You are on page 1of 15

1

I : CAPITAL BUDGETING / PENGANGGARAN MODAL

Capital Budgeting  Merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan


keputusan mengenai pengeluaran modal dimana manfaat yang
diharapkan setelah lebih dari satu tahun.
Capital Bugeting  Menyangkut penghasilan dari usulan-usulan investasi yaitu
meliputi perkiraan aliran kas (cash flow) dari usulan investasi,
penilaian aliran kas, penyeleksian usulan proyek berdasarkan suatu
tolak ukur dan akhirnya secara kontinue menilai kembali proyek
investasi setelah diterimanya usulan proyek investasi tersebut.
Untuk maksud penganalisaan usulan-usulan investasi, dapat dikalsifikasikan satu dari lima
kategori sebagai berikut :
1. Investasi karena adanya produk baru atau perluasan dari produk yang sudah ada.
2. Penggantian dari peralatan-peralatan atau bangunan.
3. Penelitian dan pengembangan.
4. Eksplorasi.
5. Dan lain-lain.
Pengeluaran modal/capital expenditure  Biasanya menyakut modal besar.
Capital Expinditure  adalah pengeluaran untuk modal, bangunan dan peralatan serta
tambahan modal kerja permanen yang berkenaan dengan perluasan
pabrik.
 Juga termasuk adventensi dan promosi atau program penelitian dan
pengembangan (karena lebih dari satu tahun).
Capital Expenditure  adalah merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan dengan harapan bahwa pengeluaran tersebut akan
memberikan manfaat atau hasil (benefit) untuk jangka waktu lebih
dari satu tahun.
Adapun motif utama dalam melakukan capital expenditure adalah :
2

- Pembelian aktiva tetap baru.


- Pembelian aktiva tetap lama.
- Perbaikan atau modernisasi atas aktiva tetap yang lama.

Jenis Proyek.
1. Independent Proyek  adalah proyek atau investasi yang berdiri sendiri, dalam
pengertian bahwa penerimaan usulan investasi yang satu tidak akan mempengaruhi
atau menghilangkan kesempatan penerimaan usulan proyek yang lain.
2. Mutually Exclusive Proyects  adalah proyek yang mempunyai fungsi yang sama
penerimaan salah satu proyek atau kelompok proyek yang mutually eclusive akan
menghilangkan kesempatan kelompok mutually exclusive yang lain.
Misalnya : Perusahaan dihadapkan pada 3 alternatif untuk meningkatkan
produksinya (ketiganya akan menghasilkan fungsi yang sama), maka
penerimaan salah satu proyek akan menutup kesempatan dua (dua)
alternatif yang lain.

Estimasi Cash Flow


- Suatu hal yang terpenting dalam capital budgeting adalah mengistimasikan cash
flow yang akan datang untuk suatu proyek. Estimasi cash flow harus cermat, karena
hasil akhir yang kita peroleh akan bisa terandalkan (nyata).
- Mengapa kita menggunakan cash flow dan bukan keuntungan yang dilaporkan ?
Karena cash flow (net cash flow) tidak identik dengan labur/pendapatan. Perubahan
dalam pendapatan dapat terjadi tanpa adanya perubahan dalam cash flow.
Contoh : Mislkan suatu perusahaan mempertimbangkan pembelian mesin baru untuk
mengganti mesin lama.
Harga mesin baru Rp. 370.000 dan diperlukan tambahan biaya Rp. 30.000
untuk memasang. Jadi total biayanya adalah Rp. 400.000,-. Mesin lama dapat
dijual seharga nilai bukunya Rp. 40.000. Dengan demikian net cash out flow
dari proyek tersebut adalah Rp. 360.000 (Rp. 400.000 – Rp. 40.000) (5 tahun).
Mesin baru diharapkan bisa menurunkan biaya, tenaga kerja, biaya
pemeliharaan dan penghematan biaya-biaya lain sebesar Rp. 152.000, setiap
3

tahun (sebelum pajak). Dan diperkirakan tidak mempunyai nilai sisa (terminal
value). Mesin baru mempunyai penghapusan 20% (straatght kine), dan mesin
lama juga mempunyai penghapusan 20% (straatght line), dimana mesin lama
mempunyai sisa yang dapat dihapuskan 5 tahun dan tidak mempunyai nilai
sisa, pajak misalnya 50%.
Berdasarkan informasi tersebut dapat menghitung cash flow (sesudah pajak)
yang diharapkan dan penerimaan proyek tersebut.

