You are on page 1of 168

KONSEP DASAR BIOLOGI

TIM PENULIS

PENERBIT
CENDEKIA PUBLISHER

i
KONSEP DASAR BIOLOGI

Penulis:
Wiwik Wiji Astuti; Gaby Maulida Nurdin; Syamsiara Nur;
Helena Daten; Andi Taskirah; Andi Bida Purnamasari;
Nova Dwi Pratiwi Sulastri; Syarif Hidayat Amrullah;
Adriani; Herlina; Ninah Wahyuni; Sri Wayuni

ISBN: 978-623-5725-31-4

Editor:
Putri Athirah Azis, S.Pd, M.Pd

Penyunting:
Syarifuddin, S.Pd., M.Biomed

Penerbit:
Cendekia Publisher

Redaksi:
Jl. Tamangapa Raya 3 Antang-Makassar 90221
Tel 0853 9638 0597
Emai: cendekiapublisher03@gmail.com
Cetakan pertama, Desember 2022

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan
cara apapun.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahNya sehingga buku kolaborasi dalam bentuk
book chapter ini dapat di publikasikan dan sampai di
hadapan para pembaca. Book chapter ini disusun
oleh sejumlah akademis sesuai dengan kepakaran
atau bidang masing-masing. Buku ini diharapkan
hadir memberikan kontribusi positif dalam ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang biologi
terhadap konsep dasar biologi.
Adapun sistematika penulisan book chapter ini
mulai dari ciri-ciri makhluk hidup, struktur dan fungsi
sel, jaringan hewan, jaringan tumbuhan, morfologi
tumbuhan , mikrobiologi, sistem pencernaan, sistem
gerak, sistem reproduksi, bioteknologi, ekosistem,
pencemaran lingkungan. Book chapter ini terdiri dari
12 Bab yang dibahas secara rinci dan jelas oleh
pakarnya masing-masing.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Tuhan Yang
Maha Kuasa. Oleh sebab itu kami tentunya
menerima masukan dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan yang lebih lanjut. Kami

iii
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
proses penyusunan dan penerbitan book chapter ini.
Khususnya kepada penerbit Cendekia Publisher
sebagai inisiator book chapter ini. Semoga buku ini
dapat memberi manfaat.

Makassar, November 2022

Penulis,

Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................. i


KATA PENGANTAR............................................. iii
DAFTAR ISI ...................................................... v
Bab 1. Ciri-Ciri Makhluk Hidup ............................ 1
Bab 2. Struktur Dan Fungsi Sel ........................... 12
Bab 3. Jaringan Hewan ...................................... 28
Bab 4. Jaringan Tumbuhan ................................ 42
Bab 5. Morfologi Tumbuhan ............................... 56
Bab 6. Mikrobiologi ............................................ 69
Bab 7. Sistem Pencernaan ................................. 82
Bab 8. Sistem Gerak .......................................... 95
Bab 9. Sistem Reproduksi .................................. 111
Bab 10. Bioteknologi .......................................... 124
Bab 11. Ekosistem ............................................. 136
Bab 12. Pencemaran Lingkungan ....................... 149
Daftar Pustaka .................................................. 160

v
BAB 1
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

WIWIK WIJI ASTUTI, S.Pd, M.Pd

Universitas Patompo

Pendahuluan
Alam semesta beserta seluruh isinya merupakan salah satu bentuk kebesaran
dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Alam diciptakan beserta makhluk hidup yang
memiliki hubungan timbal balik antara yang satu dengan yang lainnya. Alam
menyediakan berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, sedangkan
makhluk hidup memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta
berkewajiban untuk melestarikan keberadaannya.
Makhluk hidup terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuhan. Setiap makhluk hidup
memiliki ciri-ciri, yaitu bernapas (respirasi), membutuhkan nutrisi atau makanan,
bergerak, menanggapi rangsangan (iritabilitas), tumbuh dan berkembang,
bereproduksi atau berkembangbiak, mengeluarkan zat sisa, beradaptasi, mengalami
metabolisme, dan regulasi.
A. Bernapas (Respirasi)
Bernapas (respirasi) merupakan proses mengambil oksigen dari lingkungan dan
mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) dari tubuh. Oksigen digunakan untuk
mengubah zat makanan menjadi energi secara kimiawi. Energi yang dihasilkan
digunakan untuk berbagai aktivitas tubuh.

(Gambar 1. Sistem Pernapasan pada Manusia)


1
Bagi manusia, mereka bernapas dengan menggunakan hidung. Menghirup
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dengan beberapa proses. Tubuh akan
mengalami oksidasi biologi, terjadi pada sel-sel tubuh yang butuh oksigen. Proses
tersebut akan menghasilkan karbondioksida karena terjadi proses pembakaran zat
makanan oleh oksigen. Organ tubuh yang berperan untuk pernapasan adalah paru-
paru.

Gambar 2. Alat Pernapasan pada Tumbuhan berupa Stomata (Mulut Daun)

Pada tumbuhan, proses bernapas dinamakan dengan proses fotosintesis. Pada


proses fotosintesis, karbondioksida akan diolah bersamaan dengan air dan sinar
matahari. Proses tersebut berlangsung di stomata. Akan ada glukosa padat yang
dikonsumsi oleh tumbuhan dari proses itu. Setelah itu oksigen akan dikeluarkan oleh
tumbuhan melalui stomata (Sumardi, 2015).
Stomata atau mulut daun, merupakan alat pernapasan pada tumbuhan berupa
lubang yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan hijau, yang dibatasi oleh sel
penutup. Bentuk dan posisi stomata pada daun beragam, bergantung pada spesies
tumbuhannya.
Stomata berfungsi sebagai tempat pertukaran gas pada proses fotosintesis.
Salah satu bahan utama fotosintesis adalah karbon dioksida dari udara. Stomata
bertugas untuk memastikan karbon dioksida cukup untuk menembus daun dan
jaringan lain tanaman agar fotosintesis lebih efisien.
Proses fotosintesis dimulai saat stomata terbuka dan menyerap karbon dioksida.
Setelah karbon dioksida masuk, tumbuhan dapat melakukan proses fotosintesis.
2
Proses fotosintesis merupakan proses mengubah karbon dioksida menjadi oksigen, lalu
dikeluarkan melalui stomata.
Proses pernapasan pada hewan terjadi berbeda-beda. Tergantung jenis hewan
dan jenis lingkungan tempat tinggalnya. Contohnya seperti mamalia yang berpanas
menggunakan hidung dan paru-paru. Berbeda lagi dengan ikan, ikan berpanas
menggunakan insang yang terletak di bagian sisi kiri dan kanan pada kepala ikan.
B. Membutuhkan Nutrisi (Makanan)
Makanan dan air merupakan kebutuhan bagi semua makhluk hidup. Makanan
berfungsi untuk menghasilkan energi, pertumbuhan, dan mengganti sel tubuh yang
rusak. Sedangkan air berfungsi sebagai zat pelarut di dalam tubuh.
Makanan diperlukan oleh makhluk hidup untuk sumber tenaga, untuk tumbuh
kembang, dan untuk mengganti sel-sel yang telah rusak. Sedangkan air diperlukan
untuk keseimbangan tubuh, pelarut beberapa zat, vitamin, dan mineral. Makanan
diubah menjadi zat-zat yang diperlukan tubuh setelah melalui proses biologi dan
kimiawi. Sebagian dari zat makanan tersebut, kemudian melalui proses pembakaran
diubah menjadi energi. Untuk proses ini diperlukan oksigen yang didapat dari proses
pernapasan.
C. Bergerak
Gerak merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap rangsang. Setiap
makhluk melakukan gerak, sebagian atau seluruh bagian tubuhnya, dari suatu posisi
(tempat) ke posisi (tempat) yang lain. Manusia dan hewan dapat bergerak bebas atau
pindah tempat. Untuk bergerak, manusia dan hewan memerlukan sarana bantu untuk
bergerak yang disebut alat gerak. Alat gerak dapat berupa kaki untuk berlari, sirip
untuk berenang, dan sayap untuk terbang. Pada hewan, kemampuan gerakannya lebih
besar (lebih aktif) karena telah dilengkapi sistem alat gerak (rangka dan otot) dan atau
alat tambahan untuk gerak (ekstremitas). Alat gerak pada hewan bermacam-macam,
antara lain berupa kaki, sayap, sirip, kaki perut, bulu cambuk, rambut getar dan kaki
semu. Sedangkan pada tumbuhan, gerakannya lebih pasif, umumnya hanya gerak
bagian tubuh tertentu seperti ujung batang, akar dan bunga. Contoh lainnya seperti
gerak pada bunga dari kuncup menjadi mekar, ketika tumbuhan bergerak mencari air
atau sinar matahari. Ada beberapa jenis gerak pada tumbuhan, yaitu Gerakan taksis,

3
Gerak nasti, dan Gerakan tropisme. Gerakan-gerakan tersebut terjadi karena adanya
reaksi hormone pada tumbuhan, contohnya seperti hormone auksin.
D. Menanggapi Rangsangan (Iritabilitas)
Ciri-ciri makhluk hidup juga akan bereaksi pada rangsang. Dalam hal ini makhluk
hidup memiliki nervous system. Ini adalah kemungkinan makhluk hidup ketika
merasakan sesuatu saat terjadi suatu perubahan yang ada di lingkungan. Semua
makhluk hidup dapat bereaksi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya. Reaksi
ini timbul jika ada rangsangan dari lingkungan. Menanggapi rangsang merupakan
aktivitas adaptasi suatu makhluk terhadap rangsang dari lingkungannya. Bentuk
aktivitas menanggapi rangsang dapat berupa perubahan perilaku, fisiologi maupun
penampilan morfologi tubuhnya.
Rangsangan dapat berupa cahaya, panas, dingin, bau dari gas, sentuhan,
gravitasi, rasa, dan lain-lain. Manusia dan hewan menggunakan indra untuk mengenali
adanya rangsangan. Misalnya, mata peka terhadap rangsangan cahaya, telinga peka
terhadap getaran suara, hidung peka terhadap bau, kulit peka terhadap sentuhan atau
tekanan, dan lidah peka terhadap rasa zat.
Hewan memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menerima dan menanggapi
rangsang dibanding tumbuhan karena telah memiliki alat penerima rangsang yaitu alat
indera dan sistem syaraf. Sedangkan iritabilitas pada tumbuhan, kita perlu melakukan
secara saksama karena hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang dapat mudah
teramati, misalnya gerak menutup daun putri malu apabila menerima rangsang berupa
sentuhan atau gerak tidur dari daun-daun berbunga kupu-kupu apabila menjelang
senja.
Kemampuan menanggapi rangsangan pada tumbuhan juga dapat diamati melalui
percobaan sederhana dengan menggunakan biji kacang hijau. Pada percobaan ini
obyek yang diamati adalah pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan kacang
hijau. Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa kecambah kacang hijau
yang ditanam dan mendapatkan cahaya matahari yang cukup akan tumbuh subur
dengan daun yang lebar serta bergerak ke arah cahaya matahari. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi pergerakan tumbuhan iritabilitas sebagai bentuk dari kemampuan
menanggapi rangsangan. Percobaan ini dapat diamati pada gambar berikut:

4
(Gambar 3. Kemampuan menanggapi rangsangan (Iritabilitas) pada tanaman kacang
hijau terhadap cahaya matahari)

E. Tumbuh dan Berkembang


Tumbuh merupakan suatu proses bertambah besarnya ukuran makhluk dan
penambahan ukuran ini tidak kembali kepada ukuran semula (irreversible). Sedangkan
kembang merupakan kata dasar dari berkembang, yaitu suatu proses pencapaian
kedewasaan, mulai dari bentuk atau keadaan yang sederhana, seperti biji ke bentuk
atau keadaan yang makin kompleks, misalnya pohon. Penambahan ukuran dan
pencapaian kedewasaan ini terjadi karena adanya proses pembentukan jaringan baru
yang diawali oleh penambahan jumlah, ukuran, dan fungsi dari sel. Tentu saja
pertambahan jumlah dan ukuran ini hanya dapat terjadi jika ada penambahan materi
berupa zat-zat yang diperoleh dari makanan.

(Gambar 4. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Manusia)

5
Pertumbuhan dikontrol (dipengaruhi) oleh faktor dalam (genetis, keadaan
fisiologis, status nutrisi, dll) dan faktor luar (lingkungan) sehingga masa dan
kemampuan bertumbuh antar makhluk berbeda-beda. Pada tumbuhan menahun,
kemampuan dan masa tumbuh batangnya bersifat tidak terbatas, namun masa tumbuh
organ-organnya terbatas. Sedang hewan dan tumbuhan annual (semusim) atau biennial
(setahunan) memiliki masa tumbuhnya terbatas. Pada makhluk banyak sel,
pertumbuhan terjadi karena adanya pertambahan materi jaringan tubuh dan aktivitas
pembelahan sel (mitosis). Sedang pada makhluk satu sel, pembelahan sel berarti juga
pertumbuhan populasi. Pada tumbuhan, daerah tumbuh terletak pada jaringan
meristem dan jaringan muda lainnya. Pada hewan, pertumbuhan terjadi pada semua
jaringan yang dikendalikan oleh hormon-hormon tumbuh, yang terjadi hanya selama
masa pertumbuhannya.

(Gambar 5. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Kecambah)

F. Bereproduksi atau Berkembangbiak


Makhluk berkembangbiak untuk mempertahankan atau melestarikan
populasinya. Perkembangbiakan makhluk terjadi secara kawin (seksual = generatif)
dan atau tak kawin (aseksual = vegetatif). Pada manusia perkembangbiakan terjadi
secara kawin (generative) yaitu penggabungan antara sel sperma dan sel telur
(fertilisasi) sehingga menghasilkan zigot.
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan
ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks,
6
ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur.
Sel spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam. Setelah spermatozoa
menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya dan menyimpan komplemen
kromosom ganda yang lazim. Kromosom ini mengandung semua informasi genetic yang
nantinya akan diturunkan kepada keturunannya. Sel telur yang telah dibuahi akan
membentuk zigot yang terus membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan,
enam belas dan seterusnya (Susilawati, 2017).

(Gambar 6. Proses fertilisasi pada manusia)

G. Mengeluarkan Zat Sisa (Ekskresi)


Ekskresi adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh
suatu organisme. Pada organisme bersel satu, produk buangan dikeluarkan secara
langsung melalui permukaan sel. Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang
lebih kompleks misalnya keringat dan urin.
Pada manusia zat-zat sisa metabolisme terakumulasi sebagai urine, keringat,
dan air mata. Zat sisa metabolisme ini perlu dikeluarkan ke luar tubuh agar tidak
meracuni tubuh, oleh karena itu diperlukan sistem pengeluaran yang disebut dengan
sistem ekskresi. Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dari dalam tubuh dapat
melalui ginjal, kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan (Shodiqin Ari Sandi, 2022).
Pada proses ekskresi ada beberapa bagian tubuh yang mempunyai fungsi
penting antara lain: ginjal mensekresikan urine (komposisi: air, garam, mineral,

7
senyawa N), kulit mensekresikan keringat (komposisi: air, garam, mineral, senyawa N),
paru-paru mensekresikan CO2 dan H2O, hati mensekresikan pigmen (bilirubin,
urobilin), dan usus besar mensekresikan logam berat yaitu Ca dan Fe (Sherwood, L.
2001).

H. Beradaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri pada mahluk hidup terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Setiap organisme memiliki sejumlah
kemampuan yang kompleks untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi
organisme dapat dikendalikan oleh faktor genetik yang meningkatkan daya
penyesuaian diri pada organisme atau fitness. Dalam proses evolusi, hanya organisme
yang mampu menyesuaikan diri yang akan bertahan hidup, yang tidak mampu
menyesuaikan diri akan punah.
Semua makhluk hidup melakukan proses adaptasi terhadap lingkungannya agar
mereka tetap dapat bertahan hidup. Contohnya unta menyimpan lemak sebagai
cadangan makanan di punuknya. Kaktus memiliki daun berbentuk duri untuk
mengurangi penguapan air di lingkungannya yang panas. Teratai memiliki daun yang
lebar untuk mempercepat penguapan air di lingkungannya yang berair. Pohon jati akan
menggugurkan daunnya pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan. Semua
contoh tersebut adalah bukti bahwa makhlukhidup dapat menyesuaikan diri atau dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Kemampuan beradaptasi membuat makhluk hidup
dapat bertahan hidup di lingkungannya.

I. Regulasi
Regulasi merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Sistem regulasi adalah
sistem yang mengatur sebuah kegiatan di dalam tubuh. Sistem regulasi juga sering
disebut dengan sistem koordinasi. Ada beberapa sistem yang termasuk dalam sistem
regulasi, antara lain sistem saraf, sistem hormon, dan sistem indera.

 Sistem Saraf
Sel saraf merupakan bagian utama pada sistem saraf. Sel saraf membawa pesan
melalui sistem saraf. Tubuhmu mengandung berjuta-juta sel saraf. Sel saraf disebut

8
neuron. Neuron seringkali diperbandingkan dengan kawat listrik yang sangat kecil
dan panjang. Kawat membawa pesan dan memiliki pembungkus (isolator) di
luarnya. Kawat biasanya menghubungkan dua hal seperti misalnya sumber listrik
dengan lampu. Neuron juga sangat kecil dan juga dapat sangat panjang. Neuron
dapat memiliki ukuran panjang sampai satu meter di beberapa bagian tertentu dari
tubuh. Neuron juga memiliki pembungkus. Neuron membawa pesan ke seluruh
tubuhmu. Neuron memungkinkan bagian tubuh yang satu berekoordinasi dengan
bagian tubuh yang lain.

(Gambar 7. Sel Saraf pada Manusia)

 Sistem Hormon
Sistem hormon merupakan sistem untuk mengirim pesan keseluruh tubuh, namun
pesan tidak dihantarkan melewati saraf. Sistem hormon tersusun dari jaringan
kelenjar-kelenjar di seluruh tubuh. Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan
oleh kelenjar. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran sendiri untuk mengirimkan
hormon yang diproduksinya, oleh karena itu kelenjar hormon disebut pula kelenjar
buntu. Hormon diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan bergerak langsung
dari kelenjar ke aliran darah. Jaringan khusus yanga dipengaruhi oleh hormon
disebut jaringan target. Jaringan sasaran suatu hormon terkadang terletak jauh dari
kelenjar yang menghasilkannya.

9
 Sistem Indera
Tubuh manusia mempunyai berbagai organ indera. Masing-masing organ indera
dikhususkan untuk mendeteksi adanya rangsang tertentu. Mata mendeteksi adanya
cahaya. Hidung dan lidah mendeteksi adanya molekul-molekul zat kimia. Telinga
mendeteksi adanya getaran atau gelombang udara. Kulit mendeteksi adanya panas,
dingin, sentuhan, dan tekanan. Organ indera bisa menentukan adanya rangsang
tertentu karena ada sel-sel reseptor. Reseptor adalah bagian saraf yang
menanggapi rangsang. Reseptor tertentu peka terhadap rangsang tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Shodiqin Ari Sandi. 2022. Sistem Ekskresi Manusia dan Upaya Menjaga Kesehatan .
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

Sumardi. 2015. Konsep Dasar IPA. Tanggerang: Universitas Terbuka.

Susilawati. 2017. Spermatology. Malang: UB Press

10
BIODATA PENULIS

Wiwik Wiji Astuti, S.Pd., M.Pd. Penulis lahir di Sungguminasa, 5


Maret 1987. Ketertarikan penulis terhadap Biologi menjadi latar
belakang untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi. Penulis menempuh pendidikan S1 di tahun 2004 pada
Jurusan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Makassar dan selesai di tahun 2009. Kemudian di tahun 2012,
penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi dan Universitas yang sama yaitu
Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Makassar dan
selesai ditahun 2014.

Penelitian penulis pada sepuluh tahun belakangan ini difokuskan ke aspek pendidikan
dan pengembangannya. Penelitian yang dilakukan penulis terkait dengan penggunaan
beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar Biologi.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilakukan secara mandiri dan ada pula yang
lolos pada hibah penelitian yang didanai oleh Kemenristek Dikti khususnya pada skema
Penelitian Dosen Pemula untuk tahun anggaran 2018 Keterlibatan penulis dalam
menghasilkan hasil karya ilmiah yang berkaitan dengan pendidikan diharapkan mampu
menjadi referensi yang dapat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran
Biologi. Email Penulis: wiwikwijiastuti@gmail.com

11
BAB 2
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

GABY MAULIDA NURDIN, S.SI, M.SI.


Universitas Sulawesi Barat

Sel merupakan suatu unit dasar kehidupan penyusun makhluk hidup (atau
organisme), baik uniseluler maupun multiseluler. Struktur sel sangat erat kaitannya
dengan fungsinya. Secara struktural, tubuh makhluk hidup terdiri atas satu sel atau
beberapa sel sehingga sel disebut satuan struktural makhluk hidup. Secara fungsional,
tubuh makhluk hidup dapat melaksanakan kehidupan jika sel-sel penyusun itu
berfungsi, sehingga sel juga disebut satuan fungsional makhluk hidup. Sel mengandung
materi genetik penentu sifat makhluk hidup yang dapat di wariskan kepada
keturunannya. Sehingga, sel adalah unit struktural, fungsional dan herediter terkecil
pada makhluk hidup yang berupa ruangan kecil yang dibatasi oleh selaput dan berisi
cairan pekat. Dengan pemahaman lebih dalam tentang sel, kita dapat mulai mengatasi
masalah sejarah besar kehidupan di bumi. Pada saat yang sama, biologi sel dapat
memberi jawaban atas pertanyaan tentang asal usul suatu organisme, diantaranya,
Darimana organisme itu berasal? Bagaimana kita berkembang dari satu sel telur yang
dibuahi? Bagaimana manusia dapat mirip namun berbeda dari semua orang di Bumi?
Kenapa kita sakit, menjadi tua dan mati? Pertanyaan ini dapat kita jawab dengan
memahami teori tentang sel.
Teori perkembangan sel dimulai dari para ilmuwan seperti Aristoteles dan
Paracelcus pada jaman Renaisance yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup
terbentuk dari beberapa elemen yang mengalami pengulangan. Setelah berabad-abad
kemudian penemuan alat bantu berupa lensa pembesar dan mikroskop sederhana
dapat menemukan sel tunggal yang nantinya akan mengalami perkembangan menjadi
sel yang lebih kompleks. Selanjutnya istilah sel pertama kali dikemukakan Robert
Hooke pada tahun 1665 dengan mengamati sayatan gabus pada mikroskop. Hasil
temuannya berupa adanya ruangan kecil yang disebut cella yang berarti kamar kecil.
Purkinye, tahun 1839 melihat bahwa di dalam cella terdapat zat yang mengalir (fluid)
12
yang memiliki tanda-tanda hidup. Dujardin di tahun 1855 menemukan bahwa di dalam
cella tersebut terdapat cairan kental dan pekat yang disebut protoplasma. Teori sel lalu
dikembangkan 15 tahun kemudian oleh Schwann dan Mathias von Schleiden yang
menghasilkan dua postulat. Pertama, semua makhluk hidup terdiri atas sebuah atau
lebih sel yang bernukleus. Kedua, sel merupakan kesatuan fungsi yang terkecil.
Postulat ketiga dilengkapi oleh Rudolf Virchow, semua sel berasal dari sel sebelumnya
dengan jalan pembelahan. Pernyataan ini dikenal dengan omnis cellulae cellula (semua
sel berasal dari sel) (Alberts, et al., 2004).
Penggolongan makhluk hidup dapat dibedakan berdasarkan satuan dasar
individu, yakni makhluk hidup bersel tunggal (organisme uniseluler) dan makhluk hidup
bersel banyak (organisme multiseluler). Sedangkan penggolongan sel berdasarkan
struktur dan organisasi sel yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel-sel pada
mikroorganisme yaitu bakteri dan arkea termasuk kedalam kelompok sel prokariotik.
Sedangkan sel pada tumbuhan dan hewan termasuk kelompok sel eukariotik.

A. Sel Prokariotik
Sel prokariotik berasal dari bahasa Yunani (pro: sebelum, karyon: inti/nukleus)
yaitu sel yang tidak memiliki inti sel. Hal ini tidak berarti bahwa sel prokariotik tidak
memiliki materi genetik, melainkan materi genetiknya tersebar di dalam sitoplasma
yang dikenal dengan istilah nukleoid. Ukuran sel prokariotik sangat kecil kisaran 1−10
μm. Prokariotik awalnya diklasifikasikan kedalam kingdom monera. Tetapi studi
molekuler membaginya menjadi dua kingdom berbeda yaitu eubacteria dan
archaebacteria. Sebagian besar prokariotik yang hidup di tanah, penyebab penyakit,
dan bakteri di kehidupan sehari-hari termasuk ke dalam eubacteria. Sedangkan
archaebacteria ditemukan pada lingkungan yang ekstrim seperti di air panas, air garam
pekat, mata air vulkanik, sedimen laut dalam, lingkungan asam, dan kondisi ekstrim
lainnya (Alberts, et al., 2004).
Struktur dasar sel prokariotik sangat sederhana dibandingkan dengan sel
eukariotik. Prokariotik memiliki dinding sel sebagai lapisan pelindung yang kuat.
Lapisan ini kemudian mengelilingi membran plasma dan membungkus satu sel yang
mengandung sitoplasma dan DNA. Contoh organisme sel prokariotik yaitu bakteri,
ganggang hijau biru dan arkae. Sel bakteri bereproduksi secara aseksual dengan
13
pembelahan biner yaitu dengan membagi sel menjadi dua sel. Struktur dasar sel
prokariotik terdiri dari empat struktur utama, yaitu: (1) dinding sel, (2) membran
plasma, (3) ribosom, dan (4) nukleoid (materi genetik). Selain itu jenis sel prokariotik
memiliki struktur organel tambahan seperti (1) flagella, (2) phili, (3) endospora, (4)
kapsul. Prokariotik tidak memiliki organel khusus, seperti mitokondria, badan golgi,
retikulum endoplasma, dan lain lainnya seperti organel sel yang terdapat pada sel
eukariotik. Lebih jelasnya mengenai sel prokariotik dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur sel prokariotik (a) dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron
(b) (Sumber : Campbell et al., 2010)

Berikut struktur dan fungsi masing-masing bagian dari sel prokariotik sebagai berikut.
1. Dinding Sel
Dinding sel prokariotik, yakni dinding sel bakteri memiliki komposisi kimiawi yang
berbeda dengan dinding sel eukariotik. Dinding sel prokariotik memiliki kandungan
polisakarida, protein, dan lemak. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan memberi
bentuk yang tetap pada bakteri. Sejauh ini diketahui bahwa ketebalan dinding sel
bakteri berkisar 10-35 nm. Dinding sel bakteri terdiri atas peptidoglikan (PG) yang
menyebabkan kakunya dinding sel. Peptidoglikan tersusun oleh N-asetilglokosamin
(NAG), Asam N-Asetilmuramat (NAM) dan Peptida yang terdiri dari asam amino: alanin,
glutamat, diaminopimelat, atau lisin dan alanin. NAG dan NAM berselang-seling
membentuk tulang punggung dinding sel. Pada NAM terdapat 4 asam amino dan
membentuk ikatan silang dengan asam amino NAM lainnya (Campbell et al., 2010).

14
Bakteri dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan komposisi kimiawi dinding
selnya yaitu kelompok bakteri Gram-positif (contohnya Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus) dan kelompok bakteri Gram-negatif (contohnya Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa). Bakteri diklasifikasikan menjadi bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif berdasarkan responnya terhadap prosedur pewarnaan Gram
dan kandungan peptidoglikannya (Pelczar, 2004).
Dinding sel merupakan lapisan selubung sel yang terletak di antara membran
sitoplasma dan kapsul. Pada bakteri Gram positif, dinding sel tersusun atas
peptidoglikan dan asam teikoat. Sedangkan pada bakteri Gram negatif, dinding sel
terdiri dari peptidoglikan dan membran luar. Selubung sel bakteri Gram positif relatif
sederhana, terdiri dari dua sampai tiga lapisan yaitu membran sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang tebal, dan beberapa bakteri memiliki lapisan luar, berupa kapsul.
Selubung sel Gram negatif merupakan suatu struktur berlapis banyak yang sangat
kompleks dan terdiri atas membran luar. Membran luar ini terdiri dari lipopolisakarida
(LPS) yang kompleks dan bersifat toksik (Jawetz, et al., 2013).

Gambar 2. Perbandingan struktur selubung sel Gram positif dan Gram negatif
(Sumber : Jawetz, et al., 2013)

15
Tabel 1. Perbedaan Susunan Dinding Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
No Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif
1. Komponen terbesar adalah 1. Lapisan dalam adalah peptidoglikan
peptidoglikan sebesar 30-70 % yang tipis, hanya sekitar 10% dari
berat kering dinding sel bakteri berat kering dinding sel
2. Lapisan luar terdiri atas
lipopolisakarida dan lipoprotein
2. Dinding sel tebal, 25-30 nm Dinding sel tipis, 10-15 nm
3. Pada beberapa bakteri terdapat Tidak memiliki asam teikoat
asam teikoat
4. Sensitif terhadap penisilin Kurang sensitif terhadap penisilin
5. Berwarna ungu pada pewarnaan Berwarna merah pada pewarnaan
Gram Gram

2. Membran Plasma
Membran plasma terdiri atas lipid dan protein. Tipe lipid penyusun membran
adalah phospoglyceride, sphingolipids, dan steroid. Keberadaan lipid pada membran
sel menyebabkan membran memiliki sifat amfipatik dengan daerah kepala yang
hidrofilik (menyukai air) dan daerah ekor yang hidrofobik (tidak suka air). Lapisan
membran terdiri atas 2 lapisan molekul lipid yang disebut lipid bilayer (Gambar 3).
Protein penyusun membran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu protein
integral, protein terikat pada lemak, dan protein periferal. Membran plasma berperan
sebagai selaput sel yang bersifat semipermiabel. Tugas utamanya yaitu mengatur
keluar dan masuk berbagai molekul dan ion-ion. Secara sederhana membran plasma
dapat diistilahkan sebagai jalur masuk berbagai molekul dan ion-ion yang dibutuhkan
oleh sel. Sebaliknya dapat juga berfungsi sebagai jalur ekskresi dari berbagai molekul
dan ion-ion yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh sel. Setidaknya 50% dari membran
plasma harus dalam keadaan semifluid agar pertumbuhan sel dapat terus berjalan.
Pada bakteri Gram positif, membran plasma membentuk lipatan yang dikenal dengan
mesosom. Mesosom juga berfungsi sebagai jalur ekskresi dari berbagai molekul dan
ion (Agustina, et al., 2021).

16
Gambar 3. Struktur membran sel
(Sumber : Alberts, et al., 2014)
3. Ribosom
Ribosom merupakan partikel kecil yang komposisinya terdiri dari protein dan
molekul RNA (ribonucleic acid). Ribosom memiliki peran penting pada proses translasi
untuk sintesis protein. Dalam satu sel prokariotik dapat mengandung ribosom sampai
10.000, sehingga massanya dapat mencapai 40% dan total massa organel sel bakteri
(Agustina, et al., 2021). Beberapa molekul RNA telah terbukti berfungsi sebagai enzim
(ribozim). Fungsi RNA yang paling umum adalah menyampaikan sekuens gen DNA
kepada ribosom dalam bentuk RNA messenger (mRNA). Ribosom yang mengandung
RNA ribosom (rRNA) dan protein-protein, mentranslasi pesan ini menjadi struktur
primer protein melalui RNA transfer (tRNA)-aminoasil. Molekul RNA mempunyai kisaran
ukuran mulai dari tRNA kecil, yang mengandung kurang dari 100 basa, sampai mRNA
yang dapat membawa pesan genetik sampai beberapa ribu basa. Ribosom bakteri
mengandung tiga jenis rRNA dengan ukuran masing-masing 120, 1540, dan 2900 basa
dan sejumlah protein (Jawetz, et al., 2013).
4. Nukleoid
Materi genetik dari sel prokariotik atau sel bakteri tidak berada di dalam suatu
organel khusus karena sel prokariotik tidak memiliki membran inti sel (membran
nukleus). Gen prokariotik terdapat pada kromosom yang terletak dalam sitoplasma
yang dinamakan daerah nuklear atau nukleoid. Daerah ini terisi dengan serabut kecil
DNA dan berbeda dengan sel eukariotik. Nukleoid tidak memiliki selubung, hal ini yang
menjadi ciri utama yang membedakan sel prokariotik dan sel eukariotik. Namun

17
demikian, bahan genetik pada sel prokariotik tetap membawa informasi-informasi
genetik yang menentukan sifat-sifat dari sel tersebut.
5. Flagela
Flagela merupakan bulu cambuk yang tersusun dari senyawa protein yang
terdapat pada dinding sel dan digunakan sebagai alat gerak. Bakteri dapat
menggunakan flagel untuk bergerak di atas permukaan dan memulai kolonisasi.
Berdasarkan ada tidaknya alat gerak, bakteri dapat digolongkan dalam bakteri yang
bersifat motil dan non motil. Bakteri yang bersifat motil memiliki alat gerak berupa
flagel, alat gerak ini sangat halus 20 µm sehingga tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Bakteri memiliki jumlah flagela dan letak berbeda-beda. Berikut pengelompokan bakteri
berdasarkan dari jumlah dan letak flagelanya (Pelczar, 2004):
a. Atrik, adalah bakteri yang tidak mempunyai flagella
b. Monotrik, adalah bakteri yang hanya mempunyai satu flagela (misalnya,
Pseudomonas aeruginosa).
c. Lofotrik, adalah bakteri yang mempunyai banyak flagela pada salah satu sisi sel
(misalnya, Pseudomonas fluorescens).
d. Amfitrik, adalah bakteri yang mempunyai flagela pada kedua ujung sel (misalnya
Aguaspirillum serpens)
e. Peritrik, adalah bakteri dengan flagela yang tersebar di seluruh permukaan dinding
sel (misalnya Salmonella typhi).

Gambar 5. Tipe-tipe flagel bakteri. (A) Monotrik. (B) Lofotrik, (C) Amfitrik, (D) Peritrik
(Sumber : Pelczar, 2004)
18
6. Pili (Fimbriae)
Pili (dari bahasa Latin yang artinya "rambut") atau fimbria (Latin "rumbai") adalah
tambahan berongga, nonheliks, berfilamen yang lebih tipis, pendek, dan jumlahnya
lebih banyak dari flagela. Pili memiliki struktur yang lebih halus dan lebih pendek
daripada flagela. Seperti flagela, pili tersusun atas subunit protein struktural yang
disebut pilin. Pili tidak berfungsi dalam motilitas, tetapi berfungsi untuk pelekatan
bakteri, memungkinkan terjadinya perpindahan DNA (konjugasi), serta sebagai pintu
gerbang masuknya bahan genetik selama berlangsungnya perkawinan antarbakteri.
Dengan adanya pili, menyebabkan bakteri dapat melekat pada sel lain. Pili dibagi dalam
dua kelas: pili biasa yang berperan dalam perlekatan bakteri, dan pili seksual yang
berperan pada proses konjugasi bakteri (Jawetz, et al., 2013).
7. Endospora
Beberapa genus bakteri mampu membentuk endosporea. Dua yang paling umum
adalah bakteri basil Gram positif seperti genus Bacillus yang sifatnya obligat aerob,
Clostridium yang obligat anaerob dan Sporosarcina. Organisme-organisme tersebut
menjalani sebuah siklus diferensiasi, sebagai respons terhadap kondisi lingkungannya.
Pada kondisi kekurangan nutrisi, tiap sel membentuk spora internal tunggal yang
dilepaskan saat sel induk mengalami otolisis. Spora adalah sel yang sedang
beristirahat yang sangat resistan terhadap kekeringan, panas, dan bahan-bahan kimia.
Saat kondisi nutrisi membaik dan spora teraktivasi, spora akan tumbuh dan
menghasilkan sel vegetatif tunggal (Jawetz, et al., 2013).
8. Kapsul
Beberapa bakteri mengakumulasi senyawa-senyawa yang kaya akan air, sehingga
membentuk suatu lapisan di permukaan luar selnya yang disebut sebagai kapsul atau
selubung berlendir. Kapsul contohnya terdapat pada bakteri Pneumcoccus sp.
Fungsinya sebagai lapisan pelindung terhadap pertahananan inang. Kapsul dapat
melindungi bakteri dari lingkungan luar dan sebagai gudang makanan dalam
mendukung kehidupan bakteri. Adanya kapsul pada bakteri menunjukkan sifat virulen/
infeksi terhadap inangnya. Jika bakteri kehilangan kapsul, maka ia dapat kehilangan
virulensinya. Dalam pembentukan agregasi tanah, senyawa yang terkandung dalam
kapsul inilah yang sangat berperan (Amelia, 2017).

