You are on page 1of 16

Pengertian Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata, yaitu sistem dan pemerintahan.

Sistem adalah seperangkat komponen, elemen, unsur atau subsistem dengan segala atributnya yang satu
dengan lainnya saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling tergantung. Kesemuanya merupakan
suatu kesatuan.

Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, sedangkan kata pemerintah berasal dari kata perintah.

pengertian pemerintahan secara keseluruhan adalah organ yang berwenang memproses pelayanan publik
dan berkewajiban memproses pelayanan sipil bagi setiap orang melalui hubungan pemerintahan,
sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan menerimanya pada saat diperlukan, sesuai
dengan tuntutan (harapan) yang diperintah. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem Pemerintahan Presidensial
Secara singkat sistem pemerintahan presidensial berasal dari kata presiden. Dapat disimpulkan bahwa
semua pemerintahan serta negara diatur dan dikepalai oleh seorang presidenPengertian Sistem
Pemerintahan Presidensial
Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial
Secara umum, sistem pemerintahan presidensial (sistem kongresional) atau juga bisa disebut dengan sistem
presidensiil dapat diartikan sebagai salah satu sistem dari sistem pemerintahan yang kekuasaan
utamanya berada di tangan seorang presiden dari lembaga eksekutif yang dipilih oleh rakyat melalui
kegiatan pemilihan umum atau pemilu .

Di dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden ditempatkan dengan jabatan yang paling tinggi, dengan
rincian jabatan berupa sebagai kepala negara dan sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Dikarenakan
presiden memiliki dua jabatan tinggi tersebut, membuat presiden mempunyai beragam hak-hak
istimewa lainnya.
[24/08/2023 05.16] : Macam-Macam Bentuk Pemerintahan
Sistem pemerintahan Indonesia
Sudah sejak era Yunani Kuno, para kaum intelektual dan filsuf berpikir mengenai bagaimana cara
mengorganisir rakyat. Maka berbagai bentuk pemerintahan diterapkan secara berbeda dalam kelompok
masyarakat berbeda.

Menurut Aristoteles, bentuk pemerintahan yang ada, pernah ada, dan mungkin ada diklasifikasikan dalam
beberapa bentuk, seperti:

1. Monarki
Merupakan bentuk pemerintahan yang kepemimpinannya dilakukan oleh seorang raja. Kekuasaannya
bersifat mutlak. Sistem pergantian kekuasaannya pun berdasarkan garis keturunan. Untuk sistem
pemerintahan monarki pun dibagi menjadi dua.

Yaitu monarki absolut dengan raja sebagai pusat pemerintahan, serta monarki parlementer dimana raja
dibantu kalangan parlemen dalam menjalankan sistem pemerintahan.

2. Tirani
Yakni bentuk pemerintahan yang awalnya berupa monarki absolut. Kekuasaannya sangat mutlak dengan
perilaku korup dan menindas. Sistem tirani bisa dikatakan sebagai kekuasaan absolut yang kebablasan.

3. Aristrokasi
Dalam bentuk pemerintahan ini, kekuasaan dipegang oleh kalangan bangsawan. Pemimpin tertingginya
disebut sebagai kaum aristokrat. Penyelewengan sangat mungkin terjadi dengan sistem kasta yang
berlaku.

4. Oligarki
Yakni bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir kaum elit. Meskipun jumlah kaum elit sedikit,
namun kekuasaannya menyeluruh. Sistem oligarki bisa dikatakan sebagai versi ramping dari sistem
aristokrasi.

5. Demokrasi
Bentuk satu ini merupakan pemerintahan dengan kekuasaan berada di tangan rakyat. Pemimpin dalam
sistem ini dipilih melalui voting. Kekuasaannya pun dijalankan oleh undang-undang dan lembaga
perwakilan.
[24/08/2023 05.18] : Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem pemerintahan
Bicara soal sistem pemerintahan di Indonesia, maka tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah. Maklum saja,
dari negara ini berdiri hingga sekarang sistem pemerintahanya telah mengalami beberapa perubahan.

1. Sistem Pemerintahan Indonesia (1945-1949)


Pada periode ini, negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial dimana presiden memiliki
kekuasaan yang cukup besar. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa Indonesia baru saja merdeka.
Dan sosok Soekarno masih menjadi figur sentral.

Selain menganut sistem pemerintahan presidensial, Indonesia juga menganut bentuk negara kesatuan
dengan bentuk pemerintahannya adalah republik dan konsitusi berupa UUD 1945.

2. Sistem Pemerintahan Indonesia (1949-1950)


Menurut catatan sejarah, kelompok sekutu mencoba datang ke Indonesia kembali. Mereka masih berharap
untuk mendapatkan wilayah koloni di Indonesia. Beragam bentrok terjadi antara rakyat Indonesia
dengan tentara Belanda.

Salah satu akibatnya Indonesia tidak bisa menetapkan kemandiriannya sebagai negara. Bahkan harus
menetapkan bentuk negara berupa federasi. Sistem pemerintahanya menggunakan parlementer semu
dengan konsitusi berupa UUD RIS. Republik masih menjadi bentuk pemerintahannya, tetapi tidak bisa
lepas dari pemerintahan belanda.

3. Sistem Pemerintahan Indonesia (1950-1959)


Belanda masih membayangi Indonesia. Terlihat dari konstitusi yang digunakan berupa UUDS 1950. Saat
itu, pentuk pemerintahanya adalah parlemen dengan kesatuan adalah bentuk negaranya. Republik tetap
menjadi bentuk pemerintahanya.

