratorium mineral dan
metalurgi PT Geoservices Ltd.
Percobaan bertujuan mengonfirmasi kembali kehandalan metode
penetapan kadar tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil uji yang diperoleh
dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.
TINJAUAN PUSTAKA
Verifikasi
Verifikasi metode uji adalah konfirmasi ulang dengan cara menguji suatu
metode dengan melengkapi bukti-bukti yang objektif, apakah metode tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan. Verifikasi sebuah
metode uji bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan
mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid.
Verifikasi bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja.
Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak
selengkap validasi. Parameter yang diuji dalam verifikasi antara lain presisi, akurasi,
linieritas, limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ) (RIYANTO, 2014).
Linieritas
3
4
Presisi
Akurasi
Akurasi merupakan derajat ketepatan antara nilai yang diukur dengan nilai
sebenarnya yang diterima. Akurasi merupakan kemampuan metode analisis untuk
memperoleh nilai benar setelah dilakukan secara berulang. Nilai replika analisis
semakin dekat dengan sampel yang sebenarnya maka semakin akurat metode tersebut
(RIYANTO, 2014).
Metode analisis yang mungkin digunakan untuk menetapkan akurasi yaitu
metode menggunakan Certified Refference Material (CRM) dan adisi standar. CRM
mempunyai nilai tertelusur ke SI dan dapat dijadikan sebagai nilai acuan (reference
value) untuk nilai yang sebenarnya. Syarat CRM yang digunakan matriksnya cocok
dengan contoh uji (mempunyai komposisi matriks yang mirip matriks contoh uji).
Apabila CRM tidak tersedia, maka dapat menggunakan bahan yang mirip contoh uji
yang diperkaya dengan analit yang kemurniannya tinggi atau disebut metode adisi
standar. Perolehan kembali (recovery) dengan metode CRM dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
C terukur
Recovery (%) = x 100%
C teoritis
Keterangan:
Cterukur : Konsentrasi analit terukur dalam sampel (mg/L)
Cteoritis : Konsentrasi analit sebenarnya (CRM) (mg/L)
6
Perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi standar dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
(C Sampel+C Spike) −C Sampel
Recovery (%) = x 100%
C Spike
Keterangan:
Csampel + Cspike : Konsentrasi analit dalam campuran contoh + spike (mg/L)
Cspike : Konsentrasi spike (mg/L)
LDI = x̅ + (3 x SB)
LK = x̅ + (10 x SB)
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
SB =√
𝑛−1
7
Keterangan:
LDI : Limit Deteksi Instrumen (mg/L)
LK : Limit Kuantitasi (mg/L)
SB : Simpangan Baku (mg/L)
Xi : Nilai data pengukuran ke-i (mg/L)
𝑥̅ : Rata-rata pengukuran (mg/L)
n : Banyak data
Batuan (Core)
Base Metals
Base metals merupakan logam ikutan yaitu perak (Ag), tembaga (Cu), timbal
(Pb), dan zinc (Zn) (EDWARDO, R. 2008). Base metals perlu ditetapkan sebagai
hasil samping dari pengolahan emas. Base metals adalah komoditi barang tambang
yang cadangan mineralnya cukup besar di Indonesia dan menguntungkan dalam
bidang ekonomi. Base metals memiliki banyak kegunaan yaitu sebagai peralatan
rumah tangga, perhiasan, peralatan perkantoran, dan sebagainya.
8
Tembaga
Tembaga merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat
kemerahan, merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik. Tembaga di
alam ditemukan dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa dan terdapat
dalam bentuk bijih tembaga seperti covelite (CuS), calcosite (Cu2S), dan chalcopyrite
(CuFeS2). Tembaga dengan nama kimia dikenal dengan copper dilambangkan dengan
Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik
unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai
massa atom 63,546. Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk
persenyawaan atau dalam senyawa padat, dalam bentuk mineral (BAIHAQI, 2017).
Logam Cu tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen dapat sedikit larut. Cu dapat larut dalam asam pekat, seperti
asam nitrat (8M) (a), asam sulfat pekat panas (b), dan aquaregia (c) (SVEHLA,
1990). Aquaregia adalah campuran asam nitrat (HNO3) dan asam klorida (HCl)
dengan perbandingan 1:3.
