You are on page 1of 5

SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal, Vol. 4, No.

2 pISSN: 2088-8686
https://doi.org/10.32734/scripta.v4i2.10511 eISSN: 2686-0864

SCRIPTA SCORE Laporan


Scientific Medical Journal Kasus

Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri (Ambulasi) terhadap


Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Hemoragik
Setiawan, I1*, Susyanti, D1, Pratama, M.Y1
1
Akademi Keperawatan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan

*Correspondence: igosetiawan1204@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Posisi miring kiri dan kanan merupakan ambulasi yang harus dilakukan pada pasien
yang mengalami stroke hemoragik untuk mencegah terjadinya dekubitus. Dekubitus merupakan
komplikasi akibat penekanan pada area tubuh yang terhimpit sehingga terjadi luka area tekan.
Metode: Studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan medikal bedah. Penelitian dilakukan
oleh dua orang pasien stroke hemoragik yang diberikan intervensi ambulasi miring kiri dan kanan.
Hasil penelitian didapatkan gambaran bahwa ambulasi dini miring kiri dan kanan sangat bermanfaat
dalam mencegah dekubitus sehingga harus diterapkan oleh perawat kepada pasien stroke hemoragik.
Selain mencegah dekubitus, pada pasien I dan II terjadi peningkatan kekuatan otot sehingga akan
mencegah atropi otot. Rekomendasi penelitian diharapkan ambulasi miring kiri dan kanan dapat
diterapkan pada pasien stroke hemoragik, sehingga dapat mencegah komplikasi seperti dekubitus.

Kata Kunci: ambulasi, miring kiri dan kanan, stroke hemoragik

ABSTRACT
Left and right oblique positions are ambulation that must be done in patients who have hemorrhagic
strokes to prevent decubitus. Decubitus is a complication due to pressure on a squeezed area of the
body resulting in pressure sores. This research method is a case study research with a medical-
surgical nursing care approach. The study was conducted by two hemorrhagic stroke patients who
were given left and right oblique ambulation interventions. The results of the study showed that early
left and right oblique ambulation is very useful in preventing decubitus so that it must be applied by
nurses to hemorrhagic stroke patients. In addition to preventing decubitus, in patients I and II there
was an increase in muscle strength so that it would prevent muscle atrophy. The research
recommendation is that left and right oblique ambulation can be applied to hemorrhagic stroke
patients, so as to prevent complications such as pressure sores.

Keywords: ambulation, oblique left and right, hemorrhagic stroke


Received [16 Des 2022] | Revised [28 Feb 2023] | Accepted [28 Feb 2023]

PENDAHULUAN sempurna, sembuh dengan cacat


atau kematian. Gangguan stroke muncul
Stroke merupakan salah satu akibat gangguan aliran darah ke otak
penyakit gangguan fungsional otak karena pendarahan ataupun non
dengan tandadan gejala sesuai bagian pendarahan (Iskandar dalam Iyan, 2013).
otak yang terkena. Gejala stroke muncul
tanpa peringatan dan dapat sembuh Usia adalah salah satu factor resiko
yang paling tinggi bagi semua jenis

78
Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri (Ambulasi) terhadap Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Hemoragik

