Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 7 - Sistem Perkemihan
Kelompok 7 - Sistem Perkemihan
Mengetahui,
Dosen
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan berkat-
Nya, kami dapat menyelsaikan tugas Makalah analisis kasus berjudul
“Keperawatan Dewasa Sistem Perkemihan Asuhan Keperawatan Pada Laki-Laki
Dewasa Dengan Diagnosa Chronic Kidney Desease (CKD)” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Keperawatan Dewasa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Keperawatan Dewasa Sistem Perkemihan
Asuhan Keperawatan Pada Laki-Laki Dewasa Dengan Diagnosa Chronic Kidney
Desease (CKD)” Penulis mampu mendeskripsikan analisis mengenai asuhan
keperawatan secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada
pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Dewasa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik serta saran yang membangun akan sangat diperlukan untuk
perbaikan bagi kami kedepannya.
Kelompok 7
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Desease (CKD) adalah penyakit penurunan fungsi ginjal
yang progresif dan tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala (irreversible) dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) < 60
mL/menit dalam waktu 3 bulan atau lebih, sehingga tubuh gagal
memepertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
menybabkan uremia. Gagal ginjal kronis termasuk 12 penyebab kematian umum
di dunia, terhitung 1,1 juta kematian akibat gagal ginjal kronis yang telah
meningkat sebanyak 31,7% sejak tahun 2010 hingga 2015 (Wahyuningsih,
2020). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukan bahwa penderita penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8 %
naik dari 2.0% pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2018). Tanda dan gejala klinis pada CKD dikarenakan gangguan yang bersifat
sistemik. Pada klien CKD cenderung ditemukan, mudah lemas, konjugtiva
pucat, cepat lelah beraktivitas, energi berkurang. Kebanyakan gagal ginjal kronis
gejalanya muncul secara bertahap dan tidak menimbulkan gejala yang terlihat
ataupun yang jelas sehingga penyakit CKD ini diketahui setelah menunjukkan
tanda dan gejala yang parah dan sudah berada pada stadium akhir yang dapat di
deteksi melalui tes urine dan darah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya kejadian gagal ginjal kronik antara lain merokok, minimnya
pengetahuan, pola kebiasaan hidup dan penyakit yang tidak
terkontrol,penggunaan obat analgetic, hipertensi, dan minuman suplemen
berenergi selain itu riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi maupun
penyakit gangguan metabolik lain yang dapat menyebabkan penurunan fungsi
ginjal. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh penyakit dari ginjal itu sendiri
seperti glomerulofritis, infeksi kuman, batu ginjal, kista dan adanya trauma pada
ginjal. Salah satu dampak CKD pada sistem kardiovaskuler seperti hipertensi
yang terjadi karena retensi cairan natrium dari aktifasi sistem reninangiotensin-
aldosteron, edema, hiperkalemia, perikarditis, efusi, pericardial, anemia, uremia,
1
asidosis dan terjadinya malnutrisi. Kematian dapat disebabkan jika tidak
mendapatkan pengobatan dalam bentuk dialisis atau transplantasi ginjal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Laporan Analisis ini adalah “Bagaimana Menganalisis Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mendeskripsikan analisis mengenai asuhan keperawatan
secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien
dengan Chronic Kidney Desease (CKD)
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis pengkajian pada pasien
dengan diagnosis Chronic Kidney Desease (CKD).
b) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis diagnosa keperawatan pada
pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
c) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis rencana keperawatan pada
pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
d) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis implementasi keperawatan
pada pasien dengan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Chronic Kidney Desease (CKD).
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi penulis yaitu dapat memberikan deskripsi serta analisisnya
tentang asuhan keperawatan kepada klien dengan diagnosa Chronic Kidney
Desease (CKD).
2. Bagi Institusi yaitu dapat mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan
sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang sudah diberikan kepada
mahasiswa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1) Pengertian
Chronic Kidney Desease (CKD) adalah penyakit penurunan fungsi ginjal
yang progresif dan tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala (irreversible) dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) < 60
mL/menit dalam waktu 3 bulan atau lebih, sehingga tubuh gagal
memepertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
menybabkan uremia. Kebanyakan gagal ginjal kronis gejalanya muncul
secara bertahap dan tidak menimbulkan gejala yang terlihat ataupun yang
jelas sehingga penyakit CKD ini diketahui setelah menunjukkan tanda dan
gejala yang parah dan sudah berada pada stadium akhir yang dapat di deteksi
melalui tes urine dan darah.
Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh penyakit dari ginjal itu sendiri
seperti glomerulofritis, infeksi kuman, batu ginjal, kista dan adanya trauma
pada ginjal. Salah satu dampak CKD pada sistem kardiovaskuler seperti
hipertensi yang terjadi karena retensi cairan natrium dari aktifasi sistem
reninangiotensin- aldosteron, edema, hiperkalemia, perikarditis, efusi,
pericardial, anemia, uremia, asidosis dan terjadinya malnutrisi. Kematian
dapat disebabkan jika tidak mendapatkan pengobatan dalam bentuk dialisis
atau transplantasi ginjal.
2) Faktor Risiko
Faktor-faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kejadian gagal
ginjal kronik antara lain merokok, minimnya pengetahuan, pola kebiasaan
hidup dan penyakit yang tidak terkontrol,penggunaan obat analgetic,
hipertensi, dan minuman suplemen berenergi selain itu riwayat penyakit
seperti diabetes, hipertensi maupun penyakit gangguan metabolik lain yang
dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
a) Merokok
3
Pasien yang memiliki riwayat merokok beresiko lima kali lebih
besar menderita gagal ginjal kronik dibandingkan yang tidak merokok.
Jumlah rokok dan lamanya merokok mempengaruhi besarnya resiko
kejadian gagal ginjal kronik yang akan diderita seseorang, semakin banyak
jumlah rokok yang dikonsumsi dan semakin lama merokok akan
memperbesar resiko empat sampai sepuluh kali beresiko menderita gagal
ginjal kronik.
b) Diet Protein
Pasien yang diet tinggi protein dan tinggi lemak beresiko delapan
kali mengalami gagal ginjal kronik. Asupan protein yang tinggi akan
meningkatkan sirkulasi ginjal dan tekanan intraglomerulus sehingga
mempercepat laju filltrasi glomelurus atau hiperfiltrasi glomerulus.
Hiperfiltrasi glomerulus terjadi sebagai upaya ginjal untuk untuk sekresi
ureum produk metabolisme protein. Berdasarkan pedoman terapi pasien
gagal ginjal kronik KDIGO 2012 merekomendasikan untuk pembatasan
diet protein tinggi >1.3g/kg/hari untuk kelompok yang beresiko dan
menggurangi jumlah asupan protein 0.8g/kg/hari untuk pasien dengan atau
tanpa komorbid diabetes dan nilai GFR <30 ml/menit/ 1,73m2.
c) Konsumsi Jamu
Jamu merupakan ramuan yang dibuat dari tanaman yang dikonsumsi
dengan cara dibuat minuman. Ginjal menjadi tempat ekskresi untuk
sebagian besar obat-obatan. Penelitian terhadap kebiasaan mengkonsumsi
obat herbal atau jamu menunjukan data bahwa 12 kali beresiko untuk
mengalami kejadian gagal ginjal kronik. Beberapa tanaman obat yang
dilaporkan yang memiliki hubungan kejadian gagal ginjal kronik antara
lain Larrea tridentata, Pithecolobium lobatum, P. jiringa, Salix
daphnoides.
d) Obat Analgesik
Hasil penelitian Lillia (2019) bahwa penggunaan obat NSAID
memiliki hubungan signifikan dengan gagal ginjal kronik. Orang yang
sering menggunakan obat analgesik beresiko 3,5 kali mengalami gagal
ginjal kronik. Obat analgesik golongan non-steroid bekerja dengan cara
4
menghambat kaskade asam arakidonat sehingga menurunkan produksi
prostaglandin. Prostasiklin, PGE2, PGD2 yang berfungsi sebagai stimulasi
vasodilator diginjal tidak mampu bekerja dengan maksimal karena adanya
pembatasan produksi prostaglandin, efek obat analgesik golongan non-
steroid. Vasokontriksi pada ginjal menyebabkan perfusi ginjal tidak
maksimal sehingga dapat menyebabkan iskemia. Selain menyebabkan
vasokontriksi, penggunaan obat analgesik juga mempengaruhi absorbsi
natrium pada tubulus koletivus sehingga terjadi retensi natrium dan air.
e) Diet Lemak
Diet tinggi lemak memiliki bukti klinis bahwa menyebabkan
kejadian gagal ginjal kronik. Konsumsi diet lemak dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan akumulasi lemak pada ginjal, peningkatan sitokin
inflamasi, mengindukasi retraksi glomerulus, serta disfungsi pada ginjal.