Reaksi :
3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(aq) + 6NO3-(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l) (a)
Cu(s) + 2H2SO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq) + SO2(g)+ 2H2O(l) (b)
3Cu(s) + 6HCl(aq) + 2HNO3(aq) 3Cu2+(aq) + 6 Cl-(aq) + 2 NO(g) + 4H2O(l) (c)
Tembaga murni memiliki warna kemerahan, memiliki titik lebur pada suhu
1038° C dan berat jenisnya sebesar 8900 kg.m-3 yang lebih besar disbanding
aluminium. Konduktivitas panas dan listrik dari tembaga masih lebih rendah
dibandingkan perak, namun 1,5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan aluminium
(BAIHAQI, 2017). Penggunaan Cu sangat luas dalam industri mulai industri kecil
hingga industri besar, baik dalam industri elektronik, mobil, radio hingga
telekomunikasi. Industri elektronik menggunakan tembaga sebagai sebagai bahan
baku kabel listrik, kawat telepon, dan hantaran transmisi.
9
Bahan acuan atau Reference material (RM) dapat diartikan sebagai bahan atau
zat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang cukup homogen dan stabil yang telah
ditetapkan untuk dapat digunakan dalam pengukuran atau pengujian suatu contoh.
CRM adalah sampel standar yang telah disertifikasi dengan prosedur metrology yang
absah, disertai sertifikat yang memuat nilai sifat, ketidakpastiannya, dan pernyataan
ketertelusuran metrologinya (DARA, F. 2005). Kadar CRM ini diketahui setelah
terlebih dahulu dilakukan pengujian secara pasti di beberapa laboratorium. Fungsi
CRM adalah sebagai pengecekan kepresisian nilai uji sampel yang dihasilkan
spektrofotometer, sebagai pengecekan hasil uji setelah dilakukan standardisasi,
mengetahui kondisi spektrofotometer dalam pelaksanaan pengujian, dan sebagai
acuan dalam melakukan tindak lanjut pengujian.
Bahan acuan bersertifikat memiliki banyak kegunaan diantaranya untuk
mengontrol presisi pengukuran, memvalidasi akurasi data, memfasilitasi pengujian
yang akurat, menentukan suatu metode berada dalam kontrol selama penggunaan
rutin, dan untuk ketertelusuran nilai acuan bagi sebuah in house kontrol material.
Dapat disimpulkan bahwa bahan acuan berfungsi untuk menjamin ketertelusuran
hasil pengujian ke Sistem Internasional (SI) (DARA, F. 2005).
Total Digest
Penetapan dengan teknik total digest dapat digunakan untuk unsur yang
memiliki konsentrasi sepuluh kali lebih besar dari limit deteksi, sehingga akan
menghasilkan akurasi dan presisi yang lebih baik dibandingkan penetapan unsur
dengan konsentrasi yang sama dengan limit deteksi.
Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat yang digunakan untuk melarutkan
analit ketika air tidak dapat melarutkannya. Asam klorida digunakan terutama untuk
melarutkan logam, oksida logam, dan karboksilat yang tidak larut dengan air. Asam
klorida tidak bereaksi dengan unsur non-logam. Merkuri, perak, emas, dan platina
tidak dapat larut dalam asam klorida.
Asam nitrat (HNO3) merupakan cairan yang memiliki aroma kuat dan bersifat
higroskopis. Asam nitrat adalah asam kuat yang bersifat korosif, tak berwarna, dan
agen pengoksidasi. Asam nitrat dapat melarutkan mineral-mineral karbonat dan
mineral sulfide serta melarutkan logam-logam seperti timbal, seng, kobalt, dan
tembaga kecuali emas dan kelompok platina. Penggunaan asam nitrat dapat dibarengi
dengan asam klorida, atau disebut dengan aqua regia. Aqua regia merupakan
campuran antara asam nitrat pekat dan asam klorida pekat dengan perbandingan
volume 1:3 yang mampu melarutkan logam logam mulia seperti emas (Au) dan
platina (Pt) (MANTIQ, A. 2016).
Asam perklorat (HClO4) merupakan asam oksidasi seperti asam nitrat. Asam
perklorat biasanya digunakan untuk mengoksidasi dan mempercepat reaksi agar
unsur-unsur logam yang terikat dalam mineral dapat segera lepas dan melarut.
Asam fluorida (HF) sangat mudah larut dalam air yang memiliki sifat yang
sangat korosif dan beracun yang dapat bereaksi dengan logam seperti tembaga, perak,
dan besi. Asam fluorida berfungsi untuk melepaskan logam-logam yang terperangkap
dalam silika karena silika larut dengan pelarut HF.
tingkat tenaga dasar. Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-
atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu. Cahaya pada
panjang gelombang tertentu memiliki energi yang cukup untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom tertentu. Absorbsi energi menyebabkan atom pada keadaan
dasar tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Nilai absorban berbanding lurus dengan
konsentrasi zat tersebut (DAY, R.A & UNDERWOOD, 2002).
