You are on page 1of 30

Buku Panduan Materi

Praktek Kerja Nyata


Inter Professional Collaboration
(PKN IPC)

Tim Penyusun :
Panitia PKN(Kuliah Kerja Nyata) IPC
Tim DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) PKN IPC
Kaprodi dan Kajur Peserta PKN IPC

Diterbitkan oleh:
Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM)
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Sekretariat:
Kantor UPPM Poltekkes Semarang, GedungDirektorat Lt. III
JalanTirtoAgung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
Telp. (024) 7460274, Fax (024) 7460274

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG i


PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
memampukan tersusunnya Buku Panduan Materi Program Kuliah Kerja Nyata Inter
Profesional Collaboration (PKN IPC). Buku Panduan ini disusun sebagai
pendamping dari Buku Petunjuk Teknis penyelenggaraan Program PKN IPC di
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Buku Panduan ini merupakan pedoman bagi Pengelola Program PKN IPC,
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan mahasiswa peserta PKN IPC dalam
menjalankan perannya guna memperoleh kejelasan dan kesamaan pemahaman
mengenai rencana maupun proses kegiatan PKN IPC. Buku panduan ini juga
memberikan arahan bagi mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi Program Pemberdayaan Kesehatan masyarakat secara kolaboratif
dan terintegrasi dalam komitmen untuk mewujudkan visi dan misi Poltekkes
Kemenkes Semarang.

Program PKN IPC ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi proses
pembelajaran mahasiswa maupun masyarakat sehingga pembangunan kesehatan
menuju masyarakat sejahtera dapat diwujudkan dengan baik. Kekurangan dalam
penyusunan Buku Panduan ini patutlah dimaklumi dan dapat digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki diri dalam penyusunan Buku Panduan selanjutnya.
Segala pihak yang telah turut memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan buku Panduan ini patut diapresiasi dalam ucapan terimakasih yang
mendalam.

Semarang, Mei 2016

Penyusun

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I Praktek Kerja Nyata Inter Professional Collaboration (PKN IPC) 1

A. Batasan dan Ruang Lingkup


B. Tujuan
C. Peran Profesi
D. Kolaborasi Antar Profesi
E. Komunikasi Antar Profesi
F. Manajemen Konflik
G. Etika Profesi
H. Instrumen Penilaian

BAB II Surveilans 13

A. Batasan dan Ruang Lingkup


B. Tujuan
C. Prinsip
D. Manajemen Surveilans

BAB III Rencana Program Kolaborasi 18

A. Analisis Data
B. Masalah Kesehatan
C. Prioritas Masalah Kesehatan
D. Plan of Action (PoA)
E. Musyawarah Masyarakat Desa
F. Kegiatan Interkolaboratif

BAB IV Penutup 25

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG iv


BAB - 1
Praktek Kerja Nyata (PKN)

INTER

PROFESSIONAL

COLLABORATION
DISUSUN OLEH :

NO NAMA PENYUSUN JABATAN


1 Susi Tursilowati, SKM, M.Sc.PH. Ka Prodi D IV Gizi
2 Esti Handayani MMid Ka Prodi D IV Kebidanan Magelang
3 Hari Rudijanto IW,ST,MKes Ka Prodi D IV Kesehatan Lingkungan
4 Kurniati Puji Lestari,SKp,MKes Ka Prodi D IV Keperawatan Semarang
5 Wiwin Renny Rahmawati,SST,SPd., MKes Ka Prodi Keperawatan Magelang
6 Siti Masrochah, S.Si, M.Kes. Ka Prodi D IV TRR Semarang
7 Salikun, S.Pd., M.Kes. Ka Prodi D IV Keperawatan Gigi
8 Triana Sri Hardjanti,M.Mid Ka Prodi Kebidanan Semarang
9 Rini Indrati, S.Si, M.Kes Ka Jurusan TRR Semarang
11 Drg. Irma HY Siregar,MHKes Fasilitator

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


2016

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 1


A. BATASAN DAN RUANG LINGKUP

Inter Professional Colaboration (IPC) merupakan proses kolaborasi yang


terdiri dari dua atau lebih tenaga kesehatan berfokus pada belajar dengan, dari, dan
tentang masing-masing profesi sehingga dapat mengembangkan kerjasama demi
terwujudnya pelayanan pasien yang lebih optimal. Dasar dari IPC ini adalah Inter
Professional Education (IPE). IPE ini merupakan proses pembelajaran di tingkat
akademis tentang berusaha saling mengerti dan saling menghargai antar profesi
kesehatan didalam interaksi diantara profesi yang berbeda. Hal ini nantinya
merupakan kondisi yang biasa akan ditemui dalam kehidupan profesional sehari-
hari.
Menurut Buring et al (2009), proses IPE terjadi di sebuah kelas yang sama
dengan materi yang sama dan saling belajar dalam bentuk interaksi antar masing-
masing profesi. Interaksi masing-masing profesi dalam proses pembelajaran
merupakan hal yang mutlak dan tidak dapat ditawat lagi. Dalam proses
pembelajaran kolaboratif, perawatan terhadap pasien walaupun dipimpin oleh
seseorang dari profesi yang berbeda namun tetap harus ada pembagian tanggung
jawab dalam proses pengambilan keputusan terhadap pasien tersebut.
Proses kolaborasi ini diperlukan dan lebih ditingkatkan dalam pelayanan
kesehatan di masa sekarang ini karena di iklim global sekarang ini sudah tidak
cukup bagi tenaga kesehatan untuk bekerja secara profesional saja namun tenaga
kesehatan perlu juga mengembangkan upaya antar profesional dalam menangani
pasien. Beberapa bukti menunjukkan bahwa perawatan pasien dengan kolaborasi
lintas profesi dapat meningkatkan keberhasilan perawatan.
Kompetensi dasar yang diperlukan dalam berkolaborasi lintas profesi ini
adalah :
1. Menjelaskan peran dan tanggung jawabnya terhadap profesi lain
2. Mengenali dan mengboservasi batasan, tanggung jawab, dan kompetensi,
namun juga sadar akan kebutuhan sudut pandang yang lebih besar
3. Mengenali dan menghormati peran, kewajiban, dan kompetensi dari profesi lain
yang berhubungan dengan kompetensinya
4. Bekerja dengan profesi lain untuk menyelesaikan konflik dalam hal perawatan
dan tatalaksana
5. Menoleransi perbedaaan, kesalahpahaman, dan kegagalan pada profesi lain

