You are on page 1of 75

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

ACARA I-VI

Disusun oleh :

Nama : Annisa Fabila

NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2017
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

ACARA I

PENGUJIAN DAYA TUMBUH (VIABILITAS) DAN KECEPATAN


BERKECAMBAH

Disusun oleh :

Nama : Annisa Fabila

NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam produksi pertanian, benih merupakan unsur yang sangat penting.


Meskipun unsur lain terpenuhi, namun apabila benih yang digunakan mutunya
rendah, maka tidak dapat diharapkan hasilnya dapat tinggi. Benih bermutu tinggi
merupakan benih berkualitas tinggi dari jenis yang unggul.Salah satu ciri benih
yang berkualitas tinggi adalah mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi.
Viabilitas benih, dinyatakan dengan persentase perkecambahan.Persentase
perkecambahan diperoleh dari jumlah/kumulatif benih yang berkecambah selama
waktu tertentu yang terbatas, dikalikan dengan 100 %.

jumlah benih yang berkecambah


Viabilitas benih = x 100 %
jumlah benih yang dikecambahkan

Untuk mengekspresikan vigor benih, metode yang paling umum adalah


dengan kecepatan berkecambahnya.Kecepatan berkecambah dapat dinyatakan
dengan indeks vigor yang merefleksikan jumlah benih yang berkecambah pada
interval satu hari setelah dikecambahkan.
G1 G2 Gn
V. I = + +…….+
D1 D2 Dn
V.I = Vigor indeks
G = Jumlah kecambah pada hari tertentu
D = Waktu yang berkorelasi dengan jumlah itu

100( A 1+ A 2+ … … … … … … … ..+ An)


C.G =
A 1 T 1+ A 2 T 2+… … … …+ AnTn
C. G = Coefficient Germination
A = Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
T = Waktu yang berkorelasi dengan A
n = Jumlah hari perhitungan akhir

1.2 Tujuan
Membiasakan dengan konsep indeks matematis viabilitas dan vigor benih

BAB II

DASAR TEORI

Pengujian daya tumbuh benih merupakan proses yang penting. Hal


tersebut dilakukan untuk memberi jaminan kepada petani dan masyarakat untuk
mendapatkan benih sesuai dengan Standar Nasional Indonesia(SNI).Selain
itu,benih yang diuji bertujuan agar mendapatkan benih yang berkualitas
tinggi.Benih yang baik akan menguntungkan bagi petani (Lesilolo dkk.,2013).
Kualitas benih yang baik memiliki daya tumbuh dan indeks vigor yang
tinggi.Indeks vigor merupakan keserampakan benih dalam berkecambah.Indeks
vigor yang tinggi dapat diperoleh dengan cara menjaga kondisi lingkungan saat
penyimpanan. Perkecambahan dan pertumbuhan embrio merupakan proses
penting pada tanaman untuk pertanian dan ekosistem alami (Morla et al.,2011).
Umumnya sebagai parameter untuk viabilias benih digunakan persentase
perkecambahan, dimana perkecambahan harus cepat dan pertumbuhan
kecambahnya kuat dan mencerminkan kekuatan perkecambahannya yang
dinyatakan dengan laju perkecambahan. Persentase perkecambahan (germination
percentage) menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh
benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan (Sutopo, 2002).
Laju perkecambahan (germination rate) dapat diukur dengan menghitung
jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.Czabazor
(1962, dalam Hartman dan Kester, 1968) menyatakan parameter lain, yang
mencakup laju dan persentase perkecambahan yang disebut sebagai nilai
perkecambahan.Untuk mendapatkan nilai perkecambahan, diperlukan suatu kurva
perkecambahan yang diperoleh secara periodik dari munculnya radikel atau
plumula.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

2.1 Bahan

Benih : kedelai, padi, jagung lama dan baru

2.2 Alat

a. Petridisik
b. Kertas filter

2.3 Cara Kerja

a. Dua macam benih diambil (kedelai,padi,jagung) yang lama dan baru.


b. 100 benih masing-masing dikecambahkan dengan 4 ulangan pada media
filter basah. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari.Benih yang
berkecambang setiap hari dihitung.
c. Viabilitas dan indeks vigor dari masing-masing benih dengan
menggunakan formula-formula tersebut.

