You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN


(TEL 1204)
MODUL 5 (APLIKASI BIOTEKNOLOGI)

KELOMPOK 14

M. ICHSAN FEBRIANSYAH (220407045)


QANITA CAHYA TAMIANG (220407059)
DEA ESRA AMBARITA (220407064)
JORDAN KEVIN LIASATE UJUNG (220407066)

DOSEN:
Ir. NETTI HERLINA, M.T.
Dra. NUNUK PRIYANI, M.Sc.
YASMINE ANGGIA SARI, S.Si., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
1.1 Definisi Bioteknologi Lingkungan
Bioteknologi adalah cabang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang biologi yang
mempelajari aplikasi dari organisme biologis, sistem dan proses dalam industri untuk
menghasilkan barang dan jasa demi kepentingan manusia. Dengan kata lain, bioteknologi
adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi
barang dan jasa. (Purwianingsih, 2009 dalam Wahyuni dkk, 2020). Bioteknologi saat ini telah
mengalami perkembangan pesat karena memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengatasi berbagai permasalahan, salah satunya berkaitan dengan lingkungan.

Bioteknologi lingkungan merupakan salah satu pemanfaatan bioteknologi yang


penggunaannya melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
manusia dan alam sekitarnya. Peningkatan kualitas lingkungan tersebut meliputi pencegahan
terhadap masuknya berbagai polutan agar lingkungan tidak terpolusi, membersihkan
lingkungan yang terkontaminasi oleh polutan, dan memberdayakan sumber daya alam yang
masih memiliki nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Salah satu
perlakuan teknologi dalam bioteknologi lingkungan dilakukan melalui mikrobiologi yang
sudah dikembangkan pada abad 20, seperti mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan
manusia) dan pencernaan anaerobik hewan, kotoran-kotoran lain yang berserakan di
lingkungan tempat tinggal kita (Polandos dan Kawilarang, 2020).

Bioteknologi lingkungan telah diterapkan di Indonesia sejak perkembangan industri


urbanisasi yang telah mengganggu lingkungan yang awalnya bersih. Perkembangan
bioteknologi dalam bidang lingkungan dapat mengurangi lingkungan yang tercemar serta
meningkatkan kualitas lingkungan terutama bagi manusia. Untuk mengatasinya, bioteknologi
memanfaatkan mikroorganisme dalam pengolahan limbah atau permasalahan lingkungan
yang lain dikarenakan penggunaan mikroorganisme ini dinilai lebih alami dan tidak
menimbulkan dampak berbahaya dibandingkan menggunakan bahan kimia atau sintesis
(Susilowati, 2007 dalam Wasilah dkk, 2019).

1.2 Jenis Bioteknologi


Bioteknologi memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme,
sistem atau proses biologis untuk menghasilkan dan atau meningkatkan potensi organisme
maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan manusia. Menurut Darmayani
(2021), jenis-jenis bioteknologi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi di masa lampau yang sudah dikenal oleh
manusia sejak ribuan tahun lalu. Peralatan dan metode yang digunakan pada bioteknologi ini
masih sederhana sehingga, proses dan hasil yang diperoleh masih kurang steril dan
kualitasnya belum terjamin. Pemanfaatannya menggunakan hasil produksi mikroorganisme
secara langsung. Contoh bioteknologi konvensional adalah :
a. Di bidang pangan ada pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-
19
b. Pemuliaan tanamaan untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta
pemuliaan dan reproduksi hewan.
c. Di bidang medis seperti penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam
jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan
terjadi setelah penemuan bioreactor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi
antibiotik maupun vaksin dilakukan secara massal.
2. Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern merupakan bioteknologi yang sudah berkembang pesat, terutama di
negara negara maju. Pelaksanaan bioteknologi ini sejak ditemukannya struktur dan fungsi
DNA. Peralatan dan metode yang digunakan sudah berkembang dan canggih sehingga proses
yang dihasilkan steril dan kualitasnya terjamin. Pemanfaatan bioteknologi modern
menggunakan mikroorganisme, makroorganisme, atau bagian-bagiannya untuk meningkatkan
kerja genetik organisme. Contoh bioteknologi modern adalah :
a. Rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk,
kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan,
seperti kanker ataupun AIDS.
b. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke
ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala.
c. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan
terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
d. Penerapan bioteknologi di saat ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup
dari polusi. Misalnya saja penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri,
dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan
menggunakan bakteri jenis baru.