Secara singkat, prinsip kerja SSA ialah sinar polikromatis yang datang
dilewatkan melalui monokromator sehingga sinar polikromatik diubah menjadi sinar
monokromatis yang kemudian diteruskan melalui sel yang berisi sampel. Sebagian
sinar akan diserap oleh sel dan sebagian lagi akan diteruskan ke foto sel yang
berfungsi untuk mengubah cahaya menjadi energi listrik. Penyerapan tersebut
menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Energi listrik yang dihasilkan oleh foto sel memberikan sinyal pada detektor
yang kemudian akan diubah menjadi nilai serapan (absorbansi) dari zat yang
dianalisis (KHOPKAR, 2008). Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan
sebagi fungsi panjang gelombang (KHOPKAR, 2008).
1. Hukum Lambert
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorbsi.
2. Hukum Beer
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
𝐼0
𝐴 = 𝑙𝑜𝑔 = 𝜀𝑏𝑐
𝐼𝑡
Keterangan:
Dengan:
𝐼0
𝐴 = 𝑙𝑜𝑔 = − log 𝑇
𝐼𝑡
Keterangan :
T : Transmitan
Instrumentasi SSA
Sumber Radiasi
Gas Pembakar
Pada SSA dipakai dua macam gas pembakar yang bersifat oksidasi dan bahan
bakar. Gas pengoksidasi contohnya udara (O2) atau campuran O2 dengan N2O.
Sedangkan bahan bakar adalah gas alam, propana, butana, atau asetilen (C2H2).
Menurut APRILIA et al. (2015), gas asetilen yang digunakan sebagai gas
pembakar pada SSA memiliki kisaran suhu ± 2000 K, dan gas N2O yang lebih panas
dari gas asetilen memiliki kisaran suhu ± 3000 K. Jenis gas yang digunakan untuk
atomisasi pada setiap unsur tidak selalu sama, sehingga diperlukan pemilihan gas
bahan bakar (fuel) dan gas oksidan (support) tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Pemilihan Campuran Gas Pembakar SSA
Monokromator
Detektor
Atomisasi
Atomisasi dapat dilakukan dengan nyala, untuk mengubah logam menjadi uap
atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Unsur yang dianalisis menggunakan
SSA harus berbentuk atom bebas yang dapat meyerap radiasi resonansi dari sumber
cahaya. Suhu unsur benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses
atomisasinya sempurna (KHOPKAR, 2008).
16
Atomisasi dengan nyala, bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan dalam
kamar pncampur kemudian dilewatkan menuju ke pembakar dan nyala akan
dihasilkan. Sampel dihisap masuk ke kamar pencampur, namun hanya tetesan kecil
yang sampai ke kamar pencampur akan tetapi hal ini tidak akan sempurna karna nyala
akan tersedot kembali ke dalam kamar pencampur sehingga bisa menghasilkan
ledakan. Sistem atomisasi nyala dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Penetapan nilai serapan atom sering kali didapatkan suatu harga yang tidak
sesuai dengan konsentrasi unsur sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini
adalah faktor matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekuler yang bersifat
menyerap radiasi. Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA
yaitu dengan jalan :
Percobaan merupakan bagian dari kegiatan magang dan praktik kerja lapang
(PKL) yang dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Juli 2019. Bertempat di
laboratorium mineral dan metalurgi di PT Geoservices Ltd yang beralamat di
Jalan Industri Selatan 2 Blok MM1, Kawasan Industri Jababeka 2 Cikarang,
Bekasi – Indonesia 17530. Ringkasan laporan magang dan PKL dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan
bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah Certificate Reference Material
(CRM) Oreas 501B. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan standar induk
tembaga 1000 mg/L, asam nitrat (HNO3) 65% p.a (pro analis), asam klorida (HCl)
37% p.a, asam perklorat (HClO4) 70% p.a, asam fluorida (HF) 40% p.a, akuades
(H2O), gas oksigen (O2), gas asetilen (C2H2), dan aseton sebagai bahan pembersih
alat gelas.
Alat
17
18
dan 50 mL, labu takar 50 mL; 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL, pipet tetes, tabung
reaksi dan rak tabung reaksi, baki plastik (tray), spatula, bulb, teflon glass, botol
reagen Scott Duran 2000 mL, corong plastik, dan botol semprot.