stroke. Insiden stroke meningkat dengan bokong, sendi kaki dan tumit. Sebagai
bertambahnya usia. Di Oxfordshire, perawat, dampak yang muncul seperti
selama tahun 1981-1986, tingkat insiden diatas perlu penanganan segera, apabila
stroke (kasus baru pertahun) pada tidak segera ditangani maka dapat
kelompok usia 45-54 tahun ilah 57 kasus memperburuk keadaan pasien (Hernata,
per 100.000 penduduk dibandingkan 2013).
1987 kasus per 100.000 pada kelompok Salah satu dari masalah yang
usia 85 tahun ke atas. Berdasarkan jenis muncul dari penderita stroke adalah
kelamin, insiden stroke di Amerika dekubitus. Dekubitus merupakan istilah
Serikat 270 per 100.000 pada pria dan yang digunakan untuk menggambarkan
201 pada wanita. Di Denmark, inside gangguan integritas kulit atau nekrosis
stroke 270 per 100.000 pada pria dan jaringan lokal yang cenderung terjadi
189 per 100.000 pada wanita (Lumban ketika jaringan lunak tertekan di antara
tobing dalam Jumraini, 2013). tonjolan tulang dengan permukaan
Survei Departemen Kesehatan RI eksternal dalam jangka waktu yang lama
pada 987.205 subjek dari 258.366 (Potter & Perry, 2006). Frekuensi ulkus
rumahtangga di 33 provinsi dekubitus di berbagai negara masih
mendapatkan bahwa stroke merupakan cukup tinggi. Di Amerika Serikat, dalam
penyebab kematianutama pada usia 45 beberapa penelitian menunjukan bahwa
tahun. Pravelensi stroke rata-rata adalah 3% - 10% pasien yang dirawat di rumah
0,8%, tertinggi 1,66% di Nangroe Aceh sakit menderita dekubitus dan 2,7%
Darussalam dan terendah di Papua. peluang terbentuk dekubitusbaru, namun
Pravelensi penderita stroke di RSUD Dr. angka tersebut terus menunjukan
Moewardi Surakarta pada tahun 2013 peningkatan hingga 7,7%- 26%.
sebanyak 352 orang, 2014 sebanyak 278 Prevalensi terjadinya dekubitus di
orang dan tahun 2015 sebanyak 9 orang Amerika Serikat cukup tinggi sehingga
(Iyan, 2013). Masalah yang biasanya mendapatkan perhatian lebih dari tenaga
muncul pada pasien stroke diantaranya kesehatan (Sabandar, 2009 dalam Effen
adalah keterbatasan akibat kelumpuhan di 2011). Angka prevalensi yang
sulit berkomunikasi sehingga penderita dilaporkan dari rumah sakit Cipto
stroke akan mengalami depresi serta Mangunkusumo yang terdapat penderita
pembentukan darah beku pada jaringan ulkus dekubitus menunjukan bahwa kira-
yang lumpuh dan mengakibatkan kira 20% pada pasien koma. Prevalensi
pembengkakan. Ditambah lagi,radang luka tekan di Indonesia dilaporkan di
paru-paru atau pneumonia yang RSDr. Sardjito Yogyakarta sebesar 40%.
mengakibatkan penderita kesulitan Di RS Dr.Moewardi Surakarta pada
menelan sehingga cairan terkumpul di bulanOktober 2002 ditemukan kejadian
paru-paru. Selain itu pula masalah luka tekan sebesar 38,18% (Handayani
dekubitus muncul pada penderitastroke dalamEffendi,2011).
akibat tekanan terlalu lama,bagian yang Salah satu aspek utama dalam
mengalami memar adalah pinggul, pemberian asuhan keperawatan adalah

79
Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri (Ambulasi) terhadap Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Hemoragik