1.3 Penerapan Bioteknologi di Lingkungan


Bioteknologi memiliki manfaat bagi lingkungan diantaranya sebagai bioremediasi,
biobleaching, memproduksi pupuk hayati yang mudah didegradasi oleh lingkungan serta
mengurangi limbah plastik dengan memproduksi bioplastik yang berasal dari gula, lemak,
protein, dan serat tanaman (Fahmideh et al., 2014 dalam Wasilah dkk, 2019). Salah satu
contoh dari penerapan bioteknologi lingkungan adalah bioremediasi. Bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi
dalam pencemaran. Mikroorganisme telah banyak digunakan dalam mengurangi senyawa
organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun industri.
Bioremediasi mempunyai potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih,
alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Berdasarkan
tempat berlangsungya, teknik bioremediasi dapat diaplikasikan langsung (in-situ) pada
lingkungan yang terrcemar dan dapat juga dilaksanakan di luar lingkungan yang tercemar (ex-
situ) yaitu dengan membawa tanah yang terkontaminasi tersebut ke lokasi pengolahan yang
telah ditetapkan (Dewi, 2021). Jenis-jenis pengolahan bioremediasi in-situ adalah
a. Bioventing merupakan metode yang menggunakan mikroba indigenous dalam
mendegradasi konstituen organik yang diadsorpsi oleh tanah pada lapisan tidak jenuh
(vadoze) dengan menambahkan laju udara untuk menyediakan oksigen agar proses
biodegradasi meningkat.
b. Liquid Delivery, untuk mensirkulasikan sejumlah nutrisi dan oksigen pada zone yang
terkontaminasi untuk memaksimalkan terjadinya biodegradasi.
c. Air Sparging, menyediakan oksigen sebagai akseptor elektron bagi proses biodegradasi
dan secara fisik menyisihkan senyawa volatile dari zone unsaturated. Udara dimasukkan
ke dalam aquifer melalui sumur injeksi.
Jenis-jenis bioremediasi ex-situ adalah sebagai berikut :
a. Bioremediasi fase padat merupakan bioremediasi untuk melenyapkan bahan pencemar
yang berupa limbah cair atau padat yang mencemari suatu areal tanah.
b. Bioremediasi fase semi padat, dilakukan dengan menggunakan bioreaktor baik yang
tertutup maupun yang terbuka. Bahan pencemar yang dapat diremediasi dengan teknik
ini bisa dalam bentuk padat atau semi padat.
c. Bioremediasi fase cair, merupakan bioremediasi untuk melenyapkan bahan pencemar
yang mengkontaminasi perairan.
1.3.1 Aplikasi Bioteknologi Lingkungan di Daratan

BUDIDAYA SAYUR DENGAN BIOTEKNOLOGI HIDROPONIK DI PEKARANGAN


RUMAH
Salah satu aplikasi bioteknologi lingkungan di daratan adalah budidaya tanaman dengan
metode hidroponik. Budidaya adalah suatu istilah yang erat hubungannya dengan suatu proses
memperbanyak sumber daya hayati. Salah satunya yaitu budidaya tanaman yang merupakan
salah satu kegiatan yang diminati oleh masyarakat pada zaman sekarang. Salah satu budidaya
tanaman yang diminati oleh masyarakat adalah budidaya tanaman sayur. Sayuran sehat dan
bebas pestisida menjadi harapan setiap ibu rumah tangga, namun untuk mendapatkan sayuran
yang higienis sangat sulit, karena hampir semua petani menggunakan pestisida dalam proses
budidaya tanaman sayur. Budidaya bioteknologi hidroponik adalah metode menanam dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan
kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara budidaya
sayur dengan bioteknologi hidroponik yang dapat dilakukan di pekarangan rumah. Beberapa
komoditas sayuran yang telah dikembangkan secara hidroponik yaitu sawi, selada, pakcoy,
kangkung, tomat, dan lain sebagainya. Media yang digunakan yaitu menggunakan dua pot.
Pot pertama sebagai tempat media tanaman diletakkan di atas pot kedua yang lebih besar
sebagai tempat air atau nutrisinya. Budidaya tanaman bioteknologi hidroponik di pekarangan
rumah merupakan alternatif untuk menghasilkan tanaman dengan kuantitas dan kualitas tinggi
karena proses budidaya dengan cara hidroponik terbilang mudah dan praktis dilakukan oleh
semua masyarakat. Keuntungan dari metode bioteknologi hidroponik lebih banyak karena kita
tidak memerlukan bahan-bahan yang banyak dan lahan yang besar untuk bertani.
Pemanfaatan bioteknologi hidroponik yang dilakukan di pekarangan rumah dapat juga
menghemat pembelian sayur-sayuran yang kita konsumsi. Selain itu, perawatan tanaman
hidroponik mudah dilakukan dibandingkan metode biasa karena kita hanya perlu
membersihkan tempat untuk tanaman tumbuh (Yusril dan Ramadhani, 2021).
APLIKASI BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL DALAM PEMBUATAN TEMPE
KACANG KEDELAI

