You are on page 1of 13

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................2
A. Definisi Epidemiologi............................................................................................2
B. Sejarah Epidemiologi.............................................................................................2
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan


status atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan populasi tertentu,
dengan penerapan pada pengendalian masalah kesehatan (Ismah, 2018).
Definisi lain dari epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan distribusi (penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok masyarakat
serta determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya ) (Irwan, 2017).

Dari pengertian epidemiologi di atas, terdapat 3 hal pokok yaitu


frekuensi, distribusi, dan determinan masalah kesehatan.

1. Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah


kesehatan yang perlu dilakukan yaitu menemukan masalah kesehatan
tersebut dan melakukan pengukurannya.
2. Distribusi yaitu pengelompokkan masalah kesehatan menurut Man
(orang/siapa yang terkena penyakit), Place (dimana penyebaran atau
terjadinya penyakit), dan Time (kapan terjadinya penyebaran penyakit).
3. Determinan yaitu faktor penyebab dari suatu penyakit/masalah
kesehatan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Sejarah perkembangan epidemiologi.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Epidemiologi

Epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan


distribusi (penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok masyarakat serta
determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya ) (Irwan, 2017).
Tujuan epidemiologi yaitu antara lain:
1. Menggambarkan, memantau, dan memprediksi status kesehatan, besarnya
masalah kesehatan atau kejadian dan beban penyakit di Masyarakat dalam
rangka perencanaan layanan dan fasilitas kesehatan;
2. Mempelajari/mengkaji Riwayat alamiah dan diagnosis penyakit dalam
rangka mengupayakan pencegahan dan pengendalian penyakit yang sesuai
dengan tingkat/fase perjalanan penyakit;
3. Menyelediki, mengidentifikasi dan menjelaskan etiologi/determinan/faktor
penyebab (cause)/ faktor risiko suatu penyakit atau masalah kesehatan.
4. Mengevaluasi program intervensi penyakit (penyecegahan dan terapi) dan
modus layanan kesehatan.
5. Mengyuguhkan dasar-dasar untuk mengembangkan kebijakan (policy) dan
program pengendalian (control program) kesehatan Masyarakat/publik
yang rasional, berbasis bukti-
6. bukti ilmiah empiris (evidence based).

B. Sejarah Epidemiologi

1. Era Masyarakat Primitif


Pergeseran dari gaya hidup pemburu-pengumpul ke model
pertanian menyediakan pasokan makanan yang lebih aman dan
memungkinkan perluasan populasi. Namun, hewan peliharaan tidak hanya
menyediakan makanan dan tenaga; mereka juga membawa penyakit yang
bisa menular ke manusia. Orang-orang juga mulai sangat bergantung pada

2
satu atau dua tanaman, sehingga makanan mereka sering kali kekurangan
protein, mineral, dan vitamin. Orang-orang mulai hidup dalam kelompok
yang lebih besar dan tinggal di tempat yang sama, sehingga lebih banyak
peluang untuk penularan penyakit (Irwan, 2017).

Pada Masyarakat primitive yang sangat padat berkembang setelah


revolusi pertanian. Penduduk padat seperti ini seringkali tidak memiliki
sarana yang memadai untuk membuang sampah dan limbah yang
cenderung menumpuk. Hewan pengerat dan vector serangga tertarik ke
pemukiman manusia, menyediakan sarana penyebaran penyakit. Pada
masa ini, penyakit dipercayai terkait dengan kekuatan supranatural dan
manusia harus berdamai dengan alam. Ketika peristiwa meningkatnya
prevalens rabies dianggap terjadi akibat munculnya Binatang Sirius
(anjing) di langit. Demikian juga meningkatnya kasus disentri pada
penduduk di sekitar Sungai Nil akibat adanya perubahan pada aliran
Sungai Nil yang terjadi karena adanya kekuatan supranatural (Darmawan,
2021).