Pengamatan perkecambahan rata-rata dari 6 Viabilitas


Contoh V.I C.G
ulangan (%)
benih
1 2 3 4 5 6 7
Lama
Baru
BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

3.1 Hasil

Padi Pengamatan hari ke Viabilita


Ulangan Jumlah CG
Lama 1 2 3 4 5 6 7 s
1 0 0 3 8 17 6 0 34 68 % 20,98
2 0 0 17 15 3 3 0 38 76 % 26,38
3 0 0 12 15 8 1 4 40 80 % 23,53
4 0 0 3 6 19 6 0 34 68 % 20,73
5 0 0 0 15 18 0 6 39 78 % 20,31
6 0 0 0 20 12 7 0 39 78 % 21,43

Baru 1 0 0 9 8 29 0 0 46 92 % 22,54
2 0 0 37 8 1 1 0 47 94 % 30,52
3 0 0 22 16 5 0 4 47 94 % 25,68
4 0 0 8 9 25 2 0 44 88 % 22,34
5 0 0 3 27 14 0 3 47 94 % 22,59
6 0 0 0 37 9 3 0 49 98 % 23,22

Perhitungan ViabilitasPadi :

Jumlah benih yang berkecambah


Viabilitas = x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan

ViabilitasPadi lama :

Ulangan ke-1 :

34
= x 100 % = 68 %
50

Ulangan ke-2 :

38
= x 100 % = 76 %
50

Ulangan ke-3 :

40
= x 100 % = 80 %
50
Ulangan ke-4 :

34
= x 100 % = 68 %
50

Ulangan ke-5 :

39
= x 100 % = 78 %
50

Ulangan ke-6 :

39
= x 100 % = 78 %
50

Viabilitas Padi baru :

Ulangan ke-1 :

46
= x 100 % = 92 %
50

Ulangan ke-2 :

47
= x 100 % = 94 %
50
Ulangan ke-3 :

47
= x 100 % = 94 %
50

Ulangan ke-4 :

44
= x 100 % = 88 %
50

Ulangan ke-5 :

47
= x 100 % = 94 %
50

Ulangan ke-6 :
49
= x 100 % = 98 %
50

Tabel Viabilitas Benih Padi :

Benih Ulangan ke-


Jumlah
Padi 1 2 3 4 5 6
Lama 68% 76% 80% 68% 78% 78% 448
Baru 92% 94% 94% 88% 94% 98% 558
Jumlah 160 % 170 % 174 % 156 % 172 % 176 % 1006

( 1006 ) 2
Faktor Koreksi (FK) = = 84336,3
2 x6

JK Total = (68)2 + (76)2 + (80)2 + (68)2 + (78)2 + (78)2 + (92)2+ (94)2 + (94)2 +
(88)2 + (94)2 + (98)2 – FK

= 85912-84336,3

= 1575,7
( 448 ) 2+ ( 558 ) 2
JK Perlakuan = - FK
6

512068
= – FK
6

= 85344,67-844336,3

= 1008,367

( 160 ) 2+ (170 ) 2+ ( 174 ) 2+ ( 156 ) 2+ ( 172 ) 2+ ( 176 ) 2


JK Blok = – FK
2

169672
= – 84336,3
2

= 84836-84336,3

= 499,7
JK Galat = JK Total-JK Blok- JK Perlakuan

= 1575,7-499,7-1008,367

= 67,63

Tabel Sidik Ragam :

Kuadrat
Sumber derajat Jumlah Ftabel
Tengah Fhitung
Keragaman bebas (db) Kuadrat (JK) (5 %)
(KT)
Blok 6-1 = 5 499,7 99,94
Perlakuan 2-1 = 1 1008,367 1008,36
7 44,69 230,20
Galat (5*1) = 5 67,63 22,56
Jumlah 11

KT Perlakuan 1008,367
Fhitung= = = 44,69
KT galat 22,56

Dari hasil Fhitung < Ftabel (5 %) , artinya tidak ada beda nyata yang signifikan
antar perlakuan untuk viabilitas benih padi.

