You are on page 1of 17

ANALISIS STABILITAS DAN PREDIKTABILITAS BETA SAHAM

PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

N a re n d a S u k m ad y asari
A lu m n i F a k u lta s E k o n o m i U niversitas B ra iv ija y a
S u tr is n o
F a k u lta s E k o n o m i U niversitas B ra w ija y a

Abstract
Num erous studies examined the stability and predictability o f stocks
beta in som e capital markets o f some countries. However, there are fe w
studies that applied in Indonesian capital market. The pu rpose o f this
study is to analysis the stability and predictability o f stocks beta in
Indonesia, both individual and portfolio betas. B efore analyzing the
stability and predictability o f beta, the bias o f beta must be corrected
firs t by using fo u r-le a d and fou r-la g version o f the Fowler and Rorke
method.
This study used weekly data o f 162 stocks traded in Jakarta Stock
Exchange (JSX) and composite index o f JSX /IHSG as market return)
fr o m January 1, 2000 to Decem ber 31, 2002. The sta bility and
predictability o f beta were examined over three periods, each period
consists o f 52-week, by using transition matrices test and product-moment
correlation test.
Finally, the result fro m transition matrices test and product-m om ent
correlation test shows that there is stability and predictability o f portfolio
betas over the research period in JSX but this result shows that individual
betas are not predictable. Besides that, the result o f this study shows
that p ortfolio betas are more stable and predictable than
individual betas.
K eyw ords: beta bias, beta stability and predictability, lead and lag,
transition matrices, product-m oment correlation.

I. Pengantar

Alasan yan g m endasari investor dalam berinvestasi di antaranya adalah


untuk m em anfaatkan kelebihan dana yang dimiliki dan m em pererat hubungan
bisnis, atau m endapatkan keuntungan dari perdagangan sekuritas (pernyataan
Standar A ku n tan si K eu angan No. 13). Dua hal yan g perlu dipertim bangkan
investor dalam m elakukan investasi adalah risiko dan return (kembalian). Risiko
dan retu rn m em iliki hubungan positif, artin ya sem akin tin ggi retu rn yan g
diharapkan (expected return) akan semakin besar risiko (risk) yang akan dihadapi.
Pengukuran risiko dan return dari suatu investasi akan m em beri m anfaat dan

102
Sukm adysari dan Sutrisno, Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham

kem udahan bagi pen gam bilan keputusan investasi. Di sam p in g itu, risiko
sistem atis yan g tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi portofolio akan
d itu n ju k k a n o le h b eta sah am . R isik o s is te m a tis m e n u n ju k k a n u k u ran
sensitivitas return saham terhadap return pasar. Sem akin besar sensitivitas
return suatu saham terhadap return pasar, akan semakin besar pula beta saham
tersebut. D em ikian pula sebaliknya, semakin kecil sen sitivitas return suatu
saham terhadap return pasar, akan semakin kecil pula beta saham tesebut.
Penelitian ini mengangkat isu stabilitas dan prediktabilitas beta saham
di p asar m odal In d on esia dengan m elakukan kajian leb ih lanjut. M enurut
Jogiyanto dan Surianto (2000), metoda koreksi beta saham Fowler dan Rorke
empat lead (perioda maju) dan empat lag (perioda mundur) dengan terlebih dahulu
m e n g u ra n g i b ia s b e ta sah am , m e ru p a k a n m e to d a y a n g te r b a ik u n tu k
m enghilangkan bias beta di pasar modal Indonesia. Bias tersebut terjadi karena
perdagangan sekuritas yang tidak sinkron (non-synchronous trading) di pasar
m odal negara berkem bang. Perdagangan yan g tidak sinkron tersebut terjadi
karena m asalah perioda waktu perdagangan dan interval waktunya. Bias akan
sem a k in b e s a r d e n g a n s em a k in b a n y a k n y a s e k u r ita s y a n g tid a k a k tif
diperdagangkan. Hasil penelitian Suwandi (1997) m enunjukkan bahwa pasar
modal Indonesia m erupakan pasar modal yang masih dangkal (thin market) yang
ditandai oleh tiga karakteristik, yaitu likuiditas yang rendah, kapitalisasi pasar
yang tidak m erata, dan rendahnya saham yang dilepas ke publik.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ya n g pernah dilakukan di
Indonesia sebelum nya yaitu bahwa penelitian ini m elibatkan sam pel sebanyak
162 perusahaaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan sampel
yang digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Tandelilin dan Lantara (2001)
adalah sebanyak 95 perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Perbedaan lainnya adalah penelitian ini m enggunakan perioda 1 Januari 2000
sampai dengan 31 Desem ber 2002, yang merupakan perioda m asa krisis moneter
sed an gk an p erio d a y a n g digunakan T a n d elilin dan L a n ta ra (2001) adalah
sebelum m asa krisis moneter, yaitu mulai 1 Januari 1994 sam pai dengan 31
Desem ber 1996.

II. Kajian Teoritis

B eberapa penelitian em piris dalam akuntansi dan keuangan bidang


pasar m odal saat ini telah memfokuskan pada penaksiran beta (a), karena beta
tersebut berguna dalam mengukur intensitas risiko investasi saham yaitu risiko
sistem atis. R isik o sistem atis adalah risiko suatu sah am y a n g tidak dapat
dihilangkan dengan diversifikasi saham atau risiko yan g m em pengaruhi banyak
perusahaan sehingga sering disebut risiko pasar. Penelitian tentang stabilitas
beta saham sebelum nya antara lain dilakukan oleh Lin, Chen, dan Boot (1992)
dengan m enggunakan data 100 saham yang diperdagangkan di N ew York Stock
Exchange (NYSE) dengan data return saham individual bulanan dan data return
pasar bulanan. Perioda yang digunakan adalah m ulai Jan u ari 1954 sampai
dengan D esem ber 1983 dengan membagi perioda tersebut m enjadi tiga sub
perioda yaitu 1954-63, 1964-73, dan 1974-83, dan penyam pelan dilakukan secara
acak. Penelitian m ereka menemukan bahwa beta saham individual di New York
Stock Exchange tidak stabil. Tidak stabilnya beta saham individual tersebut
dicerm in k an d ari ra ta-rata (mean) beta saham tid ak teta p selam a perioda

103
TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

pengamatan atau rata-rata (mean) beta saham tidak berada di kelas yang sama
dalam tiga sub perioda pengamatan.
Penelitian stabilitas beta saham di Irlandia dilakukan oleh M urray (1995)
dengan meneliti 79 perusahaan yang terdaftar pada Dublin Stock Exchange, dengan
m enggunakan data harga saham harian dan indeks pasar harian untuk perioda
J an u ari 1987 sam p ai d en gan D esem ber 1990. Sebelum b eta saham diuji
kestabilannya, terlebih dahulu dikoreksi dengan berbagai m etoda koreksi, antara
lain CHMSW (Cohen, Hawawini, Mayer, Schwartz, dan W hitcom b) dengan 2 lag
dan 2 lead, CHM SW dengan 10 lag dan 10 lead, Vasicek, AdjustedVasicek. Hasil
dari perbandingan beta koreksi yang dilakukan dengan berbagai m etoda koreksi
tersebut m enunjukkan bahwa metoda Vasicek merupakan m etoda terbaik dalam
m enyesuaikan bias beta walaupun tidak sepenuhnya dapat m enghilangkan bias.
Murray (1995) m enggunakan metoda second pass regression dan m etoda matriks
tr a n s is i. H a s il d a r i p e n e litia n d en ga n m e n g g u n a k a n m a tr ik s tr a n s is i
m e m p erlih a tk a n a d a n y a k e s ta b ilia n beta sah am di p a s a r m o d a l D u b lin
sedangkan hasil penelitian dengan menggunakan m etoda second pa ss regression
m en u n ju k k an b a h w a v a ria b e l frek w en si p erd agan ga n sah am m eru p ak an
variabel yang paling m em pengaruhi stabilitas beta saham.
P en elitian stab ilita s koefisien beta di Istanbul Stock E xch an ge Turki
dilakukan oleh O dabasi (2000). Odabasi mengambil sampel sebanyak 100 saham
biasa yan g secara kontinyu diperdagangkan mulai 1 Januari 1992 hingga 31
Desember 1997. Data yan g digunakan adalah data harga saham penutupan dan
indeks pasar m ingguan dan bulanan. Untuk m enguji kestabilan beta saham
individual dan beta portofolio, Odabasi menggunakan m atriks transisi dengan
perioda 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun untuk setiap saham selama
perioda pengam atan. H asil penelitiannya menunjukkan bahwa sem akin panjang
perioda estim asi (m inggu an, bulanan) akan sem akin tin ggi tin gk at korelasi
beta saham antarperioda. Di samping itu, ketidakstabilan beta saham individual
dan adanya indikasi kestabilan beta portofolio saham untuk portofolio yang terdiri
dari 5 saham atau lebih.
P e n e litia n s ta b ilita s b eta saham u n tu k p a sa r m o d a l d i In d o n e sia
dilakukan oleh T an delilin dan Lantara (2001) dengan m enguji 95 saham yang
telah dipilih dengan penyam pelan bersasaran (purposive sampling) di Bursa Efek
Jakarta, dengan m enggunakan data harga saham m ingguan dan indeks pasar
(IHSG) m ingguan, selam a perioda 1 Januari 1994 sampai dengan 31 Desember
1996. Tandelilin dan Lantara melakukan pengamatan terhadap stabilitas dan
prediktabilitas saham selam a tiga sub perioda, yaitu setiap satu perioda terdiri
dari 52 m inggu. B eta y a n g digunakan adalah beta ya n g seb elu m n ya telah
dikoreksi lebih dahulu dengan metoda koreksi Fowler dan Rorke em pat lead
(maju) dan em pat lag (mundur). Hasil penelitian mereka m enunjukkan adanya
indikasi stabilitas beta saham di Bursa Efek Jakarta selam a tiga sub perioda
pengam atan dan m engindikasikan bahwa prediktabilitas beta portofolio saham
cenderung lebih kuat dibanding dengan prediktabilitas beta saham individual.
P e n e lit ia n in i d ila k u k a n p ad a p e r io d a k r is is e k o n o m i y a n g
b erk ep a n ja n gan s eh in gga m en doron g sem akin b an yak p eru sa h aa n publik
m engalami kesulitan keuangan, dan bahkan terpaksa m elakukan delisting di
B u rsa E fek J a k a rta (B E J). H al terseb u t telah m e m o tiv a s i p e n e liti un tu k
mengem bangkan penelitian stabilitas beta saham dan m enguji konsistensi dari
p en elitia n y a n g p ern a h dilak u k an sebelum nya di p asar m od al In d on esia.

104
Sukm adysari dan Sutrisno, Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham

B erd asafkan beberapa pertim bangan dan hasil p en elitian terseb u t di atas,
peneliti merum uskan hipótesis penelitian sebagai berikut :
H l:B e ta saham individual di Bursa Efek Jakarta stabil.
H2:Beta saham portofolio di Bursa Efek Jakarta stabil.

Pengujian stabilitas beta dilakukan dengan alat uji statistis m atriks


transisi, untuk m elihat perubahan estimasi beta selam a perioda pengamatan.
Sem akin besar keanggotaan kelas beta untuk perioda selanjutnya, semakin
tinggi stabilitas beta m aka H0 ditolak.
H3: Beta saham individual di Bursa Efek Jakarta dapat diprediksi atau
terdapat korelasi antara beta saham individual satu perioda dan
perioda lainnya.
H4: Beta portofolio di Bursa Efek Jakarta dapat diprediksi atau terdapat
korelasi antara beta portofolio satu perioda dan perioda lainnya.

Pengujian prediktabilitas beta dilakukan dengan alat uji korelasi product-


moment. Semakin kuat korelasi beta dalam perioda yang berurutan, semakin
dapat diprediksi beta di Bursa Efek Jakarta sehingga H0 ditolak.

III. Metoda Penelitian

P e n y a m p e la n b e rs a s a ra n d ila k u k a n s ec a ra tid a k a c a k (p u rp o s iv e
sampling), yaitu dengan cara menentukan kriteria-kriteria tertentu sesuai yang
dikehendaki oleh peneliti. Kriteria-kriteria tersebut antara lain:
(a) Saham -saham yang dipilih harus sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
sebelum tanggai 1 Januari 2000 dan masih tetap terdaftar sampai tanggai
31 D esem ber 2002.
(b) Saham -saham yang dipilih tidak melakukan company action (stock split, stock
dewden, dan right issue).
(c) Penelitian ini m engabaikan jum lah lembar saham yan g beredar.
(d) Data yang dim anfaatkan adalah data transaksi di pasar reguler.

Tabel 1
Proses Pem ilihan Sam pel

Keterangan Jumlah Perusahaan


Perusahaan yang tetap terdaftar dari tanggai 1 Januari 263
2000 sampai dengan 31 Desember 2002

Perusahaan yang melakukan company action 101

Perusahaan yang terpilih sebagai sampel 162

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
s e d a n g k a n m e to d a p e n g u m p u la n d ata y a n g d ig u n a k a n a d a la h m eto d a
dokumentasi. Perincian data yang digunakan meliputi:
(a) Perubahan m ingguan dari IHSG selama kurun waktu 1 Janu ari 2000 sampai
dengan 31 D esem ber 2002 untuk mewakili return pasar.

105
TEMA, Volume TV, N om or 2, Septem ber 2003

(b) Perubahan m ingguan dari return saham selam a kurun waktu 1 Januari
2000 sam pai d en gan 31 D esem ber 2002 untuk m ew akili return saham
individual.

Metoda A nalisis Data


Terd ap at beberapa tahap yang dilakukan dalam m enilai beta saham
individual dan beta portofolio, yaitu:
(1) M enentukan R ate o f Return untuk saham individual dan return pasar.
Data yan g digunakan adalah retum yang merupakan hasil investasi setiap
minggu (Jogiyanto, 2000: 108).

R _ Pi, - Pi(,-\) ( 1)
" P
r W -D
D alam persam aan tersebut:
R.t: tingkat pengembalian individual
Pit: harga saham pada perioda t
P : harga saham pada perioda t-1

R etu m pasar dihitung dengan menggunakan tingkat perubahan indeks


pasar. Penelitian ini m enggunakan indeks pasar IHSG, dan retu m pasar dihitung
dengan m enggunakan persam aan sebagai berikut (Jogiyanto, 2000: 204):

_ IHSG , - IHSG
" IHSG
D alam persam aan tersebut:
R : tin gkat pengem balian saham pasar
IHSGt: indeks harga saham gabungan pada perioda t
IHSG(t indeks harga saham gabungan pada perioda t-1

(2) M enentukan Beta M asing-m asing Saham Individual.


Model untuk m enentukan beta saham individual yan g belum dikoreksi
diperoleh dari hasil regresi sederhana (OLS), yaitu antara variabel retu m saham
sebagai va ria b e l d ep en d en dan return pasar sebagai v a ria b e l independen,
berdasarkan m odel indeks tunggal, sebagai berikut (Jogiyanto, 2000: 205):

R t = a i + P tR M + ei (3)

D alam persam aan tersebut:


a , : nilai ekspektasi dari retu m sekuritas yang independen terhadap retu m pasar.
R.: retum sekuritas ke-i.
e .: kesalahan residu yan g merupakan variabel acak dengan nilai ekspektasinya
sama dengan nol atau E(e.) = 0.
P i : koefisien beta yan g m engukur perubahan R_ akibat dari perubahan RM.
Dari perhitungan tahap ini akan diperoleh beta m asing-m asing saham.

106
Sukm adysari dan Sutrisno, Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham

(3) M enentukan Beta Koreksi dari M asing-masing Saham Individual


Beta yang diperoleh dari persamaan regresi OLS tersebut, diakui masih
m en gan d u n g bias. B erdasarkan penelitian Jogiyan to dan S u rian to (2000),
p e n y e s u a ia n b ia s b e ta di B u rsa E fek J a k a r ta d is a r a n k a n le b ih b aik
m enggunakan m etoda koreksi Fowler dan Rorke em pat lag (perioda mundur)
dan empat lead (perioda maju). Oleh karena itu, beta yan g bias tersebut perlu
dikoreksi terlebih dahulu dengan m enggunakan m etoda koreksi beta Fowler
dan Rorke dengan em pat lead dan empat lag. Secara sistem atis, rumus untuk
m en gh itu n g beta koreksi berdasar m etoda tersebut adalah sebagai berikut
(Jogiyanto, 2000, 294) :

R, = a , + # X - 3 + # * V i + / T X - I + f i R * + # X +4
(4)
+ P i ^Mt+i + P t R Ml+2 + P t ^ M + l + £i<

p, = w x +w }p;>+w 2f r 2 + W X + W X +W2f t 2 + w ,p ?
(5)

dalam persamaan diatas, W melambangkan bobot yang dipakai untuk menghitung


koefisien beta yan g telah dikoreksi. Bobot yang digunakan untuk mengalikan
koefisien regresi untuk em pat lead dan empat lag dengan rum us sebagai berikut
(Jogiyanto, 2000, 294) :

1+ 2p l + 2p 2 + 2A + pA
W = ------ ------- C l-----(6)
1+ 2/3, + 2 p 2 + 2/3j + 2p 4
1+ 2p, + 2p 2 + /?3 + p4
W = i-i — i- — (7)
l + 2yC7| + l p 2 +2yC>j + 2pA
14- 2 p x + p 2 + p y + pA
W, ------- —— ————- — (8)
1+ 2px + 2 p 2 + 2 p^ +2yC>4

w = 1 + A + A + £ » + / * (Q)

l + 2/3| + 2 p 2 + 2 p^ + 2p4

Pi, P2 > P3 diperoleh dari persam aan regresi sebagai berikut (Jogiyanto, 2000, 294):

R Ml = a i 3 A t^ S W -4 ^ir

Dalam persam aan tersebut:


R.t : Return saham ke-i perioda ke t
R ^ n: Return indeks pasar perioda lag t - n
RMt+n: Return indeks pasar perioda lead t + n
p : serial korelasi antara RM dengan RMt n yang dapat diperoleh dari
k oefisien regresi R Mt = a, + pi R mm + ... + pnR-Mt-n

Perhitungan beta saham Individual dengan m enggunakan m etoda regresi


sederhana (OLS) dan penyesuaian bias beta dengan m enggunakan m etoda Fowler
dan Rorke dilakukan melalui bantuan program E-Views 3.1, karena lebih mampu

107
TEMA, Volume IV, N om or 2, Septem ber 2003

m e m p e r c e p a t p e r h it u n g a n u n tu k d a ta tim e s e rie s d ib a n d in g k a n jik a


m enggunakan bantuan program SPSS.