Penghapusan merupakan biaya tetapi bukan pengeluaran.


Dasar Pembukuan Dasar Cash Flow
Penghematan biaya tahunan Rp. 152.000 Rp. 152.000
Penghapusan mesin baru Rp. 80.000
Penghapusan mesin lama Rp. 8.000
Beban penghematan tambahan Rp. 72.000
Keuntungan tambahan sebelum pajak Rp. 80.000
Pajak (50%) x Rp. 80.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000
Keuntungan tambahan setelah pajak Rp. 40.000
Net Cash Flow Tahunan Rp. 112.000

Dalam menggambarkan net cash flow tahunan, kita hanya mengurangkan pengeluaran
pajak persewaan dari penghematan biaya tahunan. Net cash flow tahunan yang diharapkan
adalah Rp. 112.000 untuk setiap tahun selama 5 tahun.

Apabila net cash flow tahunan (Rp. 112.000) dibandingkan dengan keuntungan tahunan
setelah pajak (Rp. 40.000) berbeda sebesar beban penghapusan tambahan (Rp. 72.000).
Dengan demikian net cash low adalah : Keuntungan setelah pajak ditambah penghapusan.

NCFe = Keuntungan bersih setelah pajak + Penghapusan.

Net cash flow yang diharapkan.


4

POLA DARI CASH FLOW


Bagan Cash Flow Proyek Sederhana

Rp

Inflow +

Cash Flow

Out Flow -

Tahun 0 1 2 3 4 5 6

Tahun dasar pajak ini adalah tahun 0 adalah saat mulai ditanamnya sejumlah modal dalam
proyek. Dalam tahun berikutnya (dalam tahun 1-6) itulah aliran kas (cash flow) masuk
kembali ke dalam perusahaan yang diukur dengan keuntungan setelah pajak dari proyek
ditambah penghapusan.
Nampak pada gambar tidak ada nilai sisa pada akhir usia proyek. Pada cash flow diatas
merupakan kasus proyek yang benar-benar sederhana.

Bagan Cash Flow Proyek Yang Kompleks

Inflow +

Out Flow -

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5

Suatu proyek besar misal suatu kontruksi bangunan, dimana cash flow yang diperagakan
sesuai dengan periode kontruksi selama 3 tahun sebelum proyek siap beroperasi.

Pada bagan tampak tahun –2, -1, 0 yang menunjukkan tahap pembangunannya memakan
waktu 3 tahun. Proyek tersebut mulai membuahkan hasil pada tahun 1 dan berlangsung
terus dalam tahun berikutnya, kecuali tahun ke 5 dan ke 8 tatkala memerlukan pemasangan
kapasitas tambahan, yang berarti pengeluaran atas pabrik melebihi laba (return) pabrik yang
sudah ada.

METODE PENILAIAN USULAN-USULAN INVESTASI

Metode penilaian disini hanya mengetengahkan konsep dasar dari capital budgeting, kita
anggap bahwa resiko dan kualitas semua usulan investasi tidak berbeda dari resiko investasi
yang sudah ada, dan penerimaan setiap usulan atau sekelompok usulan investasi tidak
merubah resiko usulan (bussiness risk) perusahaan.
5 Metode Usulan Investasi :
1. Pay back period.
2. Average rate of return.
3. IRR (internal rate of return).
4. NPV (net present value).
5. Index profitabilitas.
Metode pertama dan kedua mengabaikan “time value of money”.
Sedangkan tiga metode yang terakhir ini mengikuti konsep “DISCOUNTED CASH
FLOW” dan memperhatikan besarnya maupun tuning cash flow yang diharapkan pada
setiap periode.
Baik itu proyek sederhana atau kompleks adalah sama menggunakan konsep
“DISCOUNTED CASH FLOW” 9DCF).

Berikut ini adalah proses hubungan serangkaian cash flow dengan nilai tahun dasar,
mengikuti konsep DCF.
6

Bagan Proses Hubungan Serangkaian Cash Flow Dengan Nilai Tahun Dasar

Rp.