19
B. Sel Eukariotik
Eukariotik berasal dari kata Yunani (eu: sejati, karyon: inti/nukleus) yaitu sel yang
memiliki inti atau nukleus (karion) yang dikelilingi oleh membran, sehingga sel ini
memiliki dua membran yaitu membran sitoplasma dan membran inti (membran
nukleus). Sel eukariotik mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda tergantung dari
jenis dan fungsinya. Sel eukariotik ada yang mempunyai bentuk tetap seperti sel saraf
dan sel tumbuhan, ada pula yang bentuknya dapat berubah-ubah seperti sel lekosit,
dan lain-lain. Bentuk dari sel pada umumnya tergantung terutama dari fungsi sel dan
juga tergantung dari tegangan permukaan membran sel, viskositas sitoplasma, rigiditas
membran plasma, pengaruh mekanis dari sekitarnya. Ukuran sel eukariotik sangat
bervariasi, sel hewan yang terkecil mempunyai diameter 4 mikron dan yang terbesar
sampai beberapa sentimeter ((Jawetz, et al., 2013).
Sel eukariotik memiliki nukleus yang terbungkus di dalam membran, sehingga
DNA yang terdapat di dalam nukleus dapat tersimpan dalam kompartmen khusus yang
terpisah dari bagian lain dari sel yang disebut sitoplasma. Disamping itu, terdapat juga
jenis organel lain yaitu mitokondria dan kloroplas, yang terbungkus dalam dua lapis
membran yaitu membran dalam dan membran luar yang secara kimiawi memiliki
perbedaan dengan membran yang membungkus nukleus. Sel eukariotik ini terdapat
pada organisme yang lebih kompleks seperti pada sel hewan dan sel tumbuhan
(Campbell et al., 2010). Namun, organel sel pada sel tumbuhan dan sel hewan tidaklah
sama, ada bagian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada pula bagian sel yang
sama diantaranya yaitu membran plasma dan nukleus.

Tabel 1. Perbandingan Struktur Internal Sel Prokariotik dan Eukariotik


Spesifikasi Prokariotik Eukoriotik
Organisasi sel uniseluler multiseluler
Contoh organisme bakteri, archae, ganggang hijau biru fungi, tumbuhan, hewan
Ukuran sel umumnya 1-10 µm umumnya 10-100 µm
Inti sel nucleoid nukleus
Membran inti sel tidak ada ada
Kromosom tunggal banyak
Bentuk DNA sirkular linier untai ganda

20
Dinding sel ada ada
Mitokondria tidak ada ada
Ribosom ada (50S dan 30S) ada (60S dan 40S)
Mesosom ada tidak ada
Retikulum Endoplasma tidak ada ada
Badan golgi tidak ada ada
Vakuola tidak ada ada
Sitoskeleton tidak ada ada
Lisosom tidak ada ada
Kloroplas tidak ada ada

Jenis organisme pada sel eukariotik yaitu sel tumbuhan dan sel hewan. Tumbuhan
dan hewan memiliki banyak perbedaan. Hewan dapat bergerak dengan aktif sedangkan
tumbuhan secara pasif. Hal ini disebabkan karena bentuk sel hewan yang fleksibel dan
bentuknya dapat berubah-ubah, berbeda dengan sel tumbuhan yang kaku dan tidak
fleksibel. Selain dari bentuknya, perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan juga dapat
dibedakan dari hal-hal berikut:
Tabel 2. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan
Sel Tumbuhan Sel Hewan
Memiliki dinding sel Tidak memiliki dinding sel
Memiliki kloroplas Tidak memiliki kloroplas
Tidak memiliki lisosom Memiliki lisosom
Tidak memiliki sentrosom Memiliki sentrosom
Memiliki vakuola Tidak Memiliki vakuola

21
Gambar 6. Perbedaan sel prokariotik pada bakteri dan eukariotik pada hewan dan
tumbuhan (Sumber: Alberts, et al., 2014)
22
Secara garis besar struktur dan fungsi dari masing-masing komponen sel pada sel
tumbuhan dan sel hewan adalah sebagai berikut
1. Inti Sel (Nukleus)
Nukleus adalah organel terbesar yang mengandung genom sel. Nukleus mengandung
molekul-molekul deoxyribo nucleic acid (DNA) linier yang tersusun sebagai heliks
ganda. Materi genetik berada di dalam inti berbentuk kromatin dan protein dasar yang
disebut histon yang berikatan dengan DNA melalui interaksi ionik. Suatu struktur yang
sering tampak di dalam nukleus adalah nukleolus (anak inti), suatu area yang kaya RNA
sebagai tempat sintesis ribosom. Fungsi inti sel adalah untuk mengontrol struktur dan
fungsi sel atau mengontrol seluruh aktivitas sel (Jawetz, et al., 2013).
2. Dinding Sel
Dinding sel merupakan struktur penting yang membedakan sel hewan dengan sel
tumbuhan. Dinding sel dimiliki oleh sel tumbuhan namun berbeda dengan dinding sel
pada bakteri. Pada umumnya, dinding sel tumbuhan tidak mempunyai pigmen sehingga
terlihat transparan. Hal ini memungkinkan cahaya dapat masuk ke dalam sel sehingga
terjadi fotosintesis. Dinding sel dapat berfungsi dalam absorpsi, transport, dan sekresi
substansi dalam tumbuhan. Selain itu, dinding sel juga menjadi barier awal terhadap
serangan patogen. Struktur dinding sel tumbuhan memiliki tiga lapis yaitu dinding sel
primer, dinding sel sekunder dan lamela tengah. Selulosa, merupakan penyusun utama
dinding sel primer. Dinding sel primer memiliki dinding yang relatif tipis dan lentur.
Dinding sel sekunder berada di antara membran plasma dan dinding primer. Lamela
tengah merupakan lapisan terluar dari dinding sel yang berlapis tipis dan banyak
mengandung polisakarida (Champbell et al., 2010).
3. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) adalah kumpulan kantong dan tubulus bermembran yang
berhubungan dengan membran inti. Terdapat dua tipe retikulum endoplasma
berdasarkan ada tidaknya ribosom yaitu RE kasar dan RE halus. RE kasar dilekati oleh
banyak ribosom dan berperan dalam sintesis glikoprotein dan juga memproduksi bahan
membran baru yang diangkut ke seluruh bagian sel. Sedangkan RE halus, tidak meniliki
ribosom dan berperan dalam sintesis lipid serta beberapa bagian metabolisme
karbohidrat (Jawetz, et al., 2013).

23
4. Badan golgi
Aparatus golgi terdiri atas tumpukan kantung-kantung pipih yang biasanya berada di
dekat nukleus. Pada umumnya salah satu ujung dari kompleks golgi berdekatan dengan
retikulum endoplasma kasar. Aparatus Golgi bersama-sama dengan RE berfungsi untuk
memodifikasi secara kimiawi dan menyeleksi produk RE yang akan disekresikan ke
bagian sel yang membutuhkan dan produk RE yang berfungsi pada struktur sel
bermembran lainnya. Pada ujung tersebut, kompleks golgi menampung produksi
sintesis retikulum endoplasma melalui kantung-kantung kecil. Kompleks golgi juga
berfungsi menambah karbohidrat pada protein ketika berada dalam kompleks golgi
(Wardani, 2019).
5. Mitokondria
Mitokondria berasal dari kata "mitos" yang berarti benang dan "chondrion" yang
berarti butir. Karena ukurannya yang sangat kecil strukturnya baru dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron (Alberts, et al., 2014). Mitokondria berfungsi
dalam metabolisme untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin tri fosfat).
Mitokondria sering disebut sebagai sumber energi sel. Pada umumnya mitokondria
tersebar merata di dalam sitoplasma dan ada juga yang bertempat di sekitar nukleus.
Mitokondria mengandung sejumlah kecil DNA, RNA dan ribosom (Alberts, et al., 2014).
Mitokondria memiliki 2 membran, yaitu membran luar dan membran dalam yang
membentuk lipatan sebagai krista. Struktur krista pada mitokondria berperan untuk
meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk produksi energi.
6. Kloroplas
Kloroplas adalah organel sel fotosintetik yang mampu mengubah energi sinar matahari
menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Organel ini dapat ditemukan pada sel-
sel mesofil pada daun tanaman. Kloroplas mengandung banyak pigmen yang bersama-
sama dengan enzim dan molekul lain berfungsi dalam fotosintesis. Ukuran, bentuk, dan
jumlah kloroplas bervariasi tergantung jenis selnya. Dalam kloroplas terdapat sistem
membran yang tersusun menjadi kantung pipih yang disebut tilakoid. Kumpulan tilakoid
membentuk grana, dan cairan diluar tilakoid disebut stroma (Campbell et al., 2010).
7. Lisosom
Lisosom merupakan suatu kantung terikat membran yang berbentuk bulat dan berisi
enzim-enzim hidrolitik (pencerna). Lisosom berfungsi sebagai sistem pencernaan
24
intraseluler pada berbagai keadaan. Terdapat enzim lisosom yang dapat menghidrolisis
kelas utama makromolekul diantaranya protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat.
Bagian dalam lisosom bekerja dengan sangat baik dalam lingkungan asam sekitar pH 5
dan merupakan lingkungan yang optimal bagi enzim hidrolitik (Campbell et al., 2010).
Lisosom bekerja sama dengan fagosom dalam mencerna.
8. Sitoskeleton
Sitoskeleton merupakan sistem filamen yang berperan dalam pengorganisasian
struktur dan aktivitas sel. Sitoskeleton berfungsi untuk memberi tumpuan pada sel,
motilitas dan pengaturan sel. Fungsi utama dari sitoskeleton ialah untuk memberikan
dukungan mekanis pada sel dan mempertahankan bentuknya. Sitoskeleton membuat
sel memiliki bentuk, hal ini sangat penting untuk sel hewan yang tidak memiliki dinding
sel (Campbell et al., 2010). Variasi dari fungsi skeleton tergantung pada jenis molekul
protein, yang mana membentuk tiga jenis filamen. Filamen tersebut diantaranya
mikrofilamen (filamen aktin), mikrotubulus dan filamen intermediat. Peranan filamen
aktin yaitu membantu perlekatan sel pada substansi antar sel. Filamen intermediat
memberi kekuatan mekanis pada sel. Filamen intermediat merupakan pengukuh sel
yang lebih permanen daripada mikrofilamen dan mikrotubulus (Akmalia, et al., 2020).

DAFTAR PUSTAKA
Akmalia, H.A., Pranatami, D,A., Tauhidah, D., Rofi’ah, N.L., Khasanah, R.A.N. (2020).
Biologi Sel. Semarang: Alinea Media Dipantara.
Agustina, DK., Suharno, Z., Dede, CS., Feldha, F., dkk. (2021). Teori Biologi Sel.
Yayasan Aceh: Penerbit Muhammad Zaini.
Alberts, B., Bray, D., Hopkin, K., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., Walter, P.
(2014). Fourth Edition Essential Cell Biology. NewYork: Garland Science, Taylor &
Francis Group.
Amelia, T. (2017). Buku Ajar Mikrobiologi. Tanjungpinang.
Campbell, N.A, Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
Jackson, R.B. (2010). Biologi Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.
Jawetz, Melnick, Adelberg. (2013). Medical Microbiology 26th Edition. New York:
McGraw.

25
Pelczar, M. J dan Chan, E.C.S., Krieg, N.R. (1993). Microbiology. Fifth Edition. McGraw-
Hill Book Company, Inc. New York.
Wardani, H.E. (2019). Bahan Ajar Biomedik. Malang: Wineka Media.

26
BIODATA PENULIS

Gaby Maulida Nurdin, S.Si.,M.Si. lahir di Ujung Pandang pada tanggal


26 September 1991. Penulis menempuh studi S1 Biologi di Universitas
Hasanuddin pada tahun 2009-2012. Kemudian penulis melanjutkan S2
Mikrobiologi di Institut Pertanian Bogor tahun 2013-2015. Penulis
merintis karir pertamanya sebagai dosen sejak tahun 2016-2019 di
STKIP Pembangunan, Makassar. Saat ini penulis adalah dosen PNS di
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sulawesi Barat sejak 2019. Selama menjadi dosen, penulis mendalami bidang
Mikrobiologi dan Mikologi baik di pengajaran, penelitian maupun di pengabdian kepada
masyarakat. Penulis pernah lolos penelitian dosen pemula (PDP) dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (PPM) yang diselenggarakan oleh Dikti di tahun 2018, 2019 dan
2022 serta DIPA Kampus Universitas Sulawesi Barat di tahun 2021 dan 2022.

27
BAB 3
JARINGAN HEWAN

Dr. SYAMSIARA NUR, S.Pd., M.Pd

Universitas Sulawesi Barat

Pengertian Jaringan

Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Ilmu yang
mempelajari jaringan di sebut Histologi. Jaringan pada hewan dibedakan menjadi 4
(empat) kelompok.

1. Jaringan Epitel

Jaringan Epitel adalah jaringan yang tersusun atas sel-sel yang sejenis yang
melapisi atau membalut permukaan luar tubuh atau membatasi permukaan suatu
rongga tubuh dan juga permukaan dalam organ tubuh yang berbentuk tubulus (saluran)
maupun cavum (rongga). Epitel permukaan organ tubuh terdiri dari kumpulan atau
deretan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran
atau lapisan yang substansi interselulernya sangat sedikit dan tipis atau tidak punya,
dan cairannya sangat sedikit. Jaringan epitelium yang melapisi permukaan luar tubuh
disebut epitelium, sedangkan jaringan epitelium yang membatasi permukaan suatu
rongga tubuh disebut mesotelium. Sementara itu, jaringan epitelium yang membatasi
organ dalam disebut endotelium (Arsyad, 2017). Seluruh jaringan epitelium terletak
pada suatu lamina basalis (lapisan membran basal) yang memisahkan epitelium dari
jaringan di bawahnya, seperti jaringan ikat, pembuluh darah, dan jaringan saraf, yang
dapat di lihat pada Gambar 1.

28
Gambar 1. Membran Basal

Permukaan sel yang berhadapan dengan lumen disebut permukaan apikal, sedangkan
permukaan sel yang berhadapan dengan membran basal disebut permukaan basal.
Sementara itu, permukaan sel yang terletak di antara sel-sel disebut permukaan lateral.
Membrana basalis bersifat amorf, mengandung kolagen tipe IV. Membrana basalis tidak
dapat dilihat dengan mikroskop optic dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin
(H.E.), tetapi dapat diidentifikasi bila diwarnai dengan reagen PAS atau pewarna perak.
Pembuluh darah dan limfe tidak dapat menembus membran basalis, dia bersifat
permeable sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon dan
dikirim ke jaringan epitelium melalui proses difusi dari jaringan ikat di bawahnya.
Jaringan epitel memiliki beberapa fungsi yaitu:
a. Transportasi, Pengangkutan zat-zat antarjaringan atau rongga yang dipisahkan.
b. Absorpsi, misalnya penyerapan sari-sari makanan pada usus halus.
c. Pelindung jaringan di bawahnya.
d. Sekresi, menghasilkan zat atau enzim dari epitelium membran maupun kelenjar.
e. Ekskresi, membuang sisa-sisa metabolisme air, karbon dioksida, dan garam-garam
tertentu.
f. Eksteroreseptor, menerima rangsangan dari lingkungan.
Jaringan epitel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan atas
bentuk dan jumlah lapisan sel-selnya.
Berdasarkan bentuk dan susunan selnya jaringan epitel dibedakan menjadi:
1). Epitel pipih/gepeng/squamos
Epitel ini berbentuk gepeng dan juga terlihat seperti sisik ikan sehingga disebut
sel squamuos. Dengan demikian ukuran tinggi atau tebal kurang dari ukuran panjang
dan lebar selnya. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang), epitel tampak
29
bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti tampak lebih
menonjol sehingga bagian tersebut terlihat lebih tebal bila dibandingkan dengan bagian
tepi dari sitoplasma. Epitel pipih dibedakan menjadi dua yaitu :
a). Epitel pipih selapis

Epitel pipih selapis merupakan epitel yang tersusun dari selapis sel berbentuk pipih.
Seluruh sel pada epitel ini terletak di atas membran basal dan mencapai permukaan.
Terdapat pada alveolus paru-paru, endotelium, mesotelium, lapisan parietal kapsul
Bowman dan lengkung Henle, pleura (selaput pembungkus paru-paru), peritoneum
(selaput perut), perikardium (selaput pembungkus jantung), serta endotelium pada
pembuluh darah dan pembuluh limfa. Berfungsi dalam proses difusi, osmosis,
filtrasi, dan ekskresi. Epitel pipih selapis dapat dilihat pada Gambar. 2 di bawah ini.

b). Epitel pipih berlapis

merupakan epitelium yang terdiri atas lebih dari satu lapis sel berbentuk pipih. Akan
tetapi, pada lapisan sel-sel yang lebih dalam bentuknya dapat berupa kubus atau
silindris. Terdapat pada pada kulit, vagina, rongga mulut, esofagus, anus, dan
kornea mata. berfungsi dalam proteksi (perlindungan). Epitel pipih berlapis dapat di
lihat pada Gambar 3. berikut:

Gambar 2 dan 3 : Epitel pipih selapis dan epitel pipih berlapis

2). Epitel Kubus


Epitel kubus berbentuk kubus, mempunyai ukuran tebal dan panjang sel
yang sama nampak sebagai bujur sangkar. Biasanya inti berbentuk bulat dan terletak di
30
tengah sel. Penampang melintang memperlihatkan sel berbentuk kubus, sedangkan
dari permukaan sel epitel ini bentuk selnya tampak berbentuk heksagonal atau
poligonal. Epitel kuboid tersusun atas membrane basalis. Epitel kuboid terbagi menjdi
epitel kuboid selapis dan epitel kuboid berlapis.
a. Epitel Kubus Selapis
Epitel kuboid selapis merupakan epitel yang tersusun dari selapis sel berbentuk
kubus. Terdapat pada tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal
pada nefron ginjal, permukaan luar ovarium, kelenjar ludah, kelenjar tiroid,
pankreas, serta lensa mata. berfungsi dalam proteksi, sekresi, dan absorpsi.
Epitel Kuboid/kubus selapis dapat dilihat pada Gambar 4.

b. Epitel Kubus Berlapis


Epitel kuboid berlapis merupakan epitelium yang terdiri atas lebih dari satu lapis
sel berbentuk kubus. Terdapat pada kelenjar keringat dan kelenjar minyak.
Berfungsi untuk proteksi, sekresi, ekskresi, dan absorpsi. Epitel kubus berlapis
dapat dilihat pada Gambar 5. Berikut:

Gambar 4 dan 5. Epitel Kubus Selapis dan epitel kubus Berlapis


3). Epitel Silindris
Epitel Silindris tersusun dari sel-sel yang berbentuk heksagonal memanjang (silinder).
Inti sel dari epitelium ini berbentuk pipih memanjang, berderet pada ketinggian yang
sama, dan letaknya lebih dekat ke permukaan basal. Jaringan epitel ini secara histologi
pada penampang melitang bentuk selnya terlihat silindris, berdiri pada membrane
basal, dan mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Inti selnya

31
berbentuk lonjong terletak mendekati basal dan terletak pada sumbu tegak lurus dari
membrane basal. Epitel silindris terdiri atas:
a. Epitel Silindris Selapis
Epitel silindris selapis merupakan epitelium yang tersusun dari selapis sel
berbentuk silindris. Di antara sel-sel epitelium silindris selapis biasanya terdapat
sel goblet, yaitu sel berbentuk piala yang berfungsi menghasilkan lendir. Ada
yang bersilia dan ada yang tidak bersilia. Epitelium silindris selapis bersilia
terdapat pada uterus, saluran uterus, vas deferens, dan bronkus intrapulmoner.
Sementara itu, epitelium silindris selapis tidak bersilia terdapat pada sebagian
besar saluran pencernaan seperti lambung, usus halus, dan kantong empedu.
Berfungsi untuk sekresi dan absorpsi. Berikut adalah Gambar 6 yang merupakan
gambar dari epitel silindris selapis.

Gambar6. Epitel Silindris Selapis

b. Epitel Silindris Berlapis


Epitel silindris berlapis merupakan epitelium yang terdiri atas lebih dari satu
lapis sel berbentuk silindris pada permukaannya. Akan tetapi, sel-sel pada
lapisan-lapisan basal relatif lebih pendek dan berbentuk polihedral tidak teratur.
Terdapat pada pada uretra, laring, faring, dan kelenjar ludah. Fungsi epitelium
silindris berlapis banyak adalah untuk proteksi dan sekresi.
c. Epitel Silindris Berlapis Semu Bersilia
Epitel silindris berlapis semu bersilia merupakan epitelium yang tersusun
dari sel-sel dengan inti sel tidak sejajar sehingga seolah-olah epitelium
tersebut terdiri atas banyak lapisan. Pada epitelium ini terdapat silia yang
berfungsi menggerakkan partikel yang berada di atasnya. Fungsi

32
epitelium silindris berlapis semu bersilia adalah untuk proteksi. Terdapat
pada saluran telur (tuba Fallopi), rongga hidung, dan saluran pernapasan.
4). Epitel Transisional
Epitelium transisional tersusun dari sel-sel yang bentuknya dapat berubah-ubah.
Bagian basal terdiri atas sel-sel kubus hingga silindris, bagian tengah terdiri atas selsel
kubus polihedral, dan bagian permukaan dalam (superfasial) terdiri atas sel-sel
berbentuk kubus hingga pipih. Terdapat pada organ-organ yang dapat mengalami
peregangan, misalnya ureter, vesika urinaria, pelvis renalis, dan uretra. Oleh sebab itu,
sel-sel epitelium pada organ-organ tersebut dapat berubah-ubah bentuk sesuai dengan
tingkat peregangannya.
Berdasarkan fungsinya epitel dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1). Epitel Penutup

Ciri-ciri epitel penutup


a. Lembaran sel yang menutupi permukaan luar atau melapisi permukaan dalam.
b. Terlibat dalam proses: proteksi, absorbsi, sekresi, pencernaan, sensasi, dan
kontraktilis
c. Berada di atas lamina basalis, ditunjang oleh jaringan ikat (terdapat pembuluh
darah, pembuluh limfa, dan syaraf)
d. Nutrisi tergantung pada difusi oksigen dan metabolit dari pembuluh darah di dalam
jaringan ikat dibawahnya

2). Epitel Kelenjar

Epitelium kelenjar tersusun dari sel-sel epitelium khusus untuk sekresi zat yang
diperlukan dalam proses fisiologi tubuh.
Ciri-ciri Epitel kelenjar
1) Dibentuk oleh sel-sel epitel yang dikhususkan untuk sekresi
2) Terdapat di dalam jaringan
3) Di tunjang oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan saraf

33
Ada dua macam kelenjar, yaitu.
a). Kelenjar eksokrin adalah kelenjar yang menyalurkan sekretnya ke suatu
permukaan tubuh (sekresi eksternal). Hasil sekresi ini disalurkan ke
permukaan tubuh melalui suatu saluran yang bentuknya bermacam-macam,
seperti lurus, bergelung, atau bercabang. Sekret yang dikeluarkan berupa
cairan jernih yang mengandung enzim atau musin. Contoh pankreas,
kelenjar ludah, kelenjar lambung, dan kelenjar keringat.
b. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang menyalurkan sekretnya langsung ke
dalam pembuluh darah atau pembuluh limfa (sekresi internal). Oleh karena
tidak memiliki saluran, maka kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu.
Sekret yang dikeluarkan berupa hormon. Contoh kelenjar endokrin adalah
kelenjar tiroid, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, dan kelenjar timus.

2. Jaringan Ikat
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi untuk mengikat atau menyokong
jaringan lain. Jaringan ikat berkembang dari jaringan mesenkim yang berasal dari
lapisan embrional mesoderm. Jaringan ikat tersebar luas di seluruh bagian tubuh dan
berasal dari lapisan tengah embrio jaringan mesoderm, kecuali beberapa jenis jaringan
ikat di daerah kepala yang berasal dari krista neural (ektoderm). Jaringan ikat terdiri
dari dua komponen utama yaitu: bahan intersel dan sel-sel penyusun jaringan ikat . Sel-
sel jaringan ikat dapat dikelompokkan atas sel tetap dan sel bebas (transien) dengan
fungsi khusus untuk masing-masing sel. Yang termasuk komponen sel tetap ialah
antara lain: sel mesenkim/perisit, fibroblas, sel lemak (adiposit), sel mast, dan
makrofag; sedangkan yang termasuk komponen sel bebas ialah: sel plasma, limfosit,
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan makrofag. Matriks intersel/ekstrasel yaitu
bahan yang terdapat di antara sel-sel pada jaringan ikat, dan terdiri dari protein serat
(serat kolagen, serat retikular, dan sistem serat elastin) dan substansia dasar (ground
substance) berupa glikosaminoglikan, proteoglikan, glikoprotein multiadhesif, dan
cairan jaringan.

34
Jaringan ikat memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pengikat dan penyambung jaringan yang satu dengan jaringan yang lain. Contohnya
tendon yang menghubungkan jaringan tulang dengan jaringan otot.
b. Penyokong dan pembentuk struktur tubuh. Contohnya jaringan ikat tulang.
c. Pelindung suatu organ. Contohnya jaringan ikat yang membungkus organ-organ
tubuh, seperti pleura yang membungkus paru-paru.
d. Penyimpan energi, misalnya jaringan ikat lemak.
e. Pengangkutan zat-zat dalam tubuh, misalnya jaringan ikat darah dan jaringan ikat
limfa.
f. Pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit, misalnya jaringan ikat darah
yang mengandung sel-sel darah putih penghasil antibodi.

Macam-macam jaringan ikat


Menurut Wangko & Karundeng (2014) Jaringan ikat dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu jaringan ikat sejati, jaringan ikat cair, dan jaringan ikat penyokong.
1). Jaringan ikat sejati dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan ikat
longgar dan jaringan ikat padat. Jaringan ikat longgar memiliki ciri-ciri, yaitu
susunan serat-seratnya longgar dan memiliki banyak substansi dasar. Serat-serat
penyusunnya terdiri atas serat kolagen dan serat elastin. Jaringan ikat longgar
dapat ditemukan di sekitar organ tubuh atau pembungkus pembuluh darah dan
saraf. Jaringan ikat longgar dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu jaringan
areolar, jaringan lemak, jaringan mukosa, dan jaringan retikular. Jaringan ikat padat
tersusun dari serat-serat yang berimpitan padat dengan sedikit sel dan substansi
dasar. Serat yang dominan adalah serat kolagen, sehingga jaringan ikat padat
sering disebut dengan jaringan kolagen. Jaringan ikat padat bersifat tidak elastis.
Jaringan ikat padat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan ikat padat
teratur dan jaringan ikat padat tidak teratur.
2). Jaringan ikat cair adalah jaringan ikat yang sel-sel penyusunnya terdapat di dalam
suatu matriks berupa larutan atau berbentuk cairan. Jaringan ikat cair terdiri atas
jaringan darah dan jaringan limfa (getah bening).

35
3). Jaringan ikat penyokong adalah jaringan ikat yang berfungsi sebagai penyokong
tubuh. Ada dua macam jaringan ikat penyokong, yaitu jaringan tulang rawan
(kartilago) dan jaringan tulang keras (osteon). Jaringan tulang rawan tersusun dari
sel-sel yang disebut kondrosit dan matriks dari bahan kondroitin sulfat. Jaringan
tulang rawan tidak memiliki saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfa. Pada anak-
anak, jaringan tulang rawan berasal dari mesenkim dan lebih banyak mengandung
kondrosit. Sementara pada orang dewasa jaringan tulang rawan berasal dari
perikondrium dan banyak mengandung matriks. Berdasarkan perbedaan senyawa
pada matriksnya, jaringan tulang rawan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tulang
rawan hialin, tulang rawan fibrosa, dan tulang rawan elastik. Sedangkan Jaringan
tulang keras tersusun dari matriks dan komponen seluler. Matriks tulang sangat
padat dan kaku, mengandung glikosaminoglikans, serat osteokolagen, garam
anorganik kalsium fosfat, kalsium karbonat, sedikit kalsium fluorida, serta
magnesium fluorida.
3. Jaringan Otot
Jaringan otot dapat diartikan sebagai jaringan yang dapat melangsungkan sebuah
kerja mekanik dengan cara kontraksi dan juga relaksasi serabutnya. Jaringan otot
terdiri atas sel-sel otot atau serat-serat otot yang tersusun dalam berkas-berkas. Setiap
sel otot memiliki membran yang disebut sarkolema. Sarkolema memisahkan sel otot
satu dengan sel otot yang lain. Sel otot juga memiliki sitoplasma yang disebut
sarkoplasma. Serat otot disebut miofibril. Miofibril tersusun dari satuan-satuan yang
lebih kecil yang disebut miofilamen. Miofilamen ada yang tebal dan ada yang tipis.
Miofilamen tipis mengandung aktin dan Miofilamen tebal mengandung miosin. Aktin dan
miosin menyebabkan sel otot bersifat kontraktil. Pada setiap miofibril terdapat
beberapa unit pita terang dan pita gelap yang disebut sarkomer.

Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan otot dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Jaringan Otot Polos

Ciri-ciri otot polos adalah:

1. Bentuk sel seperti gelendong dengan kedua bagian ujungnya meruncing dan bagian
tengahnya melebar.

36
2. Selnya berukuran panjang 30 – 200 μm dan berdiameter 5 – 10 μm.
3. Inti sel berjumlah satu, berbentuk oval, dan terletak di tengah sel.
4. Pada sel tidak terdapat pita terang dan pita gelap.
5. Aktivitas sel lambat, tetapi tidak mudah lelah. Oleh karena itu, otot polos mampu
berkontraksi dalam jangka waktu yang lama.
6. Kerja otot polos dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (saraf tak sadar), baik saraf
simpatis maupun saraf parasimpatis.

b. Jaringan otot lurik (otot rangka)

Jaringan otot lurik disebut juga otot rangka karena melekat pada tulang rangka.
Dalam kehidupan sehari-hari, jaringan otot lurik dikenal sebagai daging.
Ciri-ciri otot lurik
1. Bentuk selnya silindris panjang dengan bagian ujung-ujungnya meruncing, tetapi
agak membulat pada bagian yang berbatasan dengan tendon.
2. Jaringan otot lurik tidak bercabang-cabang.
3. Selnya berukuran panjang 1 – 40 mm dan berdiameter 10 – 100 μm.
4. Memiliki banyak inti sel dengan bentuk silindris dan terletak di bagian pinggir.
5. Miofibril pada otot lurik terdiri atas filamen tipis dan filamen tebal yang sejajar dan
tersusun berdampingan.
6. Aktivitas sel cepat, tetapi mudah lelah. Oleh karena itu, jaringan otot lurik tidak
dapat berkontraksi dalam jangka waktu lama.
7. Kerja otot lurik dipengaruhi oleh otak, sehingga bersifat volunter, yaitu bekerja di
bawah kesadaran dan dapat diperintah.
c. Jaringan otot jantung (miokardium)
Jaringan otot jantung memiliki bentuk yang mirip dengan otot lurik, tetapi cara
kerjanya seperti otot polos.
Ciri-ciri jaringan otot jantung adalah sebagai berikut:
1. Bentuk selnya silindris bercabang-cabang dengan percabangan yang saling
bertautan.
2. Memiliki satu atau dua inti yang letaknya di bagian tengah sel.
3. Terdapat pita terang dan pita gelap seperti pada otot lurik.

37
4. Dapat melakukan kontraksi terus-menerus tanpa beristirahat.
5. Kerja otot jantung dipengaruhi oleh saraf otonom sehingga bersifat involunter, yaitu
bekerja di luar kesadaran dan tidak dapat diperintah.
6. Otot jantung hanya terdapat pada organ jantung.

4. Jaringan Saraf
Jaringan saraf adalah jaringan yang berfungsi untuk menghantarkan impuls
(rangsangan). Jaringan saraf menghantarkan impuls dari alat-alat indra ke pusat saraf
(otak dan sumsum tulang belakang), serta menghantarkan impuls dari pusat saraf ke
organ lainnya. Jaringan saraf tersusun dari dua macam sel, yaitu neuron (sel saraf ) dan
neuroglia (sel penyokong).

Neuron (Sel Saraf)


Setiap neuron terdiri atas badan sel, dendrit, akson atau neurit, selubung mielin, sel
Schwann, dan nodus Ranvier.
a. Badan sel
Badan sel merupakan bagian utama dari neuron. Fungsi badan sel adalah menerima
impuls dari dendrit. Di dalam badan sel terdapat sitoplasma, inti sel dan anak inti,
retikulum endoplasma, mitokondria, serta ribosom. Inti sel berfungsi mengatur
kegiatan sel saraf, serta berperan dalam pengaturan sifat yang dimiliki oleh
keturunan sel tersebut.
b. Dendrit
Dendrit adalah cabang-cabang badan sel yang pendek. Dendrit berfungsi
menghantarkan impuls dari neuron sebelumnya ke badan sel. Dendrit yang ada di
saraf manusia bisa tumbuh dan bisa tercabut dari badan sel saraf pusat. Saraf pusat
tersusun dari neuron-neuron yang memiliki banyak dendrit.
c. Akson atau neurit
Akson atau neurit adalah cabang badan sel yang panjang dan berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari badan sel menuju ke neuron berikutnya. Pada akson
terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.

