You are on page 1of 7

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Kurniati Zainuddin, S.Psi., MA


Tri Sulastri, S.Psi., M.Sc

RANGKUMAN
TEORI-TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Disusun Oleh:
ANDI MUTIARA MAPPEWARE
200701502029

KELAS D
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
A. Refleksi
Berdasarkan hasil pengisisan form dan penjelasan pada video yang sudah
dipaparkan, saya dapat mengetahui bahwa manusia memiliki hubungan yang
sangat mendalam dengan lingkungan. Keadaan lingkungan juga sangat
mempengaruhi manusia. Sehingga kita harus merawat dan menjaga kelestarian
lingkungan kita agar kita dapat hidup dengan nyaman.

B. Rangkuman
Kenyamanan, ketidaknyamanan, dan produktifitas manusia sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Terdapat beberapa teori dalam psikologi
lingkungan, yaitu:
1. Adaptation Level Theory/Teori Level Adaptasi
Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki ambang atau
batas untuk memproses informasi dari luar. Ambang terbagi menjadi dua,
yaitu ambang rendah dan ambang tinggi. Semakin rendah ambang
seseorang maka akan semakin sensitif. Stimulus rendah maupun tinggi
memiliki dampak negatid tersendiri bagi perilaku. Level stimulasi optimal
adalah yang mampu untuk mencapai perilaku yang optimal juga. Sehingga
teori ini lebih dikenal dengan perbedaan individu di dalam level-level
adaptasi. Artinya, setiap manusia memiliki ambang masing-masing yang
berbeda dan dapat berubah akibat adaptasi
Adaptasi silakukan saat terjadi sebuah distonasi di dalam sistem,
yang artinya ketidakseimbangan yang terjadi antara interaksi manusia dan
lingkungan didalam lingkungan yang berlebihan maupun kebutuhan yang
tidak sesuai akan kondisi lingkungan. Teori adaptasi ini dijelaskan oleh
Wohwill di dalam Fisher, 1984.
Terdapat tiga dimensi yang terdapat di dalam hubungan perilaku,
antara lain adalah:
a. Intensitas, merupakan seberapa banyak stimulus yang masuk. Terlalu
banyak atau sedikit orang yang ada di sekeliling kita membuat
munculnya gangguan psikologis. Jika terlalu banyak orang
menyebabkan orang merasa sesak atau crowding dan jika terlalu
sedikit maka menyebabkan orang akan merasa terasing atau
socialisolation
b. Keanekaragaman, adanya keanekaragaman pada manudia maupun
benda memiliki akibat pada proses informasi. Jika terlalu banyak
keanekaragaman dapan menyebabkan munculnya perasaan overload
dan jika kekurangan akan menyebabkan munculnya perasaan monoton
c. Keterpolaan atau kebiasaan. Keterpolaan memiliki kaitan yang erat
dengan kemampuan dalam memprediksi. Jika seseorang melakukan
setting dengan pola yang rumit dan tidak jelas tentunya akan
menyulitkan dalam pemrosesan informasi sehingga nantinya
dedapatkan stimulus yang sulit untuk diprediksi. Sedangkan pada pola-
pola yang leboh jelas, akan menyebabkan stimulus yang mudah untuk
diprediksi.
2. Teori Stress Lingkungan
Stress pada teori ini terbagi menjadi 3 komponen, yaitu stressor,
proses, serta respon. Stressor adalah sumber maupun stimulus yang dapat
menyancam keselamatan dan kesejahteraan seseorang, misalnya panas,
kepadatan, suara bising, dan lainnya. Respon stres merupakan reaksi yang
didalamnya melibatkan komponen-komponen seperti pikiran, fisiologi,
perilaku, dan emosional. Proses yang terjadi merupakan proses transaksi
antara kapasitas diri dengan stressor. Istilah stres tidak hanya berkaitan
dengan sumber stres dan respon pada sumber stress, namun juga
keterkaitan antara ketiga poin ini.
3. Arousal Theory/Teori Arousal
Secara harfiah, Arousal dapat diartikan sebagai pembangkit. Yang
dimaksud Arousal adalah emosi atau gairah seseorang dalam mengerjakan
sesuatu. Misalnya, ketika kita mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai
atau tidak menyenangkan maka membuat kita akan merasa lelah dan
mengantuk lebih cepat. Kaitannya dengan psikologi lingkungan adalah
saat kondisi arousal seseorang tersebut rendah maka kerja orang tersebut
juga akan menurun, begitu pula sebaliknya.
4. Teori Beban Lingkungan
Teori ini berpendapat bahwa jika manusia memiliki pemrosesan
informasi terbatas. Menurut Cohen, terdapat beberapa asumsi yang terkait
