Professional Documents
Culture Documents
Modul 5 Kelompok 14 7 Juni REVISI
Modul 5 Kelompok 14 7 Juni REVISI
KELOMPOK 14
DOSEN:
Ir. NETTI HERLINA, M.T.
Dra. NUNUK PRIYANI, M.Sc.
YASMINE ANGGIA SARI, S.Si., M.T.
Bioteknologi diketahui terdiri dari dua jenis proses yaitu bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi dilakukan dengan
peralatan dan metode yang sederhana. Perkembangan terjadi setelah diketahui
mikroorganisme melakukan fermentasi dalam menghasilkan suatu produk yang merupakan
prinsip dasar proses bioteknologi konvensional. Tujuannya adalahh untuk menghasilkan suatu
produk yang mempermudah kebutuhan manusia. Tempe merupakan hasil penerapan
bioteknologi sederhana asli Indonesia. Tempe diperoleh dari metode fermentasi yaitu pada
saat proses pembuatan tempe terjadi perombakan protein sehingga protein dalam tempe lebih
mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, dengan adanya fermentasi, nutrisi yang dikandung pada
tempe menjadi lebih mudah dicerna dan hilangnya bau langu pada kedelai berubah menjadi
aroma yang sedap. Pembuatan tempe melibatkan kapang Rhizopus oryzae, Rhizopus
oligosporus atau Rhizopus microspores. Kapang jenis Rhizopus oryzae lebih sering digunakan
karena Rhizopus oryzae merupakan kapang pemecah karbohidrat yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penggunakan bioteknologi konvensional atau secara sederhana
yaitu dalam pembuatan tempe kacang kedelai dengan cara fermentasi. Hasil dari penelitian
adalah dalam proses pembuatan tempe dengan metode fermentasi pada dasarnya didahului
oleh berbagai proses lainnya. Selama proses fermentasi, jenis-jenis mikroorganisme lain
mungkin dapat hidup namun tidak menunjukkan aktivitas yang nyata. Masa fermentasi
berlangsung 1-2 hari, setelah itu akan terbentuk spora-spora yang bewarna kehitaman karena
pada umumnya, tempe memiliki daya tahan yang terbatas, apabila disimpan terlalu lama akan
membusuk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kapang untuk
mendapatkan tempe yang baik yaitu suhu, oksigen, dan kadar air setiap jenis kapang
memerlukan keadaan lingkungan yang berbeda. Pemanfaatan bioteknologi secara
konvensional yaitu pembuatan tempe dapat mudah dilakukan oleh masyarakat. Bahan-bahan
yang digunakan cukup mudah ditemukan sehingga memudahkan proses pembuatan tempe.
Tempe menjadi makanan yang mudah ditemukan, memiliki rasa yang enak, dan nutrisi yang
dikandung pada tempe mudah dicerna (Safitri dkk, 2021).
1.3.2 Aplikasi Bioteknologi Lingkungan di Perairan
Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor ikan nila terbesar yaitu sekitar 10 juta ton/tahun,
oleh karena itu kebutuhan terhadap ikan nila terus berkembang. Berbagai upaya dilakukann
untuk meningkatkan produksi ikan nila, salah satunya dengan budidaya monosex. Budidaya
monosex ikan nila (O. niloticus) sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Upaya untuk meningkatkan nutrisi pakan dilakukan
dengan cara menambahkan probiotik pada pakan. Probiotik adalah produk yang tersusun oleh
biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan
dampak bagi keseimbangan saluran mikroba usus hewan inang. Penelitian ini menggunakan
media akuarium sebagai wadah penelitian pemberian probiotik. Ikan nila yang akan diuji
diseleksi terlebih dahulu dengan cara di adaptasikan selama 7 hari lalu dipuasakan selama 1
hari. Pemberian pakan yaitu penambahan probiotik dilakukan dengan dosis kadar tertentu dan
waktu tertentu. Hasilnya adalah pemberian pakan dengan penambahan probiotik berkosentrasi
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa probiotik. Pengukuran
kualitas air dalam media pemeliharaan benih monosex ikan nila (O. niloticus) menunjukkan
hasil bahwa selama pemeliharaan masih berada pada kisaran yang sesuai untuk budidaya
benih monosex ikan nila (O.niloticus). Penambahan probiotik untuk pertumbuhan benih ikan
nila menguntungkan bagi ikan karena dapat menekan pertumbuhan patogen atau bakteri jahat.