38
d. Selubung mielin
Selubung mielin adalah selubung lemak yang membungkus akson. Fungsi selubung
mielin adalah sebagai pelindung bagi neurit agar tidak mengalami kerusakan. Selain
itu, selubung mielin juga mencegah terjadinya kebocoran rangsangan dan
mempercepat jalannya impuls yang melewati akson. Akson yang tidak dilengkapi
dengan selubung mielin pergerakan impulsnya bisa seperti gelombang.
e. Sel Schwann
Sel Schwann adalah sel-sel yang membungkus dan membentuk selubung mielin.
Fungsi sel Schwann adalah mempercepat pergerakan impuls, membantu
menyediakan makanan untuk akson, dan juga membantu akson melakukan
regenerasi.
f. Nodus Ranvier
Nodus Ranvier adalah lekukan-lekukan di antara segmen selubung mielin atau
bagian dari akson yang tidak tertutup selubung mielin. Fungsi utamanya adalah
sebagai batu loncatan untuk mempercepat pergerakan impuls ke otak maupun
sebaliknya. Nodus Ranvier memungkinkan impuls bisa meloncat dari satu nodus ke
nodus lainnya sehingga rangsangan lebih cepat sampai tujuan.
Berdasarkan fungsinya, neuron dibagi menjadi tiga tipe, yaitu neuron sensorik,
neuron motorik, dan neuron konektor.
1) Neuron sensorik (neuron aferen) adalah neuron yang berfungsi menghantarkan
impuls dari reseptor (alat-alat indra) ke pusat saraf. Neuron sensorik memiliki
dendrit yang panjang dan akson yang pendek. Neuron sensorik disebut juga neuron
indra.
2) Neuron motorik (neuron eferen) adalah neuron yang berfungsi menghantarkan
impuls dari pusat saraf ke efektor (otot). Neuron motorik memiliki dendrit yang
pendek dan akson yang panjang. Neuron motorik disebut juga neuron penggerak.
3) Neuron konektor (interneuron) adalah neuron yang berfungsi meneruskan impuls
dari neuron sensorik ke neuron motorik. Neuron konektor banyak terdapat di
sumsum tulang belakang dan otak. Neuron konektor merupakan neuron multipolar
dengan dendrit yang pendek, tetapi berjumlah banyak, serta akson yang panjang
atau pendek. Ujung dendrit dari saraf yang satu berhubungan dengan ujung akson
dari saraf lainnya membentuk sinapsis.
39
Neuroglia (Sel Glia)
Neuroglia merupakan sel-sel yang berfungsi sebagai pendukung kerja sel saraf.
Neuroglia juga membantu sel saraf agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Neuroglia terdapat pada sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi dengan jumlah
yang mencapai setengah dari jumlah neuron.
Neuroglia memiliki fungsi sebagai berikut:
1.) Menyediakan nutrisi bagi sel saraf (neuron).
2.) Membentuk selubung mielin pada sel saraf.
3.) Mempertahankan keseimbangan tubuh.
4.) Menyatukan jaringan pada susunan saraf pusat.
5.) Berpartisipasi dalam transmisi sinyal sistem saraf.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. (2017). Buku Ajar Struktur Hewan. Jakarta: Sibuku Media.

Geneser, F. (2007). Jaringan ikat sejati. In: Tambajong J, alih bahasa. Atlas Berwarna
Histologi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Wangko, S & Karundeng, R. (2014). Komponen Sel Jaringan Ikat. Jurnal Biomedik, 6(3),
1-7.

40
BIODATA PENULIS

Dr. Syamsiara Nur, S.Pd.,M.Pd. Lahir di Tana-Tana (Takalar)


tanggal 13 Oktober 1982. Penulis dibesarkan di sebuah desa di
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Desa Tana-Tana
Kelurahan Canrego, Kecamatan Polongbangkeng Selatan.
Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri No.20 Tana-Tana
kemudian lanjut di SMP Negeri 3 Takalar, dan dilanjutkan lagi ke
SMA Negeri 1 Takalar. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan
pendidikan S1 di Jurusan Biologi Program studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Makassar. Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Magister (S2) Pendidikan
Biologi di Pascarjana Universitas Negeri Makassar dan selesai pada tahun 2013. Tahun
2017 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang S3 di Universitas
Negeri Malang dan selesai tahun 2021. Sejak tahun 2013 sampai sekarang penulis
tercatat sebagai salah satu dosen di program studi pendidikan Biologi Universitas
Sulawesi Barat.

41
BAB 4
JARINGAN TUMBUHAN

HELENA DATEN, S.Si, M,Si

Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Tumbuhan dan tanaman mempunyai makna yang berbeda tetapi mempunyai


komponen penyusun yang sama. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang tidak
sengaja tumbuh sedangkan tanaman adalah makhluk hidup yang sengaja ditanam.
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang tersusun oleh unit terkecil yaitu sel. Sel-sel
akan membentuk jaringan. Jaringan akan bekerjasama untuk membentuk organ.
Secara umum jaringan di bagi menjadi dua bagian yaitu jaringan meristem/jaringan
muda dan jaringan permanen/jaringan dewasa. Jaringan dewasa terdiri dari jaringan
epidermis, penyokong/penguat, jaringan dasar/parenkim, jaringan pengangkut, dan
jaringan gabus. Semua jaringan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung dan tidak terpisahkan.

A. Jaringan meristem
Jaringan meristem merupakan daerah pembelahan sel dan pertumbuhan yang
terjadi secara terus menerus (meristematik). Meristematik terjadi melalui mitosis.
Jaringan meristem dapat ditemukan di ujung luar batang, akar, dan tunas (Gambar 1 A-
B). Pembelahan sel yang terjadi di jaringan meristem menghasilkan pertumbuhan
panjang atau pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder yakni pertumbuhan
diameter yang disebabkan oleh meristem antara xilem dan floem (Stone, 2004).

Gambar 1. Sel merismatik; A: Tunas, B: Akar. Tanda panah menunjukan daerah


pertumbuhan sel secara umumnya.
42
Jaringan meristematik berdasarkan lokasinya terdiri dari meristem apikal,
meristem lateral, dan meristem interkalar. Meristem apikal merupakan jaringan
meristem yang terletak di ujung batang dan akar untuk menambah panjang tubuh
tumbuhan. Meristem lateral menjalankan fungsi pertumbuhan untuk meningkatkan
ketebalan atau diameter batang atau akar pada tanaman dewasa. Jaringan apikal dan
jaringan lateral terdapat pada tumbuhan biji berkayu. Meristem interkalar terletak di
lamina dan nodul (tempat menempelnya daun pada batang) (Gambar 2 A-B). Jaringan
ini hanya terdapat pada tumbuhan monokotil. Jaringan ini menghasilkan daun
monokotil bertambah panjang dari pangkal daun. Contohnya adalah daun rumput
bertumbuh panjang setelah di potong berkali-kali.

Sel-sel di jaringan meristem berdiferensiasi lebih lanjut. Diferensiasi sel


mengacu pada serangkaian perubahan yang dialami sel dari titik awal hingga dewasa.
Proses yang terjadi adalah transformasi sel merismatik menjadi sel yang memiliki
struktur dan fungsi tertentu. Meristematik melibatkan dua proses yaitu ekspansi sel
untuk penambahan ukuran, dan pematangan atau spesialisasi untuk struktur dan fungsi
jaringan pada tahap pematangan.

Gambar 2. Irisan membujur jaringan meristem pada tunas tumbuhan, A: Diagram; B:


tunas tanaman Iler (Coleus plectranthus)

B. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang tidak mengalami diferensiasi dan
bentuknya relatif permanen. Jaringan ini pada umumnya tersusun oleh satu jenis sel
(jaringan sederhana), atau berbagai jenis sel (jaringan kompleks). Jaringan sederhana
contohnya adalah jaringan epidermis/dermal, sedangkan jaringan kompleks contohnya

43
adalah jaringan vaskular. Pada jaringan meristem terdapat sel-sel yang berdiferensiasi
atau berspesialisasi secara cepat menjadi jaringan permanen/jaringan dewasa. Sel-sel
dalam jaringan tersebut berdiferensiasi menjadi lima jenis utama yaitu
dermal/epidermis, penyokong, vaskular/pengangkut, jaringan dasar/parenkim, dan
jaringan gabus.
1. Jaringan Dermal/Epidermis
Jaringan epidermis adalah jaringan sederhana yang menutupi permukaan luar
tumbuhan dan mengontrol pertukaran gas untuk mencegah kehilangan air. Jaringan
epidermis tersusun atas sel-sel epidermis. Jaringan epidermis juga melindungi dinding
sel (Gambar 3). Jaringan epidermis biasanya memiliki satu lapis sel yang tebal. Namun,
pada tumbuhan yang hidup di daerah kering atau dingin, jaringan epidermis tersusun
dari beberapa lapis sel untuk mencegah kehilangan air yang berlebih selama proses
penguapan. Jaringan epidermis secara struktural, ciri-cirinya adalah berbentuk tabular
(pipih seperti ubin), ukurannya bervariasi, dan mengalami kutinisasi (zat kutin yang
merupakan polimer dari asam lemak atau mengalami suberasi yang difiltrasi dengan
suberin pada penutup dinding sel), mengsekresi lapisan kutin yang disebut kutikula di
luar dinding sel, dan biasanya terdapat pada tumbuhan dewasa.

Gambar 3. Jaringan epidermis yang tersusun dari sel-sel epidermis untuk melindungi
dinding sel dan kutikula

Jaringan epidermis terspesialisasi menjadi trikoma dan stomata. Trikoma mempunyai


struktur berbentuk seperti rambut-rambut halus. Bentuk dan ukuran trikoma
beranekaragam (Gambar 4). Trikoma berfungsi dalam memberikan perlindungan dari
sinar UV untuk mengurangi penguapan dan menyimpan senyawa toksik atau bau tidak
sedap untuk melindungi tumbuhan dari herbivora. Selain itu, trikoma pada tumbuhan
karnivora berfungsi dalam proses pencernaan. Trikoma terdapat di jaringan epidermis
akar, batang, daun, bunga, dan buah.
44
Di jaringan epidermis juga terdapat struktur sekretori (Gambar 5). Sel-sel sekresi akan
mensekresi senyawa baik secara internal (di simpan di dalam sel) maupun eksternal (di
permukaan luar epidermis/kanal/pembuluh). Hasil sekresi (sekret) yang dihasilkan
berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari herbivora dan menutup serta melindungi
jaringan saat luka. Struktur sekretori tersebut adalah kelenjar trikoma penyengat (sel-
sel yang mengeluarkan cairan yang keluar di ujung trikoma), kelenjar nektar (sel-sel
yang mengeluarkan senyawa manis seperti gula dan madu), kelenjar hidatoda (sel-sel
yang mengeluarkan kelebihan air yang diangkut dari tepi daun, biasanya karena
tekanan akar), kelenjar resin/minyak/lendir (sel-sel yang mengeluarkan resin, minyak,
dan lender), latifiser (sel-sel yang berada di bagian perifer jaringan yang mensekresi
dan menyimpan lateks).

Gambar 4. Trikoma pada tumbuhan. A: Tumbuhan karnivora sedew (Drosera sp.);


bentuk trikoma daun yaitu B: bercabang pada daun Arabidopsis lyrata, dan C: banyak
cabang pada daun Quercus marilandica, D: trikoma berbentuk bintang segi empat pada
Kalanchoe rhombopilosa, I-III dan V: Trikoma pada batang cabe, dan IV dan VII: trikoma
pada daun cabe.

45
Gambar 5. Struktur sekresi yang meliputi; A: trikoma berglanular yang menghasilkan
penyengat, B: kelenjar nektar, C: latisifer, D: Irisan membujur ujung daun yang
menunjukan adanya hidatoda yang ditunjuk dengan huruf H, dan E-F: saluran resin dari
terbentuk awal, umur muda, dan dewasa pada tunas Kielmeyera appariciana

Bagian lain yang merupakan hasil spesialisasi dari jaringan epidermis adalah
stomata. Stomata berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Stomata berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida, dan menjaga
keseimbangan air. Membukanya stomata juga membuka peluang masuknya patogen ke
dalam tumbuhan. Namun, tumbuhan juga mampu mengembangkan mekanisme untuk
mengatur bukanya stomata sebagai respon imun terdapat patogen. Stomata biasanya
terletak di bagian bawah daun. Setiap stomata diapiti oleh sel penjaga yang mengatur
pembukaan dan penutupan stomata dengan cara membesar dan mengecil sebagai
respon terhadap perubahan osmotik. Pada kondisi stress kekurangan air, stomata akan
menutup untuk mengurangi penguapan dan menghambat penyerapan karbondioksida
ke dalam daun (Gambar 6).

Gambar 6. Stomata pada daun. (a) Gambar berwarna yang menunjukkan stoma pada
kondisi tertutup dari daun dikotil. (b) Setiap stoma diapit oleh dua sel penjaga. (c) Sel
penjaga berada di dalam lapisan sel epidermis
46
2. Jaringan Penyokong
Jaringan penyokong terdiri atas sel kolenkim dan sklerenkim. Sel kolenkim
adalah sel memanjang dengan dinding sel primer yang tebal dan tidak merata.
Kolenkim mengandung pektin yang berwarna putih saat diamati di mikroskop. Peran sel
kolenkim adalah memberi membentuk tubuh terutama pada batang dan daun. Sel-sel ini
hidup pada saat matang dan biasanya ditemukan di bawah epidermis (Gambar 7).
Contoh sel kolenkim adalah "string" atau berbentuk seperti tali senar pada batang
seledri.
Jaringan penyokong lainnya adalah sklerenkim. Sel sklerenkim juga memberikan
bentuk pada tumbuhan, tetapi tidak seperti sel kolenkim, banyak dari sel tersebut yang
mati saat matang. Sel tersebut memiliki dinding sel sekunder yang tebal dengan
kandungan lignin, yang merupakan senyawa organik komponen utama kayu. Ada dua
jenis sel sklerenkim yaitu serat dan sklereid. Serat adalah sel yang panjang, ramping,
dan runcing. Serat merupakan salah satu komponen penyusun xilem dan floem
(Gambar 8 A-C). Sementara itu, sklereid berukuran lebih kecil, berbentuk isodiametrik
hingga tidak beraturan dan sering bercabang. Sklereid memberi bentuk seperti pasir
pada buah pir. Salah satu contoh manfaat serat sklerenkim adalah untuk membuat
linen dan tali (Gambar 8 D-F).

Gambar 7. Sel-sel jaringan penyokong; A: sel-sel sklerenkim dan B: sel-sel kolenkim

47
Gambar 8. Jenis sklerenkim. A–C: Sel serat. A. Diagram sel serat irisan melintang dan
membujur. B. Seluruh sel serat dari jaringan maserasi Yucca. C. Close-up dari sel serat,
tampak samping. Perhatikan dinding sel sekunder yang tebal dan mengalami lignifikasi.
D–F. sel sklereid. D, E. Sclereids jaringan buah pir (Pyrus). Perhatikan dinding sel
sekunder yang tebal dan berlignifikasi dengan banyak lubang seperti kanal. F. Sclereid
dari daun Ficus

3. Jaringan Parenkim (Jaringan Dasar)


Jaringan parenkim tersusun atas sel-sel parenkim. Sel-sel tersebut ditemukan di
batang, akar, bagian dalam daun, dan daging buah. Sel parenkim berperan dalam
sistem metabolisme (fotosintesis, respirasi, dan transportasi) dan membantu
memperbaiki dan menyembuhkan luka. Beberapa sel parenkim juga menyimpan pati.
Jenis-jenis parenkim berdasarkan fungsinya adalah Parenkim udara (aerenkim).
Parenkim ini mempunyai ruang antar sel sehingga berfungsi untuk mengapungkan
tumbuhan yang hidup di air dan membantu pertukaran gas. Jaringan ini terbentuk
dengan dua cara yaitu lisogenous (terbentuk dari sel-sel yang lisis) dan schizogenous
(terbentuk dari sel-sel yang mengalami pemisahan selama proses pembelahan dan
ekspansi sel untuk membentuk jaringan). Aerenkim lisogenous biasanya terdapat pada
tumbuhan yang hidup di air, sedangkan aerenkim schizogenous biasanya terdapat
pada tumbuhan yang hidup di tempat lembab (Gambar 9A-E). Parenkim asimilasi
(klorenkim). Parekim ini terdapat pada kloroplas yang mengandung klorofil sehingga
berfungsi sebagai fotosintesis (Gambar 9F-G). Parenkim air (pengangkut). Parenkim ini

48
berfungsi sebagai pembuluh yang mengangkut air dan makanan. Jaringan ini tersusun
atas sel-sel yang aktif berukuran besar sehingga mempunyai dinding sel yang tipis. Sel-
selnya memanjang seperti pagar (Gambar 9H). Parenkim penimbun. Parenkim ini
berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan. Letaknya di empelur akar,
batang, daun, buah, umbi, rimpang, dan endosperm biji. Sel-selnya tersusun rapat dan
tidak ada ruang antar sel (Gambar 9).

Gambar 9. Contoh aerenkim primer (tipe skizogenous dan lisigenous) dan aerenkim
sekunder pada tumbuhan. (A, B): aerenkim skizogen pada akar Acorus calamus. (C, D):
Aerenkim lisigen pada akar padi. (E): Sel aerenkim pada batang Schoenoplectus
lacustris yang ditunjukan dengan tanda panah. (F): Irisan melintang Daun Paepalanthus
saxicola var. pilosus yang terdapat klorenkim. (G): close-up parenkim klorenkim. (H):
parenkim air (WP). (I): irisan melintang kernel popocorn terdapat huruf E: parenkim
endosperma yang merupakan contoh parenkim penimbun.

4. Jaringan Vaskular (Jaringan Pengangkut)


Jaringan vaskular adalah contoh dari jaringan kompleks, yang terdiri dari dua
jaringan pengangkut yaitu xilem dan floem (Gambar 10A-B). Xilem berfungsi untuk
mengangkut air dan nutrisi dari tanah menuju ke seluruh bagian tubuh tumbuhan,
sedangkan floem mengangkut hasil fotosintesis dari daun menuju ke seluruh bagian
tubuh tumbuhan. Di dalam jaringan xilem terdapat jenis sel yang berbeda yaitu elemen
pembuluh dan trakeid (berfungsi untuk mengangkut air) dan xilem parenkim (Gambar
10C-D. Di dalam jaringan floem terdapat jenis sel yang berbeda yaitu sel tapis
(menghantar hasil fotosintesis), sel pengiring, parenkim floem, dan serabut floem (10E-
49
G). Xilem dan floem berdamping satu sama lain. Pada batang, xilem floem membentuk
struktur berkas pembuluh, sedangkan pada akar membentuk stele vaskular atau
silinder pusat.

5. Jaringan Gabus
Jaringan gabus merupakan sel mati yang dilapisi oleh pelindung bernama
suberin. Jaringan gabus berfungsi untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan
banyak air. Sifat sel gabus adalah kedap air. Strukturnya memanjang dan rapat
sehingga tidak terdapat ruang antar sel. Sel gabus terdapat pada permukaan luar
batang. Jaringan gabus terbentuk dari aktivitas pembentukan kambium gabus
(felogen). Hasil dari felogen yang terbentuk ke arah luar dan tersusun dari sel-sel mati
akan membentuk felem, sedangkan jaringan gabus yang terbentuk ke arah dalam dan
tersusun dari sel-sel hidup akan membentuk feloderm (Gambar 11A-B).

Gambar 10. Jaringan vascular xilem dan floem. A: Irisan melintang batang labu siam
(Curcurbita maxima). B: Xilem dan floem dalam berkas pembuluh daun sand cress
(Arabidopsis lyrata). C: Trakeid dan elemen pembuluh, D: fotograf elemen pembuluh
yang menunjukan lubang perforasi sederhana. E: Unsur-usur tapis yang terdiri dari Sel-
sel tapis dan tabung tapis. F. Tabung sel tapis menunjukan lempeng tapis yang terdapat
pada ujung dinding sel. G Tampilan close-up unsur-unsur tapis yang menunjukan pori-
pori berlapis callose.

50
Gambar 11. Jaringan gabus pada batang tanaman. A. Irisan melintang batang tanaman
gabus, dan B: Jaringan gabus

C. JARINGAN AKAR, BATANG, DAN DAUN


Tumbuhan berdasarkan bijinya dikelompokan menjadi monokotil dan dikotil.
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji berkeping satu, sedangkan tumbuhan dikotil
adalah tumbuhan biji berkeping dua. Struktur jaringan tumbuhan monokotil dan dikotil
mempunyai beberapa perbedaan. Pada akar, epidermal pada monokotil umurnya
pendek, sedangkan dikotil umumnya kuat dan tahan lama. Epidermal adalah bagian
terluar akar yang tersusun atas sel-sel parenkim tanpa ruang antar sel dan fungsi untuk
melindungi sel-sel bagian dalam jaringan akar. Susunan korteks pada monokotil
tersusun atas sel-sel parenkim yang tipis dan homogen, sedangkan pada dikotil
tersusun atas Sel-sel parenkim luas dan ke arah luar membentuk eksodermis dan ke
arah dalam endodermis. Fungsi korteks adalah menyimpan cadangan makanan.
Endodermis pada monokotil memiliki pita tebal (strip casparian), sedangkan pada
dikotil memiliki strip casparian dan beberapa sel berdinding tipis yang disebut sel
pelalu atau sel transfusi/sel peresap. Perisikel berfungsi dalam pertumbuhan akar
lateral. Jaringan akar monokotil dan dikotil juga terdapat protoxilem (xilem primer
pertama dan cepat rusak karena selalu lebih dahulu dewasa sebelum selesai
pertumbuhan) dan metaxilem (terbentuk setelah protoxilem). Fungsinya untuk
mengangkut air dan nutrisi dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Floem berfungsi
untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Empulur hanya
terdapat pada dikotil. Jaringan ini tersusun atas jaringan parenkim yang semakin
dewasa dinding selnya semakin tebal, fungsinya untuk menyimpan cadangan makanan,
menyerap air dan nutrisi ke arah samping (Gambar 12).

51
Gambar 12. Irisan membujur akar (A) tumbuhan monokotil dan (B) dikotil

Pada batang tumbuhan monokotil dan dikotil terdapat perbedaan yakni pada
tumbuhan monokotil tidak terdapat ujung tunas dan empulur, sedangkan dikotil
memiliki keduanya. Epidermis daun monokotil tersusun atas stomata, sedangkan dikotil
tersusun atas stomata dan rambut-rambut halus. Kutikula monokotil tipis, sedangkan
dikotil tebal. Hipodermis monokotil tersusun atas 2-4 lapisan sklerenkim, sedangkan
dikotil tersusun atas 3-5 lapisan kolenkim yang tebal. Floem monokotil terletak di atas
xilem dan tersusun atas sel tapis dan penggiring, sedangkan dikotil floem tersusun atas
sel tapis, sel penggiring, parenkim floem, dan serat parenkim. Xilem monokotil letaknya
berselang seling dengan floem dan tersusun atas trakeid, pembuluh, dan parenkim
xilem, sedangkan dikotil tersusun atas trakeid, pembuluh, serat xilem, dan parenkim
xilem (Gambar 13).

Gambar 13. Irisan membujur batang (A) tumbuhan dikotil dan (B) monokotil

Daun monokotil dan dikotil mempunyai bagian-bagian jaringan yang sama.


Perbedaanya terletak pada struktur dan letak. Perbedaan tersebut seperti mesofil
monokotil letaknya pada bagian cekungan pada daun dan tidak dibedakan jaringan

52
palisade dan bunga karang, sedangkan pada dikotil letaknya di antara lapisan
epidermis atas dengan lapisan epidermis bawah dan dapat dibedakan antara jaringan
palisade dan bunga karang. Xilem floem pada monokotil letaknya tidak beraturan
sedangkan dikotil beraturan. Selain itu, terdapat stomata yang berfungsi sebagai
tempat keluar masuk gas. Pada daun monokotil sel penjaga berbentuk seperti ginjal,
sedangkan dikotil sel penjaga berbentuk dumbbell. Rongga substomata berfungsi
untuk fotosintesis dan transpirasi, yang mana pada daun monokotil dikelilingi oleh sel
mesofil yang padat, sedangkan pada dikotil dikelilingi oleh sel-sel spons yang tersusun
longgar (Gambar 14).

Gambar 14. Irisan membujur batang (A) tumbuhan dikotil dan (B) monokotil

DAFTAR PUSTAKA

Costa, E. R., Tangerina, M. M. P., Ferreira, M. J. P., Demarco, D. (2021). Two origins,
two functions: the discovery of distinct secretory ducts formed during the
primary and secondary growth in Kielmeyera. Plants, 10,877-890.

Crouvisier-Urion, K., Chanut, J., Lagorce, A., Winckler, P., Wang, Z., Verbonen, P.,
Nicolai, B., Lherminier, J., Ferret, E., Gougeon, R. D., Bellat, J., Karbowiak, T.
(2019). Four hundred years of cork imaging: New advances in the
characterization of the cork structure. Scientific report, 9, 19682.

Dolezal, J., Kucerova, A., Jandova, V., Klimes, A., Ríha, P., Adame, L., Schweingruber,
F. H. (2021). Anatomical adaptations in aquatic and wetland dicot plants:
Disentangling the environmental, morphological and evolutionary signals.
Environmental and Experimental Botany, 187, 104495.

53
Geem, K. R., Kim, J., Bae, W., Jee, M., Yu, J., Jang, I., Lee, D., Hong, C. P., Shim, D.,
Ryu, H. Stevanovi, Z. D. (2022). Nitrate enhances the secondary growth of
storage roots in Panax ginseng. Journal of Ginseng Research, 1-10.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII
SMP/MTS Edisi Revisi 2017. Jakarta: Balitbang Kemendikbud (macam-macam
jaringan).

Kim, H. J., Seo, E., Kim, J. H., Cheong, H., Kang, B., Choi, D. (2012). Morphological
classification of trichomes associated with possible biotic stress resistance in
the genus Capsicum. Plant Pathology Journal, 28(1), 107-113.

Montesinos-Navarro, A., Verdú, M., Querejeta, J. I., Valiente-Banuet, A. (2019). Nurse


shrubs can receive water stored in the parenchyma of their facilitated
columnar cacti. Journal of Arid Environments, 165, 10-15.

Raman, J., Manfron, J., Khan, I. A. (2021). Morpho-anatomical characterization of


Eryngium yuccifolium (Rattlesnake-master). Microscopy Research Technique
Wiley, 85, 209–219.

Rye, C., Wise, R., Jurukovski, O. V., Desaix, J., Choi, J., Avissar, Y. (2017). Biology.
Openstax Rice University 6100 Main Street Ms-375 Houston, Texas.

Silva, A. de L., Trovó, M., Coan, A. I. (2020). Morphological and anatomical plasticity of a
rare amphibious species of Eriocaulaceae (Poales, Monocotyledons). Aquatic
Botany, 164, 103214.

Simpson, M. G. (2019). Plant Anatomy and Physiology. Plant Systematics, 537–566.

Stesevic, D., Bozovic, M., Tadi, V., & Ranci, D. (2016). Plant-part anatomy related
composition of essential oils and phenolic compounds in Chaerophyllum
coloratum, a Balkan endemic species, Flora 220, 37–51.

Takahashi, H., Yamauchi, T., Colmer, T. D., Nakazono, M. (2014). Aerenchyma


Formation in Plants. Plant Cell Monographs, 21, 247-266.

Undersander, D. J. (2019). Forage plant structure, function, nutrition, and growth.


Horse Pasture Management, 1–10.

Weryszko-Chmielewska, E., Chernetskyy, M. (2004). Structure of trichomes from the


surface of leaves of some species of kalanchoë adans. Acta Biologica
Cracoviensia Series Botanica, 47(2), 15–22.

Zeng, W., Melotto, M., He, S. Y. (2010). Plant stomata: a checkpoint of host immunity and
pathogen virulence. Current Opinion in Biotechnology, 21(5), 599–603.
54
BIODATA PENULIS

Helena Daten, S.Si, M.Si. Lahir di Atulaleng tanggal 06 Oktober


1995. Penulis dibesarkan di Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat,
Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggaga Timur. Masa
kecil penuh dengan kebahagiaan dihabiskan di kota kelahiran begitu
pula pendidikan. Dimulai dari Sekolah Dasar Waikomo 2, kemudian
SMP Negeri 1 Nubatukan, dan dilanjutkan ke SMA negeri 1
Nubatukan. Beranjak dari kampung halaman untuk mengejar cita-cita, penulis
melanjutkan pendidikan di kota provinsi Jawa Timur yaitu Malang. Menyelesaikan studi
sarjana (S1) Jurusan Biologi di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2018 dan
Magister (S2) Jurusan Biologi di Pascarjana Universitas Brawijaya Malang pada tahun
2020. Puji Tuhan pada tahun 2021 diterima menjadi Laboran Biologi bidang Minat
Mikrobiologi pada jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sejak berkarir
sebagai Laboran, penulis mengajar praktikan untuk praktikum Biologi dan Mikrobiologi.
Selain itu penulis aktif menulis jurnal-jurnal ilmiah dan buku biologi.

55
BAB 5
MORFOLOGI TUMBUHAN

ANDI TASKIRAH, S.Pd., M.Pd

Universitas Patompo

A. Pendahuluan

Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari wujud fisik dan struktur tubuh
dari tumbuhan , morfolgi berasal dari bahasa Latin morphus yang berfaedah wujud
atau wujud dan logos yang berfaedah ilmu. Morfologi tumbuhan mengidentifikasi
tumbuhan secara visual . morfologi tumbuhan membahas struktur pokok tumbuhan
yang terdiiri dari akar, daun, batang dan bunga, buah dan biji.

B. Akar
1. Fungsi Akar
Akar adalah organ tumbuhan Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga
(disamping batang dan daun) bagi tumbuhan yg tubuhnya telah merupakan
kormus. fungsi akar adalah: Untuk mmelekatkan tumbuhan pada media (tanah)
karena akar memiliki kemampuan untukn menerobos lapisan tanah.,Menyerap
garam, mineral, dan air, melalui bulu-bulu akar, air masuk ke dalam tubuh
tumbuhan.Pada beberapa tanaman, akar digunakan sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan, contohnya: pada ubi, kentang, wortel, dan
lain-lain.Pada tanaman tertentu seperti bakau berperan untuk
pernafasan.Memperkokoh tegaknya tanaman, Alat respirasi, Alat
perkembangbiakan vegetative, Mengangkut air dan zat-zat makanan yang
sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
2. Sifat Akar
Akar mempunyai sifat yaitu adalah salah satu bagian tumbuhan yang
posisinya di dalam tanah yang bisa terus menerus tumbuh. Arah gerak
pertumbuhan akar dipengaruhi oleh sebuah gravitasi (geotropi) atau oleh
air (hidrotropi). Akar bisa tumbuh menembus tanah karena mempunyai yang
56
ujungnya berbentuk runcing. Pada suatu akar tidak terlihat buku-buku yang
membentuk sebuah ruas-ruas. Akar pada umumnya yang berwarna pucat dan
tidak berklorofil yang sehingga tidak bisa melakukan fotosintesis. Struktur pada
akar dapat di bagi menjadi beberapa macam.

C. Daun
Morfologi daun adalah pengetahuan mengenai bentuk-bentuk pada sehelai daun,
baik itu berupa daun tunggal ataupun majemuk. Pada dasarnya, sehelai daun terdiri
dari dasar daun, tangkai daun, dan helaian daun. Ada pula yang menganggap
terdiri dari pelepah daun atau upih, tangkai daun, dan helaian daun.

1. Bagian Daun
a. Upih Daun
Upih daun merupakan bagian daun yang melekat atau memluk batang, juga
mempunyai fungsi, Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti
dilihat pada tanaman tebu (Saccharun officinarum), Memberi kekuatan
pada batang tanaman. Upih daun-daun semuanya membungkus batang,

57
sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang dari
luar adalah upih-upihnya tadi. Misalnya pada pisang (Musa paradisiaca L).
Batang yang tampak pada pohon pisang sebenarnya bukan batang
tanaman yang sesunggunya dari itu disebut batang semu.(Gembong,2003).
b. Tangkai Daun
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helainya dan
bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian
rupa. Hingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya.
Bentuk tangkai daun sebagai berikut.
1). Bulat dan berongga. Misalnya tangkai daun papaya (Carica papaya L)
2). Pipih dan tepinya melebar(bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus sp)
3). Bersegi
4). Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau
beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang.
c. Helaian daun
Tumbuhan yg beraneka ragam juga mempunyai daun yang helaianya
berbeda-beda, baik mengenai bentuk, ukuran maupun warnanya. Helaian
daun merupakan bagian daun yg terpenting dan lekas menarik perhatian.
2. Sifat-sifat daun
a. Bangun Daun ( Circumscription)
1) Berdasarkan letak bagian daun yg terlebar dapat dibedakan 4 golongan
yaitu :
 Bagian yang terlebar terdapat kira2 ditengah-tengah helaian daun.
 Bagian yag terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun
 Bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun.
 Tidak ada bagian terlebar, artinya helaian daun dari pangkal ke
ujung dapat dikatakan sama lebarnya.
2) Bagian yang terlebar terdapat kira2 ditengah-tengah helaian daun:
 Bulat atau bundar (orbicularis), mis: Nelumbium nelumbo (teratai)
 Bangun perisai(peltatus), mis : Ricinus communis (jarak)
 Bangun jorong (ovalis atau ellipticus), mis : Artocarpus integra
(nangka)
58
 Memanjang (oblongus), mis : Annona muricata (srikaya)
 Bangun lanset(lanceolatus), mis : Plumiera acuminata, Nerium olea
3) Bagian yag terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun
 Pangkal daunnya tidak bertoreh, terdiri dari Bangun bulat
telur(ovatus), Bangun segitiga(triangularis), Bangun
delta(deltoideus), Bangun belah ketupat(rhomboideus)
 Pangkal daunnya bertoreh atau berlekuk terdiri dari , Bangun
jantung (cordatus), Bangun ginjal( reniformis), Bangun anak
panah(sagitattus), Bangun tombak (Hastatus), Bangun
bertelinga(auriculatus).
4) Bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun
 Bangun bulat telur sungsang (abovatus)
 Bangun jantung sungsang(obcordatus)
 Bangun segitiga terbalik(cuneatus)
 Bangun sudip (spathulatus)
b. Ujung daun(Apexfolii)
Runcing (acutus), mis: Oleander, Meruncing(acuminatus), mis: sirsak,
Tumpul(obtusus), mis: sawo, Membulat (rotundatus), mis:teratai,
Rompang(truncatus), mis: semanggi, Terbelah(retusus), mis: sidaguri,
Berduri(mucronatus), mis: nenas.
c. Pangkal daun (basis folii)
Apa yang telah diuraikan mengenai ujung daun pada umummya dapat
diberlakukan untuk pangkal daun.Selain dari itu bahwa kedua tepi dikanan
kiri pangkal dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, Yang tepi
daunnya dibagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal
ibu tulang/ujung tangkai daun. Terdiri dari : Runcing (acutus), biasanya
terdapat pada daun bangun memanjat, lanset, belah ketupat, dll,
Meruncing(acuminatus), biasanya pada daun bangun bulat telur sungsang
atau daun bangun sudip.,Tumpul (obtusus) pada daun-daun bangun bulat
telur,jorong, Membualat(rotundatus) pada daun-daun bangun bulat, jorong
dan bulat telur, Rompang atau rata(truncatus), pada daun-daun bangun
segitiga, delta, tombak, Berlekuk(emarginatus), pada daun-daun bangun
59
jantung ginjal, anak panah. Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya
dibedakan dalam 3 macam yaitu: Ibu tulang(costa), Tulang-tulang
cabang(nervus lateralis), Urat-urat daun (vena). Berdasarkan susunan
tulangnnya daun dibedakan menjadi 4 gol yaitu:
1) Daun-daun yang bertulang menyirip (penninervis)
2) Daun –daun yang bertulang menjari(palminervis)
3) Daun-daun yang bertulang melengkung(cervinervis)
4) Daun-daun yang bertulang sejajar(rectinervis)
d. Tepi daun (margo Folii)
Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam yaitu :
1) rata(integer), misalnya daun nangka (artocarpus integra)
2) bertoreh (divisus)
e. Daging daun (intervenium)
Daging daun adalah bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun
dan urat-urat daun. Daun majemuk terdiri dari : Ibu tangkai daun (petiolus
communis), Tangkai anak daun(petiololus), Anak daun (foliolum), Upih daun
(vagina).
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk
dapat dibedakan dalam 4 golongan yaitu : Daun majemuk menyirip
(pinnatus), Daun majemuk menjari (palmatus), Daun majemuk bangun kaki
(pedatus), Daun majemuk campuran (digitato pinnatus).

