You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bullying bukanlah hal yang asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

Bullying terjadi diberbagai kalangan masyarakat misalnya lingkungan rumah,

sekolah. Pelaku bullying biasanya adalah orang terdekat korban, seperti teman

bahkan saudara. Hal ini mengharuskan masyarakat terutama orangtua lebih paham

mengenai bullying. Sebuah penelitian dilakukan kemudian ditemukan hasil bahwa

satu dari tiga anak di dunia mengaku pernah mengalami bullying. Baik di sekolah,

di lingkungannya, ataupun online. Begitu pun sebaliknya, satu dari tiga anak

mengaku pernah melakukan bullying kepada temannya(Andri Priyatna, 2010).

Bullying merupakan sikap tidak terpuji yang dilakukan oleh seseorang

atau kelompok yang merasa lebih kuat dari yang lain, seperti yang dikatakan oleh

Olweus (2005), bullying merupakan tindakan atau suatu perilaku agresif yang

sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang

dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat

mempertahankan diri, dan merupakan bentuk dari penyalahgunaan kekuasaan.

Bullying dalam Bahasa Indonesia, secara harfiah berarti penggertak atau orang

yang suka menyakiti orang yang lebih lemah(KBBI, 2001)

Bullying seringkali disepelekan oleh sebagian orang terlebih yang

melakukannya adalah anak kecil, tapi sebenarnya bullying itu sangat berbahaya.

Baik bagi kesehatan fisik, seperti terjadinya bunuh diri karena terkena pengaruh

1
bullying, maupun psikologis anak seperti depresi (SEJIWA, 2008). Karena

pengalaman dibully akan terus melekat dan sulit dilupakan, sehingga akan

menimbulkan trauma bagi anak. Dan tentu saja akan mempengaruhi kepribadian

dan masa depan sang anak yang mengalaminya.

Dampaknya sangatlah berbahaya bagi sang korban. Di antaranya, sang

korban bisa saja menjadi sering menyendiri, jadi pendiam, prestasi belajar yang

menurun, rasa percaya diri berkurang, hal yang lebih berbahaya lagi adalah ketika

sang korban berpikir untuk bunuh diri, sehingga hal tersebut juga akan berdampak

kepada kepada saksi dan pelakunya sendiri. Yakni pelaku akan merasa bersalah

dan disalahkan oleh keluarga korban.

Ternyata bullying ini bukan hal yang bisa dianggap sepele oleh dunia

karena, menurut riset yang dilakukan oleh LSM Plan International dan

International Center for Research on Woman (ICRW), yang diunggah pada awal

Maret 2015 ini menunjukan hasil yang mengejutkan terkait kekerasan anak di

sekolah. Di tingkat Asia, angka bullying yang terjadi pada siswa mencapai angka

70% (Qodar, 2015).

Ditemukan fakta seputar bullying, berdasarkan survei yang dilakukan oleh

Latitude News pada 40 negara. Salah satu faktanya adalah, biasanya pelaku

bullying adalah siswa atau mahasiswa laki-laki, sedangkan siswi atau mahasiswi

lebih sering bergosip daripada melakukan tindakan fisik. Dari survei itu juga

ditemukan negara-negara dengan kasus bullying tertinggi di dunia. Dan ternyata,

Indonesia berada di urutan kedua setelah Jepang. Jepang berada di urutan

pertama, lalu Indonesia, Kanada, Amerika Serikat, dan Finlandia.

2
Kasus bullying di Indonesia, seringkali terjadi di institusi pendidikan. Hal

ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2011

menjadi tahun dengan pelaporan kasus bullying tertinggi, yaitu mencapai 339

kasus kekerasan anak, dan 82 di antaranya meninggal dunia (KomNasPA, 2011)

Dari fakta yang dipaparkan di atas membuat saya tertarik untuk meneliti

tentang “Dampak yang Diterima oleh Korban Bullying”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diketahui rumusan

masalahnya adalah:

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya bullying?

