You are on page 1of 13

MAKALAH AKHLAK TASAWWUF

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK


Dosen Pengampu ; Dr. Ah Syukron Latif, M.A

IZUL AULIA FIRMANSYAH 222104010009


MUHAMMAD SANDI 222104010008
MUHAMMAD SULTONI FIRDAUS 222104010011

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan karunia
serta rahmatnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan baik. Solawat
serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
saw yang telah membimbing umat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang
benderang.
Terimakasih banyak kami hadiahkan kepada dosen pengampu Dr. Ah
Syukron,M.A karna telah senantiasa memberikan bimbingan dengan baik hingga saat
ini, terimakasih pula kami ucapkan kepada pihak yang turut berkontribusi perihal
penyusunan makalah. Makalah ini kami tulis dengan pembahasan hal hal seputar Sejarah
Perkembangan Ilmu Akhlak, selain untuk menyelesaikan tugas yang telah di amanahi oleh
dosen, bermaksud pula agar para pembaca turut ikut mengetahui bagaimana Akhlak itu
berkembang, meluas, diamalkan dalam kehidupan sehari hari serta dikenal banyak orang.
Kami sebagai makhluk yang lemah penuh dengan kesalahan mohon maaf jika
banyak kesalahan yang kami buat, kritik dan saran sangat kami nantikan sebagai bahan
evaluasi yang akan kami benahi, harapan kami semoga dengan adanya makalah Akhlak
tasawuf dengan tema Sejarah Perkembanga Ilmu Akhlak dapat menjadi salah satu bacaan
para pelajar atau mahasiswa yang tentunya bermanfaat.

14 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak.................................................................................2

B. Ilmu akhlak di luar agama Islam..................................................................................3

C. Ilmu Akhlak Dalam Agama Islam....................................................................................5

D. Ilmu Akhlak Pada Abad Modern......................................................................................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................9

A. Kesimpulan.......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti “penciptaan” atau “pembuatan”
sedangkan dalam konteks agama berarti budi, tabia’at, perilaku, adab. Menurut
imam Al-Ghazali akhlak merupakan kondisi dimana ingin melakukan sesuatu tanpa
berfikir ataupun merenung.
Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah
pernah membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya
berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-
ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan
berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman
sebelum islam, pertengahan, dan di zaman modern.
Dari filsuf filsuf Yunani terjadilah persoalan antara baik dan buruk. Yang
mana persoalan ini menjadi permbicaraan utama dalam kajian ilmu akhlak dan
ilmu estetika. Di antara pembicaraan baik dan buruk penting karena terdapat dua
alasan, ini juga berkaitan dengan ilmu akhlak, dan dapatmengetahui pandangan
islam tentang persoalan akibat munculnya berbagai aliran.Pada pembahasan ini
kami sebagai pemakalah akan menjelaskantentang sejarah perkembangan ilmu
akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern dan baik dan buruk
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu akhlak?
2. Bagaimana ilmu akhlak di luar agama islam?
3. Bagaimana ilmu akhlak dalam agama islam?
4. Bagaimana ilmu akhlak pada zaman baru?
C. Tujuan
1. Ingin mengetahui sejarah perkembangan ilmu akhlak
2. Ingin mengetahui ilmu akhlak di luar agama Islam
3. Ingin mengetahui ilmu akhlak dalam agama Islam

