Professional Documents
Culture Documents
Komunikasi Massa
Komunikasi Massa
Disusun Oleh :
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada mata kuliah
Komunikasi Massa. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang media massa dan kegiatan dakwah islam serta
hubungan media massa dan dakwah islam
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Media Massa..........................................................................................6
B. Efek Media Massa..................................................................................9
C. Agama di Media Massa........................................................................15
D. Agama Sebagai Salah Satu Sumber Eksistensi Media.........................18
E. Pengertian Dakwah..............................................................................20
F. Macam-Macam Media yang Digunakan Untuk
Berdakwah............................................................................................21
G. Kegiatan Dakwah.................................................................................24
H. Dakwah dan Media Massa...................................................................27
I. Memahami Islam Melalui Dakwah Islam di Media Massa.................33
J. Masyarakat Sebagai Mad‟u Dakwah dan Komunikan Komunikasi
Massa...................................................................................................36
K. Islam dan Media Indonesia..................................................................38
3.1 Kesimpulan..........................................................................................42
3.2 Saran....................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................44
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
membuat kan berbagai macam bahan media komunikasi massa dari koran radio
televisi dan terakhir adalah internet munculnya media massa melalui internet juga
dapat menimbulkan dampak positif di bidang dakwah kini bukan hanya Harus
Bertemu secara langsung tapi dengan adanya media massa berdakwah menjadi
lebih mudah dengan memanfaatkan teknologi yang ada seperti membuat sebuah
konten dakwah lalu dipublikasikan di internet contohnya pada Instagram
Facebook Tiktok YouTube dan lain lain
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Media Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Istilah "massa" mengacu pada kolektivitas
tanpa bentuk, yang komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Menurut kamus
bahasa Inggris ringkas memberikan definisi "massa" sebagai suatu kumpulam
orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas".
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak.
karena ia memiliki kecepatan bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi
yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, film dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
6
Jadi, media massa adalah industri dan teknologi komunikasi yang
mencakup surat kabar, majalah. radio, televisi dan film. Istilah 'massa' mengacu
pada kemampuan teknologi komunikasi untuk mengirimkan pesan melalu ruang
dan waktu dan menjangkau banyak orang. 1
Manusia bisa menonton siaran langsung dari belahan dunia manapun, bisa
mengakses informasi apapun dan mampu berkomunikasi dengan siapapun di
belahan dunia lain. Perkembangan yang begitu pesan tersebut tentunya banyak
efek, positif maupun negatif, sadar atau tak sadar, manusia sekan-akan dibawa
kepada dunia yang kalau boleh dikatakan “dunia yang di kendalikan oleh media
itu sendiri”.Sebelum kita mendefinisikan apa itu media massa terlebih dahulu kita
bahas tentang apa itu komunikasi massa. Karena media massa dan komunikasi
massa adalah satu paket tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang yang
keberadaanya selalu bersamaan.
1
Hamdani Thaha, “Media Massa Dan Masyarakat,” Al-Tajdid I, no. 1 (2003): 60-61.
7
mengirimkannya secara serempak kesejumlah orang banyal yang terpisah.
Komunikator dalam komunikasi massa biasanya media massa (surat kabar,
majalah penerbit buku, stasiun atau jaringan TV). Itu berarti komunikatornya
bukan orang per orang seperti seorang wartawan misalnya. Wartawan merupakan
salah satu bagian dari sebuah lembaga. Wartawan sendiri bukan seorang
komunikator dalam komunikasi massa. Ia adalah orang yang sudah
terinstitusikan/dikembagakan (institusionalized person) artinya berbagai sikap dan
prilaku wartawan sudah diatur dan harus tunduk pada sistem yang sudah
diciptakan dalam saluran komunikasi massa tersebut.2
Setelah kita mengetahui apa itu komunikasi massa maka kita bisa tahu
bahwa komunikasi massa tidak mungkin terjadi tanpa adanya sebuah media
penyalur. Baik itu dalam bentuk majalah, koran, televisi maupun internet.
Sehingga bisa dikatakan bahwa media massa adalah media komunikasi dan
informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses
oleh masyarakat secara masal pula.4 Sehingga informasi yang dihasilkan oleh
media massa dinamakan informasi massa maksudnya informasi yang
diperuntukan kepada masyarakat secara masal, bukan informasi yang hanya boleh
dikonsumsi oleh pribadi.
2
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hal.20
3
Burhan Mungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), hal.71
4
Ibid., hal.72
8
Perkembangan teknologi informasi telah membuahkan berbagai macam
alat media komunikasi massa. Mulai dari koran, radio dan televisi dan yang
terakhir adalah internet. Munculnya media massa melalui internet ini tidak saja
mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu
mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa
disadari komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu
kehidupan masyarakat yang nyata dan kehidupan masyarakat maya
(cybercommunity).