2. Apa dampak yang dirasakan korban dari adanya bullying di sekolah?

3. Bagaimana cara mengantisipasi serta mengatasi bullying?

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bullying

1. Pengertian Bullying

Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan

dengan melukai secara fisik, verbal atau emosianal / psikologis oleh

seseorang atau sekelompok orang yang merasa lebih kuat kepada korban

yang fisik atau mentalnya lemah, dan dilakukan secara berulang kali tanpa

perlawanan untuk membuat korban menderita(SEJIWA, 2008)

Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang

bullying:

a. Menurut Wicaksana (2008), bullying adalah kekerasan fisik dan

psikologis yang dilakukan seseorang kelompok, terhadap seseorang

yang tidak dapat membela diri dalam situasi di mana ada keinginan

untuk menyakiti atau menakut-nakuti orang tersebut atau membuatnya

murung.

b. Menurut Rigby (1994), bullying adalah keinginan untuk menyakiti,

yang ditunjukkan dalam tindakan langsung oleh seseorang atau

kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya

berulang-ulang, dan dilakukan dengan senang hati bertujuan untuk

membuat korban menderita.

4
c. Menurut Black and Jackson (2007), bullying adalah tipe perilaku

agresif proaktif di mana ada aspek yang disengaja untuk mendominasi,

menyakiti, atau menyingkirkan, ada ketidak seimbangan kekuatan baik

secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, dan status sosial,

dan dilakukan berulang kali oleh satu atau beberapa anak terhadap

anak lain.

d. Istilah bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “bull”, yang

berarti banteng. Secara etimologis, kata “bully” berarti gertakan,

seseorang yang mengganggu yang lemah. Penindasan dalam bahasa

Indonesia adalah “menyakat” yang berarti mengusik, mengganggu, dan

menghalangi orang lain(Wiyani, 2012).

2. Jenis-Jenis Bullying

Menurut Barbara Coloroso (2006), jenis-jenis bullying dapat dibagi

menjadi empat yaitu,

a. Bullying Verbal

Bullying verbal biasanya merupakan urutan pertama perilaku bullying

yang lainnya dan langkah pertama menuju kekerasan yang lebih

lanjut. Contoh-contoh dari perilaku bullying secara verbal yaitu,

mencela, menggosip, memfitnah, mengejek dengan nama panggilan,

teror, dan masih banyak lagi.

b. Bullying Fisik

Bullying secara fisik adalah yang paling mudah terlihat, namun

bullying fisik tidak sebesar bentuk bullying lainnya. Contoh-contoh

5
bullying fisik diantaranya, memukul, menampar, meludah, menggigit,

mencakar, mencekik, merusak barang-barang milik korban yang

tertindas, dan lainnya.

c. Bullying Relasional

Bullying relasional merupakan bullying yang dilakukan dengan

memutuskan hubungan sosial seseorang dengan tujuan untuk

melemahkan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian,

pengucilan atau penghindaran. Contoh-contoh perilaku bullying

relasional adalah, perilaku atau sikap tersembunyi seperti pandangan

agresif, menyebarkan aib agar si korban dijauhi, mengejek bahasa

tubuh, dan masih banyak lagi.

d. Bullying Elektronik / Cyber Bullying

Bullying elektronik atau cyber bullying merupaka bullying yang

dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik seperti komputer,

telepon seluler, media sosial, internet, situs web, email, dan

sebagainya. Contoh-contoh dari cyber bullying adalah, meneror

dengan menggunakan tulisan, gambar, atau rekaman video yang

mengintimidasi atau menyakiti, dan dikirim melalui media sosial,

situs web, email, dan sebagainya.

3. Faktor dan Penyebab Terjadinya Bullying

a. Faktor Terjadinya Bullying

Faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying ada dua yaitu,

faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal adalah faktor dari

6
dalam diri si pelaku sendiri, seperti kepribadiannya, ataupun

gangguan psikologis si pelaku (Craig, 1988). Sementara itu, faktor

eksternal memiliki banyak pemicu yang menyebabkannya terjadi,

seperti pengaruh lingkungan (teman sebaya), faktor keluarga,dan

tontonan yang kurang mendidik.

Alasan yang paling jelas mengapa seseorang melakukan bullying

adalah, si pelaku yang merasakan kepuasan apabila dia “berkuasa” di

kalangan teman sebayanya ( SEJIWA, 2008).

b. Penyebab Terjadinya Bullying

Menurut sumber terpercaya yang saya baca, penyebab bullying ini

dibagi dua. Yaitu, dari sisi korban dan dari sisi pelaku.

