You are on page 1of 5

Implementasi Metode Guided Praktikum untuk

Meningkatkan Sikap Sains Peserta Didik di MA Al-Iman


Bulus

Imam Krisnanto*, Endah Istiqomah, Munfangati, Umi Pratiwi


Imam.kris07@gmail.com
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 3 Purworejo, Indonesia 54111

Abstrak –Inadequate practicum tools and the absence of a practicum companion are at least less than the
attitudes of students. This study aims to improve students' scientific attitudes by collaborating between the
guided practicum method and the experimental method carried out at MA Al-Iman Bulus Purworejo. One of the
methods applied to overcome this problem is the collaboration between the guided practicum method and the
experiment. In this method, students conduct experiments and prove themselves a question or hypothesis that
is learned with the help of a practicum companion. This study uses data techniques using observation sheets
and written tests in the form of pre-test and post-test. Based on the data obtained from this activity, it was
obtained an average proportion of increase from the results of observation that the curiosity of students was
included in the very good category with a score of 77%, a sense of responsibility was in the good category,
namely with a score of 72%, disciplinary attitude was included in the category. good category, namely with a
score of 72%, and the ability to work together in the good category with a score of 74%.

Keyword: practicum guided, experimental method, attitude in science


I. PENDAHULUAN meminimalisir kendala-kendala yang dihadapi
saat kegiatan praktikum dilaksanakan [9].
Fisika merupakan ilmu yang membahas Dalam kegiatan asistensi seorang pendamping
tentang fenomena atau gejala alam yang ada di praktikum akan menyiapkan alat-alat yang
bumi [1]. Fakta di lapangan mengatakan bahwa diperlukan dan akan membimbing serta
fisika merupakan salah satu mata pelajaran memberikan arahan kepada praktikan [10].
yang dianggap sulit bagi peserta didik. Hal ini Dengan adanya pendampingan ini diharapkan
dikarenakan pada mata pelajaran fisika tidak dapat menjadikan peserta didik lebih
hanya menghafal rumus saja melainkan juga terbimbing dan terarah dalam pelaksanaan
membutuhkan pemahaman [2]. Oleh karena itu praktikum. Hal ini dikarenakan keberhasilan
pembelajaran fisika tidak cukup hanya dengan proses pelaksanaan praktikum dapat
bercerita saja, melainkan harus didampingi meningkatkan sikap sains peserta didik.
dengan kegiatan praktikum [3]. Menurut [11] sikap sains adalah
Hasil pelaksanaan pembelajaran fisika kecenderungan seseorang untuk berperilaku
akan mencapai maksimal jika dalam dan mengambil tindakan berdasarkan ilmu
pelaksanaan pembelajaran bisa mendapatkan pengetahuan, alam hal ini meliputi indikator
hasil aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik rasa ingin tahu, objektif, bekerja sama,
yang baik [4]. Ketiga aspek tersebut bisa bertanggung jawab, berpikir terbuka, dan
didapat melalui kegiatan yang dapat disiplin. Kemampuan sikap sains salah satunya
menghasilkan pengalaman bagi peserta didik, sangat didukung oleh ketersediaan fasilitas
salah satunya adalah kegiatan praktikum [5]. sarana dan prasarana di sekolah. Banyak yang
Hal ini dikarenakan materi-materi fisika akan telah terjadi di beberapa sekolah di kabupaten
lebih mudah dipahami oleh peserta didik purworejo salah satunya di MA Al-Iman Bulus,
apabila diimbangi dengan praktikum [6]. rendahnya kemampuan sikap sains disebabkan
Namun dalam pelaksanaan praktikum sering bahan ajar yang menggunakan buku teks
dihadapi beberapa kendala misalnya suasana terbitan Dinas Pendidikan dan Pembelajaran
