You are on page 1of 47

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN CODE

BLUE TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA


KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL LUAR

Disusun oleh:

HAVIDA VORTUNA FAMOSA


2011604045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN CODE
BLUE TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA
KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL LUAR

Disusun oleh:

HAVIDA VORTUNA FAMOSA


2011604045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

H UBUNG AN TING K AT P ENG ETAH UAN CODE BLUE


TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
HAVIDA VORTUNA FAMOSA
2011604045

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Proposal


Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh : Muhaji, S.Kep., Ners., M.Si., M.Tr.Kep

Tanggal : ................................................................

Tanda tangan : ................................................................


HALAMAN PENGESAHAN

H UBUNG AN TING K AT P ENG ETAH UAN CODE BLUE


TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
HAVIDA VORTUNA FAMOSA
2011604045

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada Tanggal : …………………………2023

Dewan Penguji :
Penguji I : Ratih Kusuma Dewi, S. Kep., Ns., M. Biomed

Penguji II : Muhaji, S.Kep.,Ns., M.Si., M.Tr.Kep

Mengetahui,
Ketua Prodi Keperawatan Anestesiologi
Program Sarjana Terapan

dr. Joko Murdiyanto, Sp.An., MPH., FisQua


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan rahmat-Nya dan dukungan dari orang tua serta pembimbing,
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta” dengan tepat waktu. Proposal skripsi ini
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapakan gelar sarjana terapan
kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi ini kupersembahkan
untuk:
1. Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep,. Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. dr. Joko Murdiyanto, Sp. An., MPH., FisQua selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
4. Ratih Kusuma Dewi, S. Kep., Ns., M. Biomed selaku penguji I, terimakasih
sudah meluangkan waktu dan memberi masukan serta perbaikan dalam proses
penyusunan proposal skripsi ini setulus hati.
5. Muhaji, S.Kep.,Ners., M.Si., M.Tr.Kep selaku pembimbing dan penguji II,
terimakasih sudah meluangkan waktunya dan membimbing penulis dengan
sabar dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.
6. Direktur RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta, terimakasih karena
telah memberikan izin sehingga peneliti dapat melakukan penelitian untuk
menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Orang tua, serta adik yang selalu memberikan support dan doanya selama ini.
Terimakasih banyak.
8. Akhir kata, ucapan terimakasih dari penulis untuk semua orang yang terlibat
dalam proses awal kuliah sampai proses penyelesaian proposal skripsi ini,
semoga proposal skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis menyadari dalam menyusun proposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik san saran yang
bersifat membangun dari semua pihak.
Yogyakarta, 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................4
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................5
F. Keaslian Penelitian............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9
A. Tinjauan Teoritis................................................................................................9
B. Tinjauan Islami................................................................................................18
C. Kerangka Teori................................................................................................19
D. Kerangka Konsep.............................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................22
A. Rancangan Penelitian.......................................................................................22
B. Variabel Penelitian...........................................................................................22
C. Definisi Operasional Penelitian.......................................................................22
D. Populasi dan Sampel........................................................................................23
E. Etika Penelitian................................................................................................24
F. Alat dan Metode Pengumpulan.......................................................................25
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................................27
H. Rencana Jalannya Penelitian............................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian dan Perbedaan Penelitian.............................................6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori.......................................................................................19


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep...................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gawat merupakan keadaan yang mengancam nyawa, sedangkan darurat

merupakan tindakan penanganan atau tindakan segera. Kegawatdaruratan

merupakan suatu kondisi darurat di mana penderita membutuhkan bantuan dengan

cepat, tepat, dan tanggap agar tidak terjadi kecacatan dan kematian (dessy

suswitha, 2020). Kegawatdaruratan juga dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,

serta sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah

tersebut (gusti Ketut gede, 2019).

Code blue merupakan kode prosedur yang digunakan untuk kondisi gawat

darurat, dimana ditemukannya korban yang mengalami henti jantung (cardiac

arrest) atau henti napas (respiratory arrest) dan situasi darurat lainnya yang

menyangkut nyawa pasien, dimana keadaan ini pasien membutuhkan resusitasi

atau sebaliknya membutuhkan perhatian medis segera (Eroglu et al., 2014).

Menurut American Heart Association dalam Penelitian dan Pengembangan

Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118 (2012), menjelaskan bahwa penanganan

cepat untuk cardiacrespiratory arrest atau henti jantung paru-paru adalah 3 – 5

menit setelah pasien terserang henti jantung untuk mendapatkan segera

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dan defibrilasi dengan alat medis

Automatic External Defibrillator (AED) (Widya Mulya, 2019).

Prevalensi tentang code blue korban henti jantung di dalam rumah sakit

Prevalensi kejadian henti jantung di dunia yang terjadi di dalam rumah sakit

berkisar antara 0,5% hingga 2%. Studi yang dilakukan di Australia dan New

Zealand menunjukkan angka kejadian henti jantung di rumah sakit berkisar 2-6

1
2

kasus per 1.000 pasien yang dirawat di rumah sakit (Fennessy et al.,2016).