Orang dengan perlemakan ginjal beresiko dua kali menderita gagal ginjal.
f) Konsumsi Garam
Kadar garam yang terlalu tinggi didalam tubuh akan meningkatkan
tekanan osmotik, peningkatan kebutuhan asupan cairan sehingga terjadi
hipervolemia. Konsumsi garam pada pasien ginjal direkomendasikan agar
membatasi kurang dari <90 mmnol atau 2 gram perharinya.
Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan hasil Riskesdas 2018
menunjukan bahwa terjadi peningkatan seiring bertambahnya usia.
Kelompok usia yang paling banyak mengalami kejadian gagal ginjal kronik
yaitu pada kelomok usia 65-74 kronik dan penderita laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan penderita perempuan. Berdasarkan riwayat pendidikan,
kelompok yang tidak/belum sekolah merupakan kelompok yang paling
banyak kejadian gagal ginjall kronik.
3) Etiologi
Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak pada rongga peritoneal,
menghasilkan hormon dan enzim berupa renin yang dapat membantu
mengendalikan tekanan darah dan eritropetin sebagai pembentuk sel darah
merah di sumsum tulang belakang dan menjaga tulang agar tetap kuat.
Apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya, maka penderita memerlukan
5
pengobatan dengan segera. Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak
dapat melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan Chronic Kidney
Disease (CKD). CKD merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur
akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal
(Suharyanto, Madjid, 2012). CKD adalah kemunduran fungsi dari ginjal
ireversibel yang terjadi beberapa bulan atau tahun. Keadaan ini
mengakibatkan ketidakmampuan dalam mempertahankan keseimbangan
substansi tubuh atau akumulasi cairan dan produk sisa dengan menggunakan
penanganan konservatif.
4) Patofisiologi
Menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju
Filtrasi Glomerolus):
• Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal (> 90 ml / menit / 1,73 m2),
• Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60 -89 mL/menit/1,73 m2),
• Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2),
• Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73 m2),
• Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal
ginjal terminal.
5) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada CKD dikarenakan gangguan yang bersifat
sistemik. Pada klien CKD cenderung ditemukan, mudah lemas, konjugtiva
pucat, cepat lelah beraktivitas, energi berkurang. Kebanyakan gagal ginjal
kronis gejalanya muncul secara bertahap dan tidak menimbulkan gejala yang
terlihat ataupun yang jelas sehingga penyakit CKD ini diketahui setelah
menunjukkan tanda dan gejala yang parah dan sudah berada pada stadium
akhir yang dapat di deteksi melalui tes urine dan darah.
6) Komplikasi
Penyebab PGK ialah diabetes mellitus, hipertensi, iskemia, infeksi,
obstruksi, toksin, penyakit autoimun dan infiltratif. Penyakit ginjal kronik
6
yang progresif dapat menimbulkan beberapa komplikasi dengan prevalensi
dan intensitas yang lebih tinggi pada fungsi ginjal yang lebih rendah.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah penyakit kardiovaskular:
• Hipertensi : Penelitian yang dilakukan oleh Muntner et al12 di Amerika
melaporkan bahwa pada pasien PGK dengan hipertensi sebanyak 67,1%
memiliki tekanan darah <140/90 mmHg Hal ini dapat terjadi karena
perubahan gaya hidup dan telah mendapatkan pengobatan antihipertensi
yang bisa mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
• Anemia : Anemia pada PGK dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme
seperti defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12, perdarahan
gastrointestinal, hiperparatiroidisme berat, peradangan sistemik, dan
kelangsungan hidup eritrosit yang pendek. Penyebab utama terjadinya
anemia pada PGK ialah produksi eritropoietin yang tidak adekuat.
• Kelainan lipid pada PGK ialah terjadi penurunan HDL atau peningkatan
TG, LDL, dan kolesterol total. Kelainan lipid dapat meningkatkan risiko
kardiovaskular. Pada pasien PGK, semakin menurun fungsi ginjal maka
semakin banyak VLDL yang kaya akan TG terakumulasi di ginjal.
• Gangguan elektrolit : Gangguan elektrolit yang dimaksud pada penelitian
ini ialah kadar abnormal dari natrium dan kalium. Pada PGK, sekresi dan
reabsorpsi keseimbangan elektrolit terganggu sehingga dapat terjadi kadar
abnormal dari natrium atau kalium.
• Diabetes Mellitus.
• Asidosis metabolik.
7) Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi : Menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
• Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
• Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
• Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
• EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa.
