You are on page 1of 7

PEKERJAAN ARSITEKTUR

PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATA.


Pekerjaan pasangan dinding batu bata pada pekerjaan ini adalah :
 Pasangan dinding bata 1 : 4

Yang dimaksud dengan batu bata atau bata merah adalah suatu unsur bahan
bangunan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lainnya,
yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur lagi bila
direndam dalam air. Jenis batu bata inilah yang paling banyak digunakan dan
paling mudah di dapatkan karena usaha pembuatan batu bata kebanyakan adalah
usaha home industry. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi kualitas dari dinding
bata yang dihasilkan dan kurang dapat dijamin, karena batu bata merah ini bahan
bakunya semakin sulit diperoleh sehingga menyebabkan keterlambatan
pelaksanaan. Masalah yang lain disamping waktu pengadaan adalah ukuran
batanya sendiri yang tidak standar. Pabrik bata (home industry) cenderung
mengurangi ukuran untuk mengatasi kenaikan harga.

Dengan mengecilnya ukuran bata, selain menyulitkan pelaksanaan karena ukuran


yang tidak standar adalah harga dinding bata menjadi lebih mahal, karena
memerlukan semen atau mortar yang lebih banyak dan turunnya produktivitas
pemasangan dinding bata yang disebabkan oleh semakin banyaknya bata yang
harus dipasang untuk permeter persegi dinding. Oleh karena itu, pelaksanaan
pemasangan dinding bata harus mengikuti prosedur yang benar agar dapat
menutupi kekurangan dari dinding bata tersebut dan menghasilkan pasangan
dinding bata yang baik.

Ada beberapa hal yang harus selalu diperhatikan sebelum dan selama pemasangan
dinding bata. Hal tersebut diantara lain :

Persiapan dan Perencanaan

1. Mempersiapkan gambar kerja / shop drawing pasangan bata dan kolom praktis
sebelum memulai pekerjaan.
2. Memilih bata yang baik,yaitu :
a. berbentuk prisma segi empat panjang

b. bersudut siku

c. bersudut tajam

d. permukaannya rata

e. tidak retak

f. ukuran sesuai dengan standar

g. mempunyai kuat tekan rata-rata yang diperoleh dari hasil pengujian


h. tidak boleh mengandung garam yang dapat larut, ditandai dengan lebih dari
50% permukaan bata tertutup bercak-bercak putih

3. Batubata harus selalu disimpan di tempat khusus dalam keadaan cukup kering
dan tidak terkena sinar matahari
4. Apabila tidak terdapat tempat penyimpanan khusus, maka harus ditutupi
dengan plastik agar tidak terkena oleh air hujan

Penyimpanan Batu Bata


5. Siapkan fabrikasi tulangan dan bekisting kolom dan balok penguat jauh hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dinding bata.
Pelaksanaan

1. Sebelum digunakan batu bata harus disiram terlebih dahulu agar tidak
menyerap atau mengurangi kadar air dari mortar atau adukan semen.
2. Bersihkan lokasi lantai dari debu.
3. Dibuat marking sebagai tanda ”as” dari dinding dan untuk menjamin siku
(sudut) dari setiap pertemuan dinding.
4. Marking posisi pasangan bata sesuai dengan gambar kerja.
5. Sesudah lapisan pertama barisan batu bata terpasang, maka disiapkan mistar
atau alat ukur untuk mengukur ketinggian tiap lapisan sehingga dapat diatur
seragam.

mistar

Pengukuran Tinggi Lapisan Awal dengan Mistar

6. Tebal siar-siar antara satu lapisan bata dengan lainnya, baik itu siar tegak
maupun siar datar, maksimal 1,5 cm/ sesuai spek.
7. Siar-siar tegak antar lapisan tidak boleh berada dalam satu garis lurus.
8. Overlap antara batu bata lapisan ke satu, kedua dan seterusnya tidak kurang
dari 1/4 bata.
9. Sediakan papan triplek untuk menampung adukan siar yang jatuh.
10. Pemasangan dinding bata juga disertai dengan pemasangan stek-stek kolom
praktis sebagai penguat sesuai lokasi pada gambar kerja.
11. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%
yang patah atau lebih dari 2 bagian tidak boleh digunakan.
12. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap dimana setiap tahapnya
maksimum terdiri dari 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan pengecoran
kolom praktis.
13. Maksimal pengecoran kolom praktis adala setinggi pasangan bata yang sudah
terpasang.
14. Bidang dinding ½ batu yang luasnya lebih besar dari 12 m² ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom & balok praktis), dengan tulangan pokok dan
beuguel (sengkang).
15. Pada saat melanjutkan pekerjaan pemasangan dinding bata (> 24 lapis) lapisan
bata yang berada paling atas harus dibasahi terlebih dahulu / disiram air.
16. Di sekeliling kusen pintu, jendela dan lubang sparing yang besar harus diberi
kolom atau balok penguat.
17. Pembuatan lubang pasangan untuk perancah/ steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
18. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
minimal dia. 8 mm jarak 50 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
19. Setelah bata terpasang dengan adukan spesi, kerok siar-siar sampai dengan
kedalaman 0,5 cm di kedua sisi pasangan bata.
20. Naad/ siar-siar yang tersisa harus dibersihkan dengan sapu lidi kemudian
disiram dengan air.