mempertahankan integritas kulit. mengoleskan minyak pada kulit serta


Masalah gangguan integritas kulit yang didukung oleh alat medis lainnya seperti
terjadi pada dekubitus merupakan akibat pemberian back pillow (Potter & Perry,
2006).
utama tekanan. Tingkat keparahan dari
Penatalaksanaan posisi miring kanan
dekubitus adalah hilangnya seluruh dan miring kiri dilakukan untuk
ketebalan kulit meliputi jaringan mengurangi tekanan yang terlalu lama dan
subkutan yang rusak atau nekrotik. gaya gesekan pada kulit. Di samping itu,
Ketika dekubitus terjadi maka lama perubahan posisi untuk mencegah
perawatan dan biaya rumah sakit akan terbentuknya dekubitus dengan pemberian
meningkat. Keadaan ini juga harus posisi setiap 2 jam sekali. Pemberian
posisi miring kanan dan miring kiri
segera ditangani dan apabila hal ini
berpeluang untuk mengurangi tekanan dan
diabaikan maka akan memperburuk gaya gesek pada kulit. Sehingga dapat
keadaan penderita terutama mencegah terjadinya dekubitus (Effendi,
padabagiankulit. 2011).
Pada kasus dekubitus dapat Data yang diperoleh dari Medikal
dilakukan penatalaksanaan non Record Rumah Sakit TK II Putri Hijau
farmakologis dan farmakologis. Medan, Jumlah pasien stroke Haemorogik
Penatalaksanaan non farmakologis yaitu terhitung dari mulai bulan Januari 2021
dengan cara memberikan posisi miring sampai dengan bulan desember 2021
kanan dan miring kiri setiap 2 jam sekali. berjumlah 54 orang pasien yang dirawat
Perubahan posisi merupakan pencegahan inap di Rumah Sakit TK II Putri Hijau
dekubitus pada pasien stroke yang dapat Medan. Berdasarkan uraian permasalahan
dilakukan secararutin. Perubahan posisi tersebut diatas, maka penulisan tertarik
sangat berpeluang untuk pencegahan untuk mengambil studi kasus mengenai
terjadinya dekubitus. Untuk menentukan Penerapan posisi miring kanan dan miring
resiko luka tekan dapat menggunakan kiri (Ambulasi) terhadap pencegahan
skala Braden yang kemudian Dekubitus pada pasien dengan Stroke
diklasifikasikan menggunakan NPUAP. Haemorogik di Rumah Sakit Putri Hijau
Dapat juga memberikan penatalaksanaan Medan.
non farmakologi lainnya dengan cara
alih baring misalnya posisi terlentang METODE
dan posisi head up 30o. Secara Penelitian ini merupakan penelitian
farmakologis dapat diberikan dengan studi kasus dengan pendekatan asuhan
penggunaan salep topical ataulotion keperawatan medical bedah. Subyek pada
(Potter & Perry, 2006). penelitian adalah 2 klien stroke yang tidak
Peran perawat dalam mengurangi dapat bergrak melakukan ambulasi kiri dan
dekubitus sangatlah penting. Karena kanan dengan kriteria inklusi: klien bersedia
menjaga integritas kulit pasien merupakan menjadi subjek penelitian, umur lebih dari
salah satu aspek terpenting dalam 30 tahun, dan berjenis kelamin perempuan
memberikan asuhan keperawatan. dan laki- laki. Kriteria eksklusi penelitian
Pemberian tindakan alih baring atau ini adalah klien yang mengalami komplikasi
dengan posisi miring kanan dan miring diabetes mellitus. Instrument pengumpulan
kiri dapat menjadi suatu alternative untuk data yang digunakan adalah format
penatalaksanaan pasien koma untuk pengkajian Asuhan Keperawatan medical
mencegah dekubitus. Selain itu juga dapat bedah.

80
Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri (Ambulasi) terhadap Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Hemoragik