7
b) Foto Polos Abdomen : Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu
atau obstruksi lain.
c) Pielografi Intravena : Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko
terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan
nefropati asam urat.
d) USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi
sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan
prostat.
e) Renogram : Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan
(vaskuler, parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.
f) Biopsi Ginjal : Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal
ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
g) Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
• Laju endap darah
• Urin
✓ Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak
ada (anuria).
✓ Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh
pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor,
warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
✓ Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
• Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
8) Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
• Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
• Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid
condition).
• Memperlambat perburukkan fungsi ginjal.
8
• Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
• Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
• Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Diagnosis Keperawatan
1. Identitas Klien 1. Resiko Penurunan Perfusi Jantung
2. Keluhan Utama (00200)
3. Riwayat Penyakit (Riwayat 2. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
penyakit sekarang, dahulu, (00195)
dan keluarga) 3. Mual (00134)
4. Pemeriksaan Fisik 4. Ketidakefektifan Perilaku
5. Pemeriksaan Diagnostic Pemeliharaan
Kesehatan (00292)
9
C. Pathway
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Tn. A berusia 62 tahun datang dengan keluhan utama bengakak kedua
tungkai disertai lemas, pucat serta mual dan muntah sebanyak kurang lebih dari
5 kali sehari setelah makan. Intensitas berkemih juga dirasakan berkurang
selama 6 bulan terakhir. Riwayat hipertensi sejak 2002 tetapi Tn.A tidak
mengatur pola makan yang teratur klien mengatakan belum pernah operasi.
Riwayat penyakit keluarga klien mengatakan mempunyai Riwayat penyakit
hipertensi yaitu ibu klien, dari pemeriksaan fisik didapatkan TD : 190/110
mmHg, konjungtiva anemis, dan oedem pada ekstermitas inferior. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan HB 5,2 g/dl, ureum 70 mg/dl, kreatinin
7,2 mg/dl. Klien didiagnosa CKD Chronic Kidney Desease. Tatalaksana
farmakoterapi diberikan furomid 1x40 mg, captopril 3x12,5 mg, bicnat 3x1,
asam sulfat 3x1, CaCO3 3x1 dan transfusi darah 800cc. Tatalaksana
nonfarmakoterapi antara lain baring, diet tinggi kalori, rendah protein, rendah
fosfat, rendah garam, dan keseimbangan cairan.
11
B. Pengkajian Keperawatan
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tidak diketahui
Pendidikan Terakhir : Tidak diketahui
Suku : Tidak diketahui
Agama : Tidak diketahui
Status Perkawinan : Tidak diketahui
Pekerjaan : Tidak diketahui
No. Rekam Medik : Tidak diketahui
Diagnosis : CKD Chronic Kidney Desease.
Keadaan Umum : Saat pemeriksaan fisik didapatkan TD : 190/110 mmHg, konjungtiva
anemis, dan oedem pada ekstermitas inferior. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
HB 5,2 g/dl, ureum 70 mg/dl, kreatinin 7,2 mg/dl.
Keluhan Utama : Bengakak kedua tungkai disertai lemas, pucat serta mual dan muntah
sebanyak kurang lebih dari 5 kali sehari setelah makan. Intensitas berkemih juga dirasakan
berkurang selama 6 bulan terakhir.
12
Tidak terkaji Tidak terkaji
Muntah Muntah
Tidak terkaji mual dan muntah sebanyak kurang lebih
dari 5 kali sehari setelah makan.