Inflow + NPV

Cash Flow Yang Diharapkan


0

IA = C

Outflow -

Tahun -1 0 1 2 3 4 5

Masing-masing cash flow didiscount kembali ke tahun dasar dan “nilai sekarang” (present
value) diperlihatkan pada kotak yang terarsir.
- Cash flow untuk tahun pertama dan tahun-tahun selanjutnya diperkecil nilainya oleh
“faktor discount” yang mencerminkan earning power sederetan cash flow pada
tahun tersebut.
- Pengeluaran modal sebelum tahun 0 diperbesar nilainya oleh “faktor discount” pula
untuk menempatkannya ke nilai tahun dasar.
Pengetesan profitabilitas terhadap proyek tersebut akan terletak pada hubungan antara :
1) Jumlah cash flow positif.
2) Jumlah cash flow negatif, dan
3) Tingkat prosentase yang telah dipergunakan untuk mendiscount serangkaian cash
flow diatas.
7

Tehnik DCF merupakan konsep yang perlu dipahami terlebih dahulu secara matematis,
dimana sebagian telah tolak metode IRR, NPV dan Index Profitabilitas.

Rumus : Bila Cash Flow Tahunannya Tak Sama.

F1 F2 F4
P = + ... +
(1 + b)1 (1 + b)2 (1 + b)3
Apabila cash flow (F) sama besarnya setiap tahunnya, maka ada rumus yang lebih singkat,
yaitu :
1
1-
P = F (1 + b)3
b

PAY BACK PERIOD ( Periode Kembalinya Modal )

Metode ini pada dasarnya memperhitungkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan suatu investasi dalam bentuk semula.
Berapa tahun yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi asal.
Jika cash flow setiap tahun sama dapat rumuskan :

Jumlah Investasi
PB =
Cash Inflow

Misal : Jumlah investasi Rp. 900.000 dan cash flow setiap tahun sebesar Rp. 280.000.
900.000
PB = = 3,2 tahun
280.000
Jika cash inflow tidak sama.
Misal : Proyek Cash Outflow Cash Inflow
1 2 3 4 5
A Rp. 10.000 2.000 8.000 4.000 2.000 1.000
B Rp. 10.000 6.000 3.000 8.000 5.000 7.000
8

PB untuk proyek A adalah = 2 tahun


PB untuk proyek B adalah = 2 tahun 1,5 bulan

Untuk menetapkan proyek mana yang pesible perusahaan harus menetapkan maksimum
pay back yang diperbolehkan.
Jadi untuk menentukan pesible atau tidaknya suatu tergantung apakah PB dari proyek
memenuhi ketentuan maksimum period kembalinya investasi yang ditentukan perusahaan
atau tidak.

Kreteria keputusan menurut metode pay back period ini adalah :


- Terima proyek, jika PB < dari pada maksimum PB yang ditentukan perusahaan.
- Tolak proyek, jika PB > dari pada maksimum PB yang ditentukan perusahaan.
Keuntungan Penggunaan PB :
- Perhitungannya sangat sederhana.
- Mudah diterapkan.
Kelemahan Penggunaan PB :
- Mengabaikan time value of money.
- Tidak pernah mengukur profitabilitas sebab ia tak memperhatikan cash flow
sesudah periode kembalinya modal.

Metode PB masih banyak dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam proses


pengambilan keputusannya.
Alasan-alasan Dari Penggunaan Metode Ini Adalah :
- Pertama, bahwa masa mendatang adalah tidak pasti, karenanya untuk alasan praktis,
cash flow sesudah tahun ke 4 atau ke 5 harus diabaikan.
- Kedua, adalah bahwa metode PB lebih menekankan kepada likwiditas dan cepat
kembalinya sesuatu investasi yang dipandang sangat penting bagi perusahaan.
- Ketiga, adalah pemberian penekanan atas kembalinya investasi dalam jangka
pendek akan memberikan efek yang lebih baik terhadap “Earning per Share”. Efek
yang baik terhadap earning ini akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap
harga pasar saham.
9

