You are on page 1of 31
BAB V MENENTUKAN KEPEMIMPINAN A. Faktor Penentu Kepemimpinan Ada hal yang perlu dipelajari dalam upaya membentuk kemampuan memimpin. Potensi memimpin tersebut tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada unsur-unsur pembentuk. Di samping itu dalam kepemimpinan juga memerlukan pertimbangan kondisional terkait dengan kepemimpinan tersebut. Hal ini sangat relevan dengan adanya permasalahan yang tidak kalah pentingnya dalam kepemimpinan adalah bagaimana menjalankan kepemimpinan itu Permasalahan ini menyentuh pada garis-garis pokok yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin agar dapat menjalankan aktivitas kepemimpinan dengan baik. Menurut Huneryager dan Heckman di dalam konsep Deciding How To Lead (dalam Utomo,1995:8), ada tiga penekanan yang harus diperhatikan sehingga seorang pemimpin dapat memimpin dengan baik, yaitu: 1. Social background, knowledge dan experience dari seorang pemimpin yang meliputi: © value system ° confidence © leadership inclination 59 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN * security on uncertain situation 2. Expected behavior dari bawahan yang meliputi: ¢ needs for independence © responsibility for decision making © interested in the problem and feel that it is important understand and identify with the goal 3. Situation, yang meliputi: © type of organization © group effectiveness e the pressure of time ¢ the problem itself Penekanan-penekanan di atas apabila diungkapkan dalam istilah lain adalah, pertama: focus in the manager, kedua: focus in the sub- ordinate,ketiga: focus in the situation (Hughes, Ginnet and Curphy,2006:105). Penekanan pada diri pemimpin terkhususkan pada bagaimana secara kondisional pemimpin tersebut memiliki kemampuan atau potensi untuk memimpin. Kekuatan yang dimiliki oleh anak buah, ményangkut bagaimana tentang kemampuan yang dimiliki anak buah sehingga dapat memberikan dukungan dalam proses kepemimpinan. Sedangkan kondisional situasi juga menentukan kepemimpinan, karena suatu situasi dapat memberikan kemudahan atau kesulitan dalam kepemimpinan. 1. Fokus pada Pemimpin Pemimpin memegang peran yang sangat menentukan dalam aktivitas memimpin. Bertolak dari kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin tentu akan memberikan kontribusi dan arah kepemimpinan yang lebih jelas. Kekuatan pada pemimpin atau forces in the manager kurang lebih yang dimaksudkan adalah bahwa kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin merupakan bagian penting dalam menentukan kepe- mimpinannya. Dengan kemampuan pemimpin tersebut maka akan menentukan kualitas dari pemimpin itu sendiri. Kenampuan pemimpin merupakan modal dasar yang dimiliki untuk melakukan kepe- 60 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN mimpinan. Apakah pemimpin mempunyai kemampuan tertentu atau tidak, maka hal itu dapat memberikan arah’kepemimpinan, energi kepemimpinan dan menentukan gaya dan perilaku memimpin secara spesifik, sehingga akan berbeda performance kepemimpinan seseorang dengan orang lainnya. Potensi yang terdapat dalam tubuh pemimpin secara internal sebagai faktor pembentuk kemampuan pemimpin secara terperinci dapat menurut Utomo (1995) dikemukakan sebagai berikut: a. Social background (latar belakang sosial) b. Knowledge (ilmu pengetahuan) c. Experiences (pengalaman) Ketiga hal tersebut merupakan komponen yang tidak dapat diabaikan. Seperti social background merupakan latar belakang sosial yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi seorang pemimpin. Seperti pendidikan dalam keluarga, pengaruh lingkungan dalam— perkembangan pemimpin tersebut ketika seseorang dalam masa pertumbuhan, akan memberikan kontribusi baik positif maupun negatif terhadap pembentukan watak, kebiasaan(habitual), sikap (attitude), perilaku (behavior). Pengetahuan juga merupakan pembentuk kemampuan pemimpin khususnya menyangkut masalah penguasaan ilmu, keahlian atau kepakaran. Sedangkan pengalaman merupakan suatu bentuk perpaduan serta aksentuasi yang menarik antara latar belakang, pengetahuan yang dimiliki yang termanifestasi ke dalam bentuk peristiwa yang dialami. a. Social background (latar belakang sosial) . Apabila proses yang dialami positif maka akan mendukung bagi kepemimpinan seseorang, tetapi jika kontribusi dari lingkungan sosial itu berupa pengaruh-pengaruh negatif dan membentuk watak yang negatif maka akan ikut memberikan nuansa yang kurang baik dalam praktek kepemimpinan seseorang. Dengan demikian social background ini mempengaruhi perilaku, tindakan dan kebijakan kepemimpinan seseorang. Dari latar belakang sosial seorang pemimpin tersebut dapat dilihat sisi lain, yaitu: 61 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN a. His confidence in his subordinate (kepercayaannya terhadap bawahannya) b. His own leadership inclination (kepemimpinan menurut kehendaknya sendiri) c. His feeling of security in uncertain situation (perasaan kemam- puannya dalam situasi yang tak menentu). Dengan latar belakang sosial ini akan membentuk apakah seorang pemimpin mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap bawahan: atau tidak. Jika pendidikan sosial yang dialami seorang pemimpin selalu memposisikannya sebagai orang yang teralineasi dari kelompok, tidak pernah dipercaya dan cenderung tersingkir dari pergaulan sosial, maka sangat mungkin pribadi pemimpin tersebut juga tidak mempunyai kepercayaan terhadap orang lain. Ketika seseorang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang selalu memberikan kesempatan, tidak mencela atas kekurangan, namun memberikan saran peningkatan, tidak mengadili ketika ada kesalahan, namun memberikan semangat untuk memperbaiki kesalahan, maka seseorang tersebut akan tumbuh sebagai seorang, yang memiliki rasa percaya diri. Di sisi lain pemimpin tersebut akan menaruh kepercayaan kepada anak buah. Karena hidup di lingkungan keluarga, masyarakat serta lingkungan pendidikan yang selalu saling memberi kepercayaan, maka rasa percaya diri dan rasa percaya pada orang lain dapat terpupuk dengan baik. Permasalahan berikutnya adalah seorang pemimpin mung- kinkah akan selalu berkembang atau tidak. Jika dalam hidupnya selalu terbiasa dihadapkan dengan tantangan yang menuntutnya untuk selalu termotivasi maju, maka ketika menjadi pemimpin sangat mungkin dia selalu mengembangkan diri, berkreasi, melakukan inovasi yang mendukung bagi kemajuan dalam kepemimpinannya, Disamping itu seorang pemimpin apakah punya feeling yang cukup baik terhadap ketidakpastian situasi, ini sangat tergantung dari latihan dan pengalaman yang diperoleh dalam proses pendidikan. 