Prevalensi henti jantung di Indonesia menurut Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesi (PERKI) berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang

berusia dibawah 35 tahun pertahunnya mencapai 300.00 – 350.000 kejadian

Berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan

Gawat Darurat Terpadu. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan. Pelayanan Gawat Darurat adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh

Korban/Pasien Gawat Darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa

dan pencegahan kecacatan.

Henti jantung merupakan keadaan gawat darurat jika tidak ditangani secara

cepat dan tepat akan menyebabkan kematian. Ketika jantung berhenti berdetak

tidak aka nada aliran darah, sehingga oksigen tidak dapat dialirkan ke seluruh

tubuh. Kerusakan otak mungkin terjadi jika tidak ditangani 3-5 menit.

Solusi Penanganan yang tepat adalah satu jam pertama waktu penanganan

penyelamatan korban, penanganan ini dapat menekan sampai 85% dari angka

kematian (Suci Mustika, 2021).

Kesiapsiagaan didefinisikan sebagai kesiapan dalam bentuk upaya

menghadapi bencana yang telah dilakukan dengan langkah-langkah efektif

(Mardiatno, 2018). Hal-hal yang perlu dalam kesiapsiagaan adalah pengetahuan

tentang ancaman yang terjadi disekitar, mengetahui cara melindungi diri dan

melakukan upaya perlindungan diri dan orang lain serta faktor dukungan dari

orang terdekat dan lingkungan (BNPB, 2018).

Pengetahuan merupakan hasil dari ketahui serta ini terjalin setelah seorang

melaksanakan penginderaan terhadap sesuatu objek. Penginderaan terjalin lewat


3

panca indera manusia, ialah pengelihatan, rungu, penciuman, rasa, serta raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata serta kuping.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Nasir, 2021).

Peneliti menilai bahwa pengetahuan code blue terhadap kesiap siagaan

perawat dalam penanganan pasien emergency di IGD . Pengetahuan code blue

serta kesiap siagaan penanganan pasien emergency sangat di perlukan sebagai

upaya yang efektif sehingga pasien bisa terselamatkan. Hal ini mendorong peneliti

untuk meneliti Hubungan Tingkat Pengetahuan Code blue Terhadap Kesiap

Siagaan Perawat Dalam Penanganan Pada Pasien Emergency di IGD RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Tingkat Pengetahuan Code Blue

Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah

Gamping Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan Tingkat

Pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di IGD RS

PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan

Tenaga Kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.


4

b. Mengetahui kesiap siagaan tenaga kesehatan di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

c. Mengetahui keeratan hubungan tingkat pengetahuan code blue terhadap

kesiap siagaan tenaga kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat RS PKU Muhammadiyah Gamping

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu yang dapat

dibagikan kepada tenaga kesehatan yang lain sebagai pengetahuan sesama

tenaga kesehatan dalam menghadapi terjadinya code blue.

2. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan pengetahuan

di rumah sakit serta berkelanjutan dalam memberikan pengetahuan serta

keterampilan tenaga kesehatan dalam penanganan code blue.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai informasi dan sumber penelitian lanjutan khususnya

tentang tingkat pengetahuan code blue terhadap kesiapsiagaan tenaga

kesehatan di rumah sakit.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah tentang pengetahuann

perawat khususnya mengetahui Tingkat Pengetahuan Code Blue Terhadap

Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping

Yogyakarta.
5

2. Ruang Lingkup Subyek

Ruang lingkup subyek penelitian pada tenaga kesehatan di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogykarta

3. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini yaitu dilakukan di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta, karena rumah sakit tersebut sangat

berpotensi untuk dilakukan penelitian tentang pengetahuan code blue .

4. Ruang Lingkup Waktu

Ruang linkup waktu dalam penelitian ini yaitu dilaksanakan mulai dari Agustus

2022 sampai dengan November yaitu dimulai dari penyusunan proposal sampai

laporan hasil penelitian.


6

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan code blue terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan di IGD RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Hal ini terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian dan Perbedaan Penelitian
Nama dan Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan
Pengalaman Perawat Dalam Penelitian ini menggunakan metode Penelitian didapatkan empat tema Persamaan pada penelitian ini
Penatalaksanaan Pengaktifan penelitian kualitatif dengan utama yaitu Pemahaman perawat terdapat pada variabel terikat.
Code blue System Pada Kasus pendekatan deskriptif tentang henti nafas dan henti Perbedaan penelitian ini terdapat
Pasien Henti Nafas dan Henti penomenologi. Partisipan yang jantung, Pemahaman perawat pada RSUD Wangya Denpasar serta
Jantung di RSUD Wangya digunakan pada penelitian ini tentang code blue system, perbedaan tempat, jumlah populasi
Denpasar adalah sebanyak lima orang, Penerapan pengaktifan code blue dan Teknik pengambilan sampel.
dengan tehnik purposive sampling. system dan Hambatan dan solusi
dalam pengaktifan code blue
system