Dengan alasan-alasan seperti diatas banyak perusahaan yang tetap mempergunakan metode
PB untuk dasar pemilihan proyek. Sedangkan untuk mengatasi kekurangan tidak
memperhitungkan time value of money, semua cash flow sebelum dijumlahkan dibobot
dahulu dengan faktor diskonto. Dengan kata lain, PB yang lebih modern ini
memperhitungkan time value of money untuk cash flow proyeknya.
Contoh : Misalkan suatu perusahaan mempertimbangkan usulan proyek yang mempunyai
cash flow sebagai berikut :
Proyek Cash Out Flow Cash Inflow
A Rp. 20.000 1 2 3 4 5
5.000 10.000 15.000 8.000 20.000
Jika diasumsikan discount faktor adalah 10%, maka present value cash flow tiap tahun
adalah :
Cash Flow Tahun :
1. Rp. 5.000 x 0,90909 = Rp. 4.545,45
2. Rp. 10.000 x 0,82645 = Rp. 8.264,50
3. Rp. 15.000 x 0,75131 = Rp. 11.269,65
4. Rp. 8.000 x 0,68301 = Rp. 5.464,08
5. Rp. 20.000 x 0,62092 = Rp. 12.418,40
PB = 2 tahun 8 bulan
PB sudah discount 2,4 bulan.

AVERAGE RATE DF RETURN ( ARR )


Menunjukkan perbandingan antara keuntungan tahunan rata-rata setelah pajak dengan
investasi rata-rata.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
20 Juta KR
-------------- ARR = -------------
180 Juta = 2 ( IA = 2 )
= 22,22%
KR = Keuntungan tahunan setelah pajak.
IA = Investasi asal.
10

Kadang-kadang nilai sisa (Salvage Value) dimasukkan dalam rumus seperti berikut :
KR 20 Juta
ARR = -------------- = ----------------------
IA + NS 180 Juta + 20 Juta
-------------- ---------------------
2 2
= 20%
Contoh : KR = Rp. 20 juta
NS = Rp. 20 juta
IA = Rp. 180 juta

Kebaikan : Sangat sederhana, dan metode ini diadakan cukup dengan informasi
pembukuan yang tersedia.
Kelamahan : - Mengabaikan value of money.
- Menekankan pada masalah pembukuan, dan
- Mengabaikan data cash flow dari mutasi yang bersangkutan.

INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)


Adalah tingkat discount yang akan menjadikan nilai sekarang dari cash flow yang
diharapkan akan diterima persis sama dengan nilai sekarang jumlah pengeluaran investasi
asal.

Tingkat discount tersebut adalah merupakan tingkat laba of proyek (Internal Rate Of
Return)
Metode IRR ini mengikuti konsep “Discounted Cash Flow”, maka dapat menggunakan
rumus dimuka.
Contoh : Suatu usulan investasi memerlukan capital expenditure sebesar Rp. 23.220.000,
dan investasi ini diharapkan menghasilkan net cash flow tahunan yang sama
selama 3 tahun sebesar Rp. 10.000.000.
Penyelesaian :
11

1
P = F 1 - ------------
( 1 + i )n
----------
i
P = C (Rp. 23.220.000)
F = Rp. 10.000.000
n = 3
i = Vaiabel yang harus dicari
Atau “berapa i jika P = C”.
1
23.220.000 = 10.000.000 1 - ------------
( 1 + i )n
----------
i

23.220.000 1
-------------- = 1 - ------------
10.000.000 ( 1 + i )3
---------
i

1
2,322 = 1 - ------------
( 1 + i )3
---------
i

Angka 2,322 yang lazim disebut “tabel factor” bisa dilihat pada pada tabel II pada tahun ke
3, dan angka 2,322 ini terletak pada lajur 14%, ini berarti IRR-nya 14%.

Ukuran diterima atau ditolaknya usulan investasi, yaitu :


Jika IRR > dp C of C, diterima
Jika IRR < dp C of C, ditolak.
Contoh diatas “tabel faktornya” ditemukan persis semua pada lajur 14%.
12

Contoh : Jika tabel faktornya tidak persis sama pada lajur !.