yang. sulit diatur, sarana yang kurang masih berpusat pada pendidik [12]. Sikap sains
memadahi, kurangnya waktu praktikum, serta sangat diperlukan oleh peserta didik dalam
tidak adanya asisten dan laboran yang melaksanakan kegiatan praktikum. Oleh
membantu dalam pelaksanaan praktikum [7]. karena itu salah satu langkah guna
Asisten adalah orang yang bertugas meningkatkan sikap sains peserta didik yaitu
membantu orang lain dalam melaksanakan dengan mewajibkan membuat laporan
tugas [8]. Sedangkan guided praktikum atau sementara praktikum [3].
pendampingan praktikum adalah kegiatan Berdasarkan hasil observasi di lapangan
membantu praktikum sehingga dapat dalam pelaksanaan praktikum ditemui kendala
yang menyebabkan pelaksanaan praktikum
kurang maksimal. Kendala-kendala yang sering
dihadapi saat pelaksanaan praktikum misalnya
suasana yang kurang kondusif, sarana dan
prasarana yang kurang memadai, kurangnya
waktu, serta tidak adanya pendamping
praktikum yang membantu. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul
Implementasi Metode Guided Praktikum
Meningkatkan Sikap Sains Peserta Didik di MA
Al-Iman Bulus.
II. METODOLOGI PENELITIAN hat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Skor Penilaian Sikap Sains
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Skor Presentase Kriteria
meningkatkan sikap sains peserta didik dalam ≤ 60 Gagal
materi gerak lurus berubah beraturan (GLBB). 61-65 Kurang
Penelitian ini dilaksanakan di MA Al-Iman Bulus 66-70 Cukup
pada pokok bahasan Gerak Lurus Berubah
71-75 Baik
Beraturan (GLBB) menggunakan metode guided
>75 Baik sekali
praktikum dan quasi eksperimen dengan desain
pre-test dan post-test. (Sumber:[18] )
Metode guided praktikum adalah metode III. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dirancang agar peserta didik aktif, yang
Kegiatan penelitian berupa asistensi
mana terdapat salah satu orang sebagai asisten
dilaksanakan di MA Al-Iman Bulus dengan
bagi kelompoknya guna menjelaskan materi
yang akan dipraktikan [13]. Metode eksperimen menerapkan metode eksperimen pada
adalah cara penyajian materi dimana peserta praktikum GLBB yang diawali dengan persiapan
didik melaksanakan percobaan dengan awal dengan membagi peserta didik menjadi
mengalami untuk membuktikan secara mandiri tiga kelompok yang didampingi oleh satu
suatu pernyataan atau hipotesis yang dipelajari asisten praktikum pada setiap kelompoknya.
[14]. Dalam penelitian ini sikap sains dinilai dari
Pengamatan sikap sains peserta didik dapat
beberapa aspek yang meliputi rasa ingin tahu,
tanggung jawab, disiplin, dan kerja sama [15]. dilihat dari beberapa aspek, diantaranya rasa
Rumus one group pre-test post-test ingin tahu dengan indikator sikap sains berupa
design: hasil pre-test dan post-test, tanggung jawab
dengan indikator membuat hasil laporan sesuai
O1 X O2 dengan format buku panduan. disiplin dengan
(Sumber: [16]) indikator peserta didik dapat menyelesaikan
Gambar 1. Desain penelitian
laporan praktikum
Keterangan:
O1 : Nilai pre-test (sebelum diterapkan tepat waktu, dan kerjasama dengan
pendampingan praktikum) indikator peserta didik dapat membagi tugas
O2 : Nilai post-test (sesudah diterapkan pada saat praktikum. Berdasarkan hasil
pendampingan praktikum) pengamatan sikap sains peserta didik diperoleh
X : treatment (penerapan pendampingan hasil yang disajikan pada Gambar 3.
praktikum)
Penelitian ini diawali dengan kegiatan pre-
test guna mengukur sikap sains awal peserta
didik dan diakhiri post-test untuk mengetahui
peningkatan sikap sains peserta didik setelah
diberi stimulus berupa praktikum yang 78 77
P er s en ta se (% )