4. Sistem Pemerintahan Indonesia (1959-1966)


Inilah saat dimana Indonesia benar-benar keluar dari jajahan belanda sebagai negara. Ditandai dengan
peristiwa dekrit presiden. Saat itu, sistem pemerintahanya kembali ke bentuk semula berupa presidensial
lengkap dengan UUD 1945 sebagai konsitusinya. Dengan bentuk negara adalah kesatuan dan repuplik
tetap menjadi bentuk pemerintahan.

Baca juga : BENTUK NEGARA

Di masa Demokrasi Terpimpin, dominasi Presiden Soekarno begitu terlihat. Peranan partai politik pun tidak
terlalu kuat. Meskipun ditopang oleh paham Nasionalis, Agama, dan Komunis, namun kenyataannya
paham tersebut bersitegang satu sama lain. Puncak ketegangan pada paham Nasakom ini dimulai dari
meletusnya peristiwa 30 September 1965.

5. Sistem Pemerintahan Indonesia (1966–1998)


Pada tahun 1966-1998 sistem pemerintahan, bentuk pemerintahan, bentuk negara hingga konstitusi tidak
mengalami perubahan. Semua masih sama seperti yang ada dari tahun 1959-1966 ketika masih dipimpin
Soekarno. Ditandai dengan terbitnya dokumen Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) sistem
pemerintahan Orde Baru dimulai.

Dokumen negara tersebut berisi penyerahan wewenang kepada Jendral Soeharto untuk mengkondisikan
negara pasca peristiwa 30 September 1965. Pada orde ini, proses pemerintahan berjalan dengan
membenahi sistem politik.

6. Sistem pemerintahan Indonesia (1998 sampai dengan saat ini)


Pasca reformasi 1998, perubahan pada sistem kenegaraan banyak terjadi. Presiden pertama yang memimpin
di era ini adalah B.J. Habibie yang menempati posisi transisi selama setahun sampai pemilu presiden
diselenggarakan kembali pasca lengsernya Suharto.

Pastinya sistem pemerintahan ini dimulai pada tanggal 21 Mei 1998. Sampai dengan saat ini, bentuk negara
Indonesia adalah kesatuan dengan republik sebagai bentuk pemerintahannya. Sistem pemerintahan
Indonesia adalah sistem presidensial dan UUD 1945 menjadi konstitusinya.

Demikianlah uraian mengenai bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia. Semoga Indonesia semakin
baik lagi dalam menjalankan sistem pemerintahan yang saat ini berlaku.
[24/08/2023 05.19] : 1. Sistem Pemerintahan Presidensial
Secara singkat sistem pemerintahan presidensial berasal dari kata presiden. Dapat disimpulkan bahwa
semua pemerintahan serta negara diatur dan dikepalai oleh seorang presiden.

2. Sistem Pemerintahan Parlementer


Lain halnya dengan sistem pemerintahan presidensial. Dalam sistem pemerintahan parlementer, suatu
negara memiliki dua pemimpin, yaitu presiden dan perdana menteri.

3. Sistem Pemerintahan Semipresidensial


Sistem pemerintahan semipresidensial ini adalah bentuk dari gabungan antara sistem pemerintahan
presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Sistem pemerintahan ini juga kerap disebut dengan
Sistem Pemerintahan Eksekutif Ganda atau Sistem Pemerintahan Dual Eksekutif.

4. Sistem Pemerintahan Komunis


Sistem pemerintahan komunis dipimpin dan berada dibawah kendali partai komunis.

5. Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal


Sistem pemerintahan demokrasi liberal atau yang biasa disebut dengan demokrasi konstitusional ini
memiliki sistem politik yang menganut paham kebebasan individu.

6. Sistem Pemerintahan Liberal


Sistem pemerintahan liberal menjadikan kebebasan dari rakyat mereka sebagai landasan dalam bernegara
serta menjadi dasar dari penetapan kebijakan serta aturan yang berlaku di negara tersebut. Perlu
Grameds ketahui bahwa para pejabat pemerintah yang ada di negara yang menganut sistem
pemerintahan ini tidak banyak membuat serta menetapkan kebijakan serta aturan, jadi masyarakat tidak
begitu terikat dengan pengaturan dan kebijakan.

SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA


SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Pengertian Sistem Pemerintahan


Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata, yaitu sistem dan pemerintahan. Kata sistem dalam
bahasa Inggris mengandung makna system, yang berarti tatanan, susunan, jaringan, dan cara. Sedangkan
istilah sistem dalam bahasa Yunani (systema) mengandung pengertian : 1) sebagai keseluruhan yang
tersusun dari banyak bagian, dan 2) hubungan yang berlangsung antara satuan-satuan atau komponen-
komponen secara teratur.

Kata sistem, juga memiliki pengertian yang bermacam-macam, sebagaimana tersebut di bawah ini.