Gambaram Pengetahuan dan Penelitian ini menggunakan Hasilnya mayoritas responden Persamaan pada penelitian ini
Penanganan Perawat Sebagai deskriptif retrospektif metode. berusia lanjut 26-35 tahun terdapat pada variabel bebas.
First Responder Pada Kejadian Pengambilan data dengan sebanyak 39 responden (46,4%) Perbedaan penelitian ini terdapat
In Hospital Cardiac Arest menganalisa tim code blue sebagian besar perempuan 78 pada RS Semarang serta perbedaan
(IHCA). dokumen Januari 2022 dengan responden (92,9%), dengan tempat, jumlah populasi dan Teknik
kriteria perawat sedang responden pendidikan Diploma 51 responden pengambilan sampel.
pertama dari pasien yang dialami (60,7%) dan Perawat profesional 33
oleh jantung penangkapan, lembar responden (39,3%) dan 43
kuesioner yang digunakan dan responden (51,2%) pernah
wawancara dengan perawat pengetahuan baik, 38 responden
responden pertama pada kejadian (45,2%) cukup pengetahuan dan
serangan jantung di Januari 2022 penanganan henti jantung sudah
(84 responden) baik sebanyak 66 responden
(78,5%). Sebanyak 54 responden
(64,3%) telah mengikuti pelatihan
BLS & BTCLS dan 30 responden
7

(35,7%) telah bergabung dengan


BLS, BTCLS & ACL
Gambaran Tingkat Jenis penelitian ialah deskriptif Hasil penelitian mendapatkan Persamaan pada penelitian ini
Pengetahuan Perawat Tentang dengan desain potong lintang. Data sebanyak 27 perawat (29,67%) terdapat pada variabel bebas.
Code blue System di RSUP demografi dan hasil pengukuran mempunyai tingkat pengetahuan Perbedaan penelitian ini terdapat
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menggunakan alat ukur kuesioner. tentang code blue system dengan pada RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Data diambil melalui kuesioner kategori tinggi; 23 perawat Manado serta perbedaan tempat,
yang berisikan pernyataan benar- (25,28%) dengan kategori cukup jumlah populasi dan Teknik
salah yang harus dijawab dengan tinggi; 24 perawat (26,37%) dengan pengambilan sampel.
tepat oleh setiap responden. Sampel kategori rendah; dan 17 peerawat
penelitian dipilih dengan cara (18,68%) dengan kategori sangat
cluster sampling dan menggunakan rendah.
rumus Slovin sehingga didapatkan
91 responden. Responden diambil
dari beberapa ruang rawat inap di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado
Perssamaam pada penelitian ini
Hasil penelitian yang diperoleh terdapat pada variabel terikat.
penelitian adalah rancangan yaitu pengetahuan baik 28 orang
korelasional dengan pendekatan Perbedaan pada penelitian ini
Hubungan Pengetahuan dan (51,9%), sikap cukup 30 orang terdapat pada lokasi dan jumlah
Sikap Perawat Dengan Perilaku cross sectional. Jumlah sampel (55,6%) yang memiliki perilaku
pada penelitian sebanyak 54 orang sampel.
Aktivasi Indikator Code Blue di baik yaitu 25 orang (46,3%).
Ruangan Internis Rumah Sakit perawat dengan pengambilan Berdasarkan uji statistik regresi
Santa Elizabeth Medan Tahun sampel menggunakan teknik linear menunjukkan bahwa ada
2018 (Srinta Decy purposive sampling. hubungan pengetahun dan sikap
Chrisna.2018) perawat dengan perilaku aktivasi
indikator code blue diterima karena
memiliki nilai p = 0,001 (p < 0,05).

Hasil penelitian didapatkan jumlah


Desain penelitian menggunakan responden yang didapatkan tidak Persamaan pada penelitian ini
cross sectional dengan populasi sesuai dengan hasil perhitungan terdapat pada variabel terikat.
Hubungan Antara Karakteristik perawat riwat inap. Penentuan yaitu sebanyak 87 responden Perbedaan
Perawat Dengan Pengetahuan sampel dilakukan dengan metode memiliki mayoritas karakteristik
8

Code Blue Di Ruang Rawat Inap purposive sampling sejumlah 120 usia rentang usia 26-35 tahun yaitu
Rsud Dr. Soekardjo Tasikmalaya perawat. 40 perawat (46%), jenis kelamin
( perempuan sebesar 73 perawat
(83,9%)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kegawatdaruratan

a. Definisi Kegawatdaruratan

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu

mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan

ancaman nyawa korban. Jadi darurat adalah keadaan yang mengancam

nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan

bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016).

Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya yang

sangat padat saja, tapi juga dalam lingkup keluarga dan pemahaman pun

sering terjadi. Misalnya, seorang yang habis melakukan olahraga tiba-tiba

terserang penyakit jantung, seorang yang makan tiba-tiba tersedak, seorang

yang sedang membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit ular berbisa,

dan sebagainya. Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan

menit bahkan detik, sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua

masyarakat tentang pertolongan pertama pada gawat darurat. Pertolongan

pertama pada gawat darurat adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang

dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan

pasien dari kematian (Sutawijaya, 2009).


10

b. Tujuan pelayanan gawat darurat

Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital

maupun in hospital ataupun post hospital, oleh karena itu tujuan dari

pertolongan gawat darurat ada tiga yaitu:

a. Pre Hospital

Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan

orang awam khusus ataupun petugas kesehatan diharapkan dapat

melakukan tindakan penanganan berupa:

1) Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang

berisiko menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca yang

masih menggantung dan lain-lain.

2) Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi gawat darurat

serta memberikan pertolongan pertama sebelum petugas kesehatan

yang lebih ahli datang untuk membantu

3) Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara

4) Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih

aman atau dikirim ke pelayanan kesehatan yang sesuai kondisi korban

5) Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan

melalui pelatihan siaga terhadap bencana

b. In Hospital

Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong

korban oleh petugas kesehatan. Tujuan pertolongan di rumah sakit

adalah:

1) Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai

dengan kondisinya
11

2) Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut

(BHL)

3) Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamika yang

akurat

4) Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah kembali ke

masyarakat setidaknya setara bila dibanding bencana menimpanya

5) Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban mengenali

kondisinya dengan segala kelebihan yang dimiliki

c. Post Hospital

Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan

sudah tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat

ada yang terjadi setelah diberikan pelayanan di rumah sakit, contohnya

korban perkosa. Korban perkosa mengalami gangguan trauma psikis

yang mendalam seperti, merasa tidak berharga, harga diri rendah,

sehingga mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri.

Tujuan diberikan pelayanan dalam rentang post hospital adalah:

1) Mengembalikan rasa percaya diri pada korban

2) Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh

dan berkembang

3) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-orang terdekat

dan masyarakat yang lebih luas

4) Mengembalikan pada permanen sistem sebagai tempat kehidupan

nyata korban

5) Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa

yang akan datang (Hutabarat & Putra, 2016).


12

c. Tujuan penanggulangan gawat darurat

Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah :

a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga

dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.

b. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk

memperoleh penanganan yang lebih memadai.

c. Penanggulangan korban bencana

Penolong harus mengetahui penyebab kematian agar dapat mencegah

kematian. Berikut ini penyebab kematian, antara lain:

a. Mati dalam waktu singkat (4-6 menit)

1) Kegagalan sistem otak

2) Kegagalan sistem pernapasan

3) Kegagalan sistem kardiovaskuler

b. Mati dalam waktu lebih lama (perlahan-perlahan)

1) Kegagalan sistem hati

2) Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)

3) Kegagalan sistem pankreas (Krisanty et al., 2016)

2) Tenaga kesehatan

a. Definisi

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 yang dimaksud dengan tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan dalam bidang kesehatan jenis tertentu yang memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Anna Kurniati dan

Ferry Efendi pengertian tenaga kesehatan adalah setiap orang yang


13

memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal yang

mendedikasikan diri dalam berbagai upaya yang bertujuan mencegah,

mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan.

b. Jenis-jenis tenaga kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

pasal 11 pengelompokan Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Tenaga medis meliputi dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi

spesialis.

b. Tenaga psikologi klinis ialah psikolog klinis.

c. Tenaga keperawatan terdiri atas berbagai jenis perawat.

d. Tenaga kebidanan ialah bidan.

e. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

f. Tenaga kesehatan masyarakat terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga

promosi, kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,

tenaga administrasi dan, kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan

kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.

g. Tenaga kesehatan lingkungan terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,

entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

h. Tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien.

i. Tenaga keterapian fisik terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis

wicara, dan akupunktur.

j. Tenaga keteknisian medis terdiri atas perekam medis dan informasi

kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis

optisien/ optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan

mulut, dan audiologis.


14

k. Tenaga teknik biomedika terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli

teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan

ortotik prostetik.

l. Tenaga kesehatan tradisional terdiri atas tenaga kesehatan tradisional

ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.

m. Tenaga kesehatan lain terdiri atas tenaga kesehatan yang ditetapkan

oleh Menteri yang membindangi urusan kesehatan.

c. Peran tenaga kesehatan

Menurut Potter dan Perry (2007) macam-macam peran tenaga

kesehatan dibagi menjadi beberapa, yaitu :

1. Sebagai komunikator Komunikator adalah orang yang memberikan

informasi kepada orang yang menerimanya. Menurut Mundakir (2006)

komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampaikan

pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak

lain yang menerima pesan (komunikan) tersebut memberikan respons

terhadap pesan yang diberikan. Proses dari interaksi antara komunikator

ke komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama proses

komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir

secara utuh, karna tidak cukup hanya dengan mengetahui teknik

komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga sangat penting untuk

mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.

Sebagai seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan

informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi sangat

diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya


15

pengetahuan dan sikap masyarakat yang salah terhadap kesehatan dan

penyakit. (Mandriwati, 2017).

2. Sebagai motivator

Peran tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran

lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi,

arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang

dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan

(Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai

motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan

pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk

mengenali masalah yang dihadapi, dan dapat mengembangkan

potensinya untuk memecahkan masalah tersebut (Novita, 2013).

3. Sebagai fasilitator

Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam

suatu forum dan memberikan kesempatan pada pasien untuk 16 bertanya

mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator

tidak hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja, tetapi

seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator

secara khusus, sepertimenyediakanwaktu dan tempat ketika pasien ingin

bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Sardiman, 2017)

4. Sebagai konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain

dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui

pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-

perasaan klien (Depkes RI, 2016).


