You are on page 1of 159

PENGARUH PROFESIONALISME

TERHADAP KINERJA FISKUS


(Studi Pada KPP Pratama Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan)

SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Skripsi
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universita Brawijaya

RAHMANA ALQADRI
NIM. 165030407111039

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
MALANG
2021
MOTTO

“Berpikir besar kemudian bertindak”

(Tan Malaka)

i
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Telah dipertahankan didepan majelis penguji skripsi Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Brawijaya, pada :

Hari :

Tanggal :

Skripsi Atas Nama : Rahmana Alqadri

Judul : Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Fiskus


(Studi Pada KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan)

Dan dinyatakan
LULUS
Majelis Penguji
Ketua

Latifah Hanum, SE, MSA,Ak


NIP. 2014058406172001

Anggota Anggota

Nurlita Sukma Alfandia, SE.,MA Dessanti Putri Sekti Ari, SE, MSA, Ak
NIP. 198812232015042001 NIP. 198811112019032015

ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Fiskus

(Studi Pada KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang

Selatan)

Disusun Oleh : Rahmana Alqadri

NIM :165030407111039

Fakultas :Ilmu Administrasi

Program Studi : Perpajakan

Malang, 07 Juni 2021

Pembimbing

Latifah Hanum, SE., MSA., Ak


NIP. 2014058406172001

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan


saya, didalam naskah skripsi yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme
Terhadap Kinerja Fiskus (Studi Pada KPP Pratama Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan)” tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak
lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut
dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur
jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya
peroleh (S-1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat
2,dan Pasal 70).

Jakarta, 20 Mei 2021

Rahmana Alqadri

NIM.165030407111039

iv
RINGKASAN

Rahmana Alqadri, 2021, Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Fiskus


(Studi Pada KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan)”Latifah
Hanum, SE., MSA., Ak 119 hal.

Pajak adalah sumber penerimaan Negara Indonesia yang tertinggi, Hal ini
bertujuan untuk mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Untuk
mendapatkan penerimaan negara dari pajak, maka pemerintah meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang baik adalah yang dapat bekerja
secara profesional. Profesionalisme merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan
pendapatan pajak yang tinggi. Profesionalisme menurut Hall dalam snizek (1972)
memiliki lima dimensi yaitu, Pengabdian pada profesi, kewajiban sosial kemandirian
keyakinan pada profesi, dan hubungan sesama profesi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profesionalisme
terhadap kinerja fiskus pajak di KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner melalui google formulir
kepada 100 responden yaitu fiskus pajak KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan dengan menggunakan Teknik simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan variabel profesionalisme memiliki pengaruh
terhadap kinerja fiskus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Faries dan Budiono (2014), Nugraha dan Ramantha (2015), Adri (2017), Santuo (2019),
dan Ratnawati (2020). Penelitian terdahulu yang mengemukakan hasil yang berbeda
adalah penelitian yang dilakukan oleh Avianda (2014). Hal ini dapat terjadi dikarenakan
indikator pertanyaan yang hadir pada penelitian ini lebih banyak dan lebih mewakilkan
dari masing – masing dimensi profesionalisme.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah profesionalisme mempengaruhi kinerja
fiskus pajak KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Sehingga semakin
tinggi profesionalisme fiskus maka semakin baik juga kinerjanya.

KATA KUNCI : Profesionalisme, Kinerja, Fiskus

v
SUMMARY

Rahmana Alqadri, 2021, The Influence of Professionalism on the Performance of


Fiskus (Studi At KPP Pratama Pondok Aren South Tangerang City) Latifah Hanum, SE.,
MSA., Ak 119 pages.

Taxes are the highest source of Indonesian State revenue. It aims to be able to create
welfare for its people. To get state revenue from taxes, the government is required to improve
the quality of its human resources. Good human resources are those who can work
professionally. Professionalism is an important factor in realizing high tax revenues.
Professionalism according to Hall in Snizek (1972) has five dimensions, namely, dedication to
the profession, the social obligation of independent belief in the profession, and relationships
among professions.
The purpose of this study was to determine the effect of professionalism variable on the
performance the tax authorities at KPP Pratama Pondok Aren, South Tangerang City. Data
were collected by distributing questionnaires via google form to 100 respondents, namely tax
authorities of KPP Pratama Pondok Aren, South Tangerang City using simple random sampling
technique. The results showed that the professionalism variable had an influence on the
performance of the tax authorities. This is in accordance with previous research conducted by
Faries and Budiono (2014), Nugraha and Ramantha (2015), Adri (2017), Santuo (2019), and
Ratnawati (2020). Previous research that presented different results was research conducted by
Avianda (2014).
The conclusion of this study is that professionalism affects the performance of the tax
authorities at KPP Pratama Pondok Aren, South Tangerang City. So that the higher the
professionalism of the tax authorities, the better the performance will be.

KEY WORDS:Profesionalism, Performance, Fiscus

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat
dan rahmatnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Profesionalisme Terhadap Kinerja Fiskus (Studi pada KPP Pratama Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Perpajakan pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dan membimbing khususnya kepada :
1. Bapak Drs.Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
2. Bapak Prof. Dr. Drs. Mochamad Al Musadieq MBA selaku Ketua Jurusan Administrasi
Bisnis Universitas Brawijaya.
3. Ibu Dr. Saparilla Worokinasih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi
Perpajakan.
4. Ibu Latifah Hanum, SE., MSA., Ak selaku dosen pembimbing yang selalu bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh perhatian, dan ketelitian dalam
mengawasi kepenulisan skripsi.
5. Bapak/ibu dosen prodi Perpajakan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
sehingga membantu penulis dalam menyusun skripsi.
6. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat dan doa terbaik demi
kelancaran penulisan skripsi.
7. Segenap jajaran KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan yang membantu
dalam pengumpulan data penelitian
8. Teman-teman saya yang turut memberikan semangat baik dari prodi Perpajakan
maupun fakultas lain di Universitas Brawijaya.

vii
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan memberikan sumbangan yang
berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 21 Mei 2021

Rahmana Alqadri

viii
DAFTAR ISI

MOTTO ................................................................................................................................. i
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................................... iv
RINGKASAN ........................................................................................................................v
SUMMARY ......................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................9
I.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................10
I.4 Kontribusi Penelitian................................................................................................10
I.4.1 Kontribusi Teoritis……………………………………………………………...10
I.4.2 Kontribusi Praktis………………………………………………………………10
I.4.3Kontribusi Kebijakan…………………………………………………………...11
I.5 Sistematika Pembahasan...........................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................13
II.1 Tinjauan Empiris .....................................................................................................13
II.1.1 Avianda (2014)…………………………………………………………………13
II.1.2 Faries, dan Budiono (2014)……………………………………………………14
II.1.3 Nugraha, dan Ramantha (2015)………………………………………………15
II.1.4 Adri (2017)……………………………………………………………………...16
II.1.5 Santuo (2019)…………………………………………………………………...17
II.1.6 Ratnawati (2020)……………………………………………………………….19
II.2 Tinjauan Teoritis…………………………………………………………………...26

ix
II.2.1 Pengertian Pajak……………………………………………………………….26
II.2.2 Fungsi Pajak……………………………………………………………………26
II.2.3 Pengelompokkan Pajak………………………………………………………..27
II.3 Profesionalisme……………………………………………………………………..32
II.3.1 Pengertian Profesionalisme ................................................................................. 32
II 3.2 Dimensi Profesionalisme ...................................................................................... 33
II.3.3 Faktor – faktor yang mendukung Profesionalisme……………………………...34
II.3.4 Aspek -Aspek Profesionalisme…………………………………………………….36
II.3.5 Penilaian Profesionalisme…………………………………………………………37
II.4 Kinerja………………………………………………………………………………..38
II.4.1 Pengertian Kinerja. .............................................................................................. 38
II.4.2 Indikator – Indikator Kinerja ............................................................................. 39
II.4.3 Indikator – Indikator Kinerja Fiskus ................................................................. 41
II.4.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja.................................................. 42
II.5 Fiskus Pajak………………………………………………………………………….43
II.5.1 Asal Kata Fiskus ................................................................................................... 43
II.5.2 Makna Kata Fiskus di Indonesia ........................................................................ 43
II.5.3 Hak Fiskus Pajak. ................................................................................................. 44
II.5.4 Kewajiban Fiskus Pajak ...................................................................................... 44
II.5.4.1 Kewajiban Umum Fiskus: ........................................................................... 44
II.5.4.2 Kewajiban Khusus Fiskus: .......................................................................... 45
II.6 Model Konseptual……………………………………………………………………46
II.7 Perumusan Hipotesis………………………………………………………………..47
II.7.1 Pengaruh Profesionalisme (X) terhadap Kinerja Fiskus Pajak (Y)………….48
II.8 Matriks………………………………………………………………………………….49
II.9 Nilai Eigen dan Vektor Eigen…………………………………………………………49
II.10 Matriks Data Multivariat……………………………………………………………50
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………………...51
III.1 Jenis Penelitian……………………………………………………………………..51
III.2 Lokasi Penelitian…………………………………………………………………...52
III.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel…………………………….52
III.3.1 Populasi…………………………………………………………………………52
III.3.2 Sampel…………………………………………………………………………...53
III 3.3.Teknik pengambilan sampel…………………………………………………...54
III.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel………………………………………54
III.4.1 Variabel ................................................................................................................ 54

x
III.4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................................ 55
III.5 Skala Pengukuran, Jenis dan Sumber data, Teknik Pengumpulan data, dan
Instrument Penelitian…………………………………………………………………….61
III.5.1 Skala Pengukuran ............................................................................................... 61
III.5.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 61
III.5.3Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 62
III.5.4 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 63
III.6 Teknik Analisis Data………………………………………………………………..63
III.6.1 Analisis Deskriptif ............................................................................................... 63
III.7 Pilot Test……………………………………………………………………………..64
III.8 Uji Validitas dan Realibilitas……………………………………………………….67
III.8.1 Uji Validitas ......................................................................................................... 67
III.8.2 Uji Realibilitas ..................................................................................................... 68
III.9 Uji Asumsi Klasik…………………………………………………………………...68
III.9.2 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................................... 69
III.10 Analisis Regresi Linier Sederhana………………………………………………..69
III.10.1 Persamaan Regresi Linier Sederhana ............................................................. 69
III.10.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................................ 70
III.11 Uji Hipotesis………………………………………………………………………..71
III.11.1 Uji T atau Uji Parsial ........................................................................................ 71
III.13 Prosedur Analisis Faktor……………………………………………………………73
III.13.1 Pemilihan Variabel……………………………………………………………...73
III.13.2 Pembentukan Faktor……………………………………………………………75
III.13.2.1 Metode Principal Component ....................................................................... 75
III.13.2.2 Kriteria Penentuan Jumlah Faktor .............................................................. 75
III.13.2.3 Rotasi Faktor .................................................................................................. 76
III.13.3 Interpretasi Hasil Analisis Faktor………………………………………………77
III.13.3.1 Kriteria Penentuan Signifikansi Factor Loading ........................................ 77
III.13.3.1 Penamaan Faktor ........................................................................................... 78
III.14 Hasil Analisis Faktor………………………………………………………………78
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………………...80
IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………………………80
IV.1.1 Karakteristik Geografis Kota Tangerang Selatan ........................................... 80
IV.1.2 Wilayah Administratif Kota Tangerang Selatan ............................................. 81
IV.1.3 Karakteristik KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan………….82
IV.2 Analisis Statistik Deskriptif………………………………………………………...83

xi
IV.2.1 Gambaran Umum Responden ........................................................................... 83
IV.2.2 Distribusi Frekuensi Variabel…………………………………………………….85
IV.3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas…………………………………………………90
IV.3.1 Hasil Uji Validitas ............................................................................................... 90
IV.3.2 Hasil Uji Realibilitas ........................................................................................... 92
IV.4 Uji Asumsi Klasik…………………………………………………………………...93
IV.4.1 Uji Normalitas ..................................................................................................... 93
IV.4.2 Uji Heteroskedastisitas……………………………………………………………95
IV.5 Uji Analisis Faktor…………………………………………………………………..96
IV.5.1 Pemilihan Variabel.............................................................................................. 96
IV.5.2 Pembentukkan Faktor ........................................................................................ 98
IV.6 Interpretasi Hasil Analisis Faktor………………………………………………...101
IV.6.1 Identifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi profesionalisme terhadap
kinerja fiskus ................................................................................................................. 101
IV.7 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………...105
IV.7.1 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ................... 105
IV.7.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi profesionalisme terhadap kinerja
fiskus…………………………………………………………………………………...107
IV.8 Analisis Regresi Linier Sederhana………………………………………………..108
IV.8.1 Uji Analisis Regresi Linier Sederhana ............................................................ 108
IV.8.2 Koefisien Determinasi (R2) ............................................................................... 110
IV.9 Uji Hipotesis………………………………………………………………………..110
IV.9.1 Hasil Uji t ........................................................................................................... 110
BAB V ................................................................................................................................112
PENUTUP ..........................................................................................................................112
V.1 Kesimpulan .............................................................................................................112
V.2 Saran ........................................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................114
Lampiran ..........................................................................................................................119

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Pendapatan Negara Tahun 2017-2019..................................................2


Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...........................................................................20
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................................58
Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban ........................................................................................61
Tabel 3.3 Hasil Pilot Test Uji Validitas Profesionalisme(X)………………………………65
Tabel 3.4 Hasil Uji Pilot Test Uji Validitas Kinerja (Y)………………………………….. 65
Tabel 3.5 Hasil Uji Pilot Test Uji Reliabilitas Variabel Profesionalisme (X)……………. 66
Tabel 3.6 Hasil Pilot Test Uji Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)…………………………..66
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ..............................................................83
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................................84
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................85
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme (X) ..............................................86
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja (Y)............................................................89
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Profesionalisme (X) ...............................................................91
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Fiskus (Y) .................................................................91
Tabel 4.8 Hasil Uji Realibilitas Profesionalisme (X) ..........................................................92
Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas Kinerja (Y) .........................................................................92
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas ...........................................................................................93
Tabel 4.11 Nilai Uji MSA Anti Image………………………………...…………………...98
Tabel 4.12 Penentuan Jumlah Faktor………………………………..……………………..99
Tabel 4.13 Hasil Faktor Sebelum Rotasi………………………………..……………...…101
Tabel 4.14 Hasil Faktor Rotasi Varimax………………………………..……………...…102
Tabel 4.15 Hasil Penamaan Faktor………………………………..……………...……….103
Tabel 4.16 Persamaan Regresi…………………………………………………………….109
Tabel 4.17 Uji Koefisien Determinasi…………………………………………………….110
Tabel 4.18 Hasil Uji T ........................................................................................................111

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Model Konseptual ............................................................................47


Gambar 2.1 Model Hipotesis ................................................................................................49
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan ......................................................81
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot............................................................................................94
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ..............................................................................................95
Gambar 4.4 KMO and Barttlet,s Test………………………..……………………………100
Gambar 4.5 Scree Plot………………………………………………….………………….105

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian ........................................................................................119


Lampiran 2 Hasil Uji Jawaban Pilot Test ...........................................................................124
Lampiran 3 Hasil Jawaban Responden Penelitian ..............................................................126
Lampiran 4 Permohonan Izin Penyebaran Kuisioner .........................................................133
Lampiran 5 Kumpulan Pertanyaan Melalui Google Formulir ............................................134

xv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pajak secara etimologi dalam bahasa arab disebut dengan istilah Dharibah yang

berarti mewajibkan, menerangkan atau membebankan, dan lain – lain, (Munawwir,

2002:815). Menurut Rachmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran

rakyat kepada kas negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang - undang dan tidak

mendapat jasa timbal balik secara langsung untuk digunakan demi kepentingan umum.

Berdasarkan uraian yang sudah disebutkan, maka pajak adalah iuran dari rakyat suatu negara

kepada negara yang bersifat wajib dibayarkan sebagai bentuk sumbangan wajib kepada

negara.

Pajak memiliki fungsi dan peran khususnya pada keberlangsungan suatu negara.

Menurut Sari (2013:37), fungsi dan peranan pajak ada dua, pertama fungsi penerimaan

negara yaitu sebagai sumber untuk memasukkan uang sebanyak - banyaknya dalam Kas

Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara. Kedua, fungsi mengatur yaitu

sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keuangan, ekonomi, politik, budaya,

dan pertahanan keamaanan.

Salah satu negara yang menggantungkan sumber pendapatan utama negaranya dari

sektor pajak adalah Negara Indonesia, hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah angka target

1
pencapaian pajaknya. Negara Indonesia selama rentang tahun 2018 hingga 2020 memiliki

angka target pencapaian pajak yang tinggi dan terus meningkat. Pada tahun 2018 target

pencapaian pajak sebesar Rp.1.424 triliun rupiah, kemudian pada tahun 2019 target

pencapaian pajak sebesar Rp.1.577.6 triliun rupiah, dan pada tahun 2020 target pencapaian

pajak sebesar Rp.1642.6 triliun rupiah (www.cita.or.id).

Negara Indonesia memiliki sumber pendapatan negara berasal dari Pendapatan

Negara Atas Pajak, Pendapatan Negara Bukan Pajak, dan Hibah. Komposisi sumber

pendapatan Negara Indonesia rentang waktu tahun 2017 - 2019 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Komposisi Pendapatan Negara Tahun 2017-2019

Tahun Pendapatan Pendapatan Hibah


Negara atas Negara Bukan
Pajak Pajak
2017 Rp.1.498.9 T Rp.250 T Rp.1.4 T
2018 Rp.1.618.1 T Rp.275.4 T Rp.1.2 T
2019 Rp.1.786.4 T Rp.378.3 T Rp.0.4 T

Sumber: kemenkeu.go.id

Berdasarkan data tabel 1.1 di atas, dapat dilihat ketika pada tahun 2017 pendapatan

negara atas pajak berjumlah Rp.1498.9 triliun, kemudian ditahun 2018 mengalami

peningkatan menjadi Rp.1.618.1 triliun, dan ditahun 2019 menjadi Rp.1.786.4 triliun.

Sedangkan untuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada tahun 2017 berjumlah

Rp.250. triliun, kemudian pada tahun 2018 berjumlah Rp.275.4 triliun, dan pada tahun 2019

berjumlah Rp.378.3 triliun.

2
Selain pendapatan negara atas pajak dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),

terdapat hibah sebagai sumber pendapatan negara. Pendapatan hibah tahun 2017 berjumlah

Rp.1.4 triliun, kemudian pada tahun 2018 berjumlah Rp.1.2 triliun, dan pada tahun 2019

berjumlah Rp.0.4 triliun. Hal ini menunjukkan pendapatan negara selama tahun 2017 – 2019

didominasi dari sektor pajak.

Pajak terdiri dari berbagai macam unsur salah satunya adalah, wajib pajak. Menurut

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Tata

Cara Perpajakan, “wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang- undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu”. Hal ini menyatakan

bahwa wajib pajak adalah individu maupun badan yang melakukan kewajiban perpajakan.

Data yang dihimpun melalui nota keuangan jumlah wajib pajak Negara Indoneisa pada tahun

2019 tercatat sebanyak 42 juta wajib pajak.

Jumlah tersebut naik dari tahun 2018 yang berjumlah 38.7 juta wajib pajak

(www.ddtc.co.id). Namun, meningkatnya jumlah wajib pajak tidak diikuti atas meningkatnya

angka kepatuhan pajak hal ini terlihat dari jumlah wajib pajak yang baru menyampaikan

Surat Pemberitahuan Pajak sampai pada bulan Juli 2019 baru sebesar 12,3 juta wajib pajak

atau 67.2% dari jumlah wajib pajak yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak

sebanyak 18.3 juta (bisnis.com).

3
Menurut Jatmiko (2006) menyatakan bahwa Profesionalisme dari kinerja fiskus

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakanya, artinya

disini apabila profesionalisme kinerja fiskus berjalan dengan baik maka kepatuhan wajib

pajak akan meningkat. Hal yang sama juga dituliskan dalam penelitian Siat dan Tolly (2013)

dimana profesionalisme fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini

semakin memperkuat dimana salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah

profesionalisme kinerja fiskus.

Fiskus adalah pejabat pemerintah yang bertugas untuk mengurus dan menarik pajak.

Wewenang tersebut merupakan perpanjangan tugas dari Direktorat Jendral Pajak yaitu untuk

merumuskan dan melaksanakan segala kebijakan serta standarisasi teknis di bidang

perpajakan. Tugas dari fiskus antara lain membuat surat ketetapan pajak, surat tagihan pajak,

dan menerbitkan keputusan,.