Perhitungan CG Padi :

Padi lama :

100( A 1+ A 2+ … … … … … … … ..+ An)


CG =
A 1 T 1+ A 2 T 2+… … … …+ AnTn

100(0+ 0+3+8+ 17+6+0) 100(34)


CG 1 = +6.6 ¿+ 0.7 ¿ ¿= = 20,98
( 0.1 ) + ( 0.2 ) + ( 3 .3 ) + ( 8.4 )+17.5 ¿ 162

100(0+ 0+17+15+ 8+1+ 4) 100(38)


CG 2 = +3.6 ¿+ 0.7 ¿ ¿ = =26,38
( 0.1 ) + ( 0.2 ) + ( 17.3 ) + ( 15.4 )+3.5 ¿ 144

100( 0+0+3+6+ 19+6+0) 100(40)


CG 3 = +3.6 ¿+ 0.7 ¿ ¿= = 23,53
( 0.1 ) + ( 0.2 ) + ( 17.3 ) + ( 15.4 )+3.5 ¿ 170

100(0+0+3+ 6+19+6+0) 100(34)


CG 4 = ¿= = 20,73
( 0.1 ) + ( 0.2 ) +(3.3)+ ( 6.4 ) +(19.5)+(6.6)+ 0.7 ¿ 164
100(0+0+0+ 15+18+0+6) 100(39)
CG5 = ¿= = 20,31
( 0.1 ) + ( 0.2 ) +(0.3)+ ( 15.4 ) +(18.5)+( 0.6)+ 6.7 ¿ 192

100(0+0+0+ 15+18+0+6) 100(39)


CG 6 = ¿= = 21,43
( 0.1 ) + ( 0.2 ) +(0.3)+ ( 15.4 ) +(18.5)+(0.6)+ 6.7 ¿ 182
Padibaru :

C.G1=100 ¿ ¿

C.G2 =100 ¿ ¿

C.G3 =100 ¿ ¿

C.G4 =100 ¿ ¿

C.G5 =100 ¿ ¿

C.G6 =100 ¿ ¿

Perhitungan CG Jagung :

Jagunglama :

C.G1 =100 ¿ ¿

C.G2 =100 ¿ ¿

C.G3 =100 ¿ ¿

C.G4 =100 ¿ ¿

C.G5 =100 ¿ ¿

C.G6 =100 ¿ ¿

Pengamatan hari ke
Jagung Ulangan Jumlah Viabilitas CG
1 2 3 4 5 6 7
Lama 1 0 0 9 3 4 5 0 21 84 % 23,59
2 0 11 8 3 2 1 0 25 100 % 33,78
3 0 0 13 5 4 0 3 25 100 % 25
4 0 0 8 4 3 6 0 21 84 % 23,07
5 0 0 14 8 3 0 0 25 100 % 28,08
6 0 0 5 15 3 1 0 24 96 % 25
Baru 1 0 0 3 4 9 6 0 22 88 % 20,75
2 0 10 11 1 0 0 0 22 88 % 38,51
3 0 0 11 9 3 0 0 23 92 % 27,38
4 0 0 2 5 8 7 0 22 88 % 20,37
5 0 0 14 8 4 0 1 25 100 % 24,75
6 0 0 5 15 3 1 0 24 96 % 25

PerhitunganViabilitasbenihJagung:
Jagung lama
Jumlah benih yang berkecambah
Viabilitas = x 100 %
Jumlah benih yang dikecambahkan
Ulangan ke-1:
21
= x 100 % = 84 %
25
Ulangan ke-2 :
25
= x 100 % = 100 %
25
Ulangan ke-3 :
25
= x100 % = 100 %
25
Ulangan ke-4 :
21
= x 100 % = 84 %
25
Ulangan ke-5 :
25
=
25
x 100 % = 100 %