Keluhan/ masalah yang memengaruhi Keluhan/ masalah yang memengaruhi
asupan nutrisi: Tidak terkaji asupan nutrisi: Tidak ter
Keadaan kulit, rambut dan kuku
Tidak terkaji
BB : - kg TB : - cm Suhu :- °C
IMT: : =-
13
Jumlah: Tidak terkaji
Warna : Tidak terkaji
Penggunaan alat bantu berkemih : Tidak terkaji
Keluhan /masalah berkemih : Tidak terkaji
Sakit pinggang : Tidak terkaji
Palpasi ginjal : Tidak terkaji
Perkusi ginjal : Tidak terkaji
Kondisi blast : Tidak terkaji
Lain-lain
Diagnosis Keperawatan : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (00195)
4. Pola Aktivitas - Latihan
Kemampuan perawatan diri:
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi - - - - - - - - -
Berpakaian/ berdan dan - - - - - - - - -
Eliminasi/ toileting - - - - - - - - -
Makan - - - - - - - - -
Mobilitas di tempat
- - - - - - - - -
tidur
Berpindah - - - - - - - - -
Berjalan - - - - - - - - -
Naik tangga - - - - - - - - -
Berbelanja - - - - - - - - -
Memasak - - - - - - - - -
Pemeliharaan rumah - - - - - - - - -
Skor:
0 = mandiri
1 = alat bantu 3 = dibantu orang lain & alat
2 = dibantu orang lain 4 = tergantung/ tidak mampu
Kebersihan diri:
Di rumah
Mandi : Tidak terkaji /hr
14
Pernapasan
Frekuensi napas: 36 x/ menit
Irama: Tidak terkaji
SpO2: Tidak terkaji
Bunyi napas: vesikuler
Riwayat merokok: Tidak terkaji
Riwayat asma/ bronchitis/ emfisema : Tidak terkaji
Riwayat penyakit paru dalam keluarga : Tidak terkaji
Batuk : tidak terkaji
Penggunaan otot bantu napas : Tidak terkaji
Suara napas tambahan : Tidak terkaji
Adanya sputum : Tidak terkaji
Lain-lain : Pemeriksaan dada (Pernafasan)
I : Tidak terkaji
P : Tidak terkaji
P : Tidak terkaji
A : Tidak terkaji
Sirkulasi
Frekuensi nadi : 132 x/ menit
Irama : Tidak terkaji
TD : -190/110 mmHg
Pemeriksaan dada (Jantung)
I : Tidak terkaji
P : Tidak terkaji
A : Tidak terkaji
Nyeri dada : Tidak terkaji
Capillary refill : Tidak terkaji
Edema : Tidak terkaji
Palpitasi : Tidak terkaji
Suhu ekstrimitas : Tidak terkaji
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga : Tidak ada
Mobilitas
Pola latihan yang biasa dilakukan : Tidak terkaji
Aktivitas di waktu luang : Tidak terkaji
Sejak sakit : Tidak terkaji
Rentang gerak : Tidak terkaji
Skala kekuatan otot : Tidak terkaji
15
Nyeri : -
Edema : -
Kekakuan : -
Deformitas : -
Lain-lain : Riwayat hipertensi sejak 2002, Riwayat penyakit keluarga Hipertensi ibu
klien
Diagnosis Keperawatan : Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung (00200)
5. Pola Istirahat dan Tidur
Waktu tidur
Sebelum sakit : Tidak terkaji
Saat sakit : Tidak terkaji
Keluhan yang mempengaruhi tidur : Tidak terkaji
Keluhan letih : Tidak terkaji
Lingkaran gelap di mata : Tidak terkaji
Penggunaan hipnotik/ sedasi : Tidak terkaji
Lain-lain
Diagnosis Keperawatan :
6. Pola Kognitif – Persepsi
Fungsi penglihatan: Tidak terkaji
Posisi bola mata: Tidak terkaji
Gerakan mata: Tidak Terkaji
Konjungtiva anemis: Tidak terkaji
Kornea: Tidak terkaji
Sklera ikterik: Tidak terkaji ( / )
Pupil: Tidak terkaji
Pemakaian alat bantu penglihatan: Tidak terkaji
Fungsi pendengaran: Tidak terkaji
Struktur luar telinga: Tidak terkaji
Cairan dari telinga: Tidak terkaji
Perasaan penuh dalam telinga: Tidak Terkaji
Tinitus: Tidak terkaji
Penggunaan alat bantu dengar: Tidak terkaji
Fungsi penciuman: Tidak terkaji
Kondisi hidung: Tidak terkaji
Cairan dari hidung: Tidak terkaji
Keluhan nyeri: Tidak terkaji
Vertigo: Tidak terkaji
Pusing: Tidak terkaji
Tingkat kesadaran: Tidak terkaji GCS: E V M
Kemampuan mengambil keputusan: Tidak terkaji
Lain-lain
Pengkajian nyeri: Tidak terkaji
O:, P:, Q: , R: , S: , T:
Diagnosis Keperawatan :
16
7. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Persepsi klien tentang penyakitnya: Tidak terkaji
Harapan setelah dirawat: Tidak terkaji
Persepsi klien tentang diri: Tidak terkaji
Ekspresi afek/emosi: Tidak terkaji
Isyarat non verbal perubahan harga diri: Tidak terkaji
Lain-lain
Diagnosis Keperawatan :
8. Pola Seksualitas – Reproduksi
Dampak sakit terhadap seksualitas: Tidak terkaji
Riwayat haid: Tidak terkaji
Pemeriksaan payudara sendiri: Tidak terkaji
Keluhan mengenai keturunan: Tidak terkaji
Tindakan pengendalian kelahiran: Tidak terkaji
Riwayat penyakit hubungan seksual: Tidak terkaji
Keluhan gatal-gatal: Tidak terkaji
Lain-lain
Diagnosis Keperawatan :
9. Pola Koping – Toleransi Stres
Cara pengambilan keputusan klien: Tidak terkaji
Stresor dalam 1 tahun terakhir: Tidak terkaji
Koping yang biasa digunakan: Tidak terkaji
Pengobatan untuk mengatasi stress: Tidak terkaji
Kecemasan: Tidak terkaji
Sistem pendukung: Tidak terkaji
Perilaku yang ditunjukkan klien: Tidak terkaji
Lain-lain: Tidak terkaji
Diagnosis Keperawatan :
10. Pola Peran – Hubungan
Peran dalam keluarga: Tidak terkaji
Hubungan dengan orang terdekat: Tidak terkaji
Interaksi dengan pasien lain: Tidak terkaji
Cara berkomunikasi: Tidak terkaji
Efek perubahan peran: Tidak terkaji
Perilaku selama dirawat: Tidak terkaji
Bahasa yang digunakan sehari-hari: Tidak terkaji
Lain-lain
Diagnosis Keperawatan :
11. Pola Nilai – Kepercayaan
Persepsi klien tentang agama: Tidak terkaji
Kegiatan keagamaan: Tidak terkaji
Sikap terhadap nilai: Tidak terkaji
Bantuan spiritual: Tidak terkaji
Lain-lain
Diagnosis Keperawatan :
17
C. Analisis Data
Nama Klien : Tn. A
Umur : 62 Tahun
Ruangan/ Kamar :-
No. RM :-
No Data Masalah
1 DO : Ketidakefektifan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan (00292)
- TD: 190/110 mg/Dl
DS :
- Riwayat hipertensi sejak
2002
- Tn.A tidak mengatur pola
makan yang teratur
- Riwayat penyakit keluarga
klien mengatakan
mempunyai Riwayat
penyakit hipertensi yaitu
ibu klien.
2 DO: Resiko Penurunan Perfusi Jaringan
- TD: 190/110 mg/dL Jantung (00200)
DS:
- Tn.A tidak mengatur pola
makan yang teratur
Riwayat penyakit keluarga klien
mengatakan mempunyai Riwayat
penyakit hipertensi yaitu ibu klien.
3 DO: Resiko Ketidakseimbangan
- HB 5,2 g/dl, ureum 70 Elektrolit (00195)
mg/dl, kreatinin 7,2 mg/dl.
- Klien didiagnosa CKD
Chronic Kidney Desease.
18
DS:
- Lemas, pucat serta mual
dan muntah sebanyak
kurang lebih dari 5 kali
sehari setelah makan.
- Intensitas berkemih juga
dirasakan berkurang
selama 6 bulan terakhir.
Tn.A tidak mengatur pola
makan yang teratur
4 DS: Mual (00134)
Lemas, pucat serta mual dan
muntah sebanyak kurang lebih
dari 5 kali sehari setelah makan
D. Prioritas Masalah
Nama Klien : Tn. A
Umur : 62 Tahun
Ruangan/ Kamar :-
No. RM :-
NO Prioritas Masalah Tanggal Paraf
Keperawatan Ditemukan Teratasi
1. Resiko Penurunan Perfusi - - -
Jaringan Jantung (00200)
2. Resiko Ketidakseimbangan - - -
Elektrolit (00195)
3. Mual (00134) - - -
4. Ketidakefektifan Perilaku - - -
Pemeliharaan Kesehatan
(00292)
19
E. Rencana Keperawatan
NO Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Standart Intervensi Rasional
1. Resiko Penurunan Perfusi NOC: NIC: Manajemen Risiko Jantung
Jaringan Jantung Perfusi Jaringan: Kardiak (0405) Manajemen Risiko Jantung (4050) 1. Mengetahui keadaan /
Setelah dilakukan tindakan 1. Skrinning pasien mengenai kebiasaannya kondisi klien saat ini dan
keperawatan 2x24 jam diharapkan yang berisiko yang berhubungan dengan penanganan yang akan
risiko penurunan perfusi jaringan kejadian yang tidak diharapkan pada diberikan.