(4) M enentukan Beta Portofolio


Beta dari portofolio (p p ) merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-
masing sekuritas ( p p). Dalam penelitian ini satu portofolio terdiri atas 15 saham
individual karen a m en u ru t penelitian sebelum nya (T an delilin dan Lantara,
2001), kinerja portofolio yang paling efisien di Bursa Efek Jakarta adalah portofolio
yang terdiri atas 15 saham individual. Model yang digunakan untuk m enghitung
Beta Portofolio sebagai berikut:
n
(ii)
7=]

Dalam persam aan tersebut:

P p: Beta portofolio

/?,: Beta individual sekuritas ke-i

w,: proporsi sekuritas ke-i.

(5) M elakukan Uji Stabilitas Beta Saham Individual dan Beta Portofolio
Beta yan g dikoreksi dengan metoda Fowler dan Rorke em pat lead dan
empat lag tersebut selanjutnya diuji stabilitasnya dengan m enggunakan alat
uji m atriks transisi, yaitu dengan melihat pergerakan beta saham didasarkan
kelas risikonya selam a perioda waktu yang berurutan. Sebelum diuji dengan
m atriks transisi, beta saham individual yan g telah d ikoreksi m aupun beta
portofolio saham, diurutkan dari yang terkecil hingga yan g terbesar terlebih
dahulu dan selanjutnya dimasukkan ke dalam kelas risikonya m asing-m asing
pada m a s in g -m a s in g sub p eriod a pen gam atan . K elas ris ik o b erd a sa rk a n
koefisien beta, diklasifikasikan dalam enam kelas risiko (0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6;
dan 2,0), penentuan kelas risiko ini mereplikasi pem bagian kelas risiko yang
dipakai dalam penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan Tandelilin
dan Lantara (2001) pada Bursa Efek Jakarta.

(6) Melakukan Uji Prediktabilitas Beta Saham Individual dan Beta Portofolio
Beta yang stabil, secara implisit bisa diartikan bahwa beta tersebut bisa
diprediksikan (Lantara, 2000). Pengujian prediktabilitas beta saham maupun
portofolio saham dilakukan dengan alat uji korelasi Product M om ent Pearson. Di
dalam m elakukan pengujian prediktabilitas beta saham m enggunakan bantuan
program SPSS versi 10. Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap
beta saham -saham individual maupun beta portofolio saham an tar sub perioda
(sub perioda I-II; sub perioda II-III; dan sub perioda I-III). Sem akin signifikan
korelasi beta saham -saham individual maupun beta portofolio dalam perioda
berurutan, sem akin tinggi prediktabilitas beta saham-saham individual maupun
beta portofolio saham tersebut.

108
Sukm adysari dan Sutrisno, Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham

IV. Pembahasan

Deskripsi Beta Saham Individual dan Beta Portofolio


Lan gkah pertam a yan g dilakukan untuk m en gh asilkan beta saham
individual adalah dengan m enghitung return saham m ingguan dan return pasar
mingguan yang diwakili dengan indeks pasar IHSG di Bursa Efek Jakarta. Dalam
perhitungan return saham dan return pasar dilakukan pada tiga sub perioda
selama perioda 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2002. Selanjutnya
return saham in d ivid u al dan return pasar d iregres sed erh an a (OLS) untuk
m em peroleh beta saham individual yang belum dikoreksi dim ana return saham
in d iv id u a l s e b a g a i v a ria b e l d ep en d en dan retu rn p a s a r s eb a g a i v a ria b e l
independen.
Deskipsi hasil perhitungan beta saham yang belum dikoreksi bisa dilihat
pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2
D eskripsi Beta Saham Individual Perusahaan Sam pel
Belum Dikoreksi

Sub N Minim Maksim Mean Stand Varian


Perioda Statistis Statistis Statistis Statistis Std Err Statistis Statistis
I 162 -17.47 2.62 .6461 .1228 1.5626 2.442
II 162 -.86 3.04 .7284 .05162 .6570 .432
III 162 -1.92 10.02 .6424 .08689 1.1059 1.223
N valid 162

B eta saham ya n g belum dikoreksi diyakin i m asih m en gan d u n g bias


maka beta saham individual tersebut tidak dapat diuji kestabilannya sehingga
harus dikoreksi terlebih dahulu dengan metoda Fowler dan Rorke, em pat lead
dan em pat lag. Perhitungan beta koreksi ini m enggunakan bantuan program
Eviews 3.1 ya n g m em iliki kelebihan dalam m engolah data tim e series dibanding
den gan m e n ggu n a k a n program SPSS. D esk rip si p erh itu n g a n b eta saham
individual ya n g telah dikoreksi dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3
Deskripsi Beta Saham Individual Perusahaan Sam pel
Telah Dikoreksi

Sub N Minim Maksim Mean Stand Varian


Perioda Statistis Statistis Statistis Statistis Std Err Statistis Statistis
I 162 -75.95 7.45 .5201 .4933 6.2788 39.423
II 162 -2.346 6.04 .9790 .08009 1.0194 1.039
III 162 -30.90 29.35 .7889 .2763 3.5163 12.364
N valid 162

Tabel 2 dan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa terdapat beta saham


yang negatif pada ketiga sub perioda pengamatan. Negatif pada beta saham berarti
bahwa apabila retu m saham individual tersebut bergerak naik m aka retu m pasar
m en galam i p en u ru n an , sebaliknya, jik a re tu m saham in d iv id u a l terseb u t

