You are on page 1of 75

GMNI

(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia)

Tim Penyusun :

1. Lianton Vicco Junior


2. Kelvin Vieri Halim
3. M. Ferly Ferrari
4. Aldi Wicaksono
5. R. Taufan Adi

GMNI Komisariat Hukum Universitas Airlangga

Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan

2014
Kata Pengantar

MERDEKA!

GMNI JAYA!

MARHAEN MENANG!

Mungkin bagi beberapa orang awam masih ada yang bertanya-tanya apa itu GMNI.
Mungkin diantaranya sudah ada yang tau apa itu GMNI, atau malah sama sekali tidak tau apa itu
GMNI dan maksud tujuan GMNI itu sendiri. Disini saya akan mengulas sedikit tentang apa sih
sebenarnya GMNI itu, juga makna dan tujuannya.

GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Posisi GMNI sendiri adalah sebuah
organisasi kemahasiswaan di kampus-kampus besar maupun kecil di Indonesia, yang berkiblat
Nasionalisme tanpa membedakan suku, ras, agama.

GMNI sendiri lahir pada tanggal 23 Maret 1954 oleh peleburan atau penggabungan 3
organisasi yaitu Gerakan Mahasiswa Denokrat, Gerakan Mahasiwa Merdeka dan Gerakan
Marhaen. Dalam aktivitasnya GMNI sendiri sangat menjunjung nilai-nilai kerakyatan. Dimana
GMNI ini memiliki kegiatan-kegiatan yang positif atau sudah menjadi kegiatan rutin yang
mungkin tidak kita peroleh di bangku perkuliahan. Kita ambil contoh saja seperti diskusi,
pelatihan pengadvokasian kasus, pelatihan jurnalistik dan kegiatan-kegiatan yang menjunjung
nilai-nilai rasa empati sosial kita terhadap sesama.

GMNI tidak berjalan tanpa landasan atau acuan, GMNI mempunyai tolak ukur yang
dimana organisasi ini sendiri memiliki ideology yang bernama MARHAENISME.
MARHAENISME sendiri adalah suatu faham ataupun pemikiran untuk membela dan
memperjuangkan kaum yang tertindas oleh sistem. Sistem disini adalah sistem-sistem yang
membuat para kaum tersebut dirugikan. Sistem tersebut yang dimaksud adalah sistem
kapitalisme, imperialism, dan kolonialisme.

Inilah sedikit makna dari GMNI dan tujuan dari GMNI tersebut. Selebihnya akan saya
bahas lebih lanjut di halaman berikutnya.
PENGERTIAN GMNI DAN MAKNA LAMBANG GMNI

A. Pengertian Dasar GMNI

GMNI lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai Organisasi Kader dan Organisasi
Perjuangan yang berlandaskan ajaran Bung Karno. Karena itu, dalam aktivitasnya terdapat
prinsip-prinsip perjuangan yang harus tetap melekat dalam tubuh GMNI dan menjadi dasar
perjuangan GMNI, yaitu;

-GMNI berjuang untuk rakyat,

-GMNI berjuang bersama-sama rakyat.

Kemudian saya akan membahas makna kata per huruf pada GMNI.

Pertama, makna “Gerakan” dalam nama GMNI, GMNI adalah organisasi gerakan yang
dilakukan oleh sekelompok manusia dengan status “Mahasiswa”, oleh karena itu GMNI disebut
juga sebagai “Student Movement”. Gerakan yang dimaksud adalah suatu upaya atau tindakan
yang dilakukan secara terencana dengan tujuan melakukan pembenahan/pembaharuan yang
meliputi semua aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya, untuk
mencapai tujuan perjuangan.

Kedua, makna “Mahasiswa” dalam GMNI, GMNI sebagai organisasi mahasiswa


sehingga yang dapat menjadi anggota GMNI adalah mereka yang berstatus mahasiswa. Namun
demikian, bahwa mahasiswa yang menjadi anggota GMNI adalah mereka yang menyetujui
tujuan dan cara perjuangan GMNI.

Ketiga, makna “Nasional” dalam GMNI, GMNI adalah organisasi yang berlingkup
nasional. Artinya, bukan organisasi kedaerahan, keagamaan, kesukuan, atau golongan yang
bersifat terbatas dan sempit. Makna nasional juga mengandung pengertian bahwa
perjuanganGMNI bersifat Kebangsaan/Nasionalisme.

Keempat, makna “Indonesia” dalam GMNI, GMNI adalah organisasi yang berkedudukan
di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan oleh karenanya, GMNI bertugas dan bertanggung
jawab serta mengutamakan keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan seluruh
elemen pembentuknya terutama kaum MARHAEN. “Indonesia” dalam GMNI juga bermakna
sebagai symbol identitas GMNI yang berangkat dari proses kebangsaan Indonesia.

Setelah membahas makna kata per huruf pada GMNI, sekarang saya akan membahas,
makna “Huruf” pada penulisan GMNI. Huruf “G” dan “I” pada GMNI dengan huruf besar,
bahwa aspek Gerakan dan Indonesia menjadi bagian yang ditonjolkan oleh GMNI. Huruf “m”
dan “n” pada GMNI dengan huruf kecil, dalam posisi sejajar sama tinggi dengan huruf lainnya
adalah identitas/sifat GMNI sebagai organisasi mahasiswa yang berfaham kebangsaan (Sosi-
Nasionalisme) seperti yang diajarkan oleh Bung Karno. Catatan: dalam hal surat menyurat
singkatan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ditulis dengan huruf capital, yakni GMNI.

B. GMNI sebagai Organisasi Perjuangan dan Organisasi Kader

Sebagai organisasi perjuangan, maka dalam setiap anggota GMNI melekat jiwa, roh dan
semangat sebagai pejuang GMNI mengutamakan perjuangan yang teroganisir, dan sebagai
mahasiswa Marhaenis yang progresif dan revolusioner, GMNI berjuang secara non kooperatif
dengan metode machsvorming dan machsweding.

Sedangkan sebagai organisasi kader, GMNI sekaligus sebagai organisasi massa, artinya
GMNI merupakan wadah pembinaan kader bangsa dan bertugas untuk mempersiapkan kader
yang berkualitas dan potensial untuk mengabdi pada bangsa dan Negara. Namun kualitas
tersebut berkorelasi secara positif dengan kuantitas kader.

C. Sifat dan Tujuan Perjuangan GMNI

GMNI adalah organisasi yang bersifat independen dan berwatak kerakyatan. Artinya,
GMNI tidak berafiliasi pada kekuatan politik manapun, dan berdaulat penuh dengan prinsip
percaya pada kekuatan diri sendiri. Independensi GMNI tidak berarti netral, sebab GMNI
senantiasa pro-aktif dalam perjuangannya sesuai dengan asas dan doktrin perjuangan yang
dimiliki. Namun demikian, GMNI tidak independen dari kaum marhaen dan kepentingan kaum
marhaen.

Sebagai organisasi perjuangan maka tujuan perjuangan GMNI adalah mewujudkan


Indonesia yang berdaulat dibidang Politik, berdikari dibidang Ekonomi, dan berkepribadian
sesuai Budaya bangsa. Dan hal-hal itu bisa dicapai apabila Sosio-Nasionalis, Sosio-Demokrasi,
dan Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Nation And Character Building.

D. Asas dan Doktrin Perjuangan GMNI

Sebagai organisasi perjuangan dan organisasi kader, GMNI mempunyai asas dan doktrin
Perjuangan yang menjadi landasan serta penuntun arah perjuangan GMNI. Adapun asas dan
doktrin perjuangan GMNI adalah;

Pancasila 1 Juni 1945, yaitu;

-Kebangsaan atau Nasionalisme

-Kemanusiaan atau Internasionalisme

-Mufakat atau Demokrasi

-Kesejahteraan Sosial

-Ketuhanan Yang Maha Esa

Pembukaan UUD 1945

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.”

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.”

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan dengan keinginan
luhur , supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.”

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam satu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Penjelasan;

Pada pembukaan UUD 1945, beberapa hal yang perlu dipahami dan dimaknai seluruh
anggota GMNI adalah:

- Bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa atas dasar kemanusiaan dan keadilan
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.
- Bahwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang hakiki seperti yang dicita-citakan
founding father masih belum tercapai, sehingga revolusi belum selesai.
- Pemerintahan Negara Indonesia sebagai cara untuk mencapai cita-cita perjuangan seperti
tersarikan dalam preambule UUD 1945 tersebut.

Marhaenisme, yaitu;

a) Sosio-Nasionalisme, yang berarti GMNI berfaham nasionalisme, tapi nasionalisme yang


memiliki watak sosial, nasionalisme yang ditempatkan diatas nilai-nilai kemanusiaan.
b) Sosio Demokrasi, bahwa GMNI menghendaki demokrasi yang memiliki watak sosial
artinya demokrasi politik, tapi juga demokrasi ekonomi, bukan demokrasi cangkokan
yang tidak sesuai dengan akar sejarah dan budaya masyarakat Indonesia. Tapi demokrasi
yang menyelamatkan seluruh kaum marhaen.
c) Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa GMNI meyakini akan eksistensi Tuhan, anggota
GMNI adalah manusia yang bertuhan dan beragama.

Pancalogi GMNI, yaitu “IROSI” yang terdiri dari;

1. Ideologi : artinya perjuangan setiap anggota GMNI harus berlandaskan pada ideology
yang dianutnya, yakni Marhaenisme. Ideologi merupakan acuan dasar pokok dalam
perumusan format dan pola operasional pergerakan.
2. Revolusi : artinya perjuangan setiap anggota GMNI harus berorentasi pada perubahan
nilai-nilai kemasyarakatan dan susunan masyarakat secara revolusioner. Untuk mencapai
tujuan perjuangan. Revolusi bukan berarti pertumpahan darah, dengan cara kekerasan
tetapi jauh lebih substansi, perubahan cara pandang, revolusi pikiran perubahan secara
mendasar.
3. Organisasi : artinya perjuangan GMNI adalah perjuangan yang teroganisir yang
dilakukan secara sadar, sesuai dengan ideology GMNI.
4. Study : artinya sebagai organisasi mahasiswa maka titik berat perjuangan GMNI terletak
pada aspek study dalam rangka meningkatkan bobot intelektualitas. Amanat Penderitaan
Rakyat harus menjadi fokus pelaksaan study.
5. Integrasi : artinya perjuangan GMNI senantiasa tidak terlepas dari perjuangan rakyat
semesta. Setiap anggota GMNI harus selalu mengambil posisi ditengah-tengah rakyat
yang berjuang dan berjuang bersama-sama mereka.

Kenapa Pancalogi disebut IROSI? Pancalogi diibaratkan sebuah pohon yang tumbang
ditengah jalan. I=ideologi kita gunakan sebagai acuan dasar pokok untuk berfikir bagaimana
kita memindahkan pohon tumbang tersebut dari tengah jalan. R=revolusi kita gunakan untuk
bergerak memindahakan pohon tersebut secara mendasar agar tidak menghalangi jalan lagi.
O=organisasi kita gunakan sebagai wadah untuk mengumpulkan orang yangmempunyai
tujuan yang sama dengan kita yang sama-sama dirugikan pohon tumbang tersebut. S=study
kita gunakan untuk mempelajari bagaimana cara memindahkan pohon tersebut secara
keseluruhan. Yang terakhir I=integrasi kita gunakan sebagai pengambilan posisi ditengah-
tengah kumpulan orang-orang untuk bersam-sama memindahakan pohon tersebut.
E. Makna Lambang GMNI

1. Perisai Segitiga Prisma atas adalah Trisakti, yang artinya :


a) Berdaulat dibidang politik
b) Berdikari dibidang ekonomi
c) Berkepribadian sesuai dengan budaya bangsa
2. Perisai Segitiga Prisma bawah adalah Tridharma Perguruan Tinggi, yang artinya :
a) Pendidikan
b) Penelitian
c) Pengabdian terhadap masyarakat
3. Warna Lambang GMNI adalah Merah-Putih-Merah yang artinya adalah merah itu
diartikan berani, sedangkan putih diartikan suci. Maka arti warna dalam lambing
GMNI adalah KEBERANIAN YANG MENGAPIT KESUCIAN.
4. Lambang Bintang dalam Lambang GMNI adalah diartikan sebagai Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang dimana seluruh kader GMNI ini bertuhan dan beragama.
5. Lambang Banteng yang menghadap kiri diartikan sebagai perlawanan.
Perlawanan disini adalah perlawanan atas apa yang diperjuangkan, bukan semata-
mata kepentingan pribadi tapi kepentingan rakyat/masyarakat yang dapat
dikatakan adalah golongan mayoritas. Dan kenapa memakai hewan banteng,
karena banteng merupakan hewan yang soliter, hewan yang independent, jika
sendiri sudah mempunyai kekuatan yang besar apalagi berkumpul.
6. Dan yang terakhir adalah tulisan GMNI adalah diartikan sebagai jati diri
pergerakan.
MARHAENISME

A. Latar Belakang Lahirnya Marhaenisme

Kata marhaenisme berasal dari kata marhaen dan isme. Marhaen yang katanya berasal
dari nama seorang petani yang bernama Pak Marhaen di jawa barat dari desa cigalireng,
Bandung Selatan pada tahun 1920-an.

Asal mula pemikiran Bung Karno untuk membuat suatu ideology marhaenisme adalah
pada saat Bung Karno masih menjadi mahasiswa di ITB dia selalu memikirkan tentang rakyat
kecil di Indonesia, yang melarat dan papa sengsara karena sistem kolonialisme Belanda pada saat
itu. Kemudian untuk mencari nama bagi kaum melarat di Indonesia ia berjalan-jalan ke Bandung
Selatan dan disana Bung Karno bertemu dengan petani yang bekerja di sawah yang bernama
Pak Marhaen. Beliau melihat bahwa Pak Marhaen ini merupakan petani yang mandiri. Dimana
Pak Marhaen ini mempunyai tanah sendiri, alat produksi sendiri, rumah kecil, kerbau sendiri
akan tetapi kehidupan Pak Marhaen masih sangatlah melarat, kemudian dari sisni Bung Karno
memberikan nama Ideologinya “MARHAENISME”.

Tetapi ada juga yang menyatakan cerita diatas hanyalah fiksi belaka dan tidak nyata, ada
yang menyebutkan bahwa singkatan nama-nama tokoh sosialis dunia MAR=Marxis HA=Hagel
dan EN=Engel, tetapi tetap menjadi rahasia Bung Karno beliau menciptakan MARHAENISME
dari nama petani di Bandung atau dari nama-nama tokoh sosialis dunia.

B. Pengertian Marhaenisme

Marhaenisme adalah suatu ideology yang dibuat oleh Bung karno sebagai ideology
perjuangan bagi seluruh masyarakat yang tertindas oleh sistem kolonialisme, imperialisme,
feodalisme, dan kapitalisme. Marhaenisme sendiri menurut Bung Karno harus melihat pada dua
aspek, yaitu;

1. Situasi dan kondisi di Indonesia


2. Pemahaman tentang ilmu marxisme

Di dalam marhaensime terdapat penerapan marxisme yang disesuaikan dengan kondisi di


Indonesia dimana hal tersebut dibedakan atas dua, yaitu;
1. Historis matrealisme
2. Filsafat matrealisme

Filsafat matrealisme yang atheis tidak seperti situasi dan kondisi di Indonesia. Akan
tetapi dalam penerapan Marxisme yang ada di dalam Marhaenisme Bung Karno mengambil
Historis Matrealisme yang itu sendiri digunakannya sebagai pisau analisa untuk membedah
keadaan bangsa Indonesia pada jaman sebelum kolonialisme. Bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang besar dan disegani di dunia. Akan tetapi pada jaman penjajahan (kolonial),
Indonesia menjadi bangsa yang terpuruk sehingga Bung Karno mulai berpikir untuk mencari
sebab mengapa bisa menjadi seperti itu. Akhirnya Bung Karno memakai cara berpikir Dialektika
Matrealisme, yaitu gesekan antara teas dan antitesa yang menghasilkan sintesa. Kemudian Bung
Karno mempertemukan antara Declaration Of Independent dan Manifesto Komunis, dari
keduanya diambil intisari. Dari Declaration Of Independent beliau mendapatkan Persuit Of
Happiness, dan dari Manifesto Komunis didapatkan bahwa setiap manusia tidaklah harus saling
menindas untuk mendapatkan suatu kebahagiaan karena kebahagiaan, karena kebahagiaan itu
harusnya dirasakan bersama-sama. Akhirnya dari dua pemikiran itu Bung Karno merumuskan
Marhaenisme.