1
4. Ingin mengetahui ilmu akhlak pada zaman baru

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak
Sejarah merupakan suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan berbagai
macam tragedi, perkembangan bisa diartikan juga sebagai pertumbuhan secara perlahan
dengan jangka waktu panjang ataupun singkat, mengalami perubahan terus menerus.
Ilmu merupakan pengetahuan terhadap suatu bidang tertentu yang telah tersusun secara
sitematis, sedangkan akhlak merupakan bentuk amaliah seseorang berupa ucapan maupun
perbuatan yang dinilai baik atau buruk.
Sejarah perkembangan ilmu akhlak ialah titik awal peristiwa pertumbuhan tentang
budi pekerti ataupun tingkah laku yang tersusun secara sistematis melalui beberapa
macam metode. Judul materi semacam ini merupakan proses mencari tau titik awal suatu
hal di katakan muncul kemudian berkembang.
Ada sebuah pendapat mengatakan bahwa akhlak merupakan tatanan normatif
yang dengannya dapat diketahui sifat baik dan buruk manusia secara komprehensif,
artinya penilaian manusia dapat di lihat dari sosial maupun individu, baik interaksi
berhubungan dengan tuhannya, berhungan dengan sesama manusia, bahkan kepada alam
sekalipun.
Jika merujuk kepada pendapat diatas dapat diartikan bahwa akhlak muncul
bersamaan dengan penciptaan manusia pertama kali, yaitu pada masa nabi Adam as,
dalam arti lain akhlak telah menjadi tatanan normatif pertama dalam interaksi dengan
tuhan dan lingkungannya, walaupun akhlak pada waktu itu belum terdefinisikan secara
ilmiah. Yang demikain itu menunjukan bahwa akhlak tercipta bersamaan dengan
terciptanya manusia.

Hal demikian telah Allah jelaskan dalam firmannya surat Al-Baqarah ayat 35:

َ‫ْث ِشْئتُ َما َواَل تَ ْق َربَا ٰهَ ِذ ِه ٱل َّش َج َرة‬ bَ ‫َوقُ ْلنَا ٰيَٓـَٔا َد ُم ٱ ْس ُك ْن َأنتَ َوزَ وْ ج‬
ُ ‫ُك ْٱل َجنَّةَ َو ُكاَل ِم ْنهَا َر َغدًا َحي‬

2
ٰ
َ‫فَتَ ُكونَا ِمنَ ٱلظَّلِ ِمين‬
Artinya :“Dan kami berfirman hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan jangalah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang dholim” (QS.Al-Baqoroh : 35).
Dari fiman diatas, Allah memberikan perintah dan larangan kepada nabi Adam,
dengan beberapa konsekuensi yang akan di terima jika larangan itu di langgar, hal itu
bertujuan untuk mengatur nabi Adam dan istrinya untuk menjalani kehidupan, entah
seperti apa godaan dari iblis yang di terima sehingga keduanya melanggar perintah yang
telah di tentukan sebelumnya, konsekuensi di keluarkan dari surga pun di dapatkan.
Dalam firman Allah yang lain diceritakan awal mula sejarah pembunuhan pada manusia
terjadi. Qobil melakukan pembunuhan terhadap saudaranya lantaran tidak menerima
ketentuan yang telah di tentukan, lebih jelasnya faktor hasrat pribadi yang kuat serta
rayuan iblis yang tidak mampu untuk di abaikan. yang kemudian melupakan aturan dan
hukum
dengan ujian demikian dapat memperlihatkan bagaiman perilaku sebenarnya.
Adakah ia taat dan patuh atau sebaliknya membangkang dan melanggar. Dengan aturan
aturan tersebut dapat dilihat bagaimana seseorang bertindak atau berprilaku.
Sesungguhnya kaidah (aturan) yang dibuat oleh Allah tersebut memuat apa yang disebut
dengan akhlak secara haqiqi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
(Allah) dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia.
Namun demikian, secara ilmiah belum ada penyeledikian akhlak pada masa nabi
Adam tersebut. Kabar yang sampai kepada umat manusia periode berikutnya hanya
melalui wahyu dan kitab suci agama-agama samawi. Nabi-nabi menceritakan dan
menjelaskan apa yang disampaikan Tuhan melalui wahyu untuk menjadi pelajaran bagi
umatnya masing-masing di setiap periode nabi.
B. Ilmu akhlak di luar agama Islam
1. Akhlak pada bangsa Yunani
Pada tahun 500-400 SM muncul paham Sophisticians yaitu orang yang
bijaksana, setelah kemunculan itu perkembangan dan pertumbuhan akhlak
muncul. Sedangkan sebelum itu tidak dijumpai perbincangan mengenai akhlak