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif dan
konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan
pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude
(sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Meskipun dimensi-dimensi efek ini
berhubungan satu sama lain, ketiganya juga independen satu sama lain. Sebagai
contoh meningkatnya pengetahuan tentang suatu isu tidak selalu diikuti oleh
perubahan attitude.
9
yang selalu tidak tahu apa-apa dalam review mereka tentang kampanye-kampanye
informasi publik.
Minat pada belajar diferensial hidup kembali ketika Tichenor dan kawan-
kawannya mengusulkan “hipotesis kesenjangan pengetahuan”. Mereka
menjelaskan bahwa “ketika informasi yang masuk melalui media massa ke dalam
suatu sistem sosial meningkat, segmen-segmen populasi itu dengan status sosial
ekonomi yang lebih tinggi cenderung untuk memperoleh informasi ini lebih cepat
daripada segmen-segmen yang status sosial ekonominya lebih rendah, sehingga
kesenjangan dalam pengetahuan di antara segmen-segmen ini cenderung
meningkat daripada berkurang”.
10
Pendidikan tampaknya menjadi suatu faktor yang menentukan dalam
mendapatkan pengetahuan. Ia juga melengkapi segmen tertentu khalayak dengan
keterampilan berkomunikasi yang diperlukan . Penggunaan media yang tinggi
juga melengkapi mereka dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dalam
beberapa topik. Dengan demikian proses atensi, komprehensif dan retensi yang
selektif selain anggapan mereka tentang penggunaan inovasi, memberikan
kontribusi pada perbedaan pengetahuan, attitude, dan perilaku khalayak.
Dimensi efek komunikasi melalui media massa dapat juga ditinjau dari
dimensi lain, yaitu: a) Langsung atau kondisional, b) Spesifik-isi atau umum-
menyebar, c) Perubahan atau stabilitas, d) Kumulatif atau non kumulatif. e)
Jangka pendek atau panjang, f) Mikro atau makro, dan g) Efek prososial atau
antisosial.
Pendapat umum tentang suatu efek komunikasi ialah suatu respon yang
langsung, isomorfik atau satu demi satu. Dalam komunikasi media massa, hal ini
menunjukkan juga suatu dampak yang segera, yang sama kemungkinannya untuk
setiap orang dalam suatu khalayak, seperti pada teori peluru atau jarum suntik.
Efek mungkin spesifik sesuai dengan isi pesan atau menyebar. Peneliti dapat
mempelajari efek program televisi untuk anak-anak, seperti Sesame Street di
Amerika Latin dan mennetukan bagaimana program itu telah mempengaruhi
kemampuan membaca dan menulis dan juga berhitung di antara penonton-
penonton muda itu. Selain itu riset dapat juga bersifat lebih umum, speerti
penelitian tentang dampak sosial penggunaan radio dan televisi melalui satelit di
India dan Indonesia. Misalnya, dari penelitian semacam itu diketahui bahwa
jadwal siaran televisi menimbulkan konflik dengan waktu shalat dan waktu
belajar.
11
memperkuat kepercayaan yang telah ada, attitude, dan cara mengerjakan sesuatu,
daripada mendorong perubahan. Dalam melaporkan berita, beberapa peneliti
berpendapat bahwa kadang kala media mendorong informasi yang memiliki
potensi merusak.
Suatu dimensi yang juga ada hubungannya ialah apakah efek tersebut
jangka pendek atau jangka panjang. Dalam studi televisi di Samoa Amerika,
peneliti menemukan efek belajar jangka panjang di kalangan para pelajar, selain
perilaku meniru. Kondisi personal dan struktural yang menyebabkan macam
belajar dan modifikasi perilaku ini terjadi perlu dipelajari juga. Efek media massa
juga dapat dipandang dari suatu sudut mikro, yang individu dalam suatu
masyarakatnya, dijadikan unit pengamatan, atau dari sudut makro, yang isu-isu
seperti pemilikan media massa dan peliputan berita, penggunaan televisi dan
radio, produksi surat kabar dijadikan unit pengamatan.
Media juga memiliki efek fisik, dimana media memperkenalkan alat- alat
baru rumah tangga di mana-mana di dunia, dari masa kecil seperti radio dan
perekam kaset video, sampai kepada media besar seperti satelit. Di samping itu,
media massa baru menggabungkan beberapa teknologi yang sudah ada. Teleteks
menggunakan sinyal televisi untuk menyiarkan informasi kepada penerima
khusus, sedangkan videoteks menggabungkan teknologi telepon dan komputer.