Kolonialisme, imperialisme, feodalisme bangsa asing merupakan anak cucu dari


kapitalisme. Akibat dari sistem ini rakyat Indonesia tidak mampu mewujudkan budi nuraninya.
Dalam marhaenisme terdapat pemikiran yang konsisten suatu ideology yang membela rakyat
dari penindasan dan pemerasan oleh suatu sistem. Marhaenisme adalah suatu pemikiran yang
berangkat dari kehidupan manusia yang substansial yang bersifat universal yaitu tuntutan budi
nurani manusia yang menghendaki kesejahteraan hidup manusia, dapat terpenuhi apabila sudah
tercipta harmonisasi antara kemerdekaan individu dengan keadilan sosial.

Marhaenisme adalah suatu azas yang menghendaki susunan masyarakat dan Negara yang
didalam segala halnya mengentaskan berjuta-juta kaum marhaen. Marhaenisme adalah cara
perjuangan yang REVOLUSIONER sesuai dengan watak kaum marhaen pada umumnya,
sekaligus sebagai cara untuk melakukan perlawanan terhadap sistem kapitalisme. Marhaenisme
memiliki aspek penting yang disebut Trisila sebagai asas GMNI, yaitu;

1. Sosio-Nasionalis
2. Sosio-Demokratis
3. Ketuhanan Yang Maha Esa

Maksud dari Sosio-Nasionalis adalah suatu nasionalis yang terdiri dari kebangsaan dan
internasionalism (perdamaian dunia) yang artinya nasionalisme Indonesia bukan ala barat yang
serang menyerang demi kepentingan pribadi dan nasionalisme yang untung rugi. Nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme yang saling menghormati antara hak-hak manusia sebagai hak
dari Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati akan keberadaan bangsa lain sebagai sesama.
Inilah yang disebut nasionalisme Indonesia yang berperikemanusiaan(my nasionalism is
humanity). Nasionalisme tumbuh dalam dalam taman sarinya Internasionalism.

Sedangkan maksud dari Sosio-Demokratis ialah suatu demokrasi yang benar-benar


digunakan untuk keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan menggunakan kekuatan diri
sendiri. Dalam pidato Bung Karno di siding BPUPKI pernah berkata “Bahwa yang dapat
mempersatukan bangsa Indonesia adalah permusyawaratan”, dari sin I bisa digaris bawahi bahwa
setidaknya demokrasi yang benar dalam bangsa Indonesia melalui pragmentasi dan pisau analisa
kader GMNI adalah demokrasi terpimpin bukan demokrasi ala barat yang praksis. Demokrasi itu
mencari mufakat dari masing-masing individu. Dari sinilah muncul konsep Trisakti Bung Karno,
yaitu;

1. Berdaulat dibidang politik


2. Berdikari dibidang ekonomi
3. Berkepribadian sesuai dengan budaya bangsa

Yang terakhir adalah Ketuhanan Yang Maha Esa ialah bahwa Indonesia berdasarkan atas
ketuhanan, yang menghormati satu sama lain. Setiap warga Indonesia berhak untuk menyembah
Tuhan-nya masing-masing dengan leluasa secara kebudayaan dan kepercayaan masing-masing
yakni dengan meniadakan egoism agama dan ketuhanan yang benar tanpa ada paksaan. Oleh
Bung Karno diposisikan pada poin terakhir karena beliau menganggap bahwa pondasi yang kuat
akan mendirikan bangunan diatasnya menjadi kuat dan kokoh. Karena disini Bung Karno
seorang Insinyur maka beliau menganggap bahwa konsep tuhan ialah yang melandasi yang
menjadi dasar manusia dalam bergerak dan berfikir.
C. Asas Marhaenisme (Asas Perjuangan)

Dalam ideology marhaenisme terdapat pula asas perjuangan yang menentukan sifat dan
watak perjuangan itu, garis-garis daripada itu bagaimana perjuangan itu. Asas perjuangan
daripada ideology marhaenisme adalah;

1. Radikal Revolusioner
Yaitu cara perjuangan untuk melakukan suatu perubahan secara mendasar dan cepat,
radikal revolusioner tidak ada hubungannya dengan kekerasan, akan tetapi cara
perjuangan yang skematik.
2. Non-Kooperatif
Yitu perjuangan dengan tidak melalui jalan kopromi dan meminta-minta dan Non-
Kooperatif ditunjukan pada sistem penindasan, dimana sistem itu menistakan
kemerdekaan individual dan keadilan sosial.
3. Machtvorming dan Machtanwending
Machtvorming adalah penhimpunan kekuatan yang dilandasi suatu kesatuan
semangat dan, cita-cita, suatu penyusunan kekuatan berdasarkan mental ideolgi, dan
merupakan sumber untuk dalam menggunakan kekuatan. Sedangkan
Machtanwending adalah suatu penggerakan suatu kekuatan revolusioner dalam
mendobrak penindasan oleh sistem. Sehingga masa aksi kita, bukanlah masa aksi
yang sembarangan, akan tetapi masa aksi kita adalah masa aksi yang berideologi.
Sehingga revolusi yang kita lakukan memiliki tujuan yang jelas. Begitupula dengan
aksi masa yang kita lakukan, karena segala tindakan revolusioner kita dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan semata-mata untuk mencapai revolusi bersama.
4. Self Help
Yaitu dalam melakukan sesuatu penyelesaian masalah dalam Negara, kita harus
mampu untuk menyelesaikan masalah itu dengan seluruh kemampuan kita.
5. Self Reliance
Yaitu dalam melakukan tindakan yang revolusioner, harus terdapat rasa percaya diri
yang kuat dalam diri bangsa Indonesia, karena hanya dengan rasa percaya diri yang
kuat dalam diri bangsa Indonesia, karena dengan rasa percaya diri yang kuat, maka
kita semua mampu bersaing dengan Negara-negara sehingga kita tidak merasa rendah
diri dengan apa yang kita capai sebagai bangsa Indonesia.
FILSAFAT PANCASILA

A. Sejarah Filsafat Dari Zaman ke Zaman

Filsafat yang sifatnya dinamis untuk semua zaman, pada saat itu sudah pernah punah
karena dihabiskan oleh invansi bangsa romawi yang melakukan sistem kenegaraan. Dan filsafat
mulai disesatkan oleh sistem monarki feodal sehingga sistem imperialism ini tumbuh dengan
pesat. Filsafat dibuat bukan untuk penyesatan, disini masyarakat dibuat untuk tunduk pada raja,
dari sini lah filsafat mulai redup.

ZAMAN SCHOLASTIK

Sesudah sistem kekaisaran romawi runtuh, filsafat mulai hidup kembali, namun warisan Yunani-
romawi tidak lenyap, disini zaman scholastic diawali ketika agama nasrani dengan Jesus lahir,
agama ini timbul di timur tengah, lalu menyebar ajaran kekaisaran romawi, dan pengaruhnya
bertambah lagi ketika agama nasrani dan puncaknya agama Kristen resmi diakui dengan Dekrit
Milan oleh Kaisar Konstantain (313).

Dari sini filsafat kembali hidup, dan semangat ini diteruskan oleh Paulus, akan tetapi filsafat ini
mulai hidup dengan metodelogi (filsafat teologi). Bukti konkrit disini ketika filsafat teologi
dijadikan patron dalam zaman scholastic adalah disetiap akademik dan standart pendidikan
pada zaman itu agama dijadikan ajaran kurikulum disetiap ranah-ranah sekolah. Patron dari
zaman scholastic adalah Thomas Aquinas (1225-1275) dengan ajaran Thomas Aquinas ini
membentuk suatu ajaran yang mengimbangi kebijaksanaan dari manusia itu sendiri dengan
norma-norma yang ada.

RUNTUHNYA ZAMAN SCHOLASTIK, dan MUNCULNYA ZAMAN DARK AGE

Disini runtuhnya zaman scholastic diakibatkan karena setiap pemikiran agama selalu dikaitkan
dengan segi-segi dan parameter agama. Bisa diambil contoh ketika ada tokoh yang membuat
alam pikiran yang dimana tidak bisa dikaitkan oleh agama. Galileo-galilei mati karena pemikiran
tentang peredaran bumi dan akibat rasa penasaran itu tadi, dua (2) pihak itu dibunuh oleh kaum
gereja karena, hasil pemikiran mereka yang secara logis dianggap tidak sama hasil dengan
pemikiran gereja. Konklusi dari parameter filsafat yang ditawarkan oleh Thomas Aquinas
disesatkan oleh pihak gereja:
1. Pembelian surat pengakuan dosa
2. Dimana kaum miskin kota yang seharusnya kehilangan pekerjaan, agar mencari
pekerjaan selanjutnya untuk kesejahteraannya sendiri, malah mencari suatu
pelarian ke gereja.
3. Adanya perselingkuhan politik antara kaum gereja dan kerajaan disini.

Konklusi dari zaman ini adalah zaman yang dimana membuat suatu permasalahan atau konflik
yang tidak mampu dijawab pihak gereja dan pihak agamis, implikasi dari zaman ini adalah
lahirnya imperialism yang sangat kuat dan kapitalisme yang bergerak secara dinamis
memanfaatkan celah dark age ini.

ZAMAN REINAISANCE

Disini mulai masuk zaman dimana dikenal dengan zaman kebangkitan yang dipatroni oleh Des
Kartes, dimana segmen pasar zaman scholastik telah gagal dalam menjawab suatu permasalahan
atau konflik, setelah runtuhnya zaman scholastik akibat perselingkuhan politik antara gereja dan
kerajaan, Des Kartes menjawabnya dengan suatu ilmu atau kajian filsafat melalui metode
empiris secara grand-desaign, dari sisni zaman reinaisance muncul dengan kobaran api sehingga
terjadi suatu pembabakan baru dari zaman teologi yang mulai tergerus arus oleh filsafat
rasionalisme dari sini yang semangat dan mengasah pola pikir Des Kartes dengan baik secara
akademik adalah Imanuel Kant (1724-1804), filsafat rasionalisme ini muncul karena mosi tidak
percaya pada filsafat teologi, metafisik ataupun lain-lain, sehingga epistemologi filsafat Kant
dapat diterima dengan lancar oleh gejala sosial yang ada, dengan gejala ini dan filsafat ini sudah
membara akan tekad apinya, dan diberikan indeks kewilayahan yang sangat pesat untuk
berkembang akhirnya timbul zaman aufklarung.

ZAMAN AUFKLARUNG

Bapak besar dan metronome aufklarung adalah G.W.F Hegel, Hegel berusaha mempersatukan
dan menjembatani filsafat metafisik dan rasionalisme Hegel mempunyai murid bernama Karl
Marx dimana grand-desaign Marx sendiri menjadi cabang filsafat baru disini, muncul
pembabakan baru filsafat post modern hasil pemikiran Marx adalah matrealisme.
Setelah kita membangun strategi filsafat secara definitif dan menemukan suatu benang merah.
Tidak dapat dipungkiri, karena dapat ditarik kesimpulan bahwa mencari kebenaran dalam
bernegara, dimana ada filsafat disitu pasti ada Negara karena Negara disini membutuhkan suatu
filsafat agar fundamentalnya kuat maka dari itu agar jas merah ini tidak terasing oleh yang
namanya apa itu Negara.

NEGARA

Era filsafat sudah berakhir dengan adanya revolusi industri, revolusi Prancis maupun revolusi
Bohlshelvik dan REVOLUSI KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA, maka mari kita telaah
secara objektif bahwa pada gejala dunia, dimana John Locke membuat suatu konsep Negara,
akhirnya era imperialism, feodalisme, kolonialisme runtuh maka dari itu muncul Negara Jerman,
Negara Prancis, Negara Uni Soviet, Negara Republik Indonesia, kita ambil contoh sederhana
bahwa John Locke berkonsep bahwa pemerintahan atau konsep Negara dari rakyat untuk rakyat
dan oleh rakyat. Namun Bung Karno tidak sependapat dan melihat sebaliknya sebagaimana
dikutip dalam BAB I dia sepakat dengan Ernest Renan (1882) “telah membuka paham bangsa
itu, bangsa menurut pujangga ini ada suatu nyawa suatu azas akal yang terjadi dari dua hal,
pertama rakyat itu dulunya harus bersaa-sama menjalin suatu riwayat, kedua rakyat itu harus
mempunyai kemauan dan keinginan hidup menjadi satu, bukannya jenis ras, bukan agama,
bukan persamaan kebutuhan, bukannya pula batas-batas negeri yang menjadikan bangsa itu.”

Dapat ditarik benang merah bahwa disini Negara dari suatu bangsa ini bersatu dikarenakan
adanya ideologi, karena ideologi adalah gagasan dan ilmu yang secara insyaf mampu
mempersatukan bangsa karena tidak dapat dipungkiri, ideologi bangsa disini sebagai
fundamental bangsa untuk bergerak melangkah maju kedalam garis revolusioner, dikembalikan
pada teori Welltenschaunn “yaitu dasar alam pikiran untuk menggerakkan sumber daya
manusia untuk berbangsa dan bernegara”, dasar pemikiran ini ditarik melalui “Filosofi
Grondsland” karena tidak dapat dipungkiri Negara tanpa filosofi diibaratkan sayur tanpa garam
bahkan bisa diibaratkan raga tanpa jiwa. Yang dibawa oleh Bung Karno ialah semangat
(Welltenschauun) yang didaungkan oleh Bung Karno pada sidang BPUPKI. Maka darisini lah
kita simak ideologi bangsa Indonesia kita, bahkan dijadikan ideologi organisasi.
B. Pengertian Filsafat

Sebelum membahas apa itu filsafat pancasila, saya akan membahas terlebih dahulu apa
itu filsafat. Melalui sejarah memahami isi, atau hakekat dari filsafat itu. Filsafat sebagai istilah
banyak dipergunakan dalam berbagai konteks, misalnya filsafat Negara, filsafat hukum, filsafat
pancasila dll. Tersusun kata-kata yang definitif karena filsafat dalam ranah apapun filsafat
adalah fundamental dari berbagai ilmu sehingga epistemologi yang diberikan dapat membuat
suatu metodelogi berfikir, logika, dan terminologi tepat dalam merangkai kata-kata mau
pergerakan yang revolusioner bukan menjadi masalah karena filsafat bersifat dinamis.

Menurut Van Peursen mengatakan, filsafat itu dapat berubah-ubah karena manusia ikut
berubah pula di dalam perkembangan sejarah hidupnya. Pengertian filsafat berpangkal dari
kodrat manusia atas dasar tingkah laku perbuatan manusia.