109
TEMA, Volume TV, N om or 2, Septem ber 2003

bergerak turun m aka retum pasar mengalami kenaikan. Beta saham individual
teren dah p ada p erio d a I sebesar -7 5 ,9 5 dan ya n g tertin g gi seb esar 7,45,
sedangkan pada perioda II, beta saham individual terendah sebesar -2,34 dan
beta saham tertinggi sebesar 6,04. Untuk perioda III, beta saham tertinggi sebesar
29,35 sedangkan yang terendah sebesar -30,90.
Beta pasar dalam penelitian ini merupakan nilai rata-rata tertim bang
dari beta saham -saham individual yang telah dikoreksi. Perbandingan antara
beta pasar yang diperoleh dari nilai rata-rata tertimbang pada beta saham-saham
individual yang belum dikoreksi dan beta saham-saham individual yang telah
dikoreksi dengan m etoda Fowler dan Rorke, empat lead dan em pat lag dapat
dilihat pada tabel 2 dan tabel 3. Mean beta pasar pada tabel 3 tersebut dapat
disimpulkan bahwa untuk perioda I beta saham individual yang telah dikoreksi
masih m engandung bias karena ditandai oleh beta pasar tidak m endekati 1,0
yaitu untuk beta pasar dari saham-saham individual ya n g belum dikoreksi
sebesar 0,6461 (tabel 1), setelah dikoreksi beta pasar menjadi 0,5201 (tabel 3).
Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jogiyanto
dan Surianto (2000) dan Tandelilin dan Lantara (2001), yang m enyim pulkan
bahwa m etoda terbaik untuk mengurangi bias beta pada Bursa Efek Jakarta
adalah dengan m enggunakan metoda Fowler dan Rorke, em pat lead dan empat
lag. Namun dem ikian, untuk perioda II dan perioda III, m etoda ini telah terbukti
m engurangi bias beta saham. Pada perioda II, beta pasar yan g belum dikoreksi
sebesar 0,7284 (tabel 2) dan beta pasar yang telah dikoreksi sebesar 0,9790
(tabel 3) sedangkan untuk perioda III beta pasar yang belum dikoreksi sebesar
0,6424 (tabel 2) dan beta pasar yang telah dikoreksi sebesar 0,7889 (tabel 3).
Bukti ini m enunjukkan bahwa setelah dikoreksi dengan m etoda Fowler dan
Rorke, nilai beta pasar m endekati 1,0 dibandingkan apabila tidak dilakukan
koreksi.
P en gu jian stab ilita s dan p rediktabilitas beta saham ju g a dilakukan
terhadap beta portofolio saham yang terdiri dari 15 saham. M etoda pem bentukan
portofolio saham y a n g digunakan adalah m etoda sim ulasi random , dengan
mengambil secara acak saham-saham yang menjadi sam pel penelitian dalam
pembentukan portofolio saham secara berulang kali sebanyak ju m lah sampel
(162 kali). Untuk deskripsi beta portofolio dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Pada beta portofolio tidak terdapat beta portofolio yang negatif. Pada perioda I,
beta tertinggi sebesar 1,87 dan terendah sebesar 0,04 sedangkan pada perioda
II, beta tertinggi sebesar 1,57 dan beta terendah 0,51. Untuk perioda III, beta
portofolio tertinggi sebesar 1,68 sedangkan beta terendah sebesar 0,26.

Tabel 4
Deskripsi Beta Portofolio Perusahaan Sam pel
Statistik deskriptif

Sub Perioda N Minimum Maksimum Deviasi Std Varian


I 162 .04 1.87 .3828 .147
II 162 .51 1.57 .2578 .06644
III 162 .26 1.68 .2753 .07576
N valid 162

110
Sukm adysari dan Sutrisno, Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham

Distribusi Beta Saham Individual dan Beta Portofolio


Sebelum dilakukan pengujian stabilitas beta saham dan beta portofolio,
beta saham yan g telah dikoreksi dan beta portofolio didistribusi berdasarkan
kelompok kelas risiko terlebih dahulu. Penentuan kelas risiko dalam penelitian
ini sesu ai d en ga n pem b agian kelas risiko y a n g d ip a k a i d alam p en elitian
sebelumnya yaitu penelitian Tandelilin dan Lantara (2001) di Bursa Efek Jakarta.
Kelas risiko ya n g dipakai terdiri atas enam kelas (0,2; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0)
dari kelas risiko yan g terendah sampai dengan kelas risiko yang tertinggi. Tabel
distribusi frekuensi beta saham individual berdasarkan kelas risiko bisa dilihat
pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5
D istribusi Beta Saham Individual yang Telah D ikoreksi
Perusahaan Sampel (N=162)

Sub Periode I Sub Periode II Sub Periode III


Kelas
Risiko Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap
Saham total sampel Saham total sampel Saham total sampel
0.2 49 30.25% 36 22.22% 47 29.01%
0.4 28 17.28% 39 24.07% 40 24.69%
0.8 19 11.73% 23 14.20% 24 14.81%
1.2 14 8.64% 29 17.90% 24 14.81%
1.6 12 7.41% 11 6.79% 17 10.49%
2.0 40 24.69% 24 14.81% 10 6.17%
TOTAL 162 100% 162 100% 162 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat pada perioda I, distribu si beta saham
individual sebagian besar berada pada kelas risiko yan g p alin g rendah (0,2)
sebesar 30,25 % m aupun kelas yang paling tinggi (2,0) sebesar 24,69 % sedangkan
untuk kelas risiko m enengah, prosentase beta saham individual berkisar antara
7,5 %- 17 % dari total jum lah sampel. Untuk perioda II, distribusi beta saham
relatif m erata, kecuali untuk kelas m enengah (1,6) hanya 6,79 % dari total
jum lah sam pel dan untuk perioda III, distribusi beta saham individual sebagian
besar terletak pada kelas risiko menengah sampai pada kelas risiko terendah,
rata-rata persentase distribusi saham individual antara 15 % -29 %.
Pendistribusian beta pada kelompok kelas risiko ju g a dilakukan terhadap
beta portofolio saham. Beta portofolio yang dihitung dari rata-rata tertim bang
beta saham -saham individual, dikelompokkan berdasarkan enam kelas risiko
dan diam ati pergerakan kelasnya selama tiga sub perioda pengam atan. Distribusi
beta portofolio saham dapat dilihat pada tabel 5 berikut di bawah ini.