62 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN b. Knowledge (ilmu pengetahuan) Pembentuk kemampuan pemimpin dari latar belakang kehidupan memang menjadi bagian penting. Namun selain latar belakang sosial, yang dapat memperkuat seorang pemimpin, apakah ia mem- punyai kepercayaan terhadap orang lain, dapat mengembangkan diri serta punya feeling yang baik tentang ketidakpastian waktu yang akan datang ini ditentukan oleh pengetahuan (knowledge) memiliki peranan penting. Pengetahuan merupakan input yang diperoleh seseorang melalui proses belajar. Belajar secara formal dan informal merupakan sebuah media yang hampir dipastikan diperoleh setiap pemimpin di jaman modern ini. Seseorang yang dalam proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan baik, maka input yang diperoleh berupa pengetahuan tersebut semakin baik. Belajar secara formal dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan formal berupa sekolah-sekolah. Dalam proses pem- belajaran ini, seseorang memperoleh bentangan ilmu pengetahuan yang sangat banyak dan bervariasi. Dengan demikian seseorang dapat mempelajari sebagian dengan cara. menentukan interest secara terprogram dengan mengikuti ketentuan lembaga pembelajar atau dengan menentukan minat secara mandiri. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam proses pembelajaran ini kemampuan penye- rapan dan analitis akan sangat menetukan keberhasilan seseorang. Calon pemimpin tentu diharapkan dapat memanfaatkan interest terhadap ilmu pengetahuan untuk, membekali diri, sehingga memper- luas wawasan, pemahaman wacana menjadi lebih komprehensif. Khususnya para pemimpin yang bergerak di bidang pendi- dikan, penelitian, kediklatan, profesi apoteker, kedokteran, keteknikan, serta pengembangan ilmiah yang lain, sangat dominan pengaruh pengetahuan untuk melaksanakan fungsi kepemimpinan dan pengembangan diri. Dengan kata lain kepakaran seseorang sangat dibutuhkan, hal ini karena fungsi yang dilakukan dalam kepemimpinan terkait secara langsung dengan keahlian yang, dimiliki. Tetapi secara umum kepemimpinan membutuhkan pengetahuan tentang cara memimpin yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap bidang kepemimpinan yang ada. 63 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN Pengetahuan bersangkutan dengan masalah ilmu, keahlian khusus, ketrampilan. Jika seorang pemimpin mempunyai pe- ngetahuan yang cukup maka dalam memberikan pengarahan, konsultasi, nasihat, teguran, dan pengawasan kepada bawahan akan tepat. Motivasi yang diberikan kepada bawahan juga tidak asal saja, melainkan dikaitkan dengan masalah kemampuan, saran tentang pengembangan dan pandangan yang relevan. Dengan demikian bawahan juga merasa punya keyakinan terhadap pe- mimpinnya, karena apa yang dikatakan atas dasar pengetahuan yang dimiliki pemimpin. Pengetahuan akan memperkaya wacana, mempertajam analisis masalah, memperjelas dan memperkuat dalam memberikan argumentasi serta memberikan pertimbangan rasional baik dalam pemecahan masalah maupun pengambilan keputusan. ._ Experiences (pengalaman-pengalaman) Pengalaman (experiences) yang dimiliki seorang pemimpin mem- berikan warna dan sentuhan teknis serta kebijaksanaan dalam bertindak dan pengambilan keputusan. Jika pengetahuan ini dapat diperoleh secara formal melalui pendidikan maupun non formal, maka pengalaman diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, baik pengalaman teknis mempimpin maupun pengalaman lain yang dapat menjadi masukan positif dalam kepemimpinan seseorang. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh semakin banyak variasi referensi pemimpin tersebut. Di samping itu semakin lama seseorang memegang kepemimpinan, maka semakin kaya penga- laman pemimpin tersebit. Dengan demikian kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, memberikan motivasi, dan fungsi-fungsi pemimpin yang lain akan semakin baik. Pengalaman terbentuk dari seluruh peristiwa yang dialami secara pribadi sepanjang hidupnya, atau peristiwa yang disaksikan dalam hidupnya, sehingga melalui peristiwa hidup prbadi atau orang lain yang diamatinya, memberikan nilai tambah dalam dirinya. Nilai tambah tersebut berupa catatan dalam memori tentang apa yang baik, buruk, tepat atau kurang tepat, benar atav 64 MENENTUKAN °KEPEMIMPINAN salah yang perlu diperhatikan. Peristiwa yang sangat mengesan tentunya akan menorehkan pengalaman yang dapat berbekas dan terus diingat. Tetapi pengalaman yang dianggap tidak terlalu penting mungkin hanya bertahan beberapa saat, atau tempo yang pendek saja. 2. Fokus pada Anak Buah Permasalahan kedua yang tidak mungkin diabaikan adalah bawahan itu sendiri, atau dalam hal ini disebut dengan forces in the subordinate. Faktor anak buah merupakan bagian penting dalam proses kepemim- pinan. Bawahan adalah pihak yang memiliki hubungan langsung dengan pelaksanaan tugas yang sangat menentukan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Apabila bawahan memiliki perilaku dan komitmen tinggi terhadap segala perintah, tugas, tanggung jawab maka akan melancarkan proses kepemimpinan seseorang. Sebaliknya jika bawahan mempunyai perilaku yang tidak sesuai maka akan meng- hambat kelancaran atau keberhasilan kepemimpinan seseorang. Besarnya peranan anak buah dalam kepemimpinan tidak dapat diabaikan. Oleh karena posisinya yang strategis, maka pihak bawahan iniharus diperhatikan oleh pihak pimpinan. Bawahan tidak boleh hanya dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan, sebab bawahan juga mempunyai kebutuhan, kepentingan dan harapan. Apabila kebutuhan bawahan dapat dipenuhi melalui aktivitas organisasi pada umumnya, kepentingan dapat diperjuangkan pencapaiannya melalui organisasi dan harapannya dapat dipenuhi atau dipuaskan oleh organisasi, maka bawahan akan mempunyai komitmen yang tinggi pula terhadap tugas. Ituadalah hubungan reciprocal yang harus diperhatikan oleh pemimpin. Untuk itulah harapan bawahan ini harus diperhatikan. Harapan-harapan bawahan yang tercakup dalam expected behavior meliputi empat hal sebagai berikut: a. Need for independence b. Interested in the problem and feel that it’s important c. Understand and identify with the goal d. To expect to share in decision making 65 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN Satu per satu harapan anak buah tersebut perlu ditelusuri, agar dapat mengambil manfaat dari harapan tersebut. Tentu saja memenuhi keempat harapan tersebut merupakan suatu hal yang tidak sederhana. Pemimpin dalam upaya memenuhi harapan anak buah ini tentu sebaiknya menyelami anak buah secara baik. Untuk memperjelas keempat harapan tersebut maka secara terperinci adalah: a. Need for independence (Kebutuhan untuk mandiri) Bagaimanapun bawahan memiliki keinginan untuk mandiri, karena bawahan juga mempunyai kemampuan, mempunyai inisiatif dan kreativitas yang tidak mungkin selalu dilarang. Bawahan juga ingin mengembangkan diri, oleh karena itu perlu adanya kebebasan untuk berimprovisasi, melakukan modifikasi dan inovasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bawahan yang memiliki kemampuan yang cukup tidak mau. didikte oleh pemimpin terus menerus, ada kalanya harus diberi kewenangan secara proporsional untuk membuat keputusan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, diberi kebebasan untuk mencari atau men- ciptakan metode baru dalam pekerjaannya, tidak selalu ditentukan melalui petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis yang mengikat dan sangat kaku (rigid). b. Interested in the problem and feel that it's important (Ketertarikan dan menganggap penting suatu