Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub - Buku Panduan Materi Praktek Kerja Nyata Inter Prof
Adoc - Pub - Buku Panduan Materi Praktek Kerja Nyata Inter Prof
Tim Penyusun :
Panitia PKN(Kuliah Kerja Nyata) IPC
Tim DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) PKN IPC
Kaprodi dan Kajur Peserta PKN IPC
Diterbitkan oleh:
Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM)
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Sekretariat:
Kantor UPPM Poltekkes Semarang, GedungDirektorat Lt. III
JalanTirtoAgung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
Telp. (024) 7460274, Fax (024) 7460274
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
memampukan tersusunnya Buku Panduan Materi Program Kuliah Kerja Nyata Inter
Profesional Collaboration (PKN IPC). Buku Panduan ini disusun sebagai
pendamping dari Buku Petunjuk Teknis penyelenggaraan Program PKN IPC di
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Buku Panduan ini merupakan pedoman bagi Pengelola Program PKN IPC,
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan mahasiswa peserta PKN IPC dalam
menjalankan perannya guna memperoleh kejelasan dan kesamaan pemahaman
mengenai rencana maupun proses kegiatan PKN IPC. Buku panduan ini juga
memberikan arahan bagi mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi Program Pemberdayaan Kesehatan masyarakat secara kolaboratif
dan terintegrasi dalam komitmen untuk mewujudkan visi dan misi Poltekkes
Kemenkes Semarang.
Program PKN IPC ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi proses
pembelajaran mahasiswa maupun masyarakat sehingga pembangunan kesehatan
menuju masyarakat sejahtera dapat diwujudkan dengan baik. Kekurangan dalam
penyusunan Buku Panduan ini patutlah dimaklumi dan dapat digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki diri dalam penyusunan Buku Panduan selanjutnya.
Segala pihak yang telah turut memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan buku Panduan ini patut diapresiasi dalam ucapan terimakasih yang
mendalam.
Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II Surveilans 13
A. Analisis Data
B. Masalah Kesehatan
C. Prioritas Masalah Kesehatan
D. Plan of Action (PoA)
E. Musyawarah Masyarakat Desa
F. Kegiatan Interkolaboratif
BAB IV Penutup 25
INTER
PROFESSIONAL
COLLABORATION
DISUSUN OLEH :
B. TUJUAN
1. Memberi pengalaman belajar yang berharga kepada mahasiswa melalui
keterlibatan secara langsung di masyarakat untuk menemukan, merumuskan,
mempelajari, mengenal potensi masyarakat sasaran, mengorganisasi
masyarakat, memecahkan, dan menanggulangi permasalahan pembangunan
masyarakat secara rasional dengan membangun kerjasama kolaboratif lintas
profesi
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran
berdasarkan Ilmu Pengetahuan,Teknologi, dan Seni (Ipteks) secara kolaboratif
dan inter disiplin dalam upaya menumbuhkan, mempercepat gerak serta
mempersiapkan kader kader pembangunan bidang kesehatan dalam
mewujudkan keluarga cinta sehat
3. Meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa kepada permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat. Meningkatkan kedewasaan dan kepribadian yakni :
a. Nasionalisme dan jiwa Pancasila,
b. Keuletan, etos kerja, dan tanggung jawab, dan
C. PERAN PROFESI
Peran profesi dalam pelayanan kesehatan keluarga di masyarakat antara lain :
1. Sebagai Pendidik : menyuluh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
keluarga
2. Advokasi : berperan sebagai sebagai penghubung antara tim kesehatan yang
lain dan pemangku kebijakan.
3. Pemberi Asuhan pada Individu, keluarga dan masyarakat dalam lingkup
Kesehatan Gigi, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, PTM dan penyakit berbasis
lingkungan , membuat dan menggunakan media komunikasi yang efektif.
4. Sebagai agent of change: dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
keluarga
5. Mediator dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam memahami
permasalahan kesehatan dan pemecahan masalahnya.
6. Konselor dalam bidang kesehatan berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kesehatan Gigi, Gizi,Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Berbasis
Lingkungan.
7. Sebagai peneliti dalam bidang Kesehatan
Peran profesi ini dilaksanakan dalam memberikan suatu pelayanan
komprehensif yang diberikan oleh dua dua atau lebih tenaga kesehatan dari
latar belakang profesi yang berbeda melalui kerja sama dengan pasien,
F. MANAJEMEN KONFLIK
Konflik merupakan ketidaksesuaian (perbedaan sesuatu) antara 2 orang atau
lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi. Secara bahasa artinya
saling bertabrakan, ketidaksesuaian, perseteruan, perkelahian, interaksi yang
antagonis/ bertentangan. Penyebab konflik beda pemahaman, beda latar belakang,
beda kepentingan, beda sudut pandang, beda kemampuan.