12
Sementara itu, satelit memperlancar transmisi informasi ke wilayah yang sangat
luas. Media baru ini memiliki potensi untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas
pembangunan jika digunakan secara selektif dan tepat. Ada juga efek psikologis
komunikasi massa, seperti kepuasan yang diperoleh dari berbagai penggunaan
media massa.
Di sisi lain terdapat konsekuensi kultural dan psikologis yang negatif dari
media massa, yang merupakan ancaman terhadap kualitas kehidupan individual
modern. Terlepas dari pengaruh positif dan negatif, pada intinya media massa
telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi masyarakat dalam era informasi dan
komunikasi yang semakin berkembang pesat. Karena media massa menciptakan
suatu situasi dimana khalayak secara serempak memperhatikan pesan.
Terdapat sejumlah cara yang ditempuh oleh media massa untuk membuat
kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah bagi kita. Pertama, media massa
memberitahukan dan membantu kita mengamati dunia kita, media melakukan
fungsi pengawasan. Media menyediakan berita, informasi dan peringatan yang
kita butuhkan untuk membuat keputusan yang trinformasi. Media juga
memberitahukan kita mengenai keadaan dan kejadian yang dengan cepat.
13
Dari beberapa efek positif yang ditimbulkan media massa di atas, maka
dapat disimpulkan fungsi dari media itu sendiri, antara lain:
14
f. Media mengubah pengalaman dan pemahaman diri manusia secara
mendasar.
Pada saat agama sebagai spiritual bertemu dengan konstruk agama lain
terutama dalam hubungan yang bersifat konfliktual, agama mentransformasikan
diri sebagai kekuatan ideologis. Implikasinya agama menjadi anti kritik yang
5
Hamdani Thaha, Op.cit., hlm. 61-66
15
berpotensi meningkatkan sensitivitas nilai-nilai yang dikandungnya. Dalam
konteks inilah agama rentan dijadikan sebagai pemicu atas situasi sosial politik
yang secara substantif keduanya tidak memiliki hubungan apapun.
Potensi keterlibatan masyarakat yang besar ini bagi media massa sangat
menarik. Hal ini karena media massa menempatkan masyarakat sebagai klien
utama dan menjadi bagian strategis dari pengembangan kelembagaannya. Dengan
kata lain, masyarakat adalah segala- galanya dan keberadaannya terutama sebagai
klien atau pembaca akan memberikan jaminan pada satu media atas eksistensinya
sebagai media publik.
16
Kepentingan ekonomi politik inilah yang sesungguhnya menjadi basis bagi
media massa dalam praktik-praktik pemberitaan. Agama dengan sifat
transendensinya diyakini oleh pada pendukungnya memiliki kebenaran mutlak
yang final. Pada level berikutnya, agama menjadi kekuatan ideologis yang pada
titik tertentu dapat mempertemukan antara kelompok satu dengan yang lain secara
berhadap-hadapan. Dalam situasi inilah media massa bisa mengambil keuntungan
untuk mengidentifikasi dirinya menjadi bagian dari ideologi berbasis agama
tertentu. Melalui proses identifikasi ini, media massa secara tidak langsung
memperoleh segmentasi pasar dari kelompok masyarakat baru atau memperkuat
segmentasi lama. Melalui pengembangan opini yang cenderung memproduksi dan
mereproduksi kecenderungan ideologis tertentu, identifikasi ini menjadi hal yang
lumrah diterima masyarakat.
Agama bagi media massa adalah isu strategis yang menjadi instrumen
untuk memobilisasi pembaca. Cara yang dilakukan adalah melalui produksi dan
reproduksi nilai- nilai ideologis yang bersumber pada pemahaman agama. Dalam
konteks Indonesia, pemahaman agama terbangun dalam beberapa paham atau
aliran yang secara umum terbagi dalam 3 (tiga) spektrum utama, yaitu
fundamentalis, modernis, dan liberal. Polarisasi pemahaman agama tersebut
secara tidak langsung berdampak pada pemisahan masyarakat agama dalam sekat-
sekat ideologis yang berbeda. Kelompok- kelompok ideologis ini secara sosial
dan politik berinteraksi dalam paradigma berbeda dan memiliki potensi konflik
yang tinggi. Implikasi kelompok-kelompok ideologis ini membangun kekuatan
komunitasnya melalui pengembangan jaringan sosial politik yang salah satunya
dengan media massa.
Namun karena media massa dalam era industrialisasi saat ini lebih
berorientasi pada kepentingan ekonomi, kolaborasi dengan kelompok ideologis
tidak berarti bahwa proses produksi dan reproduksi media massa juga bersifat
ideologis. Produksi dan reproduksi wacana agama lebih dijadikan sebagai simbol
identifikasi atau bentuk komitmen kolaboratif antara media massa dan kelompok
ideologis. Proses simbolisasi ini secara ekonomis akan memberikan keuntungan
17
kapital bagi media massa dengan keterjaminan pasar (pembaca) dari kelompok
dan masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan ideologi tertentu.
6
Ahmad Muttaqin, “Agama Dalam Representasi Ideologi Media Massa,” KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah Dan Komunikasi 6, no. 2 (1970)
18
Jika diperhatikan, banyak program-program media, khususnya televisi,
yang menghadirkan acara-acara yang sifatnya religious, bentuknyapun sangatlah
beragam. Berikut adalah beberapa program televisi yang menunjukkan bahwa
agama dan media berjalan beriringan;
c. Pengajian atau ceramahk agama, Acara ini hampir sama dengan acara
talkshow religi yang menghadirkan nara sumber yang berkompeten, namun acara
ini lebih bersifat pasif dan berjalan satu arah. Contoh dari acara ini adalah acara
wisata hati ANTV yang dipandu ustad Yusuf Mansur dan Indonesia bertasbih di
tv one.
E. Pengertian Dakwah
7
Ihdal Minan, “Relasi Media Massa Dan Dakwah Kontemporer,” Al-Balagh : Jurnal Dakwah Dan
Komunikasi 1, no. 2 (2016): 201-202.
19
Dakwah itu adalah keistimewaan yang hanya diberikan Allah Swt kepada
umat Nabi Muhammad Saw, umat sebelumnya tak pernah dipikulkan kepada
mereka kehormatan ini. Karena dakwah asalnya adalah tugas para utusan Allah
Swt yang mulia. Khusus umat Islam, amanah ini diberikan pada mereka untuk
mengembannya.
Kita sudah tahu Islam itu benar dan menyeluruh, kita pun sudah
memahami bahwa pengaruh yang menyampaikan dakwah juga sangat penting.
Namun ada satu lagi yang menentukan apakah pesan yang dibawa oleh yang
menyampaikan pesan itu sampai atau tidak, dan inilah bagaimana cara
menyampaikan.
Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Inggris media bentuk dari
medium yang berarti tengah, antara, rata-rata.. Wilbur Schraman mendefinisikan
media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran.
Secara spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang
menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, slide, dan
sebagainya.
8
Felix Y Siauw, Art Of Dakwah, (Jakarta: Al-Fatih Press, 2018), hlm. 5
20
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah, adalah alat yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad‟u. Pada zaman
modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah dan
surat kabar.
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara
untuk mencapai satu tujuan tertentu. Sedangkan dakwah adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang atau alat, orang, tempat,
kondisi tertentu dan sebagainya. 9
Ada beberapa macam yang harus diperhatikan oleh para juru dakwah agar
informasi dakwah tersebut menghasilkan hasil yang diharapkan, diantaranya :
Pertama, media tatap muka sebagai media komunikasi. Media tatap muka
merupakan media komunikasi yang sangat efektif dalam menyanpaikan informasi
atau pesan, karena media dapat manghasilkan respon secara langsung dan dalam
pertemuan ada makna tertentu yang tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya,
maka media ceramah, diskusi perkuliahan yang bersifat langsung merupakan
media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan atau tabligh serta paling
mampu melahirkan respon dari publik. Bila kita cermati bersama media ini
sebetulnya merupakan salah satu media yang cukup murah, praktis dan strategis.
Murah karena tidak memerlukan biaya yang mahal, kita hanya datang,
bertemu kemudian apa yang kita inginkan atau kita sampaikan bisa langsung
sampai pada yang bersangkutan dan apabila kurang adanya kejelasan kita
langsung bisa bertanya dan saat itu juga suasana bisa terselesaikan karena ada
kesepahaman dengan apa yang kita inginkan. Praktis karena media ini tanpa
mengenal basa-basi bahkan layaknya kita menjalin hubungan silaturahim, panjang
umur, banyak rizki dan banyak saudara karena kita bertemu langsung dengan kita
9
Mita Purnamasari and Arief Mulyawan Thoriq, “Peran Media Dalam Pengembangan Dakwah
Islam,” Muttaqien; Indonesian Journal of Multidiciplinary Islamic Studies 2, no. 2 (2021): 93-94.
21
bertemu lewat telepon tentunya auranya adalah berbeda. Strategis, karena media
ini mampu membangkitkan gairah dan pertemanan yang luar biasa disaat kita
tidak pernah bertemu kemudian saat ini kita bisa bertemu langsung pasti
kerinduan yang selama ini terpendam akan terasa lega dan bahagia.