masalah) Keberhasilan kepemimpinan seseorang juga sangat tergantung pada sikap bawahan terhadap permasalahan-yang dihadapi oleh orga- nisasi. Jika bawahan memandang permasalahan organisasi juga merupakan kepentingannya dan sekaligus menganggap perma- salahan tersebut penting, maka kemungkinan besar bawahan akan memberikan reaksi yang, besar terhadap permasalahan tersebut. Dengan menganggap bahwa permasalahn organisasi merupakan bagian penting dan merasa ikut berkepentingan maka bawahan akan memberikan dukungan terhadap penyelesaian masalah tersebut. Bawahan berusaha memberikan masukan, mencari carta atau metode baru, memberikan empati bahkan bersedia berkorban 66 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN demi terselesaikannya masalah tersebut. Akan tetapi jika bawahan tidak merasa menjadi bagian dari masalah organisasi akan bersikap acuh tak acuh, tidak mempedulikan kesulitan yang dihadapi oleh organisasi. Dari tipologi orang yang demikian ini pemimpin tidak dapat berharap banyak akan kesediaannya untuk terlibat dalam penyelesaian masalah. Agar bawahan mempunyai respek terhadap masalah organisasi, maka sangat perlu diberi pengertian, diberi penjelasan tentang pelbagai hal yang menurut kapasitasnya masalah tersebut boleh diketahui oleh bawahan. Pemimpin juga memberikan penjelasan bahwa pada prinsipnya permasalahan yang menimpa organisasi merupakan tanggung jawab bersama, disamping secara moral setiap orang merupakan bagian dari permasalahan tersebut. Dengan menge- tahui duduk permasalahan secara benar maka bawahan akan segera menyadari posisi dan fungsinya berkenaan dengan masalah tersebut. Hal ini merupakan stimulasi bagi bawahan untuk. mengambil sikap. Understand and identify with the goal (Memahami dan identifikasi tujuan) Dalam tidaknya keterikatan bawahan terhadap organisasi sangat tergantung pada pengertian bawahan terhadap identitas tujuan organisasi. Semua bawahan harus benar-benar mengerti, memahami dan mengenali tujuan organisasi. Tentu saja bawahan tidak akan tahu dengan sendirinya, melainkan harus melalui penjelasan dan internalisasi nilai-nilai dari pihak pimpinan. Proses penanaman kesadaran atas tujuan organisasi hendaknya diberikan secara matang, sehingga anak buah betul-betul paham mengenai apa yang, harus dicapai oleh organisasi, nilai-nilai apa yang harus melandasi setiap gerak dan tindakan. Dengan mengerti dan memahami tujuan maka bawahan akan memiliki tanggung jawab. Sosialisasi merupakan sebuah strategi untuk menginternali- sasikan tujuan kepada anak buah. Penjelasan yang benar dan terperinci mengenai tujuan yang ingin dicapai merupakan sebuah cara yang harus di tempuh. Setiap orang yang ada dalam organisasi sering bertanya-tanya mengenai apa yang ingi dicapai oleh 67 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN organisasi, serta apa kontribusi setiap orang yang ada terseby dalam pencapaian tujuan. Dengan memahami tujuan, maka akan memahami di mana posisi serta peran setiap orang dalam membanty organisasi untuk mewujudkan impian-impiannya. Dengan memahami tujuan seorang anggota dapat mengatur gerak dan langkah yang harus dilakukan, sebaiknya dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Pengertian mengenai sesuatu yang harus dilakukan ini mengndung makna “tidak ada pertimbangan suka dan tidak suka” bahwa tanpa alasan apapun setiap orang harus melakukan, karena menyangkut hal yang prinsip dan berbahaya atau merugikan ketika tidak dilakukan. Dengan demikian anak buah memahami posisinya bahwa dalam melakukan tidak boleh melibatkan emosi, melainkan sesuatu harus ditaati, suka atau tidak. Tentu dalam organisasi yang baik, tentu hal ini menyangkut hal- hal yang positip. Sedangkan kegiatan yang sebaiknya dilakukan adalah sebuah pertimbangan yang terbaik ketika dilakukan, tetapi tidak bersifat memaksa kepada setiap orang. Hal tersebut ketika dilakukan akan menambah nilai lebih, tetapi jika tidak dilakukan tidak mengurangi substansi. Dan kegiatan yang tidak. boleh dilakukan adalah kegiatan yang merugikan organisasi. Dengan demikian sadar atau tidak jika seseorang melakukan maka telah memberikan citra negatif terhadap organisasi, atau telah mengu- rangi makna, mengurangi kualitas. Kendati misalnya seseorang melakukan dengan tanpa disadari sekaligus seseorang tersebut tetap harus mempertanggungjawabkan. - To expect to share in decision making (Harapan terlibat dalam Pengambilan keputusan) Di samping mengerti akan tujuan bawahan juga ingin diikut- sertakan dalam pengambilan keputusan. Dengan keikutsertaan dalam perumusan keputusan dan pengambilan keputusan tersebut, bawahan berarti terlibat dalam proses. Keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan akan memperkuat rasa tanggung jawab atas pelaksanaan, karena merasa ikut membuat. Di samping mempertebal rasa ikut tanggung jawab dengan dilibatkannya 68 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN bawahan dalam proses pengambilan keputusan, akan merasa sebagai orang yang diperhitungkan atau diakui keberadaannya, sehingga semakin mantap dalam organisasi tersebut dan akan memberikan dukungan yang semakin kuat. Secara implisit anak buah mempunyai harapan bahwa pemimpin. dapat menerapkan kepemimpinan partisipatif. Melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri jika anak buah dilibatkan. Tetapi harapan tersebut hen- daknya juga diimbangi oleh kemampuan pengetahuan, pertim- bangan rasional, keberanian berbicara, diskusi dan menyampaikan pendapat, melakukan analisis yang memadai terhadap perma- salahan-permasalahan yang dihadapi. Dengan begitu harapan tersebut merupakan sebuah permintaan efektif bukan sekedar kebutuhan yang dirasakan saja. Pemimpin dapat merespon ‘harapan ini dengan melakukan skema dan aturan main untuk melibatkan anak buah dalam pengambilan keputusan. Pelibatan anggota tersebut perlu dilaku- kan secara umum dengan memobilisasi secara keseluruhan atas anggota yang dimiliki, atau terbatas. Tentu semua ini ada per- timbangan strategis yang digunakan untuk mempertimbangkan. Jika permasalahan yang dibahas atau kebijakan yang dibahas mengenai hal-hal yang bersifat prinsip pada umumnya pemenuhan harapan untuk pelibatan anggota dalam pengambilan keputusan biasanya terbatas. Ketika permasalahan yang dihadapi bersifat umum dan sederhana, dapat memobilisasi semua orang untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. 