Konflik diperlukan dalam suatu organisasi untuk mengadakan perubahan atau
inovasi dan menghasilkan pemecahan persoalan yang lebih baik. Konflik juga
menunjukkan dinamika organisasi. Hal yang penting diketahui adalah mengetahui
konflik seawal mungkin dengan cara menciptakan komunikasi timbal balik,
menggunakan informasi yang ada dan meminta penjelasan dari pihak ketiga. Konflik
ini dapat memberikan dampak yang positif berupa kemampuan koreksi diri sendiri,
meningkatkan prestasi & motivasi, pendekatan yang lebih baik , mengembangkan
alternatif & lebih baik
Dalam upaya mencegah terjadinya konflik, perlu dilakukan rancangan
rekayasa guna memperkecil konflik sebagai berikut :
1. Pengikutsertaan dalam latihan dan tujuan
2. Pemisahan dua kelompok yang berkonflik & membuat daftar persepsi
3. Membahas daftar persepsi yang dibuat
4. Perundingan untuk mencerna dan analisis kepincangan citra diri dan kelompok:
5. Membahas kepincangan yang ditemukan
6. Penjajagan bersama & tujuan bersama
7. Manajemen tata hubungan & mengurangi konflik
G. ETIKA PROFESI
Kata etika berfungsi untuk mengingatkan dan mengatur atau sebagai batasan
dalam proses bersosialisasi tersebut. Etika kesehatan merupakan hal yang harus
dilakukan dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan. Etika profesi
merupakan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk menjalankan profesi.
Dengan adanya etika profesi ini diharapkan anggota profesi dapat bertindak dengan
kapasitas profesional. Etika berasal dari bahasa yunani ethikos yang berarti adat
SURVEILANS
DISUSUN OLEH :
C. PRINSIP SURVEILANS
D. MANAJEMEN SURVEILANS
Surveilans mencakup dua fungsi manajemen:
1. Fungsi Inti
Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-
langkah intervensi kesehatan 5 masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup
deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis
maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan
masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan
respons terencana (management type response).
2. Fungsi Pendukung.
Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi,
penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber
daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb et al., 2002).
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics.
Disease Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf
Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking
for quarantine. Am J Public Health;97:S44-48.
Budiarto, Eko. 2003.Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar
Jakarta:EGC
Erme MA, Quade TC (2010). Epidemiologic surveillance. Enote.
www.enotes.com/public-health.../ epidemiologic-surveillance. Diakses 21
Agustus 2010.
Giesecke J (2002). Modern infectious disease epidemiology. London: Arnold.
JHU (=Johns Hopkins University) (2006). Disaster epidemiology. Baltimore, MD:
The Johns Hopkins and IFRC Public Health Guide for Emergencies. Last, JM
(2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Mandl KD, Overhage M, Wagner MM, Lober WB, Sebastiani P, Mostahari F, Pavlin
JA, Gesteland PH, Treadwell T, Koski E, Hutwagner L, Buckeridge DL , Aller
RD, Grannis S (2004). Implementing syndromic surveillance: A practical
guide informed by the early experience. J Am Med Inform Assoc., 11:141–
150.
Pavlin JA (2003). Investigation of disease outbreaks detected by “syndromic”
surveillance systems. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York
Academy of Medicine, 80 (Suppl 1): i107- i114(1).
Sloan PD, MacFarqubar JK, Sickbert-Bennett E, Mitchell CM, Akers R, Weber DJ,
Howard K (2006). Syndromic surveillance for emerging infections in office
practice using billing data. Ann Fam Med 2006;4:351-358.
WHO (2001). An integrated approach to communicable disease surveillance.
Weekly epidemiological record, 75: 1-8. http://www.who.int/wer _____
(2002). Surveillance: slides. http://www.who.int
RENCANA
PROGRAM
KOLABORASI
DISUSUN OLEH :
DATA OBJEKTIF
(hasil pengukuran, dll)
B. MASALAH KESEHATAN
Masalah kesehatan mengacu pada hasil analisis dan dapat bersifat
masalah kesehatan AKTUAL dan/atau masalah kesesehatan RESIKO. Masalah
kesehatan actual merujuk pada data-data pendukung yang sudah ada
berdasarkan hasil pengukuran, observasi, dan wawancara. Sedangkan
D. PLAN OF ACTION
Plan of Action (PoA) merupakan rencana aksi yang disusun oleh mahasiswa
bersama masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ditemukan
berdasarkan urutan prioritas masalah yang disampaikan saat MMD
(Musyawarah Masyarakat Desa).
Penjelasan:
Kolom 1: Nomor urut prioritas masalah kesehatan
Kolom 2: diisi masalah kesehatan yang ditemukan sesuai prioritas
Kolom 3: diisi tujuan dengan mengacu SMART
Kolom 4: diisi sasaran implementasi misalnya ibu hamil di RT… RW… Desa …
Kolom 5: diisi rencana tindakan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif,
atau Rehabilitative sesuai tujuan yang akan dicapai.
Kolom 6: diisi waktu meliputi hari, tanggal, bulan, tahun dan jam.
Kolom 7: diisi tempat dimana kegiatan akan dilakukan.
Kolom 8: diisi penanggungjawab baik dari unsur mahasiswa maupun
masyarakat
Kolom 9: diisi informasi tambahan jika memang ada seperti dana,target, dll.
PENUTUP
Perlu disadari bahwa panduan materi ini sebagai sarana pembelajaran bagi
mahasiswa untuk lebih mendalami implementasi program PKN IPC. Mahasiswa
duduk bersama dan mendengarkan kuliah yang sama atau membaca buku yang
sama dengan tujuan agar memiliki kemampuan kolaborasi dan bekerja dalam tim
healthcare secara efektif. Persamaan persepsi dalam memainkan peran profesi
dalam sebuah tim kesehatan sangat diperlukan agar upaya kesehatan yang
dilakukan dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat.