You are on page 1of 28

AKU PEMELIHARA TRADISI

ꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶꦶ꧈

Memaknai Sandang, Pangan, Papan


Tradisional Yogyakarta
FILOSOFI

● Asal kata (bahasa Yunani) :

Philos : cinta

Sophia : kebijaksanaan

Cinta akan kebijaksanaan

● Menurut KBBI, filsafat atau filosofi ialah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
BUDAYA & TRADISI
● Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar (1990: 180)
● Pada kamus besar bahasa Indonesia, budaya memiliki arti:
1. pikiran; akal budi
2. adat istiadat
3. sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju):
4. cak sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah;
● Tradisi (KBBI) adalah suatu adat ataupun kebiasaan turun temurun yang diwariskan oleh
nenek moyang dan masih dilestarikan oleh masyarakat, dengan menganggap dan menilai
bahwasannya kebiasaan yang ada ialah yang paling benar dan paling bagus.
KEARIFAN LOKAL

Menurut UU No.32 Tahun 2009


Nilai-nilai luhur yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat yang bertujuan
untuk melindungi sekaligus mengelola lingkungan hidup secara lestari.
SANDANG
꧈꧈꧈꧈
KBBI ꧈꧈꧈ Pakaian Adat
sandang1/san·dang/ n bahan Pakaian adat merupakan
Bahasa Jawa pakaian yang mengekspresikan
pakaian
identitas suatu kelompok
Sandhangan, ageman, masyarakat tertentu, yang
sandangan/san·dang·an/ n 1
busana, klambi biasanya dikaitkan dengan
pakaian; 2 tanda bunyi pada
wilayah geografis atau periode
huruf Jawa
waktu dalam sejarah.

FUNGSI
simbol budaya, karakter penduduk daerah, keyakinan penduduk daerah, dan histori,
memperingati perayaan hari besar, menunjukkan atau menentukan peran seseorang
dalam perayaan hari besar di tiap daerah, dan sebagai identitas tiap daerah.
꧈꧈꧈꧈꧈꧈꧈꧈

SANDHANGAN
SEJARAH
Berdirinya Keraton hadiningrat pada
FILOSOFI tgl 13 Maret 1755 sampai dengan LAKI-LAKI PEREMPUAN
pemerintahan Sri Sultan Hamengku
Busana adat Jawa memiliki Buwono VII dan pemerintahan Kain jarik (batik gaya
arti bagi yang Jarik batik gaya
mengenakannya. Busana
Kanjeng Gusti Pangeran Adi Pati
Arya pakulam I hingga Kanjeng
Yogyakarta), sabuk / Yogyakarta, stagen,
tersebut mengandung Gusti Pangeran Adi Pati Arya VI lonthong/slepe, kamisol atau kemben,
suatu ajaran yaitu segala telah dikenal Busana Kejawen
kamus timang, surjan,
sesuatu di dunia ini Jangkep Kebudayaan Ngayogyakarto kebaya (kartini atau
berkaitan dengan aktivitas Hadiningrat. Sejak Kanjeng Gusti keris (branggah atau kutubaru), gelung tekuk
Pangeran Adi Pati Arya VI dikenal
kita sehari-hari, baik dalam
dengan 2 gaya busana kebudayaan
gayaman gaya beserta lungsen, slop
hubungan dengan manusia, tertutup atau terbuka.
diri sendiri maupun Tuhan
Busana Kejawen Jangkep yaitu Yogyakarta),
Busana Kejawen Jangkep Kasultanan
peranakan, blankon, Perhiasannya antara lain
Yang Maha Kuasa Pencipta Ngayogyakarto Hadiningrat dan
segalanya. Busana Kejawen Jangkep Istana Pura canela atau slop. subang, tusuk tlesepan,
Pakualaman Busana. dan bros
꧈꧈꧈꧈꧈꧈꧈꧈ Jawi Jangkep
Jawi Jangkep adalah jenis pakaian
formal yang dipilih untuk
acara-acara resmi atau upacara
istimewa. Biasanya pakaian ini
memiliki atasan dengan warna
hitam yang menciptakan kesan
elegan dan layaknya pakaian resmi.

Baju Adat Jawa Jawi Jangkep


memiliki dua varian utama, yakni
Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep
Padinten.
Beskap ꧈꧈꧈꧈꧈
꧈꧈

Baju Adat Jawa Beskap adalah


sebuah jenis pakaian adat atasan
yang sering dipadukan dengan
pakaian adat Jawi Jangkep.

Secara visual, beskap memiliki


bentuk yang menyerupai kemeja
lipat. Warna beskap biasanya polos,
dengan kancing yang ditempatkan
di kedua sisi kanan dan kiri.
꧈꧈꧈꧈꧈ Surjan

Surjan adalah pakaian baju adat
Jawa yang memiliki ciri-ciri
yang berbeda dengan beskap.
Surjan memiliki gaya lengan
yang panjang dan kerah tegak,
serta bahan pembuatannya
menggunakan kain lurik.

Surjan biasanya menggunakan


motif lurik atau biasa dikenal
dengan motif garis-garis dan
motif bunga.
Kanigaran ꧈꧈꧈꧈꧈꧈꧈
Baju adat Jawa Kanigaran merupakan
sebuah gaya berpakaian yang secara
khusus disediakan untuk pengantin
dari keluarga kerajaan Kesultanan
Ngayogyakarta. Dalam tradisi ini,
sering pula disebut dengan istilah
"Paes Ageng Kanigaran."

Pakaian adat Kanigaran umumnya


terbuat dari bahan beludru yang
berkualitas tinggi. Pilihan warnanya
cenderung mendominasi hitam, dan
lengkap dengan kain dodot yang
merupakan jenis pakaian bawahan khas
dalam budaya Jawa.
꧈꧈꧈꧈꧈ Basahan
Baju Adat Jawa Basahan merupakan salah
satu jenis pakaian tradisional yang memiliki
kemiripan dengan pakaian Kanigaran.
Namun, pakaian Basahan khusus dikenakan
oleh seorang pengantin dalam upacara
pernikahan, berbeda dengan Kanigaran
yang lebih umum dikenakan oleh anggota
keluarga kerajaan.

Secara keseluruhan, baju adat Jawa Basahan


memiliki peran khusus dalam konteks
pernikahan, sementara Kanigaran lebih
berkaitan dengan identitas keluarga
kerajaan.
Perlengkapan Pakaian Jawa
● Blangkon ● Cunduk Mentul ● Stagen ● Jarik Batik
● Kuluk ● Gunungan ● Sabuk & Timang ● Lontong
● Udheng/iket ● Centhung ● Keris ● Selop
● Konde/gelungan ● Sumping ● Kamus

Blangkon Kuluk Lonthong Sabuk&Timang Keris

Gunungan Cunduk Stagen


Konde Selop
Mentul
Motif BATIK dalam Jarik

Batik Truntum Batik Ceplok


Batik Sido Wirasa Batik Semen
Batik Cakar Ayam Batik Pamiluto
Batik Grageh Wulu Batik Sindur
Batik Parijotho Batik Cuwiri
Batik Kawung Batik Nitik
Batik Parang Kusumo Batik Udan Liris
Batik Parang Rusak Batik Tambal
Batik Sidomukti Batik Wahyu Tumurun
Batik Slobog Batik Ciptoning
PANGAN
KBBI

pangan2 / pa.ngan/ n Makanan Tradisional


makanan:
Makanan tradisional adalah makanan dan minuman,
yang termasuk dalam jajanan serta bahan campuran
atau bahan yang berkembang secara spesifik di
daerah dan diolah dari resep-resep yang telah lama
dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber
KBBI bahan lokall serta memiliki citarasa yang relatif
sesuai dengan selera masyarakat setempat.
tradisional /
tra.di.si.o.nal/ a
menurut tradisi (adat)
CONTOH

PANGAN

Jenang Sumsum
Dawet
Klepon Lodeh

Kupat Tumpeng Lemper


Lodeh
Kluwih Kulit Melinjo
Cang Gleyor Terong
(Kacang Panjang) Aja mung ngerti njabane,
Kaluwarga luwih ana Terusna anggone
ning kudu ngerti njerone
anggone gulawentah Cancangen awakmu aja manembah Gusti aja
babakan pageblug (Jangan
gatekne (Keluarga harus lunga-lunga (Ikatlah dirimu prending (Teruslah
hanya melihat dari luar,
lebih diurusi dan jangan pergi-pergi) beribadah kepada yang
tetapi harus mengetahui dari
diperhatikan). maha kuasa, jangan saat
dalam tentang suatu
perlu saja)
bencana)

Godhong So
(Daun Mlinjo)
Tempe
Waluh Golong gilig donga kumpul
(Labu) Temenana olehe dhedhep
wong sholeh sugih kawruh
babagan agama lan pageblug nyuwun pitulungane Gusti
Uwalana, ilangana ngeluh
(Bersatu padu berdoa bersama (Yakinlah dalam memohon
gersula (Hilangkan sifat
orang yang pandai pertolongan kepada Sang
gemar berkeluh kesah)
pengetahuannya pada agama dan Pencipta)
wabah penyakit).
Tumpeng
Pada awalnya, tumpeng merupakan tradisi untuk Filosofi
memuliakan gunung-gunung yang dianggap sebagai a. Lauk-pauk serta sayuran yang mengelilingi
tempat bersemayamnya para Hyang atau arwah leluhur. menggambarkan simbol ekosistem kehidupan.
Bentuk tumpeng dibuat mengerucut seperti Gunung b. Sementara itu, bentuk nasi yang mengerucut dan menjulang
tinggi melambangkan keagungan Tuhan Sang Maha
Mahameru yang dianggap sebagai tempat suci
Pencipta.
bersemayamnya para dewi-dewi.
c. Warna nasi tumpeng yang didominasi oleh warna kuning
dan putih, keduanya punya makna yang berbeda pula.
Namun, makna pembuatan tumpeng pun bergeser Warna putih pada nasi tumpeng melambangkan kesucian,
seiring perkembangan zaman, yakni yang pada awalnya sedangkan warna kuning lebih pada kekayaan dan moral
dibuat untuk memuliakan gunung, lalu berubah menjadi yang luhur.
wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. d. Lauk pauk yang ada di dalam sajian tumpeng seperti, ikan
asin yang menggambarkan kebiasaan gotong royong. Telur
rebus yang bermakna kebulatan tekad serta daging ayam
yang menjadi simbol patuh terhadap Sang Pencipta.
Lemper
Filosofi
Lemper merupakan singkatan dari "yen dielem atimu aja a. Daun pisang, sebagai pembungkus memiliki makna
memper". Maksudnya adalah ketika mendapat pujian dari orang sebagai segala sifat buruk manusia. sebelum
lain, hati tidak boleh menjadi sombong atau membanggakan diri. memakan lemper, hendaknya daun pisang dibuka
terlebih dahulu. ini melambangkan bahwa untuk
Sedangkan ketan, merupakan singkatan dari “ngraketaken mencapai kemuliaan hidup, kita harus melepas
paseduluran". Para leluhur mengajarkan melalui sifat lengketnya segala sifat buruk.
ketan yang dimaknai sebagai cerminan dari rasa persaudaraan b. Ketan diibaratkan sebagai kehidupan dunia yang
yang erat antar sesama manusia. dicapai setelah membersihkan diri dari hal-hal buruk.
Namun sifatnya hanya sementara, karena masih ada
Dalam acara hajatan, lemper dilambangkan sebagai simbol kebahagiaan akhirat sebagai tujuan akhir.
rezeki. Dimana diharapkan rezeki akan selalu mengalir kepada c. Bagian paling dalam dari lemper yang berupa daging
yang empunya hajatan setelah melakukan acara. atau abon yang rasanya jauh lebih nikmat dari ketan
memiliki makna kebahagian akhirat (kebahagiaan
sebenarnya) setelah menjalani kehidupan di dunia.
PAPAN
꧈꧈꧈꧈꧈꧈

KBBI:
tempat tinggal; rumah

/joglo/. tajug loro

Yogyakarta memiliki beragam kebudayaan, salah


satunya rumah adat tradisional yang dikenal dengan
Rumah Joglo. Joglo merupakan akronim dari Tajug
Loro. Tajug merupakan atap joglo yang berbentuk
lancip seperti gunung. Tajug diibaratkan sebagai
gunung yang merupakan tempat tinggi yang sakral
dan didiami oleh para dewa.
Jenis Joglo
Berdasarkan bentuk dan karakteristiknya, rumah
joglo dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Joglo Jompongan
Konstruksi Joglo Jompongan dengan atap
lengkap (brunjung, penanggep, dan emper). Joglo Joglo Jompongan
jenis ini memiliki kesan yang sederhana karena
atapnya tidak dihias.

2. Joglo Sinom
Memiliki 36 tiang, 4 diantaranya merupakan
tiang utama (saka guru). Memiliki 4 sisi atap
dengan 3 tingkat dan 1 bubungan.
Joglo Sinom
Jenis Joglo
3. Joglo Pangrawit
Memiliki atap dengan lambung gantung.
ditopang dengan 36 tiang dengan komposisi
rumah membentuk persegi panjang.
Joglo Pangrawit
4. Joglo Mangkurat
Joglo Mangkurat memiliki bentuk yang mirip
dengan joglo Pengrawit. Hal yang membedakan
Joglo Mangkurat keduanya adalah joglo Mangkurat memiliki tiang
44 buah.