jantung dapat teratasi dengan jantung. 2. Pendekatan dengan
kriteria hasil: 2. Instruksi pasien dan keluarga untuk menggunakan relaksasi
• Tekanan darah sistolik dari memonitor tekanan darah dan denyu untuk menunjukkan
skala 2 (deviasi yang cukup jantung secara rutin dengan berolahraga keefektifan memonitor
besar dari kisaran normal) sebagaimana mestinya. tekanan darah tinggi.
ditingkatkan keskala 3 (deviasi 3. Instruksikan pasien dan keluarga pada 3. Terapi mengurangi risiko
sedang dari kisaran normal) terapi untuk mengurangi risiko jantung. jantung untuk membantu
• Tekanan darah diastolik dari menormalkan tekanan
skala 2 (deviasi yang cukup NIC: darah tinggi.
besar dari kisaran normal) Peningkatan Latihan (0200)
ditingkatkan keskala 3 (deviasi 1. Gali pengalaman individu sebelumnya Peningkatan Latihan
sedang dari kisaran normal) mengenai latihan.
20
• Nilai rata-rata tekanan darah 2. Dukung individu untuk memulai atau 1. Mengetahui pengalaman
dari skala 2 (deviasi yang melanjutkan latihan. latihan yang dilakukan
cukup besar dari kisaran 3. Dampingi individu pada saat oleh pasien.
normal) ditingkatkan keskala 3 mengembangkan program latihan untuk 2. Membantu untuk
(deviasi sedang dari kisaran memenuhi kebutuhannya. meningkatkan semangat
normal) pasien untuk memulai
• Mual dari skala 3 (sedang) atau melanjutkan latihan.
ditingkatkan keskala 4 (ringan) 3. Membantu untuk
• Muntah dari skala 3 (sedang) mengembangkan program
ditingkatkan keskala 4 (ringan) latihan yang dilakukan
untuk memenuhi
kebutuhannya.
2. Resiko Ketidakseimbangan NOC: NIC: Pemantauan Elktrolit
Elektrolit Keseimbangan Elektrolit dan Asam Pemantauan Elektrolit (2020) 1. Mengetahui gejela yang
Basa (0600) 1. Identifikasi kemungkinan penyebab terjadi dari penyebab
Setelah dilakukan tindakan ketidakseimbangan elektrolit. ketidakseimbangan
keperawatan 2x24 jam diharapkan 2. Monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit.
risiko ketidakseimbangan elektrolit elektrolit, jika diperlukan. 2. Mengetahui adanya cairan
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor adanya mual, muntah, dan diare. yang hilang.
21
• Mual dari skala 3 (sedang) 3. Mengetahui adanya mual
ditingkatkan keskala 4 dan muntah.
(ringan)
3. Mual NOC: NIC: Manajamen Mual
Kontrol Mual & Muntah (1618) Manajemen Mual (1450) 1. Mengetahui hasil dari
Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan penilaian lengkap terhadap tekanan darah yang
keperawatan 2x24 jam diharapkan mual, termasuk frekuensi, durasi, tingkat terjadi.
mual dapat teratasi dengan kriteria keparahan , dan faktor-faktor pencetus, 2. Frekuensi mual dan
hasil: dengan menggunakan alat pengkajian. muntah yang terjadi.
• Mengenali onset mual dari skala 2. Evaluasi dampak dari pengalaman mual 3. Mengkaji faktor penyebab
3 (kadang-kadang ditunjukkan) pada kualitas hidup. dari mual dan muntah.
ditingkatkan keskala 4 (sering 3. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
ditunjukkan) menyebabkan atau berkontribusi
• Mendeskripsikan faktor-faktor terhadap mual.
penyebab dari skala 3 (kadang-
kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
22
• Mengenali pencetus stimulus
muntah dari skala 3 (kadang-
kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
• Menggunakan buku harian
untuk memantau gejala dari
waktu kewaktu dari skala 3
(kadang-kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
• Menggunakan langkah-langkah
pencegahan dari skala 3
(kadang-kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
• Menghindari faktor-faktor
penyebab bila mungkin dari
23
skala 3 (kadang-kadang
ditunjukkan) ditingkatkan
keskala 4 (sering ditunjukkan)
• Menghindari bau yang tidak
menyenangkan dari skala 3
(kadang-kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
• Melaporkan mual, muntah-
muntah, dan muntah yang
terkontrol dari skala 3 (kadang-
kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
NOC:
Mual & Muntah: Efek yang
Mengganggu (2106)
24
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam diharapkan
mual dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
• Asupan cairan menurun dari
skala 3 (cukup) ditingkatkan
keskala 4 (sedikit)
• Output urin menurun dari skala
3 (cukup) ditingkatkan keskala 4
(sedikit)
• Perubahan keseimbangan cairan
dari skala 3 (cukup)
ditingkatkan keskala 4 (sedikit)
4. Ketidakefektifan Perilaku NOC: NIC: Peningkatan Kesiapan
Pemeliharaan Kesehatan Pengetahuan: Promosi Kesehatan Peningkatan Kesiapan Pembelajaran Pembelajaran
(1823) (5540) 1. Mengetahui keadaan /
Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan baik yang saling kondisi klien saat ini dan
keperawatan 2x24 jam diharapkan mempercayai.