1) Penyebab Bullying dari Sisi Korban

a) Penampilan Fisik

Penyebab pertama yang pertama dan paling umum adalah

penampilan fisik. Penampilan fisik seringkali dijadikan

bahan bully, biasanya karena adanya penampilan fisik yang

dianggap berbeda dari yang lain.Seperti, kekurangan atau

kelebihan berat badan, gigi tonggos, atau bisa juga karena

pakaiannya yang dianggap tidak sekeren yang lain, dan

masih banyak lagi.

b) Ras

Adanya perbedaan ras juga menjadi penyebab seseorang

dibully. Biasanya ini terjadi ketika seorang anak memasuki

7
suatu lingkungan, dan dia dinilai sebagai minoritas. Bullying

karena perbedaan ras ini juga banyak terjadi di kalangan

masyarakat atau sekolah.

c) Terlihat Lemah dan Terlihat Sulit Bergaul

Terlihat lemah dan sulit bergaul juga menjadi salah satu

penyebab seseorang dibully. Karena bullying melibatkan

ketidakseimbangan kekuatan antara sang pelaku dan korban.

Jadi sang pelaku merasa dirinya lebih kuat dan dapat lebih

mendominasi korban yang lebih lemah. Juga karena korban

terlihat sulit bergaul, sehingga ia hanya memiliki sedikit

teman, jadi dia juga dianggap lebih lemah daripada sang

pelaku. Sekelompok orang juga bisa berpotensi membully

kelompok yang lainnya, jika suatu kelompok merasa lebih

kuat dari kelompok lain.

2) Penyebab dari Sisi Pelaku

a) Memiliki Masalah Pribadi

Pada anak-anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di

rumah, perceraian orang tua, atau adanya anggota keluarga

yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu

hal ini. Sedangkan pada orang dewasa, masalah dengan

pasangan juga bisa menjadi salah satu pemicu munculnya

perasaan tidak berdaya, yang berakibat dengan terjadinya

pembulyan.

8
b) Pernah Menjadi Korban Bullying

Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh

saudaranya di rumah, kemudian anak tersebut membalas

dengan cara mem-bully temannya di sekolah yang ia anggap

lebih lemah dari dirinya.

c) Kurangnya Pemahaman dan Rasa Empati

Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda dalam hal

seperti ras dan agama, karena kurangnya pemahaman, maka

mereka beranggapan bahwa perbedaan tersebut adalah hal

yang salah.Ketika melihat korban bullying, mereka tidak

merasa empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian

mungkin justru merasa senang ketika melihat orang lain

merasa kesakitan. 

d) Merasa Bahwa Bullying Menguntungkan

Hal ini bisa terjadi pada anak yang mendapatkan uang,

makanan, atau bahkan memaksa mengerjakan tugasnya

dengan cara meminta secara paksa pada temannya. Contoh

lain adalah ketika pelaku bullying merasa popularitas dan

perhatian dari setiap orang padanya naik karena tindakannya

tersebut.

9
4. Dampak Bullying

Bullying dapat membawa pengaruh buruk pada kesehatan, baik

secara fisik maupun mental. Bullying itu berakibat buruk kepada korban,

saksi, dan tentu saja pelakunya. Bahkan terkadang, efeknya akan

membekas sampai kapan pun.

Dampak buruk itu diantaranya, akan berdampak pada mental dan fisik si

korban. Seperti merasa depresi, kecemasan yang berlebihan, dan kesepian.

Bahkan bisa saja, karena depresi yang sudah memuncak dia bisa

melakukan bunuh diri atau melukai dirinya sendiri (SEJIWA, 2008)

5. Cara Mengatasi Bullying

Untuk mengatasi bulyying diperlukan peran aktif keluarga dan

pihak sekolah untuk mengatasinya.

Berikut saran para ahli mengenai hal tersebut :

a. Ciptakan peluang bagi anak untuk menjadi pemimpin yang positif.

Misalnya, menjadi ketua OSIS, ketua tim olahraga, ketua kelompok

pramuka, ketua kelas, dan sebagainy

b. Luangkan lebih banyak waktu untuk anak dan melakukan kegiatan

yang berkualitas bersama-sama agar anak merasa dihargai dan

disayangi.

c. Ajarkan untuk mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat

diterima secara sosial. Misalnya, memberikan label nama pada emosi

atau perasaannya, lalu berbicara secara terbuka dengan orangtua

untuk mengatasi masalah tersebut.

10
B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dilakukan oleh Anindita Widya Ningrum.

Judul penelitian : Studi tentang perilaku bullying di Sekolah Menengah

Pertama sekecamatan Prajurit Kulon, kota Mojokerto. Serta penanganan oleh

guru BK.

