You are on page 1of 46

VERIFIKASI METODE UJI PENETAPAN KADAR TEMBAGA

DALAM BIJIH TEMBAGA DENGAN PELARUTAN ASAM


MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA)
DI PT GEOSERVICES LTD

ALAN WAHYU PRATAMA


NIM 1630066

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
BOGOR
2019
ALAN WAHYU PRATAMA. Verifikasi Metode Uji Penetapan Kadar Tembaga
dalam Bijih Tembaga Dengan Pelarutan Asam Menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) di PT Geoservices Ltd. Dibimbing oleh ERNA STYANI
dan ALEXANDER SENAPUTRA.

RINGKASAN

PT Geoservices Ltd merupakan laboratorium uji yang bergerak di bidang


jasa analisis yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan
menerapkan ISO 17025. PT Geoservices Ltd memiliki laboratorium mineral dan
metalurgi yang dikhususkan pada jasa analisis bahan-bahan mineral hasil
tambang. Salah satu parameter pengujian yang dilakukan adalah penetapan kadar
tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam (asam nitrat (HNO 3), asam
klorida (HCl), asam perklorat (HClO4), dan asam fluorida (HF) ) menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Metode yang digunakan adalah in-house
method yang mengacu pada SNI 13-6974-2003. Metode tersebut telah tervalidasi
dan dilakukan verifikasi secara berkala setiap satu tahun sekali untuk menjamin
metode yang digunakan tetap menghasilkan data hasil uji yang valid yaitu sesuai
dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh laboratorium mineral dan
metalurgi PT Geoservices Ltd.
Percobaan bertujuan mengonfirmasi kembali kehandalan metode
penetapan kadar tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil uji yang diperoleh
dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.
Percobaan dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pengujian, dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan meliputi pembuatan
larutan matriks, pembuatan larutan standar induk, pembuatan larutan deret
standar, dan pembuatan larutan uji. Tahap pengujian meliputi parameter linieritas,
presisi, akurasi, limit deteksi instrumen (LDI) dan limit kuantitasi (LK) serta uji
konfirmasi menggunakan SSA. Tahap pengolahan data dilakukan menggunakan
metode statistika dan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan syarat
keberterimaan yang telah ditetapkan oleh laboratorium mineral dan metalurgi PT
Geoservices Ltd.
Hasil verifikasi metode penetapan kadar tembaga dalam bijih tembaga
dengan pelarutan asam menggunakan SSA, diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
untuk unsur tembaga sebesar 0,9999 dengan syarat keberterimaan r ≥ 0,9950.
Pengujian akurasi diperoleh nilai %Recovery dengan rentang (96,08 - 99,61)%
telah memenuhi syarat keberterimaan rentang nilai %Recovery (95,92 -
104,08)%. Pengujian Presisi diperoleh persen simpangan baku relatif (%SBR)
sebesar 0,14% dengan syarat keberterimaan %SBR < 2/3 CV Horwitz yaitu
3,28%. Nilai limit deteksi instrumen (LDI) teoritis untuk unsur tembaga sebesar
0,004 mg/L, dengan syarat keberterimaan yaitu konsentrasi masih memberikan
respon positif dan nilai limit kuantitasi (LK) teoritis untuk unsur tembaga sebesar
0,008 mg/L. Hasil verifikasi metode penetapan kadar tembaga dalam bijih
tembaga dengan pelarutan asam menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) telah memenuhi syarat keberterimaan yang ditetapkan dan dapat digunakan
untuk analisis rutin di laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapang yang berjudul
“VERIFIKASI METODE UJI PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM
BIJIH TEMBAGA DENGAN PELARUTAN ASAM MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) DI PT GEOSERVICES
LTD”.
Selama proses penyusunan Laporan Magang dan Praktik Kerja Lapang,
banyak pihak yang telah tulus ikhlas membantu memberikan pengarahan dan
bimbingan demi lancarnya penyusunan laporan berikut, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Erna Styani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis selama melaksanakan
praktik kerja lapang serta penyusunan laporan praktik kerja lapang.
2. Bapak Alexander Senaputra, Ph.D, selaku pembimbing II yang telah
memberikan kesempatan, pengarahan, ilmu, dan bimbingan selama
pelaksanaan praktik kerja lapang di PT Geoservices LTD.
3. Bapak Ir. Maman Sukiman, M.Si, Direktur Politeknik AKA Bogor beserta
seluruh staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan sebelum dan selama penulis melaksanakan praktik kerja
lapang.
4. Bapak Ir. Maman Sukiman, M.Si, selaku dosen wali yang telah
membimbing penulis selama kuliah di Politeknik AKA Bogor.
5. Bapak, Ibu, dan Adik yang telah memberi dukungan baik semangat, doa
dan tentunya materil hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
6. Divisi Mineral dan Metalurgi (Tim Analis) serta seluruh staf dan
karyawan di PT Geoservices LTD atas bimbingan, ilmu, dan
kekeluargaannya

v
vi

7. Mahasiwa angkatan 2016 (Phosporus), Keluarga Function of


foundation (F2), dan Keluarga Sekawan yang telah memberikan
kebersamaan, kasih sayang dan ilmu kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA.......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Verifikasi.............................................................................................................. 3
Linieritas .................................................................................................. 3
Presisi....................................................................................................... 4
Akurasi .................................................................................................... 5
Limit Deteksi Instrumen dan Limit Kuantitasi ..................................... 6
Batuan (Core) ...................................................................................................... 7
Base Metals .......................................................................................................... 7
Tembaga .................................................................................................. 8
Certificate Reference Material ........................................................................... 9
Total Digest ......................................................................................................... 9
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ............................................................. 10
Prinsip SSA ............................................................................................. 11
Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi .......................................... 11
Instrumentasi SSA .................................................................................. 13
Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya ...................................... 16
PERCOBAAN .................................................................................................... 17
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 17
Bahan dan Alat .................................................................................................... 17
Bahan ....................................................................................................... 17
Alat........................................................................................................... 17
Cara Kerja ............................................................................................................ 18

vii
viii

Tahap Persiapan ..................................................................................... 18


Tahap Pengujian ..................................................................................... 21
Tahap Pengolahan Data .......................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 26
Hasil dan Pembahasan Verifikasi Metode Penetapan Kadar Tembaga dalam
Bijih Tembaga Dengan Pelarutan Empat Asam Menggunakan SSA .............. 26
Linieritas .................................................................................................. 26
Presisi....................................................................................................... 28
Akurasi .................................................................................................... 29
Limit Deteksi Instrumen dan Limit Kuantitasi ..................................... 31
Uji Konfirmasi Limit Deteksi Instrumen .............................................. 32
SIMPULAN.................................................................................................. 33
Simpulan .............................................................................................................. 33
Saran ..................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 34
LAMPIRAN ....................................................................................................... 36
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tingkat Ketelitian Metode Uji ......................................................................... 5


2. Komposisi Gas Pembakar pada SSA ............................................................. 14
3. Data Hasil Verfikasi Metode Penetapan Kadar Tembaga dan
Syarat Keberterimaan.................................................................................... …...26
4. Hasil Pengujian Presisi Unsur Tembaga terhadap Konsentrasi CRM ............. 28
5. Hasil Pengujian Akurasi Unsur Tembaga terhadap Konsentrasi CRM ........... 29
6. Hasil Pengujian LDI dan LK terhadap Konsentrasi Tembaga Terendah ......... 31
7. Hasil Uji Konfirmasi nilai LDI Unsur Tembaga ............................................ 32

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
n

1. Komponen-komponen SSA .................................................................... 13


2. Hollow Chatode Lamp (HCL) ................................................................ 14
3. Sistem Atomisasi Nyala SSA ................................................................. 16
4. Kurva Linieritas Tembaga ...................................................................... 27

x
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Ringkasan Magang dan Praktik Kerja Lapang ........................................ 37