Metode Percobaan
Percobaan dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pengujian, dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan meliputi pembuatan
larutan matriks, pembuatan larutan standar induk, pembuatan larutan deret
standar, dan pembuatan larutan uji. Tahap pengujian dilakukan meliputi parameter
linieritas, presisi, akurasi, LDI dan LK serta uji konfirmasi menggunakan SSA.
Tahap pengolahan data dilakukan menggunakan metode statistik dan hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.
Cara Kerja
Tahap Persiapan
Larutan HCl 37% p.a dipipet sebanyak 250 mL dan dimasukkan ke labu
takar 1000 mL, larutan dihimpitkan hingga tanda tera dengan akuades kemudian
dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan terdapat pada Lampiran 2, dan
dapat dilihat pada rumus berikut:
25
VHCl = x VLT
100
19
Keterangan:
VHCl : Volume HCl yang dipipet (mL)
V1 x C1 = V2 x C2
Keterangan:
V1 : Volume larutan yang dipipet (mL)
C1 : Konsentrasi larutan awal(mg/L)
V2 : Volume larutan akhir (mL)
C2 : Konsentrasi larutan akhir (mg/L)
Pembuatan Larutan Deret Standar Tembaga (0, 2, 5, 10, 20, dan 50) mg/L
Larutan standar tembaga 100 mg/L dipipet masing masing sebanyak (0,
10, 20, dan 50) mL. Larutan dimasukkan ke labu takar 100 mL kemudian
dihimpitkan hingga tanda tera dengan larutan matriks HCl 25% (v/v) dan
dihomogenkan. Konsentrasi larutan yang dihasilkan (0, 10, 20, dan 50) mg/L.
Untuk pembuatan larutan standar (1, 2, dan 5) mg/L, larutan induk tembaga (10,
20, dan 50) mg/L masing-masing dipipet sebanyak 10 mL. Larutan dimasukkan
ke labu takar 100 mL kemudian dihimpitkan hingga tanda tera dengan larutan
matriks HCl 25% (v/v) dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
terdapat pada Lampiran 4, dan dapat dilihat pada rumus berikut:
V1 x C1 = V2 x C2
20
Keterangan:
V1 : Volume larutan yang dipipet (mL)
C1 : Konsentrasi larutan awal (mg/L)
V2 : Volume larutan akhir (mL)
C2 : Konsentrasi larutan akhir (mg/L)
Tahap Pengujian
Pengujian Linieritas
Larutan deret standar tembaga yang telah dibuat konsentrasi (0, 2, 5, 10,
20, dan 50) mg/L tembaga diukur menggunakan SSA pada panjang gelombang
324,8 nm untuk unsur tembaga. Hasil pengukuran diolah secara statistika untuk
menentukan nilai koefisien korelasi (r), slope (b) dan intersep (a) menggunakan
Software Microsoft excel, kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan
yang telah ditetapkan oleh laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices
Ltd, yaitu r > 0,9950.
22
Pengujian Presisi
Larutan uji CRM yang telah dibuat, diukur menggunakan SSA pada
panjang gelombang 324,8 nm untuk unsur tembaga. Pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengukuran diolah secara statistika untuk
menentukan nilai simpangan baku relatif (%SBR) menggunakan Software
Microsoft excel, kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan yaitu
%SBR < 2/3 CV Horwitz.
Pengujian Akurasi
Larutan uji CRM yang telah dibuat, diukur menggunakan SSA pada
panjang gelombang 324,8 nm untuk unsur tembaga. Pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengukuran diolah secara statistika
menggunakan Software Microsoft excel, kemudian dibandingkan dengan rentang
syarat keberterimaan pada sertifikat CRM.
