You are on page 1of 9

Guru Pembimbing:Ibu Putri Ika Lestari Mapel :Sejarah Peminatan

MAKALAH
BAB II
Kesultanan-Kesultanan Maritim Masa di Nusantara

Disusun
O

Kheyla Mifra
Parel Ramadan
Rara Nabila
William Hadinata

Kelas:XI IPS.4

SMAN 1 KAMPAR KIRI


A. Masuk dan Berkembangnya di Nusantara
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu
bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering
mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam
terbesar di dunia.Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian
diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan
Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islamdi Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang
permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut
terdapat 3 teori:
Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay –
Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya
pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah
banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori
Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal
dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
teori berikutnya.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda
bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya.
Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai
pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat
(India).
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1.Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa
Timur.
2.Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3.Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim,
menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan
Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6.Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7.Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di
daerah Demak.
8.Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan
islamnya di daerah Gunung Muria.
9.Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat
(Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa
sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.

B. Kesultanan Maritim Nusantara Masa Islam


1. Kesultanan Aceh
Menurut sejarah Aceh sebelum abat ke 13 sudah ada kerajaan-kerjaan yang berkembang
sangat gemilang dan dikenal negeri yang amat kaya dan makmur. Pada zaman itu kesultanan
Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan –kerajaan barat termasuk Inggris, Ottoman
dan Belanda. Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai Kerajaan
Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau Sumatera bagian utara
dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Letak Kerajaan
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai Kerajaan Aceh tidak
lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat
jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya aktivitas pelayaran
perdagangan melalui bandar – bandar perdagangan Kerajaan Aceh, mempengaruhi
perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya.Kehidupan Politik Berdasarkan Bustanus salatin ( 1637 M ) karangan Naruddin Ar-
Raniri yang berisi silsilah Sultan – Sultan Kerajaan Aceh, dan berita – berita Eropa, Kerjaan
Aceh telah berhasil membebaskan diri dari Kerajaan Pedir. Raja – raja yang pernah
memerintah di Kerajaan Aceh :Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1528 M), Sultan
Salahuddin, Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar, Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar
Thani., Sultan Sri Alam (1575-1576). Kehidupan Ekonomi Dalam kejayaannya,
perekonomian Kerajaan Aceh bekembang pesat. Dearahnya yg subur banyak menghasilkan
lada. Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah
jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka
menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada. Kehidupan Sosial
Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem feodalisme & ajaran
agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil
disebut golongan Teuku, sedabg kaum ulama yg memegang peranan penting dalam agama
disebut golongan Teungku. Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi
persaingan yg kemudian melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak ( abad ke-12
M s/d ke-13 M ) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn Sunnah Wal Jamma’ah.
Tetapi pd masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan &
berkembang sampai di daera – daerah kekuasaan Aceh. Kehidupan Budaya Kejayaan yg
dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang kebudayaan. Walupun ada
perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk sepesat perkembangan dalam ativitas
perekonomian. Peninggalan kebuadayaan yg terlihat nyata adala Masjid Baiturrahman.

2. kesultanan Demak
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri
pada perempat akhir abad ke-15 di Demak. Demak sebelumnya merupakan kadipaten yang
tunduk pada Majapahit yang telah melemah saat itu untuk beberapa tahun sebelum
melepaskan diri. Berdasarkan cerita tradisional Jawa, kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah,
yang merupakan anak seorang raja Majapahit. Demak memainkan peran penting dalam
mengakhiri pemerintahan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa.Sepanjang setengah awal
abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada
masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke
pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam.Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan
Demak adalah Sunda Kelapa, yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.
Hubungan aliansinya dengan Imperium Portugal sejak 1511 menjadi ancaman bagi Demak.
Pada 1527, pasukan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah melancarkan
serangan sukses ke Sunda Kelapa yang memukul mundur Portugal dan Sunda. Fatahillah
kemudian mengganti nama pelabuhan tersebut menjadi Jayakarta.Di luar Jawa, Demak
memiliki kekuasaan atas Jambi dan Palembang di Sumatra bagian timur.Kerajaan mulai
mengalami kemunduran ketika Trenggana terbunuh dalam perang melawan Panarukan pada
1546. Sunan Prawoto kemudian naik takhta menggantikannya, tetapi dibunuh pada 1547 oleh
suruhan Arya Panangsang, penguasa Jipang yang ingin menjadi raja Demak. Perang
perebutan takhta segera terjadi dan berakhir dengan dibunuhnya Arya Penangsang oleh Joko
Tingkir, penguasa Pajang, sebagai hukuman. Joko Tingkir kemudian memindahkan
kekuasaan Demak ke Pajang, tempat kekuasaannya. Dengan demikian Kerajaan Demak
berakhir dengan didirikannya Kesultanan Pajang.

3. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Banten,
Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan
beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta
kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan
Portugis tahun 1522 m. Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati berperan dalam
penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mengembangkan
benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota
pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan
yang berdiri sendiri. Pernah menjadi pusat perdagangan besar di Asia Tenggara , terutama
lada , kerajaan ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17.
Pada akhir abad ke-17 pentingnya dibayangi oleh Batavia , dan akhirnya dianeksasi ke Hindia
Belanda pada tahun 1813. Wilayah intinya sekarang membentuk provinsi Indonesia dari
Banten . Saat ini, di Banten Lama , Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi
wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia dan dari luar negeri. hampir 3 abad Kesultanan
Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang di waktu bersamaan
penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan
persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta
ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas
wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah
sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada
masa-masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari
pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

4. Kesultanan Mataram
Nagari Kasultanan Mataram) adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa pada abad ke-16.
Kesultanan ini didirikan sejak pertengahan abad ke-16, tetapi baru menjadi negara berdaulat
di akhir abad ke-16 yang dipimpin oleh dinasti yang bernama wangsa Mataram.
Sepanjang abad ke-16, tepatnya pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan
Anyakrakusuma, Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kesultanan yang
menyatukan sebagian besar pulau Jawa, yakni sebagian besar wilayah Jawa Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah kecuali Banten, selain itu juga menguasai daerah Madura, dan
Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, serta Pulau Sumatra (Palembang dan Jambi).
Kesultanan ini terdiri dari beberapa wilayah inti mulai dari: kutagara, nagaragung,
mancanagara, pasisiran dan sejumlah kerajaan vasal, beberapa di antaranya dianeksasi ke
dalam teritori kesultanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat otonomi. Kesultanan
ini secara de facto adalah negara merdeka yang menjalin hubungan perdagangan dengan
Kerajaan Belanda ditandai dengan kedua pihak saling mengirim duta besar. Menjelang
keruntuhannya, Kesultanan Mataram menjadi negara protektorat Kerajaan Belanda, dengan
status pzelfbestuurende landschappen. Perjanjian Giyanti membuahkan kesepakatan bahwa
Kesultanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan
Nagari Kasultanan Ngayogyakarta. Perjanjian yang ditandatangani dan diratifikasi pada
tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti ini secara de jure menandai berakhirnya Mataram.
Nama Mataram secara historis adalah nama kerajaan pra-Islam yang mengacu pada Kerajaan
Mataram abad ke-8. Praktik umum di Jawa adalah menyebut kerajaan mereka dengan
metonimia dan bervariasi dalam berbagai bahasa. Ada keragaman bahkan dalam bahasa.
Dalam bahasa Sanskerta, Mataram berarti ibu, sedangkan istilah "Matawis" digunakan
sebagai bentuk demonim dan kata sifat.

Berdasarkan sejarahnya, ada dua kerajaan yang pernah ada di periode yang berbeda dan
keduanya disebut Mataram. Kerajaan selanjutnya, sering disebut sebagai Mataram Islam atau
Matawis untuk membedakannya dari Kerajaan Mataram abad ke-8.

5. Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan
Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran
penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate
menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan
kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku,
Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh
Kepulauan Marshall di Pasifik.

6. Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku
Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18),
kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram,
dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore
menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate
saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah
tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap
Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah
Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689),
Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah
merdeka hingga akhir abad ke-18.

7. Kesultanan Gowa-Tallo
Kesultanan Gowa (kadang disebut Kerajaan Gowa atau Kerajaan Gowa Tallo) atau
Kesultanan Makassar adalah sebuah Kesultanan yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan,
tepatnya di jazirah selatan dan pesisir barat semenanjung yang didiami oleh suku Makassar.
Wilayah inti bekas kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa, Kotamadya
Makassar dan Kabupaten Takalar saat ini.Berawal dari chiefdom yang didirikan pada awal
abad ke-14 (1320). Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya bersama Kerajaan Tallo
sekitar tahun 1511 hingga 1669, ketika kerajaan ini memegang hegemoni militer dan
perdagangan atas wilayah timur Nusantara, termasuk di antaranya sebagian besar Sulawesi,
beberapa bagian dari Maluku dan Nusa Tenggara, pesisir timur Kalimantan hingga Wilayah
Utara. Dalam prosesnya menjadi kekaisaran maritim, Kerajaan Gowa mengembangkan
berbagai inovasi dalam bidang pemerintahan, ekonomi dan militer. Perubahan sosial budaya
yang drastis juga terjadi seiring mengeratnya hubungan antara Kerajaan Gowa dan dunia luar,
terutama setelah Kerajaan Gowa mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal
1607.Kekalahan Kerajaan Gowa dalam Perang Makassar yang terjadi pada tahun 1669
mengakibatkan lepasnya wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa di luar Sulawesi Selatan,
sementara sebagian kecil wilayahnya diberikan kepada VOC. Meski begitu, Kerajaan Gowa
tetap bertahan sebagai negeri merdeka hingga awal abad ke-20, ketika pemerintah kolonial
Belanda mengalahkan Gowa dalam Ekspedisi Sulawesi Selatan dan menjadikannya daerah
jajahan.