16

3) Kesiapsiagaan

a. Definisi kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan

pemerintah, organisasi, keluarga, dan individu untuk mampu

menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna untuk

mengurangi kerugian maupun korban jiwa. Termasuk kedalam

tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan

bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil. Konsep

kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan

untuk melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat

bencana secara cepat dan tepat (Natalia et al., 2020).

b. Tingkat Kesiapsiagaan Kondisi darurat

Penanganan kondisi darurat dan/atau bencana dilakukan

berdasarkan tingkatan kesiapsiagaan. Untuk kejadian adanya bencana

wabah/endemic atau pandemik maka tingkatannya mengikuti

kebijakan Rumah Sakit dan juga mengacu dari kebijakan pemerintah

pusat (Mukhsal Mahdi, Mudatsir, 2014).

Status kondisi darurat Istilah dalam bahasa penjelasan


I Awas/ Merah Kondisi darurat dan/atau
bencana yang dapat
diselesaikan dengan
bantuan pihak luar
II Siaga/Orange Kondisi darurat dan/atau
bencana yang dapat
diselesaikan oleh internal
Rumah Sakit
III Waspada/kuning kondisi darurat dan/atau
bencana yang dapat
diselesaikan oleh satuan
kerja/unit/instalasi terkait
17

4) Pasien Emergency

Orang yang berada dalam ancaman kematian dan kecacatan yang

memerlukan tindakan medis segera. Pada pasien dengan kondisi gawat

darurat yang mengancam nyawa/fungsi vital dengan penanganan dan

pemindahan bersifat segera, antara lain: gangguan pernapasan, gangguan

jantung dan gangguan kejiwaan yang serius. Non Emergency Pada prioritas

III yaitu Pasien gawat darurat semu (false emergency) yang tidak

memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera(Muyasaroh, 2020).

5) Code blue

a. Definisi

Code blue adalah kode panggilan yang menandakan adanya kondisi

kegawatdaruratan pasien (henti napas dan henti jantung). Panggilan code

blue adalah panggilan aktivasi sistem code blue oleh petugas yang

mendapatkan pasien dengan ancaman kegawatan atau kejadian henti jantung

dan henti napas. Tim medis yang siap dipanggil setiap saat untuk melakukan

pengelolaan pasien yang mengalami kondisi kritis akut di rumah sakit. Code

blue didefinisikan sebagai suatu kode aktivasi sistem untuk kondisi gawat

darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi kesehatan dimana

terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan perlu

penanganan sesegera mungkin. (Monangi S et al., 2018).

b. Organisasi Tim Code blue

Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang

waktu. Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang telah

menguasai Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar. Tim Code

blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota,yaitu: (Singh S et al., 2015)


18

1) 1 Koordinator Tim

2) 1 Petugas Medis

3) 1 Assisten Petugas Medis dan 1 atau 2 perawat (perawat pelaksana

dan tim resusitasi)

4) 1 Kelompok Pendukung (jika perlu)

1. Uraian Tugas:

a. Koordinator Tim

•Dijabat oleh dokter ICU/NICU

•Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim. Bekerjasama

dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang

dibutuhkan oleh anggota tim.

b. Penanggung Jawab Medis

• Dokter jaga/ dokter ruangan

• Mengidentifikasi awal / triage pasien

• Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi

kegawatdaruratan

• Memimpin tim saat pelaksanaan RJP

• Menentukan sikap selanjutnya

b. Perawat Pelaksana

• Bersama dokter pemanggungjawab medis melakukan triage pada

pasien

• Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien

gawat dan gawat darurat d. Tim Resusitasi

• Perawat-perawat terlatih dan dokter ruangan /dokter jaga


19

• Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau

gawat darurat

• Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau

gawat darurat

• Daftar nama Tim Code blue meruapakan tanggung jawab

Koordinator setiap bulan dalam MECC Setiap anggota tim code

blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti

pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV line, persiapan

obat dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus

membawa hand phone.

c. Fase Code blue

Sistem Alert Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di

tempat yang digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya

keadaan darurat medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota

tim code blue. Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika

terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja

dalam lingkup rumah sakit tersebut dapat mengktifkan respon dari

code blue lewat telepon untuk bantuan dan pengaktifan:

a. Local Alert

• Pengumuman melaluisistem PA

Menampilkan nama-nama tim code blue primer di

lokasistrategis di zona mereka

• Setelah aktivasi code blue terjadi, Tim Primer harus

meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan

bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS


20

b. Hospital Alert : Nomor telepon code blue Pusat Panggilan

Kegawatdaruatan Medis: Prioritas

1: Untuk mengaktifkan team code blue sekunder dari ETD

Prioritas

2: Untuk memeriksa (sebagai jaring pengaman kedua)

pengaktifan team code blue primer. Anggota tim respon code

blue primer yang telah ditentukan disekitar tempat terjadinya

kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue

sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat

resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis. Tim

ETD code blue juga akan menanggapisituasi code blue. Jika

semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut

tercakup di daerah cakupan mereka, mereka tetap harus

merespon alarm 'code blue'. Standar layanan untuk durasi

waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue'

(code blue aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi

kejadian adalah 5 sampai 10 menit.