3
dikalangan bangsa Yunani karna mereka disibukkan dengan penelitiannya terkait
alam. Dasar pemikiran orang Yunani kala itu untuk membangun akhlak ialah
Filsafat sehingga tidak heran jika hasil yang didapat berkaitan erat dengan
logika murni.
Filosof Yunani pertama kali yang mengembangkan pemikiran tentang akhlak
ialah Socrates, ia berpendapat bahwa akhlak dan pola hubungan tidak akan
benar jika tidak di dasarkan pada ilmu pengetahuan. Setelah Socrates muncul
dua golongan yang mengaku sebagai pengikutnya, golongan petama Cynics dan
golongan kedua Cyrenics golongan petama dibangun oleh Antithenes (444-370
SM) mereka mengatakan bahwa ketuhanan itu bersih dari kebutuhan, dan
sebaik-baik manusia adalah yang berperangai ketuhanan. Sedangkan golongan
kedua, Cyrenics dibangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena. Golongan ini
berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah satu-
satunya tujuan hidup yang benar. Menurut mereka, yang memiliki tingkat
kelezatan yang lebih tinggi merupakan sesuatu yang lebih utama.
Kemudian datanglah Plato, ia merupakan ahli filsafat sekaligus murid dari
Socrates ia mengarang banyak buku diantaranya “Republic” buah pikirannya
dalam akhak termuat dalam buku itu. Ia mengatakan bahwa dibelakang alam
lahir terdapat alam lain berupa alam rohani.
Setelah Plato, datang pula Aristoteles. Sebagai seorang murid
Plato,Aristoteles berupaya membangun suatu yang khas dan para pengikutnya
disebut sebagai kaum Peripatisc. Ia berpendapat bahwa tujuan akhir yang
dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau
kebahagiaan. Jalan untuk menapai kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.
Dan masih banyak lagi pemikir akhlak di zaman Yunani. Keseluruhan
pelajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani tersebut tampak
bersifat rasionalistik. Penentuan baik dan buruk didasarkan pada pendapat akal
pikiran yang sehat dari manusia. Karenanya disebutkan bahwa ajaran akhlak
yang dikemukakan para pemikir Yunani bersifat anthropocentris (memusat pada
manusia). Pendapat yang demikian itu dapat saja diikuti sepanjang tidak
bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah.
2. Akhlak pada agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga Masehi, Agama Nasrani berhasil mempengaruhi
pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak dalam Kitab

4
Taurat dan Injil. Menurut agama ini Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhanlah
yang menentukan dan membentuk patokon patokan akhlak yang harus
dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian ajaran akhlak pada Agama Nasrani ini tampak bersifat
teo-centri (memusat pada tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Menurut ahli-ahli
filsafat Yunani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik ialah
pengetahuan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut Agama Nasrani pendorong
berbuat kebaikan ialah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk
Kitab Taurat. Selain itu, agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha
sungguh-sungguh mensucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan
dosa, baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan. Akibat dari paham
akhlak yang demikian itu, kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini
suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah, zuhud dan hidup
menyendiri.
3. Akhlak pada bangsa Romawi
Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan) Kehidupan bangsa Eropa
pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Gereja berkeyakinan bahwa
kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan oleh
wahyu tentu benar adanya. Oleh karena itu tidak ada artinya lagi penggunaan
akal pemikiran untuk penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan
tidak bertentangan dengan doktrin yang dikeluarkan oleh gereja. Namun
demikian sebagian dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran
Plato, Aristoteles, Stoics untuk memperkuat ajaran gereja. Dengan demikian
ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran
akhlak yang dibangun dengan perpaduanantara ajaran Yunani dan ajaran
Nasrani. Corak ajaran yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani
dan ajaran agama itu, nantinyaakan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak
yang terdapat dalam Islam.
4. Akhlak pada Bangsa Arab
Bangsa Arab pada masa Jahiliyah tidak memiliki ahli-ahli filsafat yang
mengajak pada paham tertentu seperti bangsa Yunani dan Romawi.Pada masa
itu bangsa Arab hanya mempunyai ahli hikmah dan ahli syair. Di dalam kata-
kata hikmah dan syair tersebut dapat dijumpai ajaran yangmemerintahkan agar
berbuat baik dan menjauhi keburukan, mendorong pada perbuatan yang utama
dan menjauhi dari perbuatan yang tercela danhina. Hal yang demikian misalnya
terlihat pada kata-kata hikmah yang dikemukakan Luqmanul Hakim, Aktsam
bin Shaifi, dan pada syair-syair yang dikarang oleh Zuhair bin Abi Sulman
dan Hakim al-Thai.
C. Ilmu Akhlak Dalam Agama Islam