Selain itu, ikan menjadi lebih sehat dan dapat menjaga kualitas air sehingga air tidak keruh
ataupun berbusa (Adinda, 2021).
PENAMBAHAN EKSOGEN ENZIM PENCERNAAN DALAM PAKAN BUATAN
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN EFESIENSI
PEMANFAATAN PAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan makanan yang populer di kawasan Indonesia-
Pasifik dan telah dibudidayakan secara luas di beberapa negara seperti Filipina, Indonesia,
dan Taiwan. Ikan bandeng memiliki kualitas nutrisi yang tinggi dan nilai ekonomi yang
signifikan. Keunggulan ikan bandeng adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan
perubahan suhu, pH, kekeruhan air, serangan penyakit, dan salinitas perairan yang luas.
Budidaya ikan bandeng secara intensif di tambak atau keramba membutuhkan pakan sebagai
input utama. Kontribusi biaya pakan dalam budidaya ini dapat mencapai 60-70% dari total
biaya produksi. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan ikan, pakan yang dikonsumsi sebaiknya
mudah dicerna dan diserap dengan baik oleh ikan, sehingga nutrisinya dapat dimanfaatkan
secara optimal. Salah satu strategi yang digunakan adalah penambahan enzim pencernaan
pada pakan. Metode penambahan enzim yang dilakukan untuk pemeliharaan ikan adalah ikan
akan diuji selama 42 hari lalu akan diberi pakan uji akan sebanyak 3 kali/hari dalam waktu-
waktu tertentu dan dosis tertentu. Hasil menunjukkan bahwa penambahan enzim pada pakan
ikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Misalnya, penelitian pada ikan
lele dan salmon menunjukkan bahwa penambahan enzim kompleks dapat menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan enzim. Enzim
protease, seperti papain, dapat memecah protein pakan sehingga meningkatkan daya cerna
protein dan pertumbuhan ikan. Namun, penambahan enzim pada pakan juga perlu
diperhatikan dosisnya. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim dengan dosis yang
melebihi kebutuhan ikan dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan kesehatan ikan.
Kelebihan enzim dapat mengganggu regulasi sintesis dan sekresi enzim pencernaan alami
ikan, serta menghasilkan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dan gangguan
kesehatan lainnya. Penggunaan enzim dalam pakan ikan juga dapat melengkapi produksi
enzim pencernaan alami ikan, seperti amilase untuk pencernaan pati, protease untuk
pencernaan protein, dan lipase untuk pencernaan lemak. Penambahan enzim pada pakan juga
dapat mempengaruhi morfologi usus ikan, yang berdampak positif pada pemanfaatan pakan
dan kesehatan ikan. Penambahan enzim pada pakan ikan bandeng mempengaruhi nilai
Protein Efficiency Ratio (PER) dan nilai Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP). Perlakuan
dengan dosis enzim yang tepat menghasilkan nilai PER dan EPP yang lebih baik, sementara
dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai PER dan EPP. Penggunaan
enzim pada pakan ikan bandeng dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi E. R. S., dkk. (2021). Buku Ajar Bioteknologi. Semarang; Universitas PGRI
Semarang Press
Safitri R. A., dkk (2021). Aplikasi Bioteknologi Konvensional dalam Pembuatan Tempe
Kacang Kedelai. Padang; Inovasi Riset Biologi dalam Pendidikan dan Pengembangan
Susanto T., dkk (2016). Penambahan Eksogen Enzim Pencernaan Dalam Pakan Buatan