2. Era Hypocrates (460-377 SM)


Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca-
Socrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern (Gambar 3).
Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara berpikir orang-
orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul)
dalam memandang kejadian penyakit. Hippocrates memberikan kontribusi
besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal dalam epidemiologi
dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara ‗host-agent-
environment‘ (penjamu- agen-lingkungan). Dalam bukunya yang "On
Airs, Waters and Places" (―Tentang Udara, Air, dan Tempat‖) yang
diterjemahkan Francis Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi

3
karena kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan dengan lingkungan
eksternal maupun internal seseorang (Murti, 2007).
Kontribusi Hippocrates untuk epidemiologi tidak hanya berupa
pemikiran tentang kausa penyakit tetapi juga riwayat alamiah sejumlah
penyakit. Dia mendeskripsikan perjalanan hepatitis akut pada bukunya
‗About Diseases‘: ―ikterus akut dengan cepat menyebar…urine
menunjukkan warna agak kemerahan…panas tinggi, rasa tidak nyaman.
Pasien meninggal dalam waktu 4 hingga 10 hari.

Pada zaman ini, Hippocrates berpendapat bahwa sakit bukan


disebabkan hal-hal yang bersifat supranatural. Terjadinya penyakit ada
kaitannya dengan:
a. Elemen-elemen bumi, api, udara, dan air.
b. Elemen-elemen tersebut menyebabkan kondisi dingin, kering, panas,
dan lembab.
Kondisi dingin, panas, lembab, dan kering dari bumi berpengaruh
pada cairan tubuh, darah, cairan empedu kuning dan empedu hitam. Pada
zaman ini, Hippocrites telah menghubungkan antara kejadian sakit dengan
faktor-faktor lingkungan dan diet yang mempengaruhi kesehatan (Murti,
2007).
Hippocrates adalah Bapak Epidemiologi. Hippocrates dianggap
sebagai The First Epidemiologyst, ahli epidemiolog pertama di dunia
karena dialah yang pertama kali mengajukan konsep analisis kejadian
penyakit secara rasional. Pikiran-pikirannya dituliskan dalam tiga
bukunya: Epidemic I, Epidemic II, dan On Airs, Waters and Places.
Dalam bukunya ini diajukannya konsep tentang hubungan penyakit
dengan faktor tempat (geografis), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan
dan perumahan. Dia yang memperkenalkan istilah epidemi dan endemi
(Rau et al., 2018).

4
3. Era Galen (129-199 M)
Galen adalah seorang ahli bedah tantara Rumawi yang sering
dianggap sebagai The Father of Experimental Physiology. Dia
mengembangkan teori Hippocrates dan mengembangkan konsep 2 elemen
tambahan dimana status kesehatan berkaitan dengan kepribadian/
temperament (personality type) dan lingkungan kerja dan gaya
hidup/Procatartic (Lifestyle factors). Menurut Galen, penyakit terjadi oleh
karena interaksi 3 kumpulan faktor tubuh, sikap hidup dan atmosfer.
Dapat dikatakan pada masa Galen ini telah ada pemikiran bahwa penyakit
terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan dan sikap hidup (Murti, 2007).

4. Era Teori Miasma


Pada era ini, penyebab penyakit (misal kolera) adalah emanasi
material nin-organik berupa gas berbau busuk. Miasma diyakini
merupakan uap beracun yang dihasilkan dari dekomposisi atau
pembusukan organic yang umum ditemukan dalam kehidupan (Azhari,
2015).

5. Era Jasad Renik (Germ) & Penyakit Infeksi/Menular


Pada era ini terdapat konsep seminaria contagium oleh Fracatorius/
Fracastoro (1487 M). menurut konsep ini sakit terjadi karena adanya
proses kontak/bersinggungan dengan sumber penyakit. Dapat dikatakan
pada masa ini telah ada pemikiran adanya konsep penularan (Irwan,
2017).
Deskripsi dan statistic vital populasi dengan metode pengukuran
kuantitatif yang pertama kali oleh Jhon Graunt (1662 M). Graunt disebut
sebagai The Colombus of Biostatistics. Kajian hubungan kematian dan
kepadatan pendudukan serta peletakan dasar-dasar International
Classification of Disease (ICD) oleh William Farr (1839 M).

5
Penyelidikan epidemiologi lapangan pada kasus kolera oleh Jhon
Snow sehingga Snow disebut sebagai Bapak Epidemiologi Lapangan.
Pada masa itu Jhon Snow (1813-1858), melakukan observasi mengenai
Riwayat alamiah penyakit kolera, dan bagaimana model
transmisi/penularannya. Snow mengamati bahwa:
a. Kolera ditularkan dari manusia ke manusia
b. Penyebabnya adalah sel hidup yang tidak terlihat tapi dapat
memperbanyak diri secara cepat
c. Transmisi melalui pencernaan dan/atau air
d. Sumber penularan berasal dari faeces yang infeksius.

