You are on page 1of 15

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI KOGNITIF : TEBAK GAMBAR


DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN

KELOMPOK 2

AGESTY DWIRIANY PUTRI 2241312026


NADIYA AYU NOPIHARTATI 2241312038
OKTAGHINA JENNISYA 2241312070
PUTRI MULYANI 2241312081
SUCIKA APRELIZA 2241312011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
A. Latar Belakang
Proses menua lanjut usia (lansia) mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yaitu
sosial, ekonomi dan terutama kesehatan karena semakin bertambah usia seseorang
maka fungsi organ tubuh juga semakin menurun. Menua yaitu dimana suatu keadaan
yang akan terjadi dikehidupan manusia (Dewi, 2014). Penuaan merupakan suatu
proses menghilangnya kemampuan jaringan yang ada didalam tubuh secara perlahan-
lahan sehingga jaringan kesulitan dalam memperbaiki dan mempertahankan fungsi
normalnya. Oleh karena itu dengan terjadinya penuaan maka akan terjadi kemunduran
fungsi tubuh, kemunduran tersebut dapat menganggu aktivitas sehari-hari (Eliopaulos,
2017).
Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2018, di kawasan Asia
Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 132 juta jiwa. Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penduduk usia lanjut yang tinggi di dunia. Menurut BPS,
(Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas Kor)) tahun 2017, distribusi penduduk
lansia Indonesia 2017 terdapat 8,97 % (23,4 juta) lansia di Indonesia. Lansia berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 8,48% lebih banyak jumlah lansia berjenis kelamin
perempuan sebanyak 9,47%. Berdasarkan badan pusat statistik (2018), persentase
penduduk lansia Indonesia meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2018, persentase
lansia 2 mencapai 9,27 persen atau sekitar 24,49 juta orang. Adapun persentase lansia
di Indonesia di dominasi oleh lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun) yang
persentasenya mencapai 63,39 persen, sisanya adalah lansia (kelompok umur 70-79
tahun) sebesar 27,92 persen dan lansia tua (kelompok umur 80 keatas) sebesar 8,69
persen (BPS, 2018). Bertambahnya angka usia harapan hidup pada lansia memberikan
perhatian khusus didunia.
Di Indonesia sendiri menyatakan kepedulian terhadap kesejahteraan lansia untuk
melangsungkan kehidupannya mendatang. Hal ini diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2016, dimana pemerintah memiliki
kewajiban terhadap lansia untuk memberikan fasilitas pelayanan kesehatan, jaminan
kesehatan, memfasilitasi pengembangan produktifitas dan kreatifitas kelompok lansia.
Hal ini bertujuan untuk menjaga agar para lansia tetap sehat, mandiri, lebih produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam hal ini pemerintah mengatur pelayanan kepada
lansia agar dalam pelaksanaan mencapai tujuan berjalan secara optimal. Diantaranya,
pelayanan lansia dirumah ataupun dirumah sakit serta pelayanan lansia di pusat
kesmas seperti posyandu lansia diadakan oleh puskesmas setempat. Pelayanan lansia
dipusat kesehatan masyarakat sudah diatur dalam Peraturan Kementrian Kesehatan
Nomor 67 Tahun 2016 terdapat program kerja pemerintah kepada lansia yang sudah
dilakukan puskesmas yaitu posyandu lansia, pelayanan lansia dirumah (home care)
serta pelayanan dipanti jompo 3 khusus lansia. Lansia diberikan perhatian khusus
dalam penanganan masalahmasalah yang sering terjadi pada lansia. Bertambahnya
usia, besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual,
ekonomi dan sosial. Masalah yang sangat mendasar terhadap lansia adalah masalah
kesehatan yang merupakan akibat proses degeneratif. Proses degenerasi pada lansia,
salah satunya akan menyebabkan penurunan daya ingat pada lansia (Chasanah, 2017).
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara
kemampuan yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah daya ingat.
Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia adalah terapi kognitif.
Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan waktu saat
itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah
menunjukkan keefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas,
schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood. Dalam
prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja dan setting
lainnya. Kognitif memiliki pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati
yang telah mengakibatkan individu memperoleh pengertian. Kognitif menurut Piaget,
perkembangan kognitif tidak hanya dari hasil kematangan organisme, atau dari
pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi diantara keduanya. Pengertian
pendengaran adalah salah satu sarana penting dalam diri manusia. Kehilangan
pendengaran merupakan ancaman terhadap komunikasi dan kehidupan pribadi dan
sosial.
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Wisma Antokan, Wisma
Tandikek dan Wisma Anai PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dengan jumlah lansia
sebanyak 26 orang didapatkan sebagian besar lansia mempunyai masalah dengan
penurunan sensorik, motorik dan kognitif seperti pendengaran berkurang, ketajaman
penglihatan berkurang, adanya kelemahan otot dan penurunan daya ingat. Dengan
permainan tebak dengan menebak nama hewan atau buah ini akan membantu untuk
mengasah kognitif daya sensorik dan motorik lansia untuk mengingat,
menggambarkan dan menyebutkan apa yang mereka ingat. Berdasarkan latar belakang
diatas, mahasiswa tertarik untuk mengambil dan melakukan terapi TAK tebak gambar
pada lanjut usia (lansia) dengan masalah keperawatan gangguan daya ingat di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2023.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan lansia dapat melatih sensorik, motorik dan kognitifnya dengan
terapi kognitif berupa estafet bola.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif lansia mampu:
a. Mengingat bentuk dan mendeskripsikan objek yang telah ditunjukkan
b. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang
diberikan.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Terapi kognitif : Tebak gambar
2. Sasaran
Lansia di wisma antokan, wisma tandikek dan wisma anai pstw sabai nan aluih
sicincin

