You are on page 1of 13

MAKALAH

ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

“Geokimia Panas Bumi (Ternary Diagram dan Geothermometer)”

Disusun Oleh :

Arya Alvito Syafri (20137015)

Dosen Pengampu

Aulia Hidayat Burhamidar, S.T., M.T

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai geokomia panas bumi. Dengan
tesusunnya makalah ini, maka kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Aulia Hidayat Burhamidar, S.T., M.T selaku dosen mata kuliah Energi Baru
dan Terbarukan
2. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik

Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan


kedepan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan ilmu bagi
penyusun pada khususnya pembaca pada umumnya.

Padang, 25 April 2023


Penyusun,

Arya Alvito Syafri


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia telah dilakukan sejak lama,
terutama untuk keperluan pembangkit listrik. Namun, untuk mengoptimalkan
pemanfaatan panas bumi dan memahami sumber daya geotermal dengan lebih
baik, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakteristik kimia
fluida geotermal.
Geokimia panas bumi, seperti Ternary Diagram dan Geothermometer,
digunakan untuk menganalisis komposisi kimia fluida panas bumi dan
memperoleh informasi tentang sumber daya geotermal yang tersedia. Metode ini
juga dapat digunakan untuk memantau perubahan kondisi geokimia fluida panas
bumi akibat aktivitas produksi atau eksploitasi, serta memberikan informasi
penting untuk pengambilan keputusan dalam pengembangan potensi panas bumi.
Di Indonesia, pemanfaatan energi panas bumi sangat potensial karena
wilayah Indonesia berada di Cincin Api Pasifik dan memiliki sekitar 40% sumber
daya panas bumi dunia. Oleh karena itu, penggunaan Geokimia Panas Bumi
(Ternary Diagram dan Geothermometer) di Indonesia sangat penting untuk
memahami dan mengoptimalkan pemanfaatan energi panas bumi secara lebih
efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komposisi Kimia Fluida Panas Bumi: Ternary Diagram dan
Geothermometer digunakan untuk menganalisis komposisi kimia fluida panas
bumi. Hal ini sangat penting untuk memahami karakteristik dan potensi
sumber daya geotermal di wilayah yang bersangkutan ?
2. Bagaimana fase-fase Mineral pada Fluida Panas Bumi: Ternary Diagram dan
Geothermometer juga dapat digunakan untuk mempelajari fase-fase mineral
yang terkandung dalam fluida panas bumi. Hal ini berkaitan dengan kondisi
geokimia yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan mineral di dalam
fluida ?
3. Bagaimana kondisi Geokimia Fluida Panas Bumi: Ternary Diagram dan
Geothermometer dapat digunakan untuk mempelajari kondisi geokimia fluida
panas bumi seperti pH, suhu, tekanan, dan konsentrasi mineral. Hal ini penting
untuk memahami proses geokimia yang terjadi dalam fluida dan memprediksi
potensi sumber daya panas bumi ?
4. Bagaimana pengaruh Aktivitas Produksi atau Eksploitasi: Ternary Diagram
dan Geothermometer dapat digunakan untuk memantau perubahan kondisi
geokimia fluida panas bumi akibat aktivitas produksi atau eksploitasi. Hal ini
penting untuk mengoptimalkan produksi panas bumi dan mencegah terjadinya
penurunan atau kehabisan sumber daya ?
5. Bagaimana pengambilan Keputusan dalam Pengembangan Potensi Panas
Bumi: Informasi yang diperoleh melalui Ternary Diagram dan
Geothermometer dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dalam
pengembangan potensi panas bumi. Hal ini termasuk dalam pemilihan lokasi
pembangkit listrik tenaga panas bumi, desain sumur panas bumi, dan
kebijakan pengelolaan sumber daya panas bumi secara keseluruhan ?