111
TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

Tabel 6
D istribusi Beta Portofolio Saham Perusahaan Sam pel
(Portofolio 15 Saham, N=162)

Sub Perioda I Sub Perioda II Sub Perioda III


Kelas
Risiko Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap Jumlah % terhadap
Portofolio total sampel Portofolio total sampel Portofolio total sampel
0.2 1 0.62% 0 0% 0 0%
0.4 48 29.63% 37 23% 83 51%
0.8 67 41.36% 85 52% 61 38%
1.2 38 23.46% 40 25% 16 10%
1.6 8 4.94% 0 0% 2 1%
2.0 0 0.00% 0 0% 0 0%
TOTAL 162 100.00% 162 100% 162 100%

Dari tabel 6 di atas terlihat distribusi beta portofolio saham m enunjukkan


bahwa sebagian besar beta portofolio saham berada pada kelas risiko 0,4 sampai
dengan kelas risiko 1,2 yaitu rata-rata sebesar 10%-52% dari total ju m lah sampel
portofolio sedangkan beta portofolio pada kelas risiko yang lain rata-rata kurang
dari 5% dari sampel. Hasil ini berbeda dengan hasil distribusi dari beta saham
individual, yaitu bahw a beta saham individual lebih m erata atau lebih banyak
berada pada kelas risiko yang paling rendah ataupun kelas risiko yang paling
tinggi.

Uji Stabilitas Beta Saham Individual dan Beta portofolio


Pengujian stabilitas beta saham individual dan beta portofolio dilakukan
dengan m enggunakan alat uji m atriks transisi, dengan m elihat apakah beta
saham individual m aupun beta portofolio saham tetap berada di kelas yang sama
pada sub perioda berikutnya. Pengujian terhadap stabilitas beta saham individual
dan beta portofolio bertujuan untuk melihat apakah beta saham di Bursa Efek
Jakarta stabil sehingga dengan m elihat inform asi beta saham historis dapat
digunakan untuk m em prediksikan beta saham di m asa yan g akan datang.
Hasil dari pengujian stabilitas dengan alat uji matriks transisi terhadap
beta saham individual yan g telah dikoreksi dapat dilihat dari tabel 7. Tabel 7
menunjukkan bahw a dari 49 saham yang termasuk dalam kelas 0,2 pada perioda
I terdapat 18 saham yan g tetap pada kelasnya pada perioda II, yaitu sebesar
36,73% dari ju m la h saham pada periode sebelum nya sedangkan 22 saham
(61,11%) tetap berada di kelasnya pada perioda III, dari jum lah 36 saham yang
terletak pada kelas risiko 0,2 pada perioda II. Jum lah saham pada perioda I yang
tetap pada kelas risiko 0,2 pada perioda III sebanyak 16 saham (32,65%).
Prosentase saham yan g tetap terletak pada kelas risiko 1,2 untuk perioda I-II
sebesar 42,86 %. Saham yang tetap terletak pada kelas risiko yang sama selain
kelas risiko 0,2 pada perioda I dan tetap pada kelas risiko yang sam a selain
kelas risiko 0,2 pada perioda III, berada pada kisaran 8%-21%. Sim pulan yang
dapat ditarik dari hasil tersebut adalah terdapat indikasi kestabilan beta saham
individual tetapi sangat kecil karena hanya tujuh dari 18 keanggotaan kelas
risiko yang berada di atas rata-rata tertimbang, persentase keanggotaan kelas

112
Sukm adysan dan Sutrisno, Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham

Tabel 7
Matriks Transisi Beta Saham Individual
Perusahaan Sampel yang Telah Dikoreksi (N=162)

Sub Perioda I-II Sub Perioda II-1II Sub Perioda l-III

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Kelas yang (%) yang yang (%) yang yang (%) yang
Jumlah Jumlah
Risiko Jumlah tetap tetap tetap tetap tetap tetap
Saham Saham Saham
dalam dalam dalam dalam dalam dalam
kelas kelas kelas kelas kelas kelas
0.2 49 18 36.73% 36 22 61.11% 49 16 32.65%
0.4 28 4 14.29% 39 12 30.77% 28 6 21.43%
0.8 19 1 5.26% 23 6 26.09% 19 2 10.53%
1.2 14 6 42.86% 29 3 10.34% 14 2 14.29%
1.6 12 1 8.33% 11 1 9.09% 12 1 8.33%
2.0 40 7 17.50% 24 5 20.83% 40 4 10.00%

risiko beta saham selama tiga perioda pengamatan rata-rata sebesar 21 %. Di


sam ping itu, hasil tersebut juga menunjukkan kestabilan beta saham individual
cenderung berkurang dengan semakin panjang perioda yan g diuji. Hasil ini
konsisten dengan hasil penelitian Tandelilin dan Lantara (2001).
Pengujian kestabilan beta saham ju ga dilakukan pada beta portofolio
saham, yang terdiri atas 15 saham. Beta portofolio di am ati selam a tiga sub
perioda penelitian dan di identifikasi portofolio-portofolio m ana yan g memiliki
beta yang tetap berada di kelas risiko yang sama pada perioda selanjutnya. Hasil
dari m atriks transisi beta portofolio dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8
Matriks Transisi Beta Portofolio Saham
Perusahaan Sam pel (N=162)

Sub Perioda I-II Sub Perioda II-III Sub Perioda I-III


Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Kelas (%) yang (%) yang (%)
yang
Jumlah yang Jumlah yang Jumlah yang
Risiko tetap tetap tetap
Portofolio tetap Portofolio tetap Portofolio tetap
dalam dalam dalam
dalam dalam dalam
kelas kelas kelas
kelas kelas kelas
0.2 1 0 0% 0 0 0% 1 0 0%
0.4 48 16 33.33% 37 27 72.97% 48 33 68.75%
0.8 67 31 46.27% 85 33 38.82% 67 26 38.81%
1.2 38 16 42.11% 40 8 20.00% 38 8 21.05%
1.6 8 0 0% 0 0 0% 8 0 0%
2.0 0 0 0% 0 0 0% 0 0 0%

113
TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

H a s il d a ri m a trik s tr a n s is i b eta p o r to fo lio sa h a m p a d a ta b e l 8


menunjukkan adanya kestabilan beta portofolio saham pada Bursa Efek Jakarta.
Dari rata-rata tertim bang beta portofolio saham sebesar 30% selam a tiga sub
perioda pengam atan, ham pir sebagian besar beta portofolio tetap pada kelas
risikonya. Pada perioda I-II, persentase beta portofolio yang tetap berada pada
kelasnya berkisar antara 33%-73%, dan sebagian besar keanggotaannya di atas
rata-rata tertim bang beta portofolio yaitu sebanyak tiga kelas risiko sedangkan
tiga kelas risiko lainnya yang keanggotaan sahamnya relatif sedikit tidak dapat
diperban din gkan d en gan kelas risiko yang k ean ggotaan n ya re la tif banyak,
karena kem ungkinan untuk tetap berada di kelas risiko yang sama pada perioda
selanjutnya relatif kecil. Hasil yang sama juga diperlihatkan pada perioda II-III
dan perioda I-III, dan lebih dari rata-rata tertimbang (30%), beta portofolio yang
masuk dalam tiga kelas risiko (0,4; 0,8; dan 1,2) tetap berada pada kelas risikonya
masing-masing pada perioda selanjutnya. Di samping itu, adanya kecenderungan
m en u ru n nya s ta b ilita s beta p ortofolio saham jik a p eriod a p en gu jian atau
pengamatan relatif lebih dari satu tahun atau satu perioda. Hasil ini konsisten
dengan hasil penelitian Tandelilin dan Lantara (2001).