Hasil penelitian : Faktor perilaku bullying yang terjadi pada siswa meliputi

faktor keluarga yaitu, kurangnya kasih sayang orang tua, hubungan orang tua

dan anak yang buruk, dan faktor individu yaitu, menyerang terlebih dahulu

dan bersikap agresif dan negatif. Sebelumnya pelaku bullying berasal dari

korban yang pernah mengalami bullying, dan memicu orang lain untuk

melakukan perilaku bullying pada siswa.

2. Penelitian dilakukan oleh Sufriani dan Eva Purnamasari.

Judul penelitian : Faktor yang mempengaruhi bullying pasa anak usia

sekolah, di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah, Kuala, Banda Aceh.

Hasil penelitian : Faktor penyebab bullying perlu diidentifikasi, untuk

mencegah tingginya angka bullying di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa, adanya hubungan, faktor individu, faktor keluarga, faktor teman

sebaya, faktor sekolah, faktor media, dengan tindakan bullying pada anak usia

sekolah. Diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan kedisiplinan.

3. Penelitian dilakukan oleh Sisca Indriani.

Judul penelitian : Analisis perilaku bullying siswa Sekolah Menengah Atas

Al-Azhar 3, Bandar Lampung.

11
Hasil penelitian : Hampir seluruh siswa melakukan bullying dan bentuk

perilaku bullying paling tinggi yaitu bullying verbal.

C. Kerangka Berpikir

Istilah bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “bull”, yang

berarti banteng. Secara etimologis, kata “bully” berarti gertakan, seseorang

yang mengganggu yang lemah. Penindasan dalam bahasa Indonesia adalah

“menyakat” yang berarti mengusik, mengganggu, dan menghalangi orang

lain(Wiyani, 2012).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying ada dua yaitu, faktor

internal dan juga eksternal. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri si

pelaku sendiri, seperti kepribadiannya, ataupun gangguan psikologis si pelaku

(Craig, 1988). Sementara itu, faktor eksternal memiliki banyak pemicu yang

menyebabkannya terjadi, seperti pengaruh lingkungan (teman sebaya), faktor

keluarga,dan tontonan yang kurang mendidik.

Untuk menangani hal itu perlu adanya peran aktif keluarga dan pihak

sekolah. Seperti, menciptakan peluang bagi anak untuk menjadi pemimpin

yang positif, lalu luangkanlah lebih banyak waktu untuk anak untuk

melakukan kegiatan yang berkualitas bersama-sama agar anak merasa

dihargai dan disayangi. Dan tentu saja ajarkan dia untuk mengekspresikan

kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.

12
D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, dibuatlah hipotesis sebagai berikut :

Setiap korban bully pasti memiliki pengaruh terhadap dirinya, hal itu bisa

bersifat positif atau negatif. Semua hal itu tergantung dari cara korban dan

lingkungannya mengatasi masalah tersebut.

Jika korban dan lingkungan tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut

dengan baik,tentu saja akan berpengaruh negatif terhadap diri korban,

begitupun sebaliknya.

13
BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying.

2. Untuk mengetahui dampak yang dirasakan korban bullying.

3. Untuk mengetahui cara mengantisipasi dan mengatasi bullying.

B. Manfaat penelitian

1. Bagi Pembaca

Agar pembaca bisa meengetahui tentang dampak yang dirasakan oleh

korban.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini melatih penulis untuk dapat menggali informasi tentang

dampak dari korban bully, dan berharap dapat bermanfaat bagi orang

banyak

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan pada para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi

acuan dalam penelitian tentang bullying. Dan diharapkan untuk

mengambil sampel pada korban bully dengan dampak yang berat.

14
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat atau Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP IT ‘Alamy Subang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan dimulai dari 10 September 2019 sampai dengan

tanggal 11 Desember 2019.

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu ( Sugiyono, 2016 ).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk

menentukan suatu variabel, baik satu atau lebih, tanpa membandingkan

variabel yang satu dengan yang lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh

Sugiyono, 2013 sebagai berikut :

“ Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih ( independen ), tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan variabel satu dengan

variabel lain.”