Linieritas
y = a + bx
∑n n
i=1 xi ∑i=1 yi
∑ni=1 xi, yi −
n
r=
(∑n
i=1 xi)² (∑n
i=1 yi)²
√∑ni=1 xi2 − x √∑ni=1 yi2 −
n n
∑n n
i=1 xi ∑i=1 yi
∑ni=1 xiyi −
n
b= (∑n
i=1 xi)²
∑ni=1 xi2 −
n
∑𝑛𝑖−1 𝑦𝑖 − (𝑏 ∑𝑛𝑖−1 𝑥𝑖 )
𝑎=
𝑛
Keterangan :
a : Intersep (absorbansi)
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
b : Slope ( )
𝑚𝑔/𝐿
r : Koefisien korelasi
n : Banyaknya ulangan
xi : Konsentrasi ulangan ke-i
yi : Absorbansi ulangan ke-i
y : Absorbansi (abs)
i : Ulangan ke-1,2,3....,n
24
Presisi
Data uji presisi yang telah diperoleh, dihitung rata-rata, simpangan baku
(SB), dan persen simpangan baku relatif (%SBR). Syarat keberterimaan pada
pengukuran presisi adalah nilai %SBR ≤ 2/3 CV Horwitz. Rumus perhitungan
sebagai berikut:
∑𝑛𝑖=1 𝑥
𝑥̅ =
𝑛
∑𝑛
𝑖−1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
SB =√ 𝑛−1
𝑆𝐵
%SBR = × 100%
𝑥̅
Akurasi
Data hasil pengujian LDI dan LK akan dilakukan pengolahan data sebagai
berikut:
LDI = x̅ + (3 x SB)
LK = x̅ + (10 x SB)
25
√ ∑𝑛 ̅ )²
𝑖=1(x𝑖 −x
SB =
n− 1
Keterangan :
Uji Konfirmasi
Data yang telah diperoleh, dihitung rata-rata, simpangan baku (SB), dan persen
simpangan baku relatif (%SBR). Rumus perhitungan sebagai berikut:
∑𝑛𝑖=1 𝑥
𝑥̅ =
𝑛
∑𝑛
𝑖−1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
SB =√ 𝑛−1
𝑆𝐵
%SBR = × 100%
𝑥̅
Keterangan:
Linieritas
1.200
y = 0,0193x + 0,0045
1.000
r = 0,9999
Absorbansi (Abs)
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0 10 20 30 40 50 60
Presisi
Akurasi
Data hasil uji pada Tabel 5, dapat diketahui rata-rata kadar Cu yang
diperoleh dari pengukuran larutan uji akurasi sebanyak sepuluh kali ulangan
adalah sebesar 2539,501 mg/Kg. Hasil pengujian akurasi juga diperoleh rata-rata
nilai %Recovery unsur Cu sebesar 97,80%, dengan rentang nilai %Recovery
(96,08 - 99,61)%. Nilai %Recovery idealnya adalah 100% namun nilai yang
diperoleh cenderung berada dibawah 100%. Nilai %Recovery yang berada
dibawah 100% menandakan terjadinya kesalahan sistematik.
30
dapat terukur oleh alat, yang artinya pengukuran dibawah 0,008 mg/L akan
memiliki ketidakpercayaan yang tinggi sehingga disarankan pengukuran sampel
harus diatas 0,008 mg/L. Data perhitungan LDI dan LK ada pada Lampiran 10.
Nilai limit deteksi yang diperoleh dari hasil perhitungan harus dilakukan
uji konfirmasi. Pengujian tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa nilai limit
deteksi instrumen yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah benar
(RIYANTO, 2014). Data hasil uji konfirmasi terhadap nilai limit deteksi
instrumen dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Konsentrasi
Konsentrasi Absorbansi
Ulangan Cu terukur
Cu (mg/L) (abs)
(mg/L)
1 0,004 0,002 0,003
2 0,004 0,001 0,004
3 0,004 0,002 0,004
4 0,004 0,001 0,004
5 0,004 0,002 0,003
6 0,004 0,002 0,004
7 0,004 0,002 0,003
8 0,004 0,001 0,003
9 0,004 0,002 0,004
10 0,004 0,001 0,004
Jumlah 0,036
Rata-rata 0,004
Simpulan
Saran
Hasil uji nilai Limit kuantitasi (LK) belum dilakukan uji konfirmasi. Perlu
dilakukan uji konfirmasi terhadap nilai LK untuk memastikan kebenaran nilaik
LK yang didapat dari hasil perhitungan.
33
DAFTAR PUSTAKA
EDWARDO, R. 2008. Analisis Base Metal (Ag, Cu, Pb, Zn) dalam Sampel Emas
(Rock) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Jurusan
Kimia FMIPA UI. Depok.
34
35
NATA. 2013. Guidelines for the validation and verification of quantitative and
qualitative test methods. Issued: August 2004 amanded and reissued:
December 2006, April 2009, March 2012, Juni 2012, October 2013.
RIYANTO. 2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC
17025 Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Deepublish. Yogyakarta.
SVEHLA, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian I. Diterjemahkan oleh Ir. L. Setiono, Dr. A. Hadyana
dan Pudjaatmaka. Edisi Kelima. Edisi Kelima. PT Kalman Media
Pustaka. Jakarta.