2. Perhitungan Pembuatan Larutan Matriks HCl 25% v/v ............................ 65
3. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Induk Tembaga ....................... 66
4. Perhitungan Pembuatan Larutan Deret Standar Tembaga........................ 67
5. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji Konfirmasi LDI ............................. 68
6. Data dan Perhitungan Uji Linieritas Tembaga ........................................ 69
7. Data dan Perhitungan Uji Presisi Tembaga ............................................. 71
8. Data dan Perhitungan Uji Akurasi Tembaga ........................................... 73
9. Sertifikat CRM ....................................................................................... 75
10. Data dan Perhitungan Uji LDI dan LK ................................................... 76
11. Data Hasil Uji Konfirmasi LDI .............................................................. 78

xi
PENDAHULUAN

Core merupakan batuan dari hasil pengeboran dibawah permukaan tanah


yang juga merupakan hasil tambang. Dalam core selain mengandung emas (Au)
juga mengandung logam lainnya yaitu tembaga (Cu). Tembaga merupakan salah
satu logam yang banyak dimanfaatkan oleh manusia karena kelimpahannya yang
sangat besar di alam dan sifat-sifat yang dimilikinya sehingga tembaga perlu
ditetapkan dan diketahui kadarnya, karena bila terdapat dalam jumlah yang besar
dapat diolah menjadi logamnya. Tembaga memiliki sifat konduktivitas termal dan
elektrik yang baik, relatif lunak, mudah ditempa, dan memiliki laju korosi yang
lambat. Penggunaan tembaga sangat luas dalam industri mulai industri kecil
hingga industri besar, baik dalam industri elektronik, mobil, radio hingga
telekomunikasi (SVEHLA, 1990).
Verifikasi metode uji adalah konfirmasi ulang dengan cara menguji suatu
metode dengan melengkapi bukti-bukti yang objektif, apakah metode tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan. Verifikasi
sebuah metode uji bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang
bersangkutan mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil
yang valid. Berdasarkan ISO/IEC 17025:2008 mengenai jaminan mutu hasil
pengujian dan kalibrasi, diperlukan verifikasi metode uji untuk menjamin bahwa
metode uji yang digunakan tetap handal dan memberikan hasil analisis yang dapat
dipercaya. Parameter yang diuji dalam verifikasi antara lain presisi, akurasi,
linieritas, Limit deteksi (LOD) dan Limit kuantitasi (LOQ) (RIYANTO, 2014).
PT Geoservices Ltd merupakan laboratorium uji yang bergerak di bidang
jasa analisis yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan
menerapkan ISO 17025. PT Geoservices Ltd memiliki laboratorium mineral dan
metalurgi yang dikhususkan pada jasa analisis bahan-bahan mineral hasil
tambang. Salah satu parameter pengujian yang dilakukan adalah penetapan kadar
tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam (asam nitrat (HNO 3), asam
klorida (HCl), asam perklorat (HClO4), dan asam fluorida (HF) ) menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Metode yang digunakan adalah in-house
method yang mengacu pada SNI 13-6974-2003. Metode tersebut telah tervalidasi

1
2

dan dilakukan verifikasi secara berkala setiap satu tahun sekali untuk menjamin
metode yang digunakan tetap menghasilkan data hasil uji yang valid yaitu sesuai
dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh laboratorium mineral dan
metalurgi PT Geoservices Ltd.
Percobaan bertujuan mengonfirmasi kembali kehandalan metode
penetapan kadar tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil uji yang diperoleh
dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.
TINJAUAN PUSTAKA

Verifikasi

Verifikasi metode uji adalah konfirmasi ulang dengan cara menguji suatu
metode dengan melengkapi bukti-bukti yang objektif, apakah metode tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan. Verifikasi sebuah
metode uji bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan
mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid.
Verifikasi bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja.
Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak
selengkap validasi. Parameter yang diuji dalam verifikasi antara lain presisi, akurasi,
linieritas, limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ) (RIYANTO, 2014).

Linieritas

Linieritas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon


proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Perlakuan matematik dalam
pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat
terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Uji linieritas dilakukan
dengan suatu seri larutan standar yang terdiri dari minimal empat konsentrasi yang

berbeda dengan rentang 50 – 150% dari kadar analit dalam sampel.

Parameter hubungan kelinieran yang digunakan yaitu koefisien korelasi (r)


dan koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi linier y = bx + a (b adalah slope,
a adalah intersep, x adalah konsentrasi analit dan y adalah respon instrumen).
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya pengaruh konsentrasi analit
terhadap besar atau kecilnya absorbansi. Koefisien korelasi (r) adalah suatu ukuran
hubungan linier antara dua set data, yaitu hubungan linier antara konsentrasi analit
dalam sampel dengan respon instrumen.

3
4

Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai a = 0 dan r = +1 atau -1


merupakan hubungan yang sempurna, tanda + dan - bergantung pada arah garis.
Tanda positif (+) menunjukkan korelasi positif yang ditandai dengan arah garis yang
miring ke kanan, sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan korelasi negatif yang
ditandai dengan arah garis yang miring ke kiri (RIYANTO, 2014).

Presisi

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan antara nilai hasil


pengukuran dari sampel yang homogen pada kondisi normal (sampel yang sama diuji
secara berurutan dengan menggunakan alat yang sama). Presisi dipengaruhi oleh
kesalahan acak (random error), antara lain ketidakstabilan instrumen, variasi suhu
atau pereaksi, keragaman teknik dan operator yang berbeda. Presisi harus diukur pada
konsentrasi yang berbeda dalam rentang kerja, biasanya pada konsentrasi rendah,
sedang dan tinggi (RIYANTO, 2014).
Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
variasi) yang dapat dinyatakan sebagai ripitabilitas atau reprodusibilitas. Ripitabilitas
adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada
kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Ripitabilitas dinilai melalui
pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang
terpisah dari batch yang sama, sehingga memberikan ukuran keseksamaan pada
kondisi normal. Reprodusibilitas adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada
kondisi yang berbeda. Analisis dilakukan dalam laboratorium yang berbeda
menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula (RIYANTO,
2014).
5

Menurut SUMARDI (2002), nilai simpangan baku relatif (%SBR)


menggambarkan ketelitian suatu metode. Tingkat ketelitian dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Tingkat Ketelitian Metode Uji
%SBR ≤1% Ketelitian sangat tinggi
1%< %SBR ≤2% Ketelitian tinggi
2%< %SBR ≤5% Ketelitian sedang
%SBR >5% Ketelitian rendah

Akurasi

Akurasi merupakan derajat ketepatan antara nilai yang diukur dengan nilai
sebenarnya yang diterima. Akurasi merupakan kemampuan metode analisis untuk
memperoleh nilai benar setelah dilakukan secara berulang. Nilai replika analisis
semakin dekat dengan sampel yang sebenarnya maka semakin akurat metode tersebut
(RIYANTO, 2014).
Metode analisis yang mungkin digunakan untuk menetapkan akurasi yaitu
metode menggunakan Certified Refference Material (CRM) dan adisi standar. CRM
mempunyai nilai tertelusur ke SI dan dapat dijadikan sebagai nilai acuan (reference
value) untuk nilai yang sebenarnya. Syarat CRM yang digunakan matriksnya cocok
dengan contoh uji (mempunyai komposisi matriks yang mirip matriks contoh uji).
Apabila CRM tidak tersedia, maka dapat menggunakan bahan yang mirip contoh uji
yang diperkaya dengan analit yang kemurniannya tinggi atau disebut metode adisi
standar. Perolehan kembali (recovery) dengan metode CRM dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
C terukur
Recovery (%) = x 100%
C teoritis