22
bentuk media film yang diburu oleh khalayak luas. Alhasil, tradisi- tradisi agama
yang pada awalnya memberikan penyegaran secara ruhani, secara perlahan
ditinggalkan karena dianggap tidak memberikan pengaruh psikologis dan bahkan
dakwah keagamaan menjadi rutinitas dan ritual keagamaan yang menjemukan.
Ketiga, media visual. Media visual saja juga dapat digunakan; seperti peta foto-
foto kejadian-seperti bencana alam, foto puing-puing dan kehanycuran akibat
perang, serta gambar-gambar lain yang merupakan akibat kedzaliman. Seperti
sejarah Islam masuk ke Nusantara, sejarah berdirinya Kerajaan Samudra Pasai,
Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Mataram yang kesmua itu tidak telepas dari
beberapa cerita dakwah yang bias dikomunikasikan melalui media visual. Media
tersebut sangatlah membantu untuk mengenalkan sejarah masa lampau kepada
anak keturunan kita berikutnya. Kejadian fenomena alam yang pernah terjadi saat
adanya gelombang sunami di daerah aceh yang merusak sarana dan prasarana,
gedung-gedung banyak yang roboh, rumah- rumah penduduk yang hancur rata
dengan tanah bahkan banyak yang meninggal akibat terjangan gelombang sunami
dan masih banyak lagi. kemudian lagi dengan ada adanya bantuan gambar peta
banyak orang yang terbantukan dengan media tersebut, tidak terkecuali dakwah
juga mengalami proses yang sama terbantu oleh peta dakwah yang kita buat
sehingga dakwah bisa sampai kepada masyarakat atau mad‟u dan masih banyak
lagi.
23
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita menggunakan media
dakwah tersebut dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan mitra dakwah
sehingga penyampaian dakwah menjadi efektif. Untuk penentuan pendekatan
dalam pesan dakwah ini didasarkan atas situasi dan kondisi sasaran dakwah yang
melingkupinya. Misalnya masyarakat yang membutuhkan pencerahan agama
Islam umpamanya, tentunya dakwah dengan pendekatan komunikasi penyiaran
Islam akan lebih tepat sasaran.10
G. Kegiatan Dakwah
Secara etimologis kata „dakwah‟ berasal dari bahasa Arab, yakni berasal
dari kata da‟aa-yad‟uu-da‟watan yang berarti seruan, ajakan, panggilan. Dilihat
dari kosa katanya kata dakwah merupakan bentuk kata benda (ism) dalam
pengertiannya, karena diambil (musyitaq) dari fiil muta‟addi, mengandung nilai
dinamika, yakni ajakan, seruan, panggilan, permohonan. Dan makna-makna
tersebut mengandung unsure-unsur usaha atau upaya yang dinamis. Apalagi jika
ia merujuk kepada al-Quran sebagai mashdar dakwah, hampir semua yang ada
kaitannya dengan dakwah di ekspresikan dengan kata kerja (fiil madi, mudari, dan
amr).11
Dakwah juga bermakna sebagai ajakan atau seruan kepada seseorang atau
sekelompok orang untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam.
Bagi yang belum Islam diajak menjadi muslim dan bagi yang sudah Islam diajak
10
Rakhmawati, Istina. Juni 2016 “PERKEMBANGAN MEDIA SEBAGAI SARANA DAKWAH”. AT-
TABSYIR. Vol. 4, No.1.
11
Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim dan Non Muslim,
(Purwokerto: STAIN Purwokerto Press: 2007), hal. 25.
24
menyem-purnakan keislamannya. Lebih lanjut, dakwah yang semula berarti
memanggil, kemudian meluas menjadi mengajak berpindah dari satu situasi ke
situasi lain yang lebih islami/baik.
b. Tulisan: media melalui tulisan ini dapat berbentuk buku, majalah surat
kabar, surat- menyurat, spanduk, dan sebagainya.
12
KI Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2004), hlm. xvi
25
c. Lukisan: media dakwah melalui gambar, karikatur, dan lainnya.
Terjadi sedikit pergeseran paradigma tentang media dakwah, yakni saat ini
teknologi komunikasi melalui media elektronik. Pembagian media di atas dapat
dilakukan dan ditemukan melalui media massa yang ada saat ini. Melalui saluran
inilah penyebaran dakwah harus dapat menyesuaikan diri. Fenomena peningkatan
penyebaran syiar Islam melalui media massa banyak dijumpai di berbagai media,
mulai dari tayangan ceramah, dialog Islam hingga sinetron telah banyak dikemas
di media massa.