Anggota tim respon code blue primer yang telah

ditentukan disekitar tempat terjadinya kegawatdaruatan medis

akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin.

Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan

bergegas ke lokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga

akan menanggapisituasi code blue. Jika semua tim tidak yakin

apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah

cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm 'code


21

blue'. Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan

antara menerima pesan 'code blue' (code blue aktivasi) dan

kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai

10 menit.

B. Tinjauan Islami

Dalam ajaran Islam serta pada surah (Al-Maidah), menolong sesama manusia

dalam situasi gawat darurat merupakan sesuatu hal kebaikan dan kewajiban bagi

setiap muslim. Sebagaimana mestinya konsep tolong menolong sesama manusia

ini dikemas sesuai dengan syariat Islam, dalam artian tolong menolong hanya

diperbolehkan dalam kebaikan dan takwa.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa melakukan tolong menolong dalam

kebaikan dengan diiringi ketakwaan kepada-Nya, terkandung rida Allah SWT.

Barang siapa yang mendapatkan keridaan Allah SWT dan rida manusia, sungguh

kebahagiaan yang didapatkan telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah

melimpah (Al-Anshari, 2000). Artinya kita sebagai seorang muslim diwajibkan

untuk saling tolong menolong orang lain, dan pertolongan itu menyangkut dengan

ketakwaan kepada Allah SWT.


22

C. Kerangka Teori

Faktor yang Pengetahuan


memengaruhi
pengetahuan
1. Pendidikan
Pengetahuan
2. Informasi
Code blue
3. Sosial budaya
ekonomi
4. Lingkungan
Kesiapsiagaan Faktor yang
5. Pengalaman
penanganan mempengaruhi
6. Usia
pasien emergency kesiapsiagaan:
1. Pendidikan
2. Pengalaman

1. Pengetahuan Baik
2. Pengetahuan Cukup
3. Pengetahuan Kurang

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


23

D. Kerangka Konsep

Kesiapsiagaan
Faktor yang Kesiapsiagaan baik
perawat
memengaruhi tingkat penanganan
1.Jumlah pasien
pengetahuan pasien
emergency emergency
tertangani
1.Sudah mengikuti
BTCLS 2.Memahami
penanganan
2.Sudah mengikuti pasien emergency
PPGD

Kesiapsiagaan tidak
baik
1. Jumlah pasien
tidak tertangani
2. Tidak memahami
penanganan
pasien
emergency

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep


Keterangan

Tidak diteliti :

Diteliti :
24

E. Hipotesis

Ho : tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan code blue terhadap

kesiapsiagaan perawat dalam penanganan pasien emergency

Ha : adanya hubungan antara tingkat pengetahuan code blue terhadap

kesiapsiagaan perawat dalam penanganan pasien emergency


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperiment yang bersifat

kuantitatif dengan desain korelasi, yaitu penelitian hubungan antara dua variabel

pada situasi atau kelompok subjek. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

hubungan antara dua varibel bebas dan variabel terikat. Rancangan dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan waktu cross-sectional yaitu merupakan

rancangan yang digunakan selama satu periode pengumpulan data dan diteliti

dalam satu kali pada satu saat. (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini

menghubungkan antara tingkat pengetahuan code blue terhadap kesiapsiagaan

perawat dalam penanganan pada pasien emergency di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau

dianggap menentukan variabel terikat, variabel ini menjadi timbulnya variabel

terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut juga luaran,

efek atau akibat, karena adanya variable bebas.

C. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya atau untuk


26

membatasi variable yang diteliti. Definisi variabel-variabel penelitian harus

dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Tingkat Pengetahuan Kuesioner Mengisi lembar Hasil ukur Ordinal
pengetahuan perawat dengan 12 kuesioner dengan
code blue merupakan pertanyaan sesuai kategoti :
terhadap kesiap kemampuan multiple pengetahuan 1. Kategori
siagaan perawat perawat untuk choice yang dimiliki Baik
dalam mengetahui oleh perawat (>20)
penanganan kondisi pasien IGD RS PKU 2. Kategori
pada pasien emergency Muhammadiyah Cukup
emergency IGD berdasarkan Gamping (16-19)
RS PKU pengukuran Yogyakarta 3. Kategori
Muhammadiya menggunakan Kurang
h Gamping kuesioner (<15)
Yogyakarta

Sikap kesiap Sikap kesiap Kuesioner Ordinal


siagaan dalam siagaan dalam dengan
penanganan penanganan pernyataan
pada pasien pada pasien
emergency emregncy
berdasarkan
pengukuran
menggunakan
kuesioner

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek yang memiliki karakteristik yang sama,

yang diteliti. Populasi juga didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi juga bukan sekedar subyek unyk dipelajari, tetapi

meliputi karakteristik yang dimiliki subyek tersebut. (Sugiyono, 2012). Dalam

penelitian ini popolasi sebanyak 28 populasi perawat IGD.


27

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2022) sampel adalah jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi itu sendiri. Jika sampel itu besar tidak mungkin untuk

dipelajari semuanya maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi

itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya diberlakukan untuk

populasi.

a. Kriteria Inklusi

1) Sudah mengikuti BTCLS.