Seacara istilah “filsafat” yang ditinjau secara etimologis yang artinya falsafah (Arab),
philosophy (Inggris), philosopia (Yunani), phylosophia (Latin), philosophie (Jerman). Kata
philosophia merupakan kata majemuk yang tersusun dari kata philos atau philein yang berarti
kekasih, sahabat, mencintai, dan kata shopia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan,
pengetahuan.

Filsafat berarti cinta kearifan, kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata
tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat
bagi peradaban manusia.

Alasan manusia untuk berfilsafat karena adanya persoalaan yang menuntut manusia
untuk mencari jawaban, banyaknya pendapat, keyakinan, dan interpretasi. Manusia sangat
terbatas eksistensialnya (keheranan, kesangsian, kesadaran akan keterbatasan)

Pengertian Praktisnya, filsafat berarti alam berpikir atau alam pikiran, berfilsafat berarti
berfikir secara mendalam dan dengan sungguh-sungguh, dan juga berarti berfikir secara ilmiah
sampai pada hakekatnya dari sesuatu yang diperkirakan.
Pengertian secara umumnya filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang kritis dan
radikal, mendalam, sampai pada intinya, yang membahas secara menyeluruh sampai pada
“hakekatnya” untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan kenyataan. Sedangkan “hakekat”
sendiri ialah suatu hal yang adanya terlepas dari hal yang lain, adanya menurut dirinya sendiri
dan tidak terikat oleh ruang, waktu, keadaan serta sifatnya tetap tidak berubah.

C. Definisi Ilmu Filsafat

Semua ilmu pengetahuan yang membicarakan hakikat yang mengarah pada


kebijaksanaan (wisdom).

Aristoteles (384-322 S.M) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
estetika

Socrates (469-399 S.M) filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif
atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Manusia akan
menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga mucul koreksi terhadap diri secara obyektif.

Plato (472-347 S.M) dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para
filsuf adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato,
filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan
tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

Immanuel Kant (1724-1804) filsafat adalah ilmu pengetahuan mengenai pokok pangkal
dari segala pengetahuan dan perbuatan yang tercakup di dalam empat persoalan;

 Apakah yang dapat kita ketahui (jawabannya: metafisika);


 Apakah yang seharusnya kita ketahui (jawabannya: agama);
 Sampai dimanakah harapan kita (jawabannya: antropologi);
 Apakah yang dinamakan manusia (jawabnya: antropologi)
Filsafat ilmu yang menyelidiki segala sesuatu untuk memperoleh keterangan atau sebab
yang sedalam-dalamnya sampai pada hakekatnya, intinya, esensinya, hakikinya untuk
memperoleh kebenaran sesuai dengan kenyataan. Objek materia yang menjadi sorotan
filsafat ialah ada dan mungkin ada, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari
keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya. Jadi antara filsafat ilmu pengetahuan
bertemu pada objek materia (segala yang ada dan mungkin ada), namun ilmu pengetahuan
dan filsafat tetap berbeda, karena berbeda objek performanya.

D. Kegunaan dan Fungsi Filsafat

Kegunaannya membawa manusia untuk berpikir secara logis, runtut, sistematis sehingga
dapat menghasilkan penalaran yang benar. Mengarahkan manusia untuk mempunyai wawasan
yang luas, bersifat terbuka. Mengarahkan pada manusia agar tidak bersikap secara statis, tetapi
dapat memecahkan permasalahan secara terbuka. Mengarahkan manusia untuk melakukan
pengkajian, penelitian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu masalah
secara mendalam, mendasar dan kompehensif. Sebagai makhluk tuhan, manusia harus bertaqwa
kepada-Nya disamping itu juga harus ada toleransi, sifat gotong royong, sifat tolong menolong
terhadap sesama manusia. Menjadikan manusia menyadari kedudukannya baik sebagai pribadi
maupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam sekitarnya dan Tuhan YME.

Fungsi filsafat sendiri dibagi menjadi dua (2) macam, yakni;

1. Fungsi Teoritis: filsafat berfungsi sebagai dasar/sumber dari ilmu yang lain,
sebagai petunjuk berfikir ilmiah. Filsafat sebagai akumulatif, yaitu merupakan
akumulasi daripada pola-pola pemikiran yang fundamental dan hakiki sepanjang
sejarah kehidupan manusia dan kebudayaan.
2. Fungsi Praktis: filsafat berfungsi sebagai pendorong manusia untuk menjadi
pemikir yang kritis dan berfikir secara jelas dan tepat untuk menemukan tujuan
hidupnya yang menjadi pengarah atau tingkah lakunya. Filsafat juga berfungsi
sebagai pembangunan hidup kemanusiaan yang mempunyai hubungan yang
berarti dengan alam semesta tempat manusia akan bersikap bijaksana dalam
berbuat atau bertingkah laku.
E. Cara Berfikir Filsafat
1. Konsepsional (berdasarkan konsepsi, pikiran, dan cita-cita)
2. Koheren/Runtut
3. Radikal (secara mendasar/sampai kepada hal yang prinsip)
4. Rasional (logis)
5. Komprehensif (menyeluruh)
6. Realistis (bersifat nyata)
7. Mendasar dan mendalam
8. Spekulatif
9. Sistematik
10. Kritik/analitik

Konsepsional, konsepsi (rencana kerja) sebagai hasil generalisasi serta abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu, sehingga filsafat merupakan hasil
“menjadi” kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang
dipikirkan.

Koheren/runtut, perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional


yang bersifat rasional, bagan konsepsional yang bersifatrasional ialah bagian-bagiannya secara
logis berhubungan satu dengan yang lain.

Rasional (logis), perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional


yang bersifat rasional. Bagan konsepsional yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-
bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.

Komprehensif, filsafat berusaha untuk memperoleh penjelasan mengenai ilmu itu sendiri
di samping itu filsafat berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk
dirinya sendiri. Filsafat mencari kebenaran tentang segala sesuatu dan kebenaran ini harus
bersifat komprehensif, artinya tidak ada sesuatu yang di luar jangkauannya. Pemikiran
kefilsafatan tidak hanya meninjau dari sudut pandang tertentu tetapi pemikiran kefilsafatan
mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan
moral, seni dan tujuan hidup.
Realistis, pemikiran kefilsafatan berusaha untuk memahami segenap kenyataan dengan
jalan menyusun suatu pandangan dunia (weltanschauung) yang memberikan nketerangan tentang
dunia dan semua hal yang ada di dalamnya.

Mendasar dan Mendalam, pemikiran kefilsafatan itu sifatnya mendalam sampai pada
hakikatnya, intinya esensinya atau sampai pada hasil yang fundamental, sehingga dapat dijadikan
dasar berpihak bagi segenap bidang keilmuan.

Spekulatif, seabagai hasil perenungan akal budi manusia, maka filsafat merupakan suatu
perekaan atau spekulatif. Dengan perekaan atau spekulatif ini manusia ingin mengadakan
penjajagan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi secara
mendasar, mendalam dan tuntas.

Sistemik, sebagai suatu sistem filsafat mempunyai beberapa unsure yang satu dengan
yang lain dapat dibedakan dengan jelas. Namun demikian unsur-unsur itu satu dengan yang lain
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling berkaitan antara satu unsur dengan
unsure yang lain. Setiap unsur saling pengaruh mempengaruhi, saling mendukung merupakan
kebulatan, sehingga merupakan satu sistem.

Kritik atau Analitik, menurut Williem Alston, tugas pertama filsafat adalah analisa
pengertian. Filsafat cocok untuk menghasilkan kejelasan dan ketegasan sehubungan dengan
konsep-konsep dasar mana kita memikirkan dunia dan kehidupan manusia. Sebagai cirri yang
kritik dan analitik, filsafat dapat didefinisikan sebagai pencarian arti atau suatu kegiatan manusia
untuk menemukan kejelasan terhadap istilah-istilah.

F. Pengertian Filsafat Pancasila

Ketika Bung Karno menggaungkan pidatonya bak badai yang mengguncang lautan dalam
siding BPUPKI tidak dapat dipungkiri Pancasila adalah fundamental bangsa dimana terdapat
sebuah makna hakiki, tujuan, maupun cinta tahan air. Ketika Bung Karno membuat fundamental
bangsa yang kita sebut “Filosofi Grondslah” dan tidak dapat dipungkiri tanpa adanya filsafat
yang dimana filsafat adalah definitif dari Negara, dan disini Bung Karno menggali alam pikiran
dan tak dapat dinafikkan secara history matrealisme. Bung Karno sekolah pada culture barat
pada waktu itu sehingga pemikiran alam bawah Bung Karno mengarah ke barat, akan tetapi
penjelasan dari Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah hasil pemikiran dari post modern
dimana akar filsafat aufklarung disini menghasilkan pembabakan baru yaitu sebuah ideologi nah
disini Bung Karno memakai semangat Welltenschaunn dan disini kembali ketika memaknai
akar pohon filsafat, filsafat pancasila tidak mengadakan pemikiran sedalam-dalamnya, tidak
hanya bertujuan mengadakan pemikiran liar tidak hanya mencari cinta, kebujaksanaan, dan
kebenaran norma, tidak sekedar memebelikan hasrat atau nafsu yang inin diketahui manusia
sebaiknya. Tetapi digunakan hidup dan sebagai parameter pandangan hidup sehari-hari dalam
pedoman hidup sehat.

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Manajemen Organisasi dan Manajemen Konflik

DEFINISI ORGANISASI

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Selain itu,
organisasi berasal dari istilah organism yang merupakan sebuah entitas dengan bagian-bagian
yang terintegrasi dimana hubungan mereka satu sama lain saling berkaitan secara utuh. Dari sini,
muncul beberapa defenisi tentang organisasi dari beberapa tokoh ahli, salah satu diantaranya:

 Menurut Chester Irving Barnard seorang Eksekutif Bisnis Amerika (1938) dalam
bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa: “I define organization as a
system of cooperatives of two more persons” (Organisasi adalah sistem kerjasama antara
dua orang atau lebih).

 Menurut James D. Mooney (Ekonom Perancis), mengatakan bahwa: “Organization is


the form of every human association for the attainment of common purpose” (organisasi
adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama).

 Menurut W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, organisasi adalah


susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb.) sehingga merupakan kesatuan
yang teratur.

Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang
dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.

Dalam pada itu, setiap organisasi harus memiliki 3 unsur dasar, yaitu: orang-orang (sekumpulan
orang), kerjasama dan tujuan yang dicapai.

CIRI-CIRI ORGANISASI

Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci
organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,

 Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,

 Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran, tenaga,


dan lain-lain,

 Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,


 Adanya tujuan yang ingin dicapai.

TUJUAN ORGANISASI

Secara umum tujuan organisasi merupakan keadaan atau tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi di waktu yang akan datang melalui kegiatan organisasi.Untuk mencapai tujuan dalam
organisasi, pelaku (orang) dalam organisasi diharapkan untuk mendesain ataupun me-manage
organisasinya dengan matang agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, demi
berjalan baiknya sebuah organisasi perlu diperhatikan beberapa prinsip organisasi (Jati:2000),
seperti berikut:

 Perumusan tujuan yang jelas, sebab tujuan organisasi berfungsi untuk: pedoman ke arah
mana organisasi akan di bawa, landasan bagi organisasi tersebut, menentukan macam
aktifitas yang akan dilakukan, menentukan program, prosedur dan beberapa hal terkait
dengan koordinasi, integrasi, simplikasi, sinkronisasi dan mekanisme.

 Pembagian tugas dan pekerjaan (Job Discription).

 Delegasi kekuasaan yang berarti pemimpin organisasi itu dipilih secara mufakat dan
harus diikuti dengan adanya pertanggung jawaban.

 Kesatuan perintah (one of command) dan tanggung jawab.

 Prinsip Kepemimpinan. Dalam konteks kontemporal dari prinsip ini yang paling
mengemuka ke permukaan adalah prinsip kepemimpinan yang berupa prinsip kolektif-
kolegial, yaitu prinsip kebersamaan, mau mendengarkan dan menyelaraskan diri dengan
nilai-nilai dari seluruh komponen organisasi, khususnya pada kepengurusan organisasi.

 Tingkat pengawasan, dengan diadakannya sebuah monitoring terhadap kinerja pelaku


organisasi atau lebih familiar dengan sebutan oposisi.

TIPE-TIPE ORGANISASI

Organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam melihat dari karakteristik organisasi itu
sendiri, diantaranya sebagaimana berikut:

 Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan. Hal ini organisasi
dapat dibedakan menjadi :(1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu
orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. (2) bentuk
komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang,
semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.

 Berdasarkan lalu lintas kekuasaan. Bentuk organisasi ini meliputi; (1) organisasi lini
atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus
kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi, (2) bentuk lini dan staff,
dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas
sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi, (3) bentuk
fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang
dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.

 Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu ; (1) organisasi formal, adalah organisasi
yang diatur secara resmi, seperti : organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan
hukum (2) organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan
bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby, dll.

 Berdasarkan tujuan. Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu : (1) organisasi yang
tujuannya mencari keuntungan atau ‘profit oriented’ dan (2) organisasi sosial atau "non
profit oriented".

 Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ; (1) organisasi pendidikan, (2)


organisasi kesehatan, (3) organisasi pertanian, dan lain lain.

 Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu : Organisasi produksi, misalnya
organisasi produk makanan, (2) Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai
politik (3) Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja (4) Organisasi
pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain lain.

 Berdasarkan pihak yang memakai manfaat. Organisasi ini meliputi; (1) Mutual
benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh
anggotanya, seperti koperasi, (2) Service organization, yaitu organisasi yang
kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank, (3) Business Organization,
organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan,
(4) Commonwealth organization, adalah organisasi yang kemanfaatannya terutama
dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya
rumah sakit, Puskesmas, dll.

MANAJEMEN ORGANISASI

Secara umum, dunia manajemen menggunakan prinsip POAC. atau Planning, Organizing,
Actuating, dan Controlling. Prinsip manajemen ini banyak digunakan oleh organisasi dewasa ini
untuk memajukan dan mengelola organisasi mereka. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang
masing-masing point tsb :

Planning

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan
tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala
sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan,
mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.
Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat
berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam
menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana
pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi.

Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Yaitu harus SMART :

Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu
melebar dan terlalu idealis.

Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya.

Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.

Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.

Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau
tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.

Organizing

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya
tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi.
Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas
yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke departemen atau beberapa
subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya manusia
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan merupakan
aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang terkadang
diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.

Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam organisasi biasanya diwujudkan
dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap
jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job
Description).

Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
Biasanya juga semakin besar penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan
menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari
manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Actuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua
sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali
memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.

Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi
masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah
ditetapkan.

Controlling

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan
pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak
dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan
koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan
perkembangan zaman.

Definisi Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada
proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun
pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi
yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat
terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan
masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola
komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
dan penafsiran terhadap konflik.

Peran Manajemen Konflik dalam Organisasi

Dalam sebuah organisai, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling terkait dengan
pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,
penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik. Demikian pula
ketika suatu keputusan yang buruk dihasilkan, komunikasi yang tidak efektif selalu menjadi
kambing hitam.

Para manajer bergantung kepada ketrampilan berkomunikasi mereka dalam memperoleh


informasi yang diperlukan dalam proses perumusan keputusan, demikian pula untuk
mensosialisasikan hasil keputusan tersebut kepada pihak-pihak lain. Riset membuktikan bahwa
manajer menghabiskan waktu sebanyak 80 persen dari total waktu kerjanya untuk interaksi
verbal dengan orang lain.

Ketrampilan memproses informasi yang dituntut dari seorang manajer termasuk kemampuan
untuk mengirim dan menerima informasi ketika bertindak sebagai monitor, juru bicara
(Spekesperson), maupun penyusun strategi.