3. Fokus pada Situasi Hal ketiga yang harus diperhatikan dalam kepemimpinan seseorang adalah forces in the situation. Situasi merupakan faktor penentu keber- hasilan kepemimpinan seseorang. Karena sifatnya yang berubah-ubah dari waktu ke waktu, dengan munculnya tekanan dan hal-hal yang bersifat insidental meceeehinian seorang pemimpin harus mem- perhitungkan masalah waktu ini. 4 A = ee Fes oie saree hal-hal yang berkaitan 69 BAGIAN |: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN, a. Type of organization (tipe organisasi) b. The problem itself (permasalahan itu sendiri) c. Group effectiveness (efektivitas kelompok) d. Type of pressure (tipe tekanan) Tipe organisasi menentukan dalam kepemimpinan seseorang. Setiap tipe organisasi menuntut kepemimpinan yang berbeda, karena situasi yang dihadapi berbeda. Kemudian masalah yang dihadapi oleh organisasi ada yang bersifat rumit atau sederhana juga akan menjadi picu terbentuknya situasi tertentu. Efektivitas kelompok juga mem- bentuk situasi. Kelompok yang efektif menciptakan situasi yang berbeda dengan memimpin kelompok yang pasif dan tidak efektif. Serta tipe tekanan yang dibuat dalam organisasi juga membutuhkan kepemimpinan yang berbeda, karena berat ringan dan keras tidaknya tekanan menumbuhkan situasi yang lain juga. a. Type of organization Tipe organisasi terbuka tentu akan berbeda dengan tipe organisasi tertutup. Pada organisasi tertutup segala sesuatu diatur secara kaku, ada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Dengan begitu maka kepemimpinan selalu bertolak dari juklak dan juknis. Situasi yang terbentuk dalam organisasi sistem tertutup adalah suatu suasana yang kaku, segala sesuatu harus mengikuti juklak dan juknis. Terjadinya penyimpangan yang produktif, dalam artian mem-by pass suatu prosedur atau mekanisme dengan memotong suatu proses yang dipandang sebagai pemborosan, dipandang sebagai pelanggaran. Berbeda dengan organisasi tertutup, situasi yang dibentuk dalam organisasi sistem terbuka adalah lebih bersifat dinamis, penuh dengan diskusi, biasa dengan perbedaan, sehingga pemimpin harus dinamis pula di dalam memimpin. Tipe organisasi merupakan permasalahan tersendiri, mengingat organisasi merupakan sistem sosial, yang di dalamnya akan ditemukan berbagai sikap dan tingkah laku. Sementara orang yang tergabung di dalamnya diwarnai oleh nilai dan tradisi masyarakat, sehingga ikut menentukan efektivitas dalam kepemimpinan- 70 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN Kesesusian nilai dan tradisi, kebiasaan serta budaya dengan nilai- nilai organisasi tentu akan memudahkan seorang pemimpin dalam menentukan kepemimpinan. Tetapi jika terjadi keadaan yang bersifat konfliktual, maka pemimpin sulit untuk menentukan kepemimpinan. Sebagai contoh suatu nilai yang ingin dikembangkan oleh organisasi adalah efisiensi, membentuk disiplin kerja pegawai, namun nilai-nilai tersebut berseberangan dengan nilai dan budaya anggota, yaitu suka menunda pekerjaan, mengutamakan ngobrol dan menyelesaikan pekerjaan jika dipaksa. Kondisi semacam ini menghasilkan situasi konfliktual bagi pemimpin untuk menentukan kepemimpinan yang sesuai. Dalam hal ini pemimpin harus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menjembatani konflik budaya tersebut. Banyak hal yang harus dilakukan supaya kepemimpinan tersebut efektif, yaitu dengan merubah perilaku dan budaya anggota. . The problem itself Problem yang dihadapi oleh organisasi merupakan salah satu penentu kepemimpinan seseorang, apakah seseorang dapat meng- ambil gaya kepemimpinan yang otoriter atau demokratis. Untuk dapat menentukan sikap pemimpin harus melihat permasalahan itu dari sisi: i. Substansi permasalahannya apakah berada pada level kebi- jakannya atau pada level pelaksanaannya. ii Tuntutan waktunya, apakah bersifat mendesak atau tidak untuk penyelesaiannya. iii, Bentuk permasalahan tersebut apakah sederhana atau mem- punyai tingkat kerumitan yang tinggi. iv. Sifat permasalahan tersebut apakah penting atau kurang penting. Untuk menghadapi masalah-masalah yang’ riskan tentu saja pe- mimpin dapat membatasi demokratisasi yang diterapkan. Sedangkan untuk mengatasi masalah yang sifatnya teknis, seder- hana tidak terlalu penting maka dapat memobilisasi bawahan untuk ikut partisipasi dalam memecahkan masalah, atau bahkan dapat mendelegasikan wewenang. 71 BAGIAN.I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN c. Group effectiveness Efektivitas kelompok merupakan modal yang tidak dapat di- abaikan, sebab kepemipinan seseorang juga ditentukan oleh efektif tidaknya suatu kelompok. Kelompok yang dimaksud adalah dapat mencakup pengertian kelompok formal yang ada dalam organisasi, yang terbentuk sesuai dengan ketentuan resmi organisasi, misalnya bagian-bagian, atau sub unit-sub unit, kepanitiaan, tim dal lain- lain. Di samping itu kemungkinan dalam suatu organisasi orang- orang juga secara non formal membuat suatu kelompok, yang mempunyai latar belakang berbeda-beda, menurut kepentingan orang-orang yang mengelompok tersebut. Kelompok formal mau- pun non formal dapat bersifat efektif atau tidak. Yang bersifat efektif dapat dimanfaatkan oleh pimpinan untuk mendukung kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, sebaliknya yang tidak efektif dapat mengganggu pencapaian tujuan. organisasi. Pemimpin harus dapat melakukan pendekatan terhadap kelompok- kelompok tersebut, sehingga lebih terarah pada tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang berhadapan dengan organisasi dengan anggota bersikap dan perilaku efektif, maka akan jauh lebih menuntut kepemimpinan yang demokratis, dinamis, terbuka serta mampu menyampaikan tantangan. Kelompok yang efektif pada umumnya menyukai sebuah dinamika, dengan kepemimpinan yang partisipatif akan mampu mengakomodasi kelompok secara lebih mengenai sasaran. Pada kelompok yang tidak efektif, maka pemimpin harus memainkan peran secara dominant. Pemimpin harus menjelma menjadi pengarah, mandor dan executor dalam memotori kegiatan tutin sekalipun. Ada banyak masalah yang dihadapi dalam kelompok semacam ini, sehingga sangat menyita waktu pemimpin. Sistem otomatisasi pengawasan tampaknya menjadi sangat kaku. d. Type of pressure Tekanan-tekanan yang terjadi dalam organisasi juga harus di- perhatikan, karena dengan melihat tekanan tersebut Ppemimpin dapat mengambil strategi dan langkah-langkah yang efektif untuk 72 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN menjalankan kepemimpinannya. Dilihat dari sumbernya, tekanan bisa berasal dari dalam atau luar organisasi. Dilihat dari kapasitas tekanan ada tekanan yang sifatnya kecil dan ada yang besar sehingga memerlukan penyelesaian yang serius. Dilihat dari sifatnya dapat diketahui apakah tekanan lebih bersifat politis atau yang lain. Apabila pemimpin berhasil mengidentifikasi tekanan, kemudian dapat mengambil‘langkah yang sesuai dengan tuntutan tekanan tersebut, maka’ kepemimpinan seseorang akan lebih berhasil. B. Ice Breaking: Mengubah Kebiasaan Pembelajar perlu dikenalkan dengan bagaimana proses dan dampak yang dirasakan ketika perubahan dilakukan. Perubahan tidak selalu mendapatkan sambutan baik, bahkan kadang-kadang ditolak oleh anggota. Sedangkan untuk mencapai kemajuan dalam kepemimpinan, seperti pencapaian. efektivitas kepemimpinan perlu dilakukan perubahan budaya. Seperti untuk mengubah situasi agar lebih akomodatif terhadap pencapaian kepemimpinan yang Jebih baik, maka fokus pada situasi perlu disesuaikan. Situasi yang tidak kondusif perlu diubah, dan perubahan situasi diterima atau tidak sangat tergantung dari respons anak buah. Untuk itulah anak, buah sebaiknya di- kondisikan untuk dapat melakukan perubahan, “ ‘ Untuk mengantarkan pemahaman pembelajar dengan perubahan tersebut maka diperlukan permainan ataupun semacam ice breaking. Dalam