Keterangan:
Cterukur : Konsentrasi analit terukur dalam sampel (mg/L)
Cteoritis : Konsentrasi analit sebenarnya (CRM) (mg/L)
6

Perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi standar dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
(C Sampel+C Spike) −C Sampel
Recovery (%) = x 100%
C Spike

Keterangan:
Csampel + Cspike : Konsentrasi analit dalam campuran contoh + spike (mg/L)
Cspike : Konsentrasi spike (mg/L)

Limit Deteksi Instrumen (LDI) dan Limit Kuantitasi (LK)

Menurut HARMITA (2004), Limit deteksi instrumen (LDI) adalah jumlah


terkecil analit dalam sampel yang dapat terdeteksi yang masih memberikan respon
signifikan dibandingkan dengan blangko. Limit kuantitasi (LK) merupakan parameter
analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Pada analisis instrumen, limit deteksi dapat dihitung dengan mengukur
respon blangko sebanyak 7 kali ulangan kemudian dihitung simpangan baku blangko.
Limit deteksi merupakan sinyal terkecil yang dapat diukur secara kuantitatif yang
ditentukan untuk setiap analit dengan analisis replikat. Apabila blangko tidak
menghasilkan sinyal dan simpangan baku 7 kali pengukuran blangko yang sama
dengan nol, maka limit deteksi diukur menggunakan suatu standar yaitu konsentrasi
analit yang menghasilkan sinyal yang setara dengan tiga kali simpangan baku dari
sinyal terendah yang dapat diukur dari analit (SUMARDI, 2002).
Limit deteksi instrumen dan limit kuantitasi dapat dihitung secara statistika
melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan
nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx (HARMITA, 2004).

LDI = x̅ + (3 x SB)
LK = x̅ + (10 x SB)

∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
SB =√
𝑛−1
7

Keterangan:
LDI : Limit Deteksi Instrumen (mg/L)
LK : Limit Kuantitasi (mg/L)
SB : Simpangan Baku (mg/L)
Xi : Nilai data pengukuran ke-i (mg/L)
𝑥̅ : Rata-rata pengukuran (mg/L)
n : Banyak data

Batuan (Core)

Menurut MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA (2012), core atau batuan adalah massa padat yang terdiri
atas satu jenis mineral atau lebih yang membentuk kerak bumi, baik dalam keadaan
terikat maupun terlepas. Batuan merupakan sumber daya alam yang banyak
dibutuhkan dan memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Core umumnya diambil pada kedalaman tertentu oleh perusahaan minyak atau
tambang untuk keperluan lebih lanjut. Dalam core selain mengandung emas (Au)
juga mengandung logam lainnya yaitu tembaga (Cu), perak (Ag), timbal (Pb), dan
zink (Zn). Cu perlu ditetapkan kadarnya karena bila terdapat dalam jumlah besar
dapat diolah menjadi logamnya.

Base Metals

Base metals merupakan logam ikutan yaitu perak (Ag), tembaga (Cu), timbal
(Pb), dan zinc (Zn) (EDWARDO, R. 2008). Base metals perlu ditetapkan sebagai
hasil samping dari pengolahan emas. Base metals adalah komoditi barang tambang
yang cadangan mineralnya cukup besar di Indonesia dan menguntungkan dalam
bidang ekonomi. Base metals memiliki banyak kegunaan yaitu sebagai peralatan
rumah tangga, perhiasan, peralatan perkantoran, dan sebagainya.
8

Tembaga

Tembaga merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat
kemerahan, merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik. Tembaga di
alam ditemukan dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa dan terdapat
dalam bentuk bijih tembaga seperti covelite (CuS), calcosite (Cu2S), dan chalcopyrite
(CuFeS2). Tembaga dengan nama kimia dikenal dengan copper dilambangkan dengan
Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik
unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai
massa atom 63,546. Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk
persenyawaan atau dalam senyawa padat, dalam bentuk mineral (BAIHAQI, 2017).
Logam Cu tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen dapat sedikit larut. Cu dapat larut dalam asam pekat, seperti
asam nitrat (8M) (a), asam sulfat pekat panas (b), dan aquaregia (c) (SVEHLA,
1990). Aquaregia adalah campuran asam nitrat (HNO3) dan asam klorida (HCl)
dengan perbandingan 1:3.

Reaksi :
3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(aq) + 6NO3-(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l) (a)
Cu(s) + 2H2SO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq) + SO2(g)+ 2H2O(l) (b)
3Cu(s) + 6HCl(aq) + 2HNO3(aq) 3Cu2+(aq) + 6 Cl-(aq) + 2 NO(g) + 4H2O(l) (c)

Tembaga murni memiliki warna kemerahan, memiliki titik lebur pada suhu
1038° C dan berat jenisnya sebesar 8900 kg.m-3 yang lebih besar disbanding
aluminium. Konduktivitas panas dan listrik dari tembaga masih lebih rendah
dibandingkan perak, namun 1,5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan aluminium
(BAIHAQI, 2017). Penggunaan Cu sangat luas dalam industri mulai industri kecil
hingga industri besar, baik dalam industri elektronik, mobil, radio hingga
telekomunikasi. Industri elektronik menggunakan tembaga sebagai sebagai bahan
baku kabel listrik, kawat telepon, dan hantaran transmisi.
9

Certificate Reference Material (CRM)

Bahan acuan atau Reference material (RM) dapat diartikan sebagai bahan atau
zat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang cukup homogen dan stabil yang telah
ditetapkan untuk dapat digunakan dalam pengukuran atau pengujian suatu contoh.
CRM adalah sampel standar yang telah disertifikasi dengan prosedur metrology yang
absah, disertai sertifikat yang memuat nilai sifat, ketidakpastiannya, dan pernyataan
ketertelusuran metrologinya (DARA, F. 2005). Kadar CRM ini diketahui setelah
terlebih dahulu dilakukan pengujian secara pasti di beberapa laboratorium. Fungsi
CRM adalah sebagai pengecekan kepresisian nilai uji sampel yang dihasilkan
spektrofotometer, sebagai pengecekan hasil uji setelah dilakukan standardisasi,
mengetahui kondisi spektrofotometer dalam pelaksanaan pengujian, dan sebagai
acuan dalam melakukan tindak lanjut pengujian.
Bahan acuan bersertifikat memiliki banyak kegunaan diantaranya untuk
mengontrol presisi pengukuran, memvalidasi akurasi data, memfasilitasi pengujian
yang akurat, menentukan suatu metode berada dalam kontrol selama penggunaan
rutin, dan untuk ketertelusuran nilai acuan bagi sebuah in house kontrol material.
Dapat disimpulkan bahwa bahan acuan berfungsi untuk menjamin ketertelusuran
hasil pengujian ke Sistem Internasional (SI) (DARA, F. 2005).