2) Sudah mengikuti PPGD.

3) Bersedia menjadi responden

4) Perawat IGD

b. Kriteria Eklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden.

2) Perawat rawat inap.

3) Belum mendapatkan pelatihan BTCLS/PPGD

E. Etika Penelitian

Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dalam

bentuk tunggal yang mempunyai banyak arti seperti, tempat tinggal yang biasa,

padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap maupun

cara berpikir. Dalam bentuk jamak yaitu ta etha yang artinya adalah adat

kebiasaan. Arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya

istilah etika yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles sudah dipakai untuk

menunjukkan filsafat moral. Sehingga, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa

dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Haryani Wiworo, 2022)


28

F. Alat dan Metode Pengumpulan

1. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah:

a. Lembar kuesioner tingkat pengetahuan

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti tentang tingkat pengetahuan

Code blue Kuesioner ini terdiri dari 12 item pernyataan Skala yang

digunakan dalam instrumen ini adalah skala Likert 4 , yaitu pengukuran

untuk mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang

ditanyakan dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d. Apabila responden

menjawab dengan benar akanmendapat nilai 2 tetapi bilasalah akan diberi

nilai 1.

b. Lembar kuesioner kesiap siagaan

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti tentang kesiapsiagaan yaitu

dengan penjelasan sebagai berikut: Alat yang digunakan untuk mengukur

kesiap siagaan dengan mengadopsi kuesioner yang pernah digunakan

HABIBI, M Ghozy (2021). Kuesioner ini terdiri dari 27 item pernyataan

mengenai kesiapsiagaan. Skala yang digunakan dalam instrumen ini adalah

skala Likert, yaitu dalam bentuk pernyataan berjumlah 14 soal yang

menggunakan skala Likert, dengan jawaban “sangat setuju” bernilai 4,

“setuju” bernilai 3, “tidak setuju” bernilai 2 dan “sangat tidak setuju”

bernilai 1.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat

ukur berarti alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data
29

yang valid. Jadi instrumen yang valid dan reliabel .oleh karena itu ,peneliti

harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan

kemapuan dan mengguankan instrumen untuk mengukur variable yang

diteliti

2. Metode Pengumpulan Data

Berikut ini dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti:

a. Mengambil sampel dari populasi sesuai dengan kriteria yang sudah

ditentukan oleh peneliti.

b. Menentukan 3 asisten peneliti sesuai dengan kebutuhan dalam proses

penelitian dengan kriteria asisten peneliti sesuai kriteria berikut:

1) Bersedia menjadi asisten dalam penelitian.

2) Mengetahui materi tentang code blue .

3) Mampu mengetahui penanganan pasien emergency.

4) Mau menanyakan kepada responden mengenai hal yang menjadi

penelitian

5) Mampu melakukan pendekatan pada responden dan menjelaskan tujuan

dari penelitian melalui persetujuan.

3. Kisi-kisi Kuesioner

Kuesioner pengetahuan tentang code blue pada penelitian ini

menggunakan kuesioner yang disusun oleh Kaykisiz et al. (2017) dengan

menggunakan pedoman AHA (2015). Kuesioner diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia, selanjutnya dimodifikasi sesuai kebutuhan dan dilakukan

uji validitas dan reliabilitas. Jumlah kuesioner sebanyak 10 pertanyaan,

dengan perolehan nilai jika menjawab dengan benar dinilai 1, jika menjawab

salah dinilai 0 dan jika menjawab tidak tahu dinilai 0. Sehingga total skor
30

didapatkan dengan cara menjumlahkan semua item pertanyaan. Total skor

yang didapatkan antara 0-10.

Tabel kisi-kisi kuesioner

No Materi Nomor item dan jumlah


jenis responden
1 Kriteri aktivasi code blue 1,4,9,10 4
2 Petugas code blue 2,6,7 3
3 Proses aktivasi code blue 3,5,8 3

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah pengubahan data mentah menjadi data yang lebih

bermakna (Arikunto, 2013). Langkah-langkah pengolahan data dalam

Notoatmodjo (2012) pada umumnya melalui langkah berikut ini:

a. Penyuntingan Data (Editing)

Hasil kuesioner dan observasi yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner dan lembar observasi perlu disunting (edit) terlebih

dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap

dan tidak mungkin dilakukan observasi dan kuesioner maka data tersebut

dikeluarkan (droup out).

b. Membuat Lembaran Kode (Coding)

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor

responden dan nomor-nomor pertanyaan, antara tes yang pertama dengan

yang kedua dalam penelitian ini berarti tes sebelum pelatihan dan tes setelah

pelatihan.
31

c. Memasukan Data (Data Entry) Atau Processing

Melakukan entry data berupa jawaban-jawaban dari masingmasing

responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke

dalam program atau software komputer. Software komputer yang digunakan

pada pengolahan data ini yaitu paket program SPSS for Window.

d. Pembersihan Data (Tabulating)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan lainnya. Setelah itu

dilakukan pembetulan dan koreksi.

2. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif (Analisis Univariate)

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2012).