C. Warisan Kesultanan-kesultanan masa islam dalam kehidupan masa kini


1.Sosial Budaya
a.Makam
Jenazah seorang Muslim harus dimakamkan di dalam tanah dengan posisi membujur arah utara-
selatan. Meskipun dalam Agama Islam ada perintah agar makam dibuat sesederhana mungkin,
namun pengaruh dari kepercayaan sebelumnya menyebabkan banyak makam peninggalan masa
lalu memiliki hiasan. Bangunan tambahan tersebut adalah struktur bangunan susun timbun yang
mirip candi atau punden yang bernama kijing atau jirat. Selain itu, banyak pula makam yang
diberikan bangunan pelindung yang disebut cungkup. Makam-makam Islam tertua yang
ditemukan di Indonesia terdapat di Samudera Pasai (Aceh), di Leran (Gresik), dan Troloyo
(dekat Mojokerto).
b.Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah sekaligus tempat berkumpul bagi umat Islam. Di berbagai
daerah di negeri ini kita masih bisa melihat berbagai masjid peninggalan zaman kejayaan
kesultanan-kesultanan Islam di masa lalu.Ditinjau dari segi arsitekturnya, masjid-masjid
peninggalan zaman itu memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan masjid-masjid di negara-negara
Muslim lainnya, yaitu atapnya tumpang, tiangnya didirikan di atas umpak, dan mempunyai
gapura.
Hiasan masjid-masjid lama di Indonesia umumnya meneruskan tradisi hias zaman Hindu-
Buddha dan asing lainnya. Hal tersebut bisa terlihat pada ukiran tempat berkhotbah yang mewah
dengan gaya ornamen Hindu. Pahatan gaya Majapahit juga diterapkan pada hiasan tempelan batu
kapur yang bermotif medalion. Gaya ini terlihat di Masjid Mantingan di Jepara dan Masjid
Agung Cirebon. Pengaruh tradisi seni Cina terlihat pada penempelan piring porselen di dinding
luar ruang mihrab serta dipakainya motif hias awan dan mega mendung sebagaimana dijumpai di
Masjid Kasepuhan Cirebon. Sementara itu tradisi Hindu-Persia terlihat jelas pada bentuk kubah,
tiang, dan menara Masjid Agung di Banda Aceh.
c. Keraton
Keraton merupakan tempat tinggal raja beserta keluarganya dan pusat kegiatan pemerintahan.
Adapun bentuk dan ciri-ciri keraton bercorak Islam, yaitu dikelilingi parit, ada halaman, dan
alun-alun. Keraton-keraton tua di Indonesia masih bisa dilihat di Demak, Yogyakarta, Aceh, dan
Ternate.

2. Kesusastraan
Dalam bidang kesusastraan, pengaruh Islam yang paling utama adalah diperkenalkannya huruf
dan bahasa Arab di Indonesia. Hal ini sendiri merupakan bagian dari bentuk penghormatan
terhadap bahasa dan huruf Al Quran.
Di antara bentuk-bentuk kesusastraan yang dipengaruhi oleh Agama Islam terdapat apa yang
disebut sebagai hikayat, syair, dan suluk.
a. Hikayat
Berasal dari kata Arab hikayah. Karya sastra berisi suatu cerita, baik sejarah maupun cerita
roman fiktif. Dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar meramaikan
pesta. Cerita tersebut ada yang sudah tertulis dan ada pula yang masih berupa cerita dari mulut
ke mulut. Beberapa contoh hikayat dalam sastra Melayu, yaitu Hikayat Hang Tuah dan Hikayat
Raja-raja Pasai .
b. Syair
Berasal dari kata Arab syair dan merupakan bentuk puisi lama dalam kesusastraan Melayu. Asal-
usul syair di Indonesia bisa dicari pada syair-syair tasawuf Hamzah Fansuri, sebagai pencipta
asal bentuk syair dalam kesusastraan Melayu. Jenis syair umumnya dibagi menurut isinya,
seperti ada syair panji, syair cerita percintaan, syair sejarah, syair agama, dan nasihat. Contoh
syair terkenal ialah Syair Perahu karya Hamzah Fanshuri.
c.Suluk
Suluk merupakan cerita wejangan para tokoh agama Islam tentang ketuhanan. Umumnya
membahas masalah soal iman serta cara mendekatkan diri pada Tuhan. Contoh dari bentuk sastra
ini, yaitu Suluk Wijil, yang berisi nasihat Sunan Bonang kepada muridnya yang bernama Wijil.
Ia merupakan orang kerdil bekas abdi Kerajaan Majapahit.
3. Kesenian dan Tradisi
Ada banyak warisan Islam dalam hal kesenian dan tradisi yang masih lestari hingga saat ini. Di
antara bentuk kesenian Islam yang paling terkenal ialah kaligrafi, yaitu tulisan indah yang berisi
ajaran-ajaran Islam. Bentuk kesenian Islam lainnya, antara lain adalah wayang purwa di Jawa
Tengah dan debus di Banten.
KESIMPULAN

Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang Muslim dari Arab,
India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan penuh dengan ramah tamah
menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik pada orang-orang Muslim terlebih agama
yang mereka anut. Begitu banyak pula para penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi
akhlak mereka sehingga pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang menjadi faktor
utama berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya hingga zaman imperialisme
barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak hanya diam. Kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama berperang mengusir penjajah. Bahkan,
sampai detik-detik proklamasi pun umat Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena
itu, lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat
Muslim di Nusantara.

You might also like