C. Tujuan Makalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui komposisi Kimia Fluida Panas Bumi: Ternary
Diagram dan Geothermometer digunakan untuk menganalisis komposisi kimia
fluida panas bumi. Hal ini sangat penting untuk memahami karakteristik dan
potensi sumber daya geotermal di wilayah yang bersangkutan
2. Mahasiswa dapat mengetahui fase-fase Mineral pada Fluida Panas Bumi:
Ternary Diagram dan Geothermometer juga dapat digunakan untuk
mempelajari fase-fase mineral yang terkandung dalam fluida panas bumi. Hal
ini berkaitan dengan kondisi geokimia yang mempengaruhi pembentukan dan
perubahan mineral di dalam fluida
3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi Geokimia Fluida Panas Bumi: Ternary
Diagram dan Geothermometer dapat digunakan untuk mempelajari kondisi
geokimia fluida panas bumi seperti pH, suhu, tekanan, dan konsentrasi
mineral. Hal ini penting untuk memahami proses geokimia yang terjadi dalam
fluida dan memprediksi potensi sumber daya panas bumi
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh Aktivitas Produksi atau Eksploitasi:
Ternary Diagram dan Geothermometer dapat digunakan untuk memantau
perubahan kondisi geokimia fluida panas bumi akibat aktivitas produksi atau
eksploitasi. Hal ini penting untuk mengoptimalkan produksi panas bumi dan
mencegah terjadinya penurunan atau kehabisan sumber daya
5. Mahasiswa dapat mengetahui pengambilan Keputusan dalam Pengembangan
Potensi Panas Bumi: Informasi yang diperoleh melalui Ternary Diagram dan
Geothermometer dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dalam
pengembangan potensi panas bumi. Hal ini termasuk dalam pemilihan lokasi
pembangkit listrik tenaga panas bumi, desain sumur panas bumi, dan
kebijakan pengelolaan sumber daya panas bumi secara keseluruhan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komposisi Kimia Fluida Panas Bumi


Ternary Diagram dan Geothermometer digunakan untuk menganalisis
komposisi kimia fluida panas bumi dengan cara memeriksa kandungan unsur-
unsur kimia dalam fluida. Ternary Diagram adalah diagram tiga sudut yang
digunakan untuk memvisualisasikan perbandingan kandungan tiga unsur kimia
tertentu dalam fluida panas bumi, sedangkan Geothermometer adalah metode
yang digunakan untuk memperkirakan suhu fluida berdasarkan kandungan
mineral tertentu dalam fluida.
Dalam menganalisis komposisi kimia fluida panas bumi, Ternary Diagram
dapat memberikan gambaran tentang kondisi geokimia fluida panas bumi.
Diagram ini dapat menunjukkan perbandingan kandungan tiga unsur kimia
penting dalam fluida panas bumi, yaitu SiO2, Na2O-K2O, dan CaO-MgO.
Dengan memperhatikan posisi titik pada diagram, dapat diketahui jenis fluida
panas bumi yang ada di wilayah tersebut, seperti metapelitik, asam sulfat, atau
klorida.
Sementara itu, Geothermometer dapat memberikan informasi tentang suhu
fluida panas bumi dengan memperkirakan suhu dari kandungan mineral tertentu
dalam fluida. Metode ini dilakukan dengan menggunakan persamaan matematika
yang memperhitungkan suhu dan kandungan mineral dalam fluida, seperti Na-K-
Ca, SiO2-BO2, dan lainnya. Dengan memperhitungkan suhu dan kandungan
mineral, Geothermometer dapat memberikan estimasi suhu fluida panas bumi
dengan akurasi yang cukup tinggi.
Dengan menggunakan Ternary Diagram dan Geothermometer, dapat
diketahui komposisi kimia fluida panas bumi dan karakteristik geokimia di
wilayah yang bersangkutan. Informasi ini sangat penting dalam memahami sifat-
sifat fluida panas bumi dan potensi sumber daya geotermal yang tersedia di
wilayah tersebut. Hal ini akan membantu dalam pengambilan keputusan tentang
pengembangan potensi energi panas bumi, seperti pemilihan lokasi pembangkit
listrik tenaga panas bumi dan desain sumur panas bumi yang optimal.