Walaupun Snoe telah memunculkan teori mengenai penyebab


kolera adalah mikroorganisme tertentu, tapi teori tersebut belum diterima
sepenuhnya. Ketika terjadi wabah kolera di Inggris (1853-1854), Jhon
Snow membaut hipotesa penyebab wabah tersebut (walaupun kuman
kolera belum ditemukan saat itu).
Snow percaya adanya agent/contagion yang menyerang pencernaan
melalui mulut dan dapat disebarkan melalui air (waterborne) yang
tercemar tinja. Air Sungai yang tercemar ini merupakan medium
penularan. Untuk membuktikan hipotersanya, Snow menggunakan 3
metode epidemiologi:
a. Membandingkan mortality rate kolera dari wilayah yang berbeda
(studi ekologi)
b. Membandingkan mortality rate dari kelompok individu pengguna
suplai air minum yang berbeda (studi kohort).
c. Membandingkan sumber air minum pada kelompok kasus kolera dan
non kasus (stufi kasus control).
d. Penanggunlangan penyebarab jasad renik pada demam nifas oleh
Ignaz Sammelweis (1818 M).

6
e. Penyelidikan penyakit cacar dan penemuan vaksin cacar oleh Edward
Jenner (1796 M).
f. Penyelidikan penyakit rabies serta penemuan metode pasteurisasi dan
vaksinasi rabies oleh Louis Pasteur (1827 M). Pasteur menemukan
mikroorganisme pada proses fermentasi. Disamping itu
mikroorganisme pada tersebut terdapat pula pada udara atmosfer.
Pada masa itu Pateur dapat mengisolasi kuman/bakteri anthrax
kemudian dibuat kultur dan dilemahkan, kemudian disuntikan pada
ternak, terjadi kekebalan pada tersebut sehingga timbullah konsep
imunisasi/vaksinasi. Pasteur juga menemukan “virus”, istilah yang
dipakai untuk mikroorganisme yang bersifat pathogen tapi tidak
dapat dikultur/ditanam (Gitleman & Kleberger, 2014).
g. Penemuan mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis oleh Robert
Koch (1882) dan formulasi “Postulat Koch” juga oleh Robert Kohc
(1890) berdasarkan konsep penyebab dan akibat Tunggal yang
spesifik (single causation). Kohc merupakan orang pertama yang
dapat mengisolasi agen penyebab penyakit. TBC dan kolera di Asia
(Mukrimaa et al., 2016).

6. Era Transisi Epidemiologi


Pada era ini terjadi perubahan pola kesehatan dan pola penyakit
yang berinteraksi dengan demografi, ekonomi, dan social. Transisi
epidemiologi berkaitan dengan transisi demografi, begitu juga dengan
transisi teknologi. Misalnya pergantian dari penyakit infeksi ke penyakit
man-made disease atau lifestyle disease. Pergeseran penyakit ini dapat
dibuktikan dengan berubahnya pola penyakit penyebab kematian tertinggi
antara tahun 1960, dengan wabah penyakit pneumonia, tuberculosis, dan
diare, dengan 1990 penyakit jantung, neoplasma, dan penyakit otak-
pembuluh darah (Sartika, 2022).

7
Pada pertengahan abad ke 20, morbiditas dan mortalitas penyakit
infeksi mengalami penurunan signifikan di negara-negara Barat,
khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Upaya kesehatan
masyarakat yang dilakukan sebelum Perang Dunia ke II telah berhasil
mengendalikan kejadian penyakit infeksi. Epidemi penyakit infeksi serius
seperti kolera, tifus, dan tuberkulosis menurun sejak abad ke 19 karena
diciptakannya metode penyaringan air minum, sistem pembuangan
limbah, dan gerakan kesehatan masyarakat untuk kebersihan. Penemuan
vaksin untuk difteri dan demam tifoid pada akhir abad ke 19, vaksin
untuk tetanus di sekitar Perang Dunia ke I, penemuan obat sulfa dan
penisilin pada Perang Dunia ke II, telah memberikan kontribusi besar
terhadap penurunan angka kematian. Demikian pula standar hidup dan
nutrisi yang lebih baik telah menurunkan kejadian penyakit infeksi selama
separoh pertama abad ke 20.
Penyebab terjadinya transisi epidemiologi antara lain:
a. Teknologi kedokteran
b. Perubahan standar hidup
c. Angka kelahiran
d. Peningkatan gizi
e. Control vector dan sanitasi
f. Perubahan gaya hidup

7. Era Penyakit Non-Infeksi & Infeksi Baru


Beberapa peristiwa penting pada era ini, yaitu:
a. Terdapat konsep penyebab dan akibat ganda (multiple causation)
b. Metode studi epidemiologi diperluas untuk meneliti bukan hanya
penyakit infeksi, tapi juga penyakit non-infeksi
c. Studi observational dan eksperimental oleh Joseph Goldberg dkk
(1923) tentang Pelagra membuktikan bahwa penyakit ini bukan
hanya akibat infeksi tapi akibat defisiensi nicotinic acid.