Profesionalisme fiskus kembali menjadi topik bahasan mengingat kasus penggelapan

uang pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan karena terbukti menggelapkan uang pajak

sebesar 570 juta pada tahun 2010 yang mana bertentangan dengan etos kerja dari fiskus pajak

yang harus memiliki integritas (tribunews.com). Fenomena ini semakin memperkuat

pentingnya peningkatan profesionalisme didalam kinerja fiskus pajak.

Kinerja merupakan hasil kerja yang terdiri atas unsur kualitas, kuantitas, efisiensi,

4
dan efektif yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tannggung

jawab yang diberikan kepadanya (Muklis, 2005:27). Lebih lanjut, kinerja merupakan hasil

kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi

berdasarkan wewenang dan tanggung jawab masing – masing demi mencapai tujuan

organisasi (Mangkunegara, 2000:2). Berdasarkan penjelasan menurut para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atas perilaku kerja dalam mencapai tujuan insitusi

kerja melalui pegawainya.

Kinerja dapat diukur melalui beberapa indikator, yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan

waktu, efektifitas, kemandirian, dan komitmen kerja (Robbins, 2006:260).Kinerja seseorang

tentunya dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya yaitu Profesionalisme. Menurut

Korten dan Alfonso (1981) dalam Tjokrowinoto (1996:178), profesionalisme adalah

kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-

competnece) dengan kebutuhan tugas (task requirement). Selanjutnya menurut Siagian

(2009:163) menyebutkan “profesionalisme merupakan keandalan dalam pelaksanaan tugas

sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, prosedur yang mudah

dipahami dan diikuti oleh pelanggan”.

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan diatas maka profesionalisme adalah

keandalan yang dimiliki seseorang atau birokrasi dan sesuai dengan kebutuhan tugas.

Profesionalisme menurut Hall dalam Snizek (1972) memiliki lima dimensi yaitu, (1)

Pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial (3) kemandirian (4) keyakinan pada profesi

5
(5) hubungan sesama profesi. Berdasarkan variabel yang akan diteliti pada penelitian ini

menggunakan teori Profesionalisme menurut Hall sebagai variabel independen yang mana

profesionalisme dijelaskan memiliki lima dimensi pertama adalah Dedikasi pada profesi

ditunjukkan melalui usaha profesionalisme menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang

dimiliki.

Pada dimensi pertama ini profesionalisme harus ditunjang berdasarkan kecakapan

kemampuan pada profesi yang ditekuninya dan ditopang dengan luasnya wawasan serta

pengetahuan mengenai profesinya. Hal ini dapat digambarkan dengan seorang fiskus, yang

harus menguasai segala peraturan perundang – undangan mengenai perpajakan beserta tata

cara pelaporan, penghitungan dan juga pembayaran pajaknya. Fiskus dapat menggunakan

segala pengetahuan teori pajak yang dipahaminya dalam menjawab segala permasalahan

pajak sesuai konteks permasalahanya.

Pada dimensi yang kedua adalah tanggung jawab sosial disini menitik beratkan pada

kebermanfaatan atas kehadiran profesi tersebut. Dalam hal ini pada hadirnya pelayanan dari

fiskus pajak dapat memudahkan proses pelaporan,penghitungan serta pembayaran pajak dari

wajib pajak kepada negara. Tanpa hadirnya fiskus pajak maka akan sangat menyulitkan

penerimaan pendapatan negara karena tidak hadirnya perantara negara dengan warga

negaranya.

Dimensi yang ketiga adalah ketidaktergantungan, yaitu cara pandang seseorang untuk

membuat keputusan tanpa terpengaruh dan bergantung pada pihak lain. Artinya untuk

6
seorang individu yang menjalani suatu profesi harus berani mengambil keputusan beserta

resiko dari pengambilan keputusan tersebut tanpa perlu terpengaruh dari pihak lain. Sebagai

contoh didalam penetapan suatu pengenaan tarif pembayaran pajak penghasilan, fiskus

haruslah tegas dan juga berani menetapkan tarif sesuai ketetapan yang sudah dijelaskan pada

peraturan perundang – undangan maupun keputusan mentri keuangan. Sehingga tidak perlu

terpengaruh cara penghitungan yang dilakukan oleh wajib pajak.

Dimensi yang keempat integritas pada profesi adalah suatu kepercayaan bahwa yang

paling memiliki wewenang menilai pekerjaan adalah profesional rekan sesama profesi,bukan

orang luar yang tidak memiliki kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka, Pada

dimensi ini maka seorang individu dalam suatu profesi harus yakin akan pekerjaan yang

dilakukanya serta tidak memiliki keraguan atas penilaian pihak lain atas pekerjaan dan

bidang ilmu mereka. Dalam hal ini adalah fiskus pajak harus yakin atas penghitungan tarif

pajak yang dilakukanya dan tidak mendengarkan penilaian wajib pajak atas penghitungan

tarif pajak yang dikenakanya mengacu pada peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Pada dimensi yang kelima relasi sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi

sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal

sebagai ide utama dalam pekerjaan. Dimensi ini menekankan pada keterikatan hubungan

antar profesi dengan organisasi yang mengikat profesi tersebut sebagai acuan. Salah satu

contohnya adalah fiskus pajak yang dinaungi didalam Direktorat Jendral Pajak sebagai

sebuah organisasi yang mengikat profesi tersebut.

7
Mengacu pada beberapa penelitan terdahulu salah satunya penelitian yang dilakukan

oleh Faries, dan Boediono (2014) menyatakan perilaku fiskus pajak dan profesionalisme

fiskus pajak mempengaruhi kinerja fiskus pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha dan Ramantha (2015) menyatakan bahwa

profesionalisme memiliki pengaruh terhadap kinerja, hasil penelitian yang sama dapat

ditemukan kembali pada penelitian Adri (2017) yang menyatakan bahwa Profesionalisme

berpengaruh terhadap Kinerja. Santuo (2019) pada penelitianya menyatakan bahwa

profesionalisme mempengaruhi kinerja Hal yang sama juga disampaikan oleh Ratnawati

(2020) yang menyatakan kinerja fiskus pajak dipengaruhi oleh profesionalisme. Hasil yang

berbeda ditemukan pada penelitian Avianda (2014) yang menyatakan bahwa profesionalisme

tidak mempengaruhi kinerja Berawal dari terdapatnya perbedaan hasil penelitian diantara

penelitian terdahulu membuat peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh

profesionalisme fiskus pajak terhadap kinerja fiskus pajak.

Pada konteks perpajakan Direktorat Jendral Pajak selaku instansi publik yang

memiliki wewenang untuk mengatur mengenai pajak diharapkan mampu memenuhi

kepercayaan masyarakat, dengan memberikan profesionalisme kinerja yang baik. Hal ini

dapat dilihat dengan hadirnya salah satu program untuk mewujudkan profesionalisme

8
kinerja, yaitu dengan program kantor pajak pratama percontohan. Sehingga menciptakan

persaingan antara kantor pajak pratama untuk meningkatkan profesionalisme kinerjanya,

salah satu diantarnya yang menjadi peserta dalam lomba tersebut adalah Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan atau yang

biasa disingkat KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu

KPP Pratama yang tersebar diprovinsi Banten. Berdiri pada tahun 2015 tepatnya didalam

Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) tujuanya sebagai wadah bagi mahasiswa

dan juga masyarakat umum untuk lebih mengetahui kewajiban perpajakan yang harus

dipenuhinya (www.tribunnews.com).

Beberapa waktu belakangan ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pondok Aren Kota

Tangerang Selatan meraih prestasi, tepatnya pada tahun 2017 karna menjadi salah satu

peserta lomba Kantor Pajak Pratama Percontohan (www.pajak.go.id). Karena prestasi yang

dimiliki KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan tersebut menjadi hal yang

membedakanya dengan KPP lainya. maka dari itu peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian yang berjudul “ Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Fiskus (Studi

pada KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan)”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

9
1. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja fiskus?

2. Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi profesionalisme terhadap kinerja fiskus?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan , maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk menguji pengaruh profesionalisme terhadap kinerja fiskus.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi profesionalisme terhadap

kinerja fiskus.

I.4 Kontribusi Penelitian

I.4.1 Kontribusi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat melakukan pengujian teori pengaruh profesionalisme

terhadap kinerja fiskus di Indonesia dan sebagi sumber Pustaka untuk pengembangan

penelitian – penelitian pengaruh profesionalisme terhadap kinerja fiskus dikemudian

hari.

I.4.2 Kontribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan untuk KPP Pratama Pondok

Aren Kota Tangerang Selatan dalam melihat kualitas performa sumber daya manusia

para fiskus, dengan melihat adanya faktor profesionalisme yang akan mempengaruhi

kinerja fiskus pajak . Agar dapat meningkatkan kinerja fiskus juga mempermudah

pencapaian target penerimaan negara atas pajak disetiap tahunya.

10
I.4.3Kontribusi Kebijakan

Penelitian ini harapanya dapat menjadi bahan masukan dalam merancang kebijakan

kinerja fiskus di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja fiskus di

masa yang akan datang.

I.5 Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas 5 bab sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang yang diangkat berdasarkan penelitian yang akan

dilakukan. Urainya akan terdiri atas perumusan masalah yang berisi tentang masalah

yang ingin diangkat untuk nantinya dicarikan jawaban melalui hasil analisis data. Bab

I juga berisi mengenai tujuan dari diadakanya penelitian, kemudian kontribusi

penelitian, dan juga sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini memamparkan segala tinjauan Pustaka yang memiliki hubungan judul

penelitian , pengembangan hipotesis, model konsep , dan juga model hipotesis .

Tinjauan Pustaka terdiri atas tinjauan empiris berupa penelitian terdahulu sebagai

acuan dan untuk mengetahui research gap penelitian yang akan dilakukan dengan

penelitian – penelitian terdahulu, serta tinjauan Pustaka yang memuat teori – teori

yang memiliki hubungan dengan topik penelitian, diantaranya teori profesionalisme,

11
kinerja fiskus, dan teori pajak itu sendiri.

BAB III: Metode Penelitian

Bab III menguraikan prosedur atau metode yang digunakan dalam penelitian yang

bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini

menggunakan tahap – tahap yang sistematis . Pada bab ini akan terdiri dari jenis

penelitian, lokasi penelitian, variabel dan pengukuran, populasi dan sampel, jenis

data, uji instrument penelitian, dan Teknik Analisa data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai lokasi penelitian, gambaran responden, serta data

statistik dari hasil pengolahan SPSS. Data disajikan melalui bentuk tabel, dan juga

gambar. Selain itu pada bab ini menjelaskan mengenai keterkaitan atau hubungan

antar variabel penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan

saran untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan tema penelitian yang sama.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Empiris

Penelitian ini berlandaskan pada penelitian – penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya atau pada masa terdahulu yang memiliki kesamaan dengan topik permasalahan

yang dibahas sehingga dapat dijadikan acuan didalam penelitian ini Ada beberapa penelitian

terdahulu yang dijadikan refrensi atau sumber karena memiliki hubungan yang sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantarnya sebagai berikut:

II.1.1 Avianda (2014)

Judul pada penelitian terdahulu “Pengaruh profesionalisme pemeriksa pajak,

kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Jakarta Timur”. Pada penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi pada karyawan kinerja

untuk pemeriksaan pajak profesional. Sesuai dengan judul penelitian ini menggunakan empat

variabel bebas, yaitu profesionalisme pemeriksa pajak, kepuasan kerja, komitmen organisasi,

dan motivasi kerja. Sedangkan untuk variabel terikatnya yaitu kinerja karyawan. Berdasarkan

variabel terikat dan juga variabel bebas ditentukan hipotesis sementara berdasarkan penelitan

- penelitian terdahulu yang sudah dilakukan sebelumnya. Hipotesis pertama menyebutkan

profesionalisme fiskus pajak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

13
Hal ini tentu saja sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya dilakukan

Cahyani (2010) menunjukkan hasil CR 2,214 dan dengan probabilitas sebesar 0,027 nilai ini

memenuhi syarat untuk menerima hasil hipotesis yang dilakukan terhadap 171 responden

fiskus pajak yang terdapat di Semarang. penelitian dilakukan melalui membagikan kuesioner

kepada fiskus pajak di Jakarta Timur yaitu KPP-Pratama Jakarta Pasar Rebo, Kpp-Pratama

Jakarta Kramat Jati, KPP - Pratama Jakarta Jatinegara, KPP-Pratama Jakarta Duren Sawit,

Kpp-Pratama Jakarta Matraman, Kpp-Pratama Jakarta Pulogadung, Kpp- Pratama Jakarta

Cakung 1, Kpp- Pratama Jakarta Cakung 2. Jumlah sampel responden adalah 72. Hasil

penelitian profesionalisme tidak mempengaruhi kinerja (Avianda:2014).

II.1.2 Faries, dan Budiono (2014)

Pada penelitian terdahulu dengan judul “ Pengaruh perilaku fiskus pajak dan

profesionalisme fiskus pajak terhadap kinerja fiskus pajak (survei pada konsultan pajak

Surabaya)”. Menggunakan variabel profesionalisme dan perilaku fiskus pajak sebagai

variabel bebas dan variabel terikat yaitu kinerja fiskus pajak. Hipotesis yang digunakan

peneliti, pertama perilaku fiskus pajak dan profesionalisme tidak berpengaruh terhadap

kinerja fiskus pajak, dan hipotesis yang kedua perilaku fiskus pajak dan profesionalisme

berpengaruh terhadap kinerja fiskus pajak.

Penelitian ini termasuk didalam jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

sumber data primer berupa angket yang dibagikan kepada konsultan pajak yang pernah

mengikuti jalanya pemeriksaan pajak, dengan populasi penelitian yaitu seluruh Konsultan

14
Pajak Surabaya yang tergabung didalam Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) pada tahun

2014. Setelah dilakukan penelitian ditemukan hasil variabel perilaku fiskus pajak secara

individual bahwa perilaku fiskus pajak mempengaruhi kinerja fiskus pajak dalam melakukan

pemeriksaan pajak di Surabaya.

Hal tersebut berarti apabila tingkat perilaku fiskus pajak semakin meningkat maka

kinerja fiskus pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak akan meningkat pula. Sebaliknya

apabila perilaku fiskus pajak semakin menurun maka kinerja fiskus pajak dalam melakukan

pemeriksaan pajak akan menurun. Pengujian variabel profesionalisme fiskus pajak secara

individual disimpulkan bahwa profesionalisme fiskus pajak mempengaruhi kinerja fiskus

pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak di Kota Surabaya

Berdasarkan hal tersebut apabila tingkat profesionalisme fiskus pajak semakin

meningkat maka kinerja fiskus pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak akan meningkat

pula. Sebaliknya apabila tingkat profesionalisme fiskus pajak menurun maka kinerja fiskus

pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak akan menurun. Hasil pengujian variabel perilaku

fiskus pajak dan profesionalisme fiskus pajak secara bersama- sama mempengaruhi kinerja

fiskus pajak dalam melakukan pemeriksaan pajak di Surabaya (Faries:2014).

II.1.3 Nugraha, dan Ramantha (2015)

Kinerja auditor yang baik akan membantu Kantor Akuntan Publik untuk mencapai

tujuan dan memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal laporan

keuangan. Auditor dituntut menjadi seorang ahli untuk dapat mempertahankan kepercayaan

15
dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya. Adanya pelatihan auditor

dapat meningkatkan kemampuan auditor untuk melakukan pekerjaan dalam proses audit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, etika

profesi dan pelatihan auditor terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 65 auditor yang bekerja pada

KAP di Bali. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 65 kuesioner. Namun, yang

kembali dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut sebanyak 63 kuesioner. Tehnik

analisisdata yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan program

SPSS 25.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa variabel

profesionalisme, etika profesi dan pelatihan auditor berpengaruh positif terhadap kinerja

auditor.

II.1.4 Adri (2017)

Judul pada penelitian terdahulu yaitu “pengaruh profesionalisme dan komitmen

organisasi terhadap kinerja pegawai pada kantor inspektorat provinsi Sulawesi selatan”.

Penelitian terdahulu ini berangkat dari keresahan peneliti tentang banyaknya kasus tindak

pidana korupsi dilingkungan pemerintahan daerah, dari hal tersebut maka peneliti mencoba

menguji adakah pengaruh profesionalisme dan komitmen organisasi terhadap kinerja

karyawan pada kantor inspektorat provinsi Sulawesi selatan. Terdapat tiga hipotesis yang

hadir sebelum dilakukan penelitian, pertama diduga profesionalisme dan komitmen

16
organisasi secara bersaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,

kedua diduga profesionalisme berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai, dan hipotesis yang ketiga diduga komitmen organisasi berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Setelah dilakukan penelitian maka dapat disimpulkan berdasarkan hipotesis, pertama

dinyatakan tepat dengan hasil uji simultan yang telah dilakukan yaitu profesionalisme dan

komitmen organisasi secara bersama – sama berpengaruh positif serta signifikan terhadap

kinerja pegawai pada kantor inspektorat provinsi Sulawesi selatan. Kedua berdasarkan hasil

uji parsial pada hipotesis kedua, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme berpengaruh dan

signifikan terhadap kinerja pegawai pada kantor inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

Ketiga berdasarkan hasil uji parsial yang dilakukan pada hipotesis ketiga, dapat disimpulkan

bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

pada kantor inspektorat provinsi Sulawesi selatan ( Adri :2017).

II.1.5 Santuo (2019)

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Kinerja Fiskus Pajak:

Tiga Variabel Penjelas Pencapaian Target Pajak Optimal”. Pemeriksaan pajak dapat

dikatakan berhasil ditentukan oleh kinerja dari fiskus pajaknya, maka dari itu untuk mencapai

hasil pemeriksaan pajak yang optimal diperlukan upaya dalam meningkatkan kinerja fiskus

pajak . Kinerja fiskus pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama profesionalisme,

kedua pengalaman kerja, dan ketiga komitmen organisasi dari fiskus pajak.

17
Berdasarkan penelitian sebelumnya mendapatkan hasil bahwa profesionalisme,

pengalaman kerja, dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja fiskus pajak.

Namun terdapat juga penelitian sebelumnya yang mengemukakan hasil bahwa

profesionalisme, pengalaman kerja dan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap

kinerja fiskus pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme,

pengalaman kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja fiskus pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bulukumba.

Populasi penelitian yaitu sebanyak 37 pemeriksa pajak yang terdiri atas fungsional

pemeriksa pajak dan petugas pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bulukumba. Jumlah sampel ditentukan dengan teknik total sampling, yaitu dengan

mengambil semua populasi yaitu sebanyak 37 responden. Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan

uji hipotesis parsial dan simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan pada profesionalisme, pengalaman kerja dan komitmen organisasi

terhadap kinerja fiskus pajak.

Hal ini berarti bahwa kinerja fiskus pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bulukumba secara mayoritas dipengaruhi oleh profesionalisme, pengalaman kerja dan

komitmen organisasi fiskus pajak serta selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini.

18
II.1.6 Ratnawati (2020)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, kompetensi,

dan konflik peran pada kinerja fiskus pajak. Studi ini juga perlu menyelidiki moderasi peran

lokus kendali. Sampel terdiri dari 139 pemeriksa pajak di Riau Kantor Direktorat Jenderal

Pajak-Indonesia. Teknik analisis data termasuk regresi berganda dan analisis regresi yang

dimoderasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, kompetensi, dan konflik

peran mempengaruhi kinerja fiskus pajak. Seorang fiskus pajak yang profesional, memiliki

kompetensi, dan tidak merasa ada konflik dalam menjalankan perannya, akan memiliki

kinerja yang lebih baik. Selain itu penelitian ini juga menemukan lokus tersebut dari kontrol

memoderasi efek profesionalisme, kompetensi, dan konflik peran kinerja fiskus pajak. Lokus

internal selanjutnya akan meningkatkan kinerja fiskus pajak dengan profesionalisme tinggi,

kompetensi yang memuaskan. Kinerja fiskus pajak yang rendah akibat terjadinya konflik

peran internal (Ratnawati:2019).