3. Metode
Ceramah dan TAK
4. Media & alat
Kertas warna, speaker, bola
5. Waktu dan tempat
Hari / tanggal : Kamis / 16 februari 2023
Waktu : 10.00 – 11.00
Tempat : Wisma Tandikek
Setting Tempat

A B

Keterangan
: Pembimbing Klinik

: Pembimbing Akademik

: Leader

: Co Leader

: Kelompok

: Fasilitator

: Observer
C. Pengorganisasian Kelompok
6. Leader : Oktaghina Jennisya, S.kep
7. Co leader : Agesty Dwiriani Putri, S.Kep
8. Observer : Putri Mulyani, S.Kep
9. Fasilitator : Nadiya Ayu Nophihartati, S.Kep
D. Tugas Pelaksana
1. Leader
 Memimpin jalannya TAK
 Menjelaskan peraturan TAK
 Menjelaskan tata cara pelaksanaan TAK

2. Co Leader

 Membantu leader dan mengingatkan leader


3. Fasilitator
 Memberi motivasi peserta / audiens agar ikut aktif berpartisipasi
4. Observer
 Mengamati jalannya acara dari awal sampai akhir
 Menyimpulkan dan melaporkan hasil evaluasi TAK
E. Proses Kegiatan
No Tahap/ Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta
1 5 Menit Pembukaan oleh Leader : - Menjawab salam
. - Mengucapkan salam - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan diri, memperhatikan
anggota kelompok, dan - Menjawab evaluasi
pembimbing - Mendengarkan dan
- Evaluasi validasi meperhatikan
- Memberikan - Mendengarkan dan
reinforcement (+) memperhatikan
- Mendengarkan dan
- Menjelaskan tujuan menyepakati
kegiatan terapi kognitif : - Mendengarkan dan
Tebak Gambar menyepakati
- Menjelaskan kontrak
waktu
- Menjelaskan peraturan-
peraturan kegiatan dalam
kelompok antara lain :
jika klien ingin ke kamar
mandi atau toilet harus
minta ijin kepada leader,
bila ingin menjawab
pertanyaan klien diminta
untuk mengacungkan
tangan dan diharapkan
klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir

2 20 menit Pelaksanaan permainan oleh


. Leader:
- Mendengarkan dan
- Menjelaskan cara TAK
memperhatian
- Mendemonstrasikan cara
- Mendengarkan dan
TAK
memperhatian
- Mengatur posisi lansia - Lansia dapat
menjadi sebuah lingkaran mengatur posisi
- Lansia dapat
- Kemudian musik di putar
mengover bola ke
dan bola di over ke setiap
setiap lansia yang
lansia
ada di sampingnya
- Ketika musik berhenti,
- Lansia dapat menebak
maka lansia yang
gambar dengan benar
memegang bola tersebut
harus menebak sebuah
gambar yang di tunjukan
oleh mahasiswa yang
memegang gambar
- Memberi reinforcement
- Memberi tepuk
kepada lansia yang bisa
tangan
menyebutkan gambar
dengan benar

3 5 menit Penutup : - Memperhatikan


- Melakukan evaluasi
- Mendengarkan dan
validasi
memperhatikan
- Menyimpulkan materi
- Menjawab salam
dan menutup
- Memberikan salam

F. Kriteria Evaluasi TAK


a. Evaluasi struktur
1) Diharapkan Kelompok dan lansia duduk sesuai dengan posisi
2) Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan

3) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan


b. Evaluasi proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2) Leader menjelaskan aturan jalannya kegiatan dengan jelas
3) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien
4) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannnya kegiatan
5) Audiens dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
c. Evaluasi hasil
Setiap lansia dapat menebak 10 gambar dengan benar, dan di harapkan kognitif
lansia menjadi meningkat
Lampiran
Konsep Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

A. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif. PSTW Sabai Nan Aluih
merupakan salah satu Panti Sosial Tresna Werdha yang terdapat di Sumatera Barat,
dimana lansia yang berada di Pantai Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih pada
umumnya adalah menderita penyakit pada sistem pernafasan, kardiovaskuler,
perkemihan, pencernaan, endokrin, musculoskeletal, integument dan termasuk juga
penurunan fungsi fisiologis. Di PSTW Sabai Nan Aluih terdapat beberapa orang lansia
dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, namun masih ada
lansia yang dapat melakukan aktivitanya secara mandiri. Dalam kesehariannya, lansia
menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan di PSTW
Sabai Nan Aluih namun ada beberapa lansia yang tidak mau ataupun tidak mampu
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh,
baik itu kognitif, persepsi, sensori dan motorik. Kondisi gangguan kognitif pada lanjut
usia seperti mudah lupa, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada
kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam berinteraksi antar
lansia, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam
pemeliharaan diri semua itu terjadi sebagai proses penuaan.

Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan


yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah daya ingat. Salah satu
terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia adalah terapi kognitif. Terapi
kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan waktu saat itu.
Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah
menunjukkan keefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas,
schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood. Dalam
prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja dan setting
lainnya.

B. Manfaat TAK
Menurut Isenberg dan Jalongo (1997) dalam Yuniarti (2015) bahwa TAK dapat
memberikan manfaat aspek bagi kognitif, aspek fisik, dan aspek sosioemosi.
1. Manfaat bagi aspek kognitif
Dengan TAK lansia mampu belajar dan mengembangkan daya pikirnya. Selain
TAK sebagai sarana rekreasi, TAK juga harus memiliki nilai edukasi. Sehingga
lansia memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuannya.
2. Manfaat bagi aspek fisik
TAK memberikan kesempatan pada lansia untuk melakukan kegiatan yang
melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh lansia sehat dan otot-otot
tubuh menjadi kuat. Perkembangan fisik inilah berpengaruh pada
perkembangan motorik halus dan motorik kasar yang mana dalam TAK
dibutuhkan gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, mata). Selain itu
berpengaruh juga pada perkembangan alat indera (penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, dan perabaan) yang memberikan manfaat bahwa dengan
TAK lansia akan lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal disekitarnya.
3. Manfaat bagi aspek sosioemosi
Dalam TAK ada keterlibatan emosi dan kepribadian. Melalui TAK lansia dapat
melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Lansia dapat menyalurkan
perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang membuat lansia lega dan
relaks. Dengan TAK lansia diajarkan untuk mempunyai rasa percaya diri,
bersikap suportif terhadap sesama, dan melatih kemampuan untuk bisa
membangun hubungan yang kompetitif.