D. Batang
1. Sifat-sifat batang
Umummnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf artinya dapat
dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setungkup.Terdiri atas
ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku. Dan pada buku-buku
inilah terdapat daun.Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau
matahari (bersifat fototrof atau heliotrop).Selalu bertambah panjang diujungnya,
oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang
tidak terbatas.Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
60
digugurkan. Kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.Umumnya
tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput
dan waktu batang masih muda.Batang mempunyai tugas yaitu mendukung
bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah yaitu, daun, bungan dan buah,
Dengan percabangnya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian2
tumbuhan didalm ruang sedemikian rupa, Jalan pengankutan air dan zat-zat
makanan dari bawah ke atas da jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari
atas ke bawah, Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

Batang dibedakan, Tumbuhan yang tidak berbatang(planta acaulis).


Tumbuhan yang benar tidak berbatang sesunggunya tidak ada karna batang
sangat pendek, Tumbuhan yang jelas berbatang. Ada 2 jenis roset batang:

a. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-
jejal di atas tanah, jadi roset itu amat dekat dgn akar, mis: lobak ( Raphanus
sativus).
b. Roset batang,yaitu jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung
batang. Mis: pohon kelapa (cocos nucifera)
2. Percabangan pada batang
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak
bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal(monokotil)
mis, jagung. Umumnya batang memperlihatkan percabangan, enah banyak
entah sedikit. Cara percabangan:

61
a. Monopodial, Jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan
lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya,
mis: ouhon cemara (Casuarina equisetifolia)
b. Simpodial ,Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan, karena
dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan
pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan cabangnnya, mis : pada sawo manila(Achras zapota).
c. Menggarfu atau dikotom, Menggarfu atau dikotom yaitu cara percabangan
yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya. Mis :
paku andam(Gleichenia linearis).

E. Bunga
Bunga atau juga disebut kembang adalah bagian dari tanaman yang umumnya
berpenampilan indah dan mengeluarkan aroma wangi. Bunga adalah salah satu
organ tumbuhan yang mempunyai fungsi biologis. Fungsi biologis bunga adalah
untuk memicu proses reproduksi pada tanaman, yaitu dengan cara
mempertemukan Dalam proses penyerbukan, bunga juga mendapat bantuan dari
pihak ketiga di luar tanaman, yaitu dari angin atau serangga seperti kupu-kupu dan
lebah. Cara reproduksi ini tergantung dari jenis tanamannya, ada yang mampu
bereproduksi secara mandiri dan ada yang membutuhkan bantuan dari luar.
Jenis bunga terbagi menjadi bunga tunggal dan majemuk. Bunga majemuk
disebut sebagai inflorescence. Beberapa contoh bunga tersebut adalah bunga
matahari dan Anthurium yang sebenarnya merupakan kumpulan dari beberapa
bunga atau majemuk, akan tetapi nampak seperti satu kesatuan bunga tunggal.
Bunga memiliki fungsi yang sangat penting, karena di bagian bunga proses
penyerbukan dan pembuahan terjadi. Setelah terjadi pembuahan, maka tanaman
dapat berkembang biak dengan mengeluarkan buah. Karena bentuknya yang
umumnya cantik, bunga juga sering dijadikan sebagai tanaman hias agar
keindahannya dapat kita nikmati.serbuk sari dan putik.
1. Bagian-Bagian Bunga
Secara umum, bunga tanaman terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

62
markijar.com
a. Kelopak Bunga. Bagian ini juga disebut dengan calix. Kelopak bunga
merupakan bagian terluar bunga dan sekaligus menjadi bagian yang paling
terlihat. Fungsi kelopak bunga adalah untuk melindungi bunga saat umut
bunga masih muda, yaitu saat masih berbentuk kuncup.Pada umumnya,
kelopak bunga memiliki warna hijau seperti warna daun. Namun ada juga
kelopak bunga yang memiliki warna lain, sehingga sekilas tampak seperti
mahkota bunga. Kelopak yang berwarna selain hijau contohnya adalah
tanaman bougenville.
b. Mahkota bunga disebut juga sebagai tajuk bunga atau corolla. Mahkota
bunga adalah bagian bunga yang terdapat di sebelah atau di dalam
kelopak. Mahkota merupakan hiasan pada keseluruhan bagian bunga.
Mahkota bunga cenderung memiliki warna yang indah dan menarik. Ukuran
mahkota bunga biasanya lebih besar dari kelopak bunga.
c. Benang sari disebut juga sebagai stamen. Benang sari merupakan alat
kelamin jantan pada bunga. Benang sari terbentuk dari metamorfosis daun.
Bentuk dan fungsi benang sari pada berbagai tanaman umumnya sama.
Pada beberapa jenis bunga dengan mahkota bunga yang tidak terlalu
menarik, biasanya memiliki benang sari yang menarik. Contohnya adalah
bunga tasbih atau Canna indica. Benang sari disebut juga sebagai stamen.
Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada bunga. Benang sari
terbentuk dari metamorfosis daun.
Bentuk dan fungsi benang sari pada berbagai tanaman umumnya sama.
Pada beberapa jenis bunga dengan mahkota bunga yang tidak terlalu

63
menarik, biasanya memiliki benang sari yang menarik. Contohnya adalah
bunga tasbih atau Canna indica.Secara lebih rinci, benang sari terbagi
menjadi beberapa bagian, antara lain:
d. Tangkai Sari disebut juga dengan filamentum. Bentuknya seperti benang,
dengan penampang yang melintang dan biasanya berbentuk bulat.
e. Kepala Sari, Nama lain kepala sari adalah antera. Kepala sari merupakan
bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Di dalam
kepala sari terdapat 2 ruang sari, masing-masing ruangannya terbagi
menjadi 2 ruangan. Di dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau polen.
Polen merupakan sel kelamin jantan. Polen berguna pada saat
penyerbukan. Beberapa bunga terkadang serbuk sarinya tidak terbentuk
atau tidak mampu melakukan penyerbukan, sehingga dinamakan benang
sari mandul. Penghubung ruang sari atau conektivum merupakan lanjutan
dari tangkai sari yang menjadi penghubung 2 bagian ruang sari.
f. Putik memiliki sebutan lain, yakni pistilum. Fungsi putik ialah sebagai alat
kelamin betina. Putik terletak pada bagian bunga yang paling dalam. Putik
tersusun dari daun-daun yang telah mengalami metamorfosis. Putik terbagi
menjadi 3 bagian, berikut ini adalah penjelasannya:
1). Bakal Buah, Bakal buah disebut juga dengan ovarium, yaitu bagian
putik yang umumnya akan membesar. Letak bakal buah berada di
bagian dasar bunga.
2). Tangkai Kepala Putik, Bagian ini disebut juga sebagai stilus. Tangkai
kepala putik adalah bagian putik yang sempit. Letaknya ada di atas
bakal buah. Biasanya berbentuk seperti benang. Fungsi tangkai kepala
putik ialah sebagai tempat melekatnya kepala putik.
3). Kepala Putik, Nama lain dari kepala putik adalah stigma. Kepala putik
merupakan bagian putik yang berada di paling atas, tepatnya di ujung
tangkai kepala putik.
F. Buah dan Biji
Buah adalah hasil reproduksi antara putik dan serbuk sari pada tumbuhan.Buah
termasuk organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan,
perkembanganlanjutan dari bakal buah. Buah biasanya membungkus dan
64
melindungi biji. Bagian-bagian bunga yang kadang-kadang tidak gugur, melainkan
ikut tumbuh dantinggal pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah
itu sendiri
1. Struktur buah
Buah memiliki dua bagian utama yaitu lapisan dinding buah dan bagian dalam
yang berisi biji. Bagian lapisan dinding buah dapat dibagi menjadi tiga lapisan,
yaitu.
a. Exocarp, yaitu lapisan buah paling luar yang mengandung pigmen yang
menentukan warna dan corak kulit buah.
b. Mesocarp, yaitu lapisan tengah pada dinding buah yang disebut daging
buah.
c. Endocarp, yaitu lapisan kulit paling dalam yang membungkus biji buah.
Pengelompokkan Buah dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau
banyak ruangan. Buah sejati tunggal dapat di bedakan lagi dalam dua golongan,
yaitu:Buah sejati tunggal yang kering, yaitu buah sejati tunggal yang bagianluarnya
keras dan mengayu seperti kulit yang kering. Contohnya buah kacang tanah dan
buah padi.Buah sejati tunggal yang berdaging, ialah jika dinding buahnya menjadi
tebal berdaging. Contohnya buah mangga (Mangifera indica)b. Buah sejati ganda,
yang terjadi dari satu bunga dengan beberapa bakal buahyang bebas satu sama
lain. Masing-masing bakal buah menjadi satu buah.Contohnya buah cempaka
(michelia champaca L)c. Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu
bunga majemuk,yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal buah,
tetapi setelahmenjadi buah tetap berkumpul sehingga seluruhnya tampak seperti
satu buahsaja. Contohnya pandan (pandanus tectorus so)
2. Morfologi Biji
Biji merupakan bakal biji dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji
dapat terlindung oleh organ lain atau tidak. Dari sudut pandang evolusi, biji
merupakan embrio atautumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat
bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
3. Struktur Biji.
a. Kulit biji (Spermodermis) berasal dari selaput bakal biji
(integumentum). Oleh sebab itu biasanya kulit biji dari tumbuhan biji
65
tertutup (Angiospermae) terdiri atas dua lapisan, yaitu:a. Lapisan kulit
luar (testa), lapisan ini mempunyai sifat yangbermacam-macam, ada
yang tipis, ada yang kaku seperti kulit,adayang keras seperti kayu atau
batu. Bagian ini merupakan pelindungutama bagi bagian biji yang ada di
dalam.b. Lapisan kulit dalam (tegmen), biasanya tipis seperti
selaput,seringkali di manakan kulit ari.
b. Tali pusar (funiculus) merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan
tembuni yang merupakan tangkainya biji. Jika biji masak, biasanya biji
lepas dari tali pusarnya (tangkai biji), dan pada biji hanya tampak bekasnya
yang di kenal sebagai tali pusar biji.
c. Inti biji (nucleus seminalis) ialah semua bagian biji yang terdapat di dalam
klitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat dinamakan isi biji. Inti biji terdiri
atas :
1) Lembaga (Embryo), merupakan calon tumbuhan baru yang nantinya
akantumbuh menjadi tumbuhan baru setelah biji memperoleh
syarat-syaratyang diperlukan. Lembaga di dalam biji telah
memperlihatkan ketigabagian utama tubuh tumbuhan, yaitu:Akar
lembaga atau calon akar (radicula),yang biasanyakemudian akan
tumbuh terus merupakan akar tunggang (untuktumbuhan yang
tergolong dalam dicotyledonae),Daun lembaga (cotyledo), yang
merupakan daun pertama suatutumbuhan. Daun lembaga dapat
mempunyai fungsi yangberbeda-beda. Batang lembaga (cauliculus),
yang sering kali dapat di bedakandalam dua bagian, yaitu ruas batang
diatas dan dibawah daunlembaga
2) Putih lembaga (albumen) yaitu bagian biji, yang terdiri atas
suatujaringan yang menjadi tempat cadangan makanan bagi lembaga.
Tidaksetiap biji mempunyai putih lembaga, misalnya pada biji
tumbuhanberbuah polong (leguminosae). Melihat asalnya jaringan
yang menjaditempat penimbunan zat makanan cadangan tadi kita
dapat membedakanputih lembaga dalam
3) Putih lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbunmakanan
itu terdiri atas sel-sel yang berasal dari inti kandunglembaga sekunder
66
yang kemudian setelah dibuahi oleh salahsatu inti sperma lalu
membelah-belah menjadi jaringan penimbun makanan ini.Putih
lembaga luar (perispermium), jika bagian ini berasal daribagian biji
luar kandung lembaga,baik dari nuselus ataupun selaput bakal biji.

DAFTAT PUSTAKA
Dewi Rosanti, 2003. Morfologi. Tumbuhan. Erlangga.
Gembong Tjitrosoepomo. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
(https://www.gurupendidikan.co.id/jenis-dan-ciri-akar/)

67
BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Andi Taskirah.,S.Pd.,M.Kes. Penulis Lahir


di Sopeng, 1 Juni 1983. Penulis menempuh pendidikan S1 di
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar Pada tahun 2001,
kemudian melanjutkan S2 pada tahun 2009 di Universitas
Hasanuddin Fakultas Biomedik konsentrasi Fisiologi. Penulis mulai
berkarier sejak tahun 2006 di Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Pembangunan Indonesia Makassar sebagai Staf pengajar di Jurusan Pendidikan
Biologi. Email Penulis : anditaskirah@gmail.com.

68
BAB 6
MIKROBIOLOGI

A. BIDA PURNAMASARI, S.Si., M.Kes.

Universitas Patompo

A. PENGANTAR

Mikrobiologi berasal dari kata mikro (kecil atau renik), bio (hidup) dan logos
(ilmu). Jadi mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mengkaji tentang
mikroba yang mencakup bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang
terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel seperti bakteri, alga, protozoa dan
fungi mikroskopik, bahkan virus meskipun virus tidak termasuk sel sebab materi
genetikanya hanya dibungkus oleh protein dan tidak memiliki kemampuan tumbuh
secara mandiri. Istilah mikroba (disebut juga mikroorganisme, mikrobia, maupun jasad
renik) bukan nama dari suatu kelompok organisme seperti hewan dan tumbuhan,
melainkan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu organisme yang
mempunyai ukuran yang sangat kecil, bukan hanya karena ukurannya yang kecil,
sehingga relatif sulit dilihat dengan mata secara langsung, tetapi juga pengaturan
kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Ukuran
mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba
umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI

Mikrobiologi dianggap suatu disiplin ilmu yang menjadi ujung tombak memasuki
abad ke-21. Meskipun mikroba dianggap sebagai makhluk pertama penghuni planet
bumi ini, pengetahuan tentang mikroba tersebut baru terungkap pada abad ke-16. Awal
terungkapnya dunia mikroba adalah setelah ditemukannya mikroskop oleh Antony van
Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop tersebut masih sangat sederhana, yang terdiri
dari satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan

69
bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. Antony van Leeuwenhoek
melakukan pengamatan pada struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan
invertebrata kecil.

Gambar 1. Penemuan Mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek (1633-1723).


(Sumber: https://www.amazon.com/LeeuwenhoekS-Microscopes)

Penemuan terbesarnya adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut dengan


Animalculus atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang
diketahui sebagai protozoa, alga, khamir, dan bakteri. Penemuan animalculus di alam,
telah mendorong rasa ingin tahu mengenai asal usulnya. Menurut teori abiogenesis,
animalculus timbul dengan sendirinya dari bahan-bahan mati. Doktrin abiogenesis
dianut sampai zaman Renaissance. Namun, seiring dengan kemajuan pengetahuan
mengenai mikroba, doktrin tersebut menjadi tidak terbukti. Untuk mempertahankan
pendapat tersebut maka penganut teori ini mencoba membuktikan dengan berbagai
percobaan.

Fransisco Redi (1626-1697), menyatakan bahwa ulat yang berkembang biak di


dalam daging busuk, tidak akan terjadi apabila daging tersebut disimpan di dalam suatu
tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ulat
tidak secara spontan berkembang dari daging.

70
Gambar 2. Tahapan percobaan yang dilakukan oleh Redi untuk menyanggah teori
generasi spontan (Wistreich & Lecthman, 1984).
(Sumber: https://kelaspintar.id)
Percobaan lain dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani (1713-1781), hasilnya
memberi bukti yang menguatkan bahwa mikroba tidak muncul dengan sendirinya, pada
percobaan menggunakan kaldu ternyata pemanasan dapat menyebabkan animalculus
tidak tumbuh. Pemanasan bahan makanan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan mikroba, namun sebelumnya telah dilakukan percobaan dengan cara
menutup wadah sehingga mencegah udara masuk. Spallanzani membuktikan bahwa
mikroba yang tumbuh pada bahan makanan bersumber dari udara yang mengandung
mikroba.

Gambar 3. Tahapan percobaan yang dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani.


(Sumber: https://kelaspintar.id)

Louis Pasteur (1822-1895) telah mendemonstrasikan untuk pertama kali bahwa


di udara terdapat banyak partikel kecil yang tidak tampak oleh mata telanjang. Pasteur
dapat menyaring mikroba dari udara dengan mengembangkan teknik aseptik (panas).
Dia berkesimpulan bahwa udara adalah sumber kontaminan. Percobaannya dilakukan
dengan menggunakan labu leher angsa. Kaldu dalam labu terbuka akan tetap steril

71
untuk jangka waktu lama. Udara akan tetap masuk sedemikian rupa hingga kuman dari
udara tidak mampu naik dan masuk ke kaldu dalam labu tersebut. Bila leher labu
dipatahkan, maka kaldu akan segera terkontaminasi oleh mikroba. Keadaan yang sama
terjadi jika cairan steril dari labu disentuhkan ke bagian yang bengkok dari leher labu.
Diyakini bahwa leher labu yang bengkok telah menumpuk sejumlah mikroba dan akan
mencemari seluruh isi kaldu.

Gambar 4. Tahapan percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur.


(Sumber: https://kelaspintar.id)

John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung pendapat


Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih
selama lima menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan
membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa
pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya
fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan
termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). Dengan penemuan
tersebut, maka dicari cara untuk sterilisasi bahan yang mengandung bakteri
pembentuk spora, yaitu dengan pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali
atau dikenal sebagai Tyndallisasi.

72
Robert Koch, seorang dokter Jerman, adalah orang pertama yang
mendemonstrasikan hubungan antara mikroba tunggal yang terisolasi dan penyakit
manusia yang diketahui. Beberapa mikroorganisme penyebab penyakit yang telah
ditemukannya diantaranya bakteri penyebab penyakit antraks ( Bacillus anthracis),
kolera (Vibrio cholera), dan tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Penemuan ini
dikembangkan lebih lanjut dan dikenal dengan istilah Postulat Koch. Isi Postulat Koch:
1. Mikroorganisme tertentu penyebab penyakit tertentu 2. Mikroorganisme di alam
dapat diisolasi dan dibiakkan di laboratorium 3. Mikroorganisme patogen biakan murni
dapat mejadi penyakit apabila di inokulasikan pada tubuh inang. 4. Mikroorganisme
yang berasal dari tubuh inang tersebut dapat menginfeksi kembali dan dapat tumbuh
kembali pada biakan murni.

C. SEL DAN STRUKTURNYA

Sel mikroba yang berukuran kecil ini merupakan satuan struktur biologi.
Kebanyakan mikroba terdiri dari satu sel (uniseluler), hal ini menunjukkan bahwa
seluruh aktivitas hidupnya bergantung pada sel tersebut. Beberapa mikroba memiliki
banyak sel (multiseluler) yang umumnya sudah terdapat pembagian tugas diantara sel
atau kelompok sel tersebut, meskipun belum sempurna. Setelah ditemukannya
mikroskop elektron, struktur halus di dalam sel hidup dapat dilihat. Berdasarkan
perkembangan selnya terdapat dua tipe jasad, yaitu: 1. Prokariot (jasad prokariotik/
primitif), yaitu jasad yang perkembangan selnya belum sempurna. 2. Eukariot (jasad
eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya telah sempurna. Selain yang
bersifat seluler, ada mikroba yang bersifat nonseluler, yaitu virus. Virus adalah jasad
hidup yang bersifat parasit obligat, berukuran super kecil atau submikroskopik. Virus
hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Struktur virus terutama terdiri dari
bahan genetik. Virus bukan berbentuk sel dan tidak dapat membentuk energi sendiri
serta tidak dapat berbiak tanpa menggunakan jasad hidup lain. Dalam
perkembangannya virus tidak lagi digolongakan dalam makhluk hidup, namun khusus
disebut materi genetik.

73
Tabel 1. Perbedaan Struktur Sel Prokarotik dan Eukariotik.
(Sumber: https://edubio.id)

D. BAKTERI DAN VIRUS

Bakteri merupakan mikroba uniseluler (bersel tunggal), walaupun dalam


beberapa keadaan dapat dijumpai kumpulan yang kelihatannya bersel banyak. Bentuk
dan ukuran bakteri bervariasi. Bentuk sel bakteri dapat terlihat di bawah mikroskop
cahaya, bakteri dibagi ke dalam 4 bentuk yang berbeda-beda yaitu: 1. Bentuk coccus
(bakteri berbentuk bulat), 2. Bentuk basil (bakteri berbentuk batang atau silinder), 3.
Bentuk spiral (bakteri berbentuk batang bengkok atau melingkar), 4. Bentuk filament
(bakteri berbentuk benang atau filamentus). Umumnya bakteri bereproduksi secara
aseksual dengan cara memanjangkan selnya. Proses tersebut selanjutnya diikuti
dengan pembelahan sel yang membesar lalu membagi dua, sehingga pembelahan
tersebut dinamakan pembelahan biner. Meskipun dari pembelahan tersebut
membentuk dua individu (sel) yang berdiri sendiri, akan tetapi beberapa di antaranya
tetap tinggal bertautan satu dengan lainnya. Kelompok ini bersifat tetap sehingga dapat
digunakan untuk mencirikan jenis-jenis bakteri. Berdasarkan kelompok tersebut, maka
bakteri dibagi atas: 1. Monococcus; coccus sendiri-sendiri, yaitu setelah pembelahan
bakteri terpisah dari sel induknya. 2. Diplococcus atau Diplococci, yaitu setelah
pembelahan bakteri tetap bertautan dan berpasang-pasangan. 3. Tetracoccus, sel
bakteri membagi diri dalam dua arah yang membentuk sudut siku-siku dan tiap
kelompok tersusun atas 4 sel 4. Sarcina; sel-sel bakteri membagi diri ke arah 3 bidang,

74
dengan sudut siku-siku satu sama lain, yaitu tiap-tiap kelompok bakteri tersusun
sebagai kubus. 5. Streptococcus; coccus yang berantai, yaitu pembelahan sel terjadi
konstan paralel sehingga berbentuk rantai. 6. Staphylococcus; sel bakteri membagi diri
dengan arah yang tidak menentu dan bakteri-bakteri tersebut membentuk kelompok-
kelompok seperti untaian buah anggur. 7. Bacillus, Streptobacillus dan Sprillum yaitu
pembelahan melintang terhadap axis longitudinal sel, lalu terbentuk sel anakan seperti
bakteri coccus di atas. 8. Filamentus merupakan kelompok bakteri yang membentuk
hifa palsu, misalnya pada golongan Actinomycetes. Bakteri kelompok ini terkenal
karena dapat menghasilkan senyawa antimikroba berupa antibiotika, saperti
streptomyces mengasilkan antibiotika streptomisin.

Gambar 5. Bentuk Sel Bakteri.


(Sumber: https://siswapedia.com)

Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter) bakteri. Ukuran
virus umumnya 0,01-0,1. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa.
Untuk melihat virus diperlukan mikroskop elektron. Sifat-sifat virus yang penting antara
lain: 1. Virus hanya mempunyai 1 macam asam nuklein (RNA atau DNA) 2. Untuk
reproduksinya hanya memerlukan asam nuklein saja. 3. Virus tidak dapat tumbuh atau
membelah diri seperti mikrobia lainnya 4. Virus memiliki sifat-sifat khas dan tidak
merupakan jasad yang dapat berdiri sendiri. Virus memperbanyak diri dalam sel jasad
inang (parasit obligat) dan menyebabkan sel-sel itu mati. Sel inang adalah sel manusia,
hewan, tumbuhan, atau pada jasad renik yang lain. Sel jasad yang ditumpangi virus dan
mati itu akan mempengaruhi sel-sel sehat yang ada didekatnya, dan karenanya dapat
mengganggu seluruh kompleks sel.
75
Gambar 6. Bentuk-bentuk Virus.
(Sumber: https://saintek.id)

E. FUNGI (JAMUR)

Fungi (Jamur) termasuk divisio Mycota. Mycota berasal dari kata mykes (bahasa
Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada beberapa istilah yang dikenal untuk
menyebut jamur, (a) Cendawan (mushroom) yaitu jamur yang dapat menghasilkan
badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan, (b) Kapang (mold) yaitu jamur
yang berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu jamur bersel satu. Jamur
merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal, multiseluler atau
uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari khitin, dan belum
ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat khemoorganoheterotrof karena memperoleh
energi dari oksidasi senyawa organik. Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya
(bersifat aerobik). Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara
hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman,
hewan dan manusia.

Gambar 7. Bentuk-bentuk Jamur: 1. Khamir, 2. Kapang, 3. Cendawan


(Sumber: https://galeripustaka.com)
76
F. ALGA DAN PROTOZOA

Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti
yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu alga
pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Sangat banyak jenis alga di alam
ini, salah satunya adalah jenis fitoplankton. Fitoplankton dapat berbentuk satu sel,
koloni, atau bentuk filamen. Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang dapat
menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Alga bereproduksi baik
secara seksual ataupun aseksual. Reproduksi seksual pada alga melibatkan konyugasi
gamet sehingga akan terbentuk zigot. Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan
dengan pembelahan sel ataupun dengan spora.

Gambar 8. Makro dan Mikroalga (Sumber: https://news.algaeworld.org)


Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan
selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan
dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari
jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah. Protozoa dapat berkembang
biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual protozoa dapatmengadakan
pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner). Beberapa jenis protozoa membelah diri
menjadi banyak sel (schizogony). Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui
cara konjugasi, autogami, dan sitogami.

77
Gambar 9. Jenis-jenis Protozoa (Sumber: https://news.agrotek.id)

G. METABOLISME MIKROBA

Metabolisme didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam sel.
Metabolisme terdiri dari dua proses yang berlawanan yang terjadi secara simultan.
Reaksi tersebut adalah: 1. Sintesis protoplasma dan penggunaan energi yang disebut
sebagai Anabolisme. 2. Oksidasi substrat diiringi dengan terbentuknya energi disebut
dengan Katabolisme. Bakteri Memperoleh Energi melalui proses Oksidasi-reduksi.
Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses
penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka
setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksi reduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat
terbentuknya energi.

H. PERTUMBUHAN MIKROBA

Secara umum pertumbuhan mikroba merupakan hasil penggandaan sel


(pembelahan, pertunasan), sehingga pertumbuhan bakteri lebih sering dinyatakan
sebagai reproduksi sel. Bakteri melakukan penggandaan pembelahan diri secara
teratur melalui pertumbuhan eksponensial, yaitu laju pembelahan sel meningkat
dengan bertambahnya waktu ganda.

78
Gambar 10. Kurva pertumbuhan mikroba
Kurva pertumbuhan mikroba kurva pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi
empat fase utama yaitu (a) fase lag, (b) fase log, (c) fase stasioner, dan (d) fase
kematian. Fase Tenggang (Fase Lag) adalah periode penyesuaian pada lingkungan dan
lamanya dapat satu jam hingga mengikuti kurva logaritmik. Kecepatan pembelahan diri
sepanjang tahap log bersifat spesifik untuk tiap jenis bakteri dan tergantung
lingkungan. Fase Logaritmik (Fase log atau fase eksponensial) Fase ini merupakan
periode pembiakan cepat dan merupakan periode yang didalamnya biasanya teramati
ciri khas sel-sel yang aktif. Waktu generasi suatu organisme dapat ditentukan selama
fase ini. Fase Stasioner Sementara biakan menjadi tua dan mendekati populasi bakteri
maksimum yang dapat ditunjang medium, laju pembiakan berkurang dan beberapa sel
mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, jumlah keseluruhan bakteri
akan tetap. Dengan kata lain kecepatan tumbuh sama dengan kecepatan kematian sel.
Periode ini dinamakan fase stasioner (Schlegel and Schmidt, 1994). Fase Kematian
Suatu kultur yang diinkubasi terus-menerus, maka setelah populasi mencapai fase
stasioner maka tidak akan melakukan kegiatan metabolisme tetapi sel-sel justru
mengalami fase kematian. Pada fase ini akumulasi bahan toksik, nutrisi dalam medium
sudah habis dan energi cadangan dalam sel telah habis pula, sehingga sel mati.

I. FAKTOR LINGKUNGAN MIKROBA

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan


lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
79
Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi mikroba psikrofil, mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu -3°C dengan suhu optimum sekitar 15°C. Mesofil adalah
kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 15°C suhu optimum 25-
37°C dan suhu maksimum 45-55°C. Keberadaan oksigen, karbondioksida, nitrogen, dan
metana. Untuk mengkultivasi mikroba di laboratorium, maka harus diperhatikan
kebutuhan akan sejumlah gas-gas atmosfer. Derajat keasaman (pH) Masing-masing
mikroba mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap asam dan basa. Misalnya
bakteri tumbuh pada pH sekitar 7, meskipun kisaran pHnya adalah 5-8. sedangkan
khamir dan kapang tumbuh baik pada pH rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., 2005. Bahan Ajar Mikrobiologi Dasar I. Universitas Negeri Makassar. Makassar
Budiyanto, M.A.K. 2002. Mikrobiologi Terapan. UMM Press. Malang.
Deacor, J. 1999. The Microbial World: Thermophilic Microorganisms. Institute of Cell
and Molecular Biology, The University of Edinburgh.
Hadioetomo, R. S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek; Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. Gramedia. Jakarta.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi; Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. CV. Yrama widya.
Bandung.
Lay, B.W., 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Rajawali Press. Jakarta.
Madigan. M.T., J.M. Martinko and J. Parker. 2000. Brock Biology of Microorganisms. 8th
edition. Pretince Hall International Inc.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Schlegel Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi ke enam. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ulva. M. 2022. Buku Ajar Mikrobiologi. Media Sains Indonesia.
Volk, W.A. and M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Penerjemah Markham.
Jakarta.
Yani S.dan Opik T. 2021. Mikrobiologi Dasar. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

80
BIODATA PENULIS

Andi Bida Purnamasari, S.Si, M.Kes. Ketertarikan penulis terhadap ilmu


biologi dimulai pada tahun 2007 silam. Hal tersebut membuat penulis
memilih untuk masuk ke Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar. Penulis
kemudian melanjutkan studi S2 pada tahun 2014 di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur dengan mengambil konsentrasi
Kesehatan Lingkungan. Tahun 2019, penulis melanjutkan studi S3 di Universitas Negeri
Makassar dengan mengambil konsentrasi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (PKLH) dan sekarang sementara meneliti.

Penulis memiliki kepakaran dibidang Biologi Lingkungan dan Bioteknologi. Dan


untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti
dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI. Penulis juga aktif membuat jurnal
penelitian dan pengabdian dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi
bangsa dan negara yang sangat tercinta ini. Email Penulis: bidapurnamasari@gmail.com

81
BAB 7
SISTEM PENCERNAAN

NOVA DWI PRATIWI SULASTRI, S.Pd,.M.Pd

Universitas Patompo

A. Organ Struktur Pencernaan


1. Mulut (Oris)
Mulut merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari
bibir sampai isthmus faucium, yaitu perbatasan antara mulut dengan faring terdiri
atas vestibulum oris dan kavitas ori propia.Dasar mulut sebagian besar dibentuk
oleh anterior lidah dan lipatan balik membran mukosa, sis lidah pada gusi di atas
mandibula.
0rgan Kelengkapan Mulut
a. Bibir Bagian eksternal ditutupi oleh kulit dan bagian interna dilapisi oleh
jaringan epitel yang mengandung mukosa, bagian ini kaya pembuluh darah dan
banyak terdapat ujung ujung saraf sensoris.
b. Kavum oris. Pada kavum oris terdapat dua buah palatum (tulang langit-langit):
1) Palatum durum (palatum keras): tersusun oleh tulang keras, dibentuk oleh
prosesus palatinus maksilaris dan os palatum.
2) Palatum mole (palatum lunak): bagian depan bersatu dengan palatum
durum, bagian belakang membentuk sebagian isthmus faucium dan
berhubungan dengan faring, terdiri atas jaringan fibrosa dan jaringan
mukosa.
c. Pipi: alat kelengkapan mulut bagian luar dilapisi oleh kulit dan bagian dalam
dilapisi oleh jaringan epitel mengandung selaput lendir (membran mukosa), otot
pengunyah memanjang dari maksila ke mandibula, sifatnya lebih elastis.
d. Gigi (dentis): merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah dan
berbicara. Gigi terdiri atas:
1) Gigi sulung (gigi susu): tumbuh sejak umur 6 bulan dan akan lengkap 20
buah pada umur 2,5 tahun dengan rincian 8 gigi seri (dens insisivus).