15
Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk

mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua

variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih

spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada

dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan

diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah di pelajari

sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

16
2. Desain Penelitian

Dalam proses kegiatan ini, ada beberapa langkah-langkah dalam

melakukan proses penelitian berdasarkan prosedur yang dilaksanakan di

lapangan:

 Observasi Data
 Rumusan Masalah Apa dampak yang
Tahap Awal  Kajian Pustaka dirasakan korban dari
 Menentukan Metode adanya bullying di
Penelitian sekolah?
 Menyusun Instrumen
penelitian

 Masalah Penelitian
Tahap Pelaksanaan
 Implementasi Penelitian
Penelitian Wawancara
 Indentifikasi Data

 Reduksi Data
 Analisis Data
Pengolahan Data  Display Data
Tahap Akhir  Verifikasi Data

Penyusunan Data Hasil Temuan

17
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah, para siswa SMP IT ‘Alamy Subang

yang pernah mengalami bullying.

2. Sampel

Karena bullying ini merupakan hal yang memalukan bagi korban

dan tidak terdapat data yang konkret, maka pengambilan sampel

dilakukan dengan metode atau teknik sampling snowball.

Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk

mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan

atau rantai hubungan yang menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan

melalui gambar sociogram berupa gambar lingkaran-lingkaran yang

dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-garis. Setiap lingkaran mewakili

satu responden atau kasus, dan garis-garis menunjukkan hubungan antar

responden atau antar kasus (Neuman, 2003). Pendapat lain mengatakan

bahwa teknik sampling snowball (bola salju) adalah metode sampling di

mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke

responden yang lainnya, biasanya metode ini digunakan untuk

menjelaskan pola-pola sosial.

Snowball sampling adalah suatu pendekatan untuk menemukan

informan-informan kunci yang memiliki banyak informasi. Pada

pelaksanaannya, teknik sampling snowball adalah suatu teknik yang

multitahapan, didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai dengan

18
bola salju yang kecil kemudian membesar secara bertahap karena ada

penambahan salju ketika digulingkan dalam hamparan salju. Ini dimulai

dengan beberapa orang atau kasus, kemudian meluas berdasarkan

hubungan-hubungan terhadap responden. Responden sebagai sampel yang

mewakili populasi, kadang tidak mudah didapatkan langsung di lapangan.

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka teknik ini didukung juga dengan

teknik wawancara dan survey lapangan. Jumlah orang atau responden

awal yang diperlukan minimal 2-12 orang.

Berdasarkan pemaparan tentang metode sampling snowball,

peneliti mengambil sampel sebanyak 3 orang responden yaitu,

1. M.A (14 tahun) kelas IX-B

2. D.A.R (14 tahun) kelas IX-A

3. A.M.R (13 tahun) kelas VIII-A

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Awal

Pertama-tama, peneliti menuliskan pemahaman-pemahaman peneliti

terhadap judul, dan mengungkap masalah yang hendak dicari tahu.

a. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dimaksudkan untuk mempelajari dari sumber

kepustakaan dan berbagai referensi yang ada, baik berupa buku-buku,

artikel, maupun media bacaan lainnya yang berguna membantu dalam

mencari sumber informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian ini.

19
Kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini,yaitu mencari

dan mempelajari bahan-bahan tertulis dalam buku dan internet yang

berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

b. Observasi Kondisi Objektif

Berupa pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap korban di

sekolah SMP IT ‘Alamy Subang, mengenai dampak yang dirasakan

oleh korban bullying.

c. Rumusan Masalah

Setelah melakukan studi pendahuluan, kajian pustaka, dan observasi

kondisi objektif telah ditentukan masalah yang akan diteliti atau

diselesaikan dan menjadi suatu rumusan masalah.

d. Menyusun Instrumen

Penelitian mengenai “ Dampak yang Diterima oleh Korban Bullying”

ini menggunakan instrumen wawancara. Instrumen ini digunakan

untuk mengetahui lebih dalam dampak yang diterima oleh korban

bullying.

2. Tahap Penelitian

Setelah peneliti melakukan perencanaan, peneliti kemudian

mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah yang muncul. Peneliti

mewawancarai narasumber untuk tahap pelaksanaan pengumpulan data.

20
a. Implementasi Instrumen

Penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber

secara langsung yang berlokasi di SMP IT ‘Alamy, dan mencatat

jawaban yang diberikan oleh narasumber kepada peneliti.