19
Tabel 2.1Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Metode Hasil Perbedaan Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
1. Avianda Pengaruh Penelitian Hasil penelitian Pada penelitian terdahulu
(2014) Profesionalisme ini berjenis menunjukkan berfokus pada uji variabel
Pemeriksa Pajak, penelitian bahwa motivasi profesionalisme pemeriksa
Kepuasan Kerja, hypotesis kerja pajak, kepuasan kerja,
Komitmen testing berpengaruh komitmen organisasi, dan
Organisasi, dan dengan signifikan motivasi kerja terhadap kinerja
Motivasi Kerja metode terhadap karyawan KPP. Namun yang
Terhadap Kinerja deskriptif kinerja. Namun, membedakan adalah mengenai
Karyawan Kantor dan profesionalisme, cara mengukur kinerja, pada
Pelayanan Pajak pendekatan kepuasan kerja penelitian yang akan diteliti
Pratama Wilayah kuantitatif dan komitmen akan menggunakan indikator
Jakarta Timur tidak kinerja yaitu, kualitas,
mempengaruhi kuantitas, ketepatan waktu,
kinerja efektifitas, kemandirian, dan
komitmen kerja (Robbins
2006:260). Selain yang sudah
dijelaskan pada metode
penelitian yang akan dilakukan
menambahkan uji analisis
faktor yang tidak dilakukan
pada penelitian sebelumnya

20
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Peneliti Penelitian
2. Faries dan Pengaruh Perilaku Penelitian Perilaku pemeriksa Penelitian terdahulu
Budiono Pemeriksa Pajak ini berjenis pajak dan dalam pengumpulan
(2014) dan penelitian profesionalisme data berfokus pada
Profesionalisme hypotesis pemeriksa pajak secara penilaian dari konsultan
Pemeriksa Pajak testing bersama - sama pajak yang tergabung
Terhadap Kinerja dengan mempengaruhi kinerja dalam ikatan konsultan
Pemeriksa Pajak metode pemeriksa pajak dalam pajak Surabaya untuk
(Survei Pada deskriptif melakukan pemeriksaan menilai kinerja fiskus.
Konsultan pajak dan pajak di Surabaya Sedangkan pada
Surabaya)” pendekatan penelitian yang akan
kuantitatif dilakukan berfokus pada
fiskus dalam menilai
kinerjanya. Selain yang
sudah dijelaskan pada
metode penelitian yang
akan dilakukan
menambahkan uji
analisis faktor yang
tidak dilakukan pada
penelitian sebelumnya

21
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Peneliti Penelitian
3. Nugraha Pengaruh Penelitian Berdasarkan hasil Pada penelitian terdahulu
dan Profesionalisme, ini berjenis analisis dapat dilakukan untuk
Ramantha Etika penelitian diambil kesimpulan mengukur pengaruh
(2015) Profesi, dan hypotesis bahwa variabel profesionalisme, etika
Pelatihan testing profesionalisme, profesi, dan pelatihan
Auditor dengan etika profesi, dan auditor terhadap kinerja
Terhadap metode pelatihan auditor auditor pada kantor
Kinerja Auditor deskriptif berpengaruh positif akuntan publik di bali.
Pada dan terhadap kinerja auditor.
Kantor Akuntan pendekatan Pada penelitian yang akan
Publik di Bali kuantitatif dilakukan menguji
pengaruh profesionalisme
terhadap kinerja fiskus
pajak di KPP Pondok
Aren Kota Tangerang
Selatan. Selain yang
sudah dijelaskan pada
metode penelitian yang
akan dilakukan
menambahkan uji analisis
faktor yang tidak
dilakukan pada penelitian
sebelumnya

22
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Peneliti Penelitian
4. Adri Pengaruh Penelitian ini Profesionalisme dan Pada penelitian
(2017) Profesionalisme berjenis Komitmen organisasi terdahulu
dan Komitmen penelitian secara bersama – berfokus pada uji
Organisasi hypotesis sama berpengaruh variabel
Terhadap testing dengan positif dan signifikan profesionalisme
Kinerja metode terhadap kinerja pemeriksa pajak,
Pegawai Pada deskriptif dan pegawai pada Kantor kepuasan kerja,
Kantor pendekatan Inspektorat Provinsi komitmen
Inspektorat kuantitatif. Sulawesi selatan. organisasi, dan
Provinsi motivasi kerja
Sulawesi Selatan Kedua berdasarkan terhadap kinerja
hasil uji parsial pada karyawan KPP.
hipotesis kedua, dapat
disimpulkan bahwa Perbedaan penelitian
profesionalisme terdahulu dengan
berpengaruh dan penelitian yang akan
signifikan terhadap dilakukan adalah
kinerja pegawai pada mengenai cara
Kantor Inspektorat mengukur kinerja, pada
Provinsi Sulawesi penelitian yang akan
selatan.` diteliti akan
menggunakan indikator
Ketiga berdasarkan kinerja menurut
hasil uji parsial yang Robbins (2006:260)
dilakukan pada yaitu, kualitas,
hipotesis ketiga, dapat kuantitas, ketepatan
disimpulkan bahwa waktu, efektifitas,
komitmen organisasi kemandirian, dan
berpengaruh dan komitmen kerja. Selain
signifikan terhadap yang sudah dijelaskan
kinerja pegawai pada pada metode penelitian
Kantor Inspektorat yang akan dilakukan
Provinsi Sulawesi menambahkan uji
selatan. analisis faktor yang
tidak dilakukan pada
penelitian sebelumnya

23
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
Peneliti
5. Santuo Kinerja Pemeriksa Penelitian ini Kinerja pemeriksa Pada penelitian
(2019) Pajak: Tiga Variabel menggunakan pajak pada Kantor terdahulu berfokus
Penjelas Pencapaian metode Pelayanan Pajak pada pengujian
Target Pajak Optimal eksplanatori Pratama Bulukumba pengaruh
deskriptif secara mayoritas profesionalisme,
kuantitatif dipengaruhi oleh pengalaman kerja,
profesionalisme, dan komitmen
pengalaman kerja, dan organisasi pemeriksa
komitmen organisasi pajak terhadap kinerja
pemeriksa pajak serta pemeriksa pajak.
selebihnya dipengaruhi Pada penelitian yang
oleh faktor lain yang akan dilakukan
tidak dimasukkan berfokus pada
dalam model penelitian pengaruh
ini. profesionalisme
terhadap kinerja fiskus
pajak

24
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Hasil Perbedaan Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian

6. Ratnawati Factors Penelitian ini Profesionalisme, Pada penelitian terdahulu


(2020) affecting tax berjenis kompetensi, berfokus pada pengujian
auditors’ penelitian dan konflik peran pengaruh profesionalisme,
performance: hypotesis pengalaman kerja, dan
the mempengaruhi
testing dengan kinerja komitmen organisasi
moderating metode pemeriksa pajak terhadap
role of locus pemeriksa
deskriptif kinerja pemeriksa pajak.
of control pajak Pada penelitian yang akan
dengan
dilakukan berfokus pada
pendekatan
pengaruh profesionalisme
kuantitatif
terhadapa kinerja fiskus
pajak Selain yang sudah
dijelaskan pada metode
penelitian yang akan
dilakukan menambahkan
uji analisis faktor yang
tidak dilakukan pada
penelitian sebelumnya

Sumber: Diolah Peneliti (2021)

Keterbaharuan pada penelitian secara umum yaitu mengenai pemilihan tempat obyek

penelitian. Dimana pada obyek penelitian terdahulu hanya pada KPP Pratama biasa.

Sedangkan pada penelitian yang ingin dilakukan yaitu pada KPP Pratama yang pernah masuk

nominasi KPP Pratama percontohan, dan secara khusus yaitu pada metode analisis yaitu uji

analisis faktor yang belum dilakukan pada penelitian – penelitian sebelumnya.

25
II.2 Tinjauan Teoritis

II.2.1 Pengertian Pajak

Pajak atau yang biasa disebut dengan tax dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun

2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang – undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat (Undang – Undang Nomor 28

Tahun 2007). Smeets dalam Waluyo (2011:2) menyatakan pajak adalah prestasi terutang

kepada pemerintah melalui norma – norma umum dan dapat dipaksakan, tanpa ada

kontraprestasi langsung dalam hal yang bersifat individual, dimasukkan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

II.2.2 Fungsi Pajak

Pajak tidak akan memberikan timbal balik langsung kepada individu didalam

masyarakat, namun digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang nantinya

dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Untuk dapat memahami hal tersebut maka

fungsi dari pajak menurut Mardiasmo (2009:1) , akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi budgetair

Pajak sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi Mengatur (regulerend)

26
Pajak sebagai instrument untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah

pada bidang sosial, ekonomi, dan politik. Contoh:

a. Pajak yang dikenakan atas rokok bertujuan untuk mendanai sektor Kesehatan

akibat dampak buruk yang diberikan oleh rokok.

b. Pajak atas barang impor digunakan untuk melindungi harga pasar didalam negri.

II.2.3 Pengelompokkan Pajak

Fungsi pajak yaitu sebagai fungsi mengatur kebijakan pemerintah perlu dilakukan

pengelompokkan jenis pajak untuk memudahkan berjalanya fungsi mengatur dari pajak.

Menurut Resmi (2012:7) jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu

pengelompokan pajak berdasarkan golongan, berdasarkan sifat, dan berdasarkan lembaga

yang melakukan pemungutanya:

1. Menurut Golongan:

a. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat

dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain. Contohnya; pajak atas kendaran

bermotor, pajak bumi dan bangunan, dan pajak penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Pajak tidak langsung dapat terjadi jika proses transaksi yang menyebabkan

terutangnya pajak, contohnya; pajak pertambahan nilai, pajak ekspor, dan pajak bea

27
masuk.

2. Menurut Sifat:

a. Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaanya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan

pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak Objektif

Pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,

perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajak, tanpa memperlihatkan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun

tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungut:

a. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi)

maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten / kota) dan digunakan untuk membiayai

pemerintah daerah.

Setelah pajak dikelompokkan berdasarkan golongan, sumber, dan lembaga

28
pemungutnya, pajak juga terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem

pemungutan pajak. Menurut Waluyo (2011:16) tata cara pemungutan pajak terdiri atas :

a. Stelsel Pajak

1. Stelsel Nyata ( riil stelsel )

Merupakan salah satu jenis pemungutan pajak berdasarkan pada objek atau

penghasilan yang diperoleh sesungguhnya (penghasilan nyata untuk Pajak

Penghasilan). Berdasarkan hal itu penghasilan yang sesungguhnya dapat diketahui

kemudian atau disebut sistem pemungutan pajak di belakang.

2. Stelsel Anggapan

Merupakan pemungutan pajak yang didasarkan pada anggapan yang diatur oleh suatu

undang-undang. Anggapan yang dimaksud disini dapat bermacam-macam,

tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku, dengan demikian stelsel ini

menerapkan sistem pemungutan pajak di depan (voor hedging). Misalnya,

penghasilan suatu tahun pajak dianggap sama dengan tahun sebelumnya. Sehingga

pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk

tahun pajak berjalan.

3. Stelsel Campuran

Jenis stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada

awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan. Kemudian pada

akhir tahun, besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Apabila

29
kenyataannya besarnya pajak lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka

wajib pajak harus menambah pembayaran. Sebaliknya, apabila besaran pajaknya

menurut kenyataan lebih kecil daripada pajak anggapan, maka wajib pajak dapat

meminta kembali kelebihannya (direstitusi) atau dapat juga dikompensasi.

b. Asas Pemungutan Pajak

1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat tinggal seseorang.

2. Asas Kebangsaan

Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangasaan seseorang, salah satu

contohnya adalah ketika ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut

tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaanya bukan Jepang.

3. Asas Sumber

Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat penghasilanya berada.

II.2.4 Sistem Pemungutan Pajak

1. Self Assasment System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran pajak

yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Wajib pajak merupakan

pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran

pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online

30
yang sudah dibuat oleh pemerintah.

2. Witholding System

Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan

wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.

3. Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan

wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat

perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak Official

Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah

dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Pajak di Negara Republik Indonesia menganut sistem Self Assasment, yaitu anggota

masyarakat wajib pajak (WP) diberikan kepercayaan dan kewenangan untuk melaksanakan

penghitungan, pembayaran, dan pelaporan sendiri atas pajak terhutang (Self Assasment)

dengan melalui surat pemberitahuan pajak (SPT). Hal ini mengacu atas Undang – Undang

Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah (PPnBM). Pemerintah memberikan ruang yang tinggi terhadap kebebasan

wajib pajak karena itu pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap kebebasan

wajib pajak ini harus sekecil mungkin.

Sistem pajak yang menganut Self Assasment memerlukan sistem kontrol atas

kebebasan wajib pajak dalam menghitung dan melaporkan kewajiban perpajakanya. Sistem

31
kontrol tersebut diwujudkan dalam bentuk pemeriksaan pajak, dasar hukum dari pemeriksaan

pajak yaitu Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan. Pemeriksaan pajak (tax audit) yang dilakukan oleh fiskus pajak dengan

tujuan untuk menguji kepatuhan wajib pajak (Compliance Audit), menuntut fiskus pajak

sebagai pemeriksa pajak untuk bersikap profesional dalam melakukan tugasnya.

II.3 Profesionalisme

II.3.1 Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme mempunyai peran yang sangat penting didalam kinerja seseorang

karena profesionalisme adalah bentuk penilaian diri atas kinerja seseorang. Terdapat

beberapa pengertian tentang profesionalisme disampaikan oleh Alvin A. Arens dan James K.

Loebbecke (2002) dalam Herliansyah (2008:10) profesionalisme adalah tanggung jawab

untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi undang- undang dan peraturan

masyarakat. Profesionalisme mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitas yang memberi

karakteristik atau menandai suatu profesi atau orang yang profesional. Atik Purwandari

(2008:57), menyatakan bahwa, Profesionalisme adalah memberi pelayanan sesuai dengan

bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara penuh/utuh tanpa mementingkan

kepentingan pribadi melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien

sebagaimana menghargai diri sendiri.

Menurut Ancok dalam Tangkilisan (2008:227), yang dimaksud dengan

profesionalisme adalah “kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang cepat

32
berubah dan menjalankan tugas dan fungsinya dengan mengacu kepada visi dan nilai - nilai

organisasi (control by vision and values)”.

Menurut Sedarmayanti (2010:96), profesionalisme adalah pilar yang akan

menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter

kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Menurut Siagian (2009:163), profesionalisme

adalah keandalan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu

tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh

pelanggan.

Menurut Dwiyanto (2011:157), profesionalisme adalah paham atau keyakinan bahwa

sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan

selalu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan nilai nilai profesi aparatur yang mengutamakan

kepentingan publik. Berdasarkan pengertian yang sudah dikemukakan beberapa ahli di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme yaitu perilaku yang lebih dari sekedar

pemenuhan kewajiban atas peraturan hukum dan masyarakat serta menjadi parameter

kecakapan bekerja seseorang secara baik.

II 3.2 Dimensi Profesionalisme

Profesionalisme menurut Hall dalam snizek (1972) memiliki lima dimensi yaitu:

1. Pengabdian pada profesi

Profesionalisme harus ditunjang berdasarkan kecakapan kemampuan pada profesi

yang ditekuninya dan ditopang dengan luasnya wawasan serta pengetahuan mengenai

33
profesinya.

2. Kewajiban Sosial

Kebermanfaatan atas kehadiran profesi tersebut, yaitu hadirnya pelayanan dari fiskus

pajak dapat memudahkan proses pelaporan,penghitungan serta pembayaran pajak

dari wajib pajak kepada negara. Tanpa hadirnya fiskus pajak maka akan sangat

menyulitkan penerimaan pendapatan negara karena tidak hadirnya perantara negara

dengan warga negaranya.

3. Kemandirian

Cara pandang seseorang untuk membuat keputusan tanpa terpengaruh dan

bergantung pada pihak lain.

4. Keyakinan pada profesi

Kepercayaan bahwa yang paling memiliki wewenang menilai pekerjaan adalah

profesional rekan sesama profesi,bukan orang luar yang tidak memiliki kompetensi

dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5. Hubungan sesama profesi

Ikatan profesi digunakan sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan

kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan.

II.3.3 Faktor – faktor yang mendukung Profesionalisme.

Faktor yang mendukung profesionalisme dalam Royen (2007:13) adalah:

1. Performance

34
Performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, penampilan

kerja.

2. Akuntanbilitas Aparatur

Akuntabilitas merupakan kebijakan startegis, hal ini harus dapat di implementasikan

untuk menciptakan kepatuhan pelaksanaan tugas dan kinerja pegawai. Akuntabilitas

juga merupakan kewajiban untuk memberikan tanggung jawab kinerja kepada pihak-

pihak tertentu (Akhmad, Mustanir, & Ramadhan, 2018).

Hal ini didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan

pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

b. Menjamin penggunaan sumbersumber daya secara konsisten dan sesuai

dengan peraturan.

c. Harus dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

d. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.

e. Jujur, objektif, transparan dan inovatif.

3. Loyalitas Pegawai

Loyalitas aparatur yang berkaitan dengan karakteristik sosok profesionalisme

menurut Islami dalam Royen adalah kesetiaan diberikan kepada konstitusi, hukum,

pimpinan, bawahan dan rekan sekerja, berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu

35
sama lain dan tidak ada kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan

tertentu dengan mengabaikan yang lainnya.

4. Kemampuan Aparatur / Pegawai

Kemampuan merupakan salah satu unsur kematangan yang berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan serta

pengalaman.

II.3.4 Aspek -Aspek Profesionalisme.

Menurut Oemar Hamalik dalam Royen (2007:7) terdapat aspek – aspek didalam

profesionalisme yaitu:

1. Aspek potensial

Setiap tenaga kerja tentunya memiliki potensi-potensi yang bersifat dinamis, yang

dapat dikembangkan dan terus berkembang

2. Aspek profesionalisme

Setiap pegawai memiliki keahlian yang berbeda dari orang lain tergantung bidangnya

masing-masing. Hal ini menyebabkan seseorang terus meningkatkan

keahliannyaagar bisa bekerja lebih handal.

3. Aspek fungsional

Para pegawai melaksanakan pekerjaannya yang didasarkan pada hasil tepat guna,

artinya bekerja sesuai tugas dan fungsinya.

36
4. Aspek operasional

Setiap pegawai dapat mendayagunakan kemampuan dan keterampilannya dalam

proses dan prosedur pelaksanaan kerja yang ditekuninya.

5. Aspek personal

Setiap pegawai harus memiliki sifat kepribadian yang menunjang pekerjaannya.

6. Aspek produktifitas

Setiap pegawai harus memiliki motof kerja dan prestasi baik kualitas maupun

kuantitas.

II.3.5 Penilaian Profesionalisme

Menurut Siagian (2009 :35) profesionalisme diukur dari segi kecepatannya dalam

menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan. Menurut

pendapat tersebut, konsep profesionalisme dalam diri aparat dilihat dari segi:

1. Kreatifitas (creativity)

Kemampuan aparatur untuk menghadapi hambatan dalam memberikan pelayanan

kepada publik dengan melakukan inovasi. Hal ini perlu diambil untuk mengakhiri

penilaian miring masyarakat kepada birokrasi publik yang dianggap kaku dalam

bekerja. Terbentuknya aparatur yang kreatif hanya dapat terjadi apabila: terdapat

iklim yang kondusif yang mampu mendorong aparatur pemerintah untuk mencari

ide baru serta menerapkannya secara inovatif: adanya kesediaan pemimpin untuk

memberdayakan bawahan antara lain melalui partisipasi dalam pengambilan

37
keputusan yang menyangkut pekerjaan, mutu hasil pekerjaan, karier dan

penyelesaiaan permasalahan tugas.

2. Inovasi (innovation)

Perwujudannya berupa hasrat dan tekad untuk mencari, menemukan dan

menggunakan cara baru dalam pelaksanaan tugasnya. Hambatan yang paling

mendasar dari perilaku inovatif adalah rasa cepat puas terhadap hasil pekerjaan

yang telah dicapai.

3. Responsifitas (responsivity)

Kemampuan aparatur dalam menganatisipasi dan menghadapi aspirasi baru,

perkembangan baru, tuntutan baru, dan pengetahuan baru, birokrasi harus

merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam menjalankan tugas dan

fungsinya.

II.4 Kinerja

II.4.1 Pengertian Kinerja.

Sinambela (2006:136), mendefinisikan “kinerja pegawai sebagai kemampuan

pegawai dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu”. Kinerja menurut Trisaningsih

(2007:9) adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas - tugas yang

dibebankan kepadanya atas kecakapan pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur

dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Kinerja juga dapat

dikatakan sebagai sebuah kesuksesan yang dicapai seseorang dalam melaksanakan suatu

38
pekerjaan. Namun kesuksesan yang dimaksud lebih merupakan hasil yang dicapai oleh

seseorang menurut ukuran yang berlaku sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya (Chiu dan

Chen, 2005)

Menurut Mangkunegara (2010:9), bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Tika

(2010:121) “kinerja adalah sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau

kelompok organisasi dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk

mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu”. Kesimpulan dari beberapa

pendapat para ahli bahwa mengenai kinerja adalah kemampuan pegawai dengan spesialisasi

dalam menyelesaikan tugasnya untuk mencapai tujuan bersama.

II.4.2 Indikator – Indikator Kinerja

Menurut Robbins (2006:260) Indikator untuk mengukur kinerja secara individu ada enam

yaitu:

1. Kualitas

Merupakan tingkat dimana hasil aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna

dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas, kualitas kerja

diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta

kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

2. Kuantitas

39
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan istilah seperti jumlah unit, jumlah

siklus aktivitas yang diselesaikan. Kuantitas yang diukur dari persepsi pegawai

terhadap jumlah aktivitas yang ditugaskan beserta hasilnya.

3. Ketepatan Waktu

Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat

dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia

untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu

aktivitas yang diselesaikan diawal waktu sampai menjadi output.

4. Efektifitas

Efektifitas kerja dalam persepsi pegawai dalam menilai pemanfaatan waktu dalam

menjalankan tugas, efektifitas penyelesaian tugas yang dibebankan organisasi.

5. Kemandirian

Merupakan tingkat seorang karyawan dapat menjalankan fungsi kerjanya tanpa meminta

bantuan, bimbingan dari orang lain atau pengawas. Kemandirian dapat diukur dari

persepsi karyawan terhadap tugas dalam melakukan fungsi kerjanya masing – masing

karyawan sesuai dengantanggung jawab pegawai itu sendiri.

6. Komitmen kerja

Komitmen merupakan sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak

organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya

dalam organisasi.

40
II.4.3 Indikator – Indikator Kinerja Fiskus

Menurut Setiyati dan Amir yang dikutip Kariyoto (2011:66) untuk mengukur

keberhasilan kinerja fiskus dalam pemungutan pajak yaitu melalui :

1. Cost Of Collection Tax

Perbandingan biaya pemungutan pajak dengan penerimaan pajak. Cost of collection

tax dapat dimaknai sebagai biaya untuk mengumpulkan pajak. Sedangkan Cost of

compliance adalah biaya yang dikeluarkan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakanya, biaya ini dapat berupa biaya untuk menyetor, melapor, menyimpan

arsip pajak, serta biaya gaji staf pajak atau honor konsultan.

2. Tax Coverage Ratio

Perbandingan potensi pajak dengan penerimaan pajak, artinya potensi banyaknya

pengenaan pajak atas suatu obyek harus berbanding dengan pendapatan pajak atas

obyek pajaknya.

3. Tax Gap Ratio

Perbandingan antara realisasi pajak dengan perencanaan penerimaan pajak, artinya

dalam hal ini total pajak terutang yang berpotensi dimiliki negara dan pajak yang

telah dibayarakan pada negara.

4. Kepatuhan Penyampaian SPT

Kepatuhan penyampaian SPT yaitu perilaku wajib pajak dalam melaporkan, surat

41
pemberitahuan pajaknya. Terhusus dalam hal ini apabila semakin tepat waktu wajib

pajak melaporkan surat pemberitahuan pajaknya, maka akan meningkatkan potensi

pemasukan pajak yang diterima oleh negara.

5. Tunggakan Wajib Pajak

Tunggakan wajib pajak yaitu, kewajiban wajib pajak untuk membayarkan beban

pajaknya, semakin besar beban pajak yang belum dibayarkan maka semakin besar

pula tunggakan wajib pajaknya.

II.4.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja menurut Prawira dan Vitalaya (2006:155) adalah konstruksi yang

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, faktor tersebut terdiri atas faktor internal dan

eksternal sebagai berikut:

1. Faktor personal, terdiri dari unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

Kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yag dimiliki tiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, terdiri dari kualitas pimpinan, dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan kerja kepada karyawan.

3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan

dalam satu tim, kepercayaan terhdap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan

anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan

oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.

42
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

II.5 Fiskus Pajak

II.5.1 Asal Kata Fiskus

Menurut Oxford Classsical Dictionary, fiskus berasal dari istilah latin yang berarti

“keranjang” atau “kantong uang”. Istilah fiskus digunakan untuk menyebut dana pribadi

seseorang atau dalam konteks administrative berarti dana publik yang dipegang oleh

gubernur. Istilah fiskus juga digunakan untuk menyebut pendapatan dan seluruh administrasi

keuangan yang dikendalikan oleh kaisar. Sementara itu, dalam hukum romawi, fiskus berarti

perbendaharaan kaisar yang kemudian maknanya berkembang menjadi perbendaharaan

negara (www.newsddtc.co.id).

II.5.2 Makna Kata Fiskus di Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia fiskus adalah pegawai atau pejabat

pemerintah yang bertugas untuk mengurus dan menarik pajak. Pada praktiknya, istilah kata

fiskus digunakan untuk menyebut petugas Direktorat Jendral Pajak (DJP), karena petugas

pajak yang dinaungi oleh DJP memang merupakan pihak yang diberikan kewenangan oleh

undang – undang untuk melaksanakan dan menjalankan pemungutan pajak. Hal ini sesuai

dengan tugas DJP yang termuat dalam Pasal 380 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

234/PMK.01/2015, yaitu untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi

teknis di bidang perpajakan. Secara lebih terperinci, DJP juga memiliki fungsi untuk

43
memberi bimbingan teknis dan supervisi di bidang perpajakan; melaksanakan pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan di bidang perpajakan; melaksanakan administrasi DJP; serta fungsi

lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

II.5.3 Hak Fiskus Pajak.

Menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

Perpajakan yaitu:

1. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

2. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak.

3. Menerbitkan Keputusan.

4. Melakukan Pemeriksaan.

5. Melakukan Penyegelan.

6. Mengangkat pejabat untuk melaksanakan peraturan perundang - undangan.

II.5.4 Kewajiban Fiskus Pajak

Menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

Perpajakan yaitu:

II.5.4.1 Kewajiban Umum Fiskus:

1. Kewajiban umum fiskus yaitu melakukan pembimbingan, penyuluhan dan

penerangan kepada wajib pajak agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan

untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.

44
II.5.4.2 Kewajiban Khusus Fiskus:

1. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sementara dalam waktu 3 hari

setelah formulir pendaftaran diterima.

2. Menerbitkan NPWP dalam jangka waktu 3 bulan setelah formulir pendaftaran

diterima.

3. Menerbitkan suatu surat keputusan atas pengukuhan pengusaha kena pajak (sebagai

wajib pajak pertambahan nilai), dalam jangka waktu tujuh hari sejak formulir

pendaftaran diterima.

4. Menerbitkan surat keputusan kelebihan pajak dalam jangka waktu satu bulan setelah

tanggal diajukannya surat keputusan kelebihan pajak oleh wajib pajak.

5. Menerbitkan sebuah surat perintah untuk membayar kelebihan pajak dalam jangka

waktu satu bulan setelah diajukannya surat keputusan kelebihan pembayaran pajak.

6. Menerbitkan surat keputusan angsuran/penundaan pembayaran pajak dalam jangka

waktu dari 3 bulan untuk angsuran/penundaan surat ketetapan pajak, surat ketetapan

pajak tambahan, serta surat pemberitahuan pajak dan dalam waktu 10 hari untuk

pengurangan angsuran pajak penghasilan.

7. Memberikan suatu keputusan atas keberatan yang diajukan oleh wajib pajak dalam

waktu bulan sejak diterimanya surat permohonan keberatan.

8. Memberikan keputusan atas pengurangan/penghapusan bunga, denda, serta kenaikan

dan pengurangan/pembatalan terkait ketetap pajak dalam waktu 3 bulan sejak tanggal

45
penerimaan permohonan.

9. Merahasiakan data atau informasi mengenai wajib pajak yang telah disampaikan.

II.6 Model Konseptual

Model konseptual atau kerangka konseptual menurut Sugiyono (2014:128) adalah

hubungan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian yaitu antara variabel

independent dengan variabel dependen. Mengacu pada landasan teori yang sudah dituliskan,

maka kerangka konseptual untuk melakukan penelitian Pengaruh Profesionalisme Terhadap

Kinerja Fiskus adalah sebagai berikut:

Pajak merupakan sumber pendapatan bagi Negara Indonesia dan memiliki fungsi

yang penting bagi pembiayaan Negara Indonesia. Pembangunan infrastruktur adalah salah

satu unsur yang dibiayai dari pajak, begitu pentingnya peran pajak, tetapi tidak diikuti dengan

kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko

(2006) menyatakan bahwa profesionalisme dari fiskus pajak mempengaruhi kepatuhan pajak

itu sendiri. Profesionalisme fiskus pajak dapat dinilai dengan meneliti pengaruh

profesionalisme terhadap kinerja fiskus pajak, seperti yang disampaikan oleh Faries, dan

Budiono (2014) yaitu profesionalisme fiskus pajak berpengaruh terhadap kinerja fiskus

pajak. Profesionalisme menurut Hall dalam Snizek (1972) terdiri dari lima dimensi yaitu 1)

Pengabdian Profesi, 2) Kewajiban Sosial, 3) Kemandirian, 4) Keyakinan pada Profesi, 5)

Hubungan sesama Profesi.

Pengabdian pada profesi yaitu kemampuan diri untuk menguasai segala hal yang

46
berhubungan dengan profesi. Kewajiban Sosial adalah kesadaran diri tentang peranan profesi

terhadap lingkungan sosial disekitarnya, Kemandirian yaitu kemampuan untuk berani

mengambil keputusan dalam ruang lingkup profesinya. Keyakinan pada profesi adalah

keyakinan bahwa yang dapat menilai hasil dari kerjanya adalah teman seprofesi didalam

lingkunganya. Hubungan sesama profesi adalah relasi hubungan antara sesama profesinya.

Kinerja
Profesionalisme
(Y)
(X)

Gambar 1.1 Kerangka Model Konseptual


Sumber:Diolah oleh peneliti (2021)

II.7 Perumusan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2015:64), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian tersebut sudah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Disebutkan sementara karena jawaban masih berdasarkan asumsi

dari tinjauan teoritis dan belum dilakukan menguji asumsi berdasarkan fakta – fakta empiris.

Peneliti membuat kerangka hipotesis untuk mempermudah pemahaman pembaca terhadap

alur hubungan antar hipotesis. Model hipotesis penelitian ada pada gambar ini.

47
II.7.1 Pengaruh Profesionalisme (X) terhadap Kinerja Fiskus Pajak (Y)

Profesionalisme adalah tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar

memenuhi undang - undang dan nilai yang ada di masyarakat. Profesionalisme mengacu pada

hal yang mencakup perilaku, tujuan, atau kualitas yang memiliki karakteristik serta menandai

suatu profesi atau seseorang sehingga disebut profesional. Profesionalisme fiskus

diasumsikan bergerak secara bersamaan dengan kinerjanya. Sehingga semakin

meningkatnya profesionalisme fiskus maka akan meningkatkan kinerjanya. Kinerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugasnya. Didalam merumuskan hipotesis menggunakan teori profesionalisme Hall dalam

Snizek (1972) dengan kelima dimensinya yaitu, pengabdian profesi, kewajiban sosial,

kemandirian, keyakinan pada profesi, dan hubungan sesama profesi.

Avianda (2014) menyatakan bahwa profesionalisme fiskus secara terpisah tidak memiliki

pengaruh terhadap kinerja fiskus . Hal lain dikemukakan oleh Faries dan Budiono (2014) yang

menyatakan bahwa profesionalisme fiskus mempengaruhi kinerja dari fiskus itu sendiri yang artinya

semakin profesionalnya maka semakin baik kinerjanya. Pendapat serupa diperkuat juga oleh hasil

penelitian yang dilakukan Adri (2017) yang menyatakan bahwa profesionalisme memiliki pengaruh

terhadap kinerja. Santuo (2019) dalam penelitianya menunjukkan bahwa profesionalisme memiliki

pengaruh dengan kinerja fiskus. Ratnawati (2020) dalam penelitianya menyatakan bahwa

profesionalisme menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja fiskus. Berdasarkan penjelasan

diatas dan hipotesis gambar 2.1 maka hipotesis yang diangkat pada penelitian ini adalah:

H1: Profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja fiskus.

48
H1
Profesionalisme (X) Kinerja
(Y)

Gambar 2.1 Model Hipotesis


Sumber:Diolah oleh peneliti (2021)

Keterangan:

: Terdapat Pengaruh

Berdasarkan model hipotesis gambar 2.1 maka hipotesis yang diangkat pada penelitian ini

adalah:

H1: Profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja fiskus.

II.8 Matriks

Matriks adalah susunan segi empat siku – siku dari bilangan – bilangan (Anton, 221:1987).

Bilangan – bilangan tersebut dinamakan elemen dalam matrik. Jika A adalah sebuah matriks

𝑎𝑖𝑗 menyatakan elemen yang terdapat didalam baris 𝑖 dan kolom 𝑗 dari A. Jadi matriks yang

mempunyai 𝑚 baris dan 𝑛 kolom berukuran 𝑚x𝑛 dan.

II.9 Nilai Eigen dan Vektor Eigen

Misal A adalah sebuah matriks 𝑛 × 𝑛 dikatakan mempunyai nilai eigen λ apabila

memenuhi persamaan |𝑨 − λ𝐈| = 𝟎. Jika sebuah vektor yang tak nol 𝑥(𝑥 ≠ 0) di dalam Rn

dimana 𝑨𝒙 = λ𝒙, maka 𝒙 dinamakan vektor eigen dari matriks A yang bersesuaian dengan

49
nilai eigen λ (Anton,277: 1987).

II.10 Matriks Data Multivariat

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dengan bilangan-bilangan yang

dinamakan entri matriks. Entri matriks sering dinotasikan dengan 𝑥𝑖𝑗 yang berarti nilai

tertentu di variabel ke-𝑖 yang diamati pada item ke-𝑗. Pada analisis multivariat digunakan

sejumlah 𝑝 variabel yang merupakan karakteristik dari objek yang diteliti, dengan nilai 𝑝 ≥

1.Sedangkan jumlah observasi atau objek yang diteliti sebanyak 𝑛. Secara umum data

analisis multivariat dapat digambarkan dalam bentuk (Johnson, 2007):

𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 − 1 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 − 2 … 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 − 𝑖 … 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 − 𝑛


𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 − 1 𝑥11 𝑥11 … 𝑥1𝑗 … 𝑥1𝑛

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 − 2 𝑥21 𝑥22 … 𝑥2𝑗 … 𝑥2𝑛


… … … … … … …

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 − 𝑗 𝑥𝑖1 𝑥𝑖2 … 𝑥𝑖𝑗 … 𝑥𝑖𝑛


… … … … … … …
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 − 𝑝 𝑥𝑝1 𝑥𝑝2 … 𝑥𝑝𝑗 … 𝑥𝑝𝑛
Gambar 3.2 Analisis Multivariat
Sumber:Diolah oleh peneliti (2021)

50
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research).

Supriyanto, Supriyanto, Achmad Sani dan Masyhuri Machfudz (2010:201) menyatakan

bahwa penelitian explanatory atau eksplanatif adalah penelitian yang menjelaskan hubungan

dari beberapa variabel dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2017 :19) penelitian

eksplanatori adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan masing – masing

variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lainya. Berdasarkan

beberapa penjelasan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa explanatory atau eksplanatif

adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menjelaskan hubungan variabel – variabel

terkait yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel – variabel terkait yang

digunakan untuk menjelaskan dan menguji hipotesisnya. Pemilihan jenis penelitian ini

dikarenakan penulis ingin mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel

profesionalisme fiskus terhadap kinerja fiskus. Peneliti hanya menggunakan satu variabel

pada penelitian ini dikarenakan peneliti hanya ingin memfokuskan pertanyaan penelitian

pada pengaruh diantara profesionalisme dengan kinerja fiskus.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian suvey

untuk mendapatkan data primer. Menurut Sugiyono (2017 :12), metode survey digunakan

untuk mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah dengan bantuan peneliti

51
melakukan kegiatan pengumpulan data, misalnya mengedarkan kuisioner, tes, wawancara

dengan pertanyaan terstruktur dan sebagainya.

III.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang dijadikan sebagai objek dan subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak yang pernah masuk dalam nominasi,

Kantor pelayanan pajak percontohan. Kantor pelayanan pajak percontohan menurut Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2015 Tentang kegiatan seleksi kantor

pelayanan percontohan yaitu kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan tiap Kantor

Pelayanan Pajak secara objektif, transparan dan akuntabel. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pondok Aren Kota Tangerang Selatan adalah Kantor Pelayanan Pajak yang pernah masuk

nominasi sebagai KPP percontohan sehingga dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian

(www.pajak.go.id). Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

profesionalisme terhadap kinerja fiskus pajak.

III.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

III.3.1 Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan subjek, variabel, konsep, atau fenomena ( Morissan,

2016 : 109). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2017 :80). Populasi dalam penelitian ini adalah 119

jumlah pegawai fiskus pajak di KPP Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

52
III.3.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2017:81) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul – betul representative (mewakili). Estimasi pengukuran sampel minimum yang

paling banyak digunakan menggunakan metode Slovin yang digunakan untuk menghitung

banyaknya sampel minimum suatu survei populasi terbatas (finite population survey),

dimana tujuan utama dari survei tersebut adalah untuk mengestimasi proporsi populasi.

Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:

n = Ukuran sampel/jumlah responden

N = Ukuran populasi

𝑒 = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa

ditolerir;

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,20 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Rentang sampel yang dapat diambil dari Teknik Slovin adalah antara 10 – 20 % dari

populasi penelitian . Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 119 fiskus pajak, sehingga

presentasi kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan

untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan

sebagai berikut :

53
119
1+119(0,1)2

= 99,1 ; disesuaikan oleh peneliti menjadi 100 responden.

Berdasarkan metode slovin maka sample yang didapatkan berjumlah 100 (seratus) sample.

3.3.Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling adalah teknik dalam pengambilan sample untuk menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini sampel yang diambil

mengunakkan teknik simple random sampling yang termasuk dalam probability sampling.

Menurut Sugiyono (2017:126:) simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel

dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi tersebut. Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah memberikan

peluang yang sama bagi setiap anggota populasi (fiskus pajak) untuk dipilih menjadi sampel

yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sendiri.

III.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

III.4.1 Variabel

Variabel adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2017:38). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independen)

54
Variabel independen atau biasa disebut dengan variabel bebasmerupakanvariabel

stimulus,predictor,antecendent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2017:39).Variabel bebas pada penelitian ini adalah Profesionalisme (X)

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen merupakan dasar pelaksanaan penelitian ini. Menurut sugiyono

(2017:39), variabel dependen sering juga disebut variabel output, kriteria, konsekuen

atau variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

terjadi akibat variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

fiskus (Y).

III.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang

dapat diobervasi dari suatu konsep atau mengubah konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan gejala atau perilaku yang dapat diamati dan diuji kebenarannya (Sarwono,

2006:67). Definisi operasional akan membentuk suatu definisi spesifik sesuai kriteria,

sehingga dapat diukur, dan menjadi informasi ilmiah yang membantu penulis lain yang ingin

meneliti variabel yang sama. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Profesionalisme (X)

Profesionalisme dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perilaku, tujuan atau kualitas

55
yang lebih dari sekedar memenuhi undang – undang dan peraturan masyarakat yang

memberi karakteristik atau menandai suatu profesi dalam hal ini adalah profesi fiskus

pajak. Berikut ini adalah dimensi / indikator profesionalisme berdasarkan teori Hall

dalam snizek (1972):

a. Pengabdian pada profesi , yang meliputi pembaruan pengetahuan atas bidang profesi.

b. Kewajiban sosial, yang meliputi kesadaran fiskus akan pentingnya peran yang

dimilikinya terhadap masyarakat.

c. Kemandirian yang meliputi, pengambilan keputusan dalam bidang kerjanya tanpa ada

pengaruh dari pihak lain.

d. Keyakinan pada profesi yang meliputi keyakinan bahwa yang dapat menilai hasil

kerjanya adalah rekan sesama profesi berdasarkan peraturan profesi.

e. Hubungan sesama profesi yang meliputi, pertukaran ide dan kerjasama fiskus dengan

fiskus lain.

2. Kinerja (Y)

Menurut Robbins (1996:218) kinerja adalah fungsi dari interaksi antara kemampuan dan

motivasi. Robbins (2006:260) untuk mengukur keberhasilan kinerja fiskus dalam

pemungutan pajak yaitu melalui :

a. Kualitas, adalah meliputi ketelitian kerja,

b. Kuantitas adalah jumlah hasil pekerjaan.

c. Ketepatan waktu kemampuan fiskus dalam menyelesaikan tugas sesuai tenggat

56
waktu.

d. Efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas penyelesaian tugas fiskus yang

telah dibebankan.

e. Kemandirian adalah Pemahaman mengenai kompetensi kerja yang nantinya dapat

menunjang kinerja fiskus.

f. Komitmen kerja adalah Meliputi hubungan yang baik dengan organisasi, dan

tanggung jawab atas tugas.