Uji Prediktabilitas Beta Saham dan Beta Portofolio


Prediktabilitas beta saham individual dan beta portofolio saham dapat
dilakukan apabila terdapat kestabilan beta saham individual dan beta portofolio.
Dengan adanya stabilitas dari informasi beta m asa lalu, kem am puan untuk
m emprediksikan beta m asa depan memiliki tingkat ketidakpastian yang rendah
dibanding bila tidak ada kestabilan dari beta saham.
Pengujian prediktabilitas beta saham dilakukan dengan alat uji statistis
korelasi produ ct m om ent Pearson. Alat uji ini dipakai untuk m engukur derajat
asosiasi antara beta m asa lalu dengan beta masa kini. Sem akin besar derajat
asosiasi antara beta m asa lalu dengan beta masa kini, akan sem akin tinggi
tingkat kestabilan dan prediktabilitas beta saham. Pengujian prediktabilitas
beta saham dengan alat uji statistik product moment dilakukan dengan bantuan
program SPSS 10.0.
P en e litia n ini m elak u k an pengu jian k orela si p ro d u c t m om en t ya n g
dilakukan terhadap beta saham individual maupun beta portofolio saham, yaitu
dengan m engkorelasikan antara beta saham individual m aupun beta portofolio
saham pada suatu sub perioda dengan beta saham individual m aupun beta
portofolio saham pada sub perioda berikutnya (sub perioda I-II, sub perioda II-III,
sub perioda I-III). Hasil korelasi product moment untuk beta saham individual
yang telah dikoreksi bisa dilihat pada tabel 9.
H asil k orelasi p rod u ct m oment saham -saham in dividu al pada tabel 9
m enunjukkan bahw a tidak terdapat korelasi yang seara statistis signifikan di
antara beta saham individual selama tiga sub perioda pengam atan yang telah
dilakukan. Hasil ini mengindikasikan tidak adanya prediktabilitas beta saham
antarsub perioda penelitian dan koefisien beta masa lalu tidak bisa dijadikan
acuan untuk m em prediksi beta m asa depan. Hasil ini ju g a tidak konsisten
dengan penelitian Tandelilin dan Lantara (2001), nam un dem ikain konsisten
dengan hasil yan g dilakukan oleh Odabasi (2000).

‘ 14
Sukm adysari dan S utrisno, Análisis Stabilitas dan Predikiabilitas Beta Saham

Tabel 9
K orelasi Product M om ent Saham-saham Individual
Perusahaan Sampel (N=162)
Korelasi

Sub Perioda I II III 1


Person Correl. 1.000 .063 .011 |
1 Sig. (2-tailed) - .424 .885
N 162 162 162
Person Correl. .063 1.000 .087
11 Sig. (2-tailed) .424 - .272
N 162 162 162
Person Correl. .011 .087 1.000
III Sig. (2-tailed) .885 .272 -
N 162 162 162

S ela in p e n g u jia n p re d ik ta b ilita s d ila k u k a n te rh a d a p b eta saham


individual, dalam penelitian ini juga diuji prediktabilitas beta portofolio saham
yang terdiri atas 15 saham, guna membuktikan apakah tingkat prediktabilitas
beta portofolio lebih kuat dibanding dengan tingkat prediktabilitas beta saham
individual. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10
K orelasi Product M om ent Portofolio Saham
Perusahaan Sam pel (N=162)

Sub Perioda I II III


Person Correl. 1.000 .250* .369*
I Sig. (2-tailed) - .001 .000
N 162 162 162
Person Correl. .250* 1.000 .390* I
II Sig. (2-tailed) .001 - .000
N 162 162 162
Person Correl. .369* .390* 1.000
III Sig. (2-tailed) .000 .000 -
N 162 162 162
*Korelasi secara statistis signifikan pada level 0,01 (2 sisi).

Pengujian prediktabilitas beta portofolio saham yang terdiri atas 15 saham


dengan m enggunakan alat uji product moment pada tabel 10 di atas menunjukkan
terdapat korelasi yang signifikan di antara beta portofolio selam a tiga sub perioda
p en elitia n p ad a tin gk a t k ep ercayaan 0,01. H asil in i m e n y ira tk a n adanya
prediktabilitas beta portofolio yang kuat antar sub perioda pengam atan (sub
perioda I-II, sub perioda II-III, dan sub perioda I-III), dan koefisien beta portofolio
m asa lalu d ap at digunakan untuk m engestim asi beta p orto fo lio m asa kini
maupun m asa depan. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Odabasi (2000)
dan Tandelilin dan Lantara (2001).

115
TEMA, Volume IV, N om or 2, Septem ber 2003

Hasil korelasi beta saham -saham individual pada tabel 9 dan hasil
korelasi beta portofolio saham pada tabel 10 selama tiga sub perioda pengamatan
dapat dilihat perbedaan yang nyata, antara lain pengujian prediktabilitas beta
saham individual tidak terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara tiga
sub perioda pengamatan sedangkan pada pengujian prediktabilitas beta portofolio
terdapat korelasi ya n g secara statistis signifikan pada level 0,01. Hasil ini
menunjukkan bahwa beta portofolio saham lebih stabil dan dapat diprediksikan
dibanding dengan beta saham individual. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Odabasi (2000) dan Tandelilin dan Lantara (2001), yan g m enunjukkan bahwa
stabilitas beta portofolio saham cenderung lebih kuat dibanding dengan beta
saham individual.