Bioteknologi diketahui terdiri dari dua jenis proses yaitu bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi dilakukan dengan
peralatan dan metode yang sederhana. Perkembangan terjadi setelah diketahui
mikroorganisme melakukan fermentasi dalam menghasilkan suatu produk yang merupakan
prinsip dasar proses bioteknologi konvensional. Tujuannya adalahh untuk menghasilkan suatu
produk yang mempermudah kebutuhan manusia. Tempe merupakan hasil penerapan
bioteknologi sederhana asli Indonesia. Tempe diperoleh dari metode fermentasi yaitu pada
saat proses pembuatan tempe terjadi perombakan protein sehingga protein dalam tempe lebih
mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, dengan adanya fermentasi, nutrisi yang dikandung pada
tempe menjadi lebih mudah dicerna dan hilangnya bau langu pada kedelai berubah menjadi
aroma yang sedap. Pembuatan tempe melibatkan kapang Rhizopus oryzae, Rhizopus
oligosporus atau Rhizopus microspores. Kapang jenis Rhizopus oryzae lebih sering digunakan
karena Rhizopus oryzae merupakan kapang pemecah karbohidrat yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penggunakan bioteknologi konvensional atau secara sederhana
yaitu dalam pembuatan tempe kacang kedelai dengan cara fermentasi. Hasil dari penelitian
adalah dalam proses pembuatan tempe dengan metode fermentasi pada dasarnya didahului
oleh berbagai proses lainnya. Selama proses fermentasi, jenis-jenis mikroorganisme lain
mungkin dapat hidup namun tidak menunjukkan aktivitas yang nyata. Masa fermentasi
berlangsung 1-2 hari, setelah itu akan terbentuk spora-spora yang bewarna kehitaman karena
pada umumnya, tempe memiliki daya tahan yang terbatas, apabila disimpan terlalu lama akan
membusuk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kapang untuk
mendapatkan tempe yang baik yaitu suhu, oksigen, dan kadar air setiap jenis kapang
memerlukan keadaan lingkungan yang berbeda. Pemanfaatan bioteknologi secara
konvensional yaitu pembuatan tempe dapat mudah dilakukan oleh masyarakat. Bahan-bahan
yang digunakan cukup mudah ditemukan sehingga memudahkan proses pembuatan tempe.
Tempe menjadi makanan yang mudah ditemukan, memiliki rasa yang enak, dan nutrisi yang
dikandung pada tempe mudah dicerna (Safitri dkk, 2021).
1.3.2 Aplikasi Bioteknologi Lingkungan di Perairan