77
didampingi oleh aisten praktikum. Soal pre-test 76
75
dan post-test yang disajikan sudah memuat 74
74

bebrapa indikator yang sesuai dengan aspek- 73


72
72 72

aspek sikap sains. 71


70
Pada tes penelitian awal, pendamping 69
Rasa Ingin Tanggung Disiplin Kerjasama
praktikum membimbing siswa mengisi angket Tahu Jawab
untuk mengetahui kemampuan awal mereka Aspek Sikap Sains
tentang sikap sains dan pemahaman materi.
Tahapan pelaksanaan penelitian ini disajikan Gambar 3. Skor Persentase Sikap Sains
padaGambar 2 [17]. Peserta Didik
Berdasarkan data penelitian tersebut,
Gambar 2. Tahap-tahap pelaksanaan
hasil penelitian sikap sains peserta didik MA Al-
penelitian dengan metode guide praktikum
Iman Bulus diperoleh hasil bahwa sikap sains
Pada penelitian ini dilakukan tes akhir berupa peserta didik MA Al-Iman Bulus sedikit
post-test yang hasilnya dapat digunakan sebagai meningkat. Persentase yang didapatkan juga
indikator yang menunjukkan peningkatan kemam relatif sama yang menggambarkan bahwa
puan sikap sains peserta didik. Indikator-indikator indikator-indikator tersebut dapat dikatakan
tersebut tentunya memiliki kriteria yang bisa dili sudah menjadi kebiasaan. Akan tetapi,
beberapa sikap lebih menonjol dilakukan Indikator sikap yang kedua yaitu
praktikan saat praktikum. tanggung jawab dengan skor atau presentase
Pertama, aspek sikap ingin tahu diperoleh hasil sebesar 72%. Hasil ini tergolong ke dalam
dari hasil pre-test dan post-test yang di kategori baik mengingat bahwa beberapa sikap
dalamnya sudah mencakup aspek rasa ingin peserta didik mencerminkan sikap
tahu peserta didik. Hasil tersebut digunakan tanggunggung jawab diantaranya peserta didik
untuk memperoleh data respon peserta didik membuat hasil laporan sesuai dengan format
terhadap rasa ingin tahu peserta didik pada buku panduan, menyiapkan peralatan
materi gerak lurus berubah beraturan (GLBB). praktikum sesuai dengan perintah asisten
Dari tebel di bawah ini menunjukkan nilai praktikum, peserta didik merapikan kembali
hasil pre-test dan post-tes setelah diberikan peralatan praktikum dan menjaga keutuhan
perlakuan berupa guided praktikum pada alat-alat praktikum, serta peserta didik
proses pembelajaran. membuat laporan sementara sebagai bentuk
Tabel 2. Tabel skor penilaian peningkatan tanggung jawab peserta didik setelah
sikap sains peserta didik melakukan praktikum.
Indikator sikap yang ketiga yaitu disiplin
Kelas Rata- Treatmen Rata-
rata Pre- (X) rata dengan perolehan skor atau presentase hasil
test Post-test sebesar 72%. Hasil tersebut mengindikasikan
(O1) (O2) bahwa peserta didik memiliki sikap disiplin yang
X II A 1 5,7 Guided 7,2 baik. Sikap disiplin tersebut ditunjukkan peserta
Praktikum didik saat praktikum berupa datang tepat waktu
X II A 2 4,6 Guided 6,5 sesuai dengan ketentuan, peserta didik
Praktikum
menyelesaikan kegiatan praktikum sesuai
Tabel tersebut menjelaskan nilai rata-rata dengan alokasi waktu, tidak bergurau ketika
X IIA 1 dan X IIA 2 sebelum diberi perlakuan melakukan praktikum, serta disiplin dalam
yaitu sebesar 5,7 dan 4,6. Setelah kedua kelas pengumpulan laporan.
diberi perlakuan berupa penerapan guided Indikator sikap yang terakhir yaitu
praktikum nilai rata-rata kelas X IIA 1 dan X IIA kerjasama dengan perolehan skor atau
2 meningkat,yaitu menjadi 7,2 dan 6,5. Berikut presentase tinggi yaitu sebesar 74%. Hasil
persentase kenaikan nilai rata-rata pre-test dan tersebut tergambar dari sikap peserta didik
post-test. yang berupa peserta didik melakukan
Tabel 3. Persentase Hasil Pre-test dan praktikum secara berkelompok, adanya
Post-test pembagian tugas yang baik ketika melakukan
Sumber Persentase praktikum, dan juga menanyakan serta
No
Data Kenaikan Nilai membantu tugas anggota yang lain ketika
1 Kelas X IIA 1 75% terjadi kesulitan.
2 Kelas X IIA 2 78% Dari keempat indikator tersebut diperoleh
Rata-rata 77% sikap sains dengan kategori baik, namun
terdapat beberapa kendala yang dihadapi
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test ketika melakukan praktikum sehingga indikator
tersebut sehingga didapat skor atau persentase sikap sains tersebut tidak dapat tercapai secara
hasil sebesar 77%. Pada kelas X IIA 1 maksimal. Pada indikator rasa ingin tahu
mengalami peningkatan sebesar 75% dan kendala yang dialami yaitu sebagian peserta
untuk kelas X IIA 2 terjadi peningkatan nilai didik tidak memiliki buku pendukung praktikum
sebesar 78%. Dari presentase tersebut didapat selain pedoman praktikum sehingga
rata-rata kenaikan sebesar 77%. Keberhasilan pengetahuan tentang materi praktikum yang
tingkat capaian tersebut disebabkan karena akan dilakukan kurang. Pada sikap tanggung