8
d. Studi kasus control merokok dan kanker paru (oleh Doll dan Hill,
1950) R.Dool dan A.B. Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan
cerita berhubungan merokok dan kanker paru. Keduanya adalah
peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti
adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah
pelopor penelitian di bidang epidemiologi klinik (eka dian hikmayani
jufri, 2021).
e. Studi kohort faktor risiko penyakit kardiovaskuler Framingham di
Framingham, Massachusetts, USA (oleh Dawber dkk, 1955)
f. Studi uji lapangan (field/community trial) vaksin poliomyelitis pada
anak sekolah (Frances, 1950)
g. Studi jantung Bogalusa (Freedman dkk, 1985)
h. Studi uji pencegahan penyakit jantung Standford (Farquhar dkk,
1985).

9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana sejarah perkembangan epidemiologi dapat
dibedakan atas empat tahap, yakni:
1. Tahap Pengamatan
Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu
masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi ini
dilakukan dengan pengamatan (observasi). Hasil pengamatan
hipocrates berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul
atau tidaknya penyakit dengan lingkungan tetapi Hipocrates tidak
berhasil membuktikan pendapatnya karena pengetahuan untuk itu
belum berkembang. Dari yang dikemukakan oleh Bapak ilmu
kedokteran dipandang merupakan landasan perkembangan
epidemiologi. Tahap perkembangan epidemiologi ini dikenal dengan
nama tahap penyakit dan lingkungan.
2. Tahap Perhitungan
Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut
dengan tahap perhitungan. Pada tahap ini upaya untuk mengukur
frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan dengan
bantuan ilmu hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi
dan penyebaran angka kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta
berbeda antara penduduk pria dan penduduk Wanita.
3. Tahap Pengkajian
Teknik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr
pada tahun 1839 yang melakukan pengkajian terhadap data yang ada
dan dari pengkajian ini berhasil dibuktikan adanya hubungan statistik
antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat,
adanya hubungan antara angka kematian dengan status perkawinan
serta adanya hubungan antara tingkat social ekonomi dengan tingkat
kematian penduduk. Dengan cara kerja yang sama John Snow pada

10
tahun 1849 berhasil membuktikan adanya hubungan antara timbulnya
penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. Tekhnik yang
dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan
pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah,
bukan dari hasil percobaan, sehingga dikenal dengan tahap
eksperimen alamiah.
4. Tahap Uji coba
Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada
tahun 1774 Lind melakukan pengobatan kekurangan vitamin C
dengan pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga melakukan uji
coba klinis terhadap vaksin cacar terhadap manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, A. R. (2015). Surveilans Epidemiologi. ResearchGate, June, 1–4.

Darmawan, A. (2021). Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak


Menular. In Jmj (Vol. 4, Issue Nomor 2).

eka dian hikmayani jufri. (2021). Ruang Lingkup Dan Perencanaan Bisnis.
March, 1–5.

Gitleman, L., & Kleberger, J. (2014). Pengantar Epidemiologi Kesehatan


Masyarakat. In Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. In Pengaruh Kualitas


Pelayanan… Jurnal EMBA (Vol. 109, Issue 1).

Ismah, Z. (2018). Dasar Epidemiologi. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699.

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D.,
Taniredja, T., Faridli, E. M., & Harmianto, S. (2016). Prinsip Dasar
Epidemiologi. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August),
128.

Murti, B. (Institute of H. E. and P. S. (2007). Sejarah epidemiologi. Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat FK UNS, 1–35.

Rau, Jusman, M., & Tadulako, U. (2018). Sejarah Perkembangan Ilmu


Epidemiologi. September.

Sartika, S. (2022). Buku Digital Ilmu Kesehatan Masyarakat. In Buku Digital


Ilmu Kesehatan Masyarakat (Issue February).

You might also like