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 2


6. Memfasilitasi konferensi, rapat tim, atau yang sejenis dalam kasus antar
profesional
7. Masuk ke dalam hubungan interdependent dengan profesi lain.
Proses kolaborasi calon tenaga kesehatan di tingkat akademis dapat
dilaksanakan dalam bentuk Praktek Kerja Nyata (PKN). PKN merupakan kegiatan
kurikuler yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa program Diploma IV yang ada
dilingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang dan dilaksanakan dalam
masyarakat di luar kampus dengan meningkatkan relevansi pendidikan inggi
dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni (IPTEKS) dalam pembangunan.
PKN Inter Professional Collaboration (IPC) Keluarga Sehat adalah suatu
kegiatan intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi
(Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) yang dilakukan
melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu kesehatan dalam menciptakan
keluarga cinta sehat dengan cara memberikan kepada mahasiswa pengalaman
belajar dan bekerja dalam kegiatan pembangunan masyarakat bidang kesehatan
sebagai wahana penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar
kampus dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu.

B. TUJUAN
1. Memberi pengalaman belajar yang berharga kepada mahasiswa melalui
keterlibatan secara langsung di masyarakat untuk menemukan, merumuskan,
mempelajari, mengenal potensi masyarakat sasaran, mengorganisasi
masyarakat, memecahkan, dan menanggulangi permasalahan pembangunan
masyarakat secara rasional dengan membangun kerjasama kolaboratif lintas
profesi
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran
berdasarkan Ilmu Pengetahuan,Teknologi, dan Seni (Ipteks) secara kolaboratif
dan inter disiplin dalam upaya menumbuhkan, mempercepat gerak serta
mempersiapkan kader kader pembangunan bidang kesehatan dalam
mewujudkan keluarga cinta sehat
3. Meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa kepada permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat. Meningkatkan kedewasaan dan kepribadian yakni :
a. Nasionalisme dan jiwa Pancasila,
b. Keuletan, etos kerja, dan tanggung jawab, dan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 3


c. Kemandirian, kepemimpinan, dan kewirausahaan serta memperluas
wawasan mahasiswa dalam berkolaboratif secara interdisipliner.
4. Meningkatkan daya saing dalam membangun jiwa penelititerutama hal
eksplorasi data dan analisis serta mendorong learning community dan learning
society
5. Memelihara dan meningkatkan hubungan dan kerja sama bukan hanya secara
lintas profesi tetapi juga secara lintas sektoral dengan Pemerintah
Kabupaten/Daerah setempat serta masyarakat dengan pendekatan inter
disipliner sehingga Poltekkes Kemenkes Semarang dapat memberikan tuntutan
nyata masyarakat yang sedang membangun pola hidup sehat

C. PERAN PROFESI
Peran profesi dalam pelayanan kesehatan keluarga di masyarakat antara lain :
1. Sebagai Pendidik : menyuluh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
keluarga
2. Advokasi : berperan sebagai sebagai penghubung antara tim kesehatan yang
lain dan pemangku kebijakan.
3. Pemberi Asuhan pada Individu, keluarga dan masyarakat dalam lingkup
Kesehatan Gigi, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, PTM dan penyakit berbasis
lingkungan , membuat dan menggunakan media komunikasi yang efektif.
4. Sebagai agent of change: dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
keluarga
5. Mediator dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam memahami
permasalahan kesehatan dan pemecahan masalahnya.
6. Konselor dalam bidang kesehatan berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kesehatan Gigi, Gizi,Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Berbasis
Lingkungan.
7. Sebagai peneliti dalam bidang Kesehatan
Peran profesi ini dilaksanakan dalam memberikan suatu pelayanan
komprehensif yang diberikan oleh dua dua atau lebih tenaga kesehatan dari

latar belakang profesi yang berbeda melalui kerja sama dengan pasien,

keluarga, pengasuh, dan komunitas untuk menyediakan kualitas pelayanan

yang tertinggi di berbagai situasi.