Sudah menjadi tuntutan alam dalam posisi dan kewajiban sebagai manajer untuk selalu
dihadapkan pada konflik. Salah satu titik pening dari tugas seorang manajer dalam melaksanakan
komunikasi yang efektif didalam organisasi bisnis yang ditanganinya adalah memastikan bahwa
arti yang dimaksud dalam instruksi yang diberikan akan sama dengan arti yang diterima olh
penerima instruksi demikian pula sebaliknya (the intended meaning of the same). Hal ini harus
menjadi tujuan seorang manejer dalam semua komunikasi yag dilakukannya.

Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada penentuan tuntuan
pekerjaan dari setiap jabatan yang dipegang dan ditangani oleh bawahannya (role expectaties)
dan konflik dapat menimbulkan ketegangan yang akan berefleksi buruk kepada sikap kerja dan
perilaku individual. Manajer yang baik akan berusaha untuk meminimasasi konsukensi negatif
ini dengan cara membuka dan mempertahankan komunikasi dua arah yang efektif kepada setiap
anggota bawahannya. Disinilah manajer dituntut untuk memenuhi sisi lain dari ketrampilan
interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk menangani dan menyelesaikan konflik.

Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka berhadapan dengan konflik. Dalam
hal ini, manajer bisa saja sebagai pihak pertama yang langsung terlibat dalam konflik tersebut,
dan bisa saja sebagai pihak pertama yang langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa pula
sebagai mediator atau pihak ketiga, yang perannya tidak lain dari menyelesaikan konflik antar
pihak lain yang mempengaruhi organisasi bisnis maupun individual yang terlibat di dalam
organisasi bisnis yang ditanganinya.

Definisi Konflik :

Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang
berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling
terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang
dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation
which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience
some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling
tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau
dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner, Konflik organisasi ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi


sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
(Wahyudi, 2006:17)

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:


1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).

Ciri-Ciri Konflik :

Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :


1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam
suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok
dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang
saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai dengan gejala-gejala perilaku yang direncanakan
untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh
keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan
fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil,
rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri,
kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-
larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan
kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan
sebagainya.

Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik :


1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak
dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya,
kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda,
perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt
conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya;
individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri
melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian
konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan
kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak
negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993,
38-41).
Sumber-Sumber Konflik :

1. Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)


A. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang
hendak dicapai (goal conflict), yaitu:
1) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif
terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama
lain.
2) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap
persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk
melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif
dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal
yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko
paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.

B. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius


Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius
dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang telah
ditetapkan dalam suatu organisasi.
Filley and House memberikan kesimpulan atas hasil penyelidikan kepustakaan mengenai konflik
peran dalam organisasi, yang dicatat melalui indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh empat
variabel pokok :
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.
2) Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam
pekerjaan.
3) Memiliki kemampuan untuk mentolelir stres.
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam
organisasi (Wijono, 1993, p.15).

Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar
pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
1. Pemecahan masalah secara sederhana. Fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan
orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
2. Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak
selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang
kedua pihak tetap tidak puas.
3. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil
sikap menjaga jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-
aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
4. Kalah/menang. Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat. Pada
tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya
akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan.
5. Pertarungan/penerbangan. Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang
terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan
diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal sehat. Orang-orang saling berselisih.
6. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.
Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal ini
tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga
tidak ada penyelesaian.
7. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada
komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa
diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.

Dampak Konflik

Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif Konflik
Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan
secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan
oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir
tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat
pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil
kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun
antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja,
tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan
produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan
aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa
mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya
melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai
dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.

2. Dampak Negatif Konflik


Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif
dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan
menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-
jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara
radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat,
pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan
kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan
yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul
perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak
dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan
darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari
atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-
mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik
yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over.
Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh
karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan
seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.

Konflik yang tidak terselesaikan dapat merusak lingkungan kerja sekaligus orang-orang di
dalamnya, oleh karena itu konflik harus mendapat perhatian. Jika tidak, maka seorang manajer
akan terjebak pada hal-hal seperti:
1. Kehilangan karyawan yang berharga dan memiliki keahlian teknis. Dapat saja mereka
mengundurkan diri. Manajer harus menugaskan mereka kembali, dan contoh yang paling buruk
adalah karena mungkin Manajer harus memecat mereka.
2. Menahan atau mengubah informasi yang diperlukan rekan-rekan sekerja yang lurus hati agar
tetap dapat mencapai prestasi.
3. Keputusan yang lebih buruk yang diambil oleh perseorangan atau tim karena mereka sibuk
memusatkan perhatian pada orangnya, bukan pada masalahnya.
4. Kemungkinan sabotase terhadap pekerjaan atau peralatan. Seringkali dimaklumi sebagai
faktor “kecelakaan” atau “lupa”. Namun, dapat membuat pengeluaran yang diakibatkan tak
terhitung banyaknya.
5. Sabotase terhadap hubungan pribadi dan reputasi anggota tim melalui gosip dan kabar burung.
Segera setelah orang tidak memusatkan perhatian pada tujuan perubahan, tetapi pada masalah
emosi dan pribadi, maka perhatian mereka akan terus terpusatkan ke sana.
6. Menurunkan moral, semangat, dan motivasi kerja. Seorang karyawan yang jengkel dan merasa
ada yang berbuat salah kepadanya tidak lama kemudian dapat meracuni seluruh anggota tim.
Bila semangat sudah berkurang, manajer akan sulit sekali mengobarkannya kembali.
7. Masalah yang berkaitan dengan stres. Ada bermacam-macam, mulai dari efisiensi yang
berkurang sampai kebiasaan membolos kerja. (Stevenin,2000 : 131-132).

Strategi Mengatasi Konflik

Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik.
Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi
kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya.
Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan
masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis.
Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan
pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya
tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

Stevenin (1993 : 139-141) juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, ada hal-hal yang
tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik, yaitu:
1. Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah dalam masyarakat
yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang bertambah maka kekuasaan pun
berkurang, demikian pula sebaiknya.
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani secara paling
baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang dengan
berkonsentrasi pada masalah-masalah penting. Masalah yang paling mendesak belum tentu
merupakan kesempatan yang terbesar.

Menurut Wijono (1993 : 42-125) strategi mengatasi konflik, yaitu:

1. Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)


Menurut Wijono (1993 : 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling
tidak tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa alternatif
6) Memilih alternatif
7) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar

2. Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)


Menurut Wijono (1993 : 66-112), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling
tidak tiga strategi yaitu:

1) Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy)


Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau
kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar sekelompok
orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai
penengah.
Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila
perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk campur tangan oleh
pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe
utama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:
a. Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang
berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian
konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
b. Mediasi (Mediation)
Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang
diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung
terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.
2) Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak
yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas
sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
b. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan
pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan dan kekaburan dalam
batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal ambiquity).
c. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk
mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya
rintangan komunikasi (communication barriers).
d. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan
kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual
traits).
e. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan sehingga
tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak, untuk menyelesaikan konflik
yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara
optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3) Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)


Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan
keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak
yang terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif
dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya
penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang.
Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara
didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal
yaitu:
a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk menyelesaikan
secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.
b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam penyelesaian melalui
konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai
kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi
salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik
3. Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.113-125), ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk
mengantisipasi terjadinya konflik organisasi diantaranya adalah:

1) Pendekatan Birokratis (Bureaucratic Approach)


Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi secara vertikal dan untuk
menghadapi konflik vertikal model ini, manajer cenderung menggunakan struktur hirarki
(hierarchical structure) dalam hubungannya secara otokritas. Konflik terjadi karena pimpinan
berupaya mengontrol segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya. Strategi
untuk pemecahan masalah konflik seperti ini biasanya dipergunakan sebagai pengganti dari
peraturan-peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi bawahannya. Pendekatan birokratis
(Bureaucratic Approach) dalam organisasi bertujuan mengantisipasi konflik vertikal (hirarkie)
didekati dengan cara menggunakan hirarki
struktural (structural hierarchical).

2) Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention in


Lateral Conflict)
Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat
konflik. Kemudian jika konflik tersebut ternyata tidak dapat diselesaikan secara konstruktif,
biasanya manajer langsung melakukan intervensi secara otoratif kedua belah pihak.

3) Pendekatan Sistem (System Approach)


Model pendekatan perundingan menekankan pada masalah-masalah kompetisi dan model
pendekatan birokrasi menekankan pada kesulitan-kesulitan dalam kontrol, maka pendekatan
sistem (system Approach) adalah mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.
Pendekatan ini menekankan pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi
pemasaran dengan produksi dalam suatu organisasi.

4) Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization)


Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat kemungkinan terjadinya
reorganisasi struktural guna meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai
kedua belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi non formal untuk mengatasi
konflik yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling ketergantungan tugas (task
interdependence) dalam mencapai kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga fungsi
organisasi menjadi kabur.
AGITASI DAN PROPAGANDA

KOMUNIKASI
Apakah komunikasi itu

 Menurut KBBI : merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang di maksud dapat di pahami

 Menurut teori - teori sosial : proses hubungan (interaksi) antara suatu dengan yang lainnya .

Sifat - sifat komunikasi

 Sifat verbal : melalui bunyi, ujaran , lisan, atau media tertulis semata.

 Sifat non verbal : melalui penggunaan lambang, atau gambar.

HAKIKAT SEBUAH KEBENARAN

“ Kebenaran yang hakiki hanya terletak dalam alam pemikiran , sebagai kebenaran tersebut
sifatnya relatif “

Faktor - faktor yang mempengaruhi pemikiran manusia :

 Kecenderungan personal (alam bawah sadar, ego)

 Pandangan kultural

 Kedudukan sosial

PROPAGANDA SECARA TERMINOLOGI


Propaganda secara terminologi berasal dari bahasa latin “ propagare “ yang artinya
mengembangkan atau memekarkan . Arti propaganda tersebut kemudian dimaknai kontekstual
sebagai rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat kelakuan masyarakat
atau sekelompok orang. (Bachtiar,2015)

Menurut James E. Combs dan Nimmo(1994:23), menjelaskan bahwa propaganda adalah

 Usaha yang disengaja dan sistematis untuk mencapai respons yang lebih jauh lagi
merupakan tujuan yang diinginkan oleh propagandais.

 Sebuah usaha untuk mempengaruhi opini dan / tingkah laku

 Semua usaha yang membujuk setiap orang untuk percaya atau untuk suatu bentuk tindakan.

 Usaha untuk mempengaruhi personalitas dan mengontrol tingkah laku individual menuju
tujuan akhir yang dianggap tidak ilmiah atau nilainya meragukan dalam masyarakat pada
waktu yang ditentukan.

TUJUAN PROPAGANDA
Laswell (1927) membahas empat tujuan utama propaganda , yaitu :

 Untuk menumbuhkan kebencian terhadap musuh

 Untuk melestarikan persahabatan sekutu

 Untuk mempertahankan persahabatan dan, jika mungkin untuk menjalin kerja sama dengan
pihak - pihak yang netral

 Untuk menghancurkan semangat musuh

 Nama tujuan di atas menurut Warner J. Severin , dkk merupakan tujuan propaganda di masa
perang

Herbert Blumer adalah hendak menciptakan keyakinan dan mendorong diadakannya suatu
operasi atas dasar keyakinan itu. Sementara dalam operasinya ia menyebutkan beberapa syarat :

 Dalam rangka menanamkan pandangan atau sikap perlu upaya untuk menarik perhatian.

 Untuk menarik perhatian haruslah diberi “ kerangka yang baik dan mengikat “

 Harus ada pengulangan secara terus - menerus

 Memberikan desakan - desakan yang kukuh


KOMPONEN PROPAGANDA
Menurut Bachtiar (2015:27) Propaganda akan terjadi jika komponen propaganda dalam
sebuah komunikasi. Adapun mengenai komponen yang terdapat pada propaganda sehingga
terbentuk sebuah komunikasi adalah sebagai berikut :

 Pihak yang menyebarkan pesan ( propagandais) bisa berupa orang atau lembaga

 Komunikan atau target penerima pesan yang di harapkan menerima pesan dan melakukan
sesuatu sesuai pola yang di tentukan oleh propagandais.

 Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya dengan
efektif

 Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.

 Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi situasi dari komunikan

 Dilakukan secara terus - menerus

 Terdapat proses penyampaian gagasan , ide / kepercayaan, atau doktrin.

PENGELOMPOKAN PROPAGANDA
1. Menurut sifat

a) White propaganda ( propaganda putih )

Propaganda putih adalah propaganda yang sifatnya jujur , benar, sportif , dalam
penyampaian isi dan sumbernya jelas . Biasanya datang dari sumber yang dikenali ,
dan ditandai oleh metode bujukan .

b) Black propaganda ( propaganda hitam )

Adalah propaganda yang sifatnya secara licik, palsu , tidak jujur , dan menuduh
sumber lain melakukan kegiatan tersebut. Dapat ditandai dengan informasi palsu untuk
menimbulkan suatu tanggapan yang tidak diinginkan.

c) Grey propaganda ( propaganda abu-abu )


Propaganda yang sumbernya kurang jelas tujuannya atau samar- samar, sehingga
menimbulkan keraguan. Rata - rata datang dari sumber yang menyatakan dirinya
netral atau ramah, dan menghadirkan informasi yang menyesatkan. Cara yang di
gunakan lebih tersembunyi / membahayakan dan terkadang tidak logis atau tidak
rasional. Tujuannya adalah sebagai upaya persuasif untuk menimbulkan efek emosi
bagi targetnya .

2. Menurut sumbernya

a) Concealed , sumbernya tertutup

Berita / pesan yang disampaikan oleh propagandais tidak disampaikan dengan jelas
atau terang - terangan . sehingga penerima pesan tidak mengetahui sumber berita
tersebut . Misal propganda yang mengisukan bahwa pasangan Jokowi - Jk di danai
pihak asing

b) Revealed , sumber terbuka

Berita / pesan yang disampaikan oleh propagandais secara terang-terangan dan


berdasarkan sumber yang terpercaya dan terdapat bukti - bukti yang jelas.

c) Delayed , sumber lambat laun terbuka- jelas

Berita / pesan yang di sampaikan oleh propagandis diberikan sumber yang


awalnya tidak jelas namun seiring berjalannya waktu terbuka dengan jelas.

3. Menurut sistem

a) Simbolic interaction

Dimaksudkan suatu propaganda yang menggunakan lambang-lambang komunikasi


yang penuh arti,yaitu : bahasa (lisan atau tertulis), gambar-gambar ,tanda-tanda,isyarat-
isyarat , dan telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi
komunikan .

Contoh : vandalisme, poster dll

b) Perbuatan nyata

Suatu kegiatan propganda yang mendorong komunikan melakukan suatu tindakan


nyata. Dengan cara ini , maka komunikan “ dipaksa untuk tunduk “ dan menerima pesan
yang disampaikan kepadanya serta melakukannya sesuai dengan keinginan
komunikator.

Contoh : pembajakan , terorime, penyekapan dsb.