3. Tahap Akhir

a. Pengolahan Data

Setelah semuakegiatan diatas terlaksana, langkah selanjutnya

adalah mengolah data yang akan disraing menurut kebenarannya di

lapangan. Setelah itu, peneliti akan menyajikannya dalam bentuk

grafik agar mempermudah dalam mengolah data-data yang telah

disaring.

b. Penyusunan Data

Setelah mengolah data dengan menuliskan jawaban dari masing-

masing narasumber untuk setiap pertanyaan yang diberikan, maka,

peneliti dapat mengambil kesimpulan, lalu disusun agar dapat

diuraikan dan dijabarkan dalam bentuk karya ilmiah.

21
E. Instrumen Penelitian atau Alat dan Bahan

NO Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu pernah dibully?

2 Saat usia berapa kamu

mengalaminya?

3 Siapa yang melakukannya?

4 Bagaimana kejadiannya?

5 Apa yang kamu lakukan saat itu?

6 Siapa yang menolong kamu?

7 Bagaimana penyelesaiannya?

8 Apa yang kamu rasakan saat itu?

9 Dampak apa yang masih kamu

rasakan sampai sekarang?

22
F. Analisis Data

1) Tahap Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, akan dibandingkan dengan teori-teori yang

ada di bab 2. Selanjutnya, peneliti kemudian mengolah data dengan

Microsoft Word.

2) Tahap Penyusunan Data

Setelah tahap pengolahan data, peneliti dapat mengambil

kesimpulan, lalu disusun agar dapat diuraikan dan dijabarkan dalam

bentuk karya ilmiah.

23
BAB V

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil

mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau

rantai hubungan yang menerus dan dilanjutkan dengan melakukan wawancara

secara langsung kepada narasumber yang telah dipilih dan dijadikansebagai

sampel. Hasil wawancara diperkuat dengan observasi langsung dan melihat

dokumentasi dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian

berlangsung.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian berisi hasil dari wawancara yanag sudah dilakukan terhadap

narasumber.

1. Narasumber I : M.A (kelas IX-B)

24
NO Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu pernah dibully? Pernah

2 Saat usia berapa kamu Dari usia 6-7 tahun.

mengalaminya?

3 Siapa yang melakukannya? Temen-temen aku.

4 Bagaimana kejadiannya? Aku suka ga boleh main atau temenan sama

yang lain, kalau aku temenan sama yang lain,

atau ada yang nemenin aku, mereka bakal

jauhin atau ngebully dia juga. Terus aku suka

dituduh , disuruh-suruh, dikata-katain, sama

dipukul sama mereka.

5 Apa yang kamu lakukan saat itu? Aku cuma diem, mau ngelawan juga takut

dimarahin. Kalau ngadu ke guru, tapi gurunya

diem aja, kalau setiap pulang sekolah selalu

nangis ke mamah. Introspeksi diri aku sendiri.

6 Siapa yang menolong kamu? Temen-temen yang masih baik sama aku.

7 Bagaimana penyelesaiannya? Bilangin semuanya ke orang tua aku, sama ke

guru.

8 Apa yang kamu rasakan saat itu? Sakit hati, pengen nangis, kepikiran terus.

Sama stress, depresi, sakit fisik juga ( kalau

mereka main fisik ).

9 Dampak apa yang masih kamu 25


Masih keinget kejadiannya sampai sekarang,

rasakan sampai sekarang? pengen tau kenapa mereka kaya gitu ke aku.
NO Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu pernah dibully? Pernah

2 Saat usia berapa kamu Dari usia 8-13 tahun.

mengalaminya?

3 Siapa yang melakukannya? Teman

4 Bagaimana kejadiannya? Pas waktu itu, badan aku diputer-puter sampai

aku pusing, terus badan aku dilempar sampai

kepala aku kebentur dan berdarah.

5 Apa yang kamu lakukan saat itu? Diem aja, kalaupun aku lapor, mereka bakal

ngebully aku lebih parah lagi.

6 Siapa yang menolong kamu? Gevin dan Atar

7 Bagaimana penyelesaiannya? Dilaporin ke orang tua sama ke guru biar di

SOP.

8 Apa yang kamu rasakan saat itu? Sakit hati, tapi karena sering, jadi udah biasa

aja.

9 Dampak apa yang masih kamu Tidak ada

rasakan sampai sekarang?