57
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Konsep Variabel Indikator Item
Profesionalisme Profesionalisme Pengabdian a. Fiskus memiliki kecakapan
Hall Dalam pada profesi pengetahuan dalam
Snizek (1972) melaksanakan pekerjaanya.
(Adri:2017)

b. Fiskus merasakan kepuasan


atas pekerjaaan yang telah
dikerjakanya. (Adri:2017)
Kewajiban a. Fiskus memiliki tanggung
Sosial jawab sosial kepada
masyarakat.
b. Pekerjaan sebagai fiskus
sangat memberikan manfaat
kepada masyarakat umum
(Adri 2017)
Kemandirian a. Fiskus pajak membuat
laporan kewajiban
perpajakan wajib pajak
tanpa tekanan atau paksaan
dari pihak manapun.
(Adri:2017)

b. Fiskus pajak mampu


menyelesaikan tugasnya
tanpa bantuan orang lain
(Adri:2017)

58
Lanjutan Tabel 3.1
Konsep Variabel Indikator Item
Profesionalisme Profesionalisme Keyakinan a. Fiskus pajak hanya dapat dinilai
Hall dalam Snizek pada profesi mengenai pekerjaanya oleh rekan
(1972) kerjanya bukan orang luar yang
tidak memiliki kompetensi
dibidangnya. (Adri:2017)

b. Rekan kerja memberikan penilaian


dengan jujur sesuai dengan
peraturan profesi. (Adri:2017)
Hubungan a. Fiskus mampu bekerja sama
sesama dengan pegawai lainya.
profesi (Adri:2017)

b. Hubungan fiskus dengan pegawai


lainya terjalin dengan baik.
(Adri:2017)
Kinerja Kinerja Kualitas a. Fiskus pajak selalu tepat
(Robbins,2006:260) dalam melakukan
penghitungan kewajiban
perpajakan wajib pajak.
(Agung 2018)

Kuantitas a. Banyaknya jumlah pekerjaan


yang dapat diselesaikan oleh
fiskus (Agung :2018)

Ketepatan a. Fiskus pajak menyelesaikan


Waktu tugas sesuai tenggat waktu
pekerjaanya (Agung:2018)

59
Lanjutan Tabel 3.1

Konsep Variabel Indikator Item


Kinerja Kinerja Efektivitas a. Fiskus pajak menyelesaikan
Robbins (2006) tugasnya menggunakan
metode yang paling cepat.
(Agung:2018)

Kemandirian a. Penguasaan kompetensi


kemampuan yang menunjang
fiskus dalam menyelesaikan
tugasnya.(Agung:2018)
Komitmen a. Tidakpernah
Kerja mendapatkan sanksi
dari organisasi tempat
fiskus bekerja.
(Agung:2018)
Sumber: Olahan Peneliti (2021)

60
III.5 Skala Pengukuran, Jenis dan Sumber data, Teknik Pengumpulan

data, dan Instrument Penelitian

III.5.1 .Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yang

merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu

objek atau fenomena sosial (Sugiyono, 2017:93). Skala Likert terdiri dari lima tingkatan

jawaban mengenai kesetujuan responden akan pernyataan yang disampaikan. Berikut skor

skala Likert menurut Sugiyono (2017:94) yang digunakan untuk mengukur pendapat

responden:

Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban

Poin Jawaban Responden Skor


A Sangat Setuju 5
B Setuju 4
C Ragu – Ragu 3
D Tidak Setuju 2
E Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Olahan Peneliti (2021)

III.5.2 Jenis dan Sumber Data

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau

keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta (Riduwan, 2009:5).

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian yang didapat dari

61
tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006:60). Data primer dalam

penelitian ini adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada. Data primer diperoleh secara langsung dari pihak

pertama. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran

kuesioner kepada responden, yaitu Fiskus Pajak di KPP Pondok Aren Kota

Tangerang Selatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pengumpulan sumber yang

sudah ada (Sekaran, 2006:65). Data sekunder dalam penelitian ini adalah

keterangan gambaran umum fiskus di KPP Pratama Pondok Aren.

III.5.3Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran

kuesioner. Menurut Indriantoro dan Supomo (2012:82) kuesioner merupakan daftar

pernyataan tertulis yang dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya

alternative yang didefinisikan dengan jelas. Metode ini dilakukan dengan memberikan

sejumlah pernyataan kepada responden terkait permasalahan yang diteliti. Kuesioner tersebut

disebar secara online kepada pemilik fiskus pajak di KPP Pondok Aren Kota Tangerang

Selatan melalui google formulir. Tujuan penyebaran kuesioner adalah untuk menjaring data

dari responden sehingga data yang diperoleh akurat.

62
III.5.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data di lapangan.

“Instrumen penelitian juga merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah” (Arikunto, 2002:160). Menurut

Azwar (2013:34) instrumen pengukuran variabel penelitian memegang peranan penting

dalam usaha memperoleh informasi yang ahasil penelitian sebagian besar sangat bergantung

pada kulitas instrumen pengumpulan datanya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner berupa daftar pernyataan yang dimaksudkan

untuk memperoleh jawaban berupa skor angka 1 – 5 dari skala Likert karena menyangkut

pendapat setuju atau ketidak setujuan responden suatu fenomena tertentu.

III.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atas hipotesis yang

telah dirumuskan. Menurut Arikunto (2010:278), secara garis besar pekerjaan analisis data

meliputi 3 langkah yaitu : Persiapan, Tabulasi dan Penerapan data sesuai penelitian. Analisis

data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 25.0 for windows.

III.6.1 Analisis Deskriptif

Menurut Azwar (1997:126) analisis deskriptif memiliki tujuan untuk

memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel

yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk

63
pengujian hipotesis. Metode deskriptif digunakan untuk membuat gambaran

mengenai situasi atau kejadian, sehingga dapat dilakukan akumulasi data dasar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas, bahwa analisis deskriptif memiliki

tujuan memudahkan peneliti dalam memberikan deskripsi atau gambaran yang

berdasarkan data variabel yang diperoleh sehingga dapat dijadikan akumulasi data

dasar.

III.7 Pilot Test

Pilot test terlebih dahulu dilakukan sebelum kuisioner penelitian disebarkan kepada

seluruh responden fiskus pajak. Tujuan dilakukan pilot test adalah untuk memperoleh nilai

validitas dan reliabilitas dari setiap pertanyaan. Menurut Baker dalam Akbar (2018), bahwa

sampel yang dibutuhkan untuk melakukan pilot test adalah sebanyak 10% - 20% dari

keseluruhan populasi yang akan dijadikan responden dalam penelitian. Peneliti mengambil

sebanyak 20% dari 119 jumlah populasi yang berjumlah 24 fiskus pajak sebagai sampel

untuk dijadikan responden dalam melakukan pengujian pilot test.

Uji validitas didalam pilot test dikatakan valid apabila nilai r hitung melebihi nilai r

tabel. Selain ada uji validitas juga ada uji realibilitas yang dapat dinilai apabila nilai

croanbach alpha > 60 maka dapat dikatakan reliabel. Berikut adalah hasil uji pilot test

validitas dan realibilitas:

64
Tabel 3.3 Hasil Pilot Test Uji Validitas Profesionalisme (X)

Pernyataan R R Keterangan
hitung tabel
P1 0,65 0,40 Valid
P2 0,74 0,40 Valid
P3 0.56 0,40 Valid
P4 0,61 0,40 Valid
P5 0,60 0,40 Valid
P6 0,76 0,40 Valid
P7 0,55 0,40 Valid
P8 0,78 0,40 Valid
P9 0,65 0,40 Valid
P10 0,48 0,40 Valid

Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Tabel 3.4 Hasil Uji Pilot Test Uji Validitas Kinerja (Y)

Pernyataan R R Keterangan
hitung tabel
P11 0,48 0,40 Valid
P12 0,70 0,40 Valid
P13 0.60 0,40 Valid
P14 0,71 0,40 Valid
P15 0,87 0,40 Valid
P16 0,45 0,40 Valid
Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dengan r hitung lebih besar dari r tabel (0,40)

maka butir pertanyaan dinyatakan valid. Berdasarkan tabel 3.3 dan tabel 3.4 nilai r hitung

dari semua pernyataan memiliki nilai diatas r tabel yang artinya valid. Dapat disimpulkan

bahwa semua pernyataan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

65
Tabel 3.5 Hasil Uji Pilot Test Uji Reliabilitas Variabel Profesionalisme (X)

Keterangan Variabel Nilai Cronbach’s Alpha

Profesionalisme 0,75

Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha yang

dihasilkan yaitu 0,75>0,60 sehingga dapat disimpulkan konstruk variabel penelitian

ini reliabel

Tabel 3.6 Hasil Pilot Test Uji Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)

Keterangan Variabel Nilai Cronbach’s Alpha

Kinerja 0,70

Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai dari Cronbach’s Alpha yang dihasilkan

yaitu 0,70>0,60 sehingga dapat disimpulkan konstruk variabel penelitian ini reliabel

66
III.8 Uji Validitas dan Realibilitas

III.8.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk mengukur pertanyaan

dalam kuesioner yang digunakan betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur

(Ghozali, 2006: 45). Mengukur validitas dapat dilakukan dengan membandingkan

antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Pengukuran

yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala likert, maka metode yang digunakan

yaitu Pearson Correlation yang diolah mengunakan SPSS 25.0 For Windows.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan valid atau tidak kuesioner dalam

instrumen yaitu sebagai berikut:

a. Jika koefeisien relasi r hitung > r tabel dengan tingkat signifikansi 5%

maka item- item pernyataan yang terdapat dalam instrument

berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan

dalam instrumen dinyatakan valid.

b. Jika koefeisien relasi r hitung < r tabel dengan tingkat signifikansi 5%

maka item- item pernyataan yang terdapat dalam instrument tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan

dalam instrumen dinyatakan tidak valid.

67
III.8.2 Uji Realibilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten apabila diukur dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat ukur yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Ghozali, 2006:41). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji

Cronbach Alpha yang diolah mengunakan SPSS 25.0 For Windows. Suatu konstruk

atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha>0,60 (Ghozali,

2011:48).

Nilai α dapat dikatakan reliabel apabila melebihi atau sama dengan nilai kritis

yaitu 0,60. Artinya, apabila nilai alpha lebih besar dari 0,60 dinyatakan reliabel.

Sebaliknya apabila nilai alpha lebih kecil dari 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel.

III.9 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kesalahan nilaiparameter yang dihasilkan

oleh model yang digunakan dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu uji normalitas, dan heteroskedastisitas.

III.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak (Kurniawan, 2014:156). Model regresi yang baik adalah

model yang memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Menurut Ghozali dalam

68
Kurniawan (2014:157) untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dengan uji Kolmogorof-

Smimov (K-S) yang dilihat dari nilai residual. Dikatakan normal jika nilai residual yang

dihasilkan diatas nilai signifikasi yang ditetapkan. Peneliti menggunakan uji Kolmogorof-

Smimov (K-S) dan Grafik Normal Plot yang menggunakan SPSS 25.0 for Windows.

III.9.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Kurniawan,

2014:158). Model regresi yang memenuhi persamaan adalah dimana terdapat kesamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji statistik pada penelitian ini

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat hasil

gambar Scatter Plot. Dasar analisis dari uji ini sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada dalam membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heterokedastisitas

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan sibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

III.10 Analisis Regresi Linier Sederhana

III.10.1 Persamaan Regresi Linier Sederhana

Persamaan regresi sederhana digunakan untuk memprediksi seberapa tinggi

69
hubungan kausal antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis regresi

sederhana ini digunakan untuk menguji hipotesis satu yaitu untuk memprediksi seberapa

tinggi hubungan kausal variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2014:

188). Model yang digunakan untuk melakukan analisis ini disajikan dalam persamaan

sebagai berikut:

Y’ = a + b X

Keterangan :

Y = Nilai yang diprediksi

a = Konstanta atau bila harga X = 0

b = Koefisien regresi

X= Nilai variabel independen

III.10.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Koefisien determinasi

pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan variabel independen

(Profesionalisme) dalam mempengaruhi variabel dependen (Kinerja Fiskus). Menurut

Ghozali (2011:97), koefisien determinasi mempunyai nilai antara nol sampai satu atau

dirumuskan yaitu (0 < R2 < 1), semakin R2 mendekati 1 (satu) maka variabel independen

70
berpengaruh signifikan terhadap variabel. dependen.

Namun sebaliknya, apabila R2 mendekati 0 (nol) maka variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil dari koefisien nilai R2 determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 yang

mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi - variabel.

III.11 Uji Hipotesis

III.11.1 Uji T atau Uji Parsial

Pengujian parsial (uji-t) dilaksanakan dengan melakukan uji thitung, mencari

besarnya thitung yang kemudian dibandingkan dengan ttabel. Pengujian thitung digunakan

untuk mengetahui kualitas keberartian regresi pada masing-masing variabel bebas (X) ada

tidaknya pengaruh dari masing- masing variabel terikat (Y). Cara menentukan secara parsial

antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu dengan menguji hipotesis pada

taraf signifikan 5% atau 0,05. Untuk menguji hipotesis mengunnakan SPSS 25.0 For

Windows :

Ketentuan dari hasil uji-t tersebut, dapat diketahui dengan syarat sebagai berikut :

a. Bila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga masing-masing variabel

bebas secara individu mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

71
b. Bila thitung > ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga masing- masing variabel

bebas secara individu tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat tabel Anova hasil pengolahan data signifikansi

> 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak signifikan.

III.12 Uji Analisis Faktor

Analisis faktor adalah kajian tentang saling ketergantunganya antara variabel –

variabel, yang bertujuan untuk menemukan himpunan variabel – variabel baru denga jumlah

yang lebih sedikit dari variabel semula, dan yang menunjukkan faktor – faktor persekutuan

di antara variabel – variabel semula (Suryanto, 234:1988). Pada analisis faktor, variabel –

variabel dalam jumlah besar dikelompokkan dalam sejumlah faktor yang mempunyai sifat

dan karakteristik yang hampir sama, sehingga akan mempermudah didalam pengolahan.

Pengelompokan dilakukan dengan mengukur korelasi sekumpulan variabel dan selanjutnya

menempatkan varibel-variabel yang berkorelasi tinggi dalam satu faktor, dan variabel-

variabel lain yang mempunyai korelasi relatif lebih rendah ditempatkan pada faktor yang lain.

Menurut Supranto (114:2004) analisis faktor digunakan dalam situasi:

a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari atau faktor, yang

menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

b. Mengenali dan mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi

(independen) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set asli

yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariat selanjutnya, misalnya

analisis regresi ganda dan analisis diskriminan.

72
c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set

variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis

multivariat selanjutnya.

III.13 Prosedur Analisis Faktor

Prosedur analisis faktor terdiri dari pemilihan variabel, pembentukan faktor,

menginterpretasikan hasil analisis dan melakukan validasi terhadap hasil pemfaktoran.

Secara lebih rinci akan dijelaskan pada sub bab berikut:

III.13.1 Pemilihan Variabel

Pertama yang dilakukan peneliti adalah penentuan variabel kemudian melakukan

seleksi pada variabel tersebut. Pada penelitian ini menggunakan alat ukur kuisioner sehingga

sebelum melakukan analisis faktor maka perlu dilakukan pengujian kelayakan variabel yang

dapat dilakukan dengan pengujian validitas dan realibilitas terhadap variabel. Tujuanya

adalah agar terpilih variabel yang tepat, jika terdapat variabel yang tidak relevan maka

peneliti membuang variabel tersebut karena dapat mempengaruhi interpretasi hasil analisis

faktor.

Pemilihan variabel-variabel observasi berdasarkan korelasi diantara variabel.

Variabel dengan korelasi yang kuat akan masuk dalam analisis faktor dan variabel dengan

korelasi yang lemah akan dikeluarkan dari analisis faktor. Jika sebuah atau lebih variabel

mempunyai korelasi yang lemah terhadap variabel lain maka tidak akan terjadi

pengelompokan. Dengan kata lain, yang menjadi fokus dalam analisis ini adalah ukuran

73
korelasi antar variabel-variabel awal karena tujuan analisis ini sendiri adalah untuk

mengidentifikasi hubungan dalam sekumpulan variabel awal tersebut. Measure of Sampling

Adequacy (MSA) dan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy and

Bartlett test of sphericity digunakan untuk keperluan ini

Untuk mengetahui apakah variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut,

digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Nilai ini juga berhubungan

dengan korelasi yang terjadi pada variabel-variabel awal. Dalam paket program SPSS, nilai

MSA untuk masing-masing variabel dapat dilihat dalam diagonal pada anti image

correlation pada bagian diagonal matriks. Apabila satu ataubeberapa variabel awal secara

individu mempunyai nilai MSA yang kurang dari 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan

dari proses analisis.

Langkah yang dilakukan setelah setiap variabel awal yang akan dimasukan dalam

analisis diperoleh, yaitu pengujian kecukupan sampel melalui indeks Kaiser-Meyer- Olkin

(KMO) Measure of Sampling Adequacy. Indeks ini digunakan untuk meneliti ketepatan

penggunaan analisis faktor. Apabila nilai KMO antara 0,5 sampai 1 maka dapat

disimpulkan analisis faktor tepat digunakan (Bilson, 123: 2005).

Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui apakah matriks korelasi yang terbentuk itu

berbentuk matriks identitas atau bukan. Dalam analisis faktor, keterkaitan antar variabel

sangat diperlukan, karena tujuan dari analisis ini adalah menghubungkan suatu kumpulan

variabel agar menjadi satu faktor saja. Bila matriks korelasi yang terbentuk adalah matriks

74
identitas, berarti tidak ada korelasi antar variabel, sehingga analisis faktor tidak dapat

dilakukan.

III.13.2 Pembentukan Faktor

Setelah variabel ditentukan dan dipilih serta perhitungan korelasinya telah

memenuhi persyaratan untuk dilakukan analisis, langkah selanjutnya adalah membentuk

faktor untuk menemukan struktur yang mendasari hubungan antar variabel awal tersebut.

Metode yang sering digunakan dalam analisis faktor eksploratori adalah metode principal

component. Lebih lanjut, bahasan dalam skripsi ini akan dibatasi pada metode principal

component dengan rotasi ortogonal. Secara umum analisis faktor ortogonal disusun seperti

model dalam analisis regresi multivariat. Setiap variabel awal dinyatakan sebagai

kombinasi linear dari faktor-faktor yang mendasari. Misalkan vektor acak X, dengan

banyak komponen 𝑝 dan mempunyai mean 𝝁 dan matriks kovariansi Σ merupakan

penyusunan model faktor. Variabel 𝐹1, 𝐹2, … , 𝐹𝑚 merupakan faktor yang nilainya tidak

terobservasi, 𝜀1, 𝜀2, … , 𝜀𝑝 merupakan kesalahan (error) atau faktor spesifik.

III.13.2.1 Metode Principal Component

Tujuan khusus dari metode analisis faktor principal component adalah mengetahui

struktur yang mendasari variabel-variabel awal dalam analisis dan melakukan

penyederhanaan stuktur sekumpulan variabel awal tersebut melalui reduksi data.

III.13.2.2 Kriteria Penentuan Jumlah Faktor


a. Faktor yang mempunyai nilai eigen lebih dari atau sama dengan 1 akan

75
dipertahankan dan faktor yang mempunyai nilai eigen kurang dari 1 tidak

akan diikutsertakan dalam model karena variabel yang nilainya kurang dari

1 tidak lebih baik dari variabel aslinya (Supranto,115:2004)

b. Jumlah faktor yang diambil ditentukan berdasarkan jumlah kumulatif variasi

yang telah dicapai. Jika nilaikumulatif persentase variansinya sudah

mencukupi (lebih dari setengah dari seluruh variansi variabel awalnya)

maka ekstraksi faktor dapat dihentikan. (Wiratmanto,62 :2014)

c. Banyaknya faktor pada kriteria ini ditentukan berdasarkan penurunan

(slope) plot nilai eigen tersebut. Pada saat scree mulai mendatar atau merata

dan nilai eigen berada pada nilai lebih dari satu dan kurang dari satu,

disinilah terdapat titik penghentian ekstraksi jumlah faktor. Titik tersebut

menunjukan banyaknya faktor yang dapat diekstraksi. (Wiratmanto,63

:2014)

III.13.2.3 Rotasi Faktor

Tujuan utama proses rotasi adalah tercapainya kesederhanaan terhadap

faktor dan meningkatnya kemampuan interpretasinya. Pada penelitian ini rotasi

faktor menggunakan varimax method adalah metode rotasi orthogonal untuk

meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai faktor loading tinggi pada tiap

faktor.