Pengawasan/ Control Pekerjaan

1. Pengecekan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan setiap hari untuk


menghindari kesalahan.
2. Lakukan pemeriksaan terhadap material yang digunakan, apakah
penyimpanannya sudah benar dan menggunakan material yang baik.
3. Melakukan pengawasan pada saat proses pelaksanaan pekerjaan pemasangan
dinding bata sebagai kontrol agar proses berjalan sesuai dengan metode yang
dianjurkan dan mengurangi kesalahan yang terjadi pada saat pengerjaan.
4. Cek hasil pekerjaan pasangan bata apakah betul-betul tegak dan datar
Untuk Pekerjaan Dinding Bata ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
telah direncanakan (terlampir).
PEKERJAAN PLESTERAN DINDING TEMBOK DAN BETON
Pekerjaan Plasteran dinding yang dikerjakan adalah :
 Pekerjaan plesteran dinding 1 : 4

Membuat plester adalah melapisi pasangan batu bata, baik bagi pasangan batu kali
maupun batu cetak (batako) serta melapisi permukaan beton agar permukaan itu
tidak mudah rusak, juga kelihatan rapi dan bersih. Pekerjaan ini dilakukan pada
pasangan pondasi, pasangan tembok dinding rumah, kolom, lantai batu bata,
listplank beton, dan sebagainya.
Menurut sifatnya, plesteran dapat dibedakan menjadi 3 macam :
1. Plesteran Kasar
Digunakan untuk melapisi permukaan batu bata atau pasangan batu belah yang
tidak terlihat dari luar, misalnya tembok yang terdapat di atas rangka plafond,
pasangan pondasi dan urugan tanah.

2. Plesteran setengah halus atau setengah kasar


Merupakan plesteran yang digunakan pada permukaan lantai gudang, lantai
lapangan olahraga, lantai teras, lantai kamar mandi, dan sebagainya.

3. Plesteran halus
Merupakan plesteran yang digunakan sebagai pelapis tembok-tembok rumah,
dalam hal ini langsung berhubungan dengan keindahan atau kerapian
pandangan.

Menurut kegunaan tembok yang diplester itu maka spesi yang dipergunakan
untuk memplester setiap tembok juga tidak selalu sama, biasanya perbandingan
campuran spesi untuk memplester adalah seperti perbandingan campuran spesi
yang dipergunakan untuk memasang tembok yang diplester tersebut. Bila
dikehendaki agar permukaan keras maka bahan untuk penyelesaian terakhir
(finishing) ditambahkan Portland Cement (PC) secukupnya.

Pelaksanaan pekerjaan plesteran dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dari bahan


yang digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan MK/Perencana, dan
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan. Pekerjaan plesteran dapat
dilakukan bila pekerjaan dinding telah dilaksanakan dan sesuai dengan spesifikasi
teknis. Selain itu, pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa, listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.

Pada pekerjaan plesteran dinding beton, sebelum permukaannya diplester, harus


dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek
(discratch) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting
(form tie) harus tertutup adukan plester. Sedangkan untuk bidang pasangan dinding
batu bata dan beton bertulang yang kakan difinish dengan cat dipakai plesteran
halus (acian) di atas permukaan plesternya.

Ketebalan plesteran yang akan dikerjakan harus mencapai ketebalan permukaan


dinding/kolom yang dinyatakan di dalam gambar. Tebal plesteran maksimum
adalah 2,5 cm. Apabila ketebalan plesteran melebihi batas maksimum tersebut,
maka harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat
plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan oleh pengawas pekerjaan.

Pada pemukaan plesteran yang datar, harus mempunyai toleransi kelengkungan


atau cembung bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Apabila
hasil plesteran melebihi toleransi yang diijinkan, maka pekerjaan kontraktor tidak
dapat diterima dan harus diperbaiki yang tentu saja menggunakan biaya dari
kontraktor. Setelah selesai pekerjaan plesteran, kelembaban plesteran harus tetap
dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar/ tidak terlalu tiba-tiba. Caranya
adalah dengan membasahi permukaan plesteran sesuai dengan kebutuhan. Gunanya
adalah utnuk mencegah terjadinya keretakan pada plesteran. Apabila ini terjadi
akibat pengeringan yang tidak baik, maka plesteran harus diperbaiki kembali
sampai dapat diterima.