25
ketidakefektifan pemeliharaan 2. Penuhi kebutuhan fisiologis dasar pasien. penanganan yang akan
kesehatan dapat teratasi dengan 3. Kurangi tingkat kelelahan pasien, dengan diberikan.
kriteria hasil: tepat. 2. Membantu memenuhi
• Perilaku yang meningkatkan 4. Penuhi kebutuhan dasar pasien. kebutuhan fisiologis yang
kesehatan dari skala 3 diperlukan.
(pengetahuan sedang) 3. Mengontrol tingkat
ditingkatkan keskala 4 kelelahan dengan tepat.
(pengetahuan banyak) 4. Membantu memenuhi
kebutuhan dasar yang
NOC: diperlukan.
Perilaku Promosi Kesehatan
(1602)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam diharapkan
ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
• Menggunakan perilaku yang
menghindari risiko dari skala 3
26
(kadang-kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
• Keseimbangan aktifitas dan
istirahat dari skala 3 (kadang-
kadang ditunjukkan)
ditingkatkan keskala 4 (sering
ditunjukkan)
• Minum delapan gelas air setiap
hari dari skala 3 (kadang-kadang
ditunjukkan) ditingkatkan
keskala 4 (sering ditunjukkan)
27
F. Implementasi dan Evaluasi
No
Dx Implementasi Evaluasi
Kep (SOAP)
1 1. Skrinning pasien mengenai kebiasaannya yang berisiko yang S:
berhubungan dengan kejadian yang tidak diharapkan pada jantung. - Tn.A tidak mengatur pola makan yang teratur
2. Instruksi pasien dan keluarga untuk memonitor tekanan darah dan - Riwayat penyakit keluarga klien mengatakan
denyu jantung secara rutin dengan berolahraga sebagaimana mestinya. mempunyai Riwayat penyakit hipertensi yaitu ibu klien.
3. Instruksikan pasien dan keluarga pada terapi untuk mengurangi risiko
jantung. O:
4. Gali pengalaman individu sebelumnya mengenai latihan. - TD: 190/110 mg/Dl
5. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan.
6. Dampingi individu pada saat mengembangkan program latihan untuk A : Masalah Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung
memenuhi kebutuhannya. belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit. S:
2. Monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit, jika diperlukan. - Lemas, pucat serta mual dan muntah sebanyak
3. Monitor adanya mual, muntah, dan diare. kurang lebih dari 5 kali sehari setelah makan.
28
- Intensitas berkemih juga dirasakan berkurang
selama 6 bulan terakhir. Tn.A tidak mengatur pola
makan yang teratur
O:
- HB 5,2 g/dl, ureum 70 mg/dl, kreatinin 7,2 mg/dl.
- Klien didiagnosa CKD Chronic Kidney Desease.
P : Intervensi dilanjutkan
3 1. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk frekuensi, durasi, S:-
tingkat keparahan , dan faktor-faktor pencetus, dengan menggunakan
alat pengkajian. O:
2. Evaluasi dampak dari pengalaman mual pada kualitas hidup. Lemas, pucat serta mual dan muntah sebanyak kurang lebih
3. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi dari 5 kali sehari setelah makan
terhadap mual.
A : Masalah Mual belum teratasi
29
P : Intervensi dilanjutkan
4 1. Bina hubungan baik yang saling mempercayai. S:
2. Penuhi kebutuhan fisiologis dasar pasien. - Riwayat hipertensi sejak 2002
3. Kurangi tingkat kelelahan pasien, dengan tepat. - Tn.A tidak mengatur pola makan yang teratur
4. Penuhi kebutuhan dasar pasien. - Riwayat penyakit keluarga klien mengatakan
mempunyai Riwayat penyakit hipertensi yaitu ibu
klien.
O:
- TD: 190/110 mg/Dl
P : Intervensi dilanjutkan
30
BAB IV
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32