Melalui kegiatan PKN IPC ini mahasiswa diharapkan dapat:

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 4


1. mengenal konsep praktik kolaborasi dan pendidikan antar profesi
2. memahami pentingnya praktik kolaborasi dan pendidikan antar profesi
3. mengerti hambatan dan tantangan pelaksanaan praktik kolaborasi dan
pendidikan antar profesi
4. terinspirasi untuk mengadakan advokasi atau kegiatan lain yang
dapatmendorong kolaborasi antar profesi, lewat jejaring organisasi
kemahasiswaan atauprofesi di daerah masing-masing
5. merasakan proses diskusi dan kolaborasi bersama profesi kesehatan lain

D. KOLABORASI ANTAR PROFESI


Proses kolaborasi memiliki ciri-ciri khas, di antaranya adalah kerjasama,
koordinasi, saling berbagi, kompromi, rekanan, saling ketergantungan dan
kebersamaan. Menurut Siegler & Whitney (2000) proses kolaborasi harus
memenuhi 3 kriteria berikut ini:
1. harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda yang dapat
bekerjasama timbal balik secara mulus,
2. anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama,
3. kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari
kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim
tersebut
Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif dipengaruhi oleh
faktor anteseden, proses dan hasil. Input yang diperlukan dalam kerjasama tim
adalah faktor intrapersonal, sosial, lingkungan, organisasi dan institusi. Sedangkan
didalam proses faktor yang berperan adalah prilaku, afektif, hubungan interpersonal
dan intelektual. Untuk meningkatkan faktor-faktor yang berperan dalam proses
kolaboratif perlu diaplikasikan ide-ide yang aktual, model-model pembelajaran yang
terintegrasi, perubahan dalam kurikulum institusi dan kebijakan-kebijakan yang
inofatif serta didukung oleh program-program pelatihan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 5


Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi
merupakan kunci penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan keluarga/masyarakat (Burtscher, 2012). Fakta yang terjadi saat ini,
bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi kesehatan tersebut kedalam
sebuah tim antar profesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan tenaga
kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya keterampilan
komunikasi antar profesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama profesi lain
dalam menentukan keputusan klinis keluarga/masyarakat. Untuk itulah diperlukan
adanya kurikulum yang dapat melatih mahasiswa tenaga kesehatan untuk
berkolaborasi sejak masa akademik agar mereka terbiasa berkolaborasi dengan
profesi lain bahkan sampai ketika mereka berada di dunia kerja (Reeves, 2011).
Tim antar profesi dapat terdiri atas berbagai profesi kesehatan dan tim ini
dapat diterapkan pada berbagai macam tatanan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam penerapan kolaborasi antar profesi, anggota tim antar profesi mungkin saja
mengalami konflik karena beragamnya latar belakang profesi. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman tentang pelayanan yang berfokus pada komunikasi dan
sikap yang mengacu pada keselamatan keluarga/masyarakat yang merupakan
prioritas utama. Selain itu dibutuhkan kejelasan peran masing-masing profesi dalam
menciptakan pelayanan yang optimal, yaitu meliputi peran mandiri tiap profesi dan
peran tim antar profesi secara keseluruhan.

E. KOMUNIKASI ANTAR PROFESI


Komunikasi antar profesi yang sehat menimbulkan terjadinya pemecahan
masalah, berbagai ide, dan pengambilan keputusan bersama (Potter & Perry,
2005). Bila komunikasi tidak efektif terjadi di antara profesi kesehatan, keselamatan
pasien menjadi taruhannya. Beberapa alasan yang dapat terjadi yaitu kurangnya
informasi yang kritis, salah mempersepsikan informasi, perintah yang tidak jelas
melalui telepon, dan melewatkan perubahan status atau informasi (O‟Daniel and
Rosenstein, 2008).
Menurut Potter dan Perry (2005) keefektifan komunikasi antar profesi
dipengaruhi oleh :
1. Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi
terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar
profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi;

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 6


2. Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat berkomunikasi
dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat membuat
kebingunan, ketegangan atau ketidaknyamanan;
3. Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi antar profesi
dapat menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki tingkat pengetahuan yang
berbeda. Keadaan seperti ini akan menimbulkan feedback negatif, yaitu pesan
menjadi akan tidak jelas jika kata-kata yang digunakan tidak dikenal oleh
pendengar.
Berikut ini adalah karakter dalam komunikasi antar profesi kesehatan yang
kami temukan melalui erangkaian penelitian ilmiah bersama dengan profesi dokter,
perawat, apoteker dan gizi kesehatan dan telah menendapatkan validasi oleh pakar
komunikasi dari Indonesia maupun Eropa (Claramita, et.al, 2012):
1. Mampu menghormati (Respect) tugas, peran dan tanggung jawab profesi
kesehatan lain, yang dilandasi kesadaran/sikap masing-masing pihak bahwa
setiap profesi kesehatan dibutuhkan untuk saling bekerjasama demi
keselamatan pasien (Patient-safety) dan keselamatan petugas kesehatan
(Provider-safety).
2. Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar profesi
kesehatan.
3. Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar petugas
kesehatanyang berbeda profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan.
4. Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan lain.
5. Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan pasien
bisa dilakukanantar individu ataupun antar kelompok profesi kesehatan yang
berbeda.
6. Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi kesehatan
yang lain.
7. Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai proses
pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional)
8. Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan untuk
berbagi informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan dari profesi yang
berbeda (baik tertulis di medical record, verbal maupun non-verbal).
9. Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi kesehatan
sesuai dengan tugas, peran dan fungsi profesi masing-masing.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 7


10. Negosiasi merupakan kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar
profesi mengenai masalah kesehatan pasien.
11. Kolaborasi merupakan kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan
dari profesi yang lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