Untuk pekerjaan plesteran bangunan yang direhabilitasi, bagian yang akan


diplester harus terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa cat dan plamir hingga
benar-benar bersih. Setelah bersih, permukaan dinding dilukai dan dibersihkan dari
debu-debu sisa yang menempel. Kemudian setelah bersih dan sebelum diplester
bagian tersebut harus disiram terlebih dahulu hingga jenuh, baru boleh
dilaksanakan plesterannya. Agar plesteran dapat melekat lebih kuat, disarankan
untuk menambahkan bonding agent di dalam proses penyiraman dan pelaksanaan
plesteran.

Jadi, secara umum, tahapan pelaksanaan plesteran dinding adalah sebagai berikut :

Persiapan dan Perencanaan

1. Membuat shop drawing plesteran, menyangkut tebal plesteran, dan jarak kepalaan
plesteran.

2. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu : meteran, jidar aluminium,


roskam kayu, roskam besi, kertas semen atau plywood (untuk menampung sisa
plesteran), benang.

3. Pastikan semua peralatan lengkap dan dalam keadaan yang baik.

4. Bila menggunakan jidar aluminium maka harus diperiksa kelurusannya dan


berukuran minimal 2 x 5 dan dengan panjang + 3m.

Pelaksanaan

1. Plesteran sebaiknya dilakukan setelah bata berumur 1 sampai dengan 3 hari.


2. Dinding yang akan diberi plesteran harus dibersihkan dahulu dari sisa-sisa adukan
pada saat pemasangan dinding atau kotoran.
3. Dinding yang akan diplester harus dibasahi secara merata terlebih dahulu (curing)
agar tidak menyerap atau mengurangi kadar air dari mortar plesteran.
4. Membuat adukan untuk plesteran sesuai dengan spek.
5. Marking tebal plesteran dinding dengan benang sesuai dengan gambar kerja.
6. Membuat kepala plesteran vertikal di beberapa tempat dengan jarak 1 - 1,5 m
antara satu dengan yang lainnya dan diratakan memakai batang (bilah) perata.
7. Untuk kepalaan horizontal, bagian atas langsung dibuat 20 cm di atas level untu
dijadikan ceiling/loteng sedangkan bagian bawahnya dibuat berjarak 20 cm dari
permukaan lantai beton. Ini dilakukan agar plesteran dapat rata vertikal dan
horizontal, serta siku pada pojok-pojoknya.
8. Sebelum memulai pekerjaan plesteran terlebih dahulu dilakukan pengecekan
pekerjaan MEP dan dipastikan semua sudah terpasang dengan baik dan benar
sesuai dengan gambar kerja MEP.
9. Plesteran dilaksanakan sampai dengan 20 cm di atas rencana level ceiling.
10. Bidang-bidang yang dibatasi dengan kepalaan, diberi mortar plester kurang lebih
5 sampai dengan 10 mm untuk menghindari penyusutan berlebihan.
11. Kemudian permukaan dinding di antara kepala plesteran diplester secara merata
dan diratakan memakai bilah perata setelah kepalaan berumur satu hari.

Pekerjaan perataan plesteran menggunakan bilah perata

12. Cek kerataan dan tegak lurus hasil plesteran perbidang dinding dengan lantai.
13. Selama menunggu setting plesteran kurang lebih tujuh hari, plesteran disiram
sebanyak dua kali sehari.
14. Setelah plesteran kurang lebih berumur 4 hari, dilakukan pekerjaan acian dan
diratakan dengan perata.
15. Untuk mengurangi pori-pori, permukaan digosok dengan menggunakan kertas
semen.
16. Selama curing, permukaan acian disiram air sehari sekali.

Pengawasan/ Kontrol

1. Periksa kelengkapan dan kondisi peralatan yang dibutuhkan.

2. Sebelum plesteran dimulai, di cek terlebih dahulu instalasi MEP nya, apakah telah
sesuai dengan shop drawing atau belum.

3. Setelah pasang kepalaan plesteran, cek ketebalan kepalaan agar sesuai dengan
spesifiksi yaitu 1,5 sampai dengan 2,5 cm.
4. Cek vertikal kepalaan dan kesesuaiannya dengan shop drawing.

5. Pada saat pelaksanaan pekerjaan plesteran dilakukan kontrol/ pengawasan di


lapangan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode konstruksi yang
digunakan dan mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi di lapangan.

6. Setelah selesai pekerjaan, cek kerataan permukaan plesteran. Toleransi dengan


jidar aluminium L = 2W, Deviasi + 1 mm atau tidak melebihi 5 mm dalam 2
meter, atau sesuai spesifikasi.

7. Setelah dilakukan pekerjaan acian, cek kerapian pekerjaan.

8. Bila ada pekerjaan yang melampaui toleransi, maka harus diperbaiki atau diulangi.

Untuk Pekerjaan Plesteran ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan (terlampir).

You might also like