TEKNIK PROPAGANDA
1. Name calling

Adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label buruk. Tujuannya adalah
agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya / memeriksanya
terlebih dahulu . salah satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propaganda
menggunakan sebutan - sebutan yang buruk pada lawan yang dituju. Contoh : jahanam ,
provokator dll

2. Glitering generalitas

Adalah propaganda yang mengasosiasikan sesuatu dengan “ kata bijak “ yang


digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya
terlebih dahulu . teknik ini digunakan menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasikan
dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Contoh : “demi keadilan dan
kebenaran “ , kami lebih peduli dsb

3. Transfer

Transfer meliputi kekuasaan , sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta di
puja dari hal lain agar membuat “sesuatu” lebih bisa diterima . teknik ini bisa
digunakan dengan memakai pengaruh seseorang atau tokoh yang paling di kagumi dan
berwibawa dalam lingkungan tertentu. Propagandis dalam hal ini mempunyai maksud
agar komunikan terpengaruh secara psikologis . contoh : “PDIP selalu menggunakan
pengaruh Ir. Soekarno atau megawati.

4. Testimonials

Berisi perkataan yang di hormati atau di benci bahwa ide atau program / produk adalah
baik atau buruk. Teknik ini menggunakan nama seseorang terkemuka yang mempunyai
otoritas dan prestise sosial tinggi di dalam meyakinkan sesuatu hal dengan jalan
menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang terkemuka tadi. Contoh :
iklan mie instan karomah memakai KH. Zainuddun MZ dengan ungkapan”
alhamdulillah , sekarang sudah karomah”. iklan ini seolah menganggap hanya
karomahlah yang didukung oleh seorang kyai.

5. Plain folk
Adalah propaganda dengan menggunakan cara identifikasi suatu ide. Teknik ini
mengidentikan yang di propagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Contoh : “
milik rakyat “ , “dari rakyat”

6. Card stacking

Meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan , ilustrasi atau kebingungan dan
masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan
terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan , program , manusia dan barang. Teknik
yangmenonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja,sehingga publik hanya melihat satu
sisi saja. Contoh : program pak Harto sebagai “bapak pembangunan”

7. Bandwagon technique

Dilakukan dengan menggembar-gemborkan sukses yang di capai oleh seseorang ,suatu


lembaga, atau organisasi.

8. Reputsable mountpiece

Dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan . teknik ini
biasanya digunakan oleh seseorang yang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus.

9. Frustation scapegoat

Salah satu cara untuk menciptakan kebencian atau menyalurkan frustasi lalu frustasi
atau kebencian tersebut di alihkan kepada kambing hitam. Misalnya , penyudutan jokowi
sebagai Gubernur DKI atas kasus Transjakarta.

10. Selection

Teknik propaganda yang di lakukan dengan sistem seleksi fakta , jadi propaganda
yang di lakukan hanya fakta-fakta yang tersedia untuk membuktikan sasaran yang
telah ditentukannya. Contoh : pernyataan yusuf kalla yang menyudutkan jokowi , namun
sebenarnya wawancara yang panjang hanya sebaian kalimat yang digunakan untuk
menyudutkan.

KIAT KIAT PROPAGANDA


1. AGITASI

 Berasal dari bahasa latin agito dan agitum yang berarti menggerakkan atau mendorong
dengan kuat secara luar biasa, menggoncangkan atau menggerakkan secara cepat,
mengganggu, mengacaukan , berdiskusi, berdebat, menimbulkan / menumbuhkan perhatian
pihak lain dengan melalui pidato, pamflet, dan sebagainya.

 Tujuan dari agitasi adalah usaha mengacaukan pikiran seseorang atau sekelompok orang
agar seide dan bergerak sesuai yang diinginkan oleh propagandis .

 Agitasi identik dengan pidato yang berapi - api.

 Agitasi menemukan bentuknya yang efektif pada komunikan yang pikirannya sedang kacau
atau membenci sesuatu yang dirasakan lama.

 Agitasi yang berlebihan kemudian akan memunculkan sugesti terhadap sebuah ide atau
gagasan.

2. RUMOR

 Cukup efektif mempengaruhi pola pikir masyarakat sehingga mereka percaya.

 Menurut Goldon Allport dan Leo Postman, rumor adalah cerita yang tidak tentu sumbernya
yang menjalar dari mulut ke mulut.

 Rumor tidak bisa berkembang baik manakala ada penyaluran berita / informasi secara
mantap ,kontinu dan teratur serta kepercayaan terhadap sesuatu terjaga dengan baik.

 Allport dan Postman menggaris bawahi bahwa rumor berkembang karena dua sifat/ciri
yaitu, karena mengandung penting(importance) dan sifat keraguan (ambiguity)

 Rumor mudah berkembang dalam keadaan komunitas yang rawan dan krisis kepercayaan .
“ Pergerakan kita janganlah hanya suatu pergerakan yang hanya ingin naik upah, janganlah
hanya ingin perbaikan-perbaikan kecil yang bisa tercapai hari ini, tetapi ia harus menuju
kepada suatu transformasi yang menjungkirbalikan sifat imperialistis kapitalis menjadi sifat
yang sama rasa - sama rata “ ( Ir . Soekarno , DBR1 halaman 281 )

“ ADVOKASI “

ADVOKASI tebagi dari :

 LITIGASI (PERADILAN)

 NON LITIGASI (DILUAR PERADILAN)

- Titik tolak Advokasi

1. Persoalan berkaitan dengan struktur , kultur dan kebijakan

2. Pemecahan harus melibatkan semua jaringan yang ada

3. Aktivitas perlu berangkat dari kebutuhan yang konkrit

4. Keberhasilan di tentukan oleh bagaimana penguatan struktur, kultur, dan kebijakan.

- Langkah - langkah merumuskan Advokasi

1. Merumuskan data (kronologi peristiwa)

a) Menyiapkan data secara akurat


b) Mengolah data sesuai dengan kepentingan

c) Mengklasifikasikan data berdasar urutan peristiwa dan korban

d) Membahaskan data dengan cara yang lebih mudah

2. Mengolah informai

a) Mencari sumber - sumber informasi baik jalur resmi maupun diluarnya

b) Melakukan seleksi informasi yang berpihak kepada korban

c) Menuliskan kembali informasi berdasar kepentingan

d) Memformat informasi dalam berbagai bentuk

3. Mempublikasikan data ke publik

 Klasifikasi data

a) Jelaskan siapa korban dan dimana posisinya

b) Apa yang lenyap dari korban , baik kerugian material maupun immaterial

c) Siapa pelaku dan bagaimana mekanisme penindasan berjalan

d) Proses sosial, kultural dan ekonomi seperti apa yang berjalan

4. Melakukan aksi

a) Rumuskan aksi dengan memperhitungkan kondisi sosial, struktural dan ekonomi


organ

b) Aksi perlu mempertimbangkan resiko politik dan hukum

c) Siapakah basis logistik yang memadai

d) Bentuk jaringan yang kuat dengan semua elemen civil society

- Aktor- aktor siapa yang perlu dijaring oleh advokasi

1. Media massa : kepentingan taktis untuk mengembangkan dan memperkuat opini

2. Parlemen : kepentingan taktis untuk memperkuat aspek legal


3. Kampus dan lembaga pendidikan : kepentingan taktis untuk sumber legitimasi kultur
dan moral

4. Gerakan civil society : jaringan untuk memperkuat gerakan

- Bagaimana memperkuat kesadaran massa

1. Pengorganisiran yang intens

2. Pendidikan kepada massa yang berpijak pada realitas

3. Publikasi massif sebagai bagian pembentukan kesadaran

4. Didik rakyat dengan perlawanan

- Prinsip dasar dalam kerja Advokasi

1. Pembagian kerja mengikuti fungsi dan tatangan

2. Keterbukaan dan transparansi antar anggota

3. Konsisten dengan jalur pendekatan

4. Tiap kesepakatan diketahui sesama dan didokumentasikan tertulis

5. Konsekuen dengan saksi antar internal organ

- Karakter masalah sosial yang ada di indonesia

1. Perebutan tata ruang yang membenturkan orang miskin dengan orang kaya

2. Dinasti politik dan ekonomi yang oligharkhis serta feodal

3. Regulasi perundang - undangan yang kian liberal dan pro capital

4. Mandulnya peran ideologis fasilitas - fasilitas demokrasi ( parlemen, partai dan


berbagai komisi)
5. Tumbuhnya kompetisi politik yang berbasis pertarungan kekuatan modal

6. Marginalisasi kelompok miskin dengan dikarantinanya sektor layanan publik


3 Kutub Ideologi Dunia

I. Pengertian Ideologi
Ideologi merupakan suatu ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan
"sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai
cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat
Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis),
atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat. Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui
proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
Macam-macam Ideologi Dunia:
1. Kapitalisme
2. Liberalisme
3. Komunisme
4. Sosialisme
5. Fasisme
6. Demokrasi
Dari berbagai macam ideologi dunia, kita akan bahas dan kite kelompokkan ideologi
dunia yang berpengaruh paling besar baik itu penganutnya maupun pengaruh di
Indonesia sendiri, maka dari itu kita akan bahas 3 kutub ideologi dunia. Yaitu
Kapitalisme, Sosialisme dan Komunisme, dan Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia.
II. Kapitalisme :
Ideology kapitalisme banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia hingga saat ini.
inti dari paham ini adalai adanya kapital atau modal yang dikuasai oleh pihak swasta dimana
negara tidak memiliki kekuasaan atas terjadinya sistem ekonomi dan hanya berperan sebagai
pengawas saja. para pengusaha ini memiliki tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang seminimal mungkin sehingga untuk mencapai
hal tersebut negara tidak boleh ikut campur dalam usaha mereka.
Tokoh yang sangat terkenal dengan ideology ini adalah Adam Smith atau yang juga
dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi. paham ini awalnya adalah sebuah cara untuk
menentang adanya paham merkantilisme dimana menurut paham merkantilisme tanah
merupakan sumber modal utama dan melupakan sumber modal lainnya. Istilah invisible hand
atau tangan tak tampak sangat terkenal dikemukakan oleh adam smith dimana menurutnya
pasar yang bekerja akan selalu diarahkan oleh tangan tak tampak sehingga tidak perlu adanya
peraturan pemerintah dan segala intervensinya.
Kapitalisme atau Kapitalis adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut,
maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi
intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan
pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang
bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem
yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok
dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan
perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna
proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal
tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai
operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.

Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan
yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai
cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan
hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme
tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad
yang lalu.

Ciri-ciri Kapitalisme :
1. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
2. Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu
3. Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.
4. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
5. Pasar berfungsi memberikan “signal” kepda produsen dan konsumen dalam
bentuk harga-harga.
6. Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The Invisible Hand”
yang mengatur perekonomian menjadi efisien.
7. Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba
8. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar
kepentingann (keuntungan) sendiri.
9. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno
(disebut hedonisme).

Kebaikan-kebaikan Kapitalisme :
1. Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-
barang.
2. Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan
segala hal yang terbaik dirinya.
3. Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang
diperlukan lebih kecil.
Kelemahan-kelemahan Kapitalisme :

1. Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan
persaingan monopolistik.
2. Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya
faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan
lain-lain).

III. Sosialisme :
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti
kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya
sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang
berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi
tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang
hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam
arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2)
komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul
kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru
sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848),
sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat
manusia.
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang
menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana
produksi kepada Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih
ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk
memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan
kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang didirikan
1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George
Bernard Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali
Mudhofir, 1988:90).
Istilah “ sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang
menganut paham sosialisme “ moderat” yang dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk
sebutan lain bagi “komunisme”. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses
perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham liberal-kapitalis
berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat) ( Frans Magnis Suseno,1975: 19-
21). Perbedaan yang paling menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-
Leninisme) adalah sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme melalui
revolusi.
Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat
menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya
Indra, 1979: 309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah
Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang
setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa
Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara bergantian dalam
pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya yang
disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia” untuk menghindari kekaburan istilah
dua sosialisme dan juga karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah
“komunisme” sebagai ganti “sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo
Adisusilo, 1991: 127).
Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis”. Istilah
“sosialis” lebih disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak
menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah
Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa
transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka
pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu
Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk
organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis
demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi politik adalah suatu
keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-
citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.

Sosialisme dan perbedaannya dengan Komunisme


Nasionalisme
Gerakan Komunisme bersifat Internasional, mereka menginginkan semua negara berada
dalam satu komando, maka dari itu dimanapun mereka berada mereka selalu memakai
logo yang sama yaitu palu dan arit (palu melambangkan buruh dan arit melambangkan
petani).

Sedangkan Sosialis sangat menjungjung nasionalisme mereka menginginkan negara yang


kuat, tanpa harus merendahkan negara lain.

Ekonomi
Kaum komunis berusaha untuk mengalihkan semua alat produksi, distribusi dan
pertukaran menjadi milik negara, karena mereka lebih menghendaki milik umum dari
pada usaha perorangan.

Sebaliknya, kaum sosialis beranggapan bahwa cabang produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara (bukan dimiliki.

Demokrasi
Komunisme sangat bertentangan dengan demokrasi, sedangkan sosialisme tidak
bertentangan dengan demokrasi.

Agama
Komunisme menganggap agama adalah candu sehingga keberadaan agama harus
dibatasi. Sosialisme tidak menganggap agama sebagai suatu ancaman, malah sebaliknya
kaum agama bisa diajak bersama untuk mencapai keadilan sosial.

IV. Pancasila sebagai ideologi bangsa


Pancasila sebagai ideologi bangsa sudah sangat sering kita dengar, terlebih saat belajar
tentang Pendidikan Kewarganegaraan, lalu apa sebenarnya makna dari kalimat tersebut?
Artinya pancasila merupakan suatu konsep yang dijadikan sebagai pegangan untuk
mencapai suatu tujuan bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai
suatu ketetapan bagi seluruh warga negara Indonesia, seperti yang telah kita tahu bahwa warga
Indonesia memiliki keanekaragamaan yang kompleks, baik dalam bidang budaya, ras, warna
kulit, dll. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan bangsa kita, Indonesia harus bersatu
membentuk kekuatan sehingga dapat rukun, damai, kuat, dan dinamis. Nah untuk
mempersatukan Indonesia, maka dijadikanlah pancasila sebagai suatu pegangan yang mengatur
pola pikir warga negara agar bisa mencapai tujuan bangsa. Tujuan Bangsa kita adalah tujuan
yang telah tertera dalam Pembukaan UUD 1945, yang diantaranya melindungi segenap warga
negara indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya
adalah menjadikan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, Pancasila menjadi dasar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, namun harus diperhatikan bahwa Agama tetaplah menjadi yang utama
dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

FUNGSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

1. Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan


Fungsi Pancasila sebagai sarana agar bangsa Indonesia tetap bersatu dan tidak terpecah belah
sangatlah penting. Seperti yang telah saya katakan diatas bahwa Indonesia memiliki
Keanekaragam suku yang sangat banyak sehingga apabila terpecah belah akan sangat beresiko
dan memberikan banyak dampak negatif. Pancasila Menjadi Ideologi persatuan dengan
membangun suatu konsep atau ide yang menjadi watak warga negaranya, sehingga memiliki
kepribadian dan rasa percaya diri yang tinggi. Pancasila sebagai Ideologi Persatuan dapat di
analogikan seperti “pancasila membangun karakter bangsa (character Building oleh pancasila)

2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila Sebagai Ideologi terbuka artinya pancasila dapat dikembangkan nilai-nilainya agar
menjadi suatu ideologi yang lebih baik seiring terjadinya kemajuan dalam kehidupan. “Terbuka”
yang dimaksud disini bukanlah mengubah pancasila, namun mengarahkan penerapan nilai – nilai
pancasila menjadi lebih mapan dan sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan
Pancasila sebagai Ideologi pembangunan artinya pancasila memiliki kemampuan untuk menjadi
ideologi agar bangsa Indonesia dapat berkembang seutuhnya. Pembangunan yang dimaksud
disini bukan hanya dari sebagi perkembangan ekonomi, perkembangan teknologi, dan
perkembangan fisik lainnya, melainkan juga terhadap perkembangan sumber daya manusianya.
Setiap Warga Negara Indonesia harus terus berkembang agar terjadi perubahan indonesia ke arah
yang lebih baik. Namun menurut pendapat saya, sedikit sulit utnuk membangun Negara yang
kita cintai pada masa sekarang, karena masih banyak sumber daya manusia yang tidak baik
diberi wewenang sebagai “penguasa”, contohnya adalah kuruptor yang dalam dunia politik.

Selain 3 Fungsi Utama diatas, berdasarkan fungsi Ideologi, Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
juga berfungsi untuk :
 Sebagai Pedoman Memajukan Bangsa
 Menjadi arahan dalam mencapai cita – cita bangsa
 Menjadi Pegangan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
SARINAH

Pengantar

Peran perempuan untuk secara bahu-membahu bersama kaum laki-laki untuk menuju
dunia baru. Dunia baru, merupakan masyarakat yang adil dan sejahtera, tidak ada eksploitasi
antar manusia, maupun antar Negara, tidak ada kemiskinan dan kapitalisme, tidak ada
perbudakan, serta tidak ada lagi perempuan yang sengsara. Suatu tatanan masyarakat yang penuh
keadilan dan kesejahteraan, dimana laki-laki dan perempuan sama-sama merdeka dan sejahtera.

Sarinah-Soekarno

“Hai Perempuan-perempuan Indonesia, jadilah Revolusioner, tiada kemenangan


revolusioner, jika tiada perempuan yang revolusioner, dan tiada perempuan yang
revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner!”.

Sarinah bukan siapa-siapa. Dia hanya wanita desa yang ikut menumpang pada pasangan
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Sarinah tidak digaji, atau dibayar. Dia
tinggal dan ikut makan di rumah keluarga itu dan membantu mengasuh Soekarno kecil. Soekarno
kecil sangat dekat dengan Sarinah. Mungkin Soekarno lebih dekat dengan Sarinah daripada
dengan Ibunya sendiri. Sarinah menemani Soekarno kecil bermain, makan, dan tidur. Soekarno
menceritakan Sarinah sebagai gadis pembantu yang membantu membesarkan Bung Karno.
Tetapi kata Bung Karno, kata pembantu rumah tangga di sini tidak sama seperti pengertian orang
di barat. Menurut Soekarno, Sarinah adalah dibu susunya dan punya jasa dalam
membesarkannya.

Sarinah adalah perempuan desa yang mengajari Soekarno mengenal cinta-kasih. Sarinah
mengajari Soekarno untuk mencintai Rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata. Ajaran-ajaran itu
bergulir setiap pagi, bersamaan Sarinah memasak di gubuk kecil yang berfungsi sebagai dapur di
dekat rumah. Soekarno selalu duduk di samping sarinah. Pada saat-saat seperti itulah Sarinah
berpidato, “Karno, Pertama engkau harus mencintai manusia pada umumnya.” Pidato itu yang
dicekokkan Sarinah setiap pagi. Pidato Sarinah itulah yang mengisi hati dan otak Soekarno,
sebelum sesuap makanan pun mengisi perutnya. Bung Karno hanya menyebutkan saat masih
kecil ia sering tidur seranjang dengan Sarinah. Namun, “ketika mulai besar, Sarinah sudah tidak
ada lagi.
Setelah kemerdekaan, Soekarno memberikan kursus pada wanita. Soekarno mengajarkan
peran wanita dalam berjuang dan berpolitik. Soekarno mengajarkan wanita bukan berarti harus
selalu ada di belakang.

Sejarah pergerakan wanita

1. Gerakan Perempuan di Indonesia


Ketika masa prakemeredekaan, gerakan perempuan Indoensia ditandai dengan
munculnya beberapa tokoh perempuan yang rata-rata berasal dari kalangan atas, seperti: Kartini,
Dewi Sartika, Cut Nya’ Dien, dan lain-lain. Mereka berjuang mereaksi kondisi di lingkungannya.
Perlu dipahami bila model gerakan Dewi Sartika dan Kartini lebih ke pendidikan dan itupun baru
ke upaya melek huruf dan mempersiapkan perempuan sebagai calon ibu yang terampil, karena
hanya sebatas itulah yang memungkinkan untuk dilakukan pada saat itu. Sementara Cut Nya’
Dienyang hidup dilingkungan yang tidak sepatriarkhi Jawa, telah menunjukan kesetaraan dalam
perjuangan fisik tanpa batasan gender. Apapun, mereka adalah peletak dasar perjuangan
perempuan kini.

Di masa kemerdekaan dan Orde Lama, gerakan perempuan terbilang cukup dinamis
dan memiliki bargaining yang cukup tinggi. Dan kondisi semacam ini mulai tumbang sejak Orde
Baru berkuasa. Bahkan mungkin perlu dipertanyakan: adakah gerakan perempuan di masa rezim
Orde Baru? Bila menggunakan definisi tradisional dimana gerakan perempuan diharuskan
berbasis massa, maka sulit dikatakan ada gerakan perempuan pada kala itu. Apalagi bila definisi
tradisional ini dikaitkan dengan batasan ala Alvarez yang memandang gerakan perempuan
sebagai sebuah gerakan social dan politik dengan anggota sebagian besar perempuan yang
memperjuangkan keadilan Gender. Dan LAvarez tidak mengikutkan organisasi perempuan milik
pemerintah atau organisasi perempuan milik parpol serta organisiasi perempuan diabawah
payung organisasi lain dalam definisinya ini.

Namun definisi baru gerakan perempuan tidak seketat ini, hingga dapat disimpulkan
di masa Orba puntelah muncul gerakan perempuan. Salah satu buktinya dalah munculnya
diskursus seputar penggunaan istilah perempuan untuk menggantikan isitilah wanita.

Gerakan perempuan di masa rezim otoriter Orba muncul sebagai hasil dari interaksi
antara faktor-faktor politik makro dan mikro. Faktor-faktor politik makro berhubungan dengan
politik gender orba dan proses demokratisasi yang semakin menguat di akhir tahun 80-an.
Sedangkan faktor politik mikro berkaitan tentang wacana perempuan yang mengkerangkakan
perspektif gerakan perempuan masa pemerintahan orba. Wacana-wacana ini termasuk
pendekatan Women in Development (WID) yebg telah mendominasi politik gender orba sejak
tahun 70-an, juga wacana feminism yang dikenal oleh kalangan terbatas (Kampus/akademis) dan
ornop.
2. Politik Gender dari Rezim Orba

Sebagaimana Negara-negara berkambang lainnya, pemerintahan orba diidentikan


dengan peraturan yang otoriter yang tersentralisasi dari militer dan tidak diikutsertakannya
partisipasi efektif partai partai politik dalam proses pembuatan keputusan. Anders Uhlin
berpendapat bahwa selain dominasi Negara atas masyarakat sipil, struktur ekonomi dan politik
global, struktur kelas, pembelahan atas dasar etnis dan agama, maka hubungan gender juga
mendukung kelanggengan kekuasaan rezim orba.

Untuk memahami politik gender ini sangat penting. Menganalisis bagaimana rezim
Orba ini berhubungan dengan hubungan-hubungan gender sejak ia berkuasa setelah peritiwa
1965. Rezim orba dibangun atas kemampuannya untuk memulihkan keteraturan. Pembunuhan
berskala besar yang meluas yang muncul digunakan untuk memperkuat kesan di masyarakat
Indonesia bahwa Orla adalah kacau balau dan tak beraturan. Rezim orba secara terus menerus
secara sistemis mempropagandakan komunis adalah amoral dan anti agama serta penyebab
kekacauan.

Seterusnya Gerwani sebagai bagian dari PKI juga menjadi alat untuk menciptakan
pondasi politik genderyang secara mendasar mendelagitimasi partisipasi perempuan dalam
kegiatan politik. Kampanye ini ternyata tidak hanya menghancurkan komunis, tetapi juga
menghancurkan gerakan perempuan. Kodrat menjadi kata kunci, Khususnya dalam
mensubordinasi perempuan. Orba mengkonstruksikan sebuah ideologi gender yang mendasarkan
diri pada ibuisme, sebuah paham yang melihat kegiatan ekonomi perempuan sebagai bagian dari
peranannya sebagai ibu dan partisipasi perempuan dalam politik sebagai tak layak. Politik gender
ini termanifestasikan dalam dokumen-dokumen Negara, seperti GBHN, UU perkawinan Ni. 1
tahun 1974 dan Panca Dharma Wanita.

Salam usaha memperkuat polutik gender tersebut, pemerintahan orba merevitalisasi


dan mengelompokknay organisasi-organisasi perempuan yang berafiliasi dengan deprtemen
pemerintahan pada tahun 1974. Organisasi-organisasi ini (Dharma Wanita, Dharma Pertiwi dan
PKK) membantu pemerintah menyebarluaskan ideology gender ala orba. Gender politik ini telah
diwarnai pendekatan WID sejak tahun 70-an. Ini dapat dilihat dari repelita kedua yang
menkankan pada “partisipasi pouler” dalam pembangunan, dan mengkonsentrasikan pada
membawa perempuan supaya lebih terlibat pad aproses pembangunan.

Dibawah rezim otorioter, implikasi politik gender ini ternyata sangat jauh dan tidak
sekedar mendomertikasi perempuan, pemisahan dan depolitisasi perempuan, tetapi juga telah
menggunakan tubuh perempuan sebagai insturmen-instrumen untuk tujuan ekonomi politik. Ini
Nampak pada program KB yang dipaksakan untuk “hanya” perempuan dengan ongkos yang
tinggi, yang khususnya dirasakn oleh perempuan kalangan bawah di pedesaan. Ringkasnya
politik gender orba telah berhasil membawa perempuan indoensia sebagai kelompok homogeny
yang apolitis dan mendukung peraturan otoritarian.

3. Gerakan perempuan Pada Masa Reformasi

Bila sistem pemerintahan yang demokratis dianggap paling kondusif bagi


pemberdayaan perempuan, maka di era reformasi ini semestinya pemberdayaan perempuan di
Indonesia semakin menemukan bentuknya. Bila ukuran telah berdayanya perempuan di
Indonesia dilihat dari segi kuantitas peran di sejumlah jabatan strategis, baik di eksekutif,
legislative maupun yudisill, justru ada penurunan disbanding masa-masa akhir rezim orba.
Namun secara kualitatif, peran perempuan itu semakin diperhitungkan di pos-pos srategis,
seperti yang tampak pada komposisi kabinet kita sekarang. Ini dapat digunakan untuk
menjustifikasi, bahwa mungkin saja kualitas perempuan di Indonesia semakin terperbaiki.

Hanya saja harus tetap diakui bahwa angka-angka peranan perempuan disektor
strategis tersebut tidak secara otomatis menggambarkan kondisi perempuan di tanah air. Bukti
nyata adalah angka kekerasan terhadap perempuan yang masih sangat tinggi. Bila pada jaman
lampau kekerasan masih berbasis pada kepatuhan dan dominasi oleh pihak yang lebih berkuasa
dalam struktur Negara dan budaya, maka kini diperlengkan dengan basis industrialisasi yang
mensuport perempuan menjadi semacam komoditas.

Sosok perempuan pejuang Indonesia

Ucapan “Hai Perempuan-perempuan Indonesia, jadilah Revolusioner, tiada


kemenangan revolusioner, jika tiada perempuan yang revolusioner, dan tiada perempuan yang
revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner!”. Merupakan suatu varian dari ajaran yang
mengatakan bahwa ; “ Tiadaaksi revolusioner, jika tiada teori revolusioner”. “ Teori tak disertai
perbuatan, tiada tujuan, perbuatan tiada pakai teori, tiada berarah tujuan”. Dari ungkapan ini
teringat kita akan doktrin yang diungkapkan oleh Kierkegaard yang mengatakan bahwa manusia
harus selalu mewujudkan angan-angan atau cita-citanya atau ada proses menjadi, dengan kata
lain jangan kita melulu membicarakan teori tanpa mempraktekannya tanpa berani
membuktikannya.

Revolusi merupakan suatu gerakan yang bertingkat yang masing-masing tingkatan


harus dilalui satu persatu, tidak bias satu tingkatan tidak dilalui atau satu tingkatan dijalankan
bersamaan dengan tingkatan yang didepannya. Masing-masing tingkatan yang hadir terlebih
dahulu merupakan dasar atau fondasi bagi tingkatan revolusi di depannya. Adapun elaborasi
tingkatan itu dijelaskan orleh Soekarno:

1. Tingkat pertama,
perempuan berusaha menyempurnakan “keperempuanannya” (Bung Karno menggunakan
tanda kutip di bukunya). Kelihatannya, “keperempuanan” di sini dapat diartikan sebagai
cara-pandang umum masyarakat—tentunya dalam masyarakat patriarchal—mengenai kodrat
perempuan, seperti memasak, menjahit, berhias, bergaul, memelihara anak, dan sebagainya.
Meskipun sudah mendirikan perkumpulan, dan anggotanya seluruhnya perempuan, tetapi
mereka belum menyinggung soal hak-hak perempuan. Mereka tidak menyinggung sedikitpun
patriarkisme dan ekses-eksesnya. Kalaupun mereka mendirikan sekolah bagi perempuan,
lagi-lagi itu tidak lebih sebagai bentuk “pembekalan” agar perempuan siap berkeluarga.
“Sekolah-sekolah mereka tak ubahnya sekolah-sekolah berumah-tangga di zaman sekarang.
Mereka mendidik wanita agar laku di kalangan pemuda bangsawan dan hartawan,” ungkap
Bung Karno. Pelopor gerakan ini, tulis Bung Karno, adalah Madame de Maintenon di
Perancis dan A. H Francke di Jerman. Gerakan ini, ungkap Bung Karno, tidak memberikan
penyadaran kepada perempuan. Gerakan ini masih tunduk pada hukum patriarchal, yang
merendahkan martabat kaum perempuan.

2. Tingkatan kedua,

pergerakan perempuan yang menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, khususnya
dalam melakukan pekerjaan dan hak pilih dalam pemilu. Gerakan ini sering diberi label
“emansipasi perempuan”. Bagi Bung Karno, kelahiran gerakan tingkat kedua ini tidak
terlepas dari perkembangan kapitalisme. Ia menjelaskan, perubahan corak produksi, dalam
hal ini dari feodalisme ke kapitalisme, turut mengubah anggapan-anggapan (cara-pandang) di
dalam masyarakat, termasuk cara pandang terhadap perempuan. Kapitalisme butuh menarik
perempuan keluar rumah agar menjadi buruh di pabrik-pabrik kapitalis. Pelopor gerakan
tingkat kedua ini adalah Mercy Otis Waren dan Abigail Smith Adams di Amerikat Serikat;
Madame Roland, Olympe de Gouges, Rose Lacombe, dan Theorigne de Mericourt di
Perancis. Sekalipun, harus diakui, diantara mereka ini punya metode berjuang yang berbeda.
Mercy Otis Waren dan Abigail Smith Adams, misalnya, ketika penyusuna konstitusi AS pada
tahun 1776, mereka menuntut agar kaum perempuan diberi pengakuan dan tempat di
dalamnya, seperti hak mendapat pendidikan dan terlibat dalam kekuasaan politik.