26
2. Narasumber II : A.M.R (kelas VIII-A)

3. Narasumber III : D.A.R (kelas IX-A)

NO Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu pernah dibully? Pernah

2 Saat usia berapa kamu Dari usia 12-15 tahun.

mengalaminya?

3 Siapa yang melakukannya? Temen-temen aku sama adik kelas juga ada.

4 Bagaimana kejadiannya? Mereka ngelempar bola ke kepala aku, terus

sering manggil aku pisum, terus kalau mau

shalat sejadah aku suka ditendang.

5 Apa yang kamu lakukan saat itu? Laporin dan ngelawan.

6 Siapa yang menolong kamu? Farhan, Rizky, Fadl, Bu Sari, Pa Hayat

7 Bagaimana penyelesaiannya? Melawan, dan laporin.

8 Apa yang kamu rasakan saat itu? Sakit hati, dendam.

9 Dampak apa yang masih kamu Masih dendam, sakit hatinya masih kerasa.

rasakan sampai sekarang?

27
C. Pembahasan

Pembahasan berisi perbandingan semua jawaban yang diberikan oleh

narasumber adalah :

1. Untuk pertanyaan pertama, ketiga narasumber memberikan jawaban yang

hampir sama yaitu, mereka sama-sama pernah dibully.

2. Ketiga narasumber memberikan jawaban yang berbeda-beda untuk saat

usia berapa mereka mengalami bullying. Narasumber I, mengalami

bullying saat usia 6-7 tahun, narasumber II mengalami bullying dari usia

9-13 tahun. Sementara narasumber III mengalami bullying saat usia 12-15

tahun.

3. Ketiga narasumber memberikan jawaban yang hampir sama yaitu, yang

membully mereka adalah teman-teman mereka sendiri.

4. Ketiga narasumber semuanya menceritakan hal yang hampir sama yaitu,

mereka sama-sama dibully secara fisik dan mental.

5. Dua narasumber menjawab hal yang sama yaitu, mereka saat dibully

hanya diam saja karena merasa takut jika mereka melaporkan pada guru

akan semakin parah bully yang akan mereka terima. Sementara itu satu

narasumber tidak diam saja saat ia dibully, dia melaporkannya pada orang

tua dan guru, dan dia juga melawan.

28
6. Ketiga narasumber menjawab hal yang hampir sama, yang menolong

mereka saat itu adalah teman-teman atau orang-orang yang baik dan

peduli kepada mereka.

7. Ketiga narasumber menjawab hal yang hampir sama yaitu,

penyelesaiannya dilakukan dengan melaporkannya kepada orang tua dan

guru.

8. Para narasumber menjawab hal yang sama, mereka merasa sakit hati dan

depresi karena adanya hal itu.

9. Ketiga narasumber memberi jawaban yang berbeda-beda, dua narasumber

menjawab bahwa mereka masih merasakan dampaknya sampai sekarang,

sedangkan satu narasumber menjawab tidak ada dampak apapun yang

masih dia rasakan sekarang

D. Diskusi Penemuan

Berdasarkan hasil penemuan lapangan mengenai dampak yang dirasakan

oleh korban bullying. Hal tersebut sesuai dengan penemuan lapangan dan

teori-teori yang ada. Dilapangan, dua narasumber menyatakan bahwa saat

mereka dibully mereka hanya diam dan tidak bisa melawan karena merasa si

pembully lebih kuat darinya. Dan ketiga narasumber menyatakan bahwa

mereka dibully secara fisik seperti ditendang dan dipukul, mereka juga dibully

secara mental, seperti diejek dan dikata-katai. Hal itu sesuai dengan teori dari

SEJIWA, 2008, yang mengatakan bahwa, bullying adalah suatu tindakan atau

perilaku yang dilakukan dengan melukai secara fisik, verbal atau emosional /

psikologis oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa lebih kuat

29
kepada korban yang fisik atau mentalnya lemah, dan dilakukan secara

berulang kali tanpa perlawanan untuk membuat korban menderita.

Ketiga narasumber mengatakan bahwa saat mereka mengalami bullying,

dampak yang mereka rasakan adalah sakit hati dan depresi, dan mereka juga

merasakan sakit secara fisik jika bully yang dilakukan si pelaku adalah

pembullyan secara fisik. Sesuai dengan salah satu teori yaitu, dampak buruk

itu diantaranya, akan berdampak pada mental dan fisik si korban. Seperti

merasa depresi, kecemasan yang berlebihan, dan kesepian. Bahkan bisa saja,

karena depresi yang sudah memuncak dia bisa melakukan bunuh diri atau

melukai dirinya sendiri ( SEJIWA, 2008 ).