13
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), hlm. 32
26
media massa melaksanakan atau mengakomodasikan norma- norma agama
melalui sejumlah fungsi yang dimilikinya (fungsi hiburan, informasi, pendidikan,
dan ekonomi).Yang dimaksud dengan etika di sini tentulah “rem” yang berfungsi
membatasi atau mengontrol kebebasan media. Etika dalam komunikasi massa
mengandung pengertian cara berkomunikasi sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku di tengah masyarakat atau golongan tertentu.14
14
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.34
15
Rijal Mamdud, “Dakwah Islam Di Media Massa,” Al-I’lam; Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran
Islam 3, no. 1 (2019): 50-51.
27
statis atau terdapat dinamika dengan kadar hampir tidak berarti bagi perubahan
sosio-kultural.
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan
dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik,
tetapi disampaikan melalui metode yang tidak tepat maka pesan bisa saja ditolak
oleh si penerima pesan.
Dalam konteks ini, dakwah dipahami secara lebih luas, yakni suatu proses
internalisasi nilai-nilai Islam dalam kancah kehidupan, sehingga nilai-nilai
28
tersebut dapat mewarnai perilaku masyarakat dalam tatanan kehidupan yang
Islami. Dakwah adalah upaya menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam, secara
sederhana dan universal dakwah adalah menyerukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Nilai dakwah ini merupakan strategi untuk mengkomunikasikan
ajaran-ajaran suci agama yang dapat diaktualisasikan dalam berbagai formulasi
tergantung kondisinya, termasuk melakukan formalisasi dakwah melalui partai
dakwah.
Media pers seperti surat kabar, majalah tidak hanya sarat dengan
informasi-informasi berwujud berita, tetapi juga diwarnai dengan bentuk-bentuk
tulisan lainnya yang bersifat ganda, memberi infomasi sekaligus menghibur.
Dengan demikian pers memiliki empat fungsi utama yaitu sebagai pemberi
informasi, pemberi hiburan, melakukan kontrol sosial dan mendidik masyarakat
secara luas.
Perlu pula diketahui bahwa fungsi menghibur bagi pers, bukan dalam arti
menyajikan tulisan-tulisan atau informasi-informasi mengenai jenis-jenis hiburan
yang dirsenangi oleh masyarakat. Akan tetapi menghibur dalam arti menarik
pembaca dengan menyuguhkan hal- hal yang ringan diantara sekian banyak
informasi yang berat dan serius. Dengan demikian tampak bahwa ada kesamaan
antara fungsi dakwah dan fungsi pers.
29
Dalam hal ini, persamaan antara dakwah dan publisistik yaitu sama-sama
menyampaikan isi pernyataan, sasarannya sama-sama yaitu manusia, sama-sama
bertujuan agar manusia lain jadi sependapat, selangkah dan serasi dengan orang
yang menyampaikan isi pernyataan. Dengan demikian, kelihatan bahwa antara
dakwah dan media massa mempunyai hubungan yang erat, terutama dakwah masa
kini sebagai alat penyampaian dakwah kepada khalayak.
Untuk melihat secara gamblang mengapa dakwah masa kini perlu melalui
media massa, maka perlu dilihat beberapa unsur dakwah. Menurut Buya Hamka
seperti yang dikutip oleh H. M. Iskandar dalam buku Pemikiran Hamka tentang
Dakwah, dikemukakan lima unsur dakwah yaitu subjek dakwah, materi dakwah,
metode dakwah, media dan sarana dakwah dan objek dakwah. Unsur-unsur
tersebut salah satu diantaranya adalah media dan sarana dakwah. Media dalam
sebuah informasi adalah sangat penting, karena media merupakan saluran
informasi yang merupakan faktor penentu berhasil tidaknya suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
Akan tetapi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang pesat dari
tahun ke tahun, kini dakwah tidak cukup hanya dipusatkan di masjid saja tanpa
mencoba mencari alternatif lain, mengembangkannya di luar masjid dengan
mempergunakan media yang tersedia, seperti pers atau surat kabar. Pers dalam arti
luas adalah menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media
cetak, maupun dengan media elektronik.
30
dengan melihat pers tentu saja merupakan langkah yang tepat dan bijak. Sekarang
sudah saatnya para pemikir, muballigh, ulama dan pemuka Islam lainnya,
memanfaatkan serta mempergunakan peluang maupun pengaruh yang dimiliki
oleh pers tersebut guna meningkatkan dakwah.
Harapan tersebut seirama dengan apa yang dinyatakan oleh Hasan Basri
Tanjung bahwa beranjaknya kehidupan masyarakat pada tahap informasi telah
mengajak kita untuk melangkah lebih jauh atau paling tidak sama dengan
perubahan sosial yang ada. Untuk mengantisipasi hal tersebut kata beliau, dakwah
billisan tidak memadai lagi, tetapi harus mendapat dukungan dengan suatu media
yang refresentatif dan relevan dengan cakrawala pikiran manusia yang semakin
maju.