76
III.13.3 Interpretasi Hasil Analisis Faktor

Interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap analisis yang dilakukan,

menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data

yang ada (Barnsley & Ellis, 1992). Jika tujuanya mereduksi data, beri nama faktor hasil reduksi dan

hitung faktor skornya. Dilihat dari nilai factorloading yang diperoleh setiap variabel dengan

membandingkan nilai factor loading dari variabel didalam faktor yang terbentuk.

III.13.3.1 Kriteria Penentuan Signifikansi Factor Loading

Pedoman penentuan signifikansi factor loading disajikan oleh SOLO Power

Analysis, BMDP Statistical Software, Inc.1993 Dengan menggunakan level

signifikansi (𝛼) 0,05 ditetapkan aturan untuk mengidentifikasi factor loading yang

signifikan berdasarkan ukuran sampelnya. Secara lebih rinciaturan ini disajikan dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 3.6 Nilai Factor Loading Berdasarkan Ukuran Sampel

Nilai factor loading yang Ukuran sampel yang


dianggap signifikan diperlukan
0,3 350
0,35 250
0,4 200
0,45 150
0,5 120

77
Lanjutan Tabel 3.6

Nilai factor loading yang Ukuran sampel yang


dianggap signifikan diperlukan
0,55 100
0,6 85
0,65 70
0,7 60
0,75 50
Sumber: Olahan Peneliti (2021)

III.13.3.1 Penamaan Faktor

Setelah benar-benar terbentuk faktor yang masing-masing beranggotakan

variabel-variabel yang diteliti, maka dilakukan penamaan faktor berdasarkan

karakteristik yang sesuai dengan anggotanya. Penamaan faktor dilakukan dengan

melihat hal yang mendasari dan cukup mewakili sifat-sifat dari variabel-variabel awal

yang terkumpul dalam satu faktor. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan generalisasi terhadap variabel-variabel awal tersebut.

III.14 Hasil Analisis Faktor

Tahapan terakhir dalam analisis faktor adalah pengujian terhadap kestabilan analisis

ini. Pengujian ini biasa disebut sebagai validasi hasil pemfaktoran. Tahap pengujian validasi

hasil analisis faktor dalam penelitian ini dengan membagi sampel keseluruhan menjadi dua

bagian yang sama banyak. Setelah itu, validasi dilakukan dengan menerapkan metode

analisis faktor yang sama yaitu metode principal component pada masing-masing bagian

78
sampel tersebut. Interpretasi hasil validasi yaitu apabila faktor yang terbentuk pada kedua

bagian sampel menunjukan hasil ekstraksi jumlah faktor yang sama dengan analisis faktor

yang telah dilakukan pada sampel keseluruhan, maka dikatakan valid dan stabil sehingga

hasil analisis faktor dapat digeneralisasikan pada populasinya

79
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

IV.1.1 Karakteristik Geografis Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak didalam Provinsi

Banten. Kota Tangerang Selatan terletak 30 Kilometer (KM) sebelah barat Jakarta

dan 90 Kilometer (KM) sebelah tenggara Serang atau ibukota Provinsi Banten. Secara

astronomis terletak pada 106'38' - 106'47’ BT dan 06'13'30' - 06'22'30' LS. , dengan

luas wilayah mencapai 147,19 km2 . Wilayah Kota Tangerang Selatan berbatasan

dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur, selain itu Tangerang

Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan

Provinsi Jawa Barat.

Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali

Pesanggrahan, dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi Kota di sebelah barat.

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Beberapa kecamatan

memiliki lahan yang bergelombang seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu dan

Kecamatan Pamulang serta sebagian di Kecamatan Ciputat Timur. Kondisi geologi

Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan

lempung, lanau, pasir, kerikil, dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai tingkat

kemudahan dikerjakan yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi

80
cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup layak untuk

kegiatan perkotaan. Dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Tangerang

Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara

umum cocok untuk pertanian atau perkebunan. Meskipun demikian, dalam

kenyataannya makin banyak yang berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya

yang bersifat non-pertanian. Untuk sebagian wilayah seperti Kecamatan Serpong dan

Kecamatan Setu, jenis tanah ada yang mengandung pasir khususnya untuk wilayah

yang dekat dengan Sungai Cisadane.

IV.1.2 Wilayah Administratif Kota Tangerang Selatan

Secara administratif Kota Tangerang Selatan berbatasan dengan 4 wilayah:

a. Sebelah Utara : Kota Tangerang

b. Sebelah Timur : DKI Jakarta

c. Sebelah Selatan: Kabupaten Bogor dan Kota Depok

d. Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang

81
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan
Sumber: Goggle Earth

Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 Kecamatan dan 54 kelurahan

dengan jumlah penduduk pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 1.244.204

jiwa dan luas wilayah 147,19 km² dengan kepadatan 8.453 jiwa/km².

IV.1.3 Karakteristik KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

Kantor Pajak Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan didirikan

pada tahun 2015, dengan tujuan untuk mensosialisasikan perpajakan kepada

mahasiswa dan masyarakat. KPP Pratama ini melakukan kerjasama dengan

kampus STAN. KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan beralamat

di Gedung L Kampus STAN, Jl. Bintaro Utama 3A Jl. Sektor V, Jurang

Manggu Tim., Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222. Jumlah

fiskus yang berada di KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang selatan

adalah 119 dengan rentang umur yang didominasi diantara 21- 30 tahun

dengan jumlah 32 fiskus. Apabila berdasarkan jenjang Pendidikan maka

didominasi oleh fiskus yang sudah menempuh Pendidikan dijenjang S1/D4

sebanyak 34 orang. Jumlah fiskus laki - laki pada KPP Pratama Pondok Aren

Kota Tangerang Selatan ini berjumlah 63 fiskus sedangkan untuk fiskus

perempuan berjumlah 37 fiskus. Jumlah wajib pajak pada KPP Pratama

Pondok Aren Kota Tangerang Selatan adalah 260.939 orang. KPP Pratam

82
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan memiliki wilayah kerja berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 Tanggal 17 Oktober

2014 :

1. Kecamatan Pamulang

2. Kecamatan Ciputat

3. Kecamatan Ciputat Timur

4. Kecamatan Pondok Aren

IV.2 Analisis Statistik Deskriptif

IV.2.1 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah fiskus pajak yang berkegiatan di

KPP Pratama Pondok Aren. Gambaran umum meliputi usia, jenis kelamin,dan

Pendidikan terakhir. Berikut ini merupakan gambaran umum dari responden:

a. Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Gambaran Responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut ini:

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persentase


Responden (%)
1. <20 Tahun 3 3%
2. 21- 30 Tahun 32 32%
3. 31-40 Tahun 19 19%
4. 41-50 Tahun 26 26%
5. >50 Tahun 20 20%
Sumber: Data diolah Peneliti, 2021

83
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh informasi bahwa sebanyak 3

responden atau 3% berusia kurang dari 20 tahun, sebanyak 32 responden atau

32% berusia 21-30 tahun, sebanyak 19 responden atau 19% berusia 31-40 tahun,

sebanyak 26 responden atau 26% berusia 41-50 tahun, dan sebanyak 20

responden atau 20% berusia lebih dari 50 tahun. Responden dengan usia 21-30

tahun memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan kriteria usia yang lain.

b. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berikut ini merupakan data karakteristik responden berdasarkan

Pendidikan Terakhir:

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


Responden
1. D1 23 23%
2. D3 25 25%
3. S1/D4 34 34%
4. S2 18 18%
Sumber: Data diolah peneliti 2021

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 23 responden mempunyai pendidikan

terakhir D1, sebanyak 25 responden mempunyai Pendidikan terakhir D3, sebanyak 34

responden mempunyai pendidikan terakhir S1/D4, dan sebanyak 18 responden

mempunyai Pendidikan terakhir S2. Responden dengan Pendidikan terakhir S1/D4

memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kriteria lainya.

c. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

84
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1. Laki - Laki 63 63%
2. Perempuan 37 37%
Sumber: Data diolah peneliti, 2021

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 63 responden atau 63%

berjenis kelamin laki – laki dan sebanyak 37 responden atau 37% berjenis

kelamin perempuan. Responden dengan jenis kelamin laki – laki memiliki jumlah

frekuensi yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan

IV.2.2 Distribusi Frekuensi Variabel

a. Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme (X)

Variabel Profesionalisme memiliki Sembilan belas item pernyataan

yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat

dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

85
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme (X)

NO STS TS RR S SS
Frekuensi
X.1 0 0 3 28 69
X.2 0 0 1 34 65
X.3 0 0 7 24 69
X.4 0 0 5 26 69
X.5 1 0 7 25 67
X.6 4 2 21 40 33
X.7 3 4 19 35 39
X.8 0 0 7 41 52
X.9 1 3 30 40 26
X.10 29 21 20 18 12
Sumber: Data diolah peneliti, 2021

Keterangan:

X.1: Kecakapan pengetahuan fiskus dalam melaksanakan pekerjaanya.


X.2 :Fiskus merasakan kepuasan batin setelah menyelesaikan pekerjaan
X.3: Fiskus memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
X.4: Pekerjaan fiskus sangat memberikan manfaat kepada masyarakat.
X.5: Fiskus melakukan penghitungan kewajiban perpajakan tanpa adanya tekanan dari
Pihak manapun
X.6: Fiskus mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.
X.7: Hasil kerja fiskus hanya dapat dinilai oleh rekan sesama profesi bukan orang diluar
profesi yang tidak memiliki kompetensi dibidangnya.
X.8: Rekan kerja fiskus memberikan penilaian dengan jujur berdasarkan peraturan profesi
X.9: Fiskus dapat bekerja sama dengan pegawai lainya
X.10: Hubungan fiskus dengan pegawai lainya terjalin dengan baik.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 100 responden, untuk item pertama

(X.1) yaitu kecakapan pengetahuan fiskus dalam melaksanakan pekerjaanya terdapat 69

responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, dan 3 responden

86
menyatakan ragu – ragu. Alternatif jawaban lain yaitu tidak setuju dan sangat tidak setuju

tidak ada yang dipilih oleh responden. Item kedua (X.2) yaitu Fiskus merasakan kepuasan

batin setelah menyelesaikan pekerjaan, dapat diketahui bahwa terdapat 65 responden

menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, dan 1 responden menyatakan

ragu – ragu, sedangkan untuk alternatif jawaban yang lain tidak ada.

Item ketiga (X.3) yaitu fiskus memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat

dapat diketahui terdapat 69 responden menyatakan sangat setuju, 24 responden menyatakan

setuju, dan 7 responden menyatakan ragu - ragu sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak

ada. Item keempat (X.4) yaitu Pekerjaan fiskus sangat memberikan manfaat kepada

masyarakat terdapat 69 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan

setuju, dan 5 responden menyatakan ragu -ragu sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak

ada. Item kelima (X.5) yaitu Fiskus melakukan penghitungan kewajiban perpajakan tanpa

adanya tekanan dari pihak manapun terdapat 67 responden menyatakan sangat setuju, 25

responden menyatakan setuju, dan 7 responden menyatakan ragu – ragu, dan 1 responden

menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak ada

Item keenam (X.6) yaitu fiskus mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang

lain, 33 responden menyatakan sangat setuju, 40 responden menyatakan setuju, dan 21

responden menyatakan ragu – ragu, 2 responden menyatakan tidak setuju, dan 4 responden

menyatakan sangat tidak setuju, sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak ada . Item

ketujuh (X.7) yaitu Hasil kerja fiskus hanya dapat dinilai oleh rekan sesama profesi bukan

87
orang diluar profesi yang tidak memiliki kompetensi dibidangnya. menyatakan terdapat 39

responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, dan 19 responden

menyatakan ragu -ragu, 4 responden menyatakan tidak setuju, dan 3 responden menyatakan

sangat tidak setuju sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak ada.

Item kedelapan (X.8) yaitu Rekan kerja fiskus memberikan penilaian dengan jujur

berdasarkan peraturan profesi terdapat 52 responden menyatakan sangat setuju, 41

responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan ragu – ragu, dan 1 responden

menyatakan sangat tidak setuju. Item kesembilan (X.9) yaitu fiskus Fiskus dapat bekerja

sama dengan pegawai lainya terdapat 26 responden menyatakan sangat setuju, 40 responden

menyatakan setuju, 30 responden menyatakan ragu -ragu, 3 responden menyatakan tidak

setuju, dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju.

Item kesepuluh (X.10) : Hubungan fiskus dengan pegawai lainya terjalin dengan baik.

terdapat 12 responden menyatakan sangat setuju, 18 responden menyatakan setuju, 20

responden menyatakan ragu – ragu, 21 responden menyatakan tidak setuju, dan 29 responden

menyatakan sangat tidak setuju. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Fiskus pajak yang Memuat

enam pertanyaan berikut tabelnya:

88
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja (Y)

Item STS TS RR S SS
f f f f f
Y.1 0 0 4 16 80
Y.2 0 0 16 43 41
Y.3 0 0 7 40 53
Y.4 0 0 3 43 54
Y.5 0 0 15 44 41
Y.6 0 1 2 24 73
Sumber: Data diolah peneliti 2021

Keterangan:

Y.1: Teliti dalam penghitungan jumlah kewajiban perpajakan Wajib Pajak.


Y.2: Jumlah hasil kerja yang banyak.
Y.3: Menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.
Y.4: Mengerjakan tugasnya dengan sistematis dan terstruktur.
Y.5: Menguasai segala kemampuan yang menopang pekerjaanya
Y.6: Tidak pernah mendapatkan sanksi selama bekerja.

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa dari 100 responden,

untuk item pertama (Y.1) yaitu fiskus teliti dalam penghitungan jumlah kewajiban

perpajakan wajib pajak menyatakan terdapat 80 responden sangat setuju, 16 responden

setuju, dan 4 responden ragu – ragu Sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak ada.

Item kedua (Y.2) yaitu fiskus memiliki jumlah hasil kerja yang banyak menyatakan

terdapat 41 responden sangat setuju, 43 responden setuju, 16 responden ragu – ragu

sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak ada.

89
Item ketiga (Y.3) yaitu fiskus menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya

menyatakan terdapat 53 responden sangat setuju, 40 responden setuju, 7 responden ragu

– ragu sedangkan untuk alternatif jawaban lain tidak ada. Item keempat (Y.4) fiskus

mengerjakan tugasnya dengan sistematis dan terstruktur menyatakan terdapat 54

responden sangat setuju, 43 responden setuju, 3 responden ragu – ragu, sedangkan untuk

alternatif jawaban lain tidak ada. Item kelima (Y.5) yaitu fiskus menguasai segala

kemampuan yang menopang pekerjaanya menyatakan terdapat 41 responden sangat

setuju, 44 responden setuju, 15 responden ragu – ragu, sedangkan untuk alternatif

jawaban lain tidak ada.

Item keenam (Y.6) yaitu fiskus tidak pernah mendapatkan sanksi selama bekerja

menyatakan terdapat 73 responden sangat setuju, 24 responden setuju, 2 responden ragu

– ragu, 1 responden tidak setuju

IV.3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

IV.3.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kelayakan pertanyaan dalam

mendefinisikan suatu variabel. Analisis item menggunakan corrected item – total

correlation atau rumus correlation product moment dari pearson pada penelitian ini

untuk kualitas dari masing – masing item dengan skor total sebagian kriteria validitas.

Hasil uji validitas dari variabel penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

90
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Profesionalisme (X)

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan


P1 0,59 0,19 Valid
P2 0,66 0,19 Valid
P3 0,64 0,19 Valid
P4 0,70 0,19 Valid
P5 0,67 0,19 Valid
P6 0,74 0,19 Valid
P7 0,47 0,19 Valid
P8 0,75 0,19 Valid
P9 0,64 0,19 Valid
P10 0,43 0,19 Valid
Sumber:Data diolah oleh peneliti, 2021

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Fiskus (Y)

Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan


P11 0,69 0,19 Valid
P12 0,73 0,19 Valid
P13 0,80 0,19 Valid
P14 0,75 0,19 Valid
P15 0,81 0,19 Valid
P16 0,49 0,19 Valid
Sumber: Data diolah peneliti, 2021

Hasil analisis data diatas menunjukkan bahwa jika koefisien korelasi lebih dari

atau sama dengan r tabel (0,19) maka butir pernyataan dinyatakan valid. Berdasarkan

tabel 4.6 dan tabel 4.7 nilai r hitung dari semua pernyataan memiliki nilai diatas r tabel

yang artinya valid. Disimpulkan bahwa semua pernyataan dapat digunakan dalam

91
pengumpulan data penelitian.

IV.3.2 Hasil Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Kurniawan, 2014:102). Pengukuran reliabilitas

pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS

25.0 for windows. Nilai α dapat diatakan reliabel apabila melebihi atau sama dengan nilai

kritis yaitu 0,60. Artinya, apabila nilai alpha lebih besar dari 0,60 dinyatakan reliabel.

Berikut hasil uji reliabilitas dari variabel penelitian:

Tabel 4.8 Hasil Uji Realibilitas Profesionalisme (X)


Keterangan Variabel Nilai Cronbach,s Alpha

Profesionalisme 0,78

Sumber: Data diolah peneliti 2021

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan yaitu 0,75

> 0,60 sehingga dapat disimpulkan kontruk variabel penelitian ini reliabel.

Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas Kinerja (Y)

Keterangan Variabel Nilai Cronbach,s Alpha


Kinerja 0,81
Sumber: Data diolah peneliti 2021

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan yaitu 0,81

92
> 0,60 sehingga dapat disimpulkan kontruk variabel penelitian ini reliabel.

IV.4 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan untuk memenuhi penggunaan regresi linier

sederhana. Setelah melalui penghit ungan regresi linier sederhana menggunakan SPSS 25

for Windows, diadakan uji asumsi klasik regresi Hasil pengujian disajikan sebagai berikut:

IV.4.1 Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual tersebar normal atau

tidak. Prosedur ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirmov, dengan ketentuan

sebagai berikut:

Hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : residual tersebar normal

H1 : residual tidak tersebar normal

Jika nilai signifikansi (p-value) > maka H0 diterima yang artinya normalitas terpenuhi.

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas

Keterangan Unstandarized Residual

N 100

Test Statistic 0,065

Asymp.Sig. (2-Tailed) 0,20

Sumber : Data diolah peneliti, 2021

93
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,20 atau lebih

besar dari 0,05, maka ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

Selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirmov, peneliti juga menggunakan grafik normal

plot untuk menguji normalitas. Berikut gambar grafik plot pengujian normalitas :

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot


Sumber : Data diolah Peneliti, 2021

Melihat tampilan pada grafik normal plot terlihat titik titik menyebar di sekitas garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dalam

penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

94
IV.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan

nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel bebas, atau adanya

perbedaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya variabel bebas. Prosedur pengujian

dilakukan dengan uji scatterplot. Pengujian kehomogenan ragam sisaan dilandasi pada

hipotesis:

H0 : ragam sisaan homogen

H1 : ragam sisaan tidak homogen

Hasil Uji Heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot


Sumber : Data diolah Peneliti, 2021

95
Berdasarkan hasil pengujian grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi penelitian ini,

sehingga model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen kinerja

berdasarkan masukan variabel independen Profesionalisme

IV.5 Uji Analisis Faktor

IV.5.1 Pemilihan Variabel

Dari hasil pengisian kuisioner secara keseluruhan diuji dengan menggunakan

Kaiser Meyer Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy, yaitu indek yang

digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Sampel diterima jika nilai KMO

Measure of Sampling (MSA) 0,5. Untuk indeks anti image berkisar antara 0 sampai

1. Indeks akan menjadi satu jika semua unsur matrik korelasi bernilai nol, yang

menunjukkan bahwa semua atribut dapat diprediksi tanpa kesalahan. Artinya bahwa

jika indeks anti image nilainya mendekati satu maka akan semakin menunjukkan

bahwa semua atribut dapat diprediksi dengan kesalahan semakin kecil. Nilai KMO

dapat dilihat pada gambar 4.4:

96
Gambar 4.4
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. .798

Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 474.078


Sphericity df 45
Sig. .000
Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy adalah suatu statistik

yang mengindikasikan proporsi keragaman pada komponen yang dapat dibuat

landasan penggunaan analisis faktor. Nilai yang tinggi (mendekati 1.0) umumnya

mengindikasikan analisis faktor sangat bermanfaat digunakan pada data. Jika

nilainya lebih kecil dari 0.50, hasil analisis faktor akan menjadi kurang bermanfaat.

