Professional Documents
Culture Documents
KESULTANANMARITIM
KESULTANANMARITIM
MAKALAH
BAB II
Kesultanan-Kesultanan Maritim Masa di Nusantara
Disusun
O
Kheyla Mifra
Parel Ramadan
Rara Nabila
William Hadinata
Kelas:XI IPS.4
2. kesultanan Demak
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri
pada perempat akhir abad ke-15 di Demak. Demak sebelumnya merupakan kadipaten yang
tunduk pada Majapahit yang telah melemah saat itu untuk beberapa tahun sebelum
melepaskan diri. Berdasarkan cerita tradisional Jawa, kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah,
yang merupakan anak seorang raja Majapahit. Demak memainkan peran penting dalam
mengakhiri pemerintahan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa.Sepanjang setengah awal
abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada
masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke
pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam.Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan
Demak adalah Sunda Kelapa, yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.
Hubungan aliansinya dengan Imperium Portugal sejak 1511 menjadi ancaman bagi Demak.
Pada 1527, pasukan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah melancarkan
serangan sukses ke Sunda Kelapa yang memukul mundur Portugal dan Sunda. Fatahillah
kemudian mengganti nama pelabuhan tersebut menjadi Jayakarta.Di luar Jawa, Demak
memiliki kekuasaan atas Jambi dan Palembang di Sumatra bagian timur.Kerajaan mulai
mengalami kemunduran ketika Trenggana terbunuh dalam perang melawan Panarukan pada
1546. Sunan Prawoto kemudian naik takhta menggantikannya, tetapi dibunuh pada 1547 oleh
suruhan Arya Panangsang, penguasa Jipang yang ingin menjadi raja Demak. Perang
perebutan takhta segera terjadi dan berakhir dengan dibunuhnya Arya Penangsang oleh Joko
Tingkir, penguasa Pajang, sebagai hukuman. Joko Tingkir kemudian memindahkan
kekuasaan Demak ke Pajang, tempat kekuasaannya. Dengan demikian Kerajaan Demak
berakhir dengan didirikannya Kesultanan Pajang.
3. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Banten,
Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan
beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta
kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan
Portugis tahun 1522 m. Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati berperan dalam
penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mengembangkan
benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota
pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan
yang berdiri sendiri. Pernah menjadi pusat perdagangan besar di Asia Tenggara , terutama
lada , kerajaan ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17.
Pada akhir abad ke-17 pentingnya dibayangi oleh Batavia , dan akhirnya dianeksasi ke Hindia
Belanda pada tahun 1813. Wilayah intinya sekarang membentuk provinsi Indonesia dari
Banten . Saat ini, di Banten Lama , Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi
wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia dan dari luar negeri. hampir 3 abad Kesultanan
Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang di waktu bersamaan
penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan
persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta
ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas
wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah
sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada
masa-masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari
pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
4. Kesultanan Mataram
Nagari Kasultanan Mataram) adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa pada abad ke-16.
Kesultanan ini didirikan sejak pertengahan abad ke-16, tetapi baru menjadi negara berdaulat
di akhir abad ke-16 yang dipimpin oleh dinasti yang bernama wangsa Mataram.
Sepanjang abad ke-16, tepatnya pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan
Anyakrakusuma, Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kesultanan yang
menyatukan sebagian besar pulau Jawa, yakni sebagian besar wilayah Jawa Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah kecuali Banten, selain itu juga menguasai daerah Madura, dan
Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, serta Pulau Sumatra (Palembang dan Jambi).
Kesultanan ini terdiri dari beberapa wilayah inti mulai dari: kutagara, nagaragung,
mancanagara, pasisiran dan sejumlah kerajaan vasal, beberapa di antaranya dianeksasi ke
dalam teritori kesultanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat otonomi. Kesultanan
ini secara de facto adalah negara merdeka yang menjalin hubungan perdagangan dengan
Kerajaan Belanda ditandai dengan kedua pihak saling mengirim duta besar. Menjelang
keruntuhannya, Kesultanan Mataram menjadi negara protektorat Kerajaan Belanda, dengan
status pzelfbestuurende landschappen. Perjanjian Giyanti membuahkan kesepakatan bahwa
Kesultanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan
Nagari Kasultanan Ngayogyakarta. Perjanjian yang ditandatangani dan diratifikasi pada
tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti ini secara de jure menandai berakhirnya Mataram.
Nama Mataram secara historis adalah nama kerajaan pra-Islam yang mengacu pada Kerajaan
Mataram abad ke-8. Praktik umum di Jawa adalah menyebut kerajaan mereka dengan
metonimia dan bervariasi dalam berbagai bahasa. Ada keragaman bahkan dalam bahasa.
Dalam bahasa Sanskerta, Mataram berarti ibu, sedangkan istilah "Matawis" digunakan
sebagai bentuk demonim dan kata sifat.
Berdasarkan sejarahnya, ada dua kerajaan yang pernah ada di periode yang berbeda dan
keduanya disebut Mataram. Kerajaan selanjutnya, sering disebut sebagai Mataram Islam atau
Matawis untuk membedakannya dari Kerajaan Mataram abad ke-8.
5. Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan
Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran
penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate
menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan
kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku,
Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh
Kepulauan Marshall di Pasifik.
6. Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku
Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18),
kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram,
dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore
menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate
saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah
tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap
Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah
Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689),
Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah
merdeka hingga akhir abad ke-18.
7. Kesultanan Gowa-Tallo
Kesultanan Gowa (kadang disebut Kerajaan Gowa atau Kerajaan Gowa Tallo) atau
Kesultanan Makassar adalah sebuah Kesultanan yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan,
tepatnya di jazirah selatan dan pesisir barat semenanjung yang didiami oleh suku Makassar.
Wilayah inti bekas kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa, Kotamadya
Makassar dan Kabupaten Takalar saat ini.Berawal dari chiefdom yang didirikan pada awal
abad ke-14 (1320). Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya bersama Kerajaan Tallo
sekitar tahun 1511 hingga 1669, ketika kerajaan ini memegang hegemoni militer dan
perdagangan atas wilayah timur Nusantara, termasuk di antaranya sebagian besar Sulawesi,
beberapa bagian dari Maluku dan Nusa Tenggara, pesisir timur Kalimantan hingga Wilayah
Utara. Dalam prosesnya menjadi kekaisaran maritim, Kerajaan Gowa mengembangkan
berbagai inovasi dalam bidang pemerintahan, ekonomi dan militer. Perubahan sosial budaya
yang drastis juga terjadi seiring mengeratnya hubungan antara Kerajaan Gowa dan dunia luar,
terutama setelah Kerajaan Gowa mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal
1607.Kekalahan Kerajaan Gowa dalam Perang Makassar yang terjadi pada tahun 1669
mengakibatkan lepasnya wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa di luar Sulawesi Selatan,
sementara sebagian kecil wilayahnya diberikan kepada VOC. Meski begitu, Kerajaan Gowa
tetap bertahan sebagai negeri merdeka hingga awal abad ke-20, ketika pemerintah kolonial
Belanda mengalahkan Gowa dalam Ekspedisi Sulawesi Selatan dan menjadikannya daerah
jajahan.
2. Kesusastraan
Dalam bidang kesusastraan, pengaruh Islam yang paling utama adalah diperkenalkannya huruf
dan bahasa Arab di Indonesia. Hal ini sendiri merupakan bagian dari bentuk penghormatan
terhadap bahasa dan huruf Al Quran.
Di antara bentuk-bentuk kesusastraan yang dipengaruhi oleh Agama Islam terdapat apa yang
disebut sebagai hikayat, syair, dan suluk.
a. Hikayat
Berasal dari kata Arab hikayah. Karya sastra berisi suatu cerita, baik sejarah maupun cerita
roman fiktif. Dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar meramaikan
pesta. Cerita tersebut ada yang sudah tertulis dan ada pula yang masih berupa cerita dari mulut
ke mulut. Beberapa contoh hikayat dalam sastra Melayu, yaitu Hikayat Hang Tuah dan Hikayat
Raja-raja Pasai .
b. Syair
Berasal dari kata Arab syair dan merupakan bentuk puisi lama dalam kesusastraan Melayu. Asal-
usul syair di Indonesia bisa dicari pada syair-syair tasawuf Hamzah Fansuri, sebagai pencipta
asal bentuk syair dalam kesusastraan Melayu. Jenis syair umumnya dibagi menurut isinya,
seperti ada syair panji, syair cerita percintaan, syair sejarah, syair agama, dan nasihat. Contoh
syair terkenal ialah Syair Perahu karya Hamzah Fanshuri.
c.Suluk
Suluk merupakan cerita wejangan para tokoh agama Islam tentang ketuhanan. Umumnya
membahas masalah soal iman serta cara mendekatkan diri pada Tuhan. Contoh dari bentuk sastra
ini, yaitu Suluk Wijil, yang berisi nasihat Sunan Bonang kepada muridnya yang bernama Wijil.
Ia merupakan orang kerdil bekas abdi Kerajaan Majapahit.
3. Kesenian dan Tradisi
Ada banyak warisan Islam dalam hal kesenian dan tradisi yang masih lestari hingga saat ini. Di
antara bentuk kesenian Islam yang paling terkenal ialah kaligrafi, yaitu tulisan indah yang berisi
ajaran-ajaran Islam. Bentuk kesenian Islam lainnya, antara lain adalah wayang purwa di Jawa
Tengah dan debus di Banten.
KESIMPULAN
Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang Muslim dari Arab,
India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan penuh dengan ramah tamah
menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik pada orang-orang Muslim terlebih agama
yang mereka anut. Begitu banyak pula para penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi
akhlak mereka sehingga pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang menjadi faktor
utama berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya hingga zaman imperialisme
barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak hanya diam. Kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama berperang mengusir penjajah. Bahkan,
sampai detik-detik proklamasi pun umat Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena
itu, lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat
Muslim di Nusantara.