didalamnya, antara lain adalah:
a. Manusia memiliki kapasitas dalam memproses informasi dalam jumlah
yang terbatas
b. Jumla atensi yang diberikan tidak konstan, namun disesuaikan dengan
kebutuhan
c. Ketika informasi yang didapatkan berlebihan, maka perhatian tidak
dapat bekerja maksimal
d. Stimulus yang masuk nantinya akan dipantau, jika tidak memiliki
makna maka akan ada pemrosesan yang lebih jaun. Dan jika tidak,
maka akan langsung terbuang dan tidak lagi diproses.
Jika informasi yang didapatkan lebih besar dari kapasitas yang ada,
mala dinamakan sebagai pemusatan perhatian. Namun jika sebaliknya,
amak akan menyebabkan kebosanan dalam diri seseorang.
5. Teori Hambatan Perilaku
Teori ini berasumsi bahwa stimulasi yang berlebihan dapat
menyebabkan penghambatan dalam proses informasi. Sehingga
menyebabkan individu menyebabkan individu mengalami kehilangan
kontrol pada situasi. Pada saat seseorang merasakan kehilangan kendali
pada lingkungan, maka awalnya menyebabkan rasa tidak nyaman dan
berusaha agar menekankan kembali fungsi kendali seseorang. Hal ini
dinamakan sebagai psychological reactance.
Teori kendala perilaku ini banyak dikembangkan Altman. Konsep
penting dari Altman (dalam Helmi, 1999) adalah bagaimana seseorang
memperoleh kontrol melalui privasi agar kebebasan perilaku dapat
diperoleh. Dinamika psikologis dari privasi merupakan proses sosial
antara privasi, teritorial, dan ruang personal. Privasi yang optimal terjadi
ketika privasi yang dibutuhkan sama dengan privasi yang dirasakan.
Privasi yang terlalu besar menyebabkan orang merasa terasing, sebaliknya
terlalu banyak orang lain yang tidak diharapkan, perasaan kesesakan
(crowding) akan muncul sehingga orang merasa privasinya terganggu.
Averill (dalam Helmi, 1999) mengatakan bahwa ada beberapa tipe
kontrol terhadap lingkungan yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan
kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan perilaku untuk
mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana yang bising,
membuat jalan tidak berkelok-kelok, membuat tulisan atau angka dalam
tiap lantai di gedung yang bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk
membuat rumah bernuansa ramah lingkungan. Kontrol kognitif dengan
mengandalkan pusat kendali di dalam diri, artinya mengubah interpretasi
situasi yang mengancam menjadi situasi penuh tantangan. Kontrol
keputusan, dalam hal ini, orang mempunyai kontrol terhadap alternatif
pilihan yang ditawarkan. Semakin besar kontrol yang dapat dilakukan,
akan lebih membantu keberhasilan adaptasi.
6. Teori Ekologi
Perilaku manusia menjadi bagian dalam kompleksitas ekosistem.
Hal ini sudah dijelaskan dalam Hawley milik Himman & Faturrochman
yang memiliki asumsi-asumsi dasar, seperti:
a. Perilaku manusia berkaitan dengan konteks lingkungan
b. Interaksi manusia dengan lingkungan bersifat dinamis
c. Interaksi manusia dengan lingkungan terjasi di berbagai level, serta
bergantung pada fungsi
d. Interaksi timbal balik yang memiliki keuntungan antara manusia
dengan lingkungan.
Salah satu teori yang didasarkan atas pandangan ekologis adalah
teori behavior-setting (setting perilaku) yang dipelopori oleh Robert
Barker dan Alan Wicker. Premis utama teori ini organism environment fit
model yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan dengan perilaku yang
diakomodasikan dalam lingkungan tersebut. Oleh karenanya,
dimungkinkan adanya pola-pola perilaku yang telah tersusun atau disebut
dengan 'program' yang dikaitkan dengan setting tempat. Teori ini kurang
memperhatikan proses psikologis dari perbedaan individual dan lebih
menekankan uniformitas atau perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-
lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteriskik sosial seperti
kebiasaan, aturan, aktivitas tipikal, dan karakterisktik fisik. Dengan
mengetahui setting tempat maka dapat diprediksikan perilaku atau
aktivitas yang terjadi (Helmi, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, A. F. (1999). Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Buletin Psikologi,
7(2).

You might also like