Professional Documents
Culture Documents
Artikel Leadership
Artikel Leadership
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan konteks dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kontribusi Ignasius Jonan dalam mengembangkan teori
kepemimpinan pada lingkungan PT KAI dan dampaknya terhadap kinerja
pegawai.
2. Untuk mengetahui perubahan dan evolusi teori kepemimpinan dalam PT KAI
seiring dengan perubahan kepemimpinan dari Ignasius Jonan dan apa implikasi
perubahan tersebut terhadap budaya organisasi,
3. Untuk mengetahui faktor-faktor utama yang memengaruhi perubahan teori
kepemimpinan dalam PT KAI di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan topik pembicaraan yang klasik namun tetap sangat
menarik untuk dikaji karena menentukan keberlangsungan suatu organisasi.
Kepemimpinan pada dasarnya adalah sebuah tanggung jawab. Persoalan
kepemimpinan masih menarik untuk dikaji karena tidak ada habisnya dibahas
sepanjang peradaban manusia. Kepemimpinan terkadang hanya dipahami sebagai
kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang lain. Padahal, kepemimpinan
mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan kekuasaan, karena kepemimpinan
merupakan upaya untuk mempengaruhi orang-orang agar tidak hanya melakukan
kehendak atasannya saja, namun juga mencapai tujuan organisasi secara bersama-
sama.
DuBrin (2005:3) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah usaha untuk
mempengaruhi sejumlah besar individu melalui komunikasi dengan tujuan mencapai
suatu target. Ini melibatkan pengaruh melalui petunjuk atau perintah, tindakan yang
memicu respons dan perubahan positif. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis yang
esensial dalam memotivasi dan mengoordinasikan organisasi untuk mencapai tujuan,
serta memiliki kemampuan untuk membangun kepercayaan dan dukungan di antara
anggota bawahannya demi mencapai tujuan organisasi.
Siagian (2002:62) menganggap kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain di bawah kepemimpinannya sedemikian rupa
sehingga membuat mereka ingin melakukan apa yang diinginkan pemimpinnya,
meskipun hal itu mungkin bukan yang diinginkannya dan secara pribadi disukainya.
Nimran (2004:64) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi tingkah laku orang lain agar berperilaku sesuai dengan yang
diinginkan.
Robbins (1996:39) menyatakan bahwa kepemimpinan merujuk pada
kemampuan untuk memengaruhi sekelompok individu guna mencapai tujuan tertentu.
Menurut Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan memiliki makna
memengaruhi orang lain untuk meningkatkan usaha mereka, mengarahkan tenaga
mereka dalam tugas, atau mengubah perilaku mereka.
Berdasarkan definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli diatas,
maka dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain, baik melalui komunikasi, instruksi, tindakan,
maupun contoh perilaku, guna mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan melibatkan
pengaruh positif yang mengarah pada perubahan perilaku individu atau organisasi
dengan memotivasi, mengoordinasikan, membangun kepercayaan, dan mendapatkan
dukungan mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Locke dan Kirkpatrick (1991) menyajikan pandangan berbeda tentang apa
artinya menjadi seorang pemimpin. Mereka membaginya menjadi tiga komponen
dasar sebagai berikut:
1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasional, artinya kepemimpinan
hanya dapat ada dalam hubungannya dengan orang lain. Tanpa pengikut atau
bawahan, konsep pemimpin tidak akan berlaku. Locke menyarankan bahwa
pemimpin yang efektif harus mampu menginspirasi dan membangun
hubungan dengan pengikutnya.
2. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya kepemimpinan lebih dari
sekedar memegang suatu jabatan atau wewenang. Memiliki gelar saja tidak
cukup untuk menjadikan seseorang menjadi pemimpin; Pemimpin harus
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tindakan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah tentang menginspirasi orang lain untuk mengambil
tindakan. Artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi
bawahannya dengan berbagai cara, antara lain menggunakan wewenang yang
sah, memberikan contoh yang baik, menetapkan tujuan, memberikan insentif
dan hukuman, dan lain-lain, merestrukturisasi organisasi, dan
mengkomunikasikan visi yang jelas.