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir.
Sistem adalah keseluruhan dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional, baik antar bagian-
bagian maupun hubungan struktural sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan
antara satu dengan yang lainnya.
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, di dalamnya terdapat komponen-komponen yang
pada gilirannya merupakan sistem yang tersendiri. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi
masing-masing namun tetap saling berhubungan antara satu dengan yang lain menurut pola tertentu
demi tercapainya tujuan dan fungsi yang sama.
Sistem adalah seperangkat komponen, elemen, unsur atau subsistem dengan segala atributnya yang satu
dengan lainnya saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling tergantung. Kesemuanya merupakan
suatu kesatuan.
Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, sedangkan kata pemerintah berasal dari kata perintah. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata tersebut di atas memiliki arti sebagai berikut.

perintah adalah perkataan yang berarti menyuruh melakukan sesuatu,


pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, dan negara
pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.
Jadi, pengertian pemerintahan secara keseluruhan adalah organ yang berwenang memproses pelayanan
publik dan berkewajiban memproses pelayanan sipil bagi setiap orang melalui hubungan pemerintahan,
sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan menerimanya pada saat diperlukan, sesuai
dengan tuntutan (harapan) yang diperintah.

Untuk memudahkan pemahaman, dapat diidentifikasikan beberapa pengertian pemerintahan melalui


pendekatan kelembagaanseagai berikut.

Pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang oleh konstitusi negara disebut sebagai
pemegang kekuasaan pemerintahan. Hal ini, misalnya, terdapat di Indonesia di dalam UUD 1945, segala
urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan
negara, kekuasaan pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi eksekutif saja melainkan juga meliputi
fungsi lainnya, termasuk legislatif dan yudikatif.
Pemerintahan dalam arti sempit adalah aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh presiden atau
perdana menteri sampai level birokrasi yang paling rendah tingkatannya. Dengan demikian, pemerintah
dalam arti sempit hanya mencakup penyelenggara fungsi eksekutif.
Pemerintah dalam arti pelayan adalah aktivitas penyelenggara negara yang memberikan pelayanan dan
melayani kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan beberapa pengertian sistem ini, apabila kita kaitkan dengan pemerintahan, dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:

Maksud dari keseluruhan yang utuh dan bulat adalah pemerintah.


Komponen-komponen pemerintah yaitu, lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Masing-
masing memiliki fungsi yang berkaitan dan berhubungan dalam mencapai tujuan pemerintah negara.
Masing-masing lembaga tersebut di atas, sebenarnya merupakan sebuah sistem. Dengan kata lain, dibawah
strukturnya terdapat subsistem lagi, yaitu berupa departemen-departemen dan lembaga-lembaga non-
departemen yang masing-masing memilliki tugas dan fungsi khusus.
Ryas Rasyid mengemukakan bahwa pemerintahan sebagai suatu sistem mencakup tiga komponen utama.

Suatu sistem pemerintahan yang memiliki aturan.


Dalam pemerintahan Indonesia ada yang disebut dengan tata urutan perundang-undangan. Dari mulai yang
tertinggi UUD 45, ketetapan MPR (DPR/DPD), undang-undang, Peraturan Pemerintah sampai pada
peraturan yang lebih rendah lainnya. Aturan-aturan tersebut menjadi konstitusi sebuah negara serta
menjadi mekanisme atur tata laku pemerintah.

Adanya lembaga-lembaga.
Merujuk pada trias politika, maka dalam sebuah sistem pemerintahan terdapat lembaga legislatif (DPR/DPD
yang ada di MPR) yang bertugas merumuskan peraturan dan perundang-undangan. Lembaga eksekutif
bertugas menjalankan undang-undang atau peraturan. Lembaga yudikatif (pengadilan) bertugas sebagai
lembaga penegak keadilan.

Pelaku (khususnya pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan yang
melekat pada lembaga-lembaga), sejumlah birokrasi dan pejabat politik sebagai pelaku dan penanggung
jawab atas pelaksanaan kewenangan tadi.

Sistem Pemerintahan Presidensial dan Parlementer


Suatu negara menerapkan sistem pemerintahan yang berbeda dengan negara lain. Hal ini disebabkan situasi
dan kondisi yang berbeda sehingga melahirkan sistem presidensil atau parlementer. Situasi menunjuk
pada sejarah perjuangan bangsa tersebut, dan kondisi menunjuk pada karakteristik penduduk, adat-
istiadat, keibasaan, dan letak geografis negara yang bersangkutan. Pada dasarnya sistem pemerintahan
yang dilakukan di negara-negara demokrasi menganut sistem presidensial atau parlementer. Kedua
sistem tersebut memiliki beberapa bentuk variasi.

Pada umumnya, negara-negara di dunia menganut salah satu dari sistem pemerintahan tersebut. Adanya
sistem pemerintahan-pemerintahan lain dianggap sebagai kombinasi dari dua sistem pemerintahan di
atas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari sistem pemerintahan parlementer. Bahkan, Inggris
dianggap dan disebut sebagai mother of parliaments (induk parlemen). Sementara itu, Amerika Serikat
merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem pemerintahan presidensial.

Kedua negara tersebut dianggap sebagai tipe ideal karena menetapkan ciri-ciri yang ideal dari sistem
pemerintahan yang dijalankan. Inggris merupakan negara pertama yang menjalankan model
pemerintahan parlementer, sedangkan Amerika merupakan pelopor dalam sistem pemerintahan
presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prisip
dari sistem pemerintahan, sehingga kemudian diadopsi oleh negara-negara lain di belahan dunia.
Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer apabila badan eksekutif sebagai
pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem
pemerintahan disebut presidensial apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan langsung badan
legislatif.

Sistem Pemerintahan Presidensial


Ciri-ciri pemerintahan presidensial, adalah sebagai berikut.

1) Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen tapi dipilih langsung oleh rakyat atau suatu
dewan/majelis.

2) Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab kepada presiden dan tidak
bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif.

3) Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen. Hal ini dikarenakan presiden tidak dipilih oleh
parlemen.

4) Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, seperti dalam sistem parlementer.

5) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen dipilih oleh
rakyat.

6) Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.

Sistem pemerintahan presidensial memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem pemerintahan
presidensial.

Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan presiden
Amerika Serikat selama 4 tahun, presiden Indonesia selama 5 tahun.
Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar
termasuk anggota parlemen sendiri.

Beberapa kekurangan sistem pemerintahan presidensial dapat disebutkan berikut ini.

Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan
pemerintahan yang mutlak.
Sistem pertanggungjawabannya kurang jelas.
Pembuatan keputusan/kebijaksanaan publik umumnya hasil tawar menawar antara eksekutif dan legislatif,
sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama.
Menyadari adanya kekurangan dari masing-masing sistem pemerintahan tersebut, negara-negara berusaha
memperbaharui dan berupaya mengkombinasikan dalam sistem pemerintahannya. Hal ini dimaksudkan
agar kelemahan tersebut dapat dicegah atau dikendalikan. Misalnya, di Amerika Serikat yang
menggunakan sistem pemerintahan presidensial maka untuk mencegah kekuasaan presiden yang besar
diadakan mekanisme check and balance terutama antara eksekutif dengan legislatif
ilihan umum, untuk menentukan anggota lembaga legislatif beserta presidennya.
Anggota legislatif, .bersama dengan eksekutif merancang dan merumuskan berbagai kebijakan publik yang
berbentuk ketetapan atau undang-undang (legislation) dalam penyelenggaraan negara.
Presiden memilih, mengangkat, melantik, dan memberhentikan pembantu presiden (menteri).
Menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Melalui menteri-menterinya, presiden melaksanakan tugasnya sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. (public service).
Evaluasi kritis terhadap kinerja dan pelayanan publik dapat dilakukan terhadap pemerintah. Hal tersebut
kemudian menjadi landasan bagi rakyat untuk menentukan sikap politik pada pemilihan umum
berikutnya.

Sistem Pemerintahan Parlementer


Berikut ini adalah ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer.

Badan legislatif/parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
Anggota parlemen terdiri atas orang-orang partai politik yang memenangkan pemilihan umum. Partai politik
yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang menjadi mayoritas dan berkuasa di parlemen.
Pemerintah/kabinet terdiri atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin kabinet. Perdana
menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksanakan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan
eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal
dari parlemen.
Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas
anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika
mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet.
Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri,
sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam negara monarki.
Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan, ia hanya berperan sebagai simbol kedaulatan
dan keutuhan negara.
Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet, maka prsiden/raja atas saran dari pedana menteri
dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi untuk membentuk parlemen
baru.

Sistem pemerintahan parlementer memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dari
sistem pemerintahan parlementer.

Pembuatan kebijaksanaan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara
eksekutif dan legislatif. Hal ini dikarenakan kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu
partai/koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan publik jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam
menjalankan pemerintahan.

Adapun kekurangan sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut.

Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga
sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Kelangsungan kedudukan badan eksekutif/kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa
jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal ini terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota
parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di parlemen dan partai,
anggota kabinet dapat menguasai parlemen.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota
parlemen dimanfaatkan dan menjadi bekal penting untuk menjadi bekal menteri atau jabatan eksekutif
lainnya.

Berdasarkan bagan di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam sistem pemerintahan parlementer terjadi proses
pemerintahan sebagai berikut ini.

Rakyat melalui pemilihan umum memilih wakil rakyat yang akan duduk diparlemen.
Parlemen memilih kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Dalam kabinet ini, perdana menteri
berfungsi sebagai kepala pemerintahan.
Perdana menteri selaku kepala pemerintahan memberikan pertanggungjawabannya kepada parlemen.
Parlemen memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja kabinet dan dapat mengeluarkan mosi tidak
percaya. Jika mosi tidak percaya ini didukung oleh mayoritas parlemen, maka kabinet parlementer ini
akan jatuh.
Posisi raja/kaisar/sultan dalam sistem parlementer, khususnya dalam monarki konstitusional, adalah badan
negara yang tidak dapat diganggu gugat (the King can do no wrong). Oleh karena itu hubungan
raja/kaisar/sultan dengan perdana menteri harus saling menghormati.
Pada sistem pemerintahan parlementer, apabila terjadi krisis pemerintahan yang disebabkan tidak adanya
dukungan mayoritas/parlemen, mengakibatkan pemerintah kesulitan dalam membentuk kabinet baru.
Hal ini disebabkan oleh adanya:

perbedaan kepentingan;
pandangan politik yang sulit dipertemukan; dan
balas dendam antar kelompok di legislatif.
Dalam kondisi seperti ini, menurut Miriam Budihardjo, terpaksa harus dibentuk kabinet ekstra-parlementer,
yaitu suatu kabinet yang dibentuk tanpa formatur. Kabinet tersebut merasa terikat pada konstelasi politik
yang ada di legislatif. Dengan demikian, formatur kabinet dapat menunjuk menteri berdasarkan keahlian
individual dalam memangku jabatan menteri. Jika ada menteri yang merupakan anggota sebuah partai
politik maka kehadirannya bukan atas nama partai melainkan atas nama pribadi. Kabinet ekstra-
parlementer ini biasanya mempunyai program kerja yang terbatas dan hanya terorientasi pada
pemecahan masalah negara dan bangsa yang sedang dihadapinya