30
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Bullying mempunyai dampak yang begitu besar bagi seseorang, jika

korban tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut, maka itu akan

berpengaruh pada tahap perkembangan seseorang. Korban bullying

membutuhkan dukungan dari banyak pihak terutama keluarga. Dampak yang

dirasakan korban apabila tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, itu akan

lebih besar lagi dampaknya. Setiap korban diharapkan dapat menceritakan

kepada keluarga sehingga mengurangi masalah yang dihadapinya. Bullying ini

juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan individu.

B. Saran

1. Disarankan bagi korban bullying dapat menceritakan masalah yang

sedang dihadapi dan mencoba terbuka kepada keluarga.

2. Bagi siswa / siswi yang suka membully diharapkan ada tindakan dari

pihak sekolah mengingat dampak bullying yang sangat berbahaya bagi

korban.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Si, ganteng. 2018. Pengertian bullying, penyebab, bentuk, macam, dampak

terlengkap.https://www.onoini.com/pengertian-bullying/ (10 September

2019).

2. Yayasan semai jiwa amini. 2008. Mengatasi kekerasan di sekolah dan

lingkungan.https://books.google.co.id/books?

id=ewhQu2DfhxwC&printsec=frontcover&dq=bullying+di+sekolah&hl=i

d&sa=X&ved=0ahUKEwi6pLXj57PlAhWFe30KHclMB4AQ6AEIOzAD

#v=onepage&q=bullying%20di%20sekolah&f=false ( 12 September

2019).

3. Priyatna, Andri. 2010. Lets End Bullying.

https://books.google.co.id/books?

id=fiF3Zi86DVoC&printsec=frontcover&dq=bullying+pada+anak&hl=id

&sa=X&ved=0ahUKEwjx1Pig77PlAhXBX30KHa_QDYkQ6AEINTAC#

v=onepage&q=bullying%20pada%20anak&f=false ( 12 September 2019 )

4. UIN Sunan Ampel, Surabaya. 2015. http://digilib.uinsby.ac.id/3481/4/Bab

%202.pdf ( 30 Sepember ).

5. Safitri, Dwi Retno. 2014. Faktor-faktor penyebab bullying dan solusi

mengatasinya. https://www.academia.edu/10078242/BULLYING_faktor-

32
faktor_penyebab_bullying_dan_solusi_mengatasi_bullying ( 9 Oktober

2019 )

6. Rachman, Aby. 2019. Langkah-langkah pencegahan bullying oleh anak.

https://www.sehatq.com/artikel/anak-pelaku-bullying-penyebab-cara-

mengatasinya ( 27 Oktober 2019 ).

7. Nurdiani, Nina. 2014. Teknik sampling snowball dalam penelitian

lapangan. https://media.neliti.com/media/publications/165822-ID-teknik-

sampling-snowball-dalam-penelitia.pdf ( 1 Desember 2019 ).

8. School of Electronics and Computer Science. 2016.

http://eprints.walisongo.ac.id/6936/5/Bab%204.pdf ( 3 Desember 2019 ).

33
BIOGRAFI PENELITI

Isnina Fathi Fauziyyah, seorang peneliti sekaligus pelajar yang lahir di

Subang, 13 September 2004. Peneliti merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dan merupakan anak dari Ibu Yuni Rosita dan Bapa Juhendra. Peneliti

tinggal bersama keluarga di Jln A. Yani no4, RT 01, RW 02, Pasirkareumbi, Kec.

Subang, Kab. Subang. Peneliti memiliki hobi memasak, bernyanyi, membaca, dan

menggambar. Dan peneliti bercita-cita ingin menjadi seorang dokter atau guru.

34
Saat tahun 2011, peneliti lulus dari TK Al-Akhbar. Kemudian, peneliti

memasuki Sekolah Dasar Islam Terpadu ‘Alamy pada tahun 2011. Dan untuk

SMP, peneliti bersekolah di SMP IT ‘Alamy Subang pada tahun 2017.

LAMPIRAN

35
DOKUMENTASI PROSES WAWANCARA

MENGENAI DAMPAK YANG DIRASAKAN OLEH

KORBAN BULLYING

1.

2.

36
3.

37
38

You might also like