Total Digest

Total digest adalah metode pelarutan dengan menggunakan asam. Pelarutan


atau destruksi merupakan suatu perlakuan untuk malrutkan atau mengubah sampel
menjadi bentuk materi yang dapat diukur sehingga kandungan unsur unsur didalam
nya dapat dianalsis. Asam yang digunakan adalah asam-asam pekat campuran yaitu
asam klorida, asam nitrat, asam perklorat, dan asam fluorida dengan komposisi
tertentu (MANTIQ, A. 2016) Prosedur ini sangat efektif dalam penguraian sebagian
besar jenis mineral, termasuk silikat, oksida, dan sulfida.
10

Penetapan dengan teknik total digest dapat digunakan untuk unsur yang
memiliki konsentrasi sepuluh kali lebih besar dari limit deteksi, sehingga akan
menghasilkan akurasi dan presisi yang lebih baik dibandingkan penetapan unsur
dengan konsentrasi yang sama dengan limit deteksi.
Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat yang digunakan untuk melarutkan
analit ketika air tidak dapat melarutkannya. Asam klorida digunakan terutama untuk
melarutkan logam, oksida logam, dan karboksilat yang tidak larut dengan air. Asam
klorida tidak bereaksi dengan unsur non-logam. Merkuri, perak, emas, dan platina
tidak dapat larut dalam asam klorida.
Asam nitrat (HNO3) merupakan cairan yang memiliki aroma kuat dan bersifat
higroskopis. Asam nitrat adalah asam kuat yang bersifat korosif, tak berwarna, dan
agen pengoksidasi. Asam nitrat dapat melarutkan mineral-mineral karbonat dan
mineral sulfide serta melarutkan logam-logam seperti timbal, seng, kobalt, dan
tembaga kecuali emas dan kelompok platina. Penggunaan asam nitrat dapat dibarengi
dengan asam klorida, atau disebut dengan aqua regia. Aqua regia merupakan
campuran antara asam nitrat pekat dan asam klorida pekat dengan perbandingan
volume 1:3 yang mampu melarutkan logam logam mulia seperti emas (Au) dan
platina (Pt) (MANTIQ, A. 2016).
Asam perklorat (HClO4) merupakan asam oksidasi seperti asam nitrat. Asam
perklorat biasanya digunakan untuk mengoksidasi dan mempercepat reaksi agar
unsur-unsur logam yang terikat dalam mineral dapat segera lepas dan melarut.
Asam fluorida (HF) sangat mudah larut dalam air yang memiliki sifat yang
sangat korosif dan beracun yang dapat bereaksi dengan logam seperti tembaga, perak,
dan besi. Asam fluorida berfungsi untuk melepaskan logam-logam yang terperangkap
dalam silika karena silika larut dengan pelarut HF.

Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) merupakan suatu metode analisis


kimia secara instrumental berdasarkan penyerapan radiasi oleh atom-atom bebas pada
11

tingkat tenaga dasar. Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-
atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu. Cahaya pada
panjang gelombang tertentu memiliki energi yang cukup untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom tertentu. Absorbsi energi menyebabkan atom pada keadaan
dasar tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Nilai absorban berbanding lurus dengan
konsentrasi zat tersebut (DAY, R.A & UNDERWOOD, 2002).

Prinsip Spektrofotometri Serapan Atom

Secara singkat, prinsip kerja SSA ialah sinar polikromatis yang datang
dilewatkan melalui monokromator sehingga sinar polikromatik diubah menjadi sinar
monokromatis yang kemudian diteruskan melalui sel yang berisi sampel. Sebagian
sinar akan diserap oleh sel dan sebagian lagi akan diteruskan ke foto sel yang
berfungsi untuk mengubah cahaya menjadi energi listrik. Penyerapan tersebut
menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Energi listrik yang dihasilkan oleh foto sel memberikan sinyal pada detektor
yang kemudian akan diubah menjadi nilai serapan (absorbansi) dari zat yang
dianalisis (KHOPKAR, 2008). Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan
sebagi fungsi panjang gelombang (KHOPKAR, 2008).

Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi

Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi, menurut DAY &


UNDERWOOD (2002), jika cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan
pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian
cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan
banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel.
12

Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:

1. Hukum Lambert
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorbsi.

2. Hukum Beer
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.

Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

𝐼0
𝐴 = 𝑙𝑜𝑔 = 𝜀𝑏𝑐
𝐼𝑡

Keterangan:

lo : Intensitas sumber sinar


lt : Intensitas sinar yang diteruskan
ε : Koefisien absortivitas molar
b : Panjang medium
c : Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A : Absorbansi

Dengan:

𝐼0
𝐴 = 𝑙𝑜𝑔 = − log 𝑇
𝐼𝑡

Keterangan :

T : Transmitan

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya


berbanding lurus dengan konsentrasi atom.
13

Instrumentasi SSA

Instrumentasi SSA terdiri dari berbagai macam bagian yang masing-masing


berperan penting di dalamnya. Skema instrumentasi SSA dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Komponen-Komponen Spektrofotometri Serapan Atom (DAY JR, &


UNDERWOOD, 2002)

Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang paling banyak digunakan untuk pengukuran secara


spektrofotometri serapan atom adalah lampu katoda berongga. Lampu katoda
berongga terdiri dari dua elektroda, yaitu anoda tungsten (muatan positif) dan katoda
berbentuk silinder (muatan negative). Katoda tersebut terbuat dari logam atau dilapisi
logam dari unsur yang dianalisis (KHOPKAR, 2008).
Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi
dengan logam tertentu dan diisi dengan gas mulia (neon atau argon) bertekanan
rendah yaitu (2-5) torr (ROHMAN, 2007). Sumber radiasi dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.
14

Gambar 2. Hollow Chatode Lamp (HCL)


(APRILIA et al. 2015)

Gas Pembakar

Pada SSA dipakai dua macam gas pembakar yang bersifat oksidasi dan bahan
bakar. Gas pengoksidasi contohnya udara (O2) atau campuran O2 dengan N2O.
Sedangkan bahan bakar adalah gas alam, propana, butana, atau asetilen (C2H2).
Menurut APRILIA et al. (2015), gas asetilen yang digunakan sebagai gas
pembakar pada SSA memiliki kisaran suhu ± 2000 K, dan gas N2O yang lebih panas
dari gas asetilen memiliki kisaran suhu ± 3000 K. Jenis gas yang digunakan untuk
atomisasi pada setiap unsur tidak selalu sama, sehingga diperlukan pemilihan gas
bahan bakar (fuel) dan gas oksidan (support) tertentu, seperti yang terlihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Pemilihan Campuran Gas Pembakar SSA

Laju alir (L/menit) Suhu


Gas
No Gas fuel nyala
Oksidan
Oksidan Fuel (K)
1 Udara Propana 8 0,30-0,45 2200
2 Udara Asetilen 8 1,2-1,5 2450
3 N2O Asetilen 10 3,5-4,5 3200
Sumber: Manual book SSA PT Geoservices Ltd
15

Monokromator

Menurut ROHMAN (2007), monokromator berfungsi untuk memisahkan


radiasi dengan satu panjang gelombang dari sumber radiasi dengan berbagai panjang
gelombang (mengubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis) dan memilih
panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Monokromator terdiri dari sistem
optik yaitu celah (slit), lensa, cermin, dan prisma. Monokromator ditempatkan di
antara nyala dan detektor. Ada dua bentuk monokromator yang digunakan pada SSA
yaitu celah dan kisi (gratting) difraksi. Monokromator yang digunakan harus mampu
memberikan resolusi yang baik

Detektor

Menurut DAY JR, & UNDERWOOD (2002), detektor dalam spektrofotometer


merupakan suatu piranti (transduser) yang mengubah energi radiasi menjadi energi
listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik yang berhubungan dengan daya radiasi yang
diabsorbsi oleh permukaan yang peka. Detektor SSA tergantung pada jenis
monokromatornya, jika monokromator sederhana yang biasa dipakai untuk analisis
alkali, detektor yang digunakan adalah barrier layer cell. Detektor yang umumnya
dipakai adalah detektor tabung pengadaan atau Photo Multiplier Tube Detector
(PMTD).