permainan ini sebaiknya dampak perubahan dirasakan oleh semua orang. Melalui pengalaman untuk mengubah dan menjadi berubah diperlukan sebuah kesungguhan di samping keikhlasan. Berubah yang sungguh-sungguh membutuhkan sebuah pengurbanan. Sedangkan seseorang mampu melakukan pengurbanan jika dilandasi oleh sebuah keikhlasan. Perubahan merupakan sebuah proses, sehingga harus dijalani setapak demi setapak. Akan tetapi untuk menjalani sebuah proses tentu dihadapkan pada kendala yang menghambat berlangsungnya peru- bahan secara mulus. Di samping kendala itu menimbulkan rasa frustrasi (bosan) juga memunculkan tekanan psikologis. Kondisi ini akan dapat 73 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN dilalui dengan hasil yang baik, jika setiap orang yang terlibat dalam proses perubahan ini dengan kesabaran, kemampuan mengatasi stress, dan teliti di dalam setiap usaha perubahan. Dalam sebuah perubahan besar yang melibatkan banyak orang memerlukan sebuah kerjasama, kekompakan, koordinasi, serta kesepakatan-kesepakatan yang mendukung terjadinya perubahan. Pertama yang harus disepakati bersama adalah filosofi_perubahan, dengan demikian setiap orang memahami aspek pentingnya perubahan secara jelas. Langkah-langkah perubahan disusun bersama, disepakati serta dipahami bersama. Identifikasi peran dalam perubahan di- perlukan untuk mengetahui masing-masing posisi serta harus me- mainkan peran serta memberi kontribusi tertentu. Di dalam pelak- sanaan perubahan selanjutnya masing-masing memberikan kontribusi secara proporsional. Untuk memahami perubahan yang dilakukan dalam organisasi, maka berikut ini ada dua permainan yang dapat dijadikan sebagai rujukan pelatihan pembelajaran. 1. Permainan perubahan sikap individu Agar seluruh pembelajar dapat merasakan perubahan sikap yang ber- implikasi pada situasi organisasi, maka semua orang harus mendukung. Perubahan ini walaupun sifatnya individual, namun ketika hanya dilaku- kan oleh sebagian orang, maka tidak akan mampu mengubah situasi. Untuk menyelami bagaimanakah perubahan tersebut memunculkan kesulitan dan tekanan, maka permainan di bawah ini perlu dipraktikkan: Panduan Permainan 4 Ketentuan: |. pembelajar diminta untuk berdiri berdiri santai, dengan tangan terlipat di depan, 2. sikap berdiri senyaman mungkin sesuai denga kebiasaan sehari-hari. 3._sikap berdiri diubah dalam waktu satu menit dengan sikap berdiri yang ditentukan oleh fasilitator sebagai berikut: a. _sikap berdiri santai diubah dengan sikap berdiri tegak. b. kedua tangan ditarik ke belakang dan dilipat tepat di punggung. | 74 MENENTUKAN KEPEMIMPINAN © _pembelajar diminta untuk mencapai posisi yang senyaman apa yang dirasakan pada saat berdiri dengan sikap santai? d._permainan dihentikan ketika pembelajar telah mencapai rasa nyaman. 4. _pembelajar diminta merasakan proses tersebut, dan diminta menyampaikan apa yang dirasakan secara bergantian, dan dilakukan pendataan. 5. pengalaman tersebut didiskusikan, untuk menjawab permasalahan perubahan pada level individual. 2. Permainan perubahan kelompok Sebuah perubahan pada level kelompok mempunyai implikasi yang lebih besar dan harus dilakukan secara terkoordinasi. Tentu hal ini lebih rumit daripada yang dilakukan pada level individu. Pada level kelompok jauh lebih rumit jika dibandingkan dengan level individu, karena memerlukan keputusan sikap kelompok, kekompakan dalam bertindak dan saling empati. Panduan Permainan 5 Pengumuman: Kelompok dalam bahaya, ada perubahan besar di luar, yang mengancam ‘eksistensi dan produktivitas. Semua harus melakukan perubahan secara frontal. = 7 Posisi semua anggota kelompok berada di atas karpet yang tergelar secara mendatar. Perubahan yang harus dilakukan adalah dengan membalik karpet pada sisi yang lain tanpa ada anggota yang terjatub/ke luar dari bentangan karpet. Waktu yang tersedia untuk membalik karpet adalah 30 menit. Manajemen perubahan: 1. Membuat kesepakatan perubahan. 2. Menentukan langkah-langkah. 3. Proporsi peran masing-masing anggota, 4. Proses pelaksanaan Setelah permainan pengalaman tersebut didata, sehingga diperoleh kesimputan tentang proses perubahan, hasil, dan implikasi yang dialami- ‘Sumber: Dikembangkan dari pengalaman mengikuti pelatihan kepemimpinan, 2006. vi) BAGIAN I: DASAR-DASAR. KEPEMIMPINAN Bertolak dengan permainan tersebut, maka pembelajar dapat memiliki pengalaman tentang bagaimana melakukan sebuah perubahan berkelompok. Internalisasi nilai-nilai perubahan yang dilakukan secara berkelompok dapat dirasakan oleh pembelajar. Dengan demikian pembelajar benar-benar membuktikan bahwa sebuah perubahan tersebut membutuhkan proses yang memperoleh dukungan secara serentak dan terkoordinasi. Perubahan secata umum akan memun- culkan korban, baik kecil atau besar. Dalam permainan ini pesan yang disampaikan kepada pembelajar adalah “usahakan perubahan tanpa memunculkan korban.” Untuk memperoleh hasil perubahan yang spektakuler dengan tanpa korban merupakan suatu yang sangat sulit. 16 BAB VI EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN A. Pengaruh dan Motivasi dalam Efektivitas Kepemimpinan Pemimpin harus dapat mempengaruhi dan memotivasi bawahan. Di dalam usaha mempengaruhi dan memotivasi tersebut (attempted leadership) kemungkinan yang dicapai adalah sukses atau tidak sukses. Sukses berarti pemimpin berhasil dalam mempengaruhi bawahan sehingga bawahan mengikuti atau melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diperintahkan, dengan demikian tujuan organisasi tercapai dengan baik. Sedangkan tidak sukses berarti pemimpin gagal dalam mempengaruhi dan memotivasi bawahan sehingga perilaku dan tindakan bawahan tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh pemimpin, sehingga tujuan organisasi tidak dapat tercapai dengan optimum. Untuk memahami lebih lanjut tentang efektivitas kepemimpinan perlu dilihat katagorisasi kesuksesan. Jika dirunut Jebih jauh, maka kesuksesan pemimpin dalam mempengaruhi dan memotivasi bawahan tersebut juga masih dibedakan antara sukses yang efektif dan sukses yang tidak efektif. Sukses yang efektif adalah keberhasilan pencapaian tujuan organisasi plus kesadaran dan kepuasan anak buah. Pemimpin dalam. mempengarubi dan memotivasi berhasil menumbuhkan 1 BAGIAN I: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN kesadaran bagi anak buah sehingga dalam mengikuti apa Yang diperintahkan oleh pemimpin bukan sekedar terpaksa, melainkan dengan penuh kesadaran akan manfaat yang ditimbulkan dari hasi] kerjanya. Dengan demikian pencapaian tujuan organisasi disertai juga oleh rasa kepuasan anak buah. Berbeda antara sukses yang efektif dengan sukses yang tidak efektif. Sukses yang tidak efektif, adalah jika pemimpin di dalam mempengaruhi dan memotivasi kurang memperhatikan faktor individual dari pihak bawahan, harapan bawahan, dan kepentingan bawahan, sehingga hanya mementingkan pada tugas dan tujuan organisasi. Pengaruh dan motivasi demikian ini tidak akan mampu memunculkan kesadaran pihak bawahan. Bawahan seolah-olah diper- lakukan sekedar alat untuk mencapai tujuan, bukan sebagai bagian yang penting dalam