C. Tujuan dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptifkekuatan kelompok ada pada
kontribusi setiap anggotanya. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman
dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok
merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.

D. Komponen Dalam Aktivitas Kelompok


Menurut Keliat dan Akemat (2005) dalam pelaksanaan tarapi aktivitas kelompok ada
delapan komponen yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Struktur kelompok
Sruktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan,
dan otoritas dalam kelompok. Stuktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu
pengaturan pada perilaku dan interaksi. Stuktur dalam kelompok diatur dengan
adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipadu oleh pemimpin, sedangkan
keputusan diambil secara bersama.
2. Besar kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Struart dan Laria
(2001) adalah 7-10 orang, menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan
menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika anggota
kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak
cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi dikutip dari Kelliat dan Akemat,
2005.
E. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam memengaruhi
berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang
bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar, dan siapa yang
membuat keputusan dalam kelompok.
F. Tahap-tahap Dalam Terapi Kelompok
Menurut (Yosep, 2007) ada tiga tahap yaitu:
1. Tahap 1 :
Tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja dengan para anggota
kelompok. Tujuannya ialah agar para anggota saling mengenal, mengetahui tujuan
serta membiasakan diri untuk melakukan diskusi kelompok.

2. Tahap 2 :
Terutama tercapainya tranference dan perkembangan identitas kelompok.
Tranferece ialah suatu perilaku atau keinginan seorang pasien (misalnya si A) yang
seharusnya ditujukan kepada seseorang lain (misalnya si B) tetapi dialihkan kepada
orang lain lagi (si C, misalnya therapist) contoh: perilaku seorang lansia seharusnya
ditujukan kepada orang tuanya tetapi didalam kenyataanya dialihkan kepada therapist.
Perkembangan identitas kelompok ialah tercapainya suatu “sense of belonging” atau
rasa menyatu dan berdasarkan kesatuan itu mereka merasa mempunyai kesamaan
dalam problem atau kesamaan dalam konflik ini makin memberikan ikatan di antara
kelompok.
3. Tahap 3 :
Disebut tahap mutualisis (saling menganalisa), yaitu setiap orang akan
mendapatkan informasi atau reaksi atas apa yang sudah dikemukakan. Dengan
mendapat reaksi yang macam-macam, maka kelompok juga dapat mengambil
kesimpulan reaksi mana yang benar. Dengan demikian setiap orang akan mendapat
koreksi atau kesan kelompok secara umum atau tingkah lakunya.

G. Jenis Terapi Kelompok


Beberapa ahli membedakan kegiatan kegiatan kelompok sebagai tindakan
keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok.
1. Stuart dan Laraia (2001) menguraikan kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan
perawat sebagai tindakan keperawatan bagi lansia, misalnya, task groups, supportive
groups, intensive problom-solving groups, medikation groups, activity therapy, dan
peer support groups.
2. Terapi aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok
menjadi tiga, yaitu:
a. Terapi kelompok Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika lansia ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu.fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya (Kelliat
dan Akemat, 2005).
b. Kelompok terapeutik Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi,
penyakit fisik krisis, tumbuh-kembang, atau penyesuaian sSosial, misalnya,
kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, penyakit
terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-
helpgroup, tujuan kelompok ini adalah sebagai berikut:
1) Mencegah masalah kesehatan
2) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota keelompok
3) Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu
dalam menyelesaikan masalah.
4) Terapi aktivitas kelompok (TAK) Kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan
yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi sensoris, orientasi realitas, dan sosialisasi.
Terapi aktifitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan
dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktifitas yang
digunakan pada TAK, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan
musik, mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain.
Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi,
dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta
meningkatkan respon sosial dan harga diri dikutip dari Kelliat dan Akemat,
2005. Aktifitas yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu
membaca puisi, seni, musik, menari,dan literatur.
3. Menurut Keliat dan Akemat (2005) Terapi aktivitas kelompok (TAK) sebagai
berikut : Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat pada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompokstimulasi realita, terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
4. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi Lansia dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan lansia
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon lansia
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktifitas berupa
stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV; stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi lansia yang maladaptif atau destruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan,pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. kemudian persepsi
lansia terhadap stimulus.

5. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori Aktivitas digunakan sebagai stimulus


pada sensori lansia. Kemudian diobservasi reaksi sensori lansia terhadap stimulus
yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonvebal (ekspresi wajah, gerakan
tubuh). Biasanya lansia yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan
tersetimulusi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respon. Aktivitas yang
digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni, menyanyi dan menari. Jika hobi
lansia diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan
lansia, dapat digunakan sebagai stimulus. Ada empat macam, yaitu:
a) TAK stimulasi persepsi umum
b) TAK stimulasi persepsi : perilaku kekerasan
c) TAK stimulasi persepsi : halusinasi
d) TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah
6. Terapi aktivitas kelompok stimulasi realita Lansia diorentasikan pada kenyataan yang
ada disekitar lansia, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling lansia atau
orang yang dekat dengan lansia, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan lansia. Demikian juga dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan
rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa orientasi orang,tempat, benda yang ada
disekitar, dan semua kondisi nyata.
7. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Lansia dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar lansia.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu),
kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

H. Keuntungan dan Kerugian Terapi Kelompok


1. Keuntungan terapi kelompok
a. Dapat mengobati lansia dalam jumlah banyak.
b. Anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah yang mereka, sehingga
menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan-perbedaan dan meningkatkan lansia
untuk berpartisipasidan bertukar pikiran, masalah dengan orang lain.
c. Memberi kesempatan pada lansia untuk menggali gaya-gaya komunikasi dari
lansia
d. Anggota kelompok dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah,
serta dapat membantu memecahkan masalah orang lain.
e. Anggota kelompok dapat belajar peranannya dalam kelompok sebagai (sebagai
anggota, pembantu therapis).
f. Kelompok dapat menimbulkan pemahaman / pengertian, konfrontasi, identifikasi,
kelompok rujukan.
2. Kerugian terapi kelompok
a. Kehidupan pribadi lansia tidak terlindungi.
b. Lansia mengalami kesulitan dalam mengungkapkan masalahnya karena berbeda
keyakinan / sulit dalam berkomunikasi, tidak mau berubah.
c. Jika therapis menyelenggarakan secara individual

I. TAK TEBAK GAMBAR


1. Definisi
Terapi bermain merupkan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi –
gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapetik dengan medianya adalah bentuk –bentuk
permainan yang menimbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tidak ada unsur paksaan serta
menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela, dan mempunyai
pola atau aturan yang tidak mengikat. Bermain adalah kegiatan yang di lakukan sukarela
dengan ataupun menggunakan alat, sebagai pengalaman belajar untuk memperoleh
pengatauhan dan pengembangan kemampuan dalam diri yang dapat menimbulkan
kesenangan atau kepuasan. penerapan terapi bermain akan memberi manfaat yang positif
pada lansia.
2. Manfaat
a. Meningkatkan kesehaan
b. Meningkatkan produktivitas lansia
c. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Eliopaulos, Charlotte. (2017). Gerontological nursing 7th edition.China: Wolters Kluwer
World Health Organization. (2018). World Report on Ageing and Health.
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Diakses dari
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Penduduk-LanjutUsia-

You might also like