Professional Documents
Culture Documents
Tugas Teori Hubungan Internasional Fredy
Tugas Teori Hubungan Internasional Fredy
Tugas Teori Hubungan Internasional Fredy
Bab 1
Teori Hubungan internasional
• Pertama teori sebagai pengetahuan kontemplatif, diturunkan dari tatanan dasar dunia
yang dapat disejajarkan dengan filsafat
• kedua, teori sebagaimana dipahami secara ilmiah. Dalam konteks ini, teori adalah suatu
hipotesis, sistem deduktif yang terdiri atas sejumlah hipotesis yang konsep-konsepnya
diartikan secara presisi serta hubungan antar-konsep disajikan dalam bentuk hubungan
yang berifat matematis.
Disini teori berbeda tidak saja dari segi praktis tetapi juga dari segi pengetahuan yang
disemangati keinginan untuk mengetahui dalam rangka memprediksi dan dengan demikian
mampu bertindak. Jadi sebuah teori dikatakan semakin tinggi tingkatannya ketika semakin
tinggi tingkat abstraksinya, sementara tingkat kepraktisannya semakin sedikit
Teori Hubungan Internasional (Perspektif-Perspektif Klasik)untuk merujuk karya-karya yang
diawali dari hanya sekedar deskripsi, tetapi jarang ditujukan hanya untuk karya-karya yang
memenuhi standar filsafat keilmuan. Keberagaman arti kata teori juga diakui Aron (1968).
Menurutnya, di dalam terminologi Barat konsep teori mempunyai asal dan arti ganda dari dua
tradisi yang berbeda.Pertama teori sebagai pengetahuan kontemplatif, diturunkan dari
tatanan dasar dunia yang dapat disejajarkan dengan filsafat. Disini teori berbeda tidak saja
dari segi praktis tetapi juga dari segi pengetahuan yang disemangati keinginan untuk
mengetahui dalam rangka memprediksi dan dengan demikian mampu bertindak. Jadi sebuah
teori dikatakan semakin tinggi tingkatannya ketika semakin tinggi tingkat abstraksinya,
sementara tingkat kepraktisannya semakin sedikit.Kedua, teori sebagaimana dipahami secara
ilmiah. Dalam konteks ini, teori adalah suatu hipotesis, sistem deduktif yang terdiri atas
sejumlah hipotesis yang konsep-konsepnya diartikan secara presisi serta hubungan antar-
konsep disajikan dalam bentuk hubungan yang berifat matematis. Elaborasi sistem ini
berawal dengan konseptualisasi mengenai realitas yang diobservasi dilanjutkan dengan
pembentukan aksioma atau hubungan-hubungan abstrak pada tingkat tinggi yang menuntun
sistem dan memungkinkan ilmuwan menemukan dengan deduksi, baik formula yang dapat
dijelaskan dengan baik maupun fakta-fakta yang dipersepsi melalui instrumen sehingga teori
tersebut dapat tervalidasi atau tidak
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia teori dapat berarti “pendapat yang dikemukakan
sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau (kejadian)”, misalnya teori tentang
kejadian bumi dan teori tentang pembentukan negara. Selanjutnya teori juga diartikan
sebagai “asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan”,
misalnya teori mengendarai mobil, teori karang-mengarang, teori hitung dagang. Teori juga
diartikan sebagai “pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu”, yang contohnya
bisa ditangkap dalam ungkapan “teorinya memang mudah, tetapi prakteknya sukar”
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991: 1041).
Sementara itu, Couloumbis dan Wolfe (1985: 29) menyebutkan bahwa istilah teori berasal
dari bahasa Yunani yang artinya adalah “melihat” atau “memperhatikan”. Jadi secara
sederhana dapat dikatakan bahwa teori ialah suatu pandangan atau persepsi mengenai apa
yang terjadi, sehingga pekerjaan berteori dapat diandaikan paralel dengan “pekerjaan
penonton” yaitu “pekerjaan mendeskripsikan apa yang terjadi, menjelaskan mengapa itu
terjadi dan mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu di masa depan”
(Mas’oed, 1990, 218).Ilmuwan lain, Dougherty dan Pfaltzgraff (1997: 15) mendefenisikan teori
sebagai refleksi sistematik mengenai sejumlah fenomena, yang dibuat untuk menjelaskannya,
serta menunjukkan bagaimana fenomena-fenomena tersebut berhubungan satu sama lain
dalam suatu pola yang mempunyai arti dan masuk akal daripada hanya sekedar acakan
sejumlah item dalam bidang yang tidak koheren. Setiap disiplin membutuhkan teori untuk
menuntun penelitian, menyediakan dasar bagi suatu penjelasan, dan jika memungkinkan
menuntun ke arah pembentukan kemampuan untuk memprediksi. Knutsen (1997: 1) menulis,
teori adalah sekumpulan proposisi yang saling berhubungan yang membantu menjelaskan
mengapa kejadian-kejadian muncul seperti yang terlihat. Teori adalah abstraksi atau
representasi spekulatif tentang realitas. Karenanya yang menjadi persoalan di dalam teori,
bukanlah soal salah atau benar, tetapi apakah teori itu membawa pencerahan (enlightening)
atau tidak, sehingga berteori pada dasarnya adalah membuat spekulasi dengan maksud
memahami atau menjelaskan.
Pendefinisian kedua melihat teori tidak hanya sekedar sekumpulan hukum tetapi lebih
merupakan pernyataan-pernyataan yang menjelaskan hukum. Sebagai contoh, hubungan
antara dorongan dan gerakan yang ditimbulkan. Adalah sesuatu yang dapat diobservasi
bahwa gerakan terjadi ketika ada dorongan yang diberikan; hukum. Penjelasan mengenai
hubungan antara dorongan dan gerakan bisa berbeda tergantung kepada siapa kita bertanya
Atas dasar dua pembedaan defenisi mengenai teori di atas, Waltz (1975: 4) lalu
menyimpulkan bahwa hukum adalah fakta yang terobservasi (laws of observation), sementara
teori adalah proses-proses spekulatif yang dikemukakan untuk menjelaskan fakta
Dengan kata lain, ilmuwan hubungan internasional harus mempelajari apa saja yang dapat
dipakai untuk memahami perilaku-perilaku aktor itu di dalam transaksi hubungan
internasionalan aliansi
Deutsch (1988: 6-10) adalah salah satu ilmuwan hubungan internasional yang secara
eksplisit mengidentifikasi ruang lingkup studi hubungan internasional yang membatasi
lingkup wilayah studi ilmu hubungan internasional ke dalam sejumlah pertanyaan mengenai
duabelas masalah pokok. Pertama, bangsa dan dunia (nation and world). Kedua, proses-
proses transnasional dan interdependensi internasional (transnational processes and
international interdependence). Ketiga, perang dan damai (war and peace). Keempat,
kekuatan dan kelemahan (power and weakness). Kelima, politik internasional dan
masyarakat internasional (international politics and international society). Keenam,
kependudukan versus pengan, sumber daya alam dan lingkungan hidup (world population
vs food, resources and environment). Ketujuh, kemakmuran dan kemiskinan (prosperity and
poverty). Kedelapan, kebebasan dan penindasan (freedom dan oppression). Kesembilan,
persepsi dan ilusi (perception and illusion). Kesepuluh, aktivitas dan apati (activity and
apathy). Kesebelas, revolusi dan stabilitas (revolution dan stability). Keduabelas, identitas
dan transformasi (identity and transformation)