Ulangan ke-6 :
24
= x 100 % = 96 %
25

Analisa untuk CG Padi :

Benih Ulangan ke-


Jumlah
Padi 1 2 3 4 5 6

Lama 20,98 26,38 23,53 20,73 20,31 21,43 133,36


Baru 22,54 30,52 25,68 22,34 22,59 23,22 146,89
Jumlah 43,52 56,9 49,21 43,07 42,9 44,65 280,25

( 280,25 ) 2
Faktor Koreksi (FK) = =6545,005
2 x6

JK Total = (20,98)2 + (26,38)2 + (23,53)2 + (20,73)2 + (20,31)2 + (21,43)2 +


(22,54)2 + (30,52)2 + (25,68)2 + (22,34)2 + (22,59)2 + (23,22)2 – FK

= 6638,746-6545,005

= 93,711
( 133,36 ) 2+ (146,89 ) 2
JK Perlakuan = – FK
6

= 6560,26-6545,005

= 15,255

( 43,52 ) 2+ ( 56,9 ) 2+ ( 49,21 ) 2+ ( 43,07 ) 2+ ( 42,9 ) 2+ ( 44,65 ) 2


JK Blok = – FK
2

= 6621,141-6545,005

= 76,135

JK Galat = JK Total-JK Blok- JK Perlakuan

= 93,711-76,135-15,255

= 2,321

Tabel Sidik Ragam :

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah (5%)
(SK) (db) (JK) (KT)

Blok 6-1 = 5 76,135 15,227

Perlakuan 2-1 = 1 15,255 15,255


32,86 230,20
Galat 1x5=5 2,321 0,4642

Total 11

KTPerlakuan 15,255
Fhitung = = = 32,86
KT galat 0,4642

Dari hasil Fhitung < Ftabel (5 %), artinya tidak ada beda antar perlakuan untuk
CG Padi.

Analisa untuk CG Jagung :

Benih Ulangan ke-


Jumlah
Jagung 1 2 3 4 5 6

Lama 23,59 33,78 25 23,07 28,08 25 158,52


Baru 20,75 38,51 27,38 20,37 24,75 25 156,76
Jumlah 44,34 72,29 52,38 43,44 52,83 50 315,28

( 315,28 ) 2 99401,48
Faktor Koreksi (FK) = = =8283,46
2 x6 12

JK Total = (23,59)2 + (33,78)2 + (25)2 + (23,07)2 + (28,08)2 + (25)2 + (20,75)2 +


(38,51)2+(27,38)2+(20,37)2+(24,75)2+(25)2–FK
=25697,62-8283,46

= 17414,16

( 158,52 ) 2+ ( 156,76 ) 2
JK Perlakuan = – FK
6

= 8283,72-8283,46

= 0,254
( 44,34 ) 2+ ( 72,29 ) 2+ ( 52,38 ) 2+ ( 43,44 ) 2+ ( 52,83 ) 2+ ( 50 ) 2
JK Blok = - FK
2

= 8556,793-8283,46

= 273,078

JK Galat = JK Total-JK Perlakuan-JK Blok

= 17414,46-0,254-263,078

= 17141,13

Tabel Sidik Ragam :

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat


F tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (db) (JK) (KT)

Blok 6-1 = 5 273,078 54,61

Perlakuan 2-1 = 1 0,254 0,254

Galat 1x5=5 17151,1 3428,26 0,000074 230,20


3

Total 11

KTPerlakuan 0,254
Fhitung = = =0,000074
KTGalat 3428,26

Dari hasil Fhitung > Ftabel (5 %), diperoleh kesimpulan tidak ada beda nyata
antar perlakuan untuk CG Jagung.

