You are on page 1of 1

Nama : Dea Abellia Anastasia

NIM : V8122027
Kelas :B
Mata Kuliah : Pancasila
Program Studi : D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kasus:
Presiden mengalami luka parah akibat penembakan dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
transplantasi hati. Menurut tenaga medis, Presiden akan menjalani transplantasi hati setelah menunggu
urutan ke-5. Namun, staf Presiden menuntut agar Presiden menjadi prioritas pertama dalam transplantasi
hati dengan mengancam pihak kesehatan.

Analisis:
Penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan (Sosial et al., 2022). Pancasila merupakan ajaran, gagasan, doktrin,
teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia serta
menjadi pentunjuk dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia (Huda, 2018). Sama halnya dengan kasus di atas, kita dapat menyelesaikannya dengan
berlandaskan pada Pancasila.
Pada kasus di atas, kita akan berfokus pada sila kedua dan kelima. Sila kedua dan kelima dalam
Pancasila mengandung makna bahwa dalam bernegara ini harus memiliki kemanusiaan, adab, dan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh, bermakna bahwa tidak ada spesialisasi untuk kaum atau
jabatan tertentu. Sehingga, perilaku staff presiden yang menuntut agar presiden didahulukan dalam
menjalani transplantasi hati merupakan hal yang salah dan menyimpang dari Pancasila. Nilai
Kemanusiaan (Humanisme) dalam Pancasila mempunyai maksud bahwa arah politik dan hukum harus
dapat memposisikan manusia sebagai makhluk yang memiliki hak-hak dasar yang salah satunya adalah
hak untuk hidup (Huda, 2018). Pasien lain dalam antrian juga memiliki hak untuk hidup dan melanjutkan
kehidupan secara adil dengan mendapatkan transplantasi hati sesuai jatahnya.
Boleh saja jika presiden didahulukan dalam menjalani transplantasi hati. Akan tetapi, hal tersebut
harus melalui proses negosiasi dan kesepakatan bersama dengan tenaga medis dan pasien lain secara
terbuka, tanpa adanya tekanan, paksaan, dan ancaman. Hal tersebut juga harus dengan
mempertimbangkan kondisi pasien. Apabila kondisi pasien urutan awal lebih mengkhawatirkan dan tidak
memungkinkan untuk diakhirkan, maka presiden harus menjalani transplantasi hati sesuai urutannya. Dan
juga bila kondisi presiden sudah sangat mengkhawatirkan dan di ujung tanduk, maka bisa saja
didahulukan asalkan terjadi proses negosiasi dan kesepakatan bersama dengan tenaga medis dan pasien
lain secara terbuka, tanpa adanya tekanan, paksaan, dan ancaman. Segala keputusan harus diambil secara
adil dan beradab.

Referensi:
Huda, M. C. (2018). Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara. Resolusi: Jurnal Sosial Politik,
1(1), 78–99. https://doi.org/10.32699/RESOLUSI.V1I1.160
Sosial, J. E., Humaniora, D., Fadhil, M., Hudaf Akhriansyah, S., Kristo Wijaya, W., & Fitriono, R. A.
(2022). PERSPEKTIF PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BANGSA. JURNAL
EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA, 4(02), 1–4.
https://jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/844

You might also like