82
2) Gigi permanen (gigi tetap): tumbuh pada umur 6-18 tahun, berjumlah 32
buah. Susunanny, sama dengan gigi susu, ditambah dengan geraham
premolar sebanyak 12 buah; merupakan penyempurnaan dari gigi susu
Fungsi gigi yang utama adalah mengunyah, menggiling, serta
menghancurkan makanan sebelum ditelan. Mengunyah makanan adalah
pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa
menimbulkan tercekik (choki), proses ini merupakan proses mekanik pertama
yang dialami pada waktu melalui saluran pencernaan dengan tujuan
menghancurkan, melicinkan, dan membasahi makanan yang kering dengan
saliva serta mengaduk makanan sampai rata
e. Lidah: terdapat dalam kavum oris merupakan susunan otot serat ang yang
kasar dilengkapi dengan mukosa lidah berperan dalam proses mekanisme
pencernaan di mulut.
f. Kelenjar saliva (ludah): merupakan kelenjar yang menyekresi larutan mukus ke
dalam mulut membasahi dan melumas partikel makan sebelum ditelan. Kelenjar
ini mengandung dua enzim pencernaan, yaitu lipaselingua untuk mencerna
lemak dan enzim ptialin/amilase untuk mencerna tepung. Saliva berfungsi
secara mekanis dan kimiawi. Fungsi mekanis saliva adalah mencampur saliva
dengan makanan agar menjadi lunak atau setengah cair yang disebut bolus
agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan. Fungsi kimiawi adalah
melarutkan makanan yang kering untuk dapat dirasakan, misalnya: butiran
gula/garam dalam mulut akan larut dengan perantaraan saliva.
2. Tekak (Faring)
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, panjangnya kira- kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis
kranii setinggi vertebra servikalis keenam ke bawah setinggi tulang rawan
krikoid.Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).Organ
terpenting di dalamnya adalah tonsil, yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi.
Peristiwa Menelan (Deglusio)
Menelan merupakan mekanisme kompleks faring melakukan gerakan
mendorong makanan masuk dengan cara menutupnya ke dalam esofagus serta
83
mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan hal ini terjadi sementara
(hanya beberapa detik) dan tidak membahayakan pernapasan-dalam penyilangan
antara jalan makanan dengan jalan pernapasan.
Peristiwa menelan dibagi atas tiga bagian berikut
a. Stadium volunter bolus melalui uang depan Isthmus faucium, makanan siap
untuk ditelan secara sadar makanan didorong ke belakang mulut oleh tekanan
lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum
b. Stadium faringeal apabila bolus telah didorong ke belakang mulut, bolus akan
merangsang reseptor menelan yang terletak di sekitar pintu faring melalui
serangkaian kontraksi otot faring otomatis, proses ini berlangsung 1-2 detik.
c. Stadium esofageal: menghantarkan makanan yang sudah ditelan dari faring ke
lambung dengan pergerakan khusus yang disesuaikan dengan pergerakan
peristaltik dengan dua jenis gerakan
1) Gelombang peristaltik primer merupakan lanjutan gelombang peristaltik
faring dan menyebar ke esofagus Selama stadium faringeal berlangsung 5-
15 detik, bila gagal timbul gelombang pristaltik sekunder
2) Gelombang peristaltiksekunder akibat rangsangan esofagus oleh makanan
yang tertinggal. gelombang ini terus terbentuk sampai semua makanan
masuk ke dalam lambung, gelombang peristaltik esofagus hampir
seluruhnya dikontrol oleh refleks esofagus.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring, panjangnya
lebih kurang 25 cm posisi vertikal yang dimulai dari bagian tengah leher bawah
faring sampai ujung bawah rongga dada dibelakang trakea.Sekresi esofagus
bersifat mukoid, berfungsi memberikan pelumas untuk pergerakan makanan
melalui esofagus.
4. Lambung (ventrikulus)
Lambung merupakan sebuah kantung muskular yang letaknya antara esofagus
dan usus halus sebelah kiri abdomen di bawah diafragma bagian depan pankreas
dan limpa, merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan
peristaltik, terutama di daerah epigaster.
Bagian-bagian dari lambung adalah sebagai berikut.
84
a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas, terletak sebelah kiri osteum
kardiakum, dan biasanya berisi gas. Pada batas dengan esofagus terdapat
katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli, merupakan segitiga osteum kardiakum, yaitu suatu lekukan
pada bagian bawah kurvatura minor yang merupakan bagian utama dari
lambung
c. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot tebal yang
membentuk sfingter pilorus, merupakan muara bagian distal berlanjut ke
duodenum.
d. Kurvatura minor, sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardikum
sampai ke pilorus. kurvatura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor.
e. Kurvatura mayor, terbentang pada sisi kiri osteum um melalui fundus ventrikuli
menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
f. osteum kardiakum, merupakan tempat di mana esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung.
Lapisan lambung dari dalam keluar antara lain sebagai berikut.
a. Lapisan selaput lendir (mukosa): lapisan ini berlipat-lipat yang disebut rugae.
b. Lapisan otot melingkar (M. auricularis): merupakan jaringan otot yang kuat.
c. Lapisan otot miring (M. obliquus): mempunyai otot bergaris miring.
d. Lapisan otot panjang (M. longitudinal): susunan lapisan otot lambung yang
panjang
e. Jaringan ikat (peritoneum) atau serosa: melapisi lambung bagian luar.
Fungsi lambung adalah sebagai berikut.
a. Menampung makanan yang masuk melalui esofagus; menghancurkan makanan
dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah
lambung dengan dua cara mekanis dan kimiawi.
1) Mekanis: menyimpan, mencampur dengan sekret lambung, dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Aktivitas mendorong makanan terjadi
secara peristaltik setiap 20 detik.
2) Kimiawi: bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan
enzim-enzim tergantung jenis makanan dan enzim yang dihasilkan antara
lain:
85
a) Pepsin: memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
agar dapat diabsorpsi di intestinum minor.
b) Asam garam (HC): mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan
disinfektans yang masuk ke dalam makanan. Fungsi lainnya adalah
mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam
c) Renin: sebagai ragi membekukan susu membentuk kasein dan
kasinogen dari protein.
d) Lapisan lambung: memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi geta lambung
b. Fungsi bakterisid oleh asam lambung.
Membantu proses pembentukan eritrosit: lambung menghasilkan zat faktor
intrinsik bersama dengan faktor ektrinsik dari makanan membentuk zat yang
disebut anti-anemik, berguna untuk pertukaran eritrosit disimpan dalam hati.
Pengaturan sekresi getah lambung
a. Mekanisme saraf refleks pendek atau lokal, refleks panjang nervus vagus
melibatkan neuron kolinergik merangsang sekresi HCl pepsin dan mukus
b. Mekanisme hormonal: gastrin merangsang sekresi HCl pepsin dan
pertumbuhan mukosa lambung (perangsangan nervus vagus yang
menimbulkan sekresi gastrin dengan perantaraan gastrin-releasing peptide.
5. Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada sekum.Panjang usus halus lebih kurang 6 meter. Usus
halus merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses
pencernaan dan absorpsi pencernaan.
Bagian-bagian dari usus halus adalah sebagai berikut.
a. Duodenum bentuknya melengkung sepe kukukuda. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Bagian kanan dari duodenum terdapat bagian yang
menonjol, tempat bermuaranya saluran empedu (duktus koleduktus) dan
saluran pankreas (duktus pankreatikus). Bagian ini dinamakan papilla vateri.
b. Yeyunum: panjangnya 2-3 meter berkelok-kelok; terdapat sebelah kiri atas dari
intestinum minor dengan perantaraan lipatan peritoneum berbentuk kipas.
c. Illeum: ujung batas antara yeyunum dan ileum tidak jelas panjangnyai lebih
86
kurang 4-5 meter merupakan usus halus yang terletak sebelah kanan bawah.
Mukosa Usus Halus
Mukosa usus halus merupakan permukaan epitel yang sangat halus melalui
lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorpsi.Lipatan ini
dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus
halus. Pada mukosa usus halus terdapat sekresi kelenjar-kelenjar berikut
a. Kelenjar Brunner (dalam duodenum): menghasilkan mukus dan larutan
NaHCO3, dengan pH 7,5 tidak mengandung enzim dan melindungi mukosa
duodenum.
b. Kelenjar intestinal: menghasilkan sukus entrikus, enzim enteropeptodase,
disakarida, peptidase, fosfatase alkalis, mukus,dan cairan isotonik dengan pH 7
Absorpsi Usus Halus
Absorpsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus melalui
dua saluran pembuluh kapiler darah dan saluran limfe sebelah dalam permukaan
vili.Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah, epitelium, dan jaringan otot yang
diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi oleh membran dasar
epitelium. Absorpsi zat makanan di usus halus antara lain sebagai berikut
a. Hidrat arang (karbohidrat): hasil akhir pencernaan karbohidrat berupa
monosakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa), absorpsi glukosa aktif
bersama ion Na transpor aktif sekunder seperti di tubulus proksimal ginjal
(tanpa transpor maksimum). Mekanisme ini juga digunakan oleh galaktosa dan
fruktosa.
b. Protein hasil akhir pencernan protein berupa asam amino, absorpsi asam
amino aktif lebih cepat dari asam amino pasif, sistem transpor asam amino
netral, asam amino biasa, dan asam amino protein, ketiga transpor ini dikaitkan
dengan transpor natrium. Protein dapat diabsorpsi secara utuh melalui mukosa
usus halus dengan proses pinositosis, sumber protein dalam gastrointestinal
50% dari makanan, 25% dari liur pencernaan. 25% dari sel mukosa, dan hanya
2-5% yang tidak dicerna dan tidak diabsorpsi usus halus.
c. Lemak hasil akhir pencernaan lemak (asam lemak, gliserol, gliserida) garam
empedu membantu pencernaan dan absorpsi lemak bersama bersama lesitin
dan monogliserida mengemulsi lemak
87
d. Air dan elektrolit: air dalam usus halus berasal dari makanan/minuman kurang
lebih 2.000 ml sehari dan air liur pencernaan kurang lebih 7.000 ml sehari, 95%
dari cairan ini diserap sehingga yang hilang bersama feses hanya 200 ml.
e. Natrium dan kalium: bergantung pada gradien konsentrasi, sejumlah kecil Na
dapat berdifusi masuk atau keluar u halus, Na diangkut keluarlumen usus halu
dan usus besar, oleh pompaan yang terletak di dinding basi lateral sel.
f. Klorida dan bikarbonat: pada ileum dan usus besar ion Cl diabsorpsi aktif untuk
mengantikan Hco, Dengan demikian. isi intestinal akan menjadi lebih alkali.
g. vitamin: absorpsi vitamin yang larut dalam air lebih cepat dibandingkan dengan
vitamin yang larut dalam lemak. 8. Kalsium yang dimakan akan diserap dengan
cara transpor aktif 30-80%, terutama diserap di usus halus bagian atas dan
absorpsinya bergantung pada kebutuhan tubuh. 9. zat besi: pada orang
dewasa, jumlah zat besi yang hilang dari tubuh relatif kecil, zat besi diserap
dalam bentuk Fero (Fe3+). Kebanyakan zat besi di dalam makanan adalah dalam
bentuk Fe' sekret lambung dapat mereduksi Fe 3+. Gastrektomi dapat
mengakibatkan anemia defisiensi Fe dan penyerapan Pe secara aktif terjadi
pada usus halus bagian atas.
Kontraksi usus halus dikoordinasikan oleh suatu gelombang depolarisasi usus
halus yang bergerak dari otot polos sirkuler doudenum ke arah kaudal, frekuensi
tertinggi duodenum 11-13/menit pada yeyunum 12/menit dan ileum 9/menit. Jenis
kontraksi usus halus:
a. Segmentasi: Jenis gerakan yang paling sering, frekuensi sesuai dengan slow
ware. Kontraksi otot yang berdekatan pada jarak tertentu berkontraksi secara
bergantian.
b. Peristaltik kontraksi otot sirkuler secara berurutan untuk jarak pendek dengan
kecepatan 2-3 cm/detik untuk mendorong kimus ke arah usus besar mengubah
pola lekukan
c. Kontraksi muskularis mukosa: kontraksinya tidak teratur 3 menit, dan lipatan
mukosa mencampur isi lumen. membantu
d. Kontraksi vilus kontraksinya tidak teratur terutama bagian proksimal usus
halus mengosongkan pembuluh lakteal sentral dan meningkatkan aliran limfe
e. Sfingter ileosekalis: Sfingter ileo melemas bila peristaltik ileum sampai di
88
sfingter, sejumlah kecil kimus masuk ke dalam sekum. Regangan ileum menjadi
relaksasi untuk membantu pengosongan ileum lambung meninggalkan motilitas
f. Refleks gastroileum. Peningkatan fungsai sekresi dan motorik ileum terminalis,
kimus masuk ke dalam seikum melalui refleks panjang.
Proses kimia dalam usus halus meliputi penyerapan zat-zat gizi.
a. Penyerapan karbohidrat: karbohidrat yang diserap adalah heksosa glukosa,
fruktosa monosakarida, galaktosa, dan sebagian kecil pentosa.
b. Penyerapan lipid: hasil pencernaan dari lemak dan minyak akan menghasilkan
gliserol, asam lemak, monogliserida dan beberapa masih dalam bentuk
trigliserida. Sebagian dari gliserol akan melewati dinding usus halus dan
melalui vena porta masuk ke hati. Semua lipid akan didapatkan dalam
pembuluh darah dalam bentuk lipoprotein,
c. Penyerapan protein: di dalam usus halus protein telah terhidrolisis secara
lengkap menja asam amino yang terdapat dalam protein akan mengalami
proses konjugasi dengan piridoksal-fosfat.
6. Usus Besar (Intestinum Mayor)
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas
atau berdiameter bes dengan panjang lebih 1,5-1,7 meter dan penampang 5-5 cm.
Lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U kurang dari adalah sebagai
berikut. terbalik mengelilingi usus halus.
Bagian-bagian dari usus besar meliputi bagian berikut
a. Sekum: kantung lebar terletak pada fosa iliaka dekstra, ileum memasuki fosa
iliaka sisi kiri osteum ileoseikalis. Pada bagian bawah sekum terdapat apendiks
vermiformis, bentuknya seperti cacing disebut umbai cacing panjangnya lebih
kurang 6 cm ileum bermuara pada sekum membentuk sebuah katup dinamakan
valvula coli (Bauchini). Titik Mc Burney merupakan tempat proyeksi muara
ileum kedalam sekum. Titik potong pinggir lateralis M Rektus abdominus
dekstra
b. Kolon asenden: memanjang dari sekum ke fosa iliaka kanan sampai ke sebelah
kanan abdomen panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan
di bawah hati
c. Kolon transwersum: panjangnya lebih kurang 38 cm membujur dan kolon
89
asenden sampai ke kolon desenden berada di bawah abdomen sebelah kanan
tempat belokan yang disebut fleksura lienalis.
d. Kolon desenden: panjangnya lebih kurang 25 cm terletak di bawah abdomen
bagian kiri dari atas ke bawah dari derpan fleksura lienalis sampai di depan
ileum kiri bersambung dengan sigmoid dan di belakang peritoneum
(retroperitonial)
e. Kolon sigmoid: lanjutan dari kolon desenden. Panjangnya 40 cm, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk huruf S ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum berakhir setinggi vertebra sakralis 3-4 Colon
sigmoid ini ditunjang oleh mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.
Gerakan kolon terdiri atas gerakan mencampur dan mendorong
a. Gerakan mencampur. Pada tiap kontraksi kira-kira 2,5 cm, otot sirkuler kolon
mengerut, kadang kadang dapat menyempitkan lumen dengan sempurna.
Gabungan otot sirkuler dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar tidak
terangsang mengembung keluar merupakan kantung yang disebut
haustraktion, dalam waktu 30 detik.
b. Gerakan mendorong Pada kolon terjadi gerakan yang disebut mass movement,
mendorong feses ke arah anus, Gerakan ini timbul beberapa kali sehari.
biasanya sesudah makan pagi. Pada mulanya pergerakan terjadi bagian kolon
yang terserang kemudian kolon distal tempat kontraki kira-kira 20 cm
berkontraksi serentak.
7. Rektum
Rektum merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan usus
besar dengan anus sepanjang 12 cm, dimulai dari pertengahan sakrum dan
berakhir pada kanalis anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os rum dan os
koksigis. Rektum terdiri atas dua bagian, yaitu rektum propia dan pars analis rekti.
a. Rektum propia, bagian yang melebar disebut an rekti, jika ampularekti
terisimakanan akan timbul hasrat defekasi.
b. Pars analis rekti, sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos (M.Sfingter
ani internus ) dan serabut otot lurik (M. Sfingter ani eksterna) kedua otot ini
berperan pada waktu defekasi.

90
8. Anus
Bagian dari saluran pencernaan dengan dunia luar terletak di dasar pelvis dan
dindingnya diperkuat oleh sfingter ani yang terdiri atas
a. Sfingter ani internus: sebelah dalam bekerja tidak menurut kekendak.
b. Sfingter levator ani bagian tengah bekerja tidak menurut kehendak.
c. Sfingter ani eksternus: sebelah luar bekerja menurut kehendak.
Defekasi adalah hasil refleks defekasi apabila bahan feses masuk ke dalam
rektum, dinding rektum akan meregang menimbulkan impuls aferen disalurkan
melalui pleksus mesenterikus menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon
desenden, kemudian kolon sigmoid mendorong feses ke arah anus
9. Hati
Hati (hepar) merupakan kelenjar asesoris terbesar dalam tubuh berwarna
cokelat dengan berat 1.000- 1.800 gram, terletak dalam rongga perut sebelah
kanan atas di bawah diafragma, sebagian besar terletak pada regio hipokondria
dan regio epigastrium. Pada orang dewasa yang kurus, pinggir bawah teraba satu
jari di bawah pinggir kosta
Fungsi Hati
a. Fungsi metabolik metabolisme asimilasi karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
dan produksi energi seluruh monosakarida akan diubah menjadi glukosa dan
pengaturan glukosa dalam darah terhadi di hati
b. Fungsi ekskretori produksi empedu oleh sel hat (bilirubin, kolesterol, garam
empedu), ke dalam empedu uga dieksresikan zat yang berasal dari luar tubuh
seperti logam logam berat, bermacam zat warna
c. Fungsi pertahanan tubuh detoksikasi racun siap untuk dikeluarkan, melakukan
fagositosis terhadap benda asing langsung membentuk antibodi
d. Pengaturan dalam peredaran darah berperan membentuk darah dan heparin di
hati serta mengalirkan darah ke lantung. Dalam ha sel darah merah akan rusak
karena terdapat sel-sel reticulocndothelial system (RES)
e. Hati membentuk asam empedu, terutama dari kolesterol membentuk p pigmen
empedu terutama dari hasil perusakan hemoglobin
f. Sintesis protein mencakup protein protein penung untuk pembekuan darah
91
serta mengangkut hormon tiroid steroid dan kolesterol Detoksifikasi/degradasi:
zat zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainnya
Peranan Hati dalam Metabolisme Lemak
Karbohidrat seperti lemak merupakan bahan untuk terjadinya proses
lipogenesis yaitu asam lemak dan gliserol disintesis dari karbohidrat yang
mengikuti jalur seperti trigliserida akan secara langsung disintesis dari pencernaan
lipid. Proses ini menyebabkan terjadinya kelebihan kalori yang berasal dari
karbohidrat selain dari simpanan lemak yang telah ada. Proses lipolisis juga terjadi
dalam hati pada waktu yang sama seperti trigliserida untuk membentuk asam lemak
dan gliserol. Trigliserida dapat dihidrolisis dan disintesis kembali untuk dipakai
sebagai energi digunakan membentuk lemak lain seperti fospolipid dan kolesterol.
Dalam hati kolesterol disintesis dari dua molekul karbon berasal dari asetil KoA.
Hati juga mengeluarkan kolesterol dari sirkulasi, kolesterol dari kedua sumber ini
akan diubah menjadi asam empedu yang akan masuk ke dalam kantung empedu
untuk disimpan sebagai komponen empedu.

B. Peristiwa yang Terjadi dalam Sistem Pencernaan


Saluran pencernaan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan
makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses penguyah, menelan, dan
penyerapan dengan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus. Fungsi
utama sistem percernaan adalah menyediakan bahan zat gizi yang sudah dicerna
secara berkesinambungan untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan
unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi).
 Pergerakan makanan gerakan mencampur mengaduk dan mendorong lumen akibat
kontraksi otot polos dinding saluran pencernaan mendorong isi lumen ke depan
dengan kecepatan yang tidak sama, mencampur makanan dengan liur dan
membantu absorps dengan cara mendekatkan seluruh isi lumen ke permukaan
saluran pencernaan
 Sekresi (getah cerna) mulai dari mulut sampai ke ileum dilakukan oleh kelenjar-
kelenjar menyekresi air elektrolit dan bahan-bahan tertentu seperti enzim
 Pencernaan proses pemecahan secara mekanik dan kimia molekul molekul besar
yang masuk saluran pencernaan menjadi molekul vang lebih kecil sehingga dapan
92
diserap oleh dinding saluran pencernaan
 Absorpsi makanan yang telah mengalami perubahan dalam proses penyerapan
hasil pencernaan dan lumen menembus lapisan epitel masuk ke dalam darah atau
cairan limfe Dinding saluran pencernaan empat lapisan berfungsi sebagai berikut.
o Tunika mukosa (lapisan dalam) diliputi lapisan sel epitei menyekres mukus dan
melepaskan hormon ke dalam darah membentuk kelenjar eksokrin untuk
menyekresu asam, enzim, aur. dan lon ion ke dalam lumen, berfungsi
melindungi saluran pencernaan terhadap gesekan makanan yang keras.
o Tunika submukosa: laringan ikat kedua sebelah dalam yang dilalui pembuluh
darah dan pembuluh limfe yang besar cabangnya menembus lapisan mukosa di
dalam submukosa terdapat suatu jala sel saraf (pleksus submukosa)
o Tunika muskularis (lapisan otot) kontraksinya menimbulkan gaya dorong dan
memindahkan isi saluran pencernaan. Membentuk sistem saraf enterik
membantu mengintegrasikan keaktifan motorik dan sekretorik sistem
pencernaan
o Tunika serosa (lapisan luar) jaringan ikat yang mengelilingi saluran
pencernaaan. Lapisannya sangat tipis, disebut juga peritoneum (adventitia),
menyekresi cairan serosa untuk membasahi dan mencegah gesekan organ
pencernaan dan alat dalam sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen. M.D. 2003.Intisari Biologi.Jakarta :Hipokrates

Fried, George H. 2005. Biologi.Jakarta :PT Gelora Angkasa Pratama

Irianto, Kus. 2007. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:
Yrama Wijaya

Martini, F. 2000. Fundamental of Anatomy and Physiologi.New Jersey: Prentice Hall

Pearce, Evelin C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT Gramedia

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

93
BIODATA PENULIS

Nova Dwi Pratiwi Sulastri, S.Pd,.M.Pd. penulis lahir di Ujung Pandang, 3


November 1989. Ketertarikan penulis terhadap ilmu Biologi dimulai pada
tahun 2007 silam. Hal tersebut membuat penulis memilih untuk masuk
ke Universitas Negeri Makassar dengan memilih Jurusan Pendidikan Biologi di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan berhasil lulus pada tahun 2011. Dua
tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi S2 di Jurusan Pendidikan Biologi di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alampada tahun 2012 dan berhasil lulus
pada tahun 2014.

Penulis memiliki kepakaran dibidang Pendidikan Biologi. Dan untuk mewujudkan karir
sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perguruan
tinggi dan juga Kemenristek DIKTI.Selain peneliti, penulis juga aktif menulis buku
dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang
sangat tercinta ini. Email Penulis: novadwi07@gmail.com

94
BAB 8
SISTEM GERAK

SYARIF HIDAYAT AMRULLAH, S.Pd., M.Sc.

UIN Alauddin Makassar

Pendahuluan

Pernahkah Anda memerhatikan air hujan yang jatuh membasahi bumi? Ataukah
melihat aliran air di sungai, jatuh ke bagian yang lebih rendah menjadi air terjun, lalu
bergabung bersama hempasan ombak di lautan? Pernahkah anda mempelajari tentang
transpor ion melewati membran plasma, seperti pergerakan molekul garam (NaCl)
keluar tubuh ikan pada proses osmoregulasi atau pertukaran gas Hidrogen dan Kalium
pada stomata? Apakah gerakan yang terlihat pada proses tersebut menunjukkan
bahwa air, garam, dan gas itu hidup? Tentu tidak, karena syarat utama untuk sesuatu
dikatakan hidup adalah memiliki sel sebagai unit struktural fungsional terkecil. Atom,
molekul, bahkan organel, masih belum bersyarat untuk dikategorikan sebagai suatu
yang hidup.
Sistem gerak merupakan salah satu sistem organ dalam tubuh organisme.
Beberapa sumber referensi menyebutkan bahwa kemampuan bergerak menjadi salah
satu ciri atau karakteristik utama makhluk hidup. Sesuatu dianggap hidup jika
bergerak, sebaliknya dianggap mati jika sudah tidak bergerak. Namun jika dikaji lebih
jauh, pergerakan yang dilakukan oleh makhluk hidup sebenarnya menjadi respon yang
ditunjukkan terhadap kebutuhan: seperti makan dan mencari pasangan; juga keadaan
lingkungan: seperti keberadaan predator dan kondisi ekstrem di sekitarnya.
Sistem gerak, disebut juga sistem lokomotorik atau sistem muskuloskeletal,
merupakan salah satu dari beberapa sistem organ dalam tubuh makhluk hidup, yang
terdiri dari sistem integumen, respirasi, sirkulasi, digesti, ekskresi, reproduksi,
endokrin, saraf, dan pancaindera. Istilah sistem gerak sebenarnya hanya dapat
digunakan untuk organisme tingkat tinggi, khususnya hewan dan manusia karena
kompleksitas tubuh yang sudah tersusun atas sistem-sistem organ. Pada chapter ini
akan lebih banyak membahas sistem gerak pada hewan tingkat tinggi dan manusia, tapi
95
sebelumnya tetap akan dibahas mengenai gerak pada makhluk hidup prokariot, juga
gerak pada tumbuhan.

A. Gerak pada Prokariota

Sel prokariotik adalah organisme hidup terkecil dan memiliki metabolisme yang
paling beragam. Kata prokariota sendiri berarti "pra-nukleus", organisme bersel
tunggal yang belum memiliki inti sel. Ini berarti bahwa sel prokariotik merupakan
leluhur dari sel eukariotik, karena sel prokariotik ada jauh sebelum sel eukariotik ada di
muka bumi. Sel prokariotik memiliki tiga komponen dasar: nukleoid, ribosom, dan
membran plasma (Rahmadina, dkk., 2017).

Gambar 0.1 Flagella (a) cilia (b), dan penampang mikrotubula pada Prokariota dan
Eukariota uniseluler (sumber: docplayer.net)
Prokariota secara umum dapat bergerak secara bebas ( motil), dengan
menggunakan bulu cambuk (flagella) atau rambut getar (cilia) sebagai alat gerak.
Pergerakan dengan bantuan flagella dan cilia tidak hanya terjadi pada sel prokariotik,
melainkan juga pada alga, tumbuhan, dan sperma hewan. Cilia biasanya muncul dalam
jumlah yang banyak dengan diameter 0,25 µm dan panjangnya sekitar 2-20 µm, dengan
pola kibasan seperti mendayung dengan kibasannya yang balik dan memiliki tenaga
yang berganti–ganti dengan arah yang tegak lurus terhadap sumbu cilianya. Diameter
flagella lebih panjang dari pada cilia yaitu 10–200 µm, namun jumlah flagella lebih
terbatas daripada cilia, dengan pola kibasan yang bergelombang dengan menghasilkan
gaya yang searah dengan sumbu flagella (Gambar 2).

96
Gambar 0.2 Perbedaan pola kibasan flagella dan cilia (biodifferences.com)
Meskipun, berbeda panjangnya, jumlah per sel, dan pola kibasannya, cilia dan
flagella memiliki kesamaan dalam ultrastrukturnya. Keduanya memiliki suatu inti yang
terdiri dari mikrotubula yang diselimuti oleh suatu membran yang memanjang (Gambar
1c). Mikrotubula secara khusus berfungsi dalam menggetarkan flagella dan cilia, yang
merupakan alat bantu dalam pergerakan yang menonjol pada sebagian sel Prokariota.
Sembilan doublet mikrotubula memiliki anggota dari setiap pasangannya yang
digunakan sebagian dindingnya secara bersama–sama tersusun ke dalam sebuah
cincin. Pada bagian tengahnya tersusun dua mikrotubula tunggal.

B. Gerak pada Tumbuhan

Tumbuhan sebagai makhluk hidup yang tersusun atas sel-sel eukariotik tidak
dapat melakukan pergerakan layaknya Eukariota lain seperti hewan dan manusia.
Tumbuhan yang merupakan organisme autotrof hanya melakukan pergerakan secara
pasif atau tidak dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Tumbuhan
bergerak hanya karena adanya rangsangan yang diperoleh dari faktor internal maupun
eksternal (Sumardi dkk, 2009).
Berdasarkan sumber rangsangan, pergerakan yang terjadi pada tumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu gerak endonom (autonom) dan gerak esionom (etionom).
1. Gerak Endonom (Autonom), merupakan pergerakan pada tumbuhan yang terjadi
oleh adanya rangsangan internal. Contohnya yaitu gerak higroskopis yang terjadi
karena berubahnya kandungan kadar air di dalam tubuh. Seperti pecahnya kulit
buah lamtoro (Gambar 3a), serta pergerakan pembukaan kotak spora pada
tumbuhan paku dan lumut.

97
(a) (b)
Gambar 0.3 Contoh gerak pada tumbuhan: endonom pada lamtoro dan
esionom/fototropisme (sumber: www.tropicalforages.info/ www.thoughtco.com)
2. Gerak Esionom (Etionom), merupakan pergerakan pada tumbuhan yang terjadi oleh
adanya pengaruh eksternal, dibedakan menjadi gerak tropisme, gerak nasti, dan
gerak taksis:
a. Gerak Tropisme, merupakan pergerakan pada tumbuhan yang arahnya dipengaruhi
oleh arah datangnya rangsangan. Dibedakan menjadi gerak tropisme positif ketika
mendekati ke sumber rangsangan, dan negatif ketika menjauhi sumber
rangsangannya. Gerak tropisme dapat terjadi pada semua bagian tumbuhan, mulai
dari bagian daun, percabangan, sulur, bunga, sampai akar. Berdasarkan sifat
rangsangannya, gerak tropisme terbagi menjadi:
(i) Gerak fototropisme, disebabkan oleh pengaruh rangsangan cahaya. Contohnya
yaitu tanaman yang disimpan di dalam ruangan dekat dengan jendela (gambar
3b), maka percabangan dan batang tanaman tersebut akan bergerak menuju
arah cahaya.
(ii) Gerak geotropisme, dikenal juga dengan sebutan gravitropisme merupakan
gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya gravitasi bumi. Contohnya yaitu
pergerakan akar yang tumbuh secara vertikal menuju arah pusat bumi.
(iii) Gerak hidrotropisme, disebabkan oleh adanya pengaruh rangsangan dari
sumber air. Contoh gerakan hidrotropisme yaitu gerakan ujung akar tumbuh
mendekati sumber air.
(iv) Gerak kemotropisme, disebabkan oleh adanya pengaruh rangsangan zat kimia
tertentu. Contoh gerak kemotropisme yaitu gerakan ujung akar tumbuhan
menuju arah zat kimia pupuk.

98
(v) Gerak tigmotropisme, dikenal juga dengan sebutan haptotropisme merupakan
gerak tumbuhan yang terjadi karena adanya pengaruh rangsangan sentuhan
atau persinggungan antara tanaman satu sama lain. Contohnya yaitu gerakan
membelit pada ujung sulur tanaman semangka, kacang panjang, anggur, sirih,
dan pare.
b. Gerak Nasti, merupakan gerak pada tumbuhan yang pergerakannya tidak
dipengaruhi dengan adanya rangsangan dari tanaman lain atau lingkungan luar.
Maka arah dari gerak tumbuhan akan terjadi secara acak. Terdapat enam macam
gerak nasti berdasarkan rangsangannya (Prawihartono dkk, 2000):
(i) Gerak fotonasti, disebabkan oleh adanya pengaruh rangsangan dari sinar
cahaya. Contohnya seperti pada gerak mekarnya kembang sepatu ( Hibiscus
rosasinensis) ketika siang hari dan menguncup ketika malam hari, serta
pergerakan mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) ketika sore hari.
(ii) Gerak niktinasti, terjadi karena adanya pengaruh rangsangan gelap atau pada
malam hari. Contohnya seperti gerak mengatup pada tanaman dengan daun
majemuk polong-polongan dan gerak mekarnya bunga Wijayakusuma ketika
malam hari.
(iii) Gerak tigmonasti, dikenal juga dengan gerak seismonasti disebabkan karena
adanya pengaruh rangsangan sentuhan atau getaran dari lingkungan luar.
Contoh gerak tigmonasti seperti ketika daun putri malu akan menutup apabila
disentuh.
(iv) Gerak termonasti, disebabkan karena adanya pengaruh rangsangan kenaikan
ataupun turunnya suhu. Contoh gerak termonasti seperti pada bunga tulip yang
akan mekar apabila suhu lingkungan mendadak naik dan akan menutup apabila
suhu lingkungan mendadak turun.
(v) Gerak nasti kompleks, disebabkan karena adanya pengaruh dari beberapa
rangsangan sekaligus. Contoh gerak nasti kompleks seperti ketika pergerakan
membuka dan menutup pada stomata.
(vi) Gerak hiponasti, merupakan pergerakan pembengkokan organ menuju ke
bawah, sedangkan epinasti merupakan pergerakan pembengkokan organ
menuju ke atas.

99
c. Gerak Taksis merupakan gerak perpindahan tempat pada tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang pergerakan arahnya dipengaruhi apabila rangsangannya datang.
Gerak taksis terbagi menjadi dua, yaitu gerak fototaksis dan gerak kemotaksis.
(i) Gerak fototaksis, dipengaruhi oleh adanya cahaya. Contohnya seperti
pergerakan tumbuhan Euglena menuju arah cahaya.
(ii) Gerak kemotaksis, dipengaruhi oleh adanya paparan zat kimia tertentu.
Contohnya seperti gerakan spermatozoid menuju arah sel telur.

C. Gerak pada Hewan dan Manusia

Gerak pada hewan tingkat rendah dilakukan dengan berbagai cara yang
disebabkan karena karena keanekaragamannya yang begitu tinggi. Kelompok Porifera
merupakan hewan sesil yang melekat pada substrat. Fase larva hewan ini (Gambar 4a)
bergerak dengan terhanyut sebagai plankton sebelum melekat ketika telah
mendapatkan tempat perlekatan yang ideal. Coelenterata atau Cnidaria melakukan
bergerak dengan kemampuan renang terbatas, atau dengan “jungkir balik” pada Hydra
(Gambar 4b).

Hewan parasit pada kelompok Helminthes (Gambar 4c), baik cacing pipih
(Platyhelminthes) atau pun cacing gilig (Nemathelminthes) menggunakan host
perantara (intermediate host) berupa keong. Larva serkaria bergerak menuju host
intermediet menuju host utama menggunakan flagel. Berbeda dengan dua kelompok
cacing parasit, cacing Annelida (Gambar 4d) sudah memiliki otot-otot sirkular yang
kontraksi di setiap segmennya yang menghasilkan gerakan, baik untuk cacing
Polichaeta, cacing tanah (Oligochaeta), dan lintah (Hirudinea). Hewan invertebrata
pada Filum Mollusca, sudah memiliki struktur khusus berupa kaki yang turut menjadi
ciri khas kelas dalam taksonominya. Kelompok keong dan siput (Kelas Gastropoda)
bergerak dengan kaki perut, kerang (Pelecipoda) bergerak dengan kaki kapak,
sedangkan cumi dan gurita (Cephalopoda) bergerak dengan kaki tentakel yang berada
di kepala (Gambar 4e). Beberapa kelas dalam Filum Arthropoda juga menggunakan
kaki untuk pengelompokannya. Myriapoda memiliki kaki berjumlah banyak seperti lipan
dan kaki seribu, juga Hexapoda untuk kelompok serangga dengan kaki berjumlah enam

100
(Gambar 4f). Sedangkan Filum Echinodermata yang beranggotakan bintang laut,
bintang ular, dan teripang bergerak dengan kaki tabung (Gambar 4g).

Gambar 0.4 Gambaran keberagaman alat gerak pada hewan tingkat


rendah/Invertebrata (Sumber: metazoan.net, www.researchgate.net,
cloudfront.jove.com, cdn.britannica.com, www.semanticscholar.org,
www.daviddarling.info)
Sistem gerak pada hewan tingkat tinggi, terutama manusia terdiri dari alat gerak
pasif dan aktif. Alat gerak pasif ini dibentuk oleh tulang, tulang rawan, dan ligamen.
Tulang dan tulang rawan akan membentuk sistem rangka yang berfungsi memberi
bentuk pada tubuh, melindungi organ-organ tubuh lunak seperti otak, sumsum tulang
belakang dan organ-organ di dalam rongga dada, menjadi tempat melekatnya otot
rangka, serta menjadi tempat yang aman untuk jaringan sumsum merah pembentuk sel-
sel darah. Sedangkan alat gerak aktif adalah otot rangka dan tendon. Dinamakan otot
rangka karena otot ini melekat pada sistem rangka. Otot bekerja dengan cara
melakukan kontraksi yaitu dapat memendek dan kemudian berelaksasi kembali. Kerja
otot ini disebabkan pergeseran filamen aktin dan miosin yang terdapat di dalam sel-sel
otot. Otot rangka merupakan otot penggerak tubuh utama yang mempunyai bentuk
bermacam-macam sebab otot ini bekerja untuk berbagai tipe gerakan. Kontraksi otot
pada waktu hewan bergerak akan menghasilkan panas, sehingga otot ikut mengatur
suhu tubuh, terutama pada hewan homoitermi seperti burung dan mamalia
(Koeswinarning, 2000).