Atomisasi

Atomisasi dapat dilakukan dengan nyala, untuk mengubah logam menjadi uap
atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Unsur yang dianalisis menggunakan
SSA harus berbentuk atom bebas yang dapat meyerap radiasi resonansi dari sumber
cahaya. Suhu unsur benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses
atomisasinya sempurna (KHOPKAR, 2008).
16

Atomisasi dengan nyala, bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan dalam
kamar pncampur kemudian dilewatkan menuju ke pembakar dan nyala akan
dihasilkan. Sampel dihisap masuk ke kamar pencampur, namun hanya tetesan kecil
yang sampai ke kamar pencampur akan tetapi hal ini tidak akan sempurna karna nyala
akan tersedot kembali ke dalam kamar pencampur sehingga bisa menghasilkan
ledakan. Sistem atomisasi nyala dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Sistem tomisasi Nyala SSA (KHOPKAR, 2008)

Gangguan pada SSA dan Cara Mengatasinya

Penetapan nilai serapan atom sering kali didapatkan suatu harga yang tidak
sesuai dengan konsentrasi unsur sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini
adalah faktor matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekuler yang bersifat
menyerap radiasi. Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA
yaitu dengan jalan :

 Menaikkan temperatur agar mempermudah penguraian, untuk itu dipakai gas


pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan temperatur
yang tinggi.
 Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara ekstraksi
(MULJA & SUHARMAN, 1995).
PERCOBAAN

Percobaan bertujuan mengonfirmasi kembali kehandalan metode


penetapan kadar tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil uji yang diperoleh
dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.

Waktu dan Tempat

Percobaan merupakan bagian dari kegiatan magang dan praktik kerja lapang
(PKL) yang dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Juli 2019. Bertempat di
laboratorium mineral dan metalurgi di PT Geoservices Ltd yang beralamat di
Jalan Industri Selatan 2 Blok MM1, Kawasan Industri Jababeka 2 Cikarang,
Bekasi – Indonesia 17530. Ringkasan laporan magang dan PKL dapat dilihat pada
Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan
bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah Certificate Reference Material
(CRM) Oreas 501B. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan standar induk
tembaga 1000 mg/L, asam nitrat (HNO3) 65% p.a (pro analis), asam klorida (HCl)
37% p.a, asam perklorat (HClO4) 70% p.a, asam fluorida (HF) 40% p.a, akuades
(H2O), gas oksigen (O2), gas asetilen (C2H2), dan aseton sebagai bahan pembersih
alat gelas.

Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi Spektrofotometer


Serapan Atom VARIAN SpectrAA55 series, neraca analitik Mettler Toledo,
dispensette Brand 10 mL, buret 10 mL, pipet volumetrik 10 mL; 20 mL; 25 mL;

17
18

dan 50 mL, labu takar 50 mL; 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL, pipet tetes, tabung
reaksi dan rak tabung reaksi, baki plastik (tray), spatula, bulb, teflon glass, botol
reagen Scott Duran 2000 mL, corong plastik, dan botol semprot.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pengujian, dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan meliputi pembuatan
larutan matriks, pembuatan larutan standar induk, pembuatan larutan deret
standar, dan pembuatan larutan uji. Tahap pengujian dilakukan meliputi parameter
linieritas, presisi, akurasi, LDI dan LK serta uji konfirmasi menggunakan SSA.
Tahap pengolahan data dilakukan menggunakan metode statistik dan hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang telah ditetapkan oleh
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.

Cara Kerja

Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pembuatan larutan matriks, pembuatan larutan


standar induk, pembuatan larutan deret standar, dan pembuatan larutan uji untuk
pengujian parameter linieritas, presisi, akurasi, LDI dan LK serta uji konfirmasi.
Tahap persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pembuatan Larutan Matriks HCl 25% (v/v)

Larutan HCl 37% p.a dipipet sebanyak 250 mL dan dimasukkan ke labu
takar 1000 mL, larutan dihimpitkan hingga tanda tera dengan akuades kemudian
dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan terdapat pada Lampiran 2, dan
dapat dilihat pada rumus berikut:

25
VHCl = x VLT
100
19

Keterangan:
VHCl : Volume HCl yang dipipet (mL)

VLT : Volume labu takar (mL)

Pembuatan Larutan Standar Induk Tembaga 100 mg/L

Larutan standar tembaga 1000 mg/L dipipet sebanyak 25 mL dan


dimasukkan ke labu takar 250 mL. Larutan dihimpitkan hingga tanda tera dengan
larutan matriks HCl 25% (v/v) dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
terdapat pada Lampiran 3, dan dapat dilihat pada rumus berikut:

V1 x C1 = V2 x C2

Keterangan:
V1 : Volume larutan yang dipipet (mL)
C1 : Konsentrasi larutan awal(mg/L)
V2 : Volume larutan akhir (mL)
C2 : Konsentrasi larutan akhir (mg/L)

Pembuatan Larutan Deret Standar Tembaga (0, 2, 5, 10, 20, dan 50) mg/L

Larutan standar tembaga 100 mg/L dipipet masing masing sebanyak (0,
10, 20, dan 50) mL. Larutan dimasukkan ke labu takar 100 mL kemudian
dihimpitkan hingga tanda tera dengan larutan matriks HCl 25% (v/v) dan
dihomogenkan. Konsentrasi larutan yang dihasilkan (0, 10, 20, dan 50) mg/L.
Untuk pembuatan larutan standar (1, 2, dan 5) mg/L, larutan induk tembaga (10,
20, dan 50) mg/L masing-masing dipipet sebanyak 10 mL. Larutan dimasukkan
ke labu takar 100 mL kemudian dihimpitkan hingga tanda tera dengan larutan
matriks HCl 25% (v/v) dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
terdapat pada Lampiran 4, dan dapat dilihat pada rumus berikut:

V1 x C1 = V2 x C2
20

Keterangan:
V1 : Volume larutan yang dipipet (mL)
C1 : Konsentrasi larutan awal (mg/L)
V2 : Volume larutan akhir (mL)
C2 : Konsentrasi larutan akhir (mg/L)

Pembuatan Larutan Uji Presisi

Sampel CRM OREAS 501B ditimbang teliti sebanyak (0,5±0,0010) g


menggunakan teflon glass. Sampel ditambahkan masing-masing 5 mL asam nitrat
(HNO3) 65% p.a, 5 mL asam klorida (HCl) 37% p.a, 5 mL asam perklorat
(HClO4) 70% p.a, 5 mL asam fluorida (HF) 40% p.a, lalu digest di atas hotplate
pada suhu (70 ± 5)° C hingga kering kemudian didinginkan. Sampel ditambahkan
15 mL HCl 37% p.a lalu digest hingga padatan larut kemudian didinginkan.
Larutan uji dimasukkan ke labu takar 50 mL kemudian dihimpitkan hingga tanda
tera dengan akuades dan dihomogenkan. Larutan uji dibuat sebanyak 10 kali
ulangan.

Pembuatan Larutan Uji Akurasi

Sampel CRM OREAS 501B ditimbang teliti sebanyak (0,5±0,0010) g


menggunakan teflon glass. Sampel ditambahkan masing-masing 5 mL asam nitrat
(HNO3) 65% p.a, 5 mL asam klorida (HCl) 37% p.a, 5 mL asam perklorat
(HClO4) 70% p.a, 5 mL asam fluorida (HF) 40% p.a, lalu digest di atas hotplate
pada suhu (70 ± 5)° C hingga kering kemudian didinginkan. Sampel ditambahkan
15 mL HCl 37% p.a lalu digest hingga padatan larut kemudian didinginkan.
Larutan uji dimasukkan ke labu takar 50 mL kemudian dihimpitkan hingga tanda
tera dengan akuades dan dihomogenkan. Larutan uji dibuat sebanyak 10 kali
ulangan.
21

Pembuatan Larutan untuk Uji Limit Deteksi (LDI dan LK)

Pembuatan larutan blangko pelarut

Larutan blangko dibuat sebanyak 10 kali ulangan dengan cara tambahkan


masing-masing 5 mL asam nitrat (HNO3) 65% p.a, 5 mL asam klorida (HCl) 37%
p.a, 5 mL asam perklorat (HClO4) 70% p.a, dan 5 mL asam fluorida (HF) 40% p.a
ke teflon glass lalu digest dengan hot plate pada suhu (70 ± 5)°C hingga kering.
Ditambahkan 15 mL asam klorida (HCl) 37% p.a, kemudian dimasukkan ke labu
takar 50 mL. Larutan dihimpitkan hingga tanda tera dengan akuades dan
dihomogenkan.