B. Fase-fase Mineral pada Fluida Panas Bumi


Fase-fase mineral pada Fluida Panas Bumi juga dapat dianalisis dengan
menggunakan Ternary Diagram dan Geothermometer. Analisis ini dapat
memberikan informasi tentang fase-fase mineral yang terkandung dalam fluida
panas bumi dan kondisi geokimia yang mempengaruhi pembentukan dan
perubahan mineral di dalam fluida.
Ternary Diagram digunakan untuk menganalisis kandungan mineral
tertentu dalam fluida panas bumi. Dalam Ternary Diagram, terdapat tiga
komponen mineral yang dipilih berdasarkan karakteristik geokimia wilayah yang
bersangkutan. Dalam hal ini, Ternary Diagram digunakan untuk memperkirakan
kandungan mineral tertentu dalam fluida panas bumi, seperti halnya
geothermometer. Metode ini memperhitungkan suhu dan kandungan mineral
dalam fluida untuk memperkirakan kandungan mineral lainnya.
Sementara itu, Geothermometer dapat digunakan untuk memperkirakan
suhu dan kondisi geokimia yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan
mineral dalam fluida. Dengan memperkirakan suhu, dapat diketahui kondisi
geokimia yang mempengaruhi pembentukan mineral dalam fluida. Misalnya, suhu
tinggi dapat menyebabkan pembentukan mineral seperti kalsit dan kuarsa,
sementara suhu yang lebih rendah dapat menyebabkan pembentukan mineral
seperti zeolit dan klorit.
Dengan menggunakan Ternary Diagram dan Geothermometer, dapat
diketahui fase-fase mineral yang terkandung dalam fluida panas bumi dan kondisi
geokimia yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan mineral di dalam
fluida. Informasi ini sangat penting dalam memahami sifat-sifat fluida panas bumi
dan potensi sumber daya geotermal yang tersedia di wilayah tersebut. Hal ini akan
membantu dalam pengambilan keputusan tentang pengembangan potensi energi
panas bumi, seperti pemilihan lokasi pembangkit listrik tenaga panas bumi dan
desain sumur panas bumi yang optimal.

C. Kondisi Geokimia Fluida Panas Bumi


Kondisi geokimia Fluida Panas Bumi dapat dipelajari menggunakan
Ternary Diagram dan Geothermometer. Metode ini dapat memberikan informasi
tentang kondisi geokimia fluida panas bumi, seperti pH, suhu, tekanan, dan
konsentrasi mineral. Informasi ini penting untuk memahami proses geokimia yang
terjadi dalam fluida dan memprediksi potensi sumber daya panas bumi.
Ternary Diagram digunakan untuk menganalisis konsentrasi mineral dalam
fluida panas bumi. Dalam Ternary Diagram, terdapat tiga mineral yang dipilih
berdasarkan karakteristik geokimia wilayah yang bersangkutan. Dalam hal ini,
Ternary Diagram digunakan untuk memperkirakan konsentrasi mineral tertentu
dalam fluida panas bumi, seperti halnya geothermometer. Metode ini
memperhitungkan suhu dan konsentrasi mineral dalam fluida untuk
memperkirakan konsentrasi mineral lainnya.
Sementara itu, Geothermometer dapat digunakan untuk memperkirakan
suhu dan tekanan fluida panas bumi. Dengan memperkirakan suhu, tekanan, dan
konsentrasi mineral dalam fluida, dapat diketahui kondisi geokimia yang terjadi
dalam fluida panas bumi, seperti pH dan konsentrasi ion. Misalnya, suhu tinggi
dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi mineral dalam fluida, sementara pH
rendah dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi ion logam.
Dengan menggunakan Ternary Diagram dan Geothermometer, dapat
diketahui kondisi geokimia fluida panas bumi, seperti pH, suhu, tekanan, dan
konsentrasi mineral. Informasi ini sangat penting dalam memahami proses
geokimia yang terjadi dalam fluida panas bumi dan potensi sumber daya
geotermal yang tersedia di wilayah tersebut. Hal ini akan membantu dalam
pengambilan keputusan tentang pengembangan potensi energi panas bumi, seperti
pemilihan lokasi pembangkit listrik tenaga panas bumi dan desain sumur panas
bumi yang optimal.