PENGARUH PENAMBAHAN “PROBIO-7” PADA PAKAN BUATAN TERHADAP


EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN, PERTUMBUHAN, DAN KELULUSHIDUPAN
BENIH MONOSEX IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor ikan nila terbesar yaitu sekitar 10 juta ton/tahun,
oleh karena itu kebutuhan terhadap ikan nila terus berkembang. Berbagai upaya dilakukann
untuk meningkatkan produksi ikan nila, salah satunya dengan budidaya monosex. Budidaya
monosex ikan nila (O. niloticus) sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Upaya untuk meningkatkan nutrisi pakan dilakukan
dengan cara menambahkan probiotik pada pakan. Probiotik adalah produk yang tersusun oleh
biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan
dampak bagi keseimbangan saluran mikroba usus hewan inang. Penelitian ini menggunakan
media akuarium sebagai wadah penelitian pemberian probiotik. Ikan nila yang akan diuji
diseleksi terlebih dahulu dengan cara di adaptasikan selama 7 hari lalu dipuasakan selama 1
hari. Pemberian pakan yaitu penambahan probiotik dilakukan dengan dosis kadar tertentu dan
waktu tertentu. Hasilnya adalah pemberian pakan dengan penambahan probiotik berkosentrasi
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa probiotik. Pengukuran
kualitas air dalam media pemeliharaan benih monosex ikan nila (O. niloticus) menunjukkan
hasil bahwa selama pemeliharaan masih berada pada kisaran yang sesuai untuk budidaya
benih monosex ikan nila (O.niloticus). Penambahan probiotik untuk pertumbuhan benih ikan
nila menguntungkan bagi ikan karena dapat menekan pertumbuhan patogen atau bakteri jahat.
Selain itu, ikan menjadi lebih sehat dan dapat menjaga kualitas air sehingga air tidak keruh
ataupun berbusa (Adinda, 2021).
PENAMBAHAN EKSOGEN ENZIM PENCERNAAN DALAM PAKAN BUATAN
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN EFESIENSI
PEMANFAATAN PAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan makanan yang populer di kawasan Indonesia-
Pasifik dan telah dibudidayakan secara luas di beberapa negara seperti Filipina, Indonesia,
dan Taiwan. Ikan bandeng memiliki kualitas nutrisi yang tinggi dan nilai ekonomi yang
signifikan. Keunggulan ikan bandeng adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan
perubahan suhu, pH, kekeruhan air, serangan penyakit, dan salinitas perairan yang luas.
Budidaya ikan bandeng secara intensif di tambak atau keramba membutuhkan pakan sebagai
input utama. Kontribusi biaya pakan dalam budidaya ini dapat mencapai 60-70% dari total
biaya produksi. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan ikan, pakan yang dikonsumsi sebaiknya
mudah dicerna dan diserap dengan baik oleh ikan, sehingga nutrisinya dapat dimanfaatkan
secara optimal. Salah satu strategi yang digunakan adalah penambahan enzim pencernaan
pada pakan. Metode penambahan enzim yang dilakukan untuk pemeliharaan ikan adalah ikan
akan diuji selama 42 hari lalu akan diberi pakan uji akan sebanyak 3 kali/hari dalam waktu-
waktu tertentu dan dosis tertentu. Hasil menunjukkan bahwa penambahan enzim pada pakan
ikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Misalnya, penelitian pada ikan
lele dan salmon menunjukkan bahwa penambahan enzim kompleks dapat menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan enzim. Enzim
protease, seperti papain, dapat memecah protein pakan sehingga meningkatkan daya cerna
protein dan pertumbuhan ikan. Namun, penambahan enzim pada pakan juga perlu
diperhatikan dosisnya. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim dengan dosis yang
melebihi kebutuhan ikan dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan kesehatan ikan.
Kelebihan enzim dapat mengganggu regulasi sintesis dan sekresi enzim pencernaan alami
ikan, serta menghasilkan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dan gangguan
kesehatan lainnya. Penggunaan enzim dalam pakan ikan juga dapat melengkapi produksi
enzim pencernaan alami ikan, seperti amilase untuk pencernaan pati, protease untuk
pencernaan protein, dan lipase untuk pencernaan lemak. Penambahan enzim pada pakan juga
dapat mempengaruhi morfologi usus ikan, yang berdampak positif pada pemanfaatan pakan
dan kesehatan ikan. Penambahan enzim pada pakan ikan bandeng mempengaruhi nilai
Protein Efficiency Ratio (PER) dan nilai Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP). Perlakuan
dengan dosis enzim yang tepat menghasilkan nilai PER dan EPP yang lebih baik, sementara
dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai PER dan EPP. Penggunaan
enzim pada pakan ikan bandeng dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Adinda N. A. (2021). Pengaruh Penambahan “Probio-7” Pada Pakan Buatan Terhadap

Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Monosex Ikan

Nila (Oreochromis niloticus)

Dewi E. R. S., dkk. (2021). Buku Ajar Bioteknologi. Semarang; Universitas PGRI

Semarang Press

Safitri R. A., dkk (2021). Aplikasi Bioteknologi Konvensional dalam Pembuatan Tempe

Kacang Kedelai. Padang; Inovasi Riset Biologi dalam Pendidikan dan Pengembangan

Sumber Daya Lokal. 1-9

Susanto T., dkk (2016). Penambahan Eksogen Enzim Pencernaan Dalam Pakan Buatan

Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Bandeng

(Chanos chanos). Semarang; Sains Akuakultur Tropis. 42-51

Wasilah U., Siti Rohimah., Mukhamad Su’udi. (2019). Perkembangan Bioteknologi di

Indonesia. Jember; Journal of science and Technology. 12(2): 85-90

Yusril, Qiqa M. R. (2021). Budidaya Sayur Dengan Bioteknologi Hidroponik di

Pekarangan Rumah. Jakarta; Serina III Untar. 1-6

You might also like