Suatu usulan investasi membutuhkan capital expenditure sebesar Rp. 9.000.000
yang diharapkan berumur 5 tahun. Tiap tahun diharapkan menghasilkan net cash
flow yang sama sebesar Rp. 2.800.000.
Penyelesaian :
1
9.000.000 = 2.800.000 1 - ------------
( 1 + i )5
----------
i

9.000.000 1
-------------- = 1 - ------------
2.800.000 ( 1 + i )5
---------
i

1
2,214 = 1 - ------------
( 1 + i )5
---------
i

Tabel faktornya adalah 3,214, bila dicari angka ini dalam tabel II pada tahun ke 5 terletak
antara 16% (3,274) dan 18% (3,127), yang berarti IRR terletak 16% dan 18%.
Kemudian kita menggunakan interpolasi untuk menghitung IRR dengan tepat, yaitu :
3,274 - 3,214
IRR = 16% + 2% ------------------
3,274 - 3,127

= 16% + 0,82%
= 16,82%
Contoh : Jika cash flow yang diharapkan tidak sama.
Suatu usulan investasi membutuhkan capital expenditure sebesar Rp.20.000.000
yang diharapkan menghasilkan cash flow selama 3 tahun yang masing-masing
Rp. 6.000.000, Rp. 10.000.000 dan Rp. 14.000.000.
13

Penyelesaian :
Langkah pertama adalah menghitung cash flow rata-rata, yaitu
Rp. 6.000.000 + Rp. 10.000.000 + Rp. 14.000.000
------------------------------------------------------------ = Rp. 10.000.000
3
1
20.000.000 = 10.800.000 1 - ------------
( 1 + i )3
----------
i

1
2 = 1 - ------------
( 1 + i )3
---------
i

Tabel fakto 2 ini apabila dilihat pada tabel II terletak antara 22% dan 24%.
Selanjutnya ke tabel I untuk menghitung tingkat yang sebenarnya, sebab tiap-tiap nilai yang
diharapkan adalah berbeda. Dengan mengecek 24% dan 22% kita lihat bahwa hasil nilai
sekarang keduanya selama 3 tahun lebih kecil dari Rp. 20.000.000, yang berarti bahwa 24%
dan 22% terlalu tinggi.
Kemudian kita coba lagi, yaitu antara 20% dan 22% yang perhitungannya sebagai berikut :

TH TF 22% TF 20%
1. 0,820 x Rp. 6.000.000 = Rp. 4.420.000 0,833 x Rp. 6.000.000 = Rp. 4.998.000
2. 0,672 x Rp. 10.000.000 = Rp. 6.720.000 0,694 x Rp. 10.000.000 = Rp. 6.940.000
3. 0,551 x Rp. 14.000.000 = Rp. 7.714.000 0,579 x Rp. 14.000.000 = Rp. 8.106.000
------------------- -------------------
Rp. 19.354.000 Rp. 20.044.000

Oleh karena Rp. 20.044.000 dekat dengan Rp. 20.000.000, maka tidak perlu menggunakan
interpolasi dan dianggap IRR = 20%.
14

NPV ( Net Present Value )

Metode NPV juga mengikuti konsep “Discounted Cash Flow” jadi dengan metode NPV
dimana cash flow didiscount ke tahun dasar dengan menggunakan rate of return yang
ditargetkan (Cost Of Capital).
Rumus NPV  Nilai sekarang cash inflow = Rp. xxx
Nilai sekarang cash out flow = Rp. xxx
------------
NPV = Rp. xxx
Jika NPV > 0 usulan investasi feasible.
Jika NPV < 0 usulan investasi tidak feasible.
Contoh : Sebuah usulan investasi membutuhkan capital expenditure sebesar Rp. 500.000,
diharapkan berumur 3 tahun, tiap tahun diharapkan menghasilkan cash flow
yang sama sebesar Rp. 280.000. Cost of capital 10%, maka pola cash flow-nya
sebagai berikut :

(0,751)
In Flow
(0,826)

(0,909)

280.000 280.000 280.000

500.000
Out Flow

Tahun 0
15

Dari pola cash flow diatas, NPV dapat dihitung sebagai berikut (Pakai Tabel 1)
280.000 280.000 280.000
NPV = 500.000 + ------------- + ------------ + ------------
(1,10) (1,10)2 (1,10)3
= -500.000 + (0,909 x 280.000) + (0,826 x 280.000) + (0,751 x 280.000)
= -500.000 + 696.080
NPV = 196.080

Sebeneranya apabila cash flow-nya sama setiap tahun, sebaiknya menggunakan tabel 2 agar
lebih cepat perhitungannya, sebagai berikut :
NPV = -C + P
1
= -500.000 + F 1 - ------------
( 1 + i )3
---------
i

1
= -500.000 + 280.000 1 - ------------
( 1 + i )3
---------
i
= -500.000 + 280.000 x 2,487  Tabel 2.
= -500.000 + 696.360
= 196.360

You might also like