organisasi dengan demikian bawahan tidak merasa- kan kontribusi positif atas pekerjaannya, kalau bawahan mau bekerja itu dasarnya hanya karena tugas. Tujuan tercapai tetapi tidak disertai oleh pemenuhan dan kepuasan dari pihak bawahan (Sigit,1983:2). B. Tingkatan Efektivitas Efektivitas kepemimpinan seseorang harus diawali oleh adanya efek- tivitas pada level individu, yang kemudian akan membentuk efek- tivitas pada kelompok-kelompok, dan akhirnya membentuk efektivitas organisasi. Jika individu-individu dalam organisasi_efektif, maka kesadaran yang tinggi akan dimiliki oleh setiap individu sehingga mampu mendisiplin diri, mengontrol diri sendiri, bekerja dengan tekun, produktivitas tinggi dan akhirnya efektif dalam menyelesaikan tugas. Jika individu-individu yang efektif tersebut berkumpul maka ter- bentuklah kelompok yeng efektif. Jika kelompok tersebut efektif maka akan menjadi pendukung yang kuat terhadap organisasi. Tugas ke- lompok dapat terselesaikan dengan baik dan organisasi menjadi efektif- Efektivitas level individu adalah suatu pribadi yang mampu mengorganisir kemampuan, waktu dan emosi dalam menjalankan setiap tugas atau kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Kemam- puan yang dimiliki tersebut merupakan modal dasar untuk melak- 718 EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN sanakan tugas dan kegiatan. Akan tetapi kemampuan ini kurang dapat optimal penggunaannya jika tanpa diimbangi oleh kesadaran emosi yang terkendali serta ketepatan waktu dalam menjalankan tugas atau kegiatan tersebut. Efektivitas pada level individu akan diarahkan oleh nilai-nilai internal (inner value) yang diyakini oleh setiap individu. Nilai- nilai internal seseorang yang bersifat positif tersebut mempunyai energi gerak untuk melakukan semua kegiatan dan tugas secara positif. Sebaliknya jika nilai-nilai internal dari individu bersifat negatif maka energi gerak juga negatif. Efektivitas level kelompok terbentuk melalui perpaduan dari perilaku-perilaku individu yang efektif, sehingga masing-masing, individu memberikan kontribusi secara proporsional, sehingga secara bersama-sama terbentuklah efektivitas kelompok. Efektivitas kelom- pok tidak akan dapat terbentuk jika dalam organisasi terdiri atas anggota yang tidak efektif. Efektivitas level organisasi dapat terbentuk dari kelompok- kelompok orang yang efektif di dalam organisasi. Jika kelompok- kelompok orang dalam organisasi tersebut berperilaku efektif, maka organisasi akan menjadi efektif. Untuk itulah seorang perlu mempe- ngaruhi dan mengarahkan anak buah baik secara individual ataupun kelompok menjadi pribadi-pribadi serta pegawai yang efektif, agar terbentuk kelompok efektif. Di samping itu fasilitasi terhadap kelompok juga diusahakan untuk mencapai kelompok efektif sehingga muaranya terbentuk organisasi yang efektif. C. Kemampuan Pemimpin untuk Menuju Efektivitas Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa kemampuan pemimpin memegang peran utama untuk menentukan efektivitas kepemimpinan seseorang. Sejumlah kemampuan umum sebagai modal dasar kepe- mimpinan berupa kapasitas, kapabilitas dan kepribadian pemimpin menjadi bagian utama yang melandasi keseluruhan kecakapan teknis yang harus dikembangkan dalam praktik kepemimpinan. Melalui kemampuan umum tersebut maka seseorang dapat memperoleh inspirasi dalam mengembangkan kecakapan lain dalam upaya meng- 79 BAGIAN |: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN gerakkan roda kepemimpinan dalam organisasi. Sedangkan kondis, secara normal seorang pemimpin diharapkan mampu memperoleh serta menerapkan kecakapan-kecakapan teknis sebagai upaya mengendalikan anak buah dan organisasi, sehinggga mampu menghasikan efektivitas yang diinginkan. Adapun kemampuan teknis kepemimpinan tersebut menurut James L. Perry (dalam Utomo,1995:7) antara lain meliputi: a. Skill. . as Responsiveness to democratic institution Network ability . Focus on result Balance panos Kelima kemampuan tersebut menjadi andalan gerak dalam mengendalikan anak buah serta organisasi. Skill atau kecakapan merupakan kemampuan teknis yang bersifat operasional terkait dengan aplikasi bidang ilmu atau disiplin ilmu yang diperlukan dalam melakukan konsultasi, pembimbingan, penjelasan-penjelasan terkait dengan kegiatan khusus yang dilakukan oleh anak buah. Dengan menguasai skill yang terkait dalam hubungan kerja tetsebut, maka seorang pemimpin menjadi mudah dalam melaksanakan komando, memberikan pengarahan kerja, melakukan pengawasan, memberikan teguran atas inefisiensi yang terjadi karena kefatalan dalam operasi- onalisasi kerja, serta melakukan evaluasi secara teknis. Khususnya bagi seorang pemimpin yang berada pada lini bawah (bottom line) sangat penting menguasai skill ini, karena anak buah yang dikendalikannya berada pada tataran kegiatan teknis operasional yang harus didukung oleh keterapilan memadai. Kemampuan pengendalian situasi merupakan sebuah aksentuasi Politis yang perlu diwujudkan dalam sebuah pendekatan yang relevan. Secara umum anak buah menuntuk responsivitas.sebuah: situasi demokrasi, sehingga seorang pemimpin tidak dapat mengabaikan peran anak buah. Mewujudkan situasi demokratis, perilaku dan sikap demokratis tidak dapat dibuat-buat, hal ini memerlukan sebuah ke- mampuan yang betul-betul dapat mendekati anggota secara lugas. Seseorang pemimpin tidak dapat berpura-pura demokratis, sebab 80 EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN penerapan demokrasi ini membutuhkan situasi kejiwaan yang sanggup bersikap akomodatif dan responsif terhadap orang lain, termasuk perbedaan cara pandang, analisis, sikap, keputusan, cara kerja serta tuntutan perubahan menyangkut gaya kepemimpinan yang dinilai tidak cocok. Pemimpin yang kurang responsif akan mengalami kesulitan untuk mengkreasi media serta memediasi keadaan supaya menjadi lebih demokratis. Kemampuan dalam membangun jaringan perlu dimiliki, supaya pemimpin dapat memperoleh saluran dan energi yang dapat memper- besar fasilitasi pengembangan kepemimpinan secara efektif. Dengan jaringan yang luas, maka tersedia opsi untuk pemimpin dalam upaya memperoleh informasi, sumber daya, relasi, peluang, serta kolaborasi. Ibaratnya kemampuan membuat jaringan adalah sebagai manifestasi dari kemampuan memperoleh supply energi dari luar untuk kepen- tingan memperkuat sendi-sendi kepemimpinan seseorang. Dengan energi tersebut efektivitas kepemimpinannya akan meningkat, karena banyak sudut terisi oleh dukungan eksternal secara komprehensif. Secara otomatis kelemahan-kelemahan yang dimiliki pemimpin menjadi dapat dianulir melalui energi tersebut. Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hanya dapat dilakukan secara terbatas, telah diperbesar kapasitas- nya melalui bangunan jaringan yang ada. . Suatu proses kepemimpinan yang seringkali menyita waktu dan Pengorbanan tenaga, biaya serta alat adalah jika energi kepemimpinan terkuras pada peraturan, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, Prosedur dan mekanisme kerja secara dominan. Untuk melihat proses kerja membutuhkan. konsentrasi perhatian, waktu, serta menyita tenaga, sedangkan kegiatan ini hanya memasung kreativitas anak buah, di samping membuahkan kepenatan bagi pemimpin itu sendiri. Untuk mencapai efektivitas sebaiknya seorang pemimpin dapat melakukan suatu opsi cara pandang terhadap pekerjaan lebih terfokus pada hasil. Tuntutan prosedural dan aturan mekanistik dalam bekerja sebagaimana disebut di muka pening: namun sebatas sebagai pedoman, atau semacam policy guidelines, yang pemberlakuannya bersifat fleksibel disertai justifikasi yang tepat. Arah fokus pada hasil yang dicapai menjadi pertimbangan utama. 81 BAGIAN |: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN Keseimbangan yang dapat diciptakan merupakan sebuah indikator efektivitas kemimpinan. Kata keseimbangan mengandung makna adanya hubungan fungsional antara dua sisi yang berkebalikan antara satu atas lainnya. Keseimbangan dalam kepemimpinan organisasi menyangkut dua pihak yang berhadapan, dengan mempertautkan kepentingan yang berbeda antara satu atas lainnya, sehingga masing- masing menuntut atas hak dan kewajiban yang saling berlawanan. Antar pihak tersebut adalah: antara pemimpin dengan anak buah, anggota dengan organisasi, kelompok dengan kelompok, individu dengan individu lain, tujuan dengan usaha yang harus’dilakukan, energi sumber daya dan proses kerja versus hasil yang diperoleh. Secara naratif sangat mudah menemukan keterkaitan antar pihak tersebut dalam kepemimpinan organisasi. Keseimbangan perilaku dan kebijakan pemimpin dengan anak buah, dihadapkan pada hak-hak memimpin dan mengarahkan anak buah dengan membayarkan. kewajiban pemimpin untuk menghargai usaha-usaha, kepatuhan dan ketaatan, serta efisiensi kerja secara proporsional. Anggota organisasi yang menambatkan harapan-harapan seperti, status, ekonomi, keamanan, kesejahteraan, pengakuan atas eksistensi terhadap organisasi, wajib membayarkan secara timbal balik kepada organisasi atas hak-haknya yang, dapat diperoleh tersebut dengan dedikasi, loyalitas, ketepatan, usaha yang optimal dalam mengerjakan tugas. Antar kelompok seim- bang dalam relasi, komunikasi, kontribusi, dan dukungan. Demikian pula antar individu memiliki hubungan interpersonal yang netral sehingga kondusif untuk bekerjasama. Tujuan yang besar menuntut usaha yang serius, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Seorang pemimpin yang efektif hendaknya mampu mewujudkan kesimbangan tersebut. D. Skill Memimpin . Seorang pemimpin perlu memfokuskan diri untuk mencapai efektivitas dalam kepemimpinan. Secara umum dengan mempergunakan capability, capacity, serta personality secara terpadu, maka seorang pemimpin dapat mencapai efektivitas. Tetapi untuk memanfaatkan kemampuan, kesang- 82 EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN gupan serta kepribadian yang dimiliki perlu didukung oleh sebuah kecakapan dalam mengimplementasikan modal dasar tersebut ke dalam sebuah pendekatan, sikap dan tindakan kepemimpinan yang nyata. Kecakapan memimpin atau sering dikenal dengan managerial skill perlu dikuasai. Untuk itu agar seorang pemimpin dapat menjadi efektif kepemimpinannya, dituntut memiliki kecakapan manajerial sebagi berikut: Skill yang harus dimiliki adalah meliputi: a. Conceptual skill b. Human skill c.. Technical skill Conceptual skill merupakan ketrampilan untuk dapat mengem- bangkan ide dan kerangka pemikiran sehingga dalam membuat keputusan organisasi dapat dilakukan dengan baik. Pemimpin harus mempunyai wawasan luas, baik menyangkut masalah intern organisasi maupuneksetern. Dengan demikian pemimpin akan dapat mempunyai pengertian yang menyangkut persoalan mikro maupun makro orga- nisasi, schingga dapat menangkap setiap permasalahan yang muncul. Kemampuan membuat konsep ini sangat dituntut pada top manager (pemimpin puncak) mengingat kapasitas dan posisinya untuk dapat membuat keputusan. Pada level ini pemimpin banyak berkecimpung dengan policy, sehingga mau tidak mau kemampuan konseptual sangat dibutuhkan. Sementara itu bagi middle manager (pemimpin pada level menengah) juga harus mempunyai kemampuan konseptual namun tidak dominan. Sedangkan pada lower manager tidak dituntut untuk menguasai conceptual skill mengingat pekerjaannya lebih banyak bersentuhan dengan masalah-masalah sangat teknis. Human skill merupakan kemampuan seorang, pemimpin untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Ketrampilan int berkaitan erat dengan permasalahan bagaimana pemimpin membina hubungan dengan anak buah, sesama pemimpin setingkat atau pemimpin di atasnya. Di samping itu pekerjaan-pekerjaan lain yang sangat ditentukan oleh ketrampilan ini adalah: bagaimana pemimpin mengkomunikasikan tugas, meminta pertanggungjawaban, melakukan koordinasi dil. Pada 83 BAGIAN |: DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN pemimpin di semua tingkatan dituntut mempunyai ketampilan human skill. Khususnya pada pemimpin tingkat menengah yang mempunyaj jalur komunikasi ke atas, ke samping dan ke bawah mendapatkan porsi terbesar untuk skill ini. Sedangkan pada top manager maupun lower manager juga dituntut mempunyai ketrampilan ini dengan porsi yang relatif mendekati pada pimpinan tingkat menengah. Sebab dimanapun kedudukan pimpinan bersentuhan dengan masalah hubungan antar manusia, baik secara formal organisasi maupun non formal. Ketrampilan teknis selanjutnya dibebankan terbanyak pada pemimpin level bawah. Pemimpin level paling bawah bertugas pada pekerjaan dan pengawasan pekerjaan yang paling teknis. Untuk itulah ia harus benar-benar menguasai masalah teknik operasional, sehingga ia bisa melakukan pengawasan atas pekerjaan anak buah, memberi konsultasi, nasihat, pengarahan dan bimbingan kepada bawahan secara tepat. Sedangkan pada top manager ketrampilan ini hanya sedikit di- perlukan, karena biasanya untuk berhubungan dengan petugas teknis top manager tidak secara langsung melainkan melalui pimpinan mene- ngah atau tingkat bawah. Juga pada pimpinan tingkat menengah tidak terlalu banyak tuntutan porsi ketrampilan ini. Prinsip kedua yang harus dimiliki agar pemimpin dapat efektif adalah seorang pemimpin juga memikirkan bagaimana memberikan kemandirian kepada bawahan agar menjadi kreatif dan inisiatifnya berkembang. Artinya dalam organisasi perlu dikembangkan suatu iklim yang demokratis, sehingga anak buah dapat mengembangkan diri. ‘Anak buah juga tidak mau didikte terus menerus, mareka juga ingin diberi keleluasaan untuk dapat mengambil inisiatif, melakukan inovasi atas metode yang dipergunakan dalam bekerja. Di samping itu jug? ingin ada peluang untuk semakin maju, dan mandapat kesempatan untuk partisipasi dalam penyelesaian masalah atau tugas. Perlu juga diberi kemandirian untuk mengambil sikap, tindakan dan keputusan secara proporsional, dan tidak dikendalikan terus menerus. Dalam hal ini pemimpin perlu melihat kedewasaan bawahan, apakah sese- orang telah mampu mendisiplin diri, bertamnggung jawab dan mem- punyai kemampuan atau belum, jika dia dalam kriteria pertama maka demokratisasi dalam lembaga itu sepatutnya diperluas. 