101
D. Organ yang Berperan dalam Sistem Gerak

Sebagai sebuah sistem organ, sistem gerak tentunya tersusun atas beberapa
organ yang bekerja secara sistematis dalam menjalankan fungsi untuk menghasilkan
pergerakan. Penyusun sistem gerak meliputi rangka (skeletal) yang tersusun atas
tulang, tulang rawan, ligamen, serta otot (muscular), tendon, dan persendian (Gambar
5).

Gambar 0.5 Anatomi sistem musculoskeletal pada manusia (Sumber: i.pinimg.com)


Tulang. Sel-sel tulang disebut osteosit. Matriks tulang terbuat dari garam kalsium dan
kolagen dan kuat, keras, dan tidak fleksibel. Tulang memiliki suplai darah yang baik
yang memungkinkannya berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium dan untuk
memperbaiki dirinya sendiri dengan relatif cepat setelah patah tulang sederhana.
Fungsi lain dari jaringan tulang terkait dengan kekuatan matriks tulang. Kerangka
102
menopang tubuh, dan beberapa tulang melindungi organ dalam dari cedera mekanis.
Tulang rawan. Matriks protein-karbohidrat tulang rawan tidak mengandung garam
kalsium, berbeda dari tulang karena mengandung lebih banyak air, tetap kuat namun
halus dan fleksibel. Tulang rawan ditemukan pada permukaan sendi, permukaannya
yang halus membantu mencegah gesekan. Cakram tulang rawan ditemukan di antara
ruas-ruas tulang belakang sebagai bantalan yang kokoh; meredam kejutan dan
memungkinkan gerakan.

Jaringan Otot. Jaringan otot dikhususkan untuk kontraksi. Ketika sel-sel otot (juga
disebut serat otot atau miosit) berkontraksi, sel-sel tersebut akan memendek dan
menghasilkan beberapa jenis gerakan. Ada tiga jenis jaringan otot: rangka, halus, dan
jantung. Gerakan yang dihasilkan oleh masing-masing jaringan tersebut memiliki tujuan
yang sangat berbeda. Otot rangka. Otot rangka juga bisa disebut otot lurik atau otot
voluntary. Sel-sel otot rangka berbentuk silindris, masing-masing memiliki beberapa
inti, dan tampak lurik atau bergaris-garis. Jaringan otot rangka membentuk otot yang
melekat pada tulang. Otot-otot ini dilengkapi dengan saraf motorik dan dengan
demikian dapat menggerakkan rangka secara sadar. Pengecualian adalah otot
diafragma, yang tidak menggerakkan tulang melainkan memperbesar rongga toraks
dan membawa oksigen masuk ke paru-paru (Scanlon dan Sanders, 2019).

Ligamen merupakan jaringan ikat berserat kuning yang kuat dan elastis
menghubungkan satu tulang dengan tulang yang lain, sehingga ditemukan pada
persendian. Letak fibroblast pada ligamen tersebar. Berbeda dengan ligamen, tendon
merupakan jaringan ikat putih berserat yang menghubungkan ujung otot dengan
tulang, sehingga dapat ditemukan pada ujung otot rangka. Tendon tidak elastis dan
bersifat keras dengan fibroblast terletak pada baris kontinu. Sendi disebut juga
arthron. Arthrologi merupakan bagian dari anatomi yang mempelajari tentang
persambungan dalam tubuh manusia. Mekanisme arthron adalah mekanisme yang
mengulas tentang persendian dan persambungan. Persendian (diarthrose/movable
joint) adalah perhubungan dua buah tulang atau lebih secara tidak langsung.
Persendian berperan mempertahankan kelenturan kerangka tubuh. Tanpa persendian,

103
tubuh tidak mungkin melakukan berbagai gerakan. Gerakan yang dapat terjadi pada
persendian adalah sebagai berikut:
a. Persendian yang dapat bergerak sedikit (slightly movable)
Pada persendiannya tulang-tulang yang dihubungkan tidak secara langsung,
tetapi dihubungkan dengan jaringan berserabut, ada yang berbentuk cakram ( discus
arthiculare) dan yang dihubungkan oleh selaput jaringan ikat (membrane interossa).
b. Persendian yang dapat bergerak luas (freely movable joint)
Pada persendiannya tulang-tulang yang membentuk sendi ini tidak berhubungan
secara langsung karena permukaan tulang dihubungkan dengan dilapisi jaringan rawan
sendi (cartilage arthiculare) dan dipisahkan oleh suatu rongga sendi (cavum
arthiculare).
Berdasarkan jangkauan gerakan yang dimiliki, persendian dibedakan menjadi:
a. Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak dapat digerakan, letak tulang-
tulangnya sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan ikat
fibrosa. Contohnya: sutura di antara tulang-tulang tengkorak.
b. Persendian kartilagenosa, yaitu: persendian yang gerakannya terbatas, tulang-
tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan hialin, contohnya: tulang rusuk.
c. Persendian sinovial, yaitu: persendian yang gerakannya bebas, merupakan bagian
terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya: sendi bahu dan
panggul, siku dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan
tangan dan kaki.

E. Otot sebagai Alat Gerak Aktif

Jaringan otot banyak dijumpai pada hewan invertebrata dan vertebrata. Otot
merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Hampir setengah dari berat hewan
diisi dengan jaringan otot. Jaringan otot pada umumnya seperti dengan jaringan lain
yang memiliki sifat yang peka terhadap rangsangan (Iritabilitas), konduktivitas, mampu
melaksanakan metabolisme dan mampu membelah diri. Kemampuan untuk
berkontraksi disebabkan oleh sel-sel otot memiliki protein kontraktil (Yunadi, 2009).
Kontraksi pada otot berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan bagian-bagian yang
ada di dalam tubuh. Bagian-bagian otot terdapat miofibril dan miofilamen. Miofibril

104
adalah serat yang terdapat pada otot, sedangkan miofilamen benang atau filamen halus
yang dapat diperoleh dari miofibril (Ubruangge dkk, 2016).
Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan
mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi
tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang
belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang
anggota badan atas dan bawah (Bachmid, 2015).
Sistem rangka disebut sistem gerak passif karena hanya mengikuti pergerakan
yang dikendalikan oleh otot, terutama untuk otot yang melekat pada rangka (otot lurik).
Komponen utama rangka adalah tulang. Rangka manusia tersusun atas ratusan tulang
yang memiliki bentuk dan ukuran beraneka ragam. Tulang-tulang tersebut secara
umum berfungsi menggerakkan tubuh dan untuk menunjang tegaknya tubuh, sebagai
alat gerak pasif, tempat melekatnya otot rangka, memberi bentuk tubuh, melindungi
alat-alat dalam tubuh yang lemah, tempat pembentukan sel-sel darah, sebagai tempat
penimbunan mineral (Nuraeni, 2019).
Otot polos (Smooth muscle) merupakan otot yang bekerja secara tidak sadar.
Jaringan otot polos (Smooth muscle) memiliki satu inti dan tidak tampak memiliki lurik.
Jaringan otot polos ditemukan pada bagian dinding saluran pernafasan, dinding
pencernaan, saluran urogenital, dinding pembuluh darah (Palennari dkk, 2016). Otot
polos (Smooth muscle) berkontraksi lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka,
akan tetapi dapat berkontraksi dalam waktu yang lebih lama. Pergerakan otot polos
(Smooth muscle) dikontrol oleh jaringan saraf yang berbeda dari saraf yang mengontrol
otot rangka (Campbell, 2008).
Otot jantung (Cardiac muscle) merupakan jenis otot yang terdapat pada dinding
jantung. Sel-sel yang memiliki otot jantung biasa disebut dengan Cardiomyocyte atau
sel otot myocardiocyteal, yang dapat berisi 1-4 inti sel. Kontraksi yang terkoordinasi
dari sel-sel otot jantung yang memompa darah keluar dari serambi dan bilik ke
pembuluh darah kiri dan kanan (Umar, 2011).
F. Peranan Sistem Saraf dalam Mengkoordinasi Gerakan

Gerak pada manusia merupakan gerak yang terjadi pada bagian-bagian tubuh
manusia yang umumnya digerakkan oleh otot dan rangka yang dibantu oleh energi.

105
Adapun gerakan dipengaruhi oleh sendi yang bergerak ke depan maupun kebelakang
dan sebagainya. Ada dua tipe gerakan pada manusia yaitu gerak sadar dan gerak tidak
sadar atau refleks (Wulandari, 2009).
1. Gerak sadar merupakan gerak yang disengaja atau disadari disebut juga sebagai
gerak biasa. Impuls yang menghasilkan gerakan ini ditangkap oleh reseptor ke saraf
sensorik, dibawa ke otak, untuk diproses lebih lanjut. Otak kemudian mengubah
respons tersebut menjadi perintah yang harus dilakukan oleh efektor melalui saraf
motorik (Rani et al, 2022).
2. Gerak refleks merupakan gerakan tidak sadar atau tidak disengaja. Tindakan refleks
dilakukan dengan sangat cepat, dan respons terhadap rangsangan terjadi secara
otomatis tanpa kontrol otak. Impuls mengikuti jalur pendek atau jalan pintas yang
dimulai pada reseptor yang menerima rangsangan, berjalan melalui saraf sensorik
ke pusat saraf, dan kemudian diterima oleh jaringan saraf penghubung (asosiasi)
tanpa diproses di otak sebelum dikirim ke saraf motorik untuk diteruskan ke efektor,
seperti kelenjar atau otot. Tindakan refleks termasuk berkedip, bersin, dan batuk
(Wangko, 2014).

G. Kelainan dan Masalah pada Sistem Gerak

Dilansir dari website hellosehat.com, terdapat beberapa gejala atau keluhan


yang umumnya dirasakan sebagai gangguan pada sistem gerak manusia. Gangguan
muskuloskeletal ini mengganggu fungsi tulang, sendi, ligamen, tendon, hingga otot.
Gangguan ini bersifat degeneratif, menyebabkan fungsi tubuh mengalami kerusakan
secara perlahan, rasa sakit, dan mengurangi kemampuan untuk bergerak. Secara
umum, dibedakan menjadi:
1. Gangguan pada otot
a. Myalgia, atau nyeri otot, menyerang bagian otot dan cukup sering dialami. Rasa
nyeri yang terasa pada otot muncul karena otot terlalu sering digunakan dengan
gerakan berulang.
b. Fibromyalgia, adalah masalah sistem otot yang juga menimbulkan rasa nyeri pada
otot. Rasa nyeri tersebut terasa di sekujur tubuh secara bersamaan.
c. Distrofi otot, merupakan kumpulan penyakit otot yang biasanya disebabkan oleh
kondisi turun-temurun yang secara perlahan dapat melemahkan otot.
106
d. Atrofi otot, bisa disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari otot yang terlalu lama
tidak digunakan, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, hingga kondisi kesehatan
tertentu.
2. Gangguan pada tulang
a. Osteoporosis, menurut National Osteoporosis Foundation, merupakan penyakit
pengeroposan tulang dan penurunan kepadatan massa tulang yang terjadi secara
bertahap.
b. Patah tulang, sering kali terjadi karena kecelakaan, jatuh, hingga cedera akibat
olahraga. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi karena rendahnya massa otot hingga
osteoporosis yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
c. Kelainan tulang belakang (kifosis, lordosis, skoliosis). Kifosis (punggung bungkuk),
lordosis (punggung terlalu tegak dan mengarah ke belakang), dan skoliosis
(punggung membentuk huruf s).
d. Spondylolisthesis, terjadi saat tulang belakang bergeser dari tempatnya ke tulang
yang berada di bawahnya. Pergeseran tersebut menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeri.
e. Osteopenia, adalah masalah kesehatan tulang yang berawal dari hilangnya
kepadatan tulang sehingga tulang menjadi semakin rapuh.
f. Osteomalacia, merupakan kondisi saat tulang tidak bisa mengeras dan rentan untuk
bengkok atau patah. Kondisi ini biasanya terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin D.
g. Osteogenesis imperfecta (OI) adalah sekelompok gangguan langka yang menyerang
jaringan ikat. Hal ini membuat tulang menjadi rapuh dan mudah patah tanpa alasan
yang jelas.
3. Gangguan pada sendi
a. Arthritis, merupakan masalah kesehatan yang terjadi karena adanya peradangan
atau inflamasi pada persendian.
b. Bursitis, adalah peradangan dan pembengkakan yang terjadi pada bursae, yaitu
bagian dari sendi yang berupa kantung berisi pelumas.
c. Tendinitis, merupakan peradangan atau pembengkakan pada tendon yang terjadi
akibat cedera yang terjadi secara tiba-tiba.
d. Carpal tunnel syndrome, adalah kondisi yang menyebabkan rasa sakit, mati rasa,
nyeri pada telapak dan lengan. Kondisi ini bisa terjadi apabila mengalami
107
peradangan pada sendi (arthritis) di sekitar tendon di pergelangan tangan yang
menekan saraf median.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. Struktur Hewan (2010). Makassar: FMIPA UNM.


Bachmid, Abdurrachman Rizal, Rizzky Yuniar Hakkun and Fadilah Fahrul. "Media
Pembelajaran Interaktif Sistem Rangka Manusia Berbasis Mobile Android."
Jurnal Informatika dan Komputer PENS Vol.2, No.2, 2015 (2015).
Campbell, N., Urry, L. A., Cain, M. L., Minorsky, P. v., Wasserman, S. A., & Orr, R. B.
(2020). Biologi 12th Edition. In Biology.
Deny Maryadi, “7he Nervous System: Structure and Control of Movement". Jurnal
Menejemen Sains. Wulandari I.P. "Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon
Manusia Berbasis Mikrokontroler AT 89S8252. _Jurnal Neutrino_.Vol. 1, No. 2
(2009): h 208-219.
Hellosehat.com. (2022, 10 juni). Sistem Gerak pada Manusia dan Gangguannya.
Diakses pada 11 September 2022, dari
https://hellosehat.com/muskuloskeletal/sistem-gerak-pada-manusia/
Irawati L. Aktifitas Listrik pada Otot Jantung. _Jurnal Kesehatan Andalas_. (2015).
Koeswinarning, S., 2000. Peranan alat lokomosi sebagai sarana kelangsungan hidup
hewan: suatu kajian anatomi fungsional. Bogor: IPB University.
Nuraeni. "Pengembangan Handout Berbasis Team Assisted Individualization (TAI) Pada
Materi Sistem Gerak Kelas XI di MA Madani Paopao." Skripsi (2019).
Prawihartono, S., dkk. 2000. Ilmu Pengetahuan Terpadu (Biologi, Fisika Dan Kimia).
Cet.I. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Palennari, M. dkk. Biologi Dasar Bagian Pertama. Makassar: Alauddin University Press,
2016.
Rahmadina, Febriani, H., Biologi Sel Unit Terkecil Penyusun Tubuh Makhluk Hidup
(2017). Surabaya: CV. Selembar Papyrus.
Rani, D., Pranata, L., Anggraini, N., & Siringoringo, L. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh
Manusia.https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=6ZheEAAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PA83&dq=Anatomi+Fisiologi+Tubuh+Manusia+Oleh+Destri+Maya+Rani,+Lil
ik+Pranata,+Novita+Lizza&ots=agBWms5q6y&sig=3MECUQZQofJNSXvbuYwqh7
XhWaQ
Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2019). Essentials of Anatomy and Physiology (8th ed.).
F.A. Davis
Company.https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=hXR0DwAAQBAJ&oi=f
nd&pg=PR1&dq=anatomy+and+physiology&ots=LuymKxsIW&sig=d6PE0uefqpb
Pn9xoqsDA2ObOtjM&redir_esc=y#v=onepage&q=motility&f=false
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia.Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 2012.
108
Sinaga, E. dan Melva Silitonga. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan: UNIMED
Press, 2011.
Sugiyanto dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas Terbuka, 1998.
Sumardi, Y., dkk. 2009. Konsep IPA dasar. Jakarta: UniversitasTerbuka
Ubruangge, T. Wangko, S. dan Kalangi, R.J.S. “Gambaran Histologik Otot Jantung Pada
Hewan Coba Postmortem”. Jurnal e-Biomedik. Vol. 4 No. 2 (2016): h. 1-5.
Wangko S. Sistem Membran dan Struktur Halus Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik,
Volume 6, Nomor 3. (2014): h 27-32.
Wulandari, P., I. "Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroler AT 89S8252". Jurnal Neutrino Vol. 1, No. 2, 2009.
Yunadi (2009). Fisiologi Manusia. Jakarta: Erlangga.

109
BIODATA PENULIS

Syarif Hidayat Amrullah, S.Pd., M.Sc. Lahir di Bilamporoa tanggal 6


Januari 1990. Penulis tumbuh dari anak menjadi remaja dan
mengenyam bangku Pendidikan Dasar, SD hingga SMA di
Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba. Bermula dari Sekolah
Dasar Negeri 133 Hila-hila, kemudian SMP Negeri 1 Bontotiro, dan
dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Bontotiro. Mulai merantau pada tahun
2007 untuk mengejar cita-cita sebagai pendidik, penulis memilih melanjutkan
pendidikan S-1 pada Prodi Pendidikan Biologi Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas
Negeri Makassar dan akhirnya selesai di tahun 2012. Tak berhenti di situ, penulis
kemudian melanjutkan studi S-2 di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada pada
tahun 2013-2015 dengan beasiswa BPPDN. Tahun 2016-2019 diterima menjadi dosen
tetap pada Prodi Biologi di Universitas Cokroaminoto di bawah naungan Kopertis
Wilayah IX Sulawesi. Alhamdulillah, sejak tahun 2019 hingga sekarang menjadi abdi
negara di Jurusan Biologi FST UIN Alauddin Makassar dengan mata kuliah binaan
Taksonomi Invertebrata. Sejak berkarir sebagai dosen dari tahun 2016 hingga saat ini,
penulis mendalami peminatan Zoologi dengan mengampu mata kuliah seperti:
Taksonomi Vertebrata, Perilaku Hewan, Ikhtiologi, Entomologi, Biologi Laut dan Biologi
Umum.

110
BAB 9
SISTEM REPRODUKSI

Dr. ADRIANI, M.Kes

Universitas Patompo

Salah satu ciri makhluk hidup adalah melakukan reproduksi. Dengan melakukan
reproduksi maka kelestarian spesies suatu makhluk hidup tetap terjaga. Selain itu juga
terjadi penambahan populasi akibat dari reproduksi. Berdasarkan prosesnya,
reproduksi pada makhluk hidup dibedakan menjadi 2 yaitu reproduksi secara aseksual
dan seksual.

1. Reproduksi aseksual (vegetatif), adalah perbanyakan jumlah individu tanpa


disertai peleburan sel gamet jantan (sperma) dan betina (ovum). Organisme yang
melakukan reproduksi aseksual umumnya berasal dari golongan invertebrata
(organisme uniseluler). Contoh reproduksi aseksual adalah:
- Membelah diri, contohnya pada bakteri
- Pembentukan tunas, contohnya pada beberapa jenis tumbuhan dan hydra
- Fragmentasi, contohnya pada cacing.
2. Reproduksi secara seksual (generatif) adalah perbanyakan jumlah individu melalui
peleburan sel sperma dan ovum. Kebanyakan reproduksi secara seksual terjadi
pada organisme vertebrata (multiseluler). Dengan melakukan reproduksi secara
seksual maka makhluk hidup akan memiliki keragaman yang cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena terjadi penggabungan kromosom yang mengandung informasi
genetik berbeda dari kedua induknya. Contoh reproduksi seksual adalah
pembentukan biji pada tumbuhan dan pembentukan embrio pada manusia.
Pada tumbuhan, yang berperan sebagai organ reproduksi betina adalah putik
sedangkan organ reproduksi jantannya adalah benang sari. Apabila putik jatuh di
kepala sari maka proses ini disebut sebagai penyerbukan atau polinasi.

111
Penyerbukan selanjutnya akan diikuti dengan pembuahan sehingga terbentuk
embrio.

Hewan vertebrata termasuk manusia organ reproduksinya tersusun dalam satu


sistem, yang dikenal sebagai sistem reproduksi. Cakupan sistem reproduksi pada
manusia cukup luas, meliputi hormon dan organ reproduksi pada pria dan wanita. Pada
bab ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada manusia.

1. Hormon reproduksi pada manusia


Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, diperlukan
dalam jumlah yang sedikit dan berfungsi untuk regulasi sistem tubuh. Hormon
reproduksi dihasilkan oleh kelenjar reproduksi dan berfungsi untuk perkembangan
organ dan aktivitas seksual. Beberapa jenis hormon yang terlibat dalam sistem
reproduksi diperlihatkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hormon yang terlibat dalam sistem reproduksi
Nama hormon Dihasilkan oleh Fungsi
Luteinizing hormon Pituitari anterior - Pelepasan hormon estrogen dan
(LH) progesteron
- Memicu ovulasi
- Pematangan folikel
- Mengatur produksi testosteron
Folikel stimulating Pituitari anterior - Merangsang spermatogenesis
hormone (FSH) - Merangsang pembentukan folikel
primer pada ovarium wanita
Prolaktin/luteotropik Pituitari anterior Pelepasan progesterone dan untuk
hormone proses menyusui
Estrogen Ovarium Pada wanita : merangsang produksi
ovum, perkembangan ciri sekunder
wanita dan proliferasi endometrium
Testosterone Testis Memicu perkembangan organ reproduksi
pria dan ciri sekunder pada pria
Progesteron Ovarium Merangsang sekresi cairan rahim
Human chorionic Plasenta Meningkatkan pertumbuhan korpus
gonadotropin luteum, sekresi estrogen dan
(HCG) progesterone

112
2. Sistem reproduksi pria
a) Alat kelamin bagian luar
- Penis
Penis terletak pada luar tubuh pria dan berfungsi untuk memasukkan sperma
ke dalam vagina wanita (kopulasi). Struktur morfologi penis terdiri atas akar,
batang dan kepala. Akar penis melekat pada bagian bawah perut (dekat dasar
panggul) dan mengandung jaringan erektil (jaringan yang peka terhadap
rangsangan seksual). Batang penis merupakan penghubung antara bagian
akar dan kepala. Bagian batang juga mengandung jaringan erektil dan
berfungsi sebagai alat kopulasi. Kepala penis terletak pada bagian ujung dan
mengandung uretra sebagai saluran sperma dan urine.
Untuk melakukan kopulasi diperlukan aktivitas ereksi dan ejakulasi. Ereksi
adalah proses pembesaran dan pengerasan penis akibat terisi darah. Ejakulasi
adalah pengeluaran air mani (campuran antara cairan sekresi kelenjar dan
sperma) dari penis. Sperma yang dikeluarkan melalui proses ejakulasi
selanjutnya akan membuahi ovum pada wanita.
- Testis
Testis merupakan kelenjar reproduksi pria, jumlahnya sepasang dan dilindungi
oleh kantung pelindung (skrotum). Posisi testis yang berada di luar tubuh
berkaitan dengan suhu yang diperlukan untuk pembentukan sperma
(spermatogenesis). Proses pembentukan sperma memerlukan suhu yang lebih
rendah dibandingkan suhu tubuh. Pada bagian dalam testis terdapat saluran
berkelok-kelok disebut dengan tubulus seminiferous. Proses
sepermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferous. Selain menghasilkan
sperma, testis juga menghasilkan hormon testosteron (tabel 1). Hormon
tersebut dihasilkan oleh sel-sel Leydig yang terletak di celah-celah tubulus
seminiferous.
b) Alat kelamin bagian dalam
- Saluran pengeluaran
Epididimis
Epididimis merupakan saluran yang terdapat di dalam skrotum dan
melekat di belakang testis. Fungsi epididimis adalah menampung dan
113
mematangkan sperma hasil spermatogenesis. sperma dapat tersimpan
selama kurang lebih 1 bulan di dalam epidimis. Ketika terjadi ejakulasi
maka otot polos penyusun epididimis akan berkontraksi dan mendorong
sperma menuju vas deferens.
Vas deferens
Vas deferens adalah saluran yang terletak di belakang kantung sperma
(vesikula seminalis), menghubungkan antara epididimis dengan kantong
sperma. Ketika terjadi ejakulasi, maka sperma dari epididimis akan
dialirkan dalam vas deferens menuju uretra .
Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan perpaduan antara vas deferens dan vesikula
seminalis. Fungsi saluran ejakulasi adalah menyemprotkan sperma masuk
ke dalam uretra.
Uretra
Uretra pada pria merupakan saluran panjang yang terletak di dalam penis.
Sebagai organ reproduksi, uretra mengalirkan sperma keluar tubuh.
Namun uretra juga berfungsi untuk mengalirkan urine dari kandung
kemih. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa uretra pada pria
berfungsi gand, yaitu sebagai saluran reproduksi dan saluran ekskresi.
- Vesikula seminalis
Vesikula seminalis disebut juga sebagai kantung mani, berjumlah sepasang
dan terletak di bawah kandung kemih. Fungsi vesikula seminalis adalah
mensekresikan cairan kental (mengandung fruktosa dan vitamin), sebagai
sumber energi untuk pergerakan sperma.
- Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kantung kemih dan bentuknya menyerupai
biji kenari. Fungsi kelenjar prostat adalah mensekresikan cairan yang
mengandung posfolipid ke dalam kantung kemih. Cairan tersebut berguna
untuk melindungi dan menutrisi sperma.

114
Gambar 1. Sistem reproduksi pada pria

Sumber : https://id.pinterest.com
c) Spermatogenesis
Proses pembentukan sperma dikenal dengan istilah spermatogenesis. Proses
spermatogenesis dimulai ketika pria mulai memasuki masa pubertas dan
berlangsung terus menerus selama hidup. Waktu yang diperlukan untuk satu
kali tahapan spermatogenesis kurang lebih 64 hari. Tahap awal
spermatogenesis dimulai ketika spermatogonium diploid (jumlah kromosom = 2n)
membelah secara mitosis membentuk spermatosit primer. Tahap berikutnya
adalah spermatosit primer membelah secara meiosis 1 membentuk spermatosit
sekunder yang diploid. Spermatosit sekunder membelah secara meiosis 2
membentuk 4 spermatid yang haplod (jumlah komosom = n). Spermatid
merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor. Spermatid akan mengalami
pematangan dan diferensiasi di dalam epididimis. Hanya sperma yang matang
yang dapat membuahi ovum. Proses spermatogenesis diperlihatkan pada
Gambar 2.

115
Gambar 2. Spermatogenesis pada pria

https://hisham.id/wp-content/uploads/2015/05

3. Sistem reproduksi wanita


1) Alat kelamin luar
- Vulva
Vulva merupakan celah yang terdapat pada bagian luar alat reproduksi
wanita. Vulva tersusun atas mons pubis, yaitu bagian terluar vulva yang
mengandung jaringan lemak. Pada wanita dewasa, mons pubis akan
ditumbuhi oleh rambut-rambut halus. Secara umum vulva berfungsi untuk
melindungi vagina
- Labia mayora dan labia minora
Labia mayora terletak pada bagian bawah vulva dan jumlahnya sepasang.
Pada bagian dalam labia mayora, terdapat sepasang labia minora. Fungsi
labia mayora dan labia minora adalah melindungi vagina sama seperti
vulva.
- Klitoris
Klitoris merupakan tonjolan kecil seukuran kacang polong yang terdapat
pada bagian dalam labia mayora dan labia minora. Klitoris peka terhadap
rangsangan seksual karena mengandung banyak ujung saraf perasa dan
pembuluh darah.

116
2) Alat kelamin dalam
- Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita yang berada dalam rongga
panggul. Jumlah ovarium sepasang dan berfungsi untuk menghasilkan ovum
melalui proses oogenesis. Selain itu ovarium juga memproduksi hormon
estrogen dan progesteron.
- Saluran reproduksi
Vagina
Vagina merupakan saluran reproduksi wanita yang berbentuk tabung.
Fungsi vagina adalah alat kopulasi pada wanita dan tempat keluarnya bayi
dari rahim. Dinding vagina terdiri atas 4 lapisan yaitu (1) lapisan dalam yang
tersusun atas epitel squamosa (memungkinkan vagina mengembang saat
persalinan), (2) lapisan jaringan ikat (berisi pembuluh darah). (3) jaringan
otot (terdiri atas lapisan otot longitudinal dan otot lapisan otot sirkuler), dan
(4) lapisan luar jaringan ikat (berhubungan dengan organ dalam dan
pembuluh saraf).
Oviduk/Tuba fallopi
Saluran yang menghubungkan antara ovarium dengan uterus disebut
dengan oviduk. Bentuk oviduk menyerupai corong dengan panjang ± 10 cm.
Jumlah oviduk sepasang dan masing-masing dilengkapi dengan jumbai-
jumbai (fimbrae) pada bagian ujungnya. Fungsi fimbrae adalah menangkap
ovum yang berasal dari ovarium dan membawanya ke rahim. Fungsi oviduk
sendiri adalah tempat pertemuan antara sperma dan ovum (fertilisasi).
Uterus/rahim
Uterus memiliki bentuk yang menyerupai buah pir dengan bagian bawah
yang menyempit. Bagian yang menyempit tersebut dinamakan mulut rahim
(serviks). Uterus merupakan tempat berkembangnya zigot setelah terjadi
fertilisasi. Dinding uterus mengandung otot polos dan lapisan endometrium
(tersusun atas jaringan epitel dan pembuluh darah). Ketika terjadi fertilisasi
maka dinding endometrium akan menebal, namun jika tidak terjadi
fertilisasi maka dinding endometrium akan meluruh (menstruasi).

117
Gambar 3. Sistem reproduksi wanita

Sumber : https://id.pinterest.com/
3) Proses pembentukan ovum/oogenesis
Oogenesis terjadi di dalam ovarium dan telah dimulai sejak janin dalam
kandungan. Ketika lahir, wanita telah memiliki jutaan ovum di dalam tubuhnya.
Seiring waktu ovum mengalami penyusutan akibat apoptosis dan jumlahnya
hanya tersisa 300.000 saja saat memasuki masa pubertas. Ovum mulai
dilepaskan dari ovarium ketika memasuki masa pubertas dan dikenal dengan
nama menstruasi.
Tahap awal oogenesis dimulai ketika oogonium membentuk oosit primer
melalui pembelahan mitosis. Oosit primer mengalami pembelahan meiosis 1
menghasilkan satu oosit sekunder dan tiga badan polar primer yang diploid.
Oosit sekunder dan badan polar primer selanjutnya membelah secara meiosis
2 membentuk ootit dan badan polar sekunder yang haploid. Oosit sekunder
kemudian berdiferensiasi membentuk ovum yang siap untuk dibuahi (Gambar
4). Proses oogenesis berbeda dengan spermatogenesis dari segi jumlah sel
yang dihasilkan. Oogenesis dalam satu kali siklus menghasilkan satu ovum
sedangkan spermatogenesis dalam satu siklus menghasilkan 4 sperma.

118
Gambar 4. Oogenesis pada wanita

https://imgix3.ruangguru.com/

4. Gangguan sistem reproduksi


Beberapa gangguan reproduksi yang sering ditemukan adalah:
- Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah pertumbuhan sel-sel abnormal
pada bagian mulut rahim. Penyakit ini umumnya ditemukan pada wanita yang
telah berumur, namun saat ini telah ditemukan pada wanita usia produktif (20-30
tahun). Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti, namun diduga
akibat infeksi human papilloma virus (HPV). Seseorang dapat tertular HPV
melalui hubungan seksual. Faktor resiko kanker serviks meliputi orang yang
berhubungan seksual pada usia muda (< 16 tahun), sering berganti pasangan
seksual, kebersihan organ genitalia kurang terjaga, jarak persalinan yang dekat
dan wanita perokok. Kanker serviks tidak menunjukkan gejala awal namun
terdeteksi apabila telah berada pada stadium lanjut. Oleh karena itu diperlukan
skrining awal berupa pemeriksaan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks.
- Endometriosis merupakan suatu kondisi di mana jaringan endometrium
bermigrasi dan tumbuh di luar rahim (endometrium implant). Dalam kondisi
normal, sebagian wanita yang menstruasi mengalami nyeri perut bagian bawah,
namun jika terjadi endometriosis maka rasa nyeri tersebut bertambah hebat. Hal
ini disebabkan karena endometrium implant turut bereaksi terhadap hormon

119
estrogen sama halnya dengan endometrium. Endometriosis dapat menimbulkan
infertilitas jika tidak segera ditangani.
- Policystic ovary syndrome (PCOS), akhir-akhir ini sering ditemukan di
masyarakat dan berkaitan dengan kondisi kesehatan wanita pada usia subur.
PCOS disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon androgen sehingga memicu
kista kecil pada ovarium. Hal ini menyebabkan ovum yang dihasilkan berukuran
kecil sehingga menghambat proses fertilisasi.
- Keputihan adalah kondisi normal pada wanita di mana cairan atau lendir kental
keluar dari vagina. Keputihan dianggap tidak normal apabila timbul rasa gatal
pada vagina, terjadi perubahan warna dan bau pada lendir vagina. Penyebab
faktor yang menyebabkan keputihan adalah infeksi jamur Candida albicans,
bakteri Chlamydia trachomatis dan Trichomonas vaginalis. Keputihan juga dapat
disebabkan oleh infeksi penyakit menular seksual seperti gonorrhoe. Pada ibu
hamil, keputihan meningkatkan resiko gangguan janin, seperti kelahiran
prematur dan keguguran
- Azoozpermia, Kondisi di mana sperma tidak ditemukan dalam cairan ejakulasi
disebut azoospermia. Pria dengan azoospermia bersifat infertile yang artinya
tidak mampu menghasilkan keturunan (mandul), karena tidak memiliki sperma
untuk membuahi ovum. Penyebab azoopermia diantaranya kerusakan pada
testis, infeksi penyakit, rokok dan paparan zat kima.
- Kanker prostat, Penyebab kanker prostat adalah pertumbuhan sel yang
abnormal pada kelenjar prostat. Perkembangan sel kanker prostat cukup lambat
dan seringkali terdeteksi pada saat stadium akhir. Namun gejala awal yang dapat
dideteksi adalah kesulitan untuk berkemih, terdapat darah pada urine dan nyeri
saat berkemih.
- Gonorrhea disebabkan oleh bakteri Neissheria gonorrhea dan ditularkan melalui
hubungan seksual. Pria dan wanita memiliki gejala yang berbeda ketika
terinfeksi bakteri gonorrhoe. Gejala gonorrhoe pada pria adalah keluarnya
cairan seperti nanah pada ujung penis (kencing nanah). Pada wanita, gonorrhoe
ditandai dengan keputihan berlebih, nyeri ketika buang air kecil dan pendarahan
setelah berhubungan seksual. Dalam jangka panjang, gonorrhoe dapat

120
menyebabkan infertilitas, infeksi persendian dan organ lain, serta kebutaan pada
bayi.
5. Upaya untuk menjaga kesehatan organ reproduksi
Kesehatan organ reproduksi perlu dijaga baik pada pria dan wanita. Dengan
menjaga kesehatan sistem reproduksi maka potensi untuk mendapatkan
keturunan semakin besar. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
diantaranya:

- Menjaga kebersihan organ genitalia.