Bartlett's test of sphericity menguji hipotesis apakah matriks korelasi merupakan

matriks identitas, yang akan mengindikasikan bahwa komponen yang digunakan

tidak saling berkorelasi dan sesuai untuk digunakan analisis faktor. Nilai yang rendah

(kurang dari 0.05) mengindikasikan bahwa hasil analisis faktor nantinya akan

bermanfaat untuk data yang digunakan. Berdasarkan pada Tabel 4.7 menunjukkan

nilai KMO sebesar 0.798 (>0.50) dengan nilai sig. pada uji Bartlett 0.000 (<0.05)

yang berarti data dapat diproses lebih lanjut dan hasil analisis faktor akan bermanfaat

untuk data tersebut. Hasil analisis faktor tentang anti image matrik dapat dilihat pada

Tabel 4.11

97
Tabel 4.11
Nilai Uji MSA Anti-Image
Item MSA Keterangan
X1.1 0.787 Valid
X1.2 0.781 Valid
X2.1 0.783 Valid
X2.2 0.807 Valid
X3.1 0.873 Valid
X3.2 0.856 Valid
X4.1 0.677 Valid
X4.2 0.838 Valid
X5.1 0.777 Valid
X5.2 0.518 Valid

Pada tabel 4.8 didapatkan anti image matrik khususnya pada bagian anti image

correlation terlihat sejumlah angka nilai-nilai MSA dari semua komponen terlihat bahwa

tidak ada komponen yang kurang dari 0,5. Dimana nilai diatas 0,5 menunjukkan bahwa

komponen tersebut cukup baik untuk dianalisis menggunakan analisis menggunakan analisis

faktor. Berdasarkan kriteria di atas tidak terdapat komponen yang memiliki nilai korelasi <

0,5. Sehingga semua indikator dapat dimasukkan dalam analisis faktor.

IV.5.2 Pembentukkan Faktor

Langkah ini dilakukan dengan metode determination based on eigen value dimana

hanya faktor yang mempunyai eigen value diatas 1 yang dipakai, sedangkan faktor

eigen value dibawah 1 tidak dimasukkan dalam model. Melalui proses ekstraksi

dihasilkan 3 faktor yang mempunyai eigen value diatas 1 yang kemudian dimasukkan

dalam model. Nilai eigen menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor

98
dalam menghitung keragaman 10 komponen yang dianalisis

Tabel 4.12
Penentuan Jumlah Faktor
Initial Eigenvalues Rotation Sums of Squared Loadings
Item
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 4.550 45.496 45.496 3.902 39.017 39.017
2 1.458 14.580 60.076 1.684 16.835 55.853
3 1.051 10.513 70.589 1.474 14.736 70.589
4 0.772 7.720 78.309
5 0.568 5.677 83.986
6 0.531 5.305 89.291
7 0.396 3.964 93.255
8 0.299 2.995 96.250
9 0.199 1.986 98.236
10 0.176 1.764 100.000
Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Berdasarkan hasil pada Tabel diatas didpatkan bahwa Suatu faktor dianggap dapat

mempengaruhi komponen apabila mempunyai nilai eigen lebih besar dari 1. Faktor yang

mempunyai nilai eigen lebih besar dari 1 adalah sebanyak 3 faktor dimana ke-3 faktor

tersebut dapat menjelaskan sebesar 70,59% (39,02 + 16,84 + 14,74), keragaman komponen

asal. Berdasarkan nilai eigen pada tabel diatas telah didapatkan 3 faktor yang terbentuk dari

10 item yang dilakukan analisis, sehingga memenuhi kriteria pertama dan kedua dimana

eigen lebih dari 1 akan dipertahankan dan faktor yang mempunyai nilai eigen kurang dari 1

tidak akan diikutsertakan dalam model, Kemudian pada kriteria kedua dimana varians total

dapat dijelaskan dengan variansi total kumulatif yaitu 70,59% (39,02 + 16,84 + 14,74).

99
Gambar 4.5 Scree Plot

Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Kriteria ketiga adalah penentuan berdasarkan scree plot. Scree plot merupakan

suatu plot nilai eigen terhadap jumlah faktor yang diekstraksi. Titik pada tempat

dimana scree mulai terjadi menunjukan banyaknya faktor yang tepat. Titik ini terjadi

ketika scree mulai terlihat mendatar. Pada gambar 4.1 diketahui bahwa scree plot

mulai mendatar pada ekstraksi variabel-variabel awal menjadi 3 faktor . Melalui

proses ekstraksi dihasilkan 3 faktor yang mempunyai eigen value diatas 1 yang

kemudian dimasukkan dalam model. Nilai eigen menunjukkan kepentingan relatif

masing-masing faktor dalam menghitung keragaman 10 komponen yang dianalisis.

100
IV.6 Interpretasi Hasil Analisis Faktor

IV.6.1 Identifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi profesionalisme

terhadap kinerja fiskus

Setelah menentukan jumlah faktor, selanjutnya dilakukan penggolongan variabel

untuk dimasukkan kedalam faktor, yaitu dengan melihat nilai loading faktor yang

berada dalam kolom yang sama maka komponen tersebut akan dimasukkan pada

faktor yang sama. Dalam tahap ini digunakan metode varimax dengan tujuan untuk

memaksimumkan nilai loading setiap faktor dimana pengelompokkan setiap aksi

rotasi faktor lebih dekat dengan kelompok komponen masing-masing. kesepuluh

faktor ini akan diberi nama sesuai komponen yang menyusunnya.

Tabel 4.13
Hasil Faktor Sebelum Rotasi
Component
Item
1 2 3
X2.2 0.795 -0.096 -0.262
X3.1 0.793 -0.251 -0.157
X4.2 0.777 0.154 0.242
X2.1 0.769 -0.260 -0.293
X1.2 0.767 -0.182 0.183
X1.1 0.734 -0.277 0.282
X3.2 0.721 0.203 -0.079
X5.2 0.183 0.877 -0.106
X5.1 0.539 0.545 -0.313
X4.1 0.350 0.279 0.765

Pada variabel profesionalisme, korelasi antara komponen X2.2 dengan

Component 1 sebesar 0,795 (kuat), sehingga komponen X2.2 bisa dimasukkan ke

101
Faktor 1, begitu pula untuk yang lain. Tetapi untuk komponen X5.1 memiliki korelasi

yang lebih dari 0,5 pada 2 Faktor utama. sehingga tidak langsung dimasukkan dalam

faktor. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis dengan rotasi (rotated component

matrix). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.16

Tabel 4.14
Hasil Faktor Rotasi Varimax
Component
Item
1 2 3
X2.1 0.857 0.079 -0.060
X3.1 0.841 0.053 0.075
X2.2 0.812 0.226 0.011
X1.2 0.708 0.003 0.393
X1.1 0.689 -0.123 0.453
X3.2 0.588 0.419 0.214
X4.2 0.576 0.292 0.518
X5.2 -0.137 0.880 0.142
X5.1 0.356 0.747 0.006
X4.1 0.018 0.120 0.878
Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Variabel Matrik hasil dari proses rotasi (rotated component matrix) memperlihatkan

distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Dari pemilihan indikator yang dimasukkan

kedalam faktor tersebut tidak terdapat indikator yang memiliki nilai korelasi yang lemah.

sehingga semua indikator memiliki pengaruh yang kuat terhadap faktor yang terbentuk.

Komponen Matrik hasil dari proses rotasi (rotated component matrix) memperlihatkan

distribusi komponen yang lebih jelas dan nyata. Hasil pembentukan variabel utama adalah

sebagai berikut :

102
Tabel 4.15
Hasil Penamaan Faktor
Loading
Faktor Varian Item Keterangan
Faktor
X2.1 0.857 Fiskus memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat
Fiskus pajak membuat laporan kewajiban perpajakan
X3.1 0.841
wajib pajak tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun
Pekerjaan sebagai fiskus sangat memberikan manfaat kepada
X2.2 0.812
masyarakat umum
X1.2 0.708 Merasakan kepuasan atas pekerjaaan yang dikerjakanya
1 39,02 Fiskus memiliki kecakapan pengetahuan dalam melaksanakan
X1.1 0.689
pekerjaanya.

X3.2 0.588 Fiskus pajak mampu menyelesaikan tugasnya tanpa bantuan


orang lain
Rekan kerja memberikan penilaian dengan jujur sesuai
X4.2 0.576
dengan peraturan profesi
X5.2 0.880 Hubungan fiskus dengan pegawai lainya terjalin dengan baik
2 16,84
X5.1 0.747 Fiskus mampu bekerja sama dengan pegawai lainya
Fiskus pajak hanya dapat dinilai mengenai pekerjaanya oleh
3 14,74 X4.1 0.878 rekan kerjanya bukan orang luar yang tidak
memiliki kompetensi dibidangnya
Sumber:Diolah Peneliti (2021)

Hasil pembentukan variabel utama adalah sebagai berikut :

1. Faktor 1

Anggota Faktor pertama adalah variabel Fiskus memiliki tanggung jawab sosial kepada

masyarakat, Fiskus pajak membuat laporan kewajiban perpajakan wajib pajak tanpa

tekanan atau paksaan dari pihak manapun, Pekerjaan sebagai fiskus sangat memberikan

manfaat kepada masyarakat umum, Merasakan kepuasan atas pekerjaaan yang

dikerjakanya, Fiskus memiliki kecakapan pengetahuan dalam melaksanakan

pekerjaanya, Fiskus pajak mampu menyelesaikan tugasnya tanpa bantuan orang lain,

103
dan Rekan kerja memberikan penilaian dengan jujur sesuai dengan peraturan

profesi memiliki egien value sebesar 3,902 dengan keragaman sebesar 39,02. Dengan

melakukan generalisasi dari anggota faktor tersebut maka selanjutnya dinamakan faktor

pengabdian profesi dan kewajiban sosial

2. Faktor 2

Faktor kedua diberi nama hubungan sesama profesi yang terdiri dari variabel

Hubungan fiskus dengan pegawai lainya terjalin dengan baik, dan fiskus mampu

bekerja sama dengan pegawai lainya memiliki egien value sebesar 1,684 dengan

keragaman sebesar 16,84.

3. Faktor 3

Faktor ketiga diberi nama Keyakinan pada profesi yang terdiri dari variabel Fiskus

pajak hanya dapat dinilai mengenai pekerjaanya oleh rekan kerjanya bukan orang

luar yang tidak memiliki kompetensi dibidangnya memeliki egien value sebesar

1,474 dengan keragaman sebesar 14,74.

104
IV.7 Pembahasan Hasil Penelitian

IV.7.1 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Profesionalisme adalah usaha individua tau kelompok yang dilakukan lebih dari

sekedar pemenuhan kewajiban baik berdasarkan kontrak sosial maupun peraturan perundang

– undangan sehingga memiliki nilai yang berbeda sehingga dapat disebut profesional. Pada

penelitian yang telah dilakukan menggunakan teori profesionalisme milik Hall dalam snizek

(1972) memiliki lima dimensi yaitu, (1) Pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial (3)

kemandirian (4) keyakinan pada profesi (5) hubungan sesama profesi.

Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa profesionalisme berpengaruh

positif terhadap kinerja fiskus, artinya setiap terjadi penambahan pada profesionalisme

akan meningkatkan kinerja fiskus. Jika ada penurunan pada profesionalisme maka akan

menurunya kinerja fiskus. Hal ini didukung oleh nilai sig. lebih kecil dari nilai alpha

yaitu 0,000 < 0,05 artinya profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja fiskus. Selanjutnya hasil dari t hitung sebesar 9,542 lebih besar dari nilai t tabel

1,984 artinya H1 diterima. Hal ini menunjukkan profesionalisme memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja fiskus di KPP Pondok Aren Kota Tangerang

Selatan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menguatkan hasil penelitian yang

105
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu, Faries dan Budiono (2014) yang

menyatakan bahwa profesionalisme fiskus mempengaruhi kinerja fiskus. Penelitian

Faries dan Budiono (2014) memilih sampel penelitian yaitu para konsultan pajak di

Surabaya dengan syarat pertama, bergabung didalam Ikatan Konsultan Pajak Indonesia

dengan masa waktu berkarir selama 3 tahun, dan yang kedua pernah menangani kasus

pemeriksaan atau pernah menjadi kuasa hukum dalam pemeriksaan klien

Nugraha dan Rumantha (2015) dalam penelitianya menyatakan profesionalisme

berpengaruh terhadap kinerja diperkuat kembali dengan penelitian yang dilakukan oleh

Adri (2017) yang menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja,

Terdapat beberapa kesamaan aspek antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

telah dilakukan yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Adri (2017) sampel penelitian

didominasi oleh responden dengan rentang usia 21 -30 tahun dengan jumlah 37 orang,

sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan didominasi denga a rentang usia 21 -30

tahun berjumlah 32 orang. Pada rentang usia 21-30 tahun memiliki kecendrungan tingkat

kompetisi kerja yang cukup tinggi.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Santuo (2019) menyatakan profesionalisme

mempengaruhi kinerja, dan dikuatkan kembali oleh penelitian yang dilakukan oleh

Ratnawati (2020) yang menyatakan Profesionalisme mempengaruhi tingkat kinerja

fiskus. Selain berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu, faktor yang mendorong

profesionalisme berpengaruh terhadap pada kinerja pada penelitian ini dapat dilihat

106
berdasarkan tingkat Pendidikan yang didominasi oleh tingkat Pendidikan S1/D4 yang

berjumlah 34 orang. Sebab dengan tingkat pendidikan fiskus yang tinggi maka

diharapkan semakin meningkatkan profesionalisme fiskus

Hasil penelitian yang berbeda dengan yang diteliti oleh Avianda (2014), disebabkan

oleh jumlah indikator pertanyaan dalam aspek profesionalisme yang lebih banyak

dibanding penelitian sebelumnya yaitu berjumlah 19 indikator pertanyaan sehingga lebih

mendalam dalam menggambarkan hasil penelitian begitu juga dengan hasil penelitian

yang memiliki hasil yang berbeda. Selain pada hal itu penelitian yang dilakukan pada

Avianda itu berfokus terhadap fiskus yang sedang melakukan pemeriksaan pajak,

sehingga sangat mempengaruhi hasil penelitian yang berbeda dari hasil yang penelitian

yang didapatkan oleh peneliti.

IV.7.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi profesionalisme terhadap kinerja fiskus

Hall dalam Snizek (1972) menyatakan bahwa profesionalisme terdiri dari 5 dimensi

yaitu (1) Pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial (3) kemandirian (4) keyakinan

pada profesi (5) hubungan sesama profesi. Berdasarkan hasil pengujian didalam

penelitian ini terbagi didalam tiga faktor utam . Faktor pertama adalah variabel fiskus

memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat, fiskus pajak membuat laporan

kewajiban perpajakan wajib pajak tanpa tekanan atau paksaan dari pihak

manapun, Pekerjaan sebagai fiskus sangat memberikan manfaat kepada masyarakat

umum, Merasakan kepuasan atas pekerjaaan yang dikerjakanya, fiskus memiliki

107
kecakapan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaanya, fiskus pajak mampu

menyelesaikan tugasnya tanpa bantuan orang lain, dan rekan kerja memberikan

penilaian dengan jujur sesuai dengan peraturan profesi. Dengan melakukan generalisasi

dari anggota faktor tersebut maka selanjutnya dinamakan faktor pengabdian profesi dan

kewajiban sosial.

Faktor kedua diberi nama hubungan sesama profesi yang terdiri dari variabel

Hubungan fiskus dengan pegawai lainya terjalin dengan baik, dan fiskus mampu bekerja

sama dengan pegawai lainya. Faktor ketiga diberi nama Keyakinan pada profesi yang

terdiri dari variabel Fiskus pajak hanya dapat dinilai mengenai pekerjaanya oleh rekan

kerjanya bukan orang luar yang tidak memiliki kompetensi dibidangnya. Berdasarkan

hal tersebut maka dapat dilihat bahwa pada penelitian ini terdapat tiga faktor utama yang

mempengaruhi profesionalisme terhadap kinerja fiskus, yaitu pengabdian profesi dan

kewajiban sosial, keyakinan pada profesi, dan hubungan sesama profesi.

IV.8 Analisis Regresi Linier Sederhana

IV.8.1 Uji Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah metode statistic yang bertujuan untuk

menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel (X) terhadap variabel

akibatnya. Analisis regresi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu antara variabel

Profesionalisme (X) terhadap Kinerja Fiskus (Y). Berdasarkan pengolahan data

penelitian menggunakan SPSS 25.0, didapatkan data seperti tabel berikut:

108
Tabel 4.16 Persamaan Regresi

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 10,515 1,688 6,230 0,000

Profesionalisme 0,390 0,040 0,703 9,788 0,000


Sumber:Data diolah peneliti, 2021

Dari tabel 4.22 diatas menunjukkan hasil yang diporoleh nilai constant (a) sebesar

10,515 sedangkan nilai profesionalisme (b/koefisien) regresi sebesar 0,390. Dari hasil

tersebut dapat dimasukkan dalam persamaan regresi sebagai berikut:

Y=a+bX+e

Y=10,515+0,390X

Hasil persamaan diatas dapat diterjemahkan bahwa konstanta 10,515 yang

mengandung arti bahwa nilai konsistensi variabel kinerja sebesar 10,515. Koefisien

regresi X Sebesar 0,390yang menyatakan bahwa penambahan 1% nilai profesionalisme

fiskus maka penambahan kinerja fiskus akan bertambah sebesar 0,390. Koefisien regresi

tersebut bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh Profesionalisme

(variabel X) terhadap kinerja (variabel Y) adalah positif. Dan berdasarkan nilai

signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel profesionalisme (X) berpengaruh terhadap variabel kinerja (Y).

109
IV.8.2 Koefisien Determinasi (R2)

Ketepatan suatu garis dapat diketahui dari besar kecilnya koefisien determinasi

atau koefisien R2 (R Square). Nilai koefisien R2 dalam analisis regresi dapat digunakan

sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang diperoleh. Apabila

semakin besar nilai R2 maka semakin kuat kemampuan model regresi yang diperoleh

untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya. Kemampuan garis regresi untuk

menjelaskan variasi yang terjadi pada Y ditumjukkan pada besarnya koefisien

determinasi. Berikut tabel hasil uji koefisien determinasi:

Tabel 4.17 Uji Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R Square

0,703 0,494 0,489

Sumber: Data diolah peneliti, 2021

Dari hasil tabel 4.23 menjelaskan bahwa besarnya nilai hubungan (R) yaitu

sebesar 0,703. Berdasarkan output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square)

sebesar 0,494 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas

(Profesionalisme ) terhadap variabel terikat (Kinerja) adalah sebesar 49%.

IV.9 Uji Hipotesis

IV.9.1 Hasil Uji t

Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah dari

masing – masing variabel independen pembentuk model regresi secara individu memiliki

110
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y atau tidak. Pengujian model regresi pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4.18 Hasil Uji T

Keterangan t Sig. Keputusan

Profesionalisme 9,788 .000 DITERIMA

Sumber:Diolah peneliti, 2021

Nilai t tabel dengan alpha 5% dan jumlah sampel (n) dikurangi (k) jumlah

variabel yang digunakan maka diperoleh t tabel sebesar 1,984. Pada tabel 4.11 nilai t

hitung sebesar 9,788 lebih besar dari nilai t tabel 1,984 dengan nilai sigifikansi 0,000 <

0,05. Dapat diambil kesimpulan bahwa Profesionalisme berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja fiskus karena nilai thitung > ttabel dan nilai Signifikan lebih

kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme fiskus

di KPP Pondok Aren Kota Tangerang Selatan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja fiskus.

111
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme terhadap

kinerja fiskus di KPP Pondok Aren Kota Tangerang Selatan pada tahun 2021.

Berdasarkan hasil penghitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1.Variabel profesionalisme (9,542 >1,984) secara berpengaruh signifikan terhadap

kinerja fiskus di KPP Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Artinya semakin tinggi

profesionalisme fiskus maka semakin baik kinerja fiskus.

2.Profesionalisme oleh fiskus memberikan pengaruh sebesar 48,2% terhadap tingkat

kinerja fiskus, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam penelitian ini sebesar 51,8%

3. Berdasarkan analisis faktor menggunakan rotasi varimax dari 10 indikator yang masuk

dalam rotasi faktor terdapat 3 faktor utama.

4. Faktor pertama diberi nama Pengabdian pada profesi dan Kewajiban Sosial memeliki egien

value sebesar 3,902 dengan keragaman sebesar 39,02.