D. Pengaruh Aktivitas Produksi atau Eksploitasi


Pengaruh Aktivitas Produksi atau Eksploitasi pada fluida panas bumi dapat
mempengaruhi kondisi geokimia fluida, seperti konsentrasi mineral, pH, suhu, dan
tekanan. Perubahan kondisi geokimia fluida ini dapat terjadi akibat pengambilan
fluida panas bumi dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang lama.
Ternary Diagram dan Geothermometer dapat digunakan untuk memantau
perubahan kondisi geokimia fluida panas bumi akibat aktivitas produksi atau
eksploitasi. Melalui Ternary Diagram, dapat dianalisis perubahan konsentrasi
mineral dalam fluida panas bumi akibat aktivitas produksi. Perubahan ini dapat
menyebabkan terjadinya pengendapan mineral atau terbentuknya mineral baru
dalam fluida panas bumi. Selain itu, Geothermometer juga dapat digunakan untuk
memantau perubahan suhu dan tekanan fluida akibat aktivitas produksi.
Dengan memantau perubahan kondisi geokimia fluida panas bumi akibat
aktivitas produksi atau eksploitasi, dapat diambil tindakan yang tepat untuk
mengoptimalkan produksi panas bumi dan mencegah terjadinya penurunan atau
kehabisan sumber daya. Misalnya, jika terjadi penurunan konsentrasi mineral
dalam fluida panas bumi akibat aktivitas produksi, dapat dilakukan pengendapan
kembali mineral tersebut agar tidak terbuang percuma. Selain itu, jika terjadi
penurunan suhu dan tekanan fluida panas bumi akibat aktivitas produksi, dapat
dilakukan penambahan air atau fluida pendingin untuk menjaga kondisi fluida
panas bumi tetap stabil.
Dalam pengembangan potensi energi panas bumi, monitoring kondisi
geokimia fluida panas bumi sangat penting dilakukan untuk mengoptimalkan
produksi dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, Ternary
Diagram dan Geothermometer merupakan metode yang penting dalam memantau
perubahan kondisi geokimia fluida panas bumi akibat aktivitas produksi atau
eksploitasi.