- Menggunakan pakaian dalam yang bahannya menyerap keringat.
- Tidak berganti-ganti pasangan seksual
- Menghindari paparan asap rokok dan bahan kimia lainnya yang berpotensi
menyebabkan mutasi DNA pada sel
- Jika mengalami gangguan reproduksi jangan ragu mendatangi
puskesmas/rumah sakit untuk meminta pertolongan
- Melakukan pemeriksaan papsmear rutin sebagai upaya deteksi dini terhadap
kanker serviks
- Konsumsi makanan bergizi
- Aktif berolahraga

DAFTAR PUSTAKA
Apriza, A., Fatmayanti, A., Ulfiana, Q., Ani, M., Dewi, R. K., Amalia, R., ... & Sudra, R. I.
2020. Konsep Dasar Keperawatan Maternitas. Yayasan Kita Menulis

Christian, H. T. 2018. Insidensi Azoospermia di Klinik Andrologi RSUD dr. Soetomo


Periode Januari 2016–Desember 2016. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 18(1).

Lilis, F. Diktat Sistem Reproduksi I Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi.

Mukhlisiana Ahmad, S. S. T. 2020. Perilaku Pencegahan Kanker Serviks. Media Sains


Indonesia.

Naviri, T. 2011. Buku Pintar Ibu Hamil. Elex Media Komputindo.

Rima Wirenviona, S. S. T., Riris, A. A. I. D. C., & ST, S. 2020. Edukasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. Airlangga University Press.
121
Rizal, D. M. 2021. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria. UGM PRESS.

Safrida, 2022. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Syiah Kuala University Press.

Suharto, Idola P.S.Nurseskasatmata, S.E. 2020. Fisiologi Sistem Endokrin. Unik Press.

122
BIODATA PENULIS

Dr. Adriani M.Kes. Lahir di Ujung Pandang pada tanggal 4 Juni 1984.
Beliau dibesarkan di desa Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan. Pendidikan formal dimulai dari Sekolah Dasar
Negeri 196 Tritiro, SMPN 2 Bontobahari Kabupaten Bulukumba dan
SMUN 5 Makasar. Beliau kemudian melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang universitas. Beliau
menyelesaikan strata sarjana (S1) di jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin (2007), program magister (S2) di jurusan
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2010) dan
program doktor (S3) di Program Doktor Ilmu Kedokteran Universitas Brawijaya (2022). Saat ini
Beliau tercatat sebagai dosen tetap Universitas Patompo pada Program Studi Pendidikan
Biologi. Mata kuliah yang pernah diampu oleh beliau adalah mikrobiologi, mikrobiologi pangan,
fisiologi tumbuhan, zoologi invertebrata, tehnik laboratorium, anatomi dan fisiologi manusia.

123
BAB 10
BIOTEKNOLOGI

Dr. HERLINA, S.Pd., M.Pd

Universitas Patompo

A. Definisi Bioteknologi

Pada zaman sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa Bioteknologi


berkembang sangat pesat dikalangan masyarakat. Bioteknologi merupakan salah satu
cabang ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup (mikroorganisme)
dan produk dari makhluk hidup berupa enzim dan alkohol untuk memproduksi barang
dan jasa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bioteknologi terdiri dari tiga suku kata yang berasal dari bahasa Latin,
yakni bios artinya hidup, tekno artinya penerapan dan logos artinya ilmu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bioteknologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang prinsip pemanfaatan sistem kehidupan dan organisme
melalui teknik modern untuk mengubah, mengembangkan serta menciptakan
produk baru baik dari segi segi kualitas maupun kuantitas yang berguna untuk
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Kotijah (2019) dalam bukunya dengan judul Pengaturan Baku Mutu
Bioteknologi, menjelaskan bahwa bioteknologi itu melakukan penerapan teknik-teknik
yang sesuai untuk mendayagunakan organisme atau mikroorganisme yakni sel dan
jaringan makhluk hidup untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam rangka
membantu perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat.
European Federation ofsssss Biotechnology (EFB) menyatakan bahwa bioteknologi
merupakan integrasi antara ilmu pengetahuan alam dengan ilmu rekayasa yang dipadu
padankan dengan tujuan meningkatkan pemanfaatan organisme hidup, sel, bagian dari
organisme hidup, untuk menghasilkan produk baik itu berupa barang ataupun jasa.

Menurut Supriatna (1992 ) menjelaskan bahwa bioteknologi merupakan


pemanfaatan prinsip–prinsip ilmiah dan rekayasa terhadap organisme
124
(mikroorganisme), sistem atau proses biologis untuk menghasilkan dan meningkatkan
potensi suatu organisme (mikroorganisme) dalam menghasilkan produk dan jasa bagi
kepentingan hidup manusia.

Menurut Taryono (2016), dalam bukunya dengan judul Pengantar Bioteknologi


untuk Pemuliaan Tanaman berikut pengertian bioteknologi mengatakan bahwa
Bioteknologi merupakan kumpulan teknik yang melibatkan organisme atau senyawa
yang dihasilkannya untuk menghasilkan atau mengubah produk, memperbaiki tanaman
atau hewan, atau mengembangkan jasad renik untuk tujuan tertentu. Bull et al. (1982),
bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan
rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan aktivitas jasad
hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa. Primrose (1987) bioteknologi
merupakan eksploitasi komersial organisme hidup atau komponennya (sel, enzim).

OECD (1982) menyatakan bahwa Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-


prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan
dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa. OTA-US (1982)
menyatakan bahwa, Bioteknologi merupakan teknik pendayagunaan organisme hidup
atau bagian organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau mengembangkan mikroorganisme
untuk penggunaan khusus.

Mengutip dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa bioteknologi merupakan pemanfaatan prinsip-prinsip pengetahuan
dan rekayasa dalam pemanfaatan organisme baik secara sederhana maupun secara
modern dalam rangka menghasilkan produk berupa barang dan jasa untuk
meningkatkan kesejahteran manusia.

B. Ciri-ciri Bioteknologi

Siti Nur Aidah (2020) dalam buku karangannya dengan judul Bisnis Super Kreatif
Produk Bioteknologi, dalam pemfaatan bioteknologi menggunakan mikroorganisme
atau bagiannya untuk meningkatkan nilai tambah suatu bahan. Bioteknologi pada

125
umumnya menggunakan bakteri, virus, jamur, dan kultur tumbuhan serta hewan,
termasuk teknik hidroponik (rekayasa genetik).

Adapun ciri-ciri bioteknologi yaitu, adanya agen biologi berupa mikroorganisme


(tumbuhan dan hewan), terdapat pendayagunaan secara teknologi dan industri, produk
yang dihasilkan dari bioteknologi berupa hasil ekstraksi serta pemurnian, adanya
produk turunan atau jasa yang dipakai dari proses penggunaan agen biologi. Adapun
agen yang digunakan ini tidak hanya berbentuk fisik, melainkan hasil metabolit
sekunder atau enzim yang dihasilkan, penggunaan agen biologi dilakukan melalui suatu
cara atau metode.

C. Sejarah Perkembangan Bioteknologi

Bioteknologi telah dikenal dan digunakan selama hampir lebih dari 6000 tahun
yang lalu pertama kali diperkenalkan oleh Karl Ereky pada tahun 1919 seorang insinyur
berkebangsaan Hungaria. Dalam sejarah mencatat bahwa bangsa Babilonia dari Mesir
Kuno, dan bagsa Romawi telah melakukan suatu praktik bioteknologi konvensional
berupa pengembangbiakan ternak dengan metode selektif artifisial pada tahun 8000
SM. Bangsa Tionghoa juga telah membuat produk fermentasi susu seperti yoghurt dan
keju sejak tahun 4000 SM. Seiring perkembangan zaman bioteknologi semakin
bergerak maju berkat Gregor Mendel. Gregor Mendel menginspirasi para peneliti
peneliti lain untuk melakukan suatu penelitan dalam bidang genetika berkat
penemuannya tentang hukum-hukum pewarisan sifat.
Kemudian ilmuwan Stewart Linn dan Werner Arber pada akhir tahun 1960-an
berhasil mengisolasi enzim yang berperan dalam menghambat pertumbuhan
bakteriofag yang menyerang bakteri E. coli. H.O. Smith, K.W. Wilcox, dan T.J. Kelley
pada tahun 1986, yang bekerja di Johns Hopkins University berhasil mengisolasi dan
mengkarakterisasi enzim nuklease restriksi pertama yang dapat digunakan untuk
memotong DNA. Dari penemuan-penemuan inilah yang akhirnya mendukung adanya
penemuan-penemuan baru oleh para peneliti, misalnya antibodi monoklonal, insulin,
dan tomat tahan hama dengan menggunakan teknik bioteknologi modern serta masih
banyak lagi penemuan lainnya.

126
Perkembangan bioteknologi dengan pesat dan cepat hampir merambah
kesemua aspek kehidupan manusia, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini
ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi. Teknologi ini memungkinkan
kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang
belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS.
Di zaman dulu pada dunia medis, penerapan bioteknologi dibuktikan dengan
penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin meskipun masih dalam jumlah yang terbatas
karena menggunakan proses fermentasi yang tidak sempurna kemudian perubahan
terjadi secara signifikan setelah Louis Pasteur menemukan bioreaktor, alat ini dapat
memproduksi antibiotik dan vaksin secara massal.
Sejarah perkembangan bioteknologi digolongkan ke dalam beberapa periode, yakni:

1. Periode Bioteknologi Tradisional (Pada tahun 6000 SM)

Pada masa ini mulai dikenal teknik fermentasi. Pengolahan atau pengawetan bahan
makanan dan minuman dengan menggunakan mikroba sehingga terjadi fermentasi
secara alamiah. Periode ini berlangsung sebelum tahun 1800 M pada mulanya
masyarakat babilonia melakukan proses pembuatan bir dengan menggunakan ragi
tanpa menyadari bahwa telah terjadi proses bioteknologi, masyarakat belum mengenal
istilah bioteknologi pada masa itu dikarenakan belum ada ilmu yang menjelaskan
tentang hal tersebut. Selain pembuatan bir juga terdapat bahan makanan dan minuman
yang pengolahannya dengan proses fermentasi misalnya tempe, sake, roti, kecap dan
oncom dan lain lain.

2. Periode Bioteknologi Ilmiah (Pada tahun 1800 SM sampai pertengahan abad ke-19)

Pada periode ini bioteknologi mulai dikenal oleh manusia dikarenakan rasa ingin tahu,
mereka mulai menyadari bahwa terbentuknya produk dari hasil fermentasi bukan
sesuatu hal yang terjadi begitu saja tetapi ada proses yang terjadi di dalamnya dan ada
peran makhluk hidup. Manusia mulai melakukan penelitian dengan menggunakan
prinsip-prinsip ilmiah untuk membuktikan kebenaran itu, dari hasil penelitian
didapatkan bahwa dari ragi tersebut terdapat mikroorganisme yang ternyata dapat
mengubah gula menjadi alkohol. Pada masa ini hasil bioteknologi bukan hanya

127
makanan dan minuman saja akan tetapi produk lain seperti obat-obatan (antibiotik dan
penisilin), dan selanjutnya istilah bioteknologi mulai diperkenalkan oleh ilmuwan Karl
Ereky (1919).

3. Periode Bioteknologi Modern (setelah perang dunia ke-2 sampai sekarang)


Pada periode bioteknologi modern ini diawali dengan penemuan enzim endonuklease
retriksi yang berfungsi untuk memotong dan menyisipkan DNA tertentu kedalam tubuh
makhluk hidup, karena zaman semakin berkembang seiring dengan berkembangnya
kebutuhan manusia disemua aspek maka perlu ada upaya untuk menghasilkan bahan
pangan serta obat-obatan melalui suatu proses yang lebih cepat dan tepat dengan
memperhatikan dampak yang bisa terjadi.

D. Jenis Jenis Bioteknologi


1. Bioteknologi konvensional

Bioteknologi konvensional merupakan pemanfaatan mikroorganisme (bakteri, jamur,


virus, dll) untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa melalui proses yang
sederhana dan alamiah yang biasa disebut dengan proses fermentasi. Bioteknologi
konvensioanal terbatas pada peran mikroorganisme saja dengan hasil produk dalam
skala kecil karena teknik yang digunakan masih sangat sederhana serta ruang lingkup
yang terbatas pula. Prinsip dasar dari bioteknologi konvensional yakni dengan
pemanfaatan mikroorganisme utuh secara langsung tanpa melalui proses rekayasa.
Bioteknologi konvensional yang selalu kita dan sering jumpai dalam kehidupan sehari-
hari misalnya pembuatan tempe, roti, tape, dan kecap serta masih banyak lagi yang
lainnya.

Tabel 1. Contoh Produk Bioteknologi Konvensional

No Nama Produk Mikroorganisme Keterangan


1 Kecap Aspergillus wentii Mikroorganisme yang berperan
dalam proses pembuatan kecap yang
ditumbuhkan dalam kulit gandum,
kemudian Aspergillus wentii bersama

128
dengan bakteri asam laktat di dalam
kedelai menghancurkan campuran
gandum dan terfermentasi untuk
menghasilkan kecap yang siap
dikomsumsi
2 Oncom Neurospora Oncom makanan fermentasi yang
sitophila terbuat dari bahan ampas kedelai
dengan bantuan mikroorganisme
tersebut sehingga dapat
menghasilkan zat warna merah atau
orange yang merupakan pewarna
alami.
3 Tauco Rhizopus oryzae Terbuat dari fermentasi kacang
dan Rhizopus kedelai yang proses pembuatannya
oligosporus mirip dengan pembuatan kecap yang
memanfaatkan mikroorganisme
Rhizopus oryzae dan Rhizopus
oligosporus.
4 Yogurt Streptococcus Yogurt merupakan salah satu
thermophillus atau minuman hasil fermentasi dari susu
Lactobacillus dengan menggunakan starter berupa
bulgaricus. bakteri Streptococcus thermophillus
atau Lactobacillus bulgaricus.
Bakteri ini dapat mengubah laktosa
menjadi asam laktat.
5 Keju Lactobacillus Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus ini akan
Streptococcus menghasilkan enzim renin yang
thermophillus menyebabkan protein susu akan
menggumpal serta enzim renin dapat
mengubah gula laktosa dalam susu

129
menjadi asam.
6 Mentega Streptococcus Mikroorganisme ini akan membentuk
lactis proses pengasaman pada susu. Krim
susu nantinya akan terpisah menjadi
lemak yang padat Kemudian lemak
mentega dipadatkan untuk
menghasilkan mentega yang siap
dikomsumsi.
7 Roti Saccharomyces Merupakan salah satu makanan hasil
cerevisiae. fermentasi juga, Saccharomyces
cerevisiae akan memfermentasikan
gula di dalam adonan menjadi CO2
dan alkohol menyebabkan adonan
mengembang, selain itu juga uap
CO2 hasil fermentasi ragi juga
menyebabkan roti menjadi ringan.
8 Nata de coco Acetobacter Nata de coco merupakan fermentasi
xylinum dari air kelapa terasa kenyal dan
berwarna putih yang berasal dari
serabut hemiselulosa yang terbentuk
pada permukaan medium cair tempat
hidup bakteri Acetobacter xylinum.
9 Minuman Aspergillus orizae Minuman yang berasal dari
alkohol fermentasi beras ketan oleh
mikroorganisme Aspergillus orizae.

Karakteristik Bioteknologi Konvensional

Telah dijelaskan bahwa bioteknologi konvensional itu menggunakan prinsip fermentasi


dan memanfaatkan mikroorganisme secara utuh. Selain dua hal tersebut, bioteknologi
konvensional punya karakteristik lain yakni, menggunakan alat tradisional dan
sederhana, menggunakan cara yang sederhana, tidak memerlukan keahlian khusus,
130
melibatkan mikroorganisme secara langsung dan utuh, menggunakan prinsip
fermentasi, proses biokimia dan genetik terjadi secara alami, kondisi lingkungan
dimanipulasi, skala produksi umumnya lebih kecil.

Kelebihan Bioteknologi Konvensional

Adapun kelebihan dari bioteknologi konvensioanl yakni, menggunakan bahan yang


harganya relatif murah dan mudah didapat, teknologi yang digunakan juga tergolong
sederhana, tidak memiliki dampak negatif jangka panjang, serta bisa meningkatkan
nilai gizi makanan.

Kekurangan Bioteknologi Konvensional

Adapun kekurangan dari bioteknologi konvensional yakni, tidak adanya perbaikan


masalah genetik dan tidak bisa mengatasi masalah genetik yang sudah ada
sebelumnya, proses bioteknologi juga sangat mudah dipengaruhi oleh kondisi alam dan
lingkungan sekitar misalnya, suhu

2. Bioteknologi Modern

Bioteknologi modern ini dikenal dengan prinsip prinsip yang diterapkan dengan cara
rekayasa genetika, untuk menghasilkan organisme transgenik dan DNA rekombinan
untuk memanfaatan manusia misalnya bayi tabung, antibiotik, vaksin dan hormon.
Dengan kata lain bahwa bioteknologi modern ini memanfaatkan makhluk hidup secara
tidak langsung melalui tahapan teknologi yang sudah modern.

Tabel 2. Contoh Produk Bioteknologi Modern


No. Produk Keterangan
1 Kultur Jaringan pada Salah satu solusi dari masalah perbanyakan tanaman
tanaman budidaya dalam bidang pertanian. Bibit tanaman yang
dihasilkan melalui isolasi jaringan tanaman tertentu
dalam media in vitro.

131
2 Bayi Tabung Salah satu penerapan bioteknologi modern yang
dapat membantu pasangan suami istri yang
mempunyai masalah kesuburan.
3 Kloning domba dolly Salah satu produk bioteknologi modern dengan
menghasilkan individu baru yang identik secara
genetik, dengan kloning sehingga dapat dihasilkan
suatu salinan berkas dari DNA, gen, sel, jaringan,
atau organisme tertentu. Hal ini sangat membantu
dalam bidang peternakan.
4 Tanaman Unggul Untuk menghasilkan suatu tanaman yang unggul
tahan terhadap hama, penyakit dan kekeringan
dilakukan dengan menyisipkan gen-gen tertentu
kedalam tubuh tanaman secara transfer genetik.
5 Hewan Transgenik Teknik yang dilakukan adalah transfer genetik ke
dalam tubuh hewan untuk menghasilkan individu
yang tahan terhadap serangan penyakit dan
menghasilkan susu atau daging yang lebih banyak
dan berkualitas
6 Inseminasi Buatan Teknik yang dilakukan untuk mempercepat proses
perkembangbiakan pada hewan-hewan tertentu.
7 Hormon BST (Bovin Hormon pemacu tumbuh yang bisa mengoptimalkan
Somatotropin) pertumbuhan dan hasil produksi susu pada hewan
mamalia.
8 Vaksin Produk bioteknologi modern dengan sistem
kekebalan tubuh tubuh terhadap suatu penyakit,
dengan memasukkan antigen kedalam tubuh sebagai
penangkal masuknya suatu penyakit ke dalam tubuh.
9 Antibiotik Jenis Baru Obat yang sering digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan pada tubuh oleh infeksi (bakteri,
jamur dan virus).
10 Hormon Insulin Hormon insulin digunakan oleh orang yang

132
bermasalah dengan produksi hormon yang biasa kita
kenal sebagai penyakit diabetes. dengan
mengendalikan penyerapan karbohidrat (glukosa) di
dalam tubuh penderita.
Karakteristik Bioteknologi Modern

Adapun karakteristik bioteknologi modern yakni, memanipulasi atau rekayasa genetik,


memanfaakan mikroorganisme secara tidak langsung dan umumnya berupa bagian
tertentu aja. memanfaatkan cara atau prinsip yang modern atau lebih canggih,
menggunakan alat dan bahan yang sudah canggih dan modern, memerlukan keahlian
khusus dalam pembuatannya, skala produksi umumnya besar dan dengan biaya yang
relatif mahal.

Kelebihan Bioteknologi Modern

Adapun kelebihan bioteknologi modern yakni, perbaikan sifat genetik dilakukan secara
terarah, dapat mengatasi kendala ketidak sesuaian genetik, bisa menghasilkan
organisme dengan sifat baru yang tidak ada pada sifat alaminya, dapat meningkatkan
kualitas produk

Kekurangan Bioteknologi Modern

Selain kelebihan bioteknolgi modern pun memiliki kekurangan yakni, biaya produksi
relatif lebih mahal, memerlukan teknologi canggih, arus memperhatikan pengaruh
jangka panjang yang mungkin ditimbulkan

E. Prinsip-Prinsip Bioteknologi

Terdapat 4 prinsip dasar bioteknologi yakni, penggunaan agen biologi, menggunakan


metode tertentu, dihasilkannya suatu produk turunan, dan melibatkan banyak disiplin
ilmu.

F. Pemanfaatan Bioteknologi
1. Bioteknologi dalam bidang pertanian

133
Bioteknologi pertanian adalah metode yang melibatkan makhluk hidup atau organisme
untuk menghasilakn produk baru dalam bidang pertanian sehingga bermanfaat untuk
kehidupan manusia. Penerapan bioteknologi dapat meningkatkan produktivitas dalam
bidang pertanian.

Pemanfaatan bioteknologi di bidang budidaya tanaman ditandai dengan banyaknya


penemuan tanaman kultivar atau varietas baru yang disebut tanaman transgenik, yang
memiliki sifat-sifat tertentu. Salah satu yang berperan dalam bioteknologi pertanian
yaitu bioteknologi tanaman. Bioteknologi tanaman telah berperan dalam menghasilkan
tanaman pangan dengan kandungan gizi yang lebih tinggi, tanaman yang tahan
terhadap serangan hama, dan tanaman yang menghasilkan senyawa bermanfaat
sehingga dapat dijadikan sebagai obat herbal tanaman. Bioteknologi tanaman meliputi
kultur jaringan dan rekayasa genetika.

2. Bioteknologi dalam bidang peternakan

Melakukan kegiatan usaha ternak dengan memanfaatkan ilmu bioteknologi agar


meningkatkan keuntungan dan meningkatkan mutu peternakan. Ada banyak teknik
yang dapat dilakukan terkait dengan bioteknologi peternakan misalnya, pemberian
hormon pada hewan untuk meningkatkan produksi susu dan daging, rekayasa genetika
pada hewan ternak untuk mendapatkan hewan ternak unggul, pembuatan pakan bergizi
tinggi untuk ternak dan transfer embrio, pembuatan vaksin untuk ternak, kloning hewan
dan inseminasi buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ina Magdalena. (2022). Konsep Dasar Biologi. Makassar: Cendekia Publisher.

Kotijah. (2019). Pengaturan Baku Mutu Bioteknologi. Jember: Pustaka Abadi.

(OECD) Orgazanation for Economic CoperatioDevelopment. (1982). Eutropication Of


waters. Paris: OECD Publication Office.

Primrose, S.B. (1987). Modern Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific Publications.

134
Supriatna, I. dan F.H. Pasaribu. (1992). In vitro Fertilisasi, Transfer Embrio dan
PembekuanEmbrio. Bogor: Pusat antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Taryono. (2016). Pengantar Bioteknologi Untuk Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

BIODATA PENULIS

Dr. Herlina, S.Pd.,M.Pd. Lahir di Soppeng tanggal 16 November


1987 dari pasangan Ayah (Muh.Tahir), ibu (Hasni). Penulis di
besarkan dalam keluarga sederhana disebuah desa di Kabupaten
Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kelurahan Manorang
salo Kecamatan Mario-riawa. Dengan kesederhanaan semasa kecil
hingga dewasa penulis menghabiskan waktu di desa kelahiran
demikian pula dengan pendidikan.
Menempuh pendidikan Sekolah dasar di negeri 59 Penre (1996-1999), kemudian SMP
Negeri 4 Mario-riawa (1999-2002), dan melanjutkan ke SMA negeri 1 Mario-riawa
(2002-2005). Untuk menggapai dan mengejar cita-cita penulis beranjak dari kampung
halaman ke kota makassar, Sulawesi selatan untuk melanjutkan pendidikan. Diterima
menjadi salah satu mahasiswa S1 Program studi pendidikan biologi di Universitas
Negeri Makassar dan menyelesaikan studi pada tahun 2010, dan melanjutkan Magister
(S2) pada Program Studi Pasca Sarjana Jurusan Pendidikan Biologi di Universitas
Negeri Makassar pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2015
penulis diterima menjadi dosen tetap di kampus STKIP Pembangunan Indonesia
Makassar pada jurusan Biologi, yang berada di bawah naungan Kopertis Wilayah IX
Sulawesi. Dan tahun 2015 pula penulis kembali menjadi mahasiswa S3 (Doktor) pada
Jurusan Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Pasca Sarjana
Universitas Negeri Makassar dan Alhamdulillah menyelesaikan Studi S3 pada tahun
2021. Selama menjadi seorang dosen tetap di STKIP Pembangunan Indonesia
Makassar penulis aktif dalam melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dengan

135
mengampuh mata kuliah biologi laut, fisiologi tumbuhan, morfologi tumbuhan,
kewirausahaan, bioteknologi, filsafat pendidikan, Mikroteaching, serta pengembangan
praktikum biologi sekolah.

136
BAB 11
EKOSISTEM

NINAH WAHYUNI, S.Pd, M.Pd

Universitas Patompo

A. Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan


utuh, menyeluruh dan saling memengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup (UUD RI Nomor 32, 2010;8).
Ekosistem merupakan salah satu bidang kajian yang dipelajari dalam ekologi yang
merupakan cabang biologi. Ekologi adalah keseluruhan pengetahuan yang
berkaitan dengan hubungan-hubungan total antara makhluk hidup dengan
lingkungan yang bersifat organik maupun anorganik. Atau Ekologi adalah ilmu yang
mengkaji interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan dengan
lingkungan fisik.

B. Komponen-Komponen Ekosistem
1. Berdasarkan fungsinya komponen ekosistem terdiri atas:
a. Organisme autotrof (Auto = sendiri, Trophikos = menyediakan makanan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan
bantuan energi seperti matahari dan kimia. Proses itu dilakukan dengan cara
fotosintesis. Di dalam proses fotosintesis klorofil pada tumbuhan menangkap
energi cahaya matahari dan cahaya matahari diubah menjadi energi kimia
yang dapat digunakan sebagai tenaga untuk menjalankan proses
metabolisme dan aktivitas hidup lainnya. Komponen autotrof berfungsi
sebagai produsen, misalnya tumbuhan hijau. Menurut Sugiyarto (2008:235)
b. Organisme heterotrof (Heteros = berbeda, Trophikos = menyediakan
makanan).

137
Heterotrof adalah organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.
Yang termasuk heterotrof antara lain manusia dan hewan.
2. Berdasarkan penyusunnya komponen ekosistem terdiri atas:
a. Komponen biotik
Komponen biotik dalam ekosistem berdasarkan cara organisme untuk
mendapatkan makanannya terdiri atas:
1) Produsen
Produsen (penghasil) adalah golongan makhluk hidup yang dapat
menghasilkan makanannya sendiri. Golongan ini terdiri dari semua
tumbuhan yang mempunyai zat hijau daun (klorofil). Contohnya tumbuhan
hijau.
2) Konsumen
Konsumen (pemakai) adalah organisme yang tidak dapat membuat
makanannya sendiri sehingga bergantung pada organisme lain dalam hal
makanan. Menurut Murtjojo (1991:16-17), Konsumen terdiri atas:
a) Konsumen primer, yaitu memakan tumbuhan secara langsung (herbivor).
Contoh: belalang, manusia, dan kelinci.
b) Konsumen sekunder, yaitu memakan konsumen primer (karnivora kecil).
Contoh: katak, ikan, dan burung bangau.
c) Konsumen tersier, yaitu memakan konsumen sekunder (karnivora
besar). Contoh: Anjing, Burung elang, dan harimau.
3) Pengurai (dekomposer)
Pengurai atau pembusuk yaitu organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik menjadi bahan anorganik dan dari proses penguraian itu
organisme tersebut mendapatkan makanan. Pada hewan dan tumbuhan
yang mati tumbuh bakteri dan jamur yang bersifat saprofit dapat
membusukkan hewan dan tumbuhan yang telah mati. Menurut Arisworo
(2006:264) contoh pengurai adalah jamur Phallus impudicus dan bakteri
Micrococcus. Contoh yang lain misalnya jamur Neurospora sitophila (jamur
pada oncom) yang dapat menghasilkan zat warna merah atau orange dan

138
asam cuka dapat diproduksi melalui pertolongan bakteri asam cuka
(bakteri Acetobacter).
b. Komponen abiotik
Komponen abiotik adalah segala komponen tak hidup yang mempengaruhi
makhluk hidup.. Komponen abiotik meliputi komponen fisik dan kimia.
Faktor fisik meliputi udara, air, tanah, suhu, kelembaban dan cahaya
matahari yaitu:
1) Udara. Udara diperlukan oleh semua makhluk hidup. Di udara terdapat
bermacam-macam gas, antara lain oksigen, nitrogen, dan
karbondioksida. Gas CO2 diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis
dan O2 diperlukan tumbuhan, hewan dan manusia untuk bernapas.
2) Air. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang berfungsi sebagai
pelarut dan bahan baku berbagai proses dalam tubuh. Air membantu
seluruh makhluk hidup melangsungkan proses-proses penting dalam
hidupnya seperti pencernaan makanan dan membuang bahan-bahan
yang tidak diperlukan oleh tubuh. Faktor kimia dalam air yang
mempengaruhi makhluk hidup yaitu: pH, salinitas, kandungan oksigen,
dan kandungan karbondioksida.
3) Tanah. Tanah sangat penting untuk kehidupan. Tanah menyediakan
habitat dan sumber makanan bagi tumbuhan. Tanah selain berfungsi
sebagai tempat berpijaknya mahluk hidup juga bertindak sebagai
substrat atau tempat hidup organisme. Tanah juga menyediakan
kebutuhan makhluk hidup seperti unsur hara dan mineral. Suatu jenis
tumbuhan mungkin tidak cocok hidup di sembarang tanah, sebab tanah
yang berbeda mungkin memiliki pH, kelembapan maupun tingkat
kesuburan yang berbeda. Karakteristik tanah menentukan pola
penyebaran tumbuhan. Mineral dan gas merupakan unsur kimia yang
terdapat di dalam tanah.
4) Suhu atau temperatur. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap jenis
makhluk hidup yang menghuni lingkungan tersebut. Misalnya
dibutuhkan dalam proses pembuangan dan mempengaruhi kecepatan
metabolisme. Jika suhu udara rendah maka proses metabolisme
139
berjalan lambat, tumbuhan yang biasanya tumbuh di daerah panas
akan mati bila di tanam di daerah dingin.
5) Kelembaban. Pada ekosistem darat, kelembaban udara sangat
ditentukan oleh kadar air di udara. Kelembaban udara sangat
berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup di darat.
6) Cahaya Matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi
ekosistem. Cahaya matahari diperlukan oleh tumbuhan untuk
fotosistesis dan hasilnya sebagai makanan hewan dan manusia. Cahaya
mempengaruhi tingkah laku dan kegiatan hewan juga suhu lingkungan.
Energi dari matahari digunakan oleh tumbuhan hijau untuk
menghasilkan makanan. Manusia dan hewan-hewan lain memperoleh
energi dengan makan tumbuhan dan organisme lain yang memperoleh
makanan juga dengan memakan tumbuhan. Bila kamu makan makanan
yang dihasilkan oleh tumbuhan, maka kamu telah mengkonsumsi energi
yang awalnya berasal dari sinar matahari.
C. Interaksi Antar Komponen Dalam Ekosistem
Sesama komponen ekosistem terjadi interaksi. Hal itu berarti keberadaan
komponen abiotik memengaruhi komponen biotik dalam ekosistem tersebut.
Demikian pula sebaliknya, komponen biotik memengaruhi komponen abiotik suatu
ekosistem.
1. Pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh tumbuhan terhadap tanah dan udara
Penghijauan akan mempengaruhi tanah sebagai komponen abiotiknya dengan
cara mengubah struktur tanah dan mengurangi erosi. Daun kering yang gugur
dan jatuh ke tanah dapat mencegah cucuran air hujan yang langsung ke
permukaan tanah. Daun yang berguguran kemudian membusuk dan bercampur
dengan tanah sehingga membentuk humus. Humus adalah lapisan tanah yang
sangat subur untuk pertanian. Penghijauan juga menyebabkan kandungan
oksigen cukup banyak sehingga kondisi udara cukup baik.
b. Pengaruh Cacing tanah terhadap kesuburan tanah
Cacing tanah adalah detritivor yang memakan serpihan bahan organik yang ada
di dalam tanah. Ketika cacing memakan bahan organik tersebut, tanah ikut
140
tertelan. Kotoran yang dikeluarkan cacing tanah dapat menggemburkan dan
menyuburkan tanah. Tanah yang gembur memiliki banyak ruang udara sehingga
menyediakan oksigen bagi akar tumbuhan.
c. Pengaruh tumbuhan terhadap air dan udara
Tumbuhan dapat menyimpan air dalam tanah, sehingga jika penghijauan
dilakukan menyebabkan kandungan air dalam tanah akan tersedia dan tumbuhan
juga akan menghasilkan oksigen cukup banyak sehingga kondisi udara cukup
baik.
d. Pengaruh manusia dan hewan terhadap air
Bagi hewan dan manusia, air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain
seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan.
2. Pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh air terhadap makhluk hidup
Air sangat berguna untuk makhluk hidup. Sebagai contoh bila tanah
mengandung cukup air, maka tanaman akan tumbuh subur. Sebaliknya, bila
kekurangan air, tanaman tidak akan tumbuh dengan baik. Selain berguna bagi
tanaman, air juga berguna bagi hewan dan manusia untuk minum.
b. Pengaruh udara terhadap makhluk hidup
Udara juga berguna baik bagi hewan maupun tumbuhan. Udara mengandung
antara lain oksigen dan karbon dioksida. Oksigen berguna untuk pernapasan,
baik hewan, manusia, dan tumbuhan. Sedangkan karbon dioksida berguna bagi
tumbuhan untuk fotosintesis.
c. Pengaruh cahaya matahari terhadap makhluk hidup
Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan hijau untuk melangsungkan
proses fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa makanan digunakan oleh
organisme heterotrof untuk menghasilkan energi dan oksigen digunakan untuk
melakukan proses pernafasan.
d. Pengaruh tanah terhadap makhluk hidup
Tanah sebagai tempat tumbuh dan sumber nutrien. Berbagai jenis hewan
menggunakan tanah sebagai tempat hidup, misalnya cacing tanah dan serangga
tanah. Manusia menggunakan tanah untuk tempat hidupnya. Tanah juga