5. Faktor kedua diberi nama Hubungan Sesama Profesi memeliki egien value sebesar 1,684

dengan keragaman sebesar 16,84.

112
6. Faktor ketiga diberi nama keyakinan pada profesi memiliki egien value sebesar 1,474

dengan keragaman sebesar 14,74.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa

saran sebagai berikut:.

1.Memperluas cakupan lokasi serta obyek penelitian yang tidak hanya pada satu KPP

namun bisa pada beberapa KPP dalam satu kantor wilayah sehingga lebih bisa

mencerminkan kondisi profesionalisme fiskus pada satu kantor wilayah.

2.Mencari faktor – faktor diluar profesionalisme yang memiliki pengaruh terhadap

kinerja untuk memperluas cakupan tema penelitian.

3.Memperbanyak tema – tema penelitian mengenai profesionalisme terhadap kinerja

fisku yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang dimilikinya.

113
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adri. Abdullah. 2017. Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi Terhadap


Kinerja Pegawai Pada Kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Anton, Howard. 1987. Aljabar Linear Elementer Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Anwar Prabu Mangkunegara .2000. Prestasi Kerja. Jakarta: Bumi Cipta

Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Azwar S. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Bisnis: Teori, Konsep, dan Praktik Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta.
Barnsley, J. Dan D Ellis 1992 Research for change Participatory action research for·
community groups, Canada: the Woman's Research Centre.

Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga: STAIN SalatigaPress
Bilson, Simamora. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Dwiyanto, Agus. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi


Birokrasi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan progam SPSS.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan progam SPSS.

Herliansyah, Yudhi. 2008. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak
Relevan Dalam Auditor Judgement. Jakarta. Skripsi Universitas Mercu Buana.

Jatmiko. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan
Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Thesis
Universitas Diponegoro
Johnson, Richard, A.W & Dean W. 2007. Applied Multivariate Statistical Anlysis.
Edisi VI. New Jersey: Pretice-Hall International, Inc.

114
Kurniawan, Albert. 2014. Metode Riset Untuk Ekonomi. Bandung: Alfabeta

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Salemba Empat

Morissan. 2016. Statistik Sosial. Jakarta: Prenada Media

Mukhlis Sudarman. 2005. Kinerja dan Penilaian Kerja SDM. Jakarta: Intan Pariwara

Munawwir, A. W. 2002. Kamus ; AlMunawwir. Surabaya: Pustaka Progresif

Purwandi, Atik. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah Profesionalisme.Jakarta: Anggota IKAPI

Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia.

Rum, Royen. 2007. Profesionalisme Aparatur pemda Tobasa. Medan: USU.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu

Sedarmayanti. 2010. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba

Siagian,Sondang P. 2009. Administrasi Pembangunan. Jakarta: BumiAksara

Sidiq.Agung. 2018. Pengaruh Kemampuan Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan Terhadap


Kinerja Karyawan Pad Bank Syariah Bukopin KC Solo Dengan Budaya Organisasi
Sebagai Variabel Moderating. Skripsi IAIN Salatiga

Sinambela, Poltak Lijan. 2006 Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan.Jakarta: PT.
Bumi Aksara

Sjafri, Mangkuprawira &AidaVitalaya . 2007.Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia.


Bogor: Ghalia indonesia

115
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D (edisi revisi).Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Supranto. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta

Supriyanto, Achmad Sani dan Masyhuri Machfudz. 2010. Metodologi Riset: Manajemen
Sumberdaya Manusia. Malang: UIN-Maliki Press
Suryanto. 1988. Metode Statistika Multivariat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2008. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.

Tjokrowinoto, Muljarto. 1996. Pembangunan, Dilema dan Tantangan.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Wiratmanto.2014. Analisis Faktor dan Penerapannya dalam Mengidentifikasi Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Terhadap Penjualan Media Pembelajaran.
Skripsi. Universitas Negri Yogyakarta

Jurnal

Avianda, Kindi. (2014). Pengaruh Profesionalisme Pemeriksa Pajak,

Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Infor-masi. Vol.14 (3): 21-48

Chiu, Su-Fen & Chen, Hsiao-Lan. 2005. “Relationship between Job Characteristic

and organizational citizenship behaviour : The Meditational Role of Job Satisfacation”.


Social Behavior and personality. Vol 33, No.6 pp. 523-540. doi:
10.2224/sbp.2005.33.6.523

Faries, Feliana .,& Budion, Doni. (2014). Pengaruh perilaku Pemeriksa Pajak dan
Profesionalisme Pemeriksa Pajak Terhadap Kinerja Pemeriksa Pajak Survei Pada
Konsultan Pajak Surabaya. Vol IV (1): 1-11

Nugraha, Ida.B.S.,& Ramantha, I. Wayan. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi


dan Pelatihan Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada Akuntan Publik Di Bali.
Vol.13(3): 916-943.

116
Ratnawati. (2020). “Factor Affecting Tax Auditors’ Performance The Moderating Role Of
Locus Of Control ”, Problem and Perspective Management. Vol.18 (2): 1-11.doi:
10.21511/ppm.18(2).2020.04

Santuo. (2019). Kinerja Pemeriksaan Pajak: Tiga Variabel Penjelas Pencapaian Target Pajak
Optimal. Vol.25 (2): 1-16.

Siat, Toly. (2013). Faktor-Faktor yang MempengaruhiKepatuhan Wajib Pajak dalam

Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak di Surabaya, Jurnal Tax and Accounting Review
Vol.1 (1):1-8

Trisaningsih, Sri. (2007) . Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai

Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, dan Budaya


Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas,
Makasar.

Widari, Sri. (2017). Analisis Pengaruh Profesionalisme Pemeriksa Pajak, Kepuasan Kerja,

dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Fiskus dengan Audit Judgment Sebagai
Variabel Intervening Daerah Kota Jakarta Timur. Vol VIII (2): 283 – 297.

William.E. Snizek. (1972) “Hall's Professionalism Scale: An Empirical

Reassessment”, American Sociological Review. Vol. 37, No. 1 (Feb., 1972), pp. 109-114.
doi: 10.2307/2093498.

Sumber Rujukan dari Website

Apa itu Fiskus (2020,29 Desember).ddtc.[on-line]. Diakses pada tanggal 29 Desember 2020
dari https://news.ddtc.co.id/apa-tu-fiskus-21401?page_y=960.

Berapa Jumlah Wajb Pajak dan Tingkat Kepatuhanya? (2020,15 Agustus).CITA[on-line].


Diakses pada tanggal 15 Agustus 2020 dari https://news.ddtc.co.id/berapa-jumlah-
wajib-pajak--tingkat-kepatuhannya-cek-di-sini-16815.

Hingga Juli 2019, Kepatuhan Wajib Pajak Baru 67.2 Persen (2020,15 Agustus).

Bisnis.com [on-line]. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2020 dari


https://ekonomi.bisnis.com/read/20190807/259/1133668/hingga-juli-2019-
kepatuhan- wajib- pajak-baru-672-

117
Kantor Pajak Didirikan Dalam Kampus STAN (2020, 16 Agustus).tribunews. [on-line]
Diakses pada tanggal 16 Agustus 2020 dari
https://wartakota.tribunnews.com/2015/10/01/kantor-pajak-didirikan- dalam-
kampus-stan.

Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak (2020, 15 Agustus). CITA [on-line]. Diakses pada
tanggal 15 Agustus 2020 dari. https://cita.or.id/target-dan realisasi- penerimaan-
pajak-tahun-2010-2020.

Peraturan

Pemerintah Indonesia.2000. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2000

Tentang KetentuanUmum Tata Cara Perpajakan. Lembaran Negara RI Tahun 2000 No.126.
Jakarta: Sekertariat Negara

Pemerintah Indonesia.2000. Undang – Undang Nomor

18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah. Lembaran Negara RI Tahun 2000 No. 3986. Jakarta: Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2007. Undang – Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2007 Mengatur Tentang Perubahan Ketiga atas Undang -Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Lembaran Negara
RI Tahun 2007 No. 85. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.4953.
Jakarta:Sekertariat Negara

Peraturan Mentri Keuangan Nomor 234 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2 Tahun 2014 tentang cakupan wilayah kerja KPP
Pratama Pondok Aren

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2015 Tentang kegiatan seleksi kantor
pelayanan percontohan

118
LAMPIRAN

Lampiran 1
Kuisioner Penelitian
PENGANTAR

Kepada responden yang terhormat, Perkenalkan nama saya Rahmana Alqadri dengan

Nomor Induk Mahasiswa 165030407111039 sebagai mahasiswa Program Studi Perpajakan

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Saya membutuhkan partisipasi dari

Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dibawah ini dengan jawaban yang jujur dan sebenarnya.

Informasi yang saya dapatkan nantinya akan digunakan sebagai data riset untuk

menyelesaikan skripsi saya dengan judul "Pengaruh Profesionalisme terhadap Kinerja Fiskus

(Studi pada KPP Pratama Pondok Aren Kota Tangerang Selatan)”. jawaban dalam kuesioner

ini besifat rahasia dan akan digunakan sebagaimana mestinya.

Atas bantuan dan ketersediaan Bapak/ Ibu dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan

terima kasih.

Hormat Saya,

Rahmana Alqadri

119
KUISIONER

A. Identitas Responden
Usia : <20 Tahun 41-50 Tahun
L L
a 21-30 Tahun a >50 Tahun
L
k kL
ai 31- 40 Tahun ai
k
L -k Perempuan
Jenis Kelamin : a-i Laki-laki
l li
Pendidikan Akhir : ka- D1 a- S1
kil kl
a-i D2 ai S2
kl k S3
D3
ai i
.
k
Berapa lama bekerja menjadi fiskus: i < 2 tahun
2-5 tahun
L >5 tahun
a
kL
a
Berapa lama kerja di KPP Pratama Pondoki Aren : < 2 tahun
k-
L
li 2-5 tahun
a
a-
kL >5 tahun
kl ai
ai L
k -k
ai
i l
k
a-
i
kl
-a
i
kl
ai
k
i

120
Butir Pertanyaan

• Profesionalisme
Pada penelitian ini didefinisikan sebagai perilaku, tujuan atau kualitas yang lebih dari
sekedar memenuhi undang – undang dan peraturan masyarakat yang memberi karakteristik
atau menandai suatu profesi dalam hal ini adalah profesi fiskus pajak.

No PERNYATAAN STS TS R S SS
1. Seorang fiskus harus memiliki
kecakapan,pengetahuan dalam melaksanakan
pekerjaanya
2. Saya merasakan suatu kepuasan batin setelah
menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah
diberikan kepada saya
3. Saya memiliki tanggung jawab sosial kepada
masyarakat untuk menjadi contoh kepatuhan
kewajiban perpajakanya

121
No. PERNYATAAN STS TS R S SS
4. Pekerjaan saya sangat bermanfaat terhadap
masyarakat umum
5. Saya melakukan penghitungan kewajiban
perpajakan milik wajib pajak tanpa adanya
tekanan dari pihak manapun
6. Saya mampu menyelesaikan suatu pekerjaan
tanpa bantuan orang lain
7. Hasil dari pekerjaan saya hanya dapat dinilai
oleh rekan sesama profesi bukan oleh orang
luar yang tidak memiliki kompetensi
dibidangnya.
8. Rekan kerja saya memberikan penilaian
dengan jujur sesuai peraturan profesi
9. Saya dapat bekerja sama dengan pegawai
lainya
10. Hubungan saya dengan pegawai lainya terjalin
dengan baik

122
• Kinerja
Kinerja adalah fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi

No. PERNYATAAN STS TS R S SS


1. Saya harus teliti dalam menghitung angka
kewajiban perpajakan wajib pajak
2. Saya memiliki jumlah hasil kerja yang
banyak.
3. Saya selalu menyelesaikan pekerjaanya
dengan tepat waktu
4. Saya mengerjakan tugasnya dengan sistematis
dan terstruktur.
5. Saya menguasai segala kemampuan yang
menopang pekerjaanya
6. Saya tidak pernah mendapatkan sanksi selama
bekerja

123
Lampiran 2
Hasil Uji Jawaban Pilot Test
A.Profesionalisme

No PROFESIONALISME

Resp (X)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 5 5 5 5 5 4 5 5 4 1
2 5 5 5 5 5 1 5 4 3 1
3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3
4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4
5 4 4 4 4 4 3 2 4 5 2
6 5 5 5 5 5 4 5 5 3 1
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1
9 5 5 5 5 5 5 3 5 4 3
10 4 4 5 5 5 3 2 4 3 4
11 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3
12 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3
14 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5
15 4 4 5 5 4 4 5 4 3 4
16 5 5 5 5 5 3 3 5 3 3
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 5 5 5 4 5 5 4 5 4 2
22 5 4 5 4 5 1 5 4 4 1
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

124
B.Kinerja

No. Y
Resp. 20 21 22 23 24 25
1 5 4 5 5 4 5
2 5 5 5 5 5 5
3 5 4 5 5 4 4
4 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 4 4 5
6 5 5 5 4 4 5
7 4 4 4 4 4 4
8 5 4 5 5 4 3
9 5 3 5 5 4 5
10 5 5 5 4 4 4
11 5 4 4 4 4 5
12 5 5 5 5 5 5
13 5 5 5 5 5 5
14 5 5 5 4 4 5
15 5 5 4 5 4 5
16 5 3 4 4 4 5
17 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 5 5 5
19 5 3 5 4 3 5
20 5 5 5 5 5 5
21 5 4 5 5 5 5
22 5 5 5 5 5 5
23 5 5 5 5 5 5
24 5 5 5 5 5 5

125
LAMPIRAN 3
Hasil Jawaban Responden Penelitian
A.Profesionalisme

No PROFESIONALISME

Resp (X)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 5 5 5 5 5 4 5 5 4 1
2 5 5 5 5 5 1 5 4 3 1
3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3
4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4
5 4 4 4 4 4 3 2 4 5 2
6 5 5 5 5 5 4 5 5 3 1
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1
9 5 5 5 5 5 5 3 5 4 3
10 4 4 5 5 5 3 2 4 3 4
11 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3
12 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3
14 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5
15 4 4 5 5 4 4 5 4 3 4
16 5 5 5 5 5 3 3 5 3 3
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 5 5 5 4 5 5 4 5 4 2
22 5 4 5 4 5 1 5 4 4 1
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

126
No PROFESIONALISME

Resp (X)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

25 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3
26 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4
27 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1
28 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3
29 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1
30 5 5 5 5 5 3 5 5 3 3
31 5 4 4 4 5 3 4 3 3 2
32 5 5 5 5 5 4 4 4 3 3
33 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1
34 4 5 5 5 5 5 4 4 4 2
35 5 5 5 5 5 4 3 5 4 2
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 5 4 4 4 4 2 4 5 2 1
38 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4
39 5 5 4 4 3 3 4 4 2 1
40 5 5 3 3 4 3 5 4 3 2
41 5 5 5 5 5 4 5 5 5 1
42 4 3 4 4 1 1 4 4 3 1
43 5 4 5 4 5 3 3 4 3 1
44 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
46 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
48 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2

127
No PROFESIONALISME

Resp (X)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

49 5 5 5 5 5 4 5 5 5 1
50 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2
51 4 5 4 4 5 4 4 3 3 1
52 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3
53 4 4 5 5 5 3 4 4 4 1
54 5 5 5 5 5 4 1 4 3 1
55 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3
56 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1
57 4 4 4 4 3 3 3 3 3 1
58 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4
59 5 5 5 5 5 4 5 5 4 2
60 5 5 3 3 4 3 5 4 3 2
61 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5
62 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
63 5 5 5 5 4 3 3 3 4 1
64 5 5 5 5 5 4 3 4 4 2
65 5 4 4 4 4 2 4 4 4 2
66 4 4 5 5 4 4 5 4 4 3
67 5 5 5 5 5 3 3 4 4 3
68 5 5 5 5 5 3 4 4 4 3
69 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3
70 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3
71 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
72 4 4 4 5 5 4 5 5 3 2

128
No PROFESIONALISME

Resp (X)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

73 5 5 5 5 5 4 5 5 4 1
74 5 5 5 5 5 5 4 4 5 1
75 5 5 5 5 5 4 2 4 4 2
76 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1
77 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1
78 4 4 4 4 4 3 3 4 3 1
79 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1
80 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1
81 5 5 5 5 5 4 3 5 4 3
82 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
83 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3
84 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
85 5 5 4 4 4 4 4 4 3 1
86 5 5 5 5 5 5 3 5 5 1
87 5 5 5 5 5 4 4 4 4 2
88 4 4 4 5 5 4 4 4 3 2
89 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2
90 4 4 5 4 5 3 3 4 3 2
91 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4
92 5 4 3 5 3 4 4 5 4 4
93 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4
94 4 5 3 3 4 3 5 5 5 3
95 5 4 3 5 3 4 4 5 4 4
96 4 4 5 4 4 4 4 4 3 2
97 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
98 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
99 3 4 4 4 4 1 3 3 4 4
100 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4

129
B. KINERJA

No. Y
Resp. 20 21 22 23 24 25
1 5 4 5 5 4 5
2 5 5 5 5 5 5
3 5 4 5 5 4 4
4 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 4 4 5
6 5 5 5 4 4 5
7 4 4 4 4 4 4
8 5 4 5 5 4 3
9 5 3 5 5 4 5
10 5 5 5 4 4 4
11 5 4 4 4 4 5
12 5 5 5 5 5 5
13 5 5 5 5 5 5
14 5 5 5 4 4 5
15 5 5 4 5 4 5
16 5 3 4 4 4 5
17 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 5 5 5
19 5 3 5 4 3 5
20 5 5 5 5 5 5
21 5 4 5 5 5 5
22 5 5 5 5 5 5
23 5 5 5 5 5 5
24 5 5 5 5 5 5
25 4 4 4 4 4 5
26 5 4 5 5 5 5
27 5 3 4 5 4 5
28 5 5 5 5 5 5
29 5 5 5 5 5 5
30 5 5 5 5 5 5
31 4 3 3 3 3 4
32 5 4 4 3 3 5
33 5 5 5 5 5 5

130
No. Y
Resp. 20 21 22 23 24 25
34 5 4 4 5 4 5
35 5 4 5 5 5 5
36 5 5 5 5 5 5
37 4 3 4 4 3 4
38 5 4 5 5 5 5
39 5 4 5 5 4 3
40 5 4 4 4 4 5
41 5 4 4 5 5 5
42 3 3 3 3 3 4
43 5 4 4 4 4 5
44 5 5 5 5 5 5
45 5 5 5 5 5 5
46 5 5 5 4 4 5
47 4 4 4 4 4 4
48 4 4 4 4 3 4
49 5 5 5 5 4 5
50 5 4 4 4 3 5
51 5 3 4 4 4 4
52 5 5 5 5 5 5
53 5 5 5 5 5 5
54 5 4 4 4 4 5
55 5 4 4 4 4 5
56 5 5 5 5 5 5
57 5 3 5 5 4 4
58 5 4 5 5 5 5
59 5 4 5 4 4 5
60 5 4 4 4 4 5
61 5 5 5 5 5 5
62 5 5 4 5 3 4
63 5 3 4 4 3 5
64 4 3 4 4 4 5
65 5 5 5 4 4 5
66 4 4 4 4 4 4
67 5 4 4 4 4 5
68 5 4 4 4 4 5

131
No. Y
Resp. 20 21 22 23 24 25
69 5 3 3 5 5 5
70 5 5 5 4 4 5
71 5 5 5 5 5 5
72 5 4 4 4 4 5
73 5 4 4 4 4 5
74 5 3 5 5 3 5
75 4 4 4 4 4 4
76 5 5 5 5 5 5
77 5 5 5 5 5 5
78 3 3 5 4 3 5
79 5 5 5 5 5 5
80 5 5 5 5 5 5
81 5 4 5 5 4 5
82 5 4 4 4 4 4
83 5 4 5 5 5 5
84 5 5 5 5 5 5
85 5 4 3 5 3 4
86 5 5 4 5 4 2
87 5 5 4 4 4 5
88 4 4 4 4 4 5
89 4 4 4 4 4 5
90 5 4 4 4 4 5
91 3 4 3 4 3 4
92 5 5 5 5 5 4
93 5 4 4 5 4 4
94 5 3 3 4 5 5
95 5 5 5 5 5 4
96 4 4 4 5 5 4
97 4 4 4 4 5 4
98 4 4 4 4 5 4
99 4 3 4 4 3 4
100 3 4 3 4 3 4

132
Lampiran 4
Permohonan Izin Penyebaran Kuisioner

133
Lampiran 5
Kumpulan Pertanyaan Melalui Google Formulir

134
135
136
137
138
139
140
141
142
143

You might also like