E. Pengambilan Keputusan dalam Pengembangan Potensi Panas Bumi


Pengambilan keputusan dalam pengembangan potensi panas bumi dapat
didasarkan pada informasi yang diperoleh melalui Ternary Diagram dan
Geothermometer. Informasi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi
sumber daya panas bumi di suatu lokasi, memilih lokasi yang tepat untuk
pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan merancang sumur panas bumi yang
optimal.
Misalnya, Ternary Diagram dapat memberikan informasi tentang komposisi
kimia fluida panas bumi dan kondisi geokimia di lokasi tertentu. Informasi ini
dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi sumber daya panas bumi dan
menentukan jenis teknologi yang paling sesuai untuk menghasilkan listrik dari
panas bumi.
Geothermometer dapat memberikan informasi tentang suhu fluida panas bumi di
lokasi yang bersangkutan. Informasi ini dapat membantu dalam menentukan
desain sumur panas bumi yang optimal dan mengoptimalkan produksi panas bumi.
Dengan informasi yang diperoleh dari Ternary Diagram dan
Geothermometer, keputusan dapat diambil untuk mengembangkan potensi panas
bumi secara efektif dan efisien. Keputusan ini juga dapat digunakan dalam
pengembangan kebijakan pengelolaan sumber daya panas bumi secara
keseluruhan, termasuk dalam hal pengaturan aktivitas produksi atau eksploitasi
untuk mencegah terjadinya penurunan atau kehabisan sumber daya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Ternary Diagram adalah diagram tiga sudut yang digunakan untuk
memvisualisasikan perbandingan kandungan tiga unsur kimia tertentu
dalam fluida panas bumi, sedangkan Geothermometer adalah metode yang
digunakan untuk memperkirakan suhu fluida berdasarkan kandungan
mineral tertentu dalam fluida.
2. Fase-fase mineral pada Fluida Panas Bumi juga dapat dianalisis dengan
menggunakan Ternary Diagram dan Geothermometer. Analisis ini dapat
memberikan informasi tentang fase-fase mineral yang terkandung dalam
fluida panas bumi dan kondisi geokimia yang mempengaruhi pembentukan
dan perubahan mineral di dalam fluida.
3. Kondisi geokimia Fluida Panas Bumi dapat dipelajari menggunakan
Ternary Diagram dan Geothermometer. Metode ini dapat memberikan
informasi tentang kondisi geokimia fluida panas bumi, seperti pH, suhu,
tekanan, dan konsentrasi mineral. Informasi ini penting untuk memahami
proses geokimia yang terjadi dalam fluida dan memprediksi potensi
sumber daya panas bumi.
4. Pengaruh Aktivitas Produksi atau Eksploitasi pada fluida panas bumi dapat
mempengaruhi kondisi geokimia fluida, seperti konsentrasi mineral, pH,
suhu, dan tekanan. Perubahan kondisi geokimia fluida ini dapat terjadi
akibat pengambilan fluida panas bumi dalam jumlah yang besar dan dalam
jangka waktu yang lama.
5. Pengambilan keputusan dalam pengembangan potensi panas bumi dapat
didasarkan pada informasi yang diperoleh melalui Ternary Diagram dan
Geothermometer. Informasi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
potensi sumber daya panas bumi di suatu lokasi, memilih lokasi yang tepat
untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan merancang sumur panas
bumi yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Suryantini, W., & Santoso, B. (2016). Geokimia panas bumi (Ternary diagram dan
geothermometer) untuk menganalisis komposisi kimia fluida panas bumi di
Indonesia. Jurnal Sumber Daya Geologi, 6(3), 139-151.

Yasin, A. B., Mochammad, F., & Murtadho, B. A. (2019). Analisis Kondisi Fisika-
Kimia dan Fase Mineral pada Sistem Panas Bumi Gunung Ciremai
Menggunakan Pendekatan Diagram Ternary. Jurnal Teknik ITS, 8(2), 257-
262.

Suryantini, W., & Santoso, B. (2016). Geokimia panas bumi (Ternary diagram dan
geothermometer) untuk menganalisis komposisi kimia fluida panas bumi di
Indonesia. Jurnal Sumber Daya Geologi, 6(3), 139-151.

Soemitro, R. A., Puradimaja, D. J., & Sundoro, E. (2017). Ternary diagrams for
evaluating the feasibility of binary and ternary geothermal power plant.
Journal of Geothermal Research and Engineering, 3(2), 49-53.
https://doi.org/10.29150/jgre.v3i2.123

Anom, N. N., Wahyudi, S., & Saroso, S. (2019). Geothermometry and geobarometry
studies on fluids and rocks of geothermal systems in Indonesia: A review.
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology, 4(2), 95-
107. https://doi.org/10.23917/jgeet.2019.v4i2.8933
Suhendar, E., Satria, C., & Ramdhani, A. (2019). Analysis of geothermal fluid
geochemistry in the Ulubelu geothermal field, Lampung Province, Indonesia.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 248(1), 012070.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/248/1/012070

Pramuditya, S. A., & Yuniarno, A. (2019). Application of geothermometer and


geobarometer for geothermal system in Indonesia. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 375(1), 012044.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/375/1/012044

You might also like