F. MANAJEMEN KONFLIK
Konflik merupakan ketidaksesuaian (perbedaan sesuatu) antara 2 orang atau
lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi. Secara bahasa artinya
saling bertabrakan, ketidaksesuaian, perseteruan, perkelahian, interaksi yang
antagonis/ bertentangan. Penyebab konflik beda pemahaman, beda latar belakang,
beda kepentingan, beda sudut pandang, beda kemampuan.
Konflik diperlukan dalam suatu organisasi untuk mengadakan perubahan atau
inovasi dan menghasilkan pemecahan persoalan yang lebih baik. Konflik juga
menunjukkan dinamika organisasi. Hal yang penting diketahui adalah mengetahui
konflik seawal mungkin dengan cara menciptakan komunikasi timbal balik,
menggunakan informasi yang ada dan meminta penjelasan dari pihak ketiga. Konflik
ini dapat memberikan dampak yang positif berupa kemampuan koreksi diri sendiri,
meningkatkan prestasi & motivasi, pendekatan yang lebih baik , mengembangkan
alternatif & lebih baik
Dalam upaya mencegah terjadinya konflik, perlu dilakukan rancangan
rekayasa guna memperkecil konflik sebagai berikut :
1. Pengikutsertaan dalam latihan dan tujuan
2. Pemisahan dua kelompok yang berkonflik & membuat daftar persepsi
3. Membahas daftar persepsi yang dibuat
4. Perundingan untuk mencerna dan analisis kepincangan citra diri dan kelompok:
5. Membahas kepincangan yang ditemukan
6. Penjajagan bersama & tujuan bersama
7. Manajemen tata hubungan & mengurangi konflik

G. ETIKA PROFESI
Kata etika berfungsi untuk mengingatkan dan mengatur atau sebagai batasan
dalam proses bersosialisasi tersebut. Etika kesehatan merupakan hal yang harus
dilakukan dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan. Etika profesi
merupakan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk menjalankan profesi.
Dengan adanya etika profesi ini diharapkan anggota profesi dapat bertindak dengan
kapasitas profesional. Etika berasal dari bahasa yunani ethikos yang berarti adat

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 8


istiadat atau kebiasaan. Etika dapat diartikan sebagai sistem dari prinsip-prinsip
moral atau aturan-aturan perilaku. Sedangkan moral berarti prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk.
Etika kesehatan adalah suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap
bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan (Leenen). Etika kesehatan merupakan
penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui dan juga mencakup terhadap
rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang kesehatan
(Soekanto). Adapun prinsip-prinsip etika kesehatan adalah :
1. Otonomi:
prinsip yang menghormati hak-hak otonomi orang lain. Prinsip ini didasarkan
pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain.
2. Beneficience (Berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
3. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan orang lain.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Menjaga kerahasiaan informasi yang bisa merugikan seseorang atau
masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi harus
menjaga privasi.
5. Fidelity (Menepati janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain.
6. Fiduciarity (Kepercayaan)
adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih
pihak.
g. Justice (Keadilan)
prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap
maupun dalam mendistribusikan sumber daya atau pendistribusian dari
keuntungan, biaya dan risiko secara adil.
h. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 9


H. INSTRUMEN PENILAIAN
Penilaian kegiatan PKN IPC mencakup 5 (lima ) aspek, yaitu :
1. Penilaian Pembekalan
Penilaian didasarkan pada kehadiran mahsiswa dalam mengikuti pembekalan
dan nilai pre test .
2. Penilaian Implementasi Program
a. Program kerja yang disusun oleh kelompok
b. Pendekatan sosial , meliputi :
1) hubungan mahasiswa dengan aparat desa, baik secara vertikal maupun
horizontal
2) hubungan mahasiswa dengan anggota masyarakat
3) kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri
4) mahasiswa menghargai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
c. Inisiatif dan kreativitas:
1) mahasiswa terampil mengidentifikasi permasalahan yang ada di desa
2) mahasiswa terampil menyusun alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi
3) mahasiswa terampil memotivasi masyarakat dalam meningkatkan sikap
kemandirian untuk menjadi penggerak pemberdayaan masyarakat.
d. Kepemimpinan
1) mahasiswa dapat menumbuhkan kedewasaan dalam berpikir dan
bertindak
2) mahasiswa tanggap mengambil tindakan dan keputusan dalam situasi
kritis
3) mahasiswa berjiwa besar dalam menghargai pendapat orang lain
4) mahasiswa mampu mengkaderkan potensi masyarakat
e. Kerjasama kelompok
1) mahasiswa mampu mewujudkan kerjasama yang baik dan harmonis
sesama peserta PKN IPC
2) mahasiswa mampu bekerjasama dengan aparat desa, tokoh masyarakat,
dan semua lapisan masyarakat secara baik dan konsekuen dalam segala
hal yang positif.
3. Penilaian Laporan
a. Laporan Rencana Program IPC (LRP), dengan penilaian :
1) Ketepatan waktu pengumpulan laporan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 10