V. Penutup

B e rd a s a rk a n h a s il a n a lisis dan p em b ah a sa n di a ta s b isa d ita rik


simpulan, yaitu tidak terdapat korelasi yang signifikan di antara beta saham
individual selama tiga sub perioda pengamatan yang ditunjukkan oleh uji secara
statistis p rodu ct moment. Hasil pengujian m enunjukkan bahwa tidak adanya
prediktabilitas beta saham antarsub perioda penelitian dan koefisien beta masa
lalu tidak bisa dijadikan acuan untuk memprediksi beta m asa depan. Hasil uji
product m oment m enunjukkan korelasi yang secara statistis signifikan di antara
beta portofolio selam a tiga sub perioda penelitian pada tingkat signifikansi 0,01.
Hasil ini m enunjukkan adanya prediktabilitas beta portofolio antar sub perioda
pengamatan (sub perioda I-II, sub perioda II-III, dan sub perioda I-III), dan koefisien
beta portofolio m asa lalu dapat digunakan untuk mengestim asi beta portofolio
masa kini m aupun m asa depan. Beta portofolio saham lebih stabil dan dapat
diprediksi dibanding dengan beta saham individual. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Odabasi (2000) dan Tandeliliin dan Lantara (2001) yang m enunjukkan
bahwa stabilitas beta portofolio saham cenderung lebih kuat dibanding dengan
beta saham individual.
Saran u n tu k p e n e litia n sela n ju tn ya ya itu a g a r p e n e litia n sejen is
menggunakan beta fundam ental dalam melakukan pengujian terhadap stabilitas
dan p r e d ik ta b ilita s b e ta sah am k a ren a b eta fu n d a m e n ta l le b ih d a p a t
m en cerm in k an k ea d a a n real suatu negara. P eriod a p en e litia n y a n g lebih
panjang lebih dapat m enggam barkan stabilitas dan prediktabilitas beta saham
jika dibanding dengan perioda penelitian yang pendek. Kriteria yan g digunakan
dalam penyam pelan m engakibatkan jum lah sampel penelitian m enjadi lebih
sedikit sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya m enggunakan cara
lain dengan m enyesuaikan terlebih dahulu bias pada data return saham akibat
d a ri p e r u s a h a a n a ta u e m ite n y a n g m e la k u k a n p e m e c a h a n s a h a m ,
mengumumkan dividen saham, dan right issue (company action).

116
Sukm adysari dan Sutnsno, Análisis Stabilitas dan Prediktabihtas Beta Saham

Daftar Pustaka

Fakhruddin, M. dan M. S., Hadianto, 2001, “ Perangkat dan M odel Análisis Investasi
di Pasar M odal,” PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Gitman, L.J., 2000, “Principles o f Managerial Finance,” Ninth Edition, Addison-
W esley Publishing Company, United States.
Hartono, J., dan Surianto, 2000, “Bias in Beta Value and Its Correction: Emprical
Evidence from the Jakarta Stock Exchange,” Gadjah Mada International
Journal o f Business, Volume 2: 337-349.
Husnan, S., dan E. Pudjiastuti, 1993, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Análisis
Sekuritas,” Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, “ Standar Akuntansi Keuangan: P e r 1 A pril 2002,”
Salemba Empat, Jakarta.
Indriantoro, N., dan B. Supomo, 1999, “ Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan M anajem en,” Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Libby, R., Libby, P.A., dan Short D.G., 2001, “ Financial Accounting,” Third Edition,
M cGraw-Hill/ Irwin, New York.
Jogiyanto, 2000, “ Teori Portofolio dan Análisis Investasi,” Edisi 2, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Lantara, I W ayan Luka, “Análisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham:
Studi E m piris di Bursa Efek Jak arta” , Tesis, Program Pascasarjana,
U niversitas Gadjah Mada, 2000.
Levy, H., dan Sarnat, M., 1990, “ Capital Investment and Financial Decisions,” Fourth
Edition, Prentice Hall, London.
Lin, W.T., Chen, Y.T., dan Boot, J.C.G., 1992, “The D ynam ic and Stochastic
Instability o f Betas: Implications for Forecasting Stock R eturn s,” Journal
o f Forecasting, 11: 517-541.
Murray, L., 1995, “An Examination o f Beta Estimation U sing Daily Irish Data,”
Journal o f Business Finance and Accounting, 22: 893-905.
Odabasi, A., 2000, “Evidence on the Stationary Beta Coefficients: The Case o f Turkey”,
http://ham lin.cc.boun.edu.tr/~odabasi/research/Beta-W ork-2000.pdf.
Sayekti, F., Gunarsih, T., dan Wijayanti, E.L., 2001, “Perhitungan Beta pada
Perdagangan Saham Tidak Sinkron: Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta
Tahun 1997,” Kompak, 2, hal. 230-254.
Susilawati., E., dan Utami, W., 2001, “Análisis Faktor-faktor yan g Mempengaruhi
Beta Saham di Bursa Efek Jakarta: Perbandingan Perioda Sebelum dan
Selam a Krisis M oneter,” 1, hal. 131-154.
Sutrisno., 2002, Análisis Reaksi Pasar Sekuritas terhadap Perlakuan Premiufti
Akuisisi dalam Penggabungan Usaha, Manajemen Usahawan Indonesia,
No. 9, Tahun XXX, (September): 38-42.
_____ , and Bam bang Sudibyo, 2000, “The Influence o f the Accou nting Method
S ele c tio n for M erger and A cqu isition on the S to c k P rice o f Public
Com panies in Indonesia,” Gadjah Mada International Journal o f Business,
Vol. 2, No. 1: 81-101. '

117
TEMA, Volume IV, N om or 2, S eptem ber 2003

Suwandi, T., 1997, “Kinerja Bursa Efek Jakarta,” Kelola, 14, hal. 18-30.
Tandelilin, E., 2001, “Beta Pada Pasar Bullish dan Bearish: Studi Empiris di Bursa
Efek Jak arta,” J u m a l Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 16, hal. 261 - 272.
Tandelilin, E. dan Lantara, I W.N., 2001, “Stabilitas dan Prediktabilitas Beta
Saham: Studi Em piris di Bursa Efek Jakarta,” J u m a l Ekonom i dan Bisnis
Indonesia, 16, hal. 1 6 4 - 176.

118

You might also like