Dengan demikian, Locke dan Kirkpatrick menggambarkan kepemimpinan
sebagai suatu hubungan, proses, dan upaya untuk menginspirasi orang lain untuk
mengambil tindakan, termasuk berbagai strategi dan pendekatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
B. Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat
Teori sifat, juga dikenal sebagai teori genetik, meyakini bahwa pemimpin lahir
dengan sifat-sifat kepemimpinan mereka, bukan hasil dari pengembangan. Menurut
teori ini, kemampuan seorang pemimpin dapat diidentifikasi dan dinilai berdasarkan
sifat-sifat bawaan yang diwarisi sejak lahir. Teori ini berpendapat bahwa
kepemimpinan dapat diidentifikasi melalui karakteristik tertentu seperti fisik,
pengalaman sosial, dan tingkat kecerdasan yang menjadi bagian esensial dari
kepemimpinan yang efektif, dan sifat-sifat ini merupakan kualitas alami individu.
Dalam kerangka teori kepemimpinan ini, asumsi mendasar yang dipegang adalah
bahwa kepemimpinan membutuhkan sejumlah sifat, karakteristik, atau perilaku
tertentu yang akan menjamin keberhasilan dalam berbagai situasi. Keberhasilan
seorang pemimpin diyakini bergantung pada karakter dan kepribadian alami yang
dimilikinya.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku bertujuan untuk menjelaskan tindakan yang diambil oleh
pemimpin yang berhasil, termasuk cara mereka menugaskan tugas, berkomunikasi,
dan memotivasi bawahan. Menurut teori ini, menjadi pemimpin yang efektif adalah
sesuatu yang bisa dipelajari dan dikembangkan oleh siapa saja, tanpa tergantung pada
sifat-sifat yang sudah dimiliki sejak lahir. Dengan kata lain, seseorang tidak harus
memiliki sifat-sifat tertentu sejak lahir untuk menjadi pemimpin; sebaliknya,
kepemimpinan dapat dipelajari melalui pengamatan tindakan pemimpin yang berhasil
atau melalui pengalaman pribadi. Teori ini menekankan bahwa kepemimpinan harus
dilihat sebagai sebuah hubungan antara individu-individu, bukan sekadar sebagai
karakteristik atau ciri-ciri dari satu individu tertentu. Oleh karena itu, keberhasilan
seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berhubungan dan
berinteraksi dengan semua anggota timnya.
3. Teori Lingkungan
Teori Lingkungan menyatakan bahwa kemunculan pemimpin dipengaruhi
oleh faktor waktu, tempat, dan kondisi tertentu. Dalam perspektif teori ini,
kepemimpinan dianggap sebagai suatu pendekatan situasional yang berusaha untuk
memberikan panduan normatif. Teori ini secara keseluruhan menjelaskan bahwa
kesuksesan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya sangat terkait dengan
situasi dan gaya kepemimpinan yang diterapkan. Dalam konteks ini, situasi yang
berbeda memerlukan pendekatan kepemimpinan yang berbeda pula. Dalam
pandangan teori Lingkungan, seorang pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya
kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan situasi dan perkembangan zaman. Oleh
karena itu, perubahan dalam situasi dan kondisi menuntut pemimpin untuk
menyesuaikan gaya dan model kepemimpinannya. Jika seorang pemimpin tidak
mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman, maka kepemimpinannya tidak akan
mencapai potensi maksimal. Selain itu, teori lingkungan juga menekankan bahwa
perilaku dalam berbagai gaya kepemimpinan dapat dipelajari melalui proses
pembelajaran dan pengalaman pemimpin tersebut. Ini berarti bahwa seorang
pemimpin dapat memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran untuk menghadapi
berbagai situasi yang berbeda dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan konteks yang dihadapi.
4. Teori Implisit
Teori kepemimpinan implisit merujuk pada keyakinan dan asumsi mengenai
karakteristik seorang pemimpin yang efektif. Biasanya, teori ini mencakup pandangan
stereotip dan prototip tentang ciri-ciri, keterampilan, atau perilaku yang relevan untuk
mengidentifikasi pemimpin yang berbeda, seperti manajer, politikus, atau perwira
militer. Konsep ini berkembang dan terus disempurnakan seiring berjalannya waktu
melalui pengalaman riil dengan pemimpin-pemimpin, paparan terhadap literatur
tentang kepemimpinan yang efektif, serta pengaruh sosial budaya dan lingkungan
lainnya.