141
berperan sebagai penyedia air tanah, karena tanah menyimpan air yang bisa
keluar melalui berbagai sumber air.
e. Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup
Suhu lingkungan berpengaruh terhadap jenis makhluk hidup yang menghuni
lingkungan tersebut. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat
mengganggu proses di dalam tubuh makhluk hidup. Misalnya tumbuhan yang
biasanya tumbuh di daerah panas atau bersuhu tinggi akan mati atau terhambat
pertumbuhannya bila di tanam di daerah dingin atau bersuhu rendah, demikian
pula sebaliknya.
f. Pengaruh kelembaban terhadap makhluk hidup
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena
penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di
tempat-tempat yang lembab. Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup
ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara.
Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas
dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas
melalui kulit dan saluran pernafasan.
D. Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem
1. Individu
Individu adalah suatu makhluk hidup tunggal, misalnya seekor burung elang ,
seekor ayam dan seekor kucing, seorang manusia, seekor itik, atau sebatang
pohon.
2. Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang menempati suatu daerah
tertentu pada waktu yang sama, misalnya populasi teratai, populasi itik,
populasi ikan, populasi kambing, dan populasi tikus.
3. Komunitas
Komunitas adalah seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah
tertentu. Atau dengan kata lain komunitas adalah keseluruhan makhluk hidup
yang mengadakan interaksi disuatu tempat pada waktu tertentu. Contoh
komunitas kebun tersusun atas populasi pisang, populasi bambu. Kumpulan
beberapa populasi di kebun membentuk komunitas kebun.
142
E. Macam-Macam Ekosistem
Menurut Sumarwan (2008:128), berdasarkan proses terbentuknya, ekosistem
terdiri atas :
1. Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk secara alami, tanpa adanya
campur tangan manusia. Misalnya danau, rawa, pantai, hutan, dan sungai.
2. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat manusia. Contohnya
ekosistem sawah, kebun, waduk dan ekosistem akuarium.
Berdasarkan habitatnya (tempatnya) ekosistem alami terdiri atas ekosistem
darat dan ekosistem perairan (Sunarto, 2004:35).
1. Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Contoh ekosistem darat yaitu ekosistem hutan, padang rumput.
2. Ekosistem perairan, terdiri atas ekosistem air laut dan ekosistem air tawar
(sungai dan danau).
F. Rantai Makanan
Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi melalui proses makan
dan dimakan dengan urutan tertentu . Tiap tingkat dari rantai makanan disebut
tingkat trofik atau taraf trofik. Karena organisme pertama yang mampu
menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofik pertama selalu
diduduki produsen.
Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofik kedua, terdiri atas hewan pemakan
tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer
merupakan tingkat trofik ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Contohnya di
dalam ekosistem sawah yaitu padi dimakan tikus, tikus dimakan ular, ular dimakan
burung elang. Dan ekosistem darat yaitu padi dimakan belalang, belalang dimakan
katak, katak dimakan ular dan ular dimakan burung elang.
G. Jaring-Jaring Makanan
Setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan sumber materi dan
energi bagi makhluk hidup lainnya. Salah satu kenyataannya bahwa setiap jenis
makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Akibat dari
semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai makanan itu akan saling
berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-

143
jaring. Jaring-jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang saling
berhubungan (Murtjojo,1991:19).
Suatu makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup. Sebaliknya
makhluk hidup itu juga dimakan oleh lebih dari satu jenis makhluk hidup lainnya.
Misalnya rumput dimakan tikus tanah. Sebenarnya tidak seluruh bagian rumput
dimakan tikus tanah. Ada bagian yang dimakan oleh hewan lain dan sebaliknya
tikus tanah tidak hanya makan rumput tapi juga makan tumbuhan hijau yang lain,
kemudian tikus tanah dimakan burung hantu, ada pula tikus tanah dimakan burung
elang.
H. Bentuk-Bentuk Interaksi Antarorganisme Dalam Ekosistem
Interaksi antarorganisme terjadi dengan berbagai macam cara. Interaksi
tersebut ada yang saling menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Contoh
interaksi antarorganisme dalam ekosistem sebagai berikut.
1. Netralisme
Netralisme adalah hubungan yang tidak saling mempengaruhi meskipun
berbagai organisme hidup pada habitat yang sama atau hubungan tidak saling
mengganggu antar organisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak. Contohnya antara ikan
dan katak pada ekosistem kolam, capung dan sapi.
2. Amensalisme
Interaksi antara dua spesies dimana salah satu pihak (spesies pertama )
dirugikan (mendapat hambatan atau rintangan) sedangkan pihak lainnya tidak
terpengaruh. Pada kebanyakan kasus, organisme yang dirugikan disebabkan
oleh adanya senyawa kimia yang disebut allelopathy. Contoh : rumput yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan padi di sekitarnya.
3. Kompetisi berarti persaingan.
Persaingan yang terjadi antarmakluk hidup dalam suatu ekosistem untuk
memperoleh makanan.. Contoh ulat dan belalang di sawah. persaingan antara
populasi kambing dengan populasi kerbau di padang rumput. Kompetisi terdiri
atas 2 yaitu:
a. Persaingan Interspesifik : Interaksi antar populasi, terjadi karena terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa
144
yang diperlukan. Contohnya persaingan antara populasi kambing dan
populasi kerbau di padang rumput untuk memperoleh makanan.
b. Persaingan Intraspesifik : Terjadi jika individu yang bersaing dari spesies
yang sama dalam suatu populasi. Contoh : persaingan antar populasi
kambing di padang rumput.
4. Herbivori
Herbivori adalah pola interaksi dimana makhluk hidup memperoleh sumber-
sumber yang diperlukan dengan memakan tumbuhan. Contoh kambing dan sapi
memakan rumput.
5. Predatorisme
Predatorisme adalah pola interaksi di mana hewan yang satu memangsa hewan
lainnya. Contohnya ular memangsa tikus, ular memangsa katak, singa
memangsa rusa, dan beruang memangsa ikan. Hewan pemangsa disebut
predator dan yang dimangsa disebut mangsa (prey).
6. Simbiosis
Simbiosis adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang
hidup bersama Makhluk hidup yang bersimbiosis disebut simbion. Simbiosis
dibedakan menjadi simbiosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
a. Simbiosis mutualisme adalah simbiosis yang menguntungkan antara dua
jenis organisme. Dalam hubungan mutualisme dua individu yang
berhubungan ada yang selalu hidup bersama, dan ada yang tidak selalu
bersama. Contohnya lumut kerak umumnya hidup menempel pada kulit
batang pohon atau batu-batuan.
b. Simbiosis Parasitisme adalah hubungan antara dua organisme berbeda jenis
di mana salah satu pihak mendapat untung sedangkan pihak lain dirugikan.
Pihak untung disebut parasit dan pihak yang rugi disebut inang. Contohnya
Kutu rambut dan kulit kepala manusia, benalu yang tumbuh pada pohon lain,
tali putri dengan tanaman pagar.
c. Simbiosis Komensalisme adalah bentuk hubungan hidup bersama antara dua
jenis organisme yang menguntungkan satu pihak sedangkan pihak lain tidak
diuntungkan dan juga tidak dirugikan contohnya paku tanduk rusa yang
hidup menempel pada pohon.
145
7. Protokooperasi
Protokooperasi adalah interaksi dengan pengaruh positif bagi kedua belah pihak
tapi tidak merupakan syarat bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup bagi
salah satu populasi yang berinteraksi atau kedua individu yang berhubungan
tidak hidup bersama, dan pasangannya tidak tergantung pada jenis organisme
tertentu. Contoh interaksi antara burung jalak dengan kerbau.
(Sunarto,2004:65).
I. Piramida Ekologi
Piramida ekologi adalah penggolongan makhluk hidup berdasarkan tingkatan
trofiknya. Trofik adalah makanan. Jadi, tingkatan trofik adalah tingkatan organisme
berdasarkan makanannya atau piramida ekologi adalah gambaran yang
menunjukkan tingkatan organisme berdasarkan makanannya antara produsen,
konsumen I, konsumen II, sampai dengan konsumen puncak. Di dalam piramida
makanan produusen selalu menempati dasar piramida sedangkan beberapa tingkat
di atasnya secara berurutan diduduki oleh konsumen pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya, konsumen puncak (karnivor besar) seperti burung elang selalu
menempati puncak piramida (Sunarto,2004:53). Menurut Rustaman(2003:16),
Pembagian tingkatan trofik adalah terdiri atas : Produsen sebagai tingkat trofik I,
Konsumen primer sebagai tingkat trofik II , Konsumen sekunder sebagai
tingkat trofik III, dan Konsumen tersier sebagai tingkat trofik IV. Piramida ekologi
terdiri atas :
1. Piramida jumlah menggambarkan jumlah organisme yang menempati setiap
tingkat trofik. Jumlah individu di setiap tingkat trofik digambarkan dengan
piramida jumlah.
2. Piramida biomassa adalah piramida yang menggambarkan jumlah berat kering
total organisme yang menempati setiap tingkat trofik.
3. Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan jumlah energi yang
terkandung dalam setiap tingkatan trofik.

146
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Ekosistem. (Tersedia:http://www.ekosistem.html). Tanggal 24


September 2010.

Antoni, 1998. Buku Pintar IPA Biologi Untuk SMP. Surabaya: Gitamedia

Arisworo, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam SMP untuk kelas VII. Garfindo Media
Pratama. Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII Semester 1 .
Direktorat Jenderal Pendidikan Lanjutan Pertama.

Djasiah, R. 1986. IPA Biologi Untuk SMP Kelas 1 Semester 1 dan 2 . Bandung: Ganeca
Exact.

Gembong, 1990. Makhluk Hidup 1 Untuk SMP. Jakarta: Balai Pustaka.

Irwan, D,Z. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Modul SMP Terbuka. Jakarta : Ditjen


Mandikdasmen.

Mas’ud. 1983. IPA Ilmu Hayat. Untuk MTs Jilid 1b Kelas 1 . Semarang: Toha Putra.

Murtjojo, S. 1991. Biologi SMP. Solo: PT Intan Pariwara.

Odum, E.M. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Jogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pratiwi, 2003. Buku Siswa Biologi Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas 1.
Jakarta: Depdiknas.

Rustaman, 2003a. Biologi Untuk SLTP Kelas 1 Semester 2 . Bandung: Grafindo Media
Pratama.

Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP. Jakarta: Erlangga.

Sumarwan, 2006. Ilmu Pengetahuan Alam SMP Jilid 1B Kelas VII Semester 2. Jakarta:
Erlangga.

Syamsuri, 2004. Buku Sains Biologi Jilid 1 Untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.

Sugiyarto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Ungtuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Sumarwoto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

147
Sunarto, 2004. Sains Biologi Jilid 1B Untuk Kelas 1 SMP . Surakarta: PT.Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.

Surpiati. 1994. Biologi SLTP Kelas 1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Jilid 1 Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang RI. 2010. UUD RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

148
BIODATA PENULIS

Ninah Wahyuni Amaliah, Lahir di Takalar 05 Desember 1986 , Alamat


Bontocinde Kelurahan Patte’ne Kecamatan polongbangkeng Selatan
Kabupaten Takalar. Alumni Program Sarjana FMIPA Universitas
Negeri Makassar dengan Jurusan Program Studi Pendidikan Biologi
.Alumni Program Magister PPs Universitas Negeri Makassar Jurusan
Pogram Studi Pendididikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jabatan
Fungsional Lektor Golongan Penata /III c. Pada saat ini penulis mengajar di STKIP
Pembangunan Indonesia Makassar sebagai dosen Program Studi Pendidikan Biologi.
Selain mengajar penulis juga sebagai sekretaris program studi pendidikan biologi
jurusan pendidikan biologi selain itu penulis juga aktif sebagai pengajar dan peneliti.
Penulis juga aktif melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dan menulis bahan ajar
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengalaman penelitian dengan judul sebagai berikut;
1) Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Biologi Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Kuliah Fisiologi Hewan, 2) Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa Biologi Melalui Penerapan Model Kooperatif
Group Investigation Dengan Pendekatan Salingtemas Pada Mata Kuliah Pengetahuan
Lingkungan, 3) Pengaruh Metode Think Talk Write Dan Snowball Drilling Terhadap
Hasil Belajar Biologi Pada Materi Virus Siswa Kelas X SMA Hasanuddin Sungguminasa
Kab.Gowa, 4) Pengembangan Modul Biologi Berbasis PBL Yg Dilengkapi Dengan
Penuntun Praktikum Materi Sistem Pencernaan Pada Siswa Kelas IX SMA. Karya tulis
ilmiah yang di jurnalkan adalah; 1) Penerapan model pembelajaran search solve
created share (SSCS) melalui pendekatan problem solving untuk meningkatkan hasil
belajar IPA Biologi Kelas VIII SMP 007 Bambang Mamasa (Cross Border), 2) Persepsi
Peserta didik terhadap efektivitas pembelajaran daring pada masa pandemic covid-19
di SMAN 1 watampone(JPDK Volume 3 no 2 tahun 2021 hal 162-170)

149
BAB 12
PENCEMARAN LINGKUNGAN

SRI WAHYUNI, S.Pd, M.Pd

Universitas Muhammadiyah Bone

A. Lingkungan
Lingkungan dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, yang mempunyai pengaruh timbal balik
terhadap makhluk hidup tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan sebagai ruang
yang didalamnya terdapat benda, daya, keadaan, mahkluh hidup serta perilakunya
yang saling berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan, kesejahteraan baik
antara manusia maupun terhadap makhluk hidup lainnya. Adapun faktor luar yang
mempengaruhi suatu organisme dapat berupa faktor biotik (organisme hidup) atau
faktor abiotik (organisme tak hidup). Oleh karena itu komponen utama dari
lingkungan adalah biotik dan abiotik baik berupa energi, bahan kimia dan lain
sebagainya.
Lingkungan sering digunakan bergantian dengan istilah kata lingkungan hidup.
Istilah ini umum digunakan dengan makna yang sama yaitu tentang lingkungan yang
mencakup secara luas baik berupa lingkungan fisik, kimia maupun biologi.
Lingkungan hidup tidak dapat disandingkan dengan ekologi, ekosistem dan daya
dukung lingkungan. Seiring perubahan zaman disertai dengan pertumbuhan
populasi manusia terus meningkat dan mempengaruhi terhadap lingkungan.
Akitivitas manusia mengubah struktur trofik, aliran energi, daur kimia dan proses
ekologis diseluruh permukaan bumi. Lingkungan sendiri memiliki daya dukung
seperti kemampuan untuk melangsungkan kehidupan individu dari satu spesies.
Lingkungan dapat berubah kepada perubahan yang positif (perbaikan) atau
kearah negatif (kerusakan). Perubahan positif mengarah kepada keseimbangan
lingkungan sedangkan perubahan secara negatif mengarah kepada kerusakan
misalnya pencemaran lingkungan. Baik perbaikan maupun kerusakan itu terjadi atas
tindakan dari manusia dan kejadian alam. Pola aktivitas manusisa yang dapat
150
merubah lingkungan dapat berupa penebangan hutan secara liar, pembangunan,
serta aktivitas menggunakan bahan kimia secara berlebihan. Perubahan lingkungan
akibat dari kejadian alam yaitu letusan gunung berapi dan tanah longsor.
Salah satu masalah yang sangat populer dikalangan masyarakat yaitu masalah
pencemaran lingkungan. Masalah pencemaran lingkungan merupakan suatu
masalah yang perlu mendapatkan penanganan serius agar dapat mengatasi akibat
yang terjadi karena pencemaran. Ketidakseimbangan antara struktur dan fungsi
daur materi merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh proses alam atau aktivitas manusia.
Berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi akibat dari keinginan manusia
yang ingin terus menerus meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Lajuny
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bergerak dibidang industri
menjadi salah satu penyebab yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Sebagian
besar pencemaran yang terjadi diakibatkan pembuangan limbah industri ke
lingkungan sehingga hal tersebut dapat mencemari dan menganggu
keberlangsungan hidup suatu organisme. Zat atau bahan pencemar biasa disebut
dengan polutan, polutan dapat berupa debu, zat kimia, suara, radias, serta panas
yang masuk kedalam lingkungan. Secara kenyataan bahwa pemenuhan kebutuhan
manusia menjadi penyebab terjadinya pencemaran. Meskipun dengan kemajuan
teknologi yang memumpuni, tetapi manusia tetap saja mengesampingkan akibat
yang dapat merugikan baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan itu sendiri.
B. Pencemaran
Pencemaran selalu diartikan sebagai masuknya benda tertentu yang asing bagi
lingkungan dan tidak dikehendaki ke dalam lingkungan sehingga dapat
menyebabkan lingkungan tidak dapat mendaurnya menjadi lebih baik. Pencemaran
terjadinya biasanya dikarenakan jumlah zat pencemar yang masuk kedalam
lingkungan dalam jumlah yang sangat besar dan melebihi batas yang dapat diterima
dalam lingkungan. Menurut beberapa ahli, pencemaran diklasifikasikan kedalam
beberapa jenis yaitu pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada objek bahan pencemar itu berada.
Pencemaran yang digolongkan berdasarkan sifat zatnya dibagi menjadi tiga
yaitu pencemaran biologi, fisik dan kimia. Pencemaran yang terjadi secara biologi
151
merupakan pencemaran yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pencemaran yang
terjadi secara fisik merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh benda berupa
cair, padat dan gas. Sedangkan pencemaran yang terjadi secara kimiawi yaitu
pencemaran yang disebabkan oleh berbagai zat kimia. Pencemaran juga dapat
dibedakan berdasarkan tempatnya yaitu pencemaran yang terjadi di air, udara dan
tanah. Pencemaran ini terjadi akibat adanya zat, energi dan komponen lain yang
masuk ke dalam air, udara dan tanah yang mengakibatkan terjadinya perubahan
sehingga tercemar di lingkungan tersebut.
C. Konsep pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan merupakan suatu kondisi dimana keadaan mengalami
perubahan dari yang awalnya baik menjadi buruk. Undang-undang RI No. 32 Tahun
2009 menjelaskan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dimana pencemaran lingkungan merupakan masuknya suatu zat, makhluk hidup atau
lainnya kedalam lingkungan hidup dan diakibatkan oelh kegiatan manusia yang
merusak kualitas lingkungan yang telah ditetapkan. Dapat dijadikan suatu
kesimpulan bahwa pencemaran lingkungan merupakan suatu keadaan lingkungan
yang memberikan akibat buruk terhadap makhluk hidup dan penyebabnya adalah
aktivitas manusia. Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh
manusia karena adanya kebutuhan manusia yang tak terbatas sementara
ketersediaan sumber daya alam yang ada memiliki sifat yang terbatas, sehingga
manusia dihadapkan pada kondisi untuk saling berkompetisi mencari sumber daya
alam dan mengarah pada kegiatan eksploitasi.
D. Paradigma pencemaran lingkungan
Paradigma pencemaran lingkungan menjelaskan tentang komponen apa saja
yang ada dalam pencemaran tersebut untuk dapat dianalisa dan dikaji dalam hal ilmu
pengetahuan tentang pencemaran lingkungan kedepannya. Secara struktur
menyangkut tentang apa dan bagaimana yang merupakan komponen dalam
pencemaran lingkungan tersebut dan secara fungsional berkaitan dengan
bagaimana peran dari masing-masing komponen itu dalam perisitiwa pencemaran
lingkungan. Kejelasan paradigma pencemaran lingkungan dalam konsep ilmu
lingkungan mengarah pada kemampuan memahami dan mendefinisikan mekanisme
terjadinya pencemaran lingkungan dan penanggulangannya. Setelah mengetahui
152
dan memahami definisi dari pencemaran lingkungan dan bagaimana terjadinya
peristiwa tersebut selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan cara maupun
metode pendekatan untuk mencari solusi terhadap permasalahan lingkungan yang
terjadi.
Pencemaran yang terjadi tentu tidak akan lepas dari adanya kajian kimia
lingkungan karena dampak yang diberikan dari pencemaran tersebut dapat dilihat
dari zat yang terkandung dalam bahan pencemar tersebut. Bahan pencemar yang
masuk ke lingkungan hidup merupakan aktivitas manusia dan tentu saja
mengandung zat kimia didalamnya. Unsur-unsur yang terkandung didalamnya
sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan hidup
tempat manusia dan makhluk lainnya berada.
E. Polutan penyebab pencemaran
Polutan merupakan bahan yang mengandung zat berbahaya dan dapat
mencemari suatu lingkungan. Polutan dapat dibedakan atas polutan berjenis kimia,
biologi, dan fisik. Polutan jenis kimia dapat berupa zat radio aktif, logam, pupuk
anorganik, pestisida, detergen, dan minyak yang dimana sumbernya berasal dari
kegiatan industri yang menghasilkan limbah. Polutan jenis biologi tergolong
didalamnya mikroorganisme yang bersifat patogen, seperti E. coli dan Salmonellea
thyposa yang dimana dapat mengontaminasi perairan dan menularkan berbagai
macam penyakit bila masuk kedalam tubuh manusia, seperti tipes, kolera, hepatitis
dan lain-lain. Polutan yang jenis fisik tergolong dari kaleng, botol, plastik dan karet
yang menyebabkan penumpukan sampah akibat dari aktivitas manusia serta
aktivitas industri. Selain sampah tadi, pencemaran fisik dapat juga berupa
kebisingan, radiasi dan suhu.
F. Jenis-jenis bahan pencemaran lingkungan
Zat pencemar atau polutan yang dilihat dari segi biologi dibedakan kedalam
dua kelompok besar yaitu:
1. Didegradasi atau polutan yang dapat diuraikan kembali, dapat dihilangkan dan
dapat dikurangi sifat bahayanya ke tingkat yang dapat diterima oleh alam
maupun manusia. Polutan degradasi ini terbagi menjadi dua yaitu rapidly
degradable pollutants dan slowly degradable pollutants.

153
2. Tidak didegradasi, merupakan jenis polutan yang tidak dapat diuraikan atau
dipecah oleh kemampuan proses alam.
G. Sumber pencemaran lingkungan
Secara garis besar sumber pencemaran lingkungan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pencemaran berupa hasil dari akitivitas manusia dan sumber
pencemaran dari lingkungan akibat kejadian alam. Kedua sumber pencemaran ini
juga dapat dikatakan seabagi sumber pencemaran lingkungan secara alami dan
buatan.
1. Pencemaran lingkungan secara buatan dapat berasal dari aktivitas manusia
yang dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berikut contoh pencemaran dari
akitivitas manusia:
a. Kegiatan seperti mandi, mencuci dan menggunakan racun serangga
merupakan kegiatan manusia yang menghasilkan bahan pencemar
domestik, baik berupa limbah cair, gas maupun padat bahaya bahan
radioaktif yang dapat menganggu kehidupan manusia.
b. Pemakaian pestisida dan pupuk buatan yang dapat menghasilkan bahan
pencemar berupa residu di lahan pertanian yang mengakibatkan penurunan
kualitas lahan.
c. Kegiatan manusia yang dilakukan pada industri dan pertambangan juga
merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Dalam pemenuhan
kebutuhan barang yang dihasilkan industri baik industri kimia maupun pabrik
makanan dan minuman akan menghasilkan limbah baik yang tidak
dikehendaki manusia. Sedangkan pada industri untuk memperoleh bahan
tambang akan menghasilkan limbah yang mengandung Hg.
2. Pencemaran lingkungan secara alami, proses ini merupakan kejadian diluar
kendali manusia. Berikut ini merupakan contoh pencemaran lingkungan yang
terjadi secara alami :
a. Banjir merupakan salah satu contoh pencemaran yang terjadi akibat bencana
alam. Oleh karena itu muncul berbagai macam limbah yang akan mencemari
sumber air bersih di daerah tersebut.

154
b. Gas beracun, pasir hingga lava yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi
merupakan pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan keluarnya
sumber gas beracun di berapa daerah tertentu.
c. Salah satu bencana alam yang termasuk ke dlam pencenaran lingkungan yaitu
tsunami. Limbah air dan juga sisa-sisa mayat yang tidak terurus akan
mencemari sumber air bersih pada daerah tersebut.
H. Macam-macam pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya
ialah sebagai berikut:
1. Pencemaran air
Air dapat dengan mudah tercemar akibat dari aktivitas manusia. Pencemaran air
tergolong masalah global maupun regional dan berhubungan dengan
pencemaran udara. Hubungan antara keduanya dapat dilihat pada kegiatan
dimana disaat udara tercemar jauth bersamaan dengan air hujan maka air
tersebut dapat dikatakan tercemar. Pencemaran air ditunjukkan dengan
perubahan sifat fisik, kimia dan biologi perairan seperti perubahan warna, bau
hingga padatan yang tersuspensi. Bau yang dihasilkan pada lingkungan air yang
tercemar berasal dari buangan limbah domestik maupun industri. Perubahan
sifat kimia dapat berupa nitrogen, chlorida, pH dan lain sebagainya. Apabila air
tidak mengandung zat kimia berbahaya maka ar tersebut dikatakan sebagai air
yang tidak tercemar Sedangkan perubahan biologis berupa patogen. Air dapat
dikatakan tidak tercemar secara biologis apabilaa air tersebut tidak
mengandung kelompok mikroorganisme patogen.
2. Pencemaran udara
Pencemaran udara merupakan masuknya zat pencemar ke dalam udara secara
berlebih. Bahan pencemarnya dapat berupa gas, debu dan asap. Pencemaran
udara bersumber dari aktivitas manusia yang menghasilkan karbondioksida,
pembusukan, nitrogen monoksida yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar
fosil. Selanjutnya buangan gas kendaraan yang berasal dari minyak bumi.
Dampak buruk dari pencemaran udara dapat menyerang kesehatan manusia
karena pencemaran tersebut berlangsung diluar maupun di dalam ruangan.

155
Salah satu contoh pencemaran yang berlangsung dalam ruangan yaitu asap
rokok.
3. Pencemaran tanah
Tanah merupakan sumber daya alam yang menjadi faktor penting bagi
kehidupan manusia. Kelangsungan hidup manusia tidak pernah lepas dari
masalah tanah. Pencemaran ini terjadi akibat dari berbagai hal dianntaranya
adalah sampah plastik dan kaleng yang tidak dapat diuraikan dalam kurun waktu
yang singkat. Pencemaran tanah juga dapat terjadi akibat dari penggunaan
pestisida yang berlebihan kemudia penggunaan deterjen yang tidak dapat
diuraikan juga. Perubahan yang terjadi apabila tanah tercemar yaitu perubahan
struktur tanah, perubahan kandungan unsur hara, Ph, mikroba tanah dan
organisme dalam tanah serta penumpukan garam.
4. Pencemaran suara
Pencemaran suara terjadi akibat dari adanya suara bising yang melampaui batas
yang ditentukan sesuai peruntukan yang dapat digunakan pada lingkungan.
Suara bising dapat berupa suara mesin pabrik, suara kereta, motor, mobil, suara
pesawat hingga suara bising lainnya. Setiap peruntukan lingkungan berbeda
satu sama lain, seperti lingkungan permukiman, lingkungan industri dan
lingkungan perkantoran.
I. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup serta mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemaknaan dari pelestarian
lingkungan merupakan upaya untuk menjaga kelangsungan sumber daya yang ada
didalam lingkungan hidup tersebut. Konsep pelestarian juga merujuk pada fungsi
ekologisnya, yang dilestarikan adalah komponen lingkungan yang menjadi sumber
daya bagi manusia untuk kepentingan ekonomi.

J. Pengendalian pencemaran lingkungan

156
Pengendalian pencemaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia untuk melindungi lingkungannya dari pencemaran yang dapat merusak
lingkungan tersebut. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam upaya mengendalikan
pencemaran lingkungan yaitu, upaya pencegahan, upaya penanggulangan dan
upaya pemulihan. Pencegahan atau preventif merupakan tindakan yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya pencemaran. Penanggulangan merupakan tindakan yang
dilakukan bersamaan pada saat terjadinya pencemaran lingkungan. Sedangkan
pemulihan merupakan tindakan yang dilakukan setelah terjadinya pencemaran
lingkungan. Aspek yang dapat digunakan untuk melihat sifat pengendalian yaitu
waktu pelaksanaan, bentuk pengendalian, pelaku pengendalian, instrumen
pengendalian, teknik pengendalian, sasaran pengendalian, tempat pengendalian dan
metode pengendalian.
K. Pengertian perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat diartikan mengacu pada dua keadaan yang saling
bertolak belakang, apakah mengarah kepada kerusakan ataukah mengarah kepada
perbaikan. Perubahan lingkungan yang mengarah kepada perbaikan untuk saat ini
sulit untuk dapat terjadi untuk mengembalikannya pada keseimbangan lingkungan.
Perubahan lingkungan dapat terjadi akibat dari kegiatan manusia baik dari aktivitas
yang positif maupun negatif. Misal aktivitas manusia yang menebang pilih pohon
maupun menanam pohon, aktivitas lainnya berupa penebangan hutan secara liar,
pembuangan limbah industri ke sungai dan lain sebagainya merupakan aktivitas
negatif bagi lingkungan. Dampak yang diakibatkan dari tindakan semena-mena
manusia dalam merusak lingkungan dapat menyebabkan lingkungan tersebut
menjadi tercemar.
L. Upaya menjaga keseimbangan lingkungan
Keseimbangan lingkungan mesti dapat dijaga dengan baik karena lingkungan
sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Setiap makhluk hidup menggantungkan
dirinya kepada lingkungan dan setiap dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
bergantung pada lingkungan. Menjaga keseimbangan dan pelestarian lingkungan
bukan hanya menjadi tanggung jawab beberapa pihak namun menjadi kewajiban kita
semua untuk dapat melestarikannya. Sederhananya dalam menjaga lingkungan
adalah kesadaran masing-masing individu dalam melakukan kegiatan daur ulang
157
sampah dengan cara memisahkan antara sampah yang dapat di daur ulang maupun
tidak. Selain itu juga melakukan pengomposan sampah organik dan mengolah
kembali sampah menjadi nilai guna dan ekonomis. Bagi perindustrian mampu
menanggulangi limbah industrinya yang mengandung bahan-bahan kimia, yang
dimana sebelum membuangnya harus diolah terlebih dahulu sehingga bahan-bahan
yang mengandung racun tidak menganggu ekosistem dan mencemari lingkungan.
Penganggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara mengurangi
penggunaan bahan bakar minyak dan mesti mencari alternatif bahan yang ramah
lingkungan seperti kenderaan listrik. Mengadakan penghijauan di kota-kota juga
adalah langkah efektif untuk menanggulangi pemcemaran udara. Upaya lainnya
dalam menjaga keseimbangan lingkungan yaitu dengan mengurangi penggunaan
CFC. Penggunaan CFC berlebih dapat merusak lapisan ozon dan terjadinya
pemanasan global. Oleh karena itu penggunaan CFC harus dikurangi dan yang tidak
perlu demi menjaga keseimbangan lingkungan.
M. Konsep pemanfaatan limbah
Sejalan dengan perkembangan zaman, perkembangan industri juga ikut
berkembang disertai jumlahnya yang banyak sehingga tidak luput menjadi salah satu
penyumbang limbah terbanyak dan menjadi pencemar lingkungan sehingga
diperlukan adanya cara untuk menangani masalah ini yaitu memanfaatkan kembali
limbah menjadi produk baru atau bakar bahan baru maupun sebagai pupuk. Selain
itu, limbah yang akan langsung dibuang hendaknya diberi perlakuan khusus sebelum
dibuang ke lingkungan agar tidak merusak ekosistem yang ada.
Limbah dapat digunakan setelah mengetahui sifat dasarnya apakah bersifat
kimia atau fisika limbah tersebut. Hal ini dikarenakan agar dapat diperkirakan
produk apa yang mungkin untuk diproduksi dari limbah yang didaur ulang. Misal saja
limbah yang memiliki sidat kimiawi yaitu limbah tulang dari pabrik pengolahan
daging. Limbah daging tersebut dapat diolah dan mendapatkan ekstraknya berupa
tepung yang memiliki protein dan mineral untuk dijadikan pupuk, pakan ataupun lain
sebagainya. Ada salah satu cara yang cukup menarik untuk memanfaatkan limbah
yaitu memhasilkan komoditas baru dan dibarengi dengan sistem penataan usaha
yang dapat menghasilkan beragam produk lainnya.

158
N. Pengolahan buangan secara mikrobiologis
Prinsip dalam menangani limbah dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, kimia
maupun secara biologi yang dihasilkan tidak akan menganggu kelestarian
lingkungan. Perlakuan dengan cara fisik dilakukan sebagai perlakuan awal.
Perlakuan secara kimia dapat dengan pemisahan partikel suspensi dan juga
pengurangan penggunaan fosfor dan besi.
Pengolahan buangan dengan cara mikrobiologis dapat dilakukan dengan salah
satu cara dari perlakuan secara biologi yaitu dengan bioremidiasi. Bioremidiasi
adalah cara untuk menetralkan tanah dan air yag tercemar zat-zat yang tidak
berbahaya dengan cara menggunakan mikroba dan komponen biologi. Komponen
tersebut dapat berupa enzim, sel-sel mikroba atau tanaman. Bioremidiasi tidak
memerlukan biaya lebih dalam pelaksanaannya karena bioremidiasi merupakan
langkah yang aman dan efisien dalam penggunaannya dan juga hanya memerlukan
peralatan yang sederhana.
Selanjutnya langkah yang dapat digunakan adalah biotreatment logam atau
dengan istilah kata fitoremidiasi dengan menggunakan bagian tanaman tertentu
untuk meremidiasi lingkungan yang tercemar. Tumbuhan yang digunakan dapat
mengatasi kontaminan berupa logam-logam berat semisal timbal, merkuri atau
selenium. Berikutnya adalah biodegradasi, yaitu penguraian yang dilakukan secara
biologi. Senyawa tertentu yang berdasarkan sifatnya dan susunan bahannya yang
pada umumnya dapat terdegredasi secara cepat untuk senyawa organik dan
berbeda untuk senyawa anorganik yang terjadi secara lambat. Penggunaan mikroba
dalam biodegradasi limbah memerlukan penelaahan yang lebih lanjut yang
sehubungan dengan sifat dan bentuk substrak, bentuk jasad yang berperan
didalamnya. Hal ini dikarenakan secara keseluruhan proses biodegradasi terjadi
secara enzimatis.

159
DAFTAR PUSTAKA

Asyfiradayati, Rezana. (2022). Dampak Pencemaran Lingkungan Biological Hazard.


Dewata, Indang & Yun Hendri Danhas. (2018). Pencemaran Lingkungan. Depok:
Rajawali Pers.

Hasanah, Nurul. (2022). Konsep Pengembangan Kota Hijau.

Irianto, I. Ketut. (2015). Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Bali: Universitas
Warmadewa.
Lola, Ermiyuli. (2021). Modul Praktikum Pencemaran Tanah.
Mareta, Delima Engga. (2020). Pencemaran Lingkungan. Palembang: Noerfikri.
Nia, Ni Made. (2021). Analisa Limbah Rumah tangga Terhadap Dampak Pencemaran
Lingkungan.
Prasetyo, Lian, M. Yoka & Dedy Agung. (2022). Peramalan Tingkat Pencemaran Udara
Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Metode Time Series Cheng.
Rofik, M., Ali Mokhtar. (2021). Pencemaran Dalam Lingkungan Hidup.
Tiara, Dian. (2021). Pengembangan E-Modul Flipbook Maker Berbasis Pendekatan Sets
Pada Materi Pencemaran Lingkungan.
Yuliawati, Eva. (2022). Modul Pencemaran Lingkungan dan Pengolahan Limbah Pada
Mata Kuliah Pendidikan Lngkungan.

160
BIODATA PENULIS
Sri Wahyuni, S.Pd.,M.Pd. Lahir di Apala, 07 Januari 1990 . berhasil
menyelesaikan studi sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Biologii
Universitas Negeri Makassar (UNM) pada tahun 2011 dan Magister (S2)
Jurusan Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negerii Makassar
Tahun 2014. Saat ini merupakan Dosen Tetap Progran Studi Pendidikan
Biologi Universitas Muhammadiyah Bone. Aktif menulis artikel dii berbagai
jurnal Ilmiah dan terakreditasi SINTA dan telah berhasil menerbitkan buku
chapter bersama teman dosen di Universitas Muhammadiyah Bone berjudul Pembelajaran Di
Masa Pandemi Covid-19. Pada program studi pendidikan biologi mengampuh mata kuliah
Bioteknologi, Mikrobiologi, Microteaching, Media dan Sumber Pembelajaran Biologi serta
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi.

161

You might also like