Dunia pers yang memiliki fungsi utama sebagai media informasi, media
hiburan dan media kontrol sosial kini semakin semarak. Kehidupan masyarakat
pun tidak bisa lagi dipisahkan dengan pers. Masyarakat kini, khususnya
masyarakat yang melek secara informasi, sangat bergantung kepada pers.
Kini masyarakat dapat leluasa membaca surat kabar apa saja dari surat
kabar politik, dakwah, sampai surat kabar yang seluruh isi halamannya diisi
dengan bentuk-bentuk sensual lengkap dengan gambar-gambarnya yang serba
terbuka dan menantang. Bahkan kini telah muncul pula surat kabar digital yang
bisa diakses di internet semacam detik.com atau astaga.com dan lain-lain. Namun
demikian perlu pula diingat bahwa pada dasarnya, pers adalah pedang bermata
dua, ia dapat menjadi alat dakwah yang sangat efektif, tetapi pada saat bersamaan
ia juga dapat menjadi medium propaganda setan yang paling jitu.
31
Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah di koran perlu
memperhatikan karakteristik media massa. Asep Saiful Muhtadi dalam bukunya
Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek mengemukakan karakteristik media
massa sebagai berikut, pertama, komunikasi massa berlangsung satu arah. Kedua,
komunikasinya bersifat melembaga. Ketiga, pesan-pesan yang disampaikan
bersifat umum. Keempat, pesan-pesan yang disampaikan lewat media digunakan
secara serempak. Kelima, komunikasinya bersifat heterogen.
Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah dalam sebuah koran maka
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tulisan bernuansa dakwah itu akan
dikonsumsikan kepada media apa, apakah media pers khusus Islam atau pers
umum. Menulis dakwah untuk media pers khusus Islam memiliki teknik dan cara
yang sedikit berbeda dengan menulis di media pers umum. Media khusus media
Islam pembacanya sudah jelas sedang media pers umum pembacanya heterogen
berasal dari beragam latar belakang kepercayaan.
Karena itu bahasa dakwah melalui jurnalistik harus memiliki sifat singkat,
padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Sedang bahasa agama adalah
bahasa yang mengedepankan kemurnian, kebenaran, kebersihan, jauh dari kata-
kata kotor, kasar, tidak simpatik dan menyingkirkan kata-kata yang bernada
hasutan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat/49:11-12, Q.S.
Lukman/31: 18-19.
Dakwah masa kini melalui media massa atau surat kabar adalah langkah
yang tepat, karena dengan pers objek dakwah akan lebih cepat menerima
informasi yang diperlukan. Namun pers atau surat kabar sekarang masih sangat
terbatas dijadikan sebagai media komunikasi dakwah oleh pelaku dakwah. Cara
berkomunikasi dalam bentuk dakwah melalui pers harus mengikuti teori-teori
persuratkabaran tanpa meninggalkan nilai-nilai ajaran agama, agar pesan-pesan
dakwah dapat diterima dengan baik oleh sasarannya.
32
dilihat dari asal kata berasa dari kata medium yang berarti alat perantara, jadi yang
dimaksud media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.16
16
Nurul Syobah, Op.cit., hlm 156-160
17
Elizabeth K. Nottingham. Agama dan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pers, 1997), hlm.42.
18
Departemen Agama RI. Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra), hlm.93
19
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 79
33
pekerjan dan kesibukan serta waktu sajalah maka masyarakat kota cenderung
mengamalkan ajaran agama lebih sedikit secara bersama-sama seperti masyarakat
desa pada umumnya.
20
Asep Musyidin dan Ahmad Syafei. Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia,
2002), hlm. 146.
34
memerlukan dakwah sebagai filterisasi dan sarana terciptanya kerukunan
ukhuwah Islamiah.
Pengaruh tayangan film dan sinetron yang tayang di setiap stasiun televisi
mempunyai muatan misi tertentu, misalnya ; hampir disetiap stasiun televisi
khususnya televisi swasta memberikan hiburan film dan sinetron yang berbau
mistik, animisme yang dapat mengurangi keyakinan terhadap kekuasaan Tuhan.
Sebuah film atau sinetron yang ditayangkan ada kalanya hanya menceritakan
perilaku hidup mewah dan konsumtif, pertengkaran keluarga, perebutan harta
warisan dan lain sebagainya yang kesemuanya itu disadari atau tidak dapat
mempengaruhi orang yang menyaksikan acara tersebut.