5
Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan
mengakuinya bahwa dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, pemberi Rahmat,
Pengasih dan Penyayang terhadap segala makhluk yang beraneka warna, dari biji dan
binatang yang melata dibumi sampai kepada langit yang berlapis semuanya milik Tuhan
dan diatur-Nya.
Al-Qur’an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam.
Hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-
pokok akhlak dan perbuatan dapat pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan
perbuatan dapat dijumpai sumber aslinya di dalam Al-Qur’an.
Dalam QS. Al-Nahl [ 16] ayat 90.

َ ٰ ‫ِإنَّ ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر بِٱ ْل َعد ِْل َوٱِإْل ْح‬


‫س ِن وَِإيتَٓاِئ ِذى ٱ ْلقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َع ِن ٱ ْلفَ ْحشَٓا ِء َوٱ ْل ُمن َك ِر َوٱ ْلبَ ْغ ِى ۚ يَ ِعظُ ُك ْ;م‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat , dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberipengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran. (QS. AlNahl [ 16]: 90).
Ayat diatas menunjukkan dengan jelas bahwa ajaran akhlak dalam islam dengan
sumbernya Al-Qur’an demikian lengkap dan mendalam. Yakni tidak hanya melarang atau
memerintah saja, melainkan menunjukkan dengan jelas manfaat yang terkandung dalam
perintah tersebut, dan bahaya yang terkandung dalam larangan.
Disaat islam datang dibawa oleh Muhammad saw. islam tidak menolak setiap
kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab. Dalam perkembangannya
kemudian, ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam
dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama islam mengajak manusia
agar percaya kepada Tuhan dan mengakui Dia-Lah yang Maha Pencipta, Pelindung,
Pengasih dan Penyayang terhadap makhluknya. Selain itu agama Islam juga mengandung
jalan hidup manusia paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun manusia kepada
kebahagiaan dan kesehjahteraan. Banyak ajaran ajaran dalam islam yang mengajarkan

6
umatnya untuk berbuat baik kepada sesama seperti yang telah di firmankan oleh Allah
surah Al-Hujurat ayat 13

ِ ‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم; ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْ;م‬
َ ‫ش ُعوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬ ُ َّ‫ٰيََٓأ ُّي َها ٱلن‬
‫َأ ْتقَ ٰى ُك ْ;م ۚ ِإنَّ ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat tersebut menekankan manusia untuk saling mengenal antar satu sama lain,
baik sesama suku bangsa ataupun berbeda suku dan bangsanya. Nilai etik sosial
ditekankan kepada setiap individu untuk saling mengetahui dan dekat satu sama lain
sehingga hubungan kemanusiaan terjalin tanpa adanya sekat atau perbedaan warna kulit
dan bahasa. Yang disentuh al-Qur’an adalah entitas “manusia”, bukan “siapa” atau “dari
mana”.
D. Ilmu Akhlak Pada Abad Modern
Yang dimaksud dengan periode modern disini adalah masa yang dimulai dari
tahun 1800 M, sampai fase kita sekarang ini. Dalam fase ini juga terdapat gejala
kebangkitan umat islam di berbagai belahan dunia. Ditandai denga jatuhnya Mesir ke
tangan barat, menginsyafkan dunia islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat
islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi.
Pada Akhir abad kelima belas yaitu menjelang fase modern, Eropa mulai
mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Kehidupan mereka yang semula terdoktrin oleh ajaran gereja kemudian digeser dengan
memberikan peran yang besar kepada akal pikiran. Pergeseran paradigma ini terjadi
hingga beberapa generasi yang akhirnya melahirkan para tokoh dan pemikir hebat pada
masanya masing-masing.
Banyak tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini, diantaranya
Descartes, Shafesbury dan Hatshon, JS Mill Kant dan Bertrand Russel. Para tokoh ini
tidak hanya membicarakan tentang ilmi dan teknologi, seperto rumus kimia atau fisika,