5. Joglo Hageng
Memiliki atap paling besar, berbentuk seperti
Joglo Hageng istana yang mewah.
Bagian-bagian Joglo
Rumah Joglo memiliki beberapa bagian utama yang menjadi
ciri khasnya, yaitu sebagai berikut:

1. Pendhapa
Terletak pada bagian depan, terdapat fasilitas seperti tikar
bagi tamu untuk alas duduk.

2. Pringgitan
Terletak pada bagian tengah, biasanya berupa lorong
yang digunakan untuk jalan masuk dan dapat digunakan
untuk menggelar pertunjukan wayang kulit atau
pertunjukan kesenian lainnya.

3. Dalem (ruang utama)


Pada bagian ini terdapat kamar-kamar yang disebut
senthong. Senthong hanya terdiri dari tiga bilik.
Bagian-bagian Joglo
4. Padepokan
Bagian dari rumah Joglo yang biasanya digunakan sebagai tempat beribadah dan menenangkan diri.

5. Gandhok
Bangunan yang terletak di bagian kanan dan kiri rumah, biasanya digunakan sebagai tempat
menginap keluarga atau tamu yang berkunjungj.
Filosofi
Pendhapa
Bentuk pendhapa yang tidak tertutup, luas, dan tanpa sekat
memiliki makna bahwa orang Jawa memiliki sifat yang terbuka dan
ramah. Biasanya pendhapa dibangun lebih tinggi dari halaman. Hal ini
dimaksudkan agar tamu lebih nyaman ketika berbincang sambil
menggelar tikar untuk menggambarkan keakraban.

Saka Guru
Empat buah tiang utama yang menjadi penyangga pada rumah
joglo memiliki makna sebagai penggambaran kekuatan empat arah
mata angin. Oleh karena itu, dipercaya dapat menghindarkan pemilik
dari segala mara bahaya yang datang.
Filosofi
Pintu Utama
Biasanya terletak pada bagian tengah. Hal ini diartikan sebagai
simbol keharmonisan dan keterbukaan antar penghuni di dalamnya.

Pagar Mangkok
Tidak seperti rumah biasanya yang menggunakan pagar besi atau
tembok, rumah joglo memiliki pagar yang terbuat dari tanaman. Hal
ini dimaksudkan agar pemilik rumah dan orang-orang di sekitar mudah
dalam berkomunikasi.
Aktualisasi
Pengaktualisasian filosofi dan beragam jenis sandang, pangan, maupun papan, disesuaikan
dengan beberapa kepentingan atau kebutuhan yang relevan. Sebagai generasi muda, wajib bagi
kita untuk mempelajari bagaimana mengaktualisasikan nilai sandang, pangan, papan yang
tercermin pada orang Jawa guna melestarikannya dan selalu merawatnya.

1) Aktualisasi Sandang

Dalam pernikahan, kegiatan budaya, budaya Kamis Pahingan. Dengan masyarakat sebagai sasaran
pendukung yang paling utama.

2) Aktualisasi Pangan

Dalam hajatan sederhana, maupun upacara penting seperti labuhan, slametan, dan sebagainya.

3) Aktualisasi Papan

Struktur rumah atau pendhapa Joglo yang dipakai untuk bangunan baik untuk hunian pribadi
maupun di berbagai tempat penting seperti depan Dinas Kebudayaan DIY.
Sumber Referensi
Buku

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaaan Mentalitas dan Pembangunan. Yogyakarta: Gramedia Pustaka.

Web

detikBali, T. (2022, December 13). 5 Hal Tentang Sayur Lodeh: Sejarah hingga Filosofi. Detikbali.

https://www.detik.com/bali/kuliner/d-6458830/5-hal-tentang-sayur-lodeh-sejarah-hingga-filosofi?single=1

Rahma, I. (2022b, May 27). Mengenal Filosofi Tumpeng, Lengkap Beserta Sejarah dan Resepnya. fimela.com.

https://www.fimela.com/food/read/4972024/mengenal-filosofi-tumpeng-lengkap-beserta-sejarah-dan-resepnya

Saktia, W. (2022, February 16). Makna dan Filosofi Makanan Jawa: Lemper – Yen Dielem Atimu Ojo Memper - Babad Id. Makna

Dan Filosofi Makanan Jawa: Lemper – Yen Dielem Atimu Ojo Memper - Babad Id.

https://www.babad.id/boga/pr-3642695622/makna-dan-filosofi-makanan-jawa-lemper-yen-dielem-atimu-ojo-memper
MATUR
NUWUN

You might also like