35
komunikasi massa, sinetron memiliki ciri-ciri, di antaranya bersifat satu arah serta
terbuka untuk publik secara luas dan tidak terbatas.
21
Rijal Mamdud, Op.cit., hlm. 51-53.
36
Mencermati pendapat Syukir tersebut di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa
masyarakat desa secara realitas memang cenderung lebih religius di bandingkan
dengan masyarakat desa dan masyarakat primitif. Suasana religius di desa lebih
terasa dengan adanya kebersamaan dalam mengamalkan ajaran agama, hal ini
terlihat masih banyaknya masyarakat desa yang mengaji, shalat berjamaah secara
bersama-sama.
37
8. Membantu dalam mencari solusi dari problema sosial, budaya, dan ekonomi
yang sedang dihadapi.
22
Japarudin, “Media Massa Dan Dakwah,” Dakwah 13, no. 1 (2012): 23-24.
38
Indonesia menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di zaman penjajahan
Belanda, beberapa media jurnalistik terbit mengiringi jalannya perjuangan, seperti
Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, dan Medan Prijaji. Ketajaman
eksistensi jurnalistik semakin menguat ketika zaman pendudukan Jepang.
Beberapa media jurnalistik yang telah lama hadir di tengah-tengah masyarakat
Indonesia dilarang peredarannya. Akan tetapi, pada akhirnya ada lima media yang
mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara
Asia. Zaman Orde Baru pun memberikan potret yang tajam atas peranan media
jurnalistik terhadap kebijakan pemerintah. Besarnya ancaman yang dimunculkan
oleh eksistensi media jurnalistik mengakibatkan dibredelnya beberapa surat kabar
nasional, di antaranya; Harian Indonesia dan Majalah Tempo.
39
realisasi sinergis antara semua elemen bangsa. Pada dataran inilah, Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dan Sekolah- sekolah Menengah dan Atas
umumnya memiliki peranan signifikan guna mencetak generasi bangsa yang
memiliki kompetensi pada setiap unsur kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kompetensi yang memuat keterampilan sempurna diimbangi dengan penguasaan
teknologi, seni, budaya, dan nilai-nilai keberagamaan (tadayyun).
40
bekerja pada media massa umum dan terlebih-lebih lagi pada media massa
Islam.23
23
S. F. Mas’udi, “Peranan Media Dalam Membentuk Sosio-Kultur Dan Agama Masyarakat
(Menggagas Prinsip-Prinsip Etis Dalam Jurnalistik),” AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran
Islam 01, no. 02 (2013): 216-218.
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Istilah "massa" mengacu pada kolektivitas
tanpa bentuk, yang komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Menurut kamus
bahasa Inggris ringkas memberikan definisi "massa" sebagai suatu kumpulam
orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas".
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif dan konatif.
Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan
pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude
(sikap). Sedangkang efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu menurut cara tertentu.
Agama bagi media massa adalah isu strategis yang menjadi instrumen
untuk memobilisasi pembaca. Cara yang dilakukan adalah melalui produksi dan
reproduksi nilai- nilai ideologis yang bersumber pada pemahaman agama. Dalam
konteks Indonesia, pemahaman agama terbangun dalam beberapa paham atau
aliran yang secara umum terbagi dalam 3 (tiga) spektrum utama, yaitu
fundamentalis, modernis, dan liberal. Polarisasi pemahaman agama tersebut
secara tidak langsung berdampak pada pemisahan masyarakat agama dalam sekat-
sekat ideologis yang berbeda. Kelompok- kelompok ideologis ini secara sosial
dan politik berinteraksi dalam paradigma berbeda dan memiliki potensi konflik
yang tinggi. Implikasi kelompok-kelompok ideologis ini membangun kekuatan
komunitasnya melalui pengembangan jaringan sosial politik yang salah satunya
dengan media massa.
Dakwah itu adalah keistimewaan yang hanya diberikan Allah Swt kepada
umat Nabi Muhammad Saw, umat sebelumnya tak pernah dipikulkan kepada
mereka kehormatan ini. Karena dakwah asalnya adalah tugas para utusan Allah
42
Swt yang mulia. Khusus umat Islam, amanah ini diberikan pada mereka untuk
mengembannya.
B. Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
Japarudin. “Media Massa Dan Dakwah.” Dakwah 13, no. 1 (2012): 23-24.
Thaha, Hamdani. “Media Massa Dan Masyarakat.” Al-Tajdid I, no. 1 (2003): 60-
66.
Uswatun Khasanah, Siti. 2007. Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim
44
A. Machfoeld, KI Moesa. 2004. Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah dan
Munir, M dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
1983.
45
46