7
tetapi juga filsafat dan akhlak. Pemikiran akhlak telah banyak mereka kemukakan dan
tersebar dalam berbagai literatur mengenai etika, dan sebagian menjadi pedoman hidup
masyarakat Eropa hingga saat ini. Pemikiran tentang akhlak ini selnjutnya dapat dijumpai
pada Immanuel Kant, ia berpendapat bahwa kriteria perbuatan akhlak adalah perasan
kewajiban intuitif. Bahkan ia berkeyakinan bahwa “keberadaan Tuhan tidak bisa
dibuktikan melalui argumentasi akal murni, keberadaan Tuhan hanya bisa didapat
melalui intiusi akhlaki”. Kant beranggapan bahwa manusia merasakan larangan dan
perintah intuisinya. Larangan berbohong, berhianat, dan perintah mencintai orang lain
semua itu telah ada dalam diri manusia secara fitri.
Kant beranggapan bahwa manusia merasakan larangan dan perintah intuisinya.
Larangan berbohong, berhianat, dan perintah mencintai orang lain semua itu telah ada
dalam diri manusia secara fitri. Pemikiran Kant tersebut sejalan dengan apa yag
disampaikan Allah dalam al-Quran :
‫َو َه َد ْي ٰنَهُ ٱلنَّ ْج َد ْي ِن‬
Artinya : “dan kami telah memberi petunjuk kepada nya (manusia) dua jalan (baik
dan buruk) “. (QS. Al-Balad : 10)
Dalam ayat lain juga dijelaskan:
‫فََأ ْل َه َم َها فُ ُجو َرهَا َوتَ ْق َو ٰى َها‬
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya“. (QS. Asyams: 8).
Walaupun kedua potensi ini (baik-buruk) terdapat dalam diri manusia, namun
isyarat al-Qur’an menunjukkan bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia
daripada kejahatan, dan pada dasarnya manusia lebih cenderug kepada kabaikan.
Melihat fenomena munculnya para pemikir dan pegiat bidang akhlak atau etika
dan moral, menyadarkan kita, bahwa bagsa Eropa tidak sepenuhnya matrealistis. Dalam
pandangan sisi lain juga melahirkan pemikiran-pemikiran hebat dalam bidang akhlak.
Tidak sekedar teori tetapi jauh melampaui batas wacana karena menjadi paradigma
berfikir dan berbuat. Lebih jauh menjadi dasar pijakan dalam berkehidupan sesama
manusia.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak sudah ada dan muncul sejak adanya manusia pertama kali, yaitu masa nabi
Adam. Lebih jauh dapat dimaknai, bahwa akhlak muncul bersamaan dengan munculnya
manusia pertama kali, namun secara ilmiah belum ada penyeledikian akhlak pada masa nabi
Adam tersebut.
Secara Ilmiah, penyelidikan akhlak untuk pertama kali dilakukan oleh filosof yunani
yang bernama Socrates yang memusatkan penyelidikannya dalam pemikiran tentang akhlak
dan hubungan manusia satu dengan yang lain. Kemudian datang Plato yang tidak lain
merupakan murid Socrates yang tersohor dan memiliki banyak pemikiran original. Salah satu
buah pikirannya dalam akhlak termuat didalam bukunya yang terkenal yaitu “Republic”.
Pandangannya terhadap akhlak berdasar pada “teori contoh” yang ia sampaikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. (1983). Akhlak. (M. Ma'ruf, Trans.) Jakarta: Bulan Bintang.


Junaidi, M. (2019). Akhlak Dalam Perspektif Sejarah. Semarang: Jurnal Studi
Keagamaan,Pendidikan dan Humaniora.
Muthohari, M. (1995). Falsafah Akhlak. (Faruk, Trans.) Bandung: Pustaka Hidayah.
Nata, A. (2004). Akhlak Tasawwuf. Jakarta: Raja Grahafindo.

10

You might also like