84 EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN Pemimpin juga harus mampu membuat jaringan kerja yang baik secara internal, ke dalam organisasinya dan secara eksternal di luar organisasi yang dipimpinnya. Jaringan kerja dalam organisasi di- perlukan untuk memperlancar tugas, membina hubungan kerjasama, koordinasi tugas dll perlu diperhatikan. Apakah dalam membentuk jaringan kerja internal ini pemimpin telah menempatkan sistem dan orang yang tepat, atau tidak. Dengan sistem dan dukungan personal yang tepat maka jaringan kerja dapat lebih efektif. Sedangkan untuk jaringan kerja ke luar organisasi merupakan bentuk relasi yang diperlu- kan untuk kepentingan organisasi tersebut. Apakah dalam hal ini pimpinan pandai membuat terobosan baru, mencari partner dan relasi yang tepat guna mendukung kelancaran tugas dan pencapaian tujuan organisasi atau tidak. Dalam rangka membentuk jaringan kerja internal dan eksternal ini dibutuhkan kemampuan human skill yang cukup bagi pimpinan. Pemimpin perlu memfokuskan perhatian pada hasil yang dicapai. Dengan demikian apa yang harus dipikirkan adalah apa yang harus dihasilkan oleh organisasi atau output apa yang harus dihasilkan, dengan cara bagaimana dapat lebih efektif dalam mencapainya. Dengan demikian perlu suatu rencana yang matang. Pemimpin juga harus menyeimbangkan antara orientasinya pada formulasi pembuatan keputusan dengan implementasinya. Pemimpin yang efektif tidak hanya pandai membuat kebijakan melainkan juga dituntut untuk bisa mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dengan demikian kebijakan tidak sekedar keputusan yang mewajibkan orang lain atau anak buah untuk melaksanakannya, melainkan pemimpin sendiri harus bertanggungjawab pada terlaksana tidaknya suatu kebijakan tersebut. E. Permainan Kecakapan Membangun Relasi Mengajak pembelajar untuk membangun relasi dilakukan melalui permainan yang menarik untuk membuka interaksi pembelajar dengan lingkungan yang dihadapinya. Banyaknya relasi merupakan bukti atas kemampuan human relation serta kemampuan membangun jaringan. 85 BAGIAN I: DASAR-DASAR'KEPEMIMPINAN Human relations skill serta membangun jaringan merupakan dua fungsj yang terpadu bagi seorang pemimpin. Jika pemimpin dapat memper. tautkan kedua fungsi ini, maka dapat menghasilkan sebuah efektivitas yang tinggi. Permainan di bawah ini mengajak pembelajar untuk me. mulai serta membiasakan membangun hubungan dengan lingkungan. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan sebuah dinamika kelom- pok yang berlangsung secara bebas. Waktu yang tersedia 30 menit untuk mendapatkan relasi yang sebanyak mungkin, dengan secara pasti pembelajar mengenal potensi relasi. Tabel 1. Program Pembangunan Jaringan Kerja Jengkap | daerah terakhir | berorganisasi ~ untuk’ a Nama | Asal] Alamat | Hobby | Pendidikan] Pengalaman | Keterampian | Nominasi | Alasan relasi | Semua hasil pengisian daftar ini dikumpulkan dan dilakukan skoring. Pembelajar yang namanya paling banyak disebut sebagai nominator oleh pembelajar lainnya dinilai paling besar potensi human relations skill serta kemampuan membangun jaringan kerja. Nominator dengan skor tertinggi diminta maju ke depan dan mempraktikkan skill-nya dalam berhubungan dengan orang lain serta secara teknis memprak- tikkan kesepakatan kerjasama. 86 BAGIAN II TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN Aspek penting mempelajari teori kepemimpinan perlu disampaikan untuk memberikan.arah pemahaman pembelajar dalam mempelajari teori-teori kepemimpinan. Pemahaman ini dimaksudkan dapat mengantarkan pada sensitivitas pembelajar dalam aplikasi teori yang dikuasai. Bagaimanapun pembelajar yang telah menguasai dasar-dasar kepemimpinan diasumsikan telah dapat menjajagi kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan kepemimpinan pada tingkat dasar, dengan persyaratan minimal. Dengan bekal tersebut sudah semestinya pembelajar akan dapat mempraktikkan sebagai seorang pemimpin. Tetapi kemampuan dasar ini akan berkembang lebih baik di dalam terapannya jika seorang pembelajar mempunyai penguasaan teoritis dalam kepemimpinan. Sentuhan teori memberikan kematangan pem- belajar dalam melihat fenomena, kondisi dan situasi serta mempertim- bangkan aspek-aspek lain sebagai prasyarat untuk memenuhi tuntutan kondisional yang dipadukan dengan kemampuan pemimpin secara 87 BAGIAN II: TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN pribadi. Di samping itu sudut pandang serta gaya kepemimpinan memberikan ruang yang luas namun terarah untuk menentukan opsi praktik kepemimpinan yang relevan dan selalu dapat memanfaatkan momentum dengan cermat. Teori-teori kepemimpinan sesungguhnya merupakan pilihan yang adaptif terhadap faktor-faktor kepemimpinan. Faktor kemampuan pemimpin tersedia sejumlah tawaran teoritis yang menjembatani pemimpin dalam mengoptimalkan kapasitas, kapabilitas dan ke- pribadian. Faktor kemampuan anak buah terwadahi dalam berbagai opsi perilaku kepemimpinan yang menempatkan latar belakang kemampuan anak buah sebagai sumber inspirasi gaya kepemimpinan. Sedangkan variasi kondisional yang dihadapi seorang pemimpin dalam mencapai efektivitas kepemimpinan terakomodasi pada teori-teori situasional, dengan pertimbangan-pertimbangan serta indikator yang jelas, sehingga pilihan gaya menjadi lebih jelas atas ketepatan dan kesahihan untuk memecahkan masalah secara kondisional. Pada bagian dua ini akan dijabarkan beberapa teori kepemimpinan yang berkembang. Dengan memahami teori-teori kepemimpinan ini selain dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang kepemim- pinan, seorang mahasiswa dapat menjadikan teori-teori sebagai rujukan dalam memahami praktek kepemimpinan. Di samping sebagai bekal mempelajari kepemimpinan dalam praktek seorang mahasiswa dapat memahami tentang cara pemilihan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan situiasi, baik didasarkan pada kematangan anggota/ bawahan, keadaan situasional, lingkungan dan permasalahan yang dihadapi oleh pemimpin. Pada saat seseorang berposisi sebagai pemimpin, dengan mema hami teori-teori kepemimpinan ini menjadi memiliki cakrawala yang lebih luas tentang katagori gaya kepemimpinan. Pengetahuan ini meng- kondisikan baginya untuk dapat memilih gaya kepemimpinan yang paling tepat pada tatu saat tertentu, mengingat tidak ada’ gaya ke pemimpinan dapat diterapkan pada sembarang keadaan. Dalam Pai ad: gaya kepemimpinan harus mempertimbangkan banyak Pil taaetavee barseae situasi, permasalahan yang dihadapi dll. 'P@ Baya kepemimpinan dengan seperangkat 88 BAGIAN II: TEORITEORI KEPEMIMPINAN kondisi yang mungkin ditemui dalam organisasi, maka seorang pemim- pin diharapkan akan lebih arif di dalam menjalankan kepemimpinan dan dengan cara yang lebih adaptif terhadap tuntutan keadaan. Manfaat yang akan dipetik oleh seorang pemimpin dengan pe- ngetahuan yang cukup tentang teori-teori kepemimpinan selain dapat secara adaptif memilih gaya kepemimpinan yang tepat, maka pemimpin punya gambaran tentang keadaan tertentu memerlukan gaya tertentu. Dengan demikian pemimpin dapat mengubah-ubah gaya kepemimpinan sesuai dengan keadaan yang dihadapi. | 89

You might also like