Di Perancis, gerakan perempuan berwatak lebih radikal. Perempuan-perempuan Perancis


mengambil bagian dalam Revolusi Perancis (1789). Madame Roland, seorang perempuan
kalangan atas, yang pemikirannya banyak mempengaruhi pemimpin politik Perancis. Ia
menuntut partisipasi perempuan yang lebih luas. Kemudian ada Olympe de Gouges,
mewakili perempuan kalangan bawah, yang tulisan dan pemikirannya secara tajam menuntut
persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Bung Karno memuji Olympe de Gouges
sebagai perempuan radikal dan militan, yang berani menentang pemerintahan
teror Robespiere. Pergerakan ini lebih banyak bertumpu pada “persamaan hak” dalam segala
hal, termasuk dalam urusan politik. Dalam ekspresi gerakannya, kata Bung Karno, lebih
banyak mempersoalkan dominasi laki-laki.
Namun, Bung Karno menganggap gerakan ini sebagai tipe gerakan perempuan borjuis.
Sebab, bagi Bung Karno, sekalipun nantinya segala ruang itu dibuka bagi perempuan,
termasuk politik, tetap saja yang menikmati hanya perempuan klas atas dan menengah.
Sedangkan perempuan kebanyakan, yakni dari kalangan rakyat jelata, tidak bisa
berpartisipasi. Bagi Bagi Karno, selama relasi produksi tidak berubah, maka perempuan
kalangan bawah tetap saja sulit berpartisipasi penuh dalam politik. Persamaan hak saja
tidaklah cukup, jikalau perempuan masih terhisap di dalam relasi produksi kapitalistik. Maka,
lahirlah gerakan perempuan tingkat ketiga:gerakan perempuan sosialis.

3. Tingkatan ketiga ini,

yakni pergerakan perempuan sosialis, di mata Bung Karno, merupakan penyempurnaan


terhadap gerakan perempuan. Di sini, gerakan perempuan tidak sebatas menuntut persamaan
hak alias penghapusan patriarkhi, tetapi hendak merombak total struktur sosial yang
menindas rakyat—laki-laki dan perempuan. Bung Karno banyak merujuk pada ahli teori
Marxis, Frederick Engels, dalam buku berjudul “Asal Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi
dan Negara”. Karena itu, Bung Karno beranggapan, penindasan perempuan tidak bisa dilepas
dari relasi produksi. “Semakin penting kedudukan perempuan dalam produksi, maka semakin
penting pula kedudukannya di dalam masyarakat,” katanya.

Bung Karno juga banyak dipengaruhi oleh Clara Zetkin dan newsletter propagandanya, Die
Gleichheit. Bung Karno memahami perlunya menyeleraskan perjuangan pembebasan
perempuan dan perjuangan untuk sosialisme. Dia berpendapat, perempuan yang bekerja,
seperti juga laki-laki yang bekerja, menderita di bawah jam kerja yang panjang dan upah
yang rendah. Karena itu, kepentingan keduanya identik, yakni menghapuskan kapitalisme
dan mendatangkan sosialisme.

Terkait partisipasi perempuan di parlemen, Bung Karno berusaha menarik perbedaan antara
feminis liberal dan gerakan perempuan sosialis: “kaum feminis dan suffragette itu
menganggap hak perwakilan itu sebagai tujuan akhir, sedangkan wanita sosialis
menganggapnya hanya sebagai salah satu alat semata dalam perjuangan menuju pergaulan
hidup baru yang berkesejahteraan sosial (sosialisme).” Dalam konteks Indonesia, Bung
Karno menganggap gerakan perempuan sebagai aspek penting bagi kemenangan revolusi
menuju sosialisme. Ia mengutip pendapat Lenin: “Jikalau tidak dengan mereka (wanita),
kemenangan tidak mungkin kita capai.”

Bung Karno mengajak kaum perempuan untuk menyadari keberadaannya, dan tidak ada yang
dapat membantu perempuan jika bukan datang dari dalam diri mereka sendiri. Kesadaran
harus muncul dari dalam diri kaum perempuan sehingga mereka sadar akan kewajiban dan
hak untuk bebas. Dan dengan munculnya kesadaran akan eksistensi perempuan dalam
pembangunan dan perjuangan maka secara bahu membahu bersama laki-laki bekerja sama
dalam emwujudkan suatu persatuan nasional guna mencapai sutau masyarakat sosialis yang
utuh.

Ucapan Bung Karno yang perlu menjadi perenungan kaum perempuan Indonesai saat ini
adalah :” Perempuan Indonesia, kewajibanmu telah terang! Sekarang ikutlah serta
mutlak dalam usaha menyelamatkan Republik, dan nanti jika Republik telah selamat,
ikutlah serta mutlak dalam usaha menyusun Negara Nasional. Jangan ketinggalan
didalam revolusi Nasional ini dari awal sampai akhirnya, dan jangan ketinggalan pula
nanti didalam usaha menyusun masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial.
Didalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkau nanti
menjadi perempuan yang bahagia, perempuan yang merdeka.”

Sarinah Dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

Dalam hal ini perempuan memiliki pengaruh besar terhadap cita-cita revolusi,
sehingga dibutuhkan perempuan yang progresif revolusioner, yang artinya perempuan yang
memiliki tekad, kecepatan serat ketepatan berfikir dalam mencari solusi atas permasalahan
berbangsa dsan bernegara.

Sehingga perempuan dan laki-laki diibaratkan sepasang sayap seekor burung. Jika
salah satu sayap tersebut patah maka burung tersebut tidak akan bisa terbang, namun jika sayap
tersebut dapat berjalan secara beriringan maka burung tersebut akan dapat terbang untuk
menggapai tujuannya. Dikembalikan pada perempuan dan laki-laki, jika dalam perannya
keduanya tidak bisa berjalan beriringan maka tujuan tidak akan tercapai, namun jika keduanya
dapat berjalan secara beriringan maka dunia baru yang telah dicita-citakanoleh kaum marhaenis
akan segera tercapai.
MANAJEMEN AKSI

Sebelum aksi berlangsung, maka dibutuhkan beberapa perencanaan agar aksi bisa mencapai apa
yang diharapkan. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan baik secara substansi maupun
secara teknis. Sehingga dibutuhkan dua Tim untuk realisasi aksi, yaitu pertama Tim yang
membahas tentang Substansi Aksi. Kedua, Tim yang membahas mengenai Teknis Aksi.

PERSIAPAN SUBSTANSI :

1. Penentuan Tema / Grand Issue.


Pilihlah tema atau isu yang sedang hangat menjadi bahan pembicaraan (up to date) atau relevan
atau sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Kemudian fokuskan, agar informasi
atau opini yang hendak dibangun tidak bias.

2. Penyusunan target.
Baik target teknis seperti pencapaian jumlah massa dan blow up media, dan target esensi seperti
isu tuntutan aksi. Begitu juga target siapa yang pihak yang hendak dituju.

3.Penyusunan Skenario.
Seperti halnya film, aksi butuh skenario, yang menjadi acuan bergeraknya aksi. Skenario ini
mencakup rute, tokoh orator, happening art, dan acara lainnya. Sebaiknya skenario disiapkan
lebih dari satu. Jika ada sesuatu hal di lapangan tak memungkinkan berjalannya sebuah skenario,
dapat diganti dengan skenario lain (plan B). MassaDalam aksi yang mengandalkan massa,
strategi penggalangan massa menjadi penting, demikian juga dengan cara mengendalikan massa
jika massa berjumlah besar.

4. Pengajuan Pemberitahuan.
Jika kita memutuskan untuk menulis pemberitahuan, maka lakukan sesuai dengan UU No.
9/1998. Begitu juga dengan pemberitahuan kepada media massa (release awal) agar kelak
mereka dapat meliput kita.

5. Format atau bentuk aksi


Terdapat banyak pilihan bentuk aksi sesuai kreatifitas, namun dalam kepentingan di lapangan,
ada tiga kategori bentuk aksi yang bisa di gunakan, yaitu :
 Kampanye massa. Untuk kampanye (propaganda), bisa dengan rally damai keliling kota,
dan tidak perlu menetapkan sasaran aksi (misalnya kantor-kantor pemerintah). Sasaran
kampanye adalah ke basis-basis massa. Tetapi untuk meraih opini publik, jangan lupa
mengontak pers. Jika massa tidak mencukupi untuk rally, mungkin cukup aksi statis dengan
orasi dan bagi-bagi selebaran. Penentuan titik aksi mesti melihat konsentrasi massa rakyat.
 Mengajukan tuntutan. Aksi kayak gini biasanya berkaitan dengan tuntutan ekonomis
(sektoral) atau politis, atau mungkin campuran. Buruh misalnya menuntut pembatalan PHK
sepihak, kenaikan upah, uang lembur dll. Petani menuntut sertifikasi tanah garapan,
menuntut kenaikan bea impor beras, pengembalian dana cengkeh, dll. Mahasiswa menuntut
SPP tidak dinaikkan, menolak pemecatan kawan mahasiswa, dll. Sasaran aksi: pabrik,
Disnaker, P4P, P4D, Depnaker, Balaikota, Gubernuran, DPR, DPRD, kepolisian, kejaksaan,
rektorat, dll.
 Bentrok. Aksi bentrok bertujuan meradikalisasi massa dan menaikkan opini ke publik. Aksi
bentrok bisa menetapkan sasaran aksi, tetapi biasanya tidak penting apakah bisa nyampe ke
sasaran atau nggak, karena biasanya tuntutan yang kelewat politis, sehingga diblokade
aparat jauh dari sasaran aksi. Yang penting adalah tuntutan kita terkover oleh media dan
menunjukkan ke masyarakat watak otoriter pemerintah (meskipun mengaku demokratis,
reformis, populis, dsb).

PERSIAPAN TEKNIS

1) Penentuan Perangkat Aksi


Perangkat aksi adalah person-person yang terlibat dalam suksesnya sebuah aksi. Mereka
diantaranya adalah :

 Koordinator Lapangan (Korlap) adalah pemegang komando ketika aksi sedang berjalan.
Peserta aksi harus mentaati setiap arahan dari korlap. Korlap memperoleh masukan
informasi dari perangkat lain yang akan digunakannya untuk mengambil keputusan-
keputusan penting. Korlap juga yang bertugas menjaga stamina massa agar tidak loyo dan
tetap konsentrasi ke aksi. Korlap bukanlah amanah instant. Ia diperoleh dari proses jangka
panjang. Korlap adalah orang paling mengerti tentang isu yang sedang diperjuangkan,
sehingga wawasan pengetahuannya dapat dikatakan lebih banyak dari yang lainnya. Korlap
dapat juga berorasi.
 Tim Orator diperlukan orator khusus selain korlap, khususnya pada aksi aliansi atau aksi
yang melibatkan tokoh. Para orator ini menyampaikan orasi berdasarkan isu yang telah
disepakati bersama. Bobot suatu orasi ditentukan oleh susunan kalimat, data up to date, dan
kualitas pernyataan sikap.
 Tim Agitator adalah pembangkit semangat massa dengan pekik teriakan disela-sela orasi
korlap dan orator. Ia juga membantu korlap untuk menjaga stamina massa dengan
memimpin lagu dan yel-yel.
 Negosiator diperlukan untuk melakukan Negosiasi dengan aparat polisi atau pihak-pihak
yang ingin dituju jika aksi di-setting untuk audiensi.
 Tim Humas adalah salah satu elemen penting aksi. Tim humas bertanggung jawab dalam
menjembatani aksi dengan para jurnalis. Mereka membuat press release. Bobot Press
Release itu dibuat berdasarkan nilai-nilai jurnalistik agar media tidak bias memuat tuntutan
atau opini yang hendak digulirkan oleh aksi.
 Tim Sweeping, tim ini bertugas menjaga keamanan peserta aksi. Mereka juga wajib untuk
mengidentifikasi para penyusup atau aparat yang hendak memprovokasi agar aksi berakhir
chaos. Tim ini memiliki bahasa tersendiri yang hanya diketahui oleh sedikit orang dari
peserta aksi. Selain itu, juga memiliki tugas membuka jalan, menahan arus lalu-lintas dan
mengecek situasi di jalur-jalur yang akan dilalui aksi.
 Tim Dokumentasi, tim ini memback-up tim humas. Tetapi inti tugasnya adalah
mendokumentasi aksi dari awal hingga akhir serta membuat kronologis aksi. Dokumentasi
ini dengan kamera, handycam ataupun notes. Data ini akan digunakan sebagai bukti otentik
jika aksi mengalami kekerasan dari aparat atau massa lain.
 Tim Medik, Tugas ini memang spesifik bagi mereka yang menguasai ilmu medis.
Umumnya adalah mahasiswa kedokteran atau mereka yang pernah terlibat dalam aktivitas
kepalang merahan atau bulan sabit merah. Tim ini memberikan pertolongan pertama kepada
peserta aski yang mengalami cidera.- LogistikDalam aksi yang disetting lama dan
melelahkan. Tim logistik bertugas untuk menyediakan sarana untuk membugarkan peserta
aksi seperti air minum, snack dan sound system. Terkadang, mereka juga membuat dan
mendesain kertas tuntutan atau karikatur.
 Tim evakuasi. Mempersiapkan jalur-jalur evakuasi jika aksi direpresi dan memastikan jalur-
jalur tersebut bersih dari intel dan aparat.
 Tim kreatif, tim ini memiliki kewenangan untuk mendesain sebuah atraksi seni atau instalasi
sesuai amanat hasil musyawarah serta berkewajiban menjaga keselamatan barang-barang
logistik supaya tidak tertinggal atau dirampas aparat.
Tugas tambahan dari Tim kreatif adalah menyiapkan Logistik berupa :

 Spanduk. Spanduk berisi tuntutan utama, ditulis ringkas dan langsung ke pokok persoalan.
Spanduk utama di depan, spanduk lainnya bisa di samping. Di bawahnya dituliskan nama
organ aksi (ukuran kecil).
 Pengeras suara. Jumlahnya minimal satu (jika massa aksi kurang dari 100 orang), untuk
massa yang besar diperlukan pengeras suara yang banyak untuk mengatur massa aksi dan
untuk orasi ke massa rakyat.
 Poster-poster. Akan lebih baik jika poster diberi gagang kayu sehingga lebih mudah
membawanya (sekaligus bisa untuk senjata jika aksi bentrok). Poster dibuat sebanyak-
banyaknya supaya banyak tuntutan bisa termuat.
 Selebaran dan pernyataan sikap. Untuk ke massa rakyat dan pers supaya disiapkan selebaran
dalam jumlah yang cukup. Di samping itu untuk pers bisa pula ada pernyataan sikap yang
khusus, isinya lebih banyak daripada selebaran (isi dibuat sederhana).
 Bendera. Bendera utama cukup satu di depan. Jika aksi gabungan, setiap organ boleh bawa
benderanya sendiri-sendiri.
 Umbul-umbul. Nama organ di spanduk biasanya kurang terbaca, untuk itu bisa memakai
umbul-umbul.
 Ikat kepala. Jika dana tidak memadai, ikat kepala bertuliskan nama organ aksi pun sudah
cukup.
 Tali rafia. Untuk aksi damai, supaya massa tidak terlalu cair bisa digunakan tali rafia. Tetapi
lebih baik memakai barikade pagar betis.
 Obat-obatan. Untuk P3K.
 Alat komunikasi. Handphone cukup vital dalam aksi jika ada kejadian darurat.
 Kamera. Untuk dokumentasi aksi.
 Alat tulis dan arloji. Untuk mencatat kronologi aksi (prioritas HUMAS).
2) Penentuan rute aksi
Rute aksi harus benar-benar diperhitungkan untuk bisa menyapu massa di luar garapan kita, atau
istilahnya titik-titik api revolusioner dan jalur-jalur insureksi.
POLITIK HUKUM DALAM PERSPEKTIF MARHAENISME
Pengertian Politik Hukum di Indonesia