Pembuatan Larutan Uji Konfirmasi LDI

Pembuatan larutan standar tembaga 0,004 mg/L

Larutan standar tembaga 1 mg/L diturunkan dengan buret sebanyak 0,40


mL, dimasukkan ke labu takar 100 mL. larutan dihimpitkan hingga tanda tera
dengan larutan matriks HCl 25% (v/v) dan di homogenkan. Larutan dibuat
sebanyak 10 kali ulangan. Perhitungan pembuatan larutan uji konfirmasi dapat
dilihat pada Lampiran 5.

Tahap Pengujian

Pengujian Linieritas

Larutan deret standar tembaga yang telah dibuat konsentrasi (0, 2, 5, 10,
20, dan 50) mg/L tembaga diukur menggunakan SSA pada panjang gelombang
324,8 nm untuk unsur tembaga. Hasil pengukuran diolah secara statistika untuk
menentukan nilai koefisien korelasi (r), slope (b) dan intersep (a) menggunakan
Software Microsoft excel, kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan
yang telah ditetapkan oleh laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices
Ltd, yaitu r > 0,9950.
22

Pengujian Presisi

Larutan uji CRM yang telah dibuat, diukur menggunakan SSA pada
panjang gelombang 324,8 nm untuk unsur tembaga. Pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengukuran diolah secara statistika untuk
menentukan nilai simpangan baku relatif (%SBR) menggunakan Software
Microsoft excel, kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan yaitu
%SBR < 2/3 CV Horwitz.

Pengujian Akurasi

Larutan uji CRM yang telah dibuat, diukur menggunakan SSA pada
panjang gelombang 324,8 nm untuk unsur tembaga. Pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengukuran diolah secara statistika
menggunakan Software Microsoft excel, kemudian dibandingkan dengan rentang
syarat keberterimaan pada sertifikat CRM.

Pengujian LDI dan LK

Pengujian LDI dan LK dilakukan menggunakan larutan uji blangko yang


telah dibuat. Larutan uji diukur menggunakan SSA pada panjang gelombang
324,8 nm untuk unsur tembaga. Larutan uji blangko diukur sebanyak 10 kali
pengulangan. Hasil pengukuran diolah secara statistik menggunakan Software
Microsoft excel.

Uji Konfirmasi LDI

Uji konfirmasi dilakukan menggunakan larutan uji yang telah dibuat.


Larutan uji diukur menggunakan SSA pada panjang gelombang 324,8 nm untuk
unsur tembaga. Masing-masing konsentrasi diukur sebanyak 10 kali pengulangan.
Hasil pengukuran diolah secara statistik menggunakan Software Microsoft excel.
23

Tahap Pengolahan Data

Data hasil pengujian yang diperoleh diolah menggunakan metode


statistika. Perhitungan data pengujian linieritas, presisi, akurasi, LDI dan LK serta
uji konfirmasi, menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

Linieritas

Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi diperoleh dalam bentuk


kurva linear sehingga dapat ditentukan koefisien korelasi, slope, dan intersep.
Syarat keberterimaan pada pengukuran linieritas yaitu r ≥ 0,9950.
Persamaan garis regresi linier ditentukan dengan rumus:

y = a + bx

∑n n
i=1 xi ∑i=1 yi
∑ni=1 xi, yi −
n
r=
(∑n
i=1 xi)² (∑n
i=1 yi)²
√∑ni=1 xi2 − x √∑ni=1 yi2 −
n n

∑n n
i=1 xi ∑i=1 yi
∑ni=1 xiyi −
n
b= (∑n
i=1 xi)²
∑ni=1 xi2 −
n

∑𝑛𝑖−1 𝑦𝑖 − (𝑏 ∑𝑛𝑖−1 𝑥𝑖 )
𝑎=
𝑛

Keterangan :

a : Intersep (absorbansi)
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖
b : Slope ( )
𝑚𝑔/𝐿

r : Koefisien korelasi
n : Banyaknya ulangan
xi : Konsentrasi ulangan ke-i
yi : Absorbansi ulangan ke-i
y : Absorbansi (abs)
i : Ulangan ke-1,2,3....,n
24

Presisi

Data uji presisi yang telah diperoleh, dihitung rata-rata, simpangan baku
(SB), dan persen simpangan baku relatif (%SBR). Syarat keberterimaan pada
pengukuran presisi adalah nilai %SBR ≤ 2/3 CV Horwitz. Rumus perhitungan
sebagai berikut:

∑𝑛𝑖=1 𝑥
𝑥̅ =
𝑛
∑𝑛
𝑖−1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
SB =√ 𝑛−1
𝑆𝐵
%SBR = × 100%
𝑥̅

CV Horwitz = 2(1−0,5 log 𝑐)


Keterangan:

x̅ : Konsentrasi rata-rata (mg/Kg)


x : Konsentrasi (mg/Kg)
n : Banyaknya ulangan
SB : Simpangan baku (mg/Kg)
%SBR : Simpangan baku relatif (%)
C : Fraksi konsentrasi = rata-rata konsentrasi × 10 -6

Akurasi

Data konsentrasi yang diperoleh dari hasil pengukuran dihitung


%Recovery. Nilai %Recovery yang diperoleh dibandingkan syarat keberterimaan
rentang nilai %Recovery (95,92 - 104,08)%.

Limit Deteksi Instrumen dan Limit Kuantisasi

Data hasil pengujian LDI dan LK akan dilakukan pengolahan data sebagai
berikut:
LDI = x̅ + (3 x SB)
LK = x̅ + (10 x SB)
25

Simpangan baku dihitung menggunakan rumus :

√ ∑𝑛 ̅ )²
𝑖=1(x𝑖 −x
SB =
n− 1

Keterangan :

LDI : Limit deteksi instrumen (mg/L)


LK : Limit kuantitasi (mg/L)
SB : Simpangan baku (mg/L
i : Ulangan ke-i (1,2,3…n)
 Jumlah
x̅ : Rata-rata konsentrasi (mg/L)

Uji Konfirmasi

Data yang telah diperoleh, dihitung rata-rata, simpangan baku (SB), dan persen
simpangan baku relatif (%SBR). Rumus perhitungan sebagai berikut:

∑𝑛𝑖=1 𝑥
𝑥̅ =
𝑛
∑𝑛
𝑖−1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
SB =√ 𝑛−1
𝑆𝐵
%SBR = × 100%
𝑥̅

Keterangan:

x̅ : Konsentrasi rata-rata (mg/L)


x : Konsentrasi (mg/L)
n : Banyaknya ulangan
SB : Simpangan baku (mg/L)
%SBR : Simpangan baku relatif (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan dan pengolahan data, verifikasi metode penetapan kadar


tembaga dalam bijih tembaga dengan pelarutan asam menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Mencakup parameter linieritas, presisi,
akurasi, limit deteksi instrumen (LDI), dan limit kuantisasi (LK) dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Data Hasil Verfikasi Metode Penetapan Kadar Tembaga dan


Syarat Keberterimaan
Hasil Pengujian
Parameter Syarat Keberterimaan
Verifikasi
Linieritas (r) 0,9999 r ≥ 0,9950
%SBR (0,14%) < 2/3 CV Horwitz
Presisi (%SBR) 0,14%
(3,28%)
Akurasi (%Recovery) (96,08 - 99,61)% %Recovery (95,92 - 104,08)%
Limit deteksi Konsentrasi masih memberikan
0,004 mg/L
instrumen (LDI) respon positif

Konsentrasi masih memberikan


Limit kuantitasi (LK) 0,008 mg/L
respon positif

Dapat dilihat hasil percobaan yang terdapat pada Tabel 1, tiap-tiap


parameter dibandingkan dengan syarat keberterimaan perusahaan. Semua parameter
verifikasi selanjutnya akan dibahas satu persatu berikut ini.