2) Kerapian laporan
3) Memuat unsur-unsur POA (Planning of Action ) terdiri dari : Prioritas
Masalah, Nama Kegiatan , Tempat, Waktu Pelaksanaan, Tujuan,
Sasaran, Metode yang digunakan, Media , Indikator Keberhasilan,
Penanggung Jawab, dan Biaya .
b. Laporan Pelaksanaan Program IPC ( LPP- IPC), dengan penilaian :
1) Isi (inti pembahasan, problem, logika, sistematika, relevansi masalah
dengan intervensi )
2) Bahasa (ejaan, struktur kalimat, penalaran)
3) Sistematika (lay out, paragraf, sistem simbol)
4. Penilaian prestasi atau kemampuan Personal mahasiswa, meliputi:
a. Kehadiran dalam latihan / pembekalan
b. Ketrampilan dan prestasi selama di lapangan
1) Jumlah hari tinggal di Desa/Dusun/lokasi (presensi mahasiswa )
2) Perilaku selama di desa/Dusun
3) Inisiatif dan kreativitas
4) Pendekatan sosial
5) Kepemimpinan dan keterampilan dalam mengambil keputusan situasi
6) Keterampilan menyusun program/laporan
7) Kerjasama kelompok
8) Pencapaian hasil

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 11


DAFTAR PUSTAKA

Barnsteiner, J.H., Disch, J.M., 2007. Promoting interprofessional education. Nursing


outlook,55(3),pp.144-50.Availableat:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17524802 [Accessed September 5,
2011].
Benedict, L., Robinson, K., Holder, C., 2006. Clinical Nurse Specialist Practice
Within The Acute Care For Elders: Interdisciplinary Team Model. Clin Nurse
Specialist.
Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. 2012.
Interprofessional
Communication Guideline using principle of “Greet-Invite-Discuss”
CIHC. 2007. Interprofessional Education and Core Competencies, Literature
Review. Canada. DeChurch, L.A., Mesmer-Magnus, J.R., 2010. The
cognitive underpinnings of effectiveteamwork: ameta-analysis. Journal of
Applied Psychology 95 (1), 32–53.
Fox, E., 2000. An audit of inter-professional communication within a trauma and
orthopaedicdirectorate. Journal of Advanced Nursing, pp.160-169.
Hall, P., Weaver, L., 2001. Interdisiplinary Education and Teamwork: a Long
and Winding Road.
Medical Eduction, 35 : 867-875, Blackwell Science Ltd.
Kagan, S.H., 2010. Revisiting interdisciplinary teamwork in geriatric acute care.
Geriatric nursing (New York, N.Y.), 31(2), pp.133-6. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20381716 [Accessed April 6, 2012].
Mitchell, M., Groves, M., Mitchell, C., & Batkin, J., 2010. Innovation in learning – An
inter-professional approach to improving communication. Nurse education in
practice, 10(6), pp.379-84. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561823 [Accessed March 25, 2012].
Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011.
Interprofessional Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.
Wagner, J., Liston, B. & Miller, J., 2011. Developing interprofessional
communication skills.
Teaching and Learning in Nursing, 6(3), pp.97-101. Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1557308710001149 [Accessed
March 25, 2012].
Weaver, T.E., 2008. Enhancing multiple disciplinary teamwork. Nursing outlook,
56(3), pp.108-114.e2. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18501748 [Accessed April 6, 2012].
World Health Organisation., 2010. Framework for Action on Interprofessional
Education & Collaborative Practice.
Zwarenstein, M., Reeves, S., Russell, A., Kenaszchuk, C., Conn, L.G., Miller, K.L.,
Lingard, L., Thorpe, K.E., 2007. Structuring Communication Relationships for
InterprofessionalTeamwork(SCRIPT):cluster randomized controlled trial.
Journal of Nursing Education, 8, p.23. Available at:http://www.
pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2045094&tool=pmcentrez&re
ndertype=abstract [Accessed August 15, 2011].

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 12


BAB - 2

SURVEILANS
DISUSUN OLEH :

NO NAMA PENYUSUN DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN (DPL)


1 Iis Sriningsih,SST,MKes Prodi D IV Keperawatan Semarang
2 DR. Bedjo Santoso, SSiT., MKes Koordinator lapangan
3 Emi Murniati,SST,MKes Prodi D IV TRR Semarang
4 Herlina Tri Damailia,SKM,MKes Prodi D IV Kebidanan Magelang
5 Sunarto,SKM,MKes Prodi D IV Gizi
6 Lagiono,SKM,MKes Prodi D IV Kesehatan Lingkungan
7 Drs. Moh. Hanafi, M.Kes. Prodi D IV Keperawatan Magelang
8 drg. Ani Subekti, MDSc. Prodi D IV Keperawatan Gigi
9 Arum Lusiana, S.SiT. M.Keb. Prodi D IV Kebidanan Magelang
10 Putrono,SKp,Ns,M.Kes Ketua Jurusan Keperawatan
11 Runjati,M.Mid Ketua Jurusan Kebidanan
12 DR.Kun Aristiati Susiloretni,SKM,MKes Fasilitator

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


2016

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 13


A. BATASAN DAN RUANG LINGKUP

Menurut WHO surveilans adalah Suatu proses pengumpulan, pengolahan,


analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan
penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan suatu kegiatan pengumpulan,
analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan sistematis yang kemudian
didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab
dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis
pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-
langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang
digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan
masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
B. TUJUAN
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan
khusus surveilans:
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak; Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, RS, Dokter
praktik), Komunitas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi, Pusat
Peristiwa penyakit, kesehatan populasi Intervensi Keputusan Pelaporan
Informasi (Umpan Balik)
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 14


5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)