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar jawab masih terlihat beberapa peserta didik
secara langsung melewati praktikum yang telah tidak merapikan dan membersihkan tempat dan
dilaksanakan. alat praktikum setelah menggunakannya. Pada
sikap disiplin ada beberapa peserta didik yang
datang terlambat. Hal ini menyebabkan [10] M. Munayyaroh, E. S. Kurniawan, dan A. Ashari,
“Efektivitas Pelaksanaan Asistensi Praktikum Fisika
kurangnya waktu praktikum. Sedangkan pada Dasar II terhadap Sikap Sains Mahasiswa
sikap kerjasama kendalanya berupa kurang Semester II Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Purworejo,” Radiasi J.
meratanya pembagian tugas pada masing- Berk. Pendidik. Fis., vol. 3, no. 2, hlm. 116–119,
masing kelompok karena terlalu banyak 2013.
anggota dalam satu kelompok. [11] C. E. Sari, “Identifikasi Sikap Ilmiah dalam
Melakukan Praktikum Fisika pada Peserta Didik
SMAN 12 Makassar,” J. Sains Dan Pendidik. Fis.,
IV. KESIMPULAN vol. 16, no. 1, 2020.
[12] M. A. J. Almasiih, “Pemanfaatan Media
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang Pembelajaran Geografi pada Siswa Kelas XII IPS
Semester Gasal SMA Negeri Sragi Kabupaten
telah dilakukan terhadap peserta didik kelas X Pekalongan Tahun Ajaran 2016/2017,” 2017.
IIA 1 dan X IIA 2 MA Al-Iman Bulus Purworejo [13] K. Kunci, “Peningkatan Prestasi Belajar Seni
pada mata pelajaran fisika pokok bahasan Budaya dan Kesenian melalui Metode Asistensi
Gerak Lurus Berubah Beraturan, maka dapat pada Siswa Kelas VIII SMP,” vol. 5, hlm. 15, 2020.
[14] M. K. Azmi, S. Rahayu, dan H. Hikmawati,
disimpulkan bahwa penerapan metode asistensi “Pengaruh model problem based learning dengan
dalam kegiatan praktikum dapat meningkatkan metode eksperimen dan diskusi terhadap hasil
sikap sains peserta didik kelas X IIA MA Al- belajar fisika ditinjau dari sikap ilmiah siswa kelas
Iman Bulus Purworejo pada materi pokok Gerak X MIPA SMA N 1 Mataram,” J. Pendidik. Fis. Dan
Teknol., vol. 2, no. 2, hlm. 86–94, 2017.
Lurus Berubah Beraturan. Hal ini terbukti [15] U. Pratiwi, R. W. Akhdinirwanto, S. D. Fatmaryanti,
dengan peningkatan nilai sebesar 77% dan A. Ashari, “Penerapan Metode Eksperimen
terhadap aspek rasa ingin tahu, 72% pada Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
aspek tanggung jawab, 72% pada aspek pada Kegiatan Praktikum Fisika Dasar untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa MA Al-Iman
disiplin, dan 74% pada aspek kerjasama. dalam Bulus Purworejo,” Surya Abdimas, vol. 4, no. 1,
penulisan. Penggunaan prefik asing “non” tidak hlm. 1–7, 2020.
dipisah dengan kata selanjutnya. [16] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2013.
DAFTAR PUSTAKA [17] N. Hidayati, “Penerapan metode praktikum dalam
Pembelajaran kimia untuk meningkatkan
[1] Z. Abidin, “Integrasi Islam dengan Fisika dan Keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa Pada
Kimia,” no. 2, hlm. 22, 2017. materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI smk
[2] I. N. Rachmawati dan A. A. Gani, “Implementasi diponegoro banyuputih batang,” 2012.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project [18] S. Arikunto, Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina
Based Learning) Dengan Analisis Kejadian Fisika Aksara, 2006.
Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA,” J.
Pembelajaran Fis., vol. 6, no. 2, hlm. 189–195,
2017.
[3] E. S. Kurniawan, “Efektivitas Pelaksanaan Asistensi
Praktikum Fisika Dasar II terhadap Sikap Sains
Mahasiswa Semester II Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo,” hlm.
4, 2013.
[4] Z. Aziz, “Penggunaan Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa SMP pada Pokok Bahasan Usaha dan
Energi,” PhD Thesis, Unnes, 2013.
[5] F. Huriawati dan A. C. Yusro, “Pengembangan ODD
‘Osilator Digital Detector’ sebagai Alat Peraga
Praktikum Gerak Harmonik Sederhana,” hlm. 9,
2016.
[6] M. Mastuang dkk., “Validitas Modul Praktikum
Fisika Dasar I Untuk Melatih Keterampilan Proses
Sains Mahasiswa,” JPFT J. Pendidik. Fis. Tadulako
Online, vol. 8, no. 2, 2020.
[7] E. Erwin, I. Permana, dan M. S. Hayat, “Strategi
Evaluasi Program Praktikum Fisika Dasar,” J.
Penelit. Pembelajaran Fis., vol. 9, no. 1, hlm. 12,
Mei 2018, doi: 10.26877/jp2f.v9i1.2308.
[8] M. F. Alwi, “Rancang Bangun Aplikasi Pencarian
Asisten Rumah Tangga ‘ASISTENKU’ pada Modul
Konsumen Berbasis Android,” 2020.
[9] L. Agustina dan R. A. Rahmat, “Analisis
Pelaksanaan Praktikum Morfologi Tumbuhan
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS Tahun
Ajaran 2017/2018,” EKSAKTA J. Penelit. Dan
Pembelajaran MIPA, vol. 4, no. 1, hlm. 35–40,
2019.

You might also like