Pengaruh sistem pemerintahan terhadap negara lain


Sebuah pilihan sistem pemerintahan oleh suatu negara memberikan dampak pada proses dinamika sosial
politik negara yang bersangkutan. Misalnya, sebuah negara yang menentukan pilihannya untuk menjadi
sebuah negara parlementer, maka kekuasaan raja/kaisar/sultan sebelumnya, harus mengalami proses
pengurangan. Kekuasaan raja/sultan/kaisar tidak lagi kuat dan luas sebagaimana yang dimilikinya di
zaman kerajaan sebelumnya

Contoh negara yang menganut sistem presidensial adalah Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Mesir, dan
Argentina. Contoh negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah inggris, India,
Malaysia, Jepang, dan Australia.
Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial ataupun parlementer, namun tetap terdapat variasi-
variasi yang disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara yang bersangkutan. Misalnya,
Indonesia yang menganut siatem presidensial, tidak mungkin sama dengan sistem pemerintahan
presidensial yang berlaku di Amerika Serikat. Bahkan di negara-negara tertentu menggunakan sistem
campuran antara presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya
adalah negara Prancis di masa pemerintahannya sekarang ini. Negara tersebut memiliki presiden sebagai
kepala negara yang memiliki kekuasaan besar, namun disamping itu juga terdapat perdana menteri yang
diangkat oleh presiden untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.

Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lainnya. Salah satu manfaat penting sistem
pemerintahan suatu negara menjadi bahan perbandingan negara lain. Suatu negara dapat mengadakan
perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan dengan sistem pemerintahan yang digunakan oleh
negara lain. Negara-negara di dunia dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan
sistem-sistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu sistem
pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya, setelah melakukan pernbandingan dengan
negara lain. Mereka dapat pula mengadopsi sistem pemerintahan dari negara lain menjadi sistem negara
pemerintahan negara yang bersangkutan.

Para pejabat negara, politisi dan para anggota parlemen negara sering mengadakan kunjungan ke luar negeri
atau antarnegara. Mereka melakukan pengamatan, pengkajian, dan perbandingan sistem pemerintahan
negara yang dikunjungi dengan sistem pemerintahan negaranya.

Seusai kunjungan para anggota parlemen tersebut memiliki pengetahuan serta wawasan yang semakin luas
sehingga mampu mengembangkan sistem pemerintahan negaranya dengan lebih baik. Pembangunan
sistem pemerintahan di Indonesia juga tidak lepas dari hasil mengadakan perbandingan sistem
pemerintahan antar negara.

Sebagai negara yang menganut sistem presidensial, Indonesia banyak mengadopsi praktek-praktek sistem
pemerintahan yang ada di Amerika. Misalnya, pemilihan presiden secara langsung dan mekanisme
checks and balances. Disamping itu, konvensi partai Golkar menjelang Pemilu 2004 juga mencontoh
praktek di Amerika Serikat. Meski demikian, tidak semua praktek pemerintahan Indonesia bersifat
tiruan semata, seperti contohnya Indonesia mengenal adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat,
sedangkan di Amerika Serikat tidak ada majelis semacam itu.

Dengan demikian sistem pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai bahan kajian, perbandingan
atau model yang dapat diadopsi menjadi sistem pemerintahan negara lain. Amerika Serikat dan Inggris
masing-masing telah mampu membuktikan diri sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer secara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut selanjutnya
banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya telah disesuaikan dengan negara yang
bersangkutan.

Pelaksanaan system pemerintahan


Negara merupakan institusi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan dan tata tertib yang
diberlakukan bagi rakyat dan wilayah tersebut. Suatu negara dalam menjalankan roda pemerintahannya
tidak bisa terlepas dari sistem politik yang dijalankan dan rakyatlah yang melaksanakan sistem tersebut.
Antara pemerintah dengan rakyat mempunyai hubungan yang sangat erat. Jadi, yang dimaksud dengan
pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga yang menyelenggarakan tugas dan kewenangan
negara membuat peraturan, penerapan peraturan, dan penegakan peraturan.
Sedangkan rakyat adalah pihak yang mejalankan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Oleh karena itu,
sistem politik suatu negara tidak akan memisahkan antara pemerintah dengan masyarakat. Dalam
melaksanakan perundang-undangan dan ketatalaksanaan pemerintahan terhadap pembatasan atas
kebebasan bertindak di pihak badan pemerintahan. Pangawasan oleh badan pengadilan, termasuk
pengadilan bagi pemerintahan diperketat, misalnya dalam hal menilai tindakan administratif, keputusan
administratif dapat dinyatakan batal karena bertentangan dengan aturan hukum tertulis tertentu atau
bertentangan dengan asas umum pemerintahan yang baik.

Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan menjadi perintis, pelopor, serta
pendiri ASEAN. Letak geografis Indonesia berada diantara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia; serta diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.

UUD 1945 yang dikenal sebagai suatu naskah yang singkat, apabila dikaji dengan cermat ternyata tidak
menganut sistem pemisahan kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari organisasi dan sistem pemerintahan
negara. Pemisahan kekuasaan dalam arti materiil tidak ditemukan bahkan tidak pernah dilaksanakan di
Indonesia. Yang ada dan dilaksanakan adalah pemisahan kekuasaan dalam arti formal. Dengan kata lain,
di Indonesia terdapat pembagian kekuasaan.

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa susunan Negara Republik
Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat yang pada pelaksanaannya menganut prinsip
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Untuk
mewujudkan hal itu, diperlukan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, dan
perwakilan daerah dalam rangka menegakkan nilai demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan rakyat dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan kehidupan ketatanegaraan dan politik bangsa, setelah dilakukan amandemen
UUD 1945, telah terjadi perubahan yang mendasar dalam tatanan kenegaraan termasuk dalam susunan
dan kedudukan lembaga permusyawaratan, lembaga perwakilan rakyat dengan adanya lembaga
perwakilan daerah. Selain itu, Sidang Tahunan MPR RI tahun 2002 juga mengamanatkan untuk
mengembangkan sistem politik nasional yang lebih demokratis dan terbuka dengan menyempurnakan
berbagai peraturan perundang-undangan di bidang politik.

Dengan dianutnya konsep pembagian kekuasaan dalam sistem ketatanegaran Indonesia di bawah UUD
1945, maka persoalan yang muncul adalah, sebagai berikut:

siapakah sebenarnya pemegang kekuasaan dalam negara Republik Indonesia?;


bagaimanakah pembagian kekuasaannya?; dan
bagaimanakah pembagian batas kekuasaannya?.
Semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ditemukan di dalam UUD 1945.

Sistem pemerintahan negara Indonesia menurut UUD 1945 yang diamandemen pada dasarnya masih
menganut sistem pemerintahan presidensial. Hal ini dibuktikan bahwa Presiden Indonesia adalah kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung DPR dan
tidak bertanggung jawab kepada parlemen. Namun sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-
unsur dari sistem parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan yang ada pada sistem presidensial.

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut ini.

Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi DPR tetap mempunyai
fungsi mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan dan atau melalui persetujuan DPR.
Contohnya, dalam pengangkatan duta negara asing, Gubernur Bank Indonesia, Panglima TNI, dan Kepala
Kepolisian.

Presiden dalam mengeluarkan kebijaksaan tertentu memerlukan pertimbangan dan atau persetujuan DPR.
Contohnya, pembuatan perjanjian internasional, pemberian gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, amnesti,
dan abolisi.

Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak budget
(anggaran).
Dengan demikian, terdapat perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu
diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut antara lain
adanya pemilihan presiden secara langsung, sistem bikameral, mekanisme chechks and balances, dan
pemberian kekusaaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.

Marilah kita bandingkan pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan.

Pada era reformasi, tuntutan yang harus segera dilaksanakan adalah melakukan amandemen/perubahan atas
UUD 1945. Dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional,
diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari sebelumnya. Amandemen UUD
1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002.
Berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintahan
Indonesia sekarang ini. Berikut ini akan dijekakan masing-masing fungsi Lembaga pemerintahan RI :

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Dalam naskah asli UUD 1945, dinyatakan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dengan kata lain, MPR adalah penyelenggara dan pemegang
kedaulatan rakyat. MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui Pemilihan Umum. Keanggotaan MPR ini diresmikan
dengan Keputusan Presiden (Pasal 3 UU SUSDUK MPR). Masa jabatan MPR adalah lima tahun, dan
berakhir pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan janji atau sumpah.

Pimpinan MPR terdiri atas satu orang ketua dan tiga orang wakil ketua yang mencerminkan unsur DPR dan
DPD yang dipilih dari anggota dan oleh anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR. Menurut pasal 7
UU SUSDUK MPR, jika pimpinan MPR belum terbentuk, maka pimpinan sidang dipimpin oleh
pimpinan sementara MPR, yaitu ketua DPR, ketua DPD dan satu wakil ketua sementara MPR,
sedangkan jika keuta DPR, ketua DPD berhalangan, maka dapat digantikan oleh wakil ketua DPR dan
wakil ketua DPD. Peresmian sebagai ketua MPR sementara ini dilakukan melalui keputusan MPR.

Menurut Pasal 2 UUD 1945 bersidang sedikit-dikitnya sekali dalam lima tahun. Dengan kata lain, jika
dimungkinkan atau dipandang perlu, maka selama lima tahun dapat mengadakan sidang lebih dari satu
kali.

Jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen maka dapat ditemukan sejumlah
perbedaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini, secara sistematis disajikan keanggotaan,
perekrutan, dan kewenangan MPR.
Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam pelaksanaan
tugasnya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden. Sebelum tahun 2004, Presiden RI dipilih oleh
MPR, sedangkan dalam pemilu 2004, Presiden dan Wakil Presiden RI dipilih langsung oleh rakyat. Jika
ada suara yang berimbang, maka pemilihan presiden pada putaran kedua diserahkan kepada MPR
melalui musyawarah dengan mekanisme pengambilan suara terbanyak.

Sebagai bahan perbandingan, dibawah ini disertakan tabel perbedaan kekuasaan dan wewenang presiden
serta wapres sebelum dan sesudah Amandemen UUD 1945.

Kementerian Negara Menurut UUD 1945


Berdasarkan UUD 1945 pasal 17 (sebelum Amandemen) menyebutkan bahwa:

Ayat 1 : Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

Ayat 2 : Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Ayat 3 : Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.

Untuk menambah pemahaman kalian tentang materi kementerian negara menurut UUD 1945, maka dapat
kalian lihat pada tabel 7 sebagai berikut.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara dan merupakan
lembaga legislatif. Anggota DPR adalah anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan
hasil pemilihan umum. Berdasarkan UU No 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan
(SUSDUK) MPR, DPR dan DPD; pasal 17, anggota DPR berjumlah 550 orang. Seperti halnya
keanggotaan MPR, keanggotaan DPR pun diresmikan oleh Keputusan Presiden. Anggota DPR
berdomisili di ibukota negara Republik Indonesia.

Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan
sumpah atau janji. Pembacaan sumpah atau janji dilakukan secara bersamaan dengan dipandu oleh
ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna DPR. Jika ada anggota DPR yang berhalangan hadir
untuk membaca sumpah dan janji secara bersama-sama, maka pembacaan sumpah atau janji, dilakukan
di Sidang Paripurna dengan panduan Ketua DPR.

Pimpinan DPR terdiri atas seorang ketua dan 3 orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPR.
Sebelum terbentuk ketua DPR, maka pimpinan sidang yang dipimpin oleh Pimpinan Sementara DPR
yang terdiri atas 2 orang wakil partai politik yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilu. Jika
pemegang pemilu itu berimbang, maka dilakukan musyawarah dalam pemilihan anggota DPR tersebut.

Menurut pasal 25 UU No 22 Tahun 2003, DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Selain
itu, menurut pasal 27 UU yang sama DPR juga memiliki hak untuk interpelasi, angket, dan menyatakan
pendapat, sedangkan fungsi DPR yaitu:

membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama;


membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU;
menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan
mengikutsertakannya dalam pembahasan;
memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU.APBN dan RUU yang berkaitan degan pajak, pendidikan dan
agama;
menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan pertimbangn DPD;
melaksanakan pengawasan terhadap UU, anggaran pendapatan, dan belanja negara serta kebijakan
pemerintah;
membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPR terhadap pelaksanaan UU
mengenai otonomi daerah, pembentukan pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan
dan agama;
memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang
disampaikan BPK;
memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial;
memberikan persetujuan calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial yang ditetapkan sebagai
Hakim Agung oleh presiden;
memilih 3 orang calon anggota Hakim Konstitusi dan mengajukannya kepada presiden untuk ditetapkan;
memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara
lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi;
memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain, serta membuat perjanjian internasional lainnya yang berakibat secara luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang berkaitan dengan beban keuangan negara dan atau pembentukan
UU;
menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi mayarakat; dan
melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan oleh UU.
Selain DPR, dalam sistem pemerintahan Indonesia juga dikenal adanya DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota. Jumlah kursi anggota DPRD Provinsi, menurut UU RI No 12 Tahun 2003 tentang
Pemilu, yaitu minimal 35 orang dan maksimal 100 orang, seperti terlihat pada tabel 8.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD merupakan anggota MPR yang terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilu.
Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 orang. Seluruh anggota DPD ini tidak lebih
dari sepertiga jumlah anggota DPR. Anggota DPD diresmikan oleh Keputusan Presiden. Bagi anggota
DPD, selama persidangan harus berdomisili di ibukota negara RI.

Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun dan berakhir bersamaan dengan saat anggota DPD yang baru
membacakan sumpah atau janji. Pembacaan sumpah/janji DPD dilakukan dalam Sidang Paripurna DPD,
dengan dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung. Jika ada anggota DPD yang berhalangan hadir untuk
membaca sumpah atau janji secara bersamaan, maka pembacaan sumpah dan janji dilaksanakan dalam
Sidang Paripurna DPD dengan dipandu oleh pimpinan DPD.

Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua, dan sebanyak-banyaknya 2 orang wakil ketua yang dipilih dari
dan oleh anggota DPD. Sebelum terbentuk ketua DPD maka pimpinan sidang dipimpin oleh Pimpinan
Sementara DPD yang dipilih dari seorang anggota tertua dan anggota termuda.

Menurut pasal 41 UU No 22 Tahun 2003, DPD mempunyai fungsi mengajukan usul, ikut dalam
pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berhubungan dengan legislatif tertentu. DPD juga
mempunyai fungsi pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu.

Tugas dan wewenang DPD adalah:


mengajukan RUU kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan;
memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama;
memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU yang berkaitan dengan otonomi daerah.
Keanggotaan DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang berasal dari perorangan dengan ketentuan seperti
terlihat pada tabel 10.

Selain itu, ditentukan pula syarat-syarat sebagai berikut:

jumlah dukungan dari pemilih tersebut sekurang-kurangnya sebanyak 25% tersebar dari sejumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;
jumlah dukungan tersebut harus dibuktikan dengan tanda tangan atau cap jempol dan kertas tanda penduduk
atau identitas lainnya;
seorang pendukung tidak boleh memberikan dukungan kepada lebih dari 1 orang calon anggota DPD; dan
kebebasan setiap pendukung dilakukan oleh KPU.

Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum
dan keadilan. Mahkamah Agung mempunyai fungsi untuk melaksanakan kekuasaan yudikatif atau
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka, artinya
tidak ada turut campur tangan dari badan pemerintah atau legislatif. Kekuasaan kehakiman dijalankan
atas dasar penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, jika ada pejabat yang
melanggar hak asasi manusia, maka dapat dikategorikan sebagai inkostitusional dan melanggar hukum.