6. Teori Transformasional
Teori Transformasional berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa
beberapa pemimpin, yang dikenal sebagai pemimpin transformasi, mampu memberi
inspirasi kepada anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dari yang
direncanakan oleh organisasi. Mereka juga cenderung menjadi pemimpin visioner
yang menggerakkan anggota organisasi menuju visi yang mereka miliki. Pemimpin
transformasional mengandalkan kharisma dan kewibawaan dalam pelaksanaan
kepemimpinannya.
7. Teori Neokharismatik
Teori kepemimpinan ini menekankan pada simbolisme, daya tarik emosional,
dan tingkat komitmen yang luar biasa dari pengikut terhadap pemimpin mereka.
1. Trait Theory
Trait theory muncul pada awal-awal dilakukannya kajian atas pemimpin dan
kepemimpinan. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa memahami sifat
atau karakter pemimpin dan kepemimpinan sangat penting untuk menentukan
potensi kepemimpinan yang efektif dalam organisasi. Para pemimpin selalu
menghadapi lingkungan bisnis yang sangat dinamis, dan perubahan merupakan
sesuatu yang bersifat konstan. Untuk dapat menangani perubahan secara efektif,
pengikut harus dapat memahami visi pemimpin dan bersedia menjaga komitmen
untuk mencapai visi tersebut sesuai arahan pemimpin.
2. Style Theory
Style theory memberikan beberapa kontribusi penting untuk teori
kepemimpinan. Pertama, banyak pemimpin masih menggunakan gaya “authority-
compliance” yang menekankan tugas dan persyaratan kerja dibandingkan
penekanan pada manusia. Dalam jangka panjang, gaya kepemimpinan ini
menyebabkan rendahnya semangat kerja dan menurunnya efisiensi. Kedua, “gaya
manajemen country club“, tidak menekankan kepada proses produksi, tetapi lebih
mementingkan hubungan kerja yang bersifat manusiawi (inner relationship). Gaya
kepemimpinan country club menghasilkan semangat kerja yang tinggi, tetapi tetap
menghasilkan tingkat efisiensi produksi rendah.
3. Impoverished Management
Impoverished Management suatu gaya kepemimpinan yang menggunakan
usaha yang sangat minim untuk mencapai tujuan atau mempertahankan tingkat
kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan ini sangat lemah dan menghasilkan semangat
biasa-biasa saja, kinerja yang buruk dan standar etika yang tidak bagus.
4. Team management
Gaya ini melibatkan orang yang bekerja bersama-sama melalui visi bersama
dan juga adanya hubungan saling percaya dan menghormati antara pemimpin dan
pengikutnya. Diyakini bahwa gaya kepemimpinan “team management” dapat
meningkatkan kepuasan kerja, moral kerja, sekaligus mempertinggi efisiensi
produksi.
5. Middle of the Road Management
Gaya ini memadukan penekanan pada keseimbangan antara kinerja organisasi
dengan kepuasan kerja. Mengingat adanya keseimbangan antara kinerja organisasi
dengan kepuasan kerja, pendekatan ini idealnya adalah pendekatan yang efektif.
Di dalam kenyataan, fakta yang terjadi tidak demikian. pendekatan ini malahan
tidak efektif, dan malahan mengarah ke kinerja dan kepuasan kerja yang normal,
tidak istimewa.
BAB III
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang di sajikan dapat disimpulkan bahwa,
kontribusi Ignasius Jonan dalam PT. KAI mencakup penerapan kepemimpinan
transformasional yang kuat dalam mengubah paradikma Perusahaan, meningkatkan
efisiensi operasional, memperluas jaingan layanan, dan mengimplementasikan inovasi
teknologi di sektor transportasi kereta api. Dengan gaya kepemimpinan
transformasional serta kekuasaan yang sah yang dimilikinya, Ignasius Jonan memulai
perjalanan untuk merumuskan visi dan strategi perubahan yang mendalam. Ini terlihat
dalam penangan permasalahan remunerasi yang rendah oleh Jonan, dimana Jonan
menaikan remunerasi berdasarkan aspirasi yang diterimanya, sesuai dengan
pernyataan dari direktur logistik dan PT. semua elemen ini dampak yang signifikan
pada kinerja pegawai.