You are on page 1of 3

Nama : JODI

NIM : 180141434
Kelas : 6B
Mata kuliah : Etika Profesi Pendidikan
Tugas : Resensi film Ron Clark

RON CLARK
Bercerita tentang semangat seorang guru dengan metode berbeda dalam mengajar
untuk murid-murid pilihan di sebuah sekolah SD di New York Tokoh utama dalam film ini
adalah Ron Clark yang diperankan oleh Matthew Perry, seorang guru yang sangat cerdas,
pantang menyerah, penyayang, inovatif, kreatif, dan bersemangat. Film yang berdurasi 90
menit ini banyak menjadi sorotan khususnya perkembangan pendidikan. Mr. Clark begitulah
sapaannya, awalnya ia menjadi guru di salah satu sekolah di California pada tahun 1994.
Karena keberhasilannya dalam mengajar, barulah setelah 4 tahun ia dianggap sebagai guru
tetap di sekolah itu dan diberi penghargaan dengan ukiran nama Mr, clark diukir di trotoar
parkiran sekolah. Berawal dari situ, ia memutuskan untuk pindah ke New York untuk dapat
mengajar disana. Dalam usahanya mencari sekolah, ia akhirnya diterima di “Inner Harlem
Elementary School” tepat ketika ada seorang Guru keluar dari sekolah tersebut. Dengan
panduan kepada kepala sekolah Mr. Tunner ia diperkenalkan dengan keadaan kelas yang
akan dia ajar. Mr. Tunner awalnya tidak percaya akan kemampuan Mr. Clark yang akan
menghadapi kelas ini dimana ketika semua guru gagal mengatasi satu kelas bermasalah di SD
Harlem, Mr. Clark dengan percaya diri mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sebelum menyelesaikan masalah tersebut, sebelum mulai mengajar di sekolah itu, ia terlebih
dahulu mencoba untuk mengenal individu di kelas secara lebih personal dengan mengunjuni
rumah dan orang tua masing-masing siswa dan menemukan berbagai kondisi serta latar
belakang yang berbeda tiap anak.
Kenyataan bahwa kelas yang ia dapatkan di sekolah tersebut mendapat jukukan
“Kelas yang tak diinginkan” dimana siswa-siswanya yang tak punya minat belajar serta
kurangnya rasa untuk menghargai seorang guru, ia mencoba menerapkan beberapa peraturan
untuk dalam kelasnya dimana peraturan pertama adalah “We are family”. Mr. Clark sangat
menekankan keberadaan siswa dan guru sebagai sebuah keluarga yang harus saling
membantu, menghargai serta menyayangi. Kedua adalah “Take a Risk”, dan yang ketiga
“respect each other”. Dalam mengajar siswanya, Mr. Clark menggunakan metode unik dan
dapat membuat siswanya merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Baik itu menari dalam
kelas, belajar dengan bernyanyi serta melakukan privat pelajaran tambahan bagi para
siswanya. Dengan semangat mengajarnya, sampai-sampai menjaga kesehatannya ia lupakan
dengan mengidap penyakit radang paru-paru. Ditengah perjalanan mengajar, Mr. Clark juga
sempat putus asa dan berniat untuk berhenti mengajar dikarenakan sejumlah murid yang tidak
bisa menerima keberadaan ia sebagai Guru yang tetap semangat untuk bertahan di kelas
mereka. Salah satunya adalah siswi bernama Shemika. Namun beruntung ada Mourince,
dengan keadaan tersebut hingga Mr. Clark mengurungkan niatnya untuk menyerah dan
kembali mengajar.
Setelah Ujian Nasional, Mr. Clark membuat acara dengan mengundang orang tua
siswa untuk menghadirinya guna memperlihatkan mereka hasil dari belajar anak-anak selama
ini. Ditengah acara, kepala sekolah Mr. Tonner datang dan mengumumkan bahwa salah satu
muridnya mendapat peringkat tertinggi Ujian Nasional dan nilai rata-rat kelas mengalahkan
kelas unggulan di sekolah itu. Mewakili teman-temannya, Shemica mengatakan “Mr. Clark,
terimakasih untuk selalu berada disana bahkan ketika kami tidak sedang menginginkannya,
kau memberikan kami inspirasi”. Belajar dari Mr. Clark memang sebuah inspirasi untuk
pemuda-pemudi masa depan, utamanya untuk mahasiswa PTIKUNM yang memang
diciptakan untuk menjadi seorang pendidik masa depan dengan menggunakan cara-cara
inovatif khususnya dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran, memandang profesi
sebagai panggilan hidup mengaplikasikan gaya mengajar Mr. Clark yang tak pernah lelah
untuk mencerdaskan anak Bangsa.
Saat Mr. Clark mengajar ia mendapatkan beberapa kendala dalam pendekatan
pembelajaran, yaitu:
1. Peserta didik yang nakal dan sulit diatur. Hal ini terlihat saat pertama kali mengajar,
ia tidak dihargai sama sekali dengan disoraki oleh para peserta didik, tidak mau
belajar, dan tidak mau mengikuti peraturan yang dibuat Mr. Clark.
2. Keadaan lingkungan sekitar yang tidak mendukung. Lingkungan yang keras dapat
mempengaruhi sifat seseorang seperti perjudian, pencurian, dan kekerasan yang
dapat mengurangi kepedulian terhadap pendidikan.
3. Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya. Orang tua yang sibuk
dengan pekerjaannya sendiri sehingga anak disibukkan dengan membantu pekerjaan
rumah dan kurangnya waktu anak untuk belajar.
4. Peserta didik tidak nyaman untuk belajar di ruang kelas. Hal ini terlihat pada
beberapa guru sebelum Mr. Clark yang mengajar mereka tidak sanggup karena
kenakalan dan kericuhan yang mereka buat agar tidak ada yang mau mengajar
mereka.
5. Kepala sekolah yang tidak mempedulikan metode mengajar Mr. Clark. Ia hanya
menuntut hasil kelulusan yang harus diperoleh para peserta didik di SD Harleem.

Nah dapat saya kaitkan dengan materi pengeloaan kelas bahwa sudah dijelaskan
alur cerita diatas bahwasannya pertama, guru harus mengenal dan memahami
karakteristik serta kebutuhan setiap peserta didiknya didalam kelas, maksudnya disini
guru ditekankan untuk lebih aktif memahami setiap gerak gerik peserta didiknya. Kedua
guru harus bisa memotivasi peserta didiknya untuk selalu haus belajar. Ketiga jadilah
guru yang menyukai tantangan dalam mengajar jangan mudah menyerah dan putus asa.
Keempat guru harus bisa melakukan pendekatan secara individual dengan peserta didik
dan guru mampu mengambil hati peserta didik agar mereka bisa nyaman belajar dengan
gurunya. Kelima guru harus bisa memanfaatkan setiap kondisi sebagai media belajar
bagi peserta didik, sehingga dimana saja peserta didik bisa belajar dengan nyaman dan
maksimal. Keenam guru harus kreatif, solutif, dan inovatif. Dan yang paling terpenting
guru harus mau untuk selalu meningkatkan kualitas diri. Dan yang tidak kalah
pentingnya dalam proses pengelolaan kelas guru harus mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan dan harus selalu menghargai kemampuan sekecil
apapun yang dimiliki peserta didiknya.

You might also like