Lembaga kehakiman yang ada di Indonesia berada pada tingkat nasional dan tingkat kabupaten/kota.
Menurut UUD 45, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-badan
lainnya. Adapun badan-badan penyelenggara peradilan menurut Ketentuan Pokok-pokok Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia terdiri atas:

peradilan umum, yaitu peradilan yang menangani masalah pidana masyarakat sipil Indonesia;
peradilan agama, yaitu peradilan yang menangani masyarakat Islam, seperti perkawinan, perceraian, dan
rujuk;
peradilan militer, yaitu peradilan khusus yang menangani masalah hukum para petugas selama
melaksanakan pendidikan kemiliterannya; dan
peradilan tata usaha negara (PTUN), yaitu peradilan yang menangani masalah-masalah perdata di
masyarakat.
Secara hirarki, tingkat pengadilan adalah sebagai berikut Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan
Pengadilan Negeri. Jika memperhatikan susunan kedudukannya, maka dapat dikatakan bahwa
Mahkamah Agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman yang tertinggi di Indonesia. Mahkamah
Agung, berwenang mengadili pada tingkat kasasi, mengkaji peraturan perundang-undangan di bawah
UU terhadap UU. Ketua dan wakil ketua MA dipilih dari dan oleh Hakim Agung, sedangkan Calon
Hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden. Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela, adil, profesional dan berpengalaman, di bidang hukum.

Sementara itu, Mahkamah Konstitusi mempunyai kekuasaan dan kewenangan sebagai berikut:
mengadili tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk mengadili UU terhadap UUD,
memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara,
memutuskan pembubaran partai politik, dan
memutuskan pendapat DPR tentang pelanggaran yang dilakukan oleh presiden.
Jumlah anggota MK sebanyak 9 orang sebagai hakim konstitusi yang terdiri atas 3 orang diajukan oleh
presiden, 3 orang diajukan oleh DPR dan 3 orang diajukan oleh MA. Setelah terpilih, penetapan
keanggotaan sebagai anggota MK dilakukan oleh presiden.

Komisi Yudisial (KY) yaitu sebuah komisi yang mandiri dan memiliki kewenangan untuk mengusulkan
pengangkatan Hakim Agung, menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat serta perilaku hakim.
Seorang anggota KY harus memiliki pengalaman, integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota
KY diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR.

Persamaan system pemerintahan di berbagai negara


Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa sistem pemerintahan sebuah negara ditandai oleh beberapa
organ atau lembaga negara. Organ-organ negara tersebut meliputi, kekuasaan eksekutif, kekuasaan
legislatif, dan kekuasaan yudikatif. Selain organ-organ tersebut, sistem pemerintahan sebuah negara
juga menggambarkan adanya kabinet, kelompok kepentingan, organisasi masyarakat, sistem hukum,
dan konstitusi negara. Semua lembaga tersebut berjalan dan saling berkaitan dalam suatu mekanisme
tertentu pada kehidupan negara yang bersangkutan. Keseluruhan organ-organ tersebut membentuk suatu
sistem pemerintahan negara.

Meskipun sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan yang berjalan di negara
lain, dapat ditemukan beberapa persamaan sistem pemerintahan dari negara-negara yang ada.
Persamaan itu terlihat pada bentuk-bentuk kelembagaan yang dimiliki negara. Beberapa persamaan
sistem pemerintahan adalah sebagai berikut:

Bentuk negara yaitu:


Kesatuan atau unitaris. Contoh: Inggris, Perancis, Indonesia dan Filipina.
Serikat atau federal. Contoh: India, Malaysia, Brazil, USA, dan Australia.
Pada umumnya, bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan negara-negara di dunia terbagi dalam dua
klasifikasi yaitu:

Negara dengan bentuk pemerintahan monarki atau republik.


Contoh negara dengan sistem pemerintahan monarki adalah Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan
Kuwait.

Negara dengan sistem pemerintahan presidensial atau parlementer.


Contoh negara dengan sistem pemerintahan parlementer adalah India, Australia, dan Brazil.

Hampir semua sistem pemerintahan negara memiliki badan eksekutif, badan legislatif, dan badan yudikatif.

Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan ini berkaitan dengan sistem pemerintahan negara. Negara dengan sistem pemerintahan
presidensial maka kekuasaan eksekutif dijabat oleh presiden, baik sebagai kepala negara maupun kepala
pemerintahan. Dalam sistem parlementer, kepala negara adalah presiden/raja/kaisar/sultan, sedangkan
kepala pemerintahan dijabat oleh seorang perdana menteri. Negara dengan sistem presidensial misalnya
Amerika Serikat, Indonesia, Prancis dan Brazil. Negara dengan sistem parlementer misalnya India,
Singapura, Inggris, Jepang, Australia dan Malaysia.

Kekuasaan Legislatif
Lembaga legislatif atau parlemen umumnya memakai sistem bikameral. Satu lembaga merupakan
perwakilan dari wilayah, daerah atau negara bagian, dan lembaga lain merupakan perwakilan rakyat.
Sistem bikameral terdapat di banyak negara seperti India, Mesir, Brazil, Australia, Indonesia dan
Amerika Serikat. Hanya sedikit negara yang menggunakan sistem “unikameral”, seperti Brunei
Darussalam dan Cina. Para anggota parlemen umumnya dipilih melalui pemilu.

Kekuasaan Yudikatif
Semua negara memiliki badan kehakiman. Umumnya, badan kehakiman bersifat bertingkat atau tingkat
mulai dari badan kehakiman ditingkat pusat atau federal, wilayah atau negara bagian dan provinsi.
Penetapan pejabat badan kehakiman tidak melalui pemilu.

Untuk memudahkan kalian melakukan perbandingan sistem pemerintahan Indonesia dengan negara Jepang,
Inggris, Amerika Serikat; berikut ini secara sistematis disajikan bentuk negara, bentuk pemerintahan,
sistem pemerintahan, nama resmi, kepala negara, kepala pemerintahan, eksekutif dan yudikatif

You might also like