𝑝 = 𝑓 : n × 100% 𝑛

Keterangan :

P : Persentase yang dicari.

f : Frekuensi subjek dengan karakteristik.

n : Jumlah sampel

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariate hasilnya diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan analisis

bivariate. Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga


32

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Tahapannya sebagai

berikut:

1) Analisis dari uji statistik.

Melihat dari uji statistik akan dapat disimpulkan adanya hubungan

Analisis dari uji statistik. Melihat dari uji statistik akan dapat

disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut bermakna atau tidak

bermakna. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

stastistik menggunakan SPSS 25.

Teknik uji statistik ini untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif

dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono,

2015). Adapun rumus yang digunakan, maka statistiknya adalah sebagai

berikut (Riwidikdo, 2012).

2S
T=
N ( N−1)

Keterangan:

S : total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah

skor urutan kewajaran pasangan data pada salah satu variabel

T : Ukuran Sampel.

N : banyaknya pasangan ranking.

2) Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian (perhitungan statistik) tersebut hipotesis

diterima atau ditolak.

3) Penafsiran dan Penyimpulan

Penafsiran hasil penelitian dilakukan untuk mencari pengertian

terhadap hasil pengolahan data, sehingga membentuk berbagai penemuan


33

ilmiah (Notoatmodjo, 2012). Kesimpulan adalah hasil dari proses berfikir

induktif dari penemuan penelitian tersebut dan sebagai hasil dari

pembuktian hipotesis (Notoatmodjo, 2012). Untuk menarik kesimpulan

ada hubungan antara dua variabel, maka dapat dilihat dari nilai p, jika

p≤0,05 maka Ha diterima artinya terdapat hubungan antara dua variabel

yang diuji, sedangkan jika p>0,05 maka Ho diterima artinya tidak

terdapat hubungan antara 2 variabel yang tidak dikolerasikan.

H. Rencana Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan diawali dengan melakukan studi pustaka dengan

mempelajari materi yang menarik dan layak untuk diteliti dari berbagai sumber

buku, jurnal, dan artikel. Selanjutnya peneliti mengajukan judul kepada

pembimbing yang kemudian disetujui oleh dosen pembimbing, serta setelahnya

melakukan konsultasi dengan pembimbing. Selanjutnya, peneliti melakukan

studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dan

dilanjutkan menyusun proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu melengkapi surat izin

penelitian. Setelah mendapat izin, peneliti meminta izin kepala sekolah.

Selanjutnya, peneliti bertemu dengan pendamping peneliti untuk

mendiskusikan rencana jalannya penelitian dan menyamakan persepsi.

Kemudian, peneliti bertemu dengan responden yang difasilitasi oleh rumah

sakit pada.
34

DAFTAR PUSTAKA

Mukhsal Mahdi, Mudatsir, N. (2014). KESIAPSIAGAAN PERAWAT


DALAM MENGHADAPI WABAH FLU BURUNG DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr . ZAINOEL
ABIDIN BANDA ACEH influenza is a communicable disease caused by
influenza virus transmitted by poultry attacking human in variety of ag.
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA, 1(2), 22–27.
Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam
menghadapi Pandemi Covid 19. LP2M UNUGHA Cilacap, 3.
http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858
Natalia, R. N., Malinti, E., & Elon, Y. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan
Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(2), 2302–2531.
http://180.178.93.169/index.php/jikd/article/view/203
Wahyudi, I. (2020). Pengalaman Perawat Menjalani Peran Dan Fungsi Perawat
Di Puskesmas Kabupaten Garut. Jurnal Sahabat Keperawatan, 2(01), 36–
43. https://doi.org/10.32938/jsk.v2i01.459
Mukhsal Mahdi, Mudatsir, N. (2014). KESIAPSIAGAAN PERAWAT
DALAM MENGHADAPI WABAH FLU BURUNG DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr . ZAINOEL
ABIDIN BANDA ACEH influenza is a communicable disease caused by
influenza virus transmitted by poultry attacking human in variety of ag.
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA, 1(2), 22–27.
Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam
menghadapi Pandemi Covid 19. LP2M UNUGHA Cilacap, 3.
http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858
Natalia, R. N., Malinti, E., & Elon, Y. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan
Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(2), 2302–2531.
http://180.178.93.169/index.php/jikd/article/view/203
Wahyudi, I. (2020). Pengalaman Perawat Menjalani Peran Dan Fungsi Perawat
Di Puskesmas Kabupaten Garut. Jurnal Sahabat Keperawatan, 2(01), 36–
43. https://doi.org/10.32938/jsk.v2i01.459
35
LAMPIRAN
37

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
di tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Nama : Havida Vortuna Famosa
NIM : 2011604045
Pembimbing : Muhaji, S.Kep., Ners., M.Si., M.Tr.Kep
Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiap Siagaan Perawat Dalam
Penanganan Pada Pasien Emergency Di IGD RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta”. Dengan ini saya mohon kesidaan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagi responden. Atas ketersediaan dan
pastisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 2023
Peneliti

Havida Vortuna Famosa


38

Lampiran lembar konsul


39

Lampiran surat studi pendahuluan

You might also like