Berdasarkan pengertian secara luas, menurut bellefroid, Politik Hukum merupakan


cabang ilmu hokum dimana membahas perubahan hukum yang semula merupakan ius
consititutum menjadi ius constituendum yang berarti Politik Hukum akan mencoba melakukan
revolusi hukum dimana hukum yang telah ada akan dirubah menjadi hukum yang diidam-
idamkan atau menjadi hukum yang ideal. Berdasarkan pendapat Bellefroid dapat dikatakan
bahwa cara kerja Politik Hukum dibagi menjadi 2 hal, yaitu merubah hukum dan menciptakan
hukum yang sesuai dengan tatanan sosial yang ada sehingga hukum dapat diterima oleh
masyarakat secara keseluruhan. Dalam kajiannya, Politik Hukum tidak akan lepas dari kajian
mengenai Tujuan Hukum yang dikemukakan oleh Roscoue Pund, yakni :

a. A tool of social control


Hukum sebagai alat pengendali masyarakat, disinilah fungsi represif hukum melalui
elemen sanksi sangatlah kental terasa, dikatakan sebagai upaya represif karena dalam hal
ini hukum melakukan pengkondisian masyarakat yang semula tidak teratur menjadi
teratur
b. A tool of social engineering
Hukum sebagai alat pembangunan masyarakat, dalam fungsi inilah Politik Hukum sangat
terasa, dan tujuan inilah hukum berada di depan masyarakat sehingga hukum seolah-olah
menjadi “penunjuk jalan” dari tujuan perjalanan sosial masyarakat

Dalam kajian lain mengenai Hukum Tata Negara, berdasarkan definisi dari Politik
Hukum, maka dinamika Politik Hukum sangat diperlukan, terutama bagi Negara yang baru
merdeka, seperti Indonesia. Dalam preambule UUD NRI 1945, banyak dijelaskan mengenau
tujuan terbentuknya Negara Indonesia, tujuan itulah yang dimaksud sebagai sebuah Politik
Hukum yang dapat diartikan sebagai bangsa yang telah merdeka dan berdaulat dari
Kolonialisme, Indonesia berhak menentukan nasibnya sendiri sebagai sebuah Negara termasuk
membuat hukum yang dijiwai dari jatidiri kehidupan berbangsa, bukan warisan dari colonial.
Sebagai bukti, ketika melihat dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 butir ke-2 tentang Garis Besar
Haluan Negara yang menyatakan tujuan Politik Hukum Nasional yaitu ; “Menata system hukum
nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui menghormati hukum agama dan
hukum adat serta memperbaharui perundang-undangan warisan colonial dan hukum nasional
yang diskriminatif, termasuk ketidakasilan gender dan ketidasesuaiannya dengan tuntutan
reformasi melalui program legislasi.” Dalam kutipan tersebut terdapat tujuan hukum nasional
yang sangat ideal diterapkan di Indonesia sebagai Negara yang telah merdeka dan berdaulat,
namun kenyataannya, di era reformasi ini tujuan tersebut sama sekali belum tercapai secara
mutlak sehingga dapat diibaratkan bahwa kondisi hukum pada saat ini dengan peribahasa “lepas
dari sangkar burung, masuk ke dalam mulut buaya” artinya kondisi hukum di Indonesia terlihat
dinamis walaupun kenyataannya statis.
Bung Karno dan Politik Hukum Nasional

“Suatu revolusi melemparkan hukum yang ada dan maju tanpa menghiraukan hukum itu. Jadi
sukar untuk merencanakan revolusi dengan ahli hukum kita membutuhkan getaran perasaan
kemanusiaan inilah yang saya kemukakan”

Ir. Soekarno (1901-1970)

Sebagai proklamator, Bung Karno yang berlatar belakang pendidikan sekolah teknik
haruslah menjadi patron dalam penentuan Pembentukan Hukum Indonesia, terutama dalam
pembentukan Konstitusi sebagai dasar berdirinya suatu bangsa, harusnya kita ingat bahwa
menurut Konvensi Montevideo 1933, Negara yang baru saja merdeka dapat diakui keberadannya
sebagai suatu Negara jika mempunyai : 1. Wilayah yang permanen (unsure konstitutif) 2. Rakyat
yang tetap dan tidak nomaden (unsur konstitutif) 3. Pemerintah yang berdaulat (unsur konstitutif)
4. Pengakuan dari negara lain (unsur deklaratif). Maka, sebagai pemimpin negara yang merdeka
dan berdaulat, Bung Karno sesegara mungkin melakukan pembentukan konstitusi dengan
melakukan sidang PPKI yang akhirnya secara de jure pada tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945
sebagai pedoman hukum paling utama di Indonesia disahkan. Sidang PPKI bukan awalan,
melainkan kita harus kembali mencermati pada tanggal 1 Juni 1945 ketika Bung Karno dalam
sidang BPUPKI telah memberikan gagasannya mengenai suatu philosophisce groundslag atau
dasar negara, selain Bung Karno, Soepomo dan Muh. Yamin juga memberikan gagasannya
mengenai dasar negara Indonesia.

Namun, dalam hal ini kita akan lebih membahas mengenai gagasan philosophisce
groundslag yang dikemukakan oleh Bung Karno sebagai sebuah awal pembaharuan politik
hukum nasional. Sebelum membahas mengenai Pancasila 1 Juni 1945 sebagai sumber dari
segala sumber hukum nasional, maka kita harus melihat kembali ke belakang terkait pledoi Bung
Karno yang berjudul Indonesia Menggugat. Sedikit flashback, bahwa Indonesia Menggugat
merupakan pledoi Bung Karno atas tuduhan atas tuduhan makar kepada Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda atas dirinya dan ketiga temannya yaitu Gatot Mangkupradja, Maskun, dan
Supriadinata. Mereka diadili di Landraad Bandung dengan majelis hakim yang diketuai oleh Mr.
Siegenbeek van Heukeloom. Bung Karno cs diadili atas dasar pelanggaran penyebar kebencian
terhadap penguasa yakti Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Bung Karno menyadari bahwa
pengadilan tersebut bukanlah pengadilan hukum melainkan pengadilan yang sebenarnya
terhadap sentimental tertentu terhadap pergerakan Bung Karno yang menurut penjajah
meresahkan karena dapat menyulut semangat nasionalisme bangsa Indonesia pada waktu itu..
Oleh karena itulah, Bung Karno menyusun pledoi sebagai hak untuk membela diri seorang
terdakwa dengan didampingi oleh seorang pengacara yang mau membantu Bung Karno cs secara
prodeo. Dalam pledoi yang dibacakan, Bung Karno tetap melakukan penghormatan terhadap
jalannya persidangan dengan mengatakan bahwa majelis hakim akan tetap berdiri di tengah
meskipun telah memiliki pandangan politik tertentu. Pada akhirnya, vonis 4 tahun kurungan
diterima oleh Bung Karno. Pengacaranya sempat melakukan banding namun hasilnya tetap
menguatkan putusan sebelumnya. Namun, berkat Indonesia Menggugat, ahli hukum belanda
banyak mengecam perlakuan Pemerintah Kolonial dan akhirnya Gubernur Jenderal Hindia
Belanda pada waktu itu menurunkan masa hukuman menjadi 2 tahun.

Walaupun mempunyai latar belakang bukan sebagai yuris, Bung Karno dalam Indonesia
Menggugat memiliki konsepsi hukum tersendiri yang ingin disampaikan kepada masyarakat
luas. Sebagai seorang nasionalis muda pada waktu itu, Bung Karno sangat menginginkan
penyatuan konsepsi Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme menjadi satu kesatuanm yang pada
pemerintahannya dikenal sebagai konsepsi NASAKOM. Dalam Indonesia Menguggat, Bung
Karno mempunyai 3 konsepsi mengenai hukum, yaitu :

a. Dekonstruksi Hukum Kolonial


Hukum kolonial Hindia Belanda tak ubahnya dengan hukum para penjajah lain di muka
bumi ini yang digunakan sebagai alat perampok harta kekayaan negara jajahan. Selain
itu, Hukum Kolonial berfungsi sebagai alat untuk mengekalkan kedudukan penjajah di
Indonesia. Alasan itulah yang dipakai dalam semangat Bung Karno untuk merubah
hukum tersebut untuk menciptakan masyarakat yang tidak tertindas oleh sistem dan
menciptakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dalam bidang politik,
berdikari dalam bidang ekonomu dan berkepribadian sesuai budaya bangsa. Maka, dalam
Indonesia Menggugat untuk mencapai tujuan tersebut maka jawabannya hanya satu, yaitu
MERDEKA
b. Hukum menjadi salah satu alat politik
Sama seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengadili
Bung Karno, Bung Karno sendiri mempunyai cara tersendiri untuk memperlakukan
hukum, yakni menggunakannya sebagai alat politik, seperti kutipan yang telah ditulus di
bagian atas sub bab ini. Bung Karno nampaknya tidak begitu memusingkan mengenai
tertib hukum namun untuk alat politik Bung Karno memiliki konsep hukum tersendiri,
contoh pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 digunakan untuk tetap mempertahankan
kedudukan aturan kolonial sehingga Bung Karno tidak memusingkan lagi perihal hukum
sehingga dapat memfokuskan diri untuk membangun bangsa terlebih dahulu.
c. Hukum harus memiliki sensitifitas sosial
Hukum sebagai suatu instrumen bangsa harusnya mendasarkan dirinya pada kebutuhan
masyarakat sebagai subjek hukum. Pemikiran Bung Karno ini menjadikannya sangat pilu
ketika melihat kesengsaraan yang ditimbulkan oleh Penjajahan dengan segala produk
hukumnya.

Pancasila sebagai ideologi bangsa

Sebelum kita melakukan pembahasan terkait Pancasila, maka kita sebagai seorang
Nasionalis harus tahu terlebih dahulu mengenai Marhaenisme. Kita tahu bahwa Pancasila
memiliki fungsi pokok sebagai dasar negara, selain itu Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai norma fundamental maka Pancasila dapat berfungsi sebagai
cita-cita atau ide sehingga dapat diartikan bahwa seharusnya Pancasila juga diartikan sebagai
tujuan bangsa yang harus dijadikan acuan berbangsa dan bernegara. Sebagai suatu kesatuan
maka sila-sila yang terdapat pada Pancasila tidak bisa berdiri sendiri karena merupakan suatu
kesatuan organis yang dalam penggalian falsafah kenegaraannya digali dari jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia.

Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato Bung Karno telah diusulkan lima dasar negara
yang sistematikanya berbeda dari Pancasila saat ini. Metode yang digunakan oleh Bung karno
merupakan metode dialektis yang menggunakan pemikiran historis materialisme sehingga titik
anjak Bung Karno merupakan tatanan filosofis yang pada akhirnya kelima dasar tersebut diperas
menjadi tiga dan diperas menjadi satu yang keseluruhan digali dari sejarah kejayaan Indonesia di
masa lampau.

Tujuan Hukum = Tujuan Bangsa?

Bahwa kita tahu dalam pembahasan terkait tujuan hukum terdapat beberapa pandangan
terkait hal tersebut, namun pada umumnya adalah hukum dibuat bertujuan membuat tatanan
masyarakat yang tertib yang akan melindungi kepentingan manusia. Yang digunakan dalam
penciptaan tatanan hukum yang tertib hukum bertugas membagi hak dan kweajiban, membagi
kewenangan dan memecahkan masalah yang timbul, serta menjaga dan menjamin kepastian
hukum. Terkait beberapa pendapat ahli maka akan kami berikan beberapa contoh pendapat :

1. Geny : Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan keadilan. Hakikat keadilan
pada umumnya hanya dilihat dari sudut pandang penerima perlakukan saja. Sehingga
dapat dikatakan hukum harus adil dan hukum adalah adil. Teori ini terlihat sedikit
kontradiktif karena peraturan tidak selalu adil karena pendekatan keadilan harus
digunakan metode kasuistis dan tidak dapat disamaratakan.
2. Jeremy Bentham : berdasarkan kaum utilitarian hakikat tujuan hukum adalah
memberikan manfaat dan kesenangan bagi sebanyak-banyaknya manusia, hal ini juga
tidak mungkin, karena walaupun hukum merupakan produk penguasa namun bukan
berarti hukum tersebut dipaksakan untuk ditaati yang akan menimbulkan tindakan
otoriter dari penguasa.
3. Soebekti : tujuan hukum adalah untuk mengabdi pada tujuan negara untuk menciptakan
kemakmuran dan ketertiban bagi umat manusia. Berdasarkan UUD 1945, maka tujuan
hukum negara Indonesia terdapat pada alineia ke-4 Pembukaan UUD 1945.

Dari ketiga pendapat tersebut, tujuan menurut Soebekti yang akan dibedah. Dalam hal ini
Pancasila merupakan ideologi yang lengkap dan telah mengakomodir seluruh kepentingan
bangsa dan negara termasuk masalah hukum. Sehingga entah sebagai bentuk kepastian hukum
atau keadilan atau kemanfaatan pada pokoknya tujuan negara harus diutamakan dan hukum
merupakan salah satu penopang terwujudnya tujuan negara
Analisis SWOT
Pengertian Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities


(peluang), Threats (tantangan). Analisa SWOT adalah alat yang digunakan untuk
mengidentifikasi isu-isu internal dan eksternal yang mempengaruhi kemampuan kita dalam
menghadapi suatu permasalahan. Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan
kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh
para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa
yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat
analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang
dihadapi.

4 Kompenen Analisis SWOT

a. Strenght (S)

Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi
atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah setiap
perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di bandingkan
dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam
teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang
membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.

Apa itu analisis SWOT?


b. Weaknesses (W)

Yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam
sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu
perusahaan atau organisasi.

c. Opportunity (O)

Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi atau
perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini adalah
untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun
organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.

d. Threats (T)

Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan kemunduran.
Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang
bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Manfaat analisis SWOT

Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling dasar, yang
bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang
berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan
kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi
kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan
membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan
diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis
strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam
suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus
dihadapi.
Dasar Analisis Sosial

Definisi Analisis Sosial

Ansos dapat dipahami sebagai usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial
secara objektif, upaya ini kita lakukan untuk menempatkan suatu masalah tertentu dalam konteks
realitas sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu (sejarah), konteks struktur
(ekonomi, sosial, politik, budaya, konteks nilai, dan konteks tingkat atau arah lokasi, yang dalam
prosesnya analisis sosial merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
mengenai hubunganhubungan

struktural, kultural dan historis, dari situasi sosial yang diamati.

Arti Penting dan Manfaat Ansos

Analisis sosial juga merupakan alat yang memungkinkan kita menangkap realitas sosial yang
kita gumuli. Analisis sosial membantu untuk memahami dan mengidentifikasi:

1. Manakah permasalahan kunci dalam suatu masyarakat.

2. Manakah kelompok dalam masyarakat yang mempunyai akses pada sumber-sumber daya.

3. Kaitan berbagai sistem dalam masyarakat.

4. Potensi-potensi yang ada dalam masyarakat.

5. Tindakan-tindakan yang mengubah situasi dan yang memperkuat situasi

LANGKAH-LANGKAH ANSOS

Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain :

1. Memilih dan menentukan objek analisis :

Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas
yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau
misi organisasi.

2. Pengumpulan data atau informasi penunjang :


Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi
penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi
maupun investigasi langsung di lapangan. Recek data atau informasi mutlak dilakukan untuk
menguji validitas data.

3. Identifikasi dan analisis masalah :

Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan
beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama dilakukan pada
tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah
dan menemukan saling keterkaitan antara aspek.

4. Mengembangkan persepsi :

Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah,
selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. Pada tahap
ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta
pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka tindak lanjut.

5. Menarik kesimpulan :

Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang ; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat,
pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan
ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.

You might also like