C. PRINSIP SURVEILANS

Prinsip surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut (Budiarto, 2003) :


1. Pengumpulan data
Pencatatan insidensi terhadap populasi. Pencatatan insidensi berdasarkan
laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain,
laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas
kesehatan lain; survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko
terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan.
Tujuan pengumpulan data adalah:
a. menentukan kelompok resiko tinggi;
b. Menentukan jenis dan karakteristik(penyebabnya);
c. Menentukan reservoir; Transmisi;
d. Pencatatan kejadian penyakit; danKLB
2. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data)
yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data
yangterkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun
bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut
harus dapat memberikan keterangan yang berarti
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi
yangada dalam masyarakat.
4. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang
cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dap
atdisebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi
ini dapatdimanfaatkan sebagai mana mestinya.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 15


5. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan
untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya,
untuk kegiatantindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan
perbaikan - perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk
kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan

D. MANAJEMEN SURVEILANS
Surveilans mencakup dua fungsi manajemen:
1. Fungsi Inti
Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-
langkah intervensi kesehatan 5 masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup
deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis
maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan
masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan
respons terencana (management type response).
2. Fungsi Pendukung.
Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi,
penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber
daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb et al., 2002).

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 16


DAFTAR PUSTAKA

DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics.
Disease Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf
Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking
for quarantine. Am J Public Health;97:S44-48.
Budiarto, Eko. 2003.Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar
Jakarta:EGC
Erme MA, Quade TC (2010). Epidemiologic surveillance. Enote.
www.enotes.com/public-health.../ epidemiologic-surveillance. Diakses 21
Agustus 2010.
Giesecke J (2002). Modern infectious disease epidemiology. London: Arnold.
JHU (=Johns Hopkins University) (2006). Disaster epidemiology. Baltimore, MD:
The Johns Hopkins and IFRC Public Health Guide for Emergencies. Last, JM
(2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Mandl KD, Overhage M, Wagner MM, Lober WB, Sebastiani P, Mostahari F, Pavlin
JA, Gesteland PH, Treadwell T, Koski E, Hutwagner L, Buckeridge DL , Aller
RD, Grannis S (2004). Implementing syndromic surveillance: A practical
guide informed by the early experience. J Am Med Inform Assoc., 11:141–
150.
Pavlin JA (2003). Investigation of disease outbreaks detected by “syndromic”
surveillance systems. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York
Academy of Medicine, 80 (Suppl 1): i107- i114(1).
Sloan PD, MacFarqubar JK, Sickbert-Bennett E, Mitchell CM, Akers R, Weber DJ,
Howard K (2006). Syndromic surveillance for emerging infections in office
practice using billing data. Ann Fam Med 2006;4:351-358.
WHO (2001). An integrated approach to communicable disease surveillance.
Weekly epidemiological record, 75: 1-8. http://www.who.int/wer _____
(2002). Surveillance: slides. http://www.who.int

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 17


BAB - 3

RENCANA

PROGRAM

KOLABORASI
DISUSUN OLEH :

NO NAMA PENYUSUN DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN (DPL)


1 Arwani,SKM.MN Prodi D IV Keperawatan Semarang
2 Sugih wijayati,SKp.Ns.MKes(Epid) Koordinator Lapangan
3 Elisa Ulfiana,Ssit MKes Koordinator Lapangan
4 Arum Lusiana,SSit.MKes Prodi D IV Kebidanan Magelang
5 Suyanta,MKes Prodi D IV Keperawatan Magelang
6 Erna Widiastuti,SSit.MKes Prodi D IV Kebidanan Magelang
7 Astidio Noviardhi, S.P., M.Kes(Epid). Prodi D IV Gizi
8 Nur Hilal,SKM.MKes Prodi D IV Kesehatan Lingkungan
9 Bambang Sutomo,SsiT,MKes Prodi D IV Keperawatan Gigi
10 Mohamad Irwan Katili,SPd,MKes Prodi D IV TRR Semarang
11 Wiwik Wijaningsih,STP.MKes Ketua Jurusan Gizi
12 Tri Wiyatini, SKM, M.Kes (Epid) Ketua Jurusan Gigi
13 DR. M. Choiroel Anwar, SKM., MKes Fasilitator

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


2016

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 18


A. ANALISIS DATA
Anailsis data merupakan langkah yang harus dilakukan setelah data hasil
pengkajian ditabulasi secara paripurna (komplit). Analisis data dilakukan untuk
mempelajari & menguji data dalam rangka untuk menetapkan masalah
kesehatan. Analisis data umumnya dilakukan untuk menentukan kebutuhan
kesehatan komunitas, kekuatan komunitas, pola respon kesehatan, dan tren
pemanfaatan pelayanan kessehatan.
Langkah-langkah pengkajian dilakukan dengan tahapan berikut:
1. Langkah 1: mengkatogorikan data (categorize the data)
Kategori data dapat didasarkan pada komponen data dasar (umum)
mencakup data demografik (family size, age, sex, ethnic, racial groupings)
Data geografik (area boundaries, number & size of neighborhoods, public
spaces, roads), data sosioekonomik (occupation & income categories,
educational attainment, rental or home-ownership patters), data
pelayanan kesehatan (hospitals, clinics, mental health centers, dll.); dan
data khusus yang mengarah pada pola kesehatan berdasarkan 12
indikator kesehatan menurut Kemenkes RI tahun 2010.
2. Langkah 2: meringkas data (summarize the data) per kategori
3. Langkah 3: mengidentifikasi perbedaan data (data gaps, incongruence),
penghapusan data (omission)
4. Langkah 4: membuat simpulan (inference)
Analisis data menggunakan format sebagai berikut:
DATA MASALAH KESEHATAN
DATA SUBJEKTIF
(hasil wawancara, dll)