Linieritas

Linieritas menunjukkan hubungan antara konsentrasi analit dengan respon


instrumen. Pengujian liniearitas bertujuan mengetahui kemampuan metode
analisis dalam memberikan respon yang proporsional atau sebanding antara
konsentrasi terukur dengan respon instrumen (absorbansi) pada rentang
konsentrasi tertentu yang ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi (r).
Pengujian dilakukan dengan mengukur deret standar dari konsentrasi rendah
hingga konsentrasi tinggi.
26
27

Linieritas hasil pengujian dinyatakan dengan persamaan garis regresi y = a


+ bx. Persamaan regresi tersebut digunakan untuk menghitung konsentrasi dari
absorbansi terukur dalam percobaan. Kurva linieritas deret standar tembaga dapat
dilihat pada Gambar 4.

1.200
y = 0,0193x + 0,0045
1.000
r = 0,9999
Absorbansi (Abs)

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0 10 20 30 40 50 60

Konsentrasi Deret Cu (mg/L)

Gambar 4. Kurva Linieritas Tembaga

Hasil pengujian linieritas diperoleh persamaan regresi yaitu y = 0,0045 +


0,0193x dengan nilai intersep (a) sebesar 0,0045 satuan absorbansi dan nilai slope
absrobansi
(b) sebesar 0,0193 satuan /mg/L, serta nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,9999. Nilai intersep sebesar 0,0045 menunjukkan bahwa ketika konsentrasi (x)
tembaga bernilai nol (0) mg/L maka nilai absorbansinya sama dengan intersep
yaitu sebesar 0,0045 satuan absorbansi. Nilai slope sebesar 0,0193 menunjukkan
bahwa ketika konsentrasi tembaga naik satu satuan konsentrasi maka nilai
absorbansinya naik sebesar 0,0193 kali konsentrasi.
Koefisien korelasi (r) yang dihasilkan sebesar 0,9999. Nilai r yang
mendekati angka satu (1) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat dan
linier antara konsentrasi terukur dan respon instrumen (absorbansi). Nilai r yang
positif (ditandai dengan kurva yang miring ke kanan) menunjukkan bahwa
hubungan antara konsentrasi terukur dan respon instrumen (absorbansi)
berbanding lurus, artinya ketika konsentrasi naik maka absorbansinya juga akan
naik.
28

Nilai r tersebut telah memenuhi syarat keberterimaan yang ditetapkan oleh PT


Geoservices Ltd, yaitu r ≥ 0,9950. Perhitungan pengujian linieritas dapat dilihat
pada Lampiran 6.

Presisi

Pengujian presisi pada percobaan ini dilakukan berdasarkan uji


repitibilitas, yaitu menguji sampel yang sama dengan kondisi dan metode yang
sama, serta dalam interval waktu yang singkat. Presisi diukur sebagai persen
simpangan baku relatif (%SBR) untuk melihat kedekatan hasil pengujian dari
setiap ulangannya dalam suatu metode. Data hasil pengujian presisi unsur
tembaga terhadap konsentrasi CRM dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengujian Presisi Unsur tembaga terhadap Konsentrasi


CRM
Konsentrasi
Absorbansi Kadar Cu
Ulangan Cu terukur
(abs) (mg/Kg)
(mg/L)
1 25,380 0,523 2537,493
2 25,370 0,523 2535,986
3 25,380 0,524 2538,000
4 25,340 0,522 2532,987
5 25,350 0,523 2534,493
6 25,370 0,525 2537,000
7 25,360 0,527 2534,986
8 25,370 0,524 2536,493
9 25,280 0,524 2527,495
10 25,300 0,522 2528,988
Rata-rata 2534,392
SB 3,582
%SBR 0,14
2/3 CV Horwitz 3,28
Syarat Keberterimaan %SBR (0,14%) < 2/3 CV
Horwitz (3,28%)

Hasil pengujian parameter presisi telah memenuhi syarat keberterimaan


yaitu %SBR (0,14%) < 2/3 CV Horwitz (3,28%). Menurut SUMARDI (2002),
persen simpangan baku relatif (%SBR) menggambarkan ketelitian suatu metode.
29

Nilai %SBR ≤ 1% menunjukkan bahwa metode tersebut memiliki ketelitian yang


sangat tinggi. Perhitungan uji presisi dapat dilihat pada Lampiran 7.

Akurasi

Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui kedekatan hasil analisis (terukur)


dengan nilai yang sebenarnya (teoritis) yang ditunjukkan melalui nilai perolehan
kembali. Data hasil uji akurasi pengujian unsur tembaga terhadap konsentrasi
CRM dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengujian Akurasi Unsur Tembaga terhadap Konsentrasi


CRM
Konsentrasi Cu Absorbansi Kadar Cu
Ulangan %Recovery
terukur (mg/L) (abs) (mg/Kg)
1 25,250 0,522 2523,990 97,20
2 24,950 0,515 2495,000 96,08
3 25,200 0,522 2518,992 97,01
4 25,870 0,527 2586,483 99,61
5 25,750 0,526 2573,970 99,13
6 25,310 0,522 2529,988 97,43
7 25,730 0,526 2573,000 99,09
8 24,981 0,517 2497,600 96,18
9 25,340 0,523 2532,987 97,55
10 25,630 0,526 2563,000 98,70
Rata-rata 2539,501 97,80
Rentang nilai %Recovery (96,08 - 99,61)%

Rentang Nilai Keberterimaan %Recovery (95,92 - 104,08)%

Data hasil uji pada Tabel 5, dapat diketahui rata-rata kadar Cu yang
diperoleh dari pengukuran larutan uji akurasi sebanyak sepuluh kali ulangan
adalah sebesar 2539,501 mg/Kg. Hasil pengujian akurasi juga diperoleh rata-rata
nilai %Recovery unsur Cu sebesar 97,80%, dengan rentang nilai %Recovery
(96,08 - 99,61)%. Nilai %Recovery idealnya adalah 100% namun nilai yang
diperoleh cenderung berada dibawah 100%. Nilai %Recovery yang berada
dibawah 100% menandakan terjadinya kesalahan sistematik.
30

Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang berasal dari pengaruh-


pengaruh yang dapat diketahui dengan pasti atau ditimbulkan oleh adanya faktor
tetap yang mengakibatkan hasil pengujian cenderung lebih tinggi atau lebih
rendah dari nilai sebenarnya (true value). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesalahan sistematik yaitu kelemahan metode pengujian, ketidakstabilan peralatan
atau instrumentasi, atau kurang kompetennya personil laboratorium (HADI,
2009).
Kesalahan sistematik yang terjadi diantaranya adalah terlalu lama
pemanasan pada proses digest yang berakibat sampel ada yang menguap melewati
batasnya. Suhu pemanasan pada proses digest yang tidak stabil. Efek tersebut
dapat diminimalisir dengan cara melakukan kontrol terhadap suhu, kemudian
pengangkatan sampel secara cepat (tepat waktu). Kesalahan sistematik lain yang
terjadi adalah penambahan pelarut asam yang berlebihan dan menyebabkan
sampel menjadi encer, sehingga kadar dari unsur Cu menjadi rendah. Hasil
%Recovery yang berada diatas 100% umumnya disebabkan karena adanya
kontaminasi terhadap sampel. Akurasi dari suatu hasil pengujian dapat
dipengaruhi oleh kesalahan acak dan juga sistematik. Perhitungan uji akurasi
dapat dilihat pada Lampiran 8.
Keseluruhan nilai %Recovery yang diperoleh dengan rentang (96,08 -
99,61)% telah memenuhi syarat keberterimaan rentang nilai %Recovery (95,92 -
104,08)%. Nilai kadar Cu secara teoritis dapat dilihat dalam sertifikat CRM pada
Lampiran 9.
31