BAB V
PEMBAHASAN

Umumnya sebagai parameter untuk viabilias benih digunakan


persentase perkecambahan, dimana perkecambahan harus cepat dan pertumbuhan
kecambahnya kuat dan mencerminkan kekuatan perkecambahannya yang
dinyatakan dengan laju perkecambahan.Persentase perkecambahan (germination
percentage) menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh
benih murni pada kondisi lingkungan tertentu.
Dari pelaksanaan praktikum, diperoleh hasil tidak ada beda nyata antar
perlakuan CG dan viabilitas, baik untuk benih padi maupun jagung lama dan
baru..
BAB VI

KESIMPULAN

a. Persentase perkecambahan (germination percentage) menunjukkan jumlah


kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi
lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
b. Tidak ada beda nyata untuk seluruh parameter baik viabilitas dan CG.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

ACARA IV

UJI KUALITAS BENIH

Disusun oleh :

Nama : Annisa Fabila

NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat-sifat yang dimiliki antar varietas tanaman tidaklah sama. Sifat-sifat


tanaman pewarisannya dapat dibedakan menjadi :
a. Sifat kualitatif, cirinya antara lain : biasanya dikendalikan oleh gen
tunggal, kelas fenotipenya berbeda jelas (ragam tidak kontinyu).
b. Sifat kuantitatif, cirinya antara lain : biasanya dikendalikan oleh gen
ganda, kelas fenotipenya berderajat, membentuk spektrum, sering kali membentuk
kurval normal (ragam kontinyu).
Berat 1000 butir termasuk kualitas tanaman, merupakan sifat genetik
sehingga setiap varietas mempunyai berat 100 butir biji tertentu.Sifat ini
diwariskan dari tetua kepada turunannya (bersifat tetap), sehingga berat 1000 butir
biji dapat digunakan sebagai salah satu ciri suatu varietas.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui berat 1000 butir biji dari varietas tanaman yang
berbeda.
BAB II

DASAR TEORI

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman.


Pada budidaya tanaman pangan utama yang merupakan tanaman serealia, benih
sebagai penyambung kehidupan tanaman sangatlah penting. Oleh karena itu mutu
benih harus diketahui sebelum petani menanam, untuk mencegah kegagalan
petani (Bewley and Black, 1978).
Mutu benih meliputi mutu fisik yang ditunjukkan dengan adanya benih
murni (masih utuh atau pecah hampir lebih dari 50%). Mutu genetik ditunjukkan
dengan adanya campuran varietas lain atau tidak. Mutu fisiologi ditunjukkan
dengan nilai kadar air dan daya tumbuh(sesuai dengan standar benih
bermutu).Mutu patologi ditunjukkan dengan kesehatan benih(Nurussintani
dkk.,2013).
Proses perkecambahan benih merupakan kompleks dari perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia, dan yang menjadi faktor-faktornya
antara lain : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat
perkecambahan. Benih dapat berkecambah apabila dalam keadaan sehat atau
terbebas dari pathogen yang berupa bakteri, virus, kotoran, dan lain – lain.
Dengan kata lain benih tersebut dalam kondisi optimum. Informasi tentang daya
kecambah benih itu sendiri yang ditentukan di laboratorium adalah kondisi yang
optimum karena keadaan yang suboptimum dapat mengakibatkan turunnya
persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya.
(Sutopo,2002 ).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan :

Benih padi, jagung atau kedelai, timbangan

3.2 Prosedur Kerja

Ada tiga cara penimbangan yaitu :

a. Mengambil 5 sampel benih, masing-masing sebanyak 100 butir


dan ditimbang.
b. Mengambil 5 sampel benih, masing-masing sebanyak 200 butir
dan ditimbang.
c. Mengambil 5 sampel benih, masing-masing sebanyak 1000 butir
dan ditimbang.
3.3 Pengamatan dan Perhitungan
Perhitungan :

Salah baku =
√ s2
ul(ul−1)
Contoh perhitungan untuk cara b :
Contoh :

No Tanaman Nama Varietas Berat 1000 butir biji (gram)


1. Padi sawah IR 64 27
Rojolele 32
Fatmawati 29
2. Padi gogo Sentani 24-25
Gajah Mungkur 36
3. Padi pasang surut Martapura 21
Lambur 28
4. Padi hibrida Intani 2 23,7-28,8
Hibrindo –R 2 24-32
5. Jagung komposit Abimanyu ± 208
Bisma ± 307
6. Jagung hibrida Bisi-8 290
C9 330
P 17 306
7. Kedelai Galunggung ± 125
Lokon 165-170
Mahameru 537
8. Kacang tanah Gajah 492
Kancil 350-400
9. Kacang hijau Nomor 129 65
Merak ± 78
Manyar ± 46