DATA OBJEKTIF
(hasil pengukuran, dll)

B. MASALAH KESEHATAN
Masalah kesehatan mengacu pada hasil analisis dan dapat bersifat
masalah kesehatan AKTUAL dan/atau masalah kesesehatan RESIKO. Masalah
kesehatan actual merujuk pada data-data pendukung yang sudah ada
berdasarkan hasil pengukuran, observasi, dan wawancara. Sedangkan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 19


masalah kesehatan resiko merupakan masalah yang belum ada dukungan data
secara nyata, namun jika dibiarkan akan dapat berkembang menjadi masalah
actual.
Contoh masalah aktual adalah anemi pada ibu hamil yang didukung data
80% ibu hamil yang dikaji memiliki Hb < 11 gr/dL, dan klinis sclera anemis.
Contoh masalah resiko adalah resiko terjadi penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi pada balita dengan dukungan data cakupan imunisasi kurang
dari 80%.

C. PRIORITAS MASALAH KESEHATAN


Prioritas masalah dilakukan untuk menetapkan masalah kesehatan mana
yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas masalah dilakukan ketika
ditemukan masalah kesehatan ≥ 2 (dua) masalah kesehatan.
Prioritas masalah kesehatan menggunakan metoda Bryant yang dimodifikasi
mencakup 4 kriteria yaitu :
1. Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap
masalah kesehatan tersebut penting;
2. Prevalence, yakni berapa banyak penduduk yang terkena masalah
kesehatan tersebut;
3. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari masalah
kesehatan tersebut atau tingginya angka morbiditas atau mortalitas
serta kecenderungannya; dan
4. Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan
untukmengatasinya dengan ketersediaan sumber daya (tenaga, dana,
saranadan metode/cara).
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut dilakukan scoring, kemudian
masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antar masalah-
masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi akan mendapat
prioritas yang tinggi pula.
Skor yang digunakan adalah 1 sampai dengan 4 dengan kriteria berikut:
1. Untuk aspek C (Community concern) kriteria skornya adalah sebagai berikut:
1 = tidak mendapat perhatian masyarakat
2 = kurang mendapat perhatian masyarakat
3 = cukup mendapat perhatian masyarakat
4 = sangat mendapat perhatian masyarakat

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 20


2. Untuk aspek P (Prevalence) atau frekuensi, kriteria skornya sebagai berikut:
1 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit;
2 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sedikit
3 = jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar
4 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar
3. Untuk aspek S (Seriousness) menggunakan kriteria skor berikut:
1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat
2 = masalah yang ditimbulkan cukup berat
3 = masalah yang ditimbulkan berat
4 = masalah yang ditimbulkan sangat berat
4. Untuk aspek M (Manageability), menggunakan kriteria skor sebagai berikut:
1 = tidak dapat dikelola dan diatasi
2 = cukup dikelola dan diatasi
3 = dapat dikelola dan diatasi
4 = sangat dapat dikelola dan diatasi

Penetapan besarnya skor pada masing-masing kriteria (Community concern,


Prevalence, Seriousness, dan Manageability) dilakukan dengan cara diskusi
dengan peer (antar mahasiswa), dan dengan masyarakat.
Berikut adalah contoh penetapan prioritas masalah pada kasus PHBS, dimana
ditemukan dua masalah yaitu penggunaan sumber air yang kurang baik, dan
perilaku mencuci tangan yang kurang baik.
No Pemasalahan C P S M TOTAL PRIORITAS
1 Penggunaan sumber air yang kurang baik 2 4 3 1 24 2
2 Prilaku mencuci tangan yang kurang baik 4 3 3 3 108 1

D. PLAN OF ACTION
Plan of Action (PoA) merupakan rencana aksi yang disusun oleh mahasiswa
bersama masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ditemukan
berdasarkan urutan prioritas masalah yang disampaikan saat MMD
(Musyawarah Masyarakat Desa).

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 21


PoA disusun menggunakan matrik sebagai berikut:

N Masalah Tujuan Sasaran Rencana Waktu Tempat Penanggung Ket


o Kesehatan tindakan jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penjelasan:
Kolom 1: Nomor urut prioritas masalah kesehatan
Kolom 2: diisi masalah kesehatan yang ditemukan sesuai prioritas
Kolom 3: diisi tujuan dengan mengacu SMART
Kolom 4: diisi sasaran implementasi misalnya ibu hamil di RT… RW… Desa …
Kolom 5: diisi rencana tindakan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif,
atau Rehabilitative sesuai tujuan yang akan dicapai.
Kolom 6: diisi waktu meliputi hari, tanggal, bulan, tahun dan jam.
Kolom 7: diisi tempat dimana kegiatan akan dilakukan.
Kolom 8: diisi penanggungjawab baik dari unsur mahasiswa maupun
masyarakat
Kolom 9: diisi informasi tambahan jika memang ada seperti dana,target, dll.

E. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)


MMD dilakukan setelah kelompok mahasiswa berhasil mengidentifikasi
masalah kesehatan dan menyusun strategi atau rencana pemecahan masalah
kesehatan. MMD dilakukan pada minggu pertama PKN dengan melibatkan
berbagai unsur / pihak terkait dalam proses pemecahan masalah (pemerintah
daerah / kades dan perangkat terkait, TOMA, TOGA, bidan desa, kepala
puskesmas, coordinator perkesmas di puskesmas, karangtaruna, dan pihak lain
yang relevan).
MMD dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pra MMD
Mahasiswa mentabulasi data, menganalisis data, merumuskan masalah
kesehatan, memprioritaskan masalah kesehatan, dan menyusun PoA untuk
pemecahan masalah kesehatan.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 22


Jika memungkinkan mahasiswa melakukan simulasi MMD dibawah bimbingan
DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) untuk menyempurnakan kegiatan MMD.
Mahasiswa merencanakan kegiatan MMD mencakup:
a. Kapan MMD dilakukan;
b. Dimana MMD dilakukan (tempat beserta sarana prasarana pendukung
seperti kursi, LCD, layar, soudsystem, dll);
c. Siapa saja yang diundang dalam MMD;
d. Apa saja yang harus disampaikan dalam MMD;
e. Siapa yang menyampaikan materi MMD (presentan);
f. Siapa yang memandu MMD (moderator);
g. Siapa yang menjadi pembawa acara;
h. Siapa yang mencatat seluruh kegiatan / hasil MMD;
i. Berita acara MMD (format terlampir)
2. MMD
Pelaksanaan MMD dilakukan dengan tahapan berikut:
a. MC membuka acara
b. Presentan menyampaikan hasil pengkajian dan masalah kesehatan
c. Moderator memimpin jalannya MMD dengan memaparkan masalah
kesehatan untuk mendapatkan persetujuan masyarakat dalam menyusun
prioritas masalah; dilanjutkan dengan pemaparan PoA dengan matrik
yang disepakati.
d. Hasil kesepakatan MMD dituangkan dalam berita acara kegiatan MMD
yang ditandatangani oleh kades, ketua RW / RT, TOMA / TOGA, DPL,
dan perwakilan mahasiswa.
e. MC menutup acara.
f. Pasca MMD
1) Mahasiswa membagikan berita acara MMD kepada pihak-pihak terkait
(Kades, RT/RW, bidan desa) sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan.
2) Mahasiswa menuliskan progess report kegiatan implementasi
pemecahan masalah kesehatan yang dapat dibaca oleh seluruh
mahasiswa dan DPL (ditempelkan di POSKO).

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 23


F. KEGIATAN INTERKOLLABORATIF
Kegiatan interkolaboratif dilakukan pada saat melakukan implementasi.
Kegiatan ini dilakukan setelah mahasiswa bersama masyarakat menentukan
POA untuk selanjutnya melakukan kegiatan implementasi atau pelaksanaan
rencana kegiatan yang sudah disusun bersama dengan masyarakat. Pada
kegiatan intercolaboratif ini mahasiswa melakukan kerjasama dari berbagai
disiplin profesi baik Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Keperawatan
Gigi,Kesehatan Lingkungan maupun Radiodiagnostik & Radiotherapi.

Dalam kegiatan Interkolaboratif hendaknya mempertimbangkan aspek :


1. People Empowerment
2. Health Promotion
3. Partnership/ inter-collaboration.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 24


BAB - 4

PENUTUP

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 25


Buku Panduan Materi ini disusun sebagai pendamping Buku Petunjuk
Teknis dalam pelaksanaan PKN IPC Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
pada periode pelaksanaan Tahun 2016. Program PKN IPC ini merupakan wahana
penerapan dan pengembangan pembelajaran kolaboratif civitas akademika secara
integratif dan lintas disiplin keilmuan tenaga kesehatan. Pelaksanaan Program ini
juga menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi – khususnya Pengabdian Masyarakat
– melalui perwujudan visi dan misi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Pemberdayaan kesehatan masyarakat khususnya dalam unit keluarga


merupakan tema sentral dari PKN IPC 2016 dengan memperhatikan potensi
kearifan lokal sesuai dengan daerah pengabdian. Pembentukan Keluarga Cinta
Sehat diharapkan dapat menjadi tulang punggung pembangunan kesehatan
masyarakat demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Perlu disadari bahwa panduan materi ini sebagai sarana pembelajaran bagi
mahasiswa untuk lebih mendalami implementasi program PKN IPC. Mahasiswa
duduk bersama dan mendengarkan kuliah yang sama atau membaca buku yang
sama dengan tujuan agar memiliki kemampuan kolaborasi dan bekerja dalam tim
healthcare secara efektif. Persamaan persepsi dalam memainkan peran profesi
dalam sebuah tim kesehatan sangat diperlukan agar upaya kesehatan yang
dilakukan dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Pengembangan Program PKN IPC ini perlu ditingkatkan di masa mendatang


karena komunitas ataupun masyarakat memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan
kesehatan secara kompleks dan tim kesehatan yang bekerja dalam tim
Interprofesional dapat memenuhi tantangan kebutuhan yang kompleks ini. Usaha ini
akan melibatkan sharing expertise (kompetensi) dan perspectives. Jika rasa
kemitraan dibangun sejak masa kuliah antar profesi, maka mereka akan lebih siap
untuk mengaplikasikan model terintegrasi collaborative care saat memasuki dunia
kerja

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 26

You might also like