Limit Deteksi Instrumen (LDI) dan Limit Kuantisasi (LK)

LDI merupakan batas minimum konsentrasi analit dalam sampel yang


masih dapat terdeteksi oleh instrumen tanpa harus terkuantitasi dengan syarat
respon positif. LK merupakan batas minimum konsentrasi analit dalam sampel
yang masih dapat terdeteksi dan harus terkuantitasi. Pengujian LDI dan LK
dilakukan dengan mengukur larutan blangko pelarut. Data hasil uji LDI dan LK
unsur tembaga dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengujian LDI dan LK terhadap Konsentrasi tembaga


Terendah
Konsentrasi
Absorbansi
Ulangan Cu terukur
(abs)
(mg/L)
1 0,001 0,003
2 0,001 0,003
3 0,000 0,003
4 0,001 0,003
5 0,000 0,002
6 0,000 0,003
7 0,001 0,003
8 0,000 0,002
9 0,000 0,002
10 0,001 0,003
Rata-rata 0,003
SB 0,0005
LDI (x̅ + 3SB) 0,004
LK (x̅ + 10SB) 0,008

Percobaan terhadap pembacaan blangko pelarut didapat data konsentrasi


terukur yang digunakan untuk menghitung LDI dan LK. Dapat dilihat pada Tabel
6 menunjukkan bahwa nilai LDI teoritis unsur Cu sebesar 0,004 mg/L. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi analit terkecil yang dapat terdeteksi oleh
instrumen yaitu sebesar 0,004 mg/L.
Nilai LK teoritis unsur Cu yang diperoleh sebesar 0,008 mg/L. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi terendah yang dapat ditetapkan secara
kuantitatif dengan presisi yang dapat diterima yaitu sebesar 0,008 mg/L. Nilai LK
menunjukkan nilai yang dipercaya untuk konsentrasi analit yang terkuantitasi dan
32

dapat terukur oleh alat, yang artinya pengukuran dibawah 0,008 mg/L akan
memiliki ketidakpercayaan yang tinggi sehingga disarankan pengukuran sampel
harus diatas 0,008 mg/L. Data perhitungan LDI dan LK ada pada Lampiran 10.

Uji Konfirmasi Limit Deteksi Instrumen (LDI)

Nilai limit deteksi yang diperoleh dari hasil perhitungan harus dilakukan
uji konfirmasi. Pengujian tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa nilai limit
deteksi instrumen yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah benar
(RIYANTO, 2014). Data hasil uji konfirmasi terhadap nilai limit deteksi
instrumen dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Data hasil uji konfirmasi nilai LDI

Konsentrasi
Konsentrasi Absorbansi
Ulangan Cu terukur
Cu (mg/L) (abs)
(mg/L)
1 0,004 0,002 0,003
2 0,004 0,001 0,004
3 0,004 0,002 0,004
4 0,004 0,001 0,004
5 0,004 0,002 0,003
6 0,004 0,002 0,004
7 0,004 0,002 0,003
8 0,004 0,001 0,003
9 0,004 0,002 0,004
10 0,004 0,001 0,004
Jumlah 0,036
Rata-rata 0,004

Data pengujian pada Tabel 7, hasil perhitungan rata-rata konsentrasi


terukur sebebsar 0,004 mg/L sehingga nilai LDI yang diperoleh benar sebesar
0,004 mg/L. Setiap ulangan memberikan respon yang positif, maka nilai LDI telah
memenuhi syarat keberterimaan yaitu respon positif serta sesuai dengan LDI
teoritis sehingga nilai LDI dapat diterima. Perhitungan uji konfirmasi LDI dapat
dilihat pada Lampiran 11.
SIMPULAN

Simpulan

Hasil verifikasi metode penetapan kadar tembaga dalam bijih tembaga


dengan pelarutan empat asam menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) berdasarkan in-house method PT Geoservices Ltd yang mengacu pada SNI
13-6974-2003, telah memenuhi syarat keberterimaan yang ditetapkan di PT
Geoservices Ltd. Metode tersebut dapat digunakan untuk analisis rutin di
laboratorium mineral dan metalurgi PT Geoservices Ltd.

Saran

Hasil uji nilai Limit kuantitasi (LK) belum dilakukan uji konfirmasi. Perlu
dilakukan uji konfirmasi terhadap nilai LK untuk memastikan kebenaran nilaik
LK yang didapat dari hasil perhitungan.

33
DAFTAR PUSTAKA

APRILIA, D. S. R., D. RAHAYU & D. R. RETNO. A. K. 2015.


Spektrofotometer Serapan Atom
http://www.academia.edu/13867003/Spektrofotometri_Serapan_Atom_AA
S_ [diakses pada 03 September 2019 pukul 22.52 WIB].

BADAN STANDARDISASI NASIONAL. 2003. SNI 13-6974-2003 tentang


Percontohan batuan sulfide – Penentuan kadar Pb, Cu, Zn, Fe, Mn, dan
Cd dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). BSN. Jakarta.

BAIHAQI, M. Y. 2017. Pengaruh Penambahan Unsur Seng (Zn) terhadap Sifat


Kekerasan Paduan Cu-Zn untuk Aplikasi Elektroda Las. Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

DARA, F. 2005. Bahan Acuan (Reference Material).


http://kimia.lipi.go.id/news/read/bahan-acuan-reference-material.[diakses
pada 03 September 2019 pukul 22.50 WIB].

DAY, R. A. & A. L. UNDERWOOD. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.


Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Iis Sopyan, M.Eng. Erlangga. Jakarta.

EDWARDO, R. 2008. Analisis Base Metal (Ag, Cu, Pb, Zn) dalam Sampel Emas
(Rock) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Jurusan
Kimia FMIPA UI. Depok.

HADI, A. 2014. Kesalahan Acak dan Kesalahan Sistematika (Systematic and


Random Error). http://www.infolabling.com/2015/07/kesalahan-acakdan
kesalahan.html#.WW79o9TyvIU [diakses pada 19 Juli 2018 pukul 19.55
WIB].

HARMITA. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara


Perhitungannya. Jurnal Majalah. Ilmu Kefarmasian. Departemen Farmasi
FMIPA UI. 1:3.

KHASANI. 2003. Prosedur Alat-alat Kimia. Liberty. Yogyakarta.

KHOPKAR, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan A


Saptorahardjo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

MANTIQ, A. 2016. Destruksi. https://bisakimia.com/2016/05/09/Destruksi/


[diakses pada 03 September 2019 pukul 22.52 WIB].

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK


INDONESIA. 2012. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
RI. Kepala Biro Hukum dan Humas. Jakarta.

34
35

MULJA, M. & SUHARMAN. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University


Press. Surabaya.

NATA. 2013. Guidelines for the validation and verification of quantitative and
qualitative test methods. Issued: August 2004 amanded and reissued:
December 2006, April 2009, March 2012, Juni 2012, October 2013.

RIYANTO. 2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC
17025 Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Deepublish. Yogyakarta.

ROHMAN, A. 2007. Kimia Farmasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

SUMARDI. 2002. Validasi Metode Pengujian. Pusat Standardisasi dan


Akreditasi Sekretariat Jendral Pertanian. Jakarta.

SVEHLA, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian I. Diterjemahkan oleh Ir. L. Setiono, Dr. A. Hadyana
dan Pudjaatmaka. Edisi Kelima. Edisi Kelima. PT Kalman Media
Pustaka. Jakarta.

You might also like