PEMBAHASAN pada kasus 1 dan kasus 2, yaitu: Dari hasil


Pada pembahasan ini, peneliti akan penelitian pada tabel 4.4 tampak bahwa
membahas “Penerapan posisi miringkanan kedua klien mengalami stroke hemoragik
dan miring kiri (ambulasi) terhadap untuk pertama kalinya yang kemudian
pencegahan luka decubitus Pada Stroke dirawat dirumah sakit TK II Putri Hijau
Haemoregik Di Rumah Sakit TK II Putri Medan berada pada rentang usia 50-60
Hijau Medan”. Penelitian ini telah tahun dimana pada kasus 1 berusia 53 tahun
dilaksanakan pada kasus I dilakukan pada dan kasus 2 berusia 55 tahun. Menurut
tanggal 26 Juli 2022 sampai dengan 29Juli Jumraini (2013), usia adalah salah satu
2022 dan kasus 2 dilakukan pada tanggal 31 faktor resiko yang paling tinggi bagi semua
juli 2022 sampai dengan 03Agustus 2022. jenis stroke. Insiden stroke meningkat
Dalam hal ini pembahasan yang dimaksud dengan bertambahnya usia. Dari hasil
adalah membandingkan antara tinjauan penelitian pada tabel 4.5 tampak bahwa
kasus dengan tinjauan pustaka yang kedua klien mengalami kelumpuhan pada
disajikan untuk menjawab tujuan khusus anggota gerak. Pada kasus 1 mengalami
dari penelitian. Dimana setiap temuan kelumpuhananggota gerak sebelah kanan
perbedaan diuraikan dengan konsep dan sedangkan pada kasus 2 mengalami
pembahasan disusun dengan tujuan khusus. kelumpuhan anggota gerak pada sebelah
Peneliti melakukan penelitian kiri. Menurut Hernata (2013), salah satu
terhadap dua partisipan yang sama-sama manifestasi klinis terjadinya stroke
memiliki penyakit Stroke Haemoregik di hemoragik yaitu klien akan mengalami
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan kelemahan otot, kaku dan menurunnya
dengan lima tahap sesuai dengan proses fungsi otot.
keperawatan yang dikembangkan oleh Dari hasil penelitian tabel 4.6 pada
Doengoes yaitu pengkajian, diagnosa kasus 1 dan kasus 2 klien memiliki riwayat
keperawatan, intervensi keperawatan, hipertensi. Hipertensi dapat diketahui
implementasi keperawatan dan evaluasi. dengan pemeriksaan tekanan darah.
Dongoes kemudian mengembangkan dan
mengelompokkan diagnosa keperawatan DAFTAR PUSTAKA
serta membantu menciptakan pola [1] Aziz Alimul Hidayat. 2005. Buku
komunikasi antar perawat dan dapat Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
memberikan batasan antara diagnosa Manusia. Jakarta: EGC.
keperawatan dengan diagnosa medis. [2] Bocundkk. 2005. Pemeriksaan
Diagnosa keperawatan berfokus pada respon Neurologi. Surakarta. Brunner &
klien, sedangkan diagnosa medis berfokus Suddart. 2001.
pada proses penyakitya (Doengoes,2014). [3] Buku Ajar Keperawatan Medikal
Tujuan khusus tersebut meliputi Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta:
menggali pengkajian keperawatan, EGC. Doenges, EMarylinn. 2012.
menyusun perencanaan asuhan Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
keperawatan, merumuskan diagnosa Tiga. Jakarta: EGC.
keperawatan, melakukan implementasi yang [4] Elizabeth, Dame. 2010. Pengaruh
komprensif, serta melakukan evaluasi Posisi Miring 30 derajat terhadap
keperawatan. Berikut adalah pembahasan Kejadian Luka Tekan Grade I (Non
yang disesuaikan dengan tujuan khusus dari Blanchable Erythema). Tesis.
penelitian tersebut. Program Pasca Sarjana FIK UI.
Pada tahap ini penulis menemukan Jakarta.
beberapa perbedaan antara tinjauan kasus [5] Hastuti, Sri dkk. 2013. Faktor-faktor

81
Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri (Ambulasi) terhadap Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Hemoragik

Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Dekubitus Pada Pasien Di
Ruang Intensive Care Unit. Volume
2 Nomor 5ISSN2302-1721 (diakses
tanggal).
[6] Hidayat, Aziz. 2005. Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta:EGC.
[7] Irfan, Muhammad. 2012. Fisioterapi
Bagi Insan Stroke. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
[8] Mansjoer, Arief. 2007. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapis.
[9] NANDA. 2011-2014. Diagnosa
Keperawatan. EGC.
[10] Potter & Perry. 2006. Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC.
[11] Rendy, Clevo & Margareth. 2012.
Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
[12] Rosjidi, Harun. 2014. Buku Ajar
Peningkatan Tekanan Intrakranial &
Gangguan Peredaran Darah Otak.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
[13] Selamat, Effendi. 2011. Hubungan
Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri
Terhadap Pencegahan Penyakit
Dekubitus Pada Pasien Koma.
Volume 1 Nomor 1(diakses tanggal
10 April 2015 pukul 23.10 WIB).
[14] Setiyawan. 2010. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Dengan
PerilakuPerawat Dalam Upaya
Pencegahan Dekubitus. ISSN 2087-
5002 (diakses tanggal).
[15] Tamma, Jumraini. 2013. Stroke dan
Pencegahannya. Makassar:
Universitas Hasanudin. Widodo,
[16] Arif. 2007. Uji Kepekaan Instrumen
Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam
Mendeteksi Dini Risiko Kejadian
Dekubitus Di RSIS.Jurnal Penelitian

82

You might also like