Sifat berat 1000 biji dalam budidaya tanaman dapat digunakan untuk
memperkirakan benih yang harus disiapkan untuk luas lahan tertentu, dengan
memperhitungkan pula viabilitasnya dan jarak tanam yang digunakan.Semakin
rendah viabilitasnya, semakin banyak benih yang harus disiapkan.

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

100 butir (4 ulangan)

Ulangan Berat 100 butir (gram) Simpangan (s) s2


1 17 0,09 0,0081
2 17,9 0,59 0,35
3 16,7 -0,21 0,044
4 16,42 -0,49 0,24
Jumlah 67,62 gram -0,04 0,6421

17 gram+17,5 gram+16,7 gram+16,42 gram 67,62 gram


Rata-rata = = =
4 4
16,91gram

Salah baku =
√ s2
ul(ul−1)
=

0,6421
4(4−1)
=√ 0,0535=¿0,231

Jadi kisaran rata-rata berat 100 butir biji kedelai = 16,91 ± 0,231 gram

25 butir (4 ulangan)

Ulangan Berat 25 butir Berat 100 butir Simpangan


s2
(gram) (gram) (s)
1 4,42 17,68 0,29 0,084
2 4,1 16,4 -0,99 0,98
3 4,17 16,68 -0,71 0,504
4 4,7 18,8 1,41 1,99
Jumlah 17,39 69,56 0 3,558

Contoh perhitungan :
100
Berat 100 butir (25 butir) = x 4,41 gram = 17,68 gram
25

17,68 gram+16,4 gram+ 16,68 gram+18,8 gram 69,56 gram


Rata-rata¿
4
= 4
=¿

17,39gram
Salah baku =
√ s2
ul(ul−1)
=
√3,558
4(4−1)
= √ 0,2965 = 0,544

Jadi kisaran rata-rata berat 100 butir biji kedelai (25 butir) = 17,39± 0,544 gram

BAB V

PEMBAHASAN

Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap


contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas. Faktor kualitas benih
ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanmaan lain, biji herba,
terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil
pengujian berat per seribubiji benih, sedangkan pengujian kemurnian benih
merupakan kegiatan-kegiatan menelaah tentang kepositifan fisik komponen-
komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni, benih tanaman
lain, benih varietas lain, biji-biji herba dan kotoran-kotoran lain pada masa benih.
Pada pelaksanaan praktikum uji kualitas benih, dilakukan dengan
pengulangan sebanyak empat kali dengan menimbang masing-masing ulangan
sebanyak 100 butir, hasil salah baku yang diperoleh bobot benih yang ditimbang
100 butir benih adalah 16,91 ± 0,231 gram, sedangkan untuk penimbangan
dengan 25 butir benih diperoleh hasil rata-rata bobot benih adalah sebesar 17,39±
0,544 gram, artinya salah baku untuk penimbangan dengan 100 butir lebih kecil
dibandingkan dengan penimbangan 25 butir, artinya standar deviasi untuk
penimbangan dengan 100 butir lebih teliti dibandingkan dengan penimbangan
dengan 25 butir.
Dari hasil praktikum maka disimpulkan bahwa penimbangan dengan 100
butir kedelai standar deviasinya lebih baik dibandingkan penimbangan dengan 25
butir karena nilainya lebih kecil dan teliti.
BAB V
KESIMPULAN

a. Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap


contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas
b. Hasil salah baku yang diperoleh bobot benih yang ditimbang 100 butir
benih adalah 16,91 ± 0,231 gram, sedangkan untuk penimbangan dengan
25 butir benih diperoleh hasil rata-rata bobot benih adalah sebesar 17,39±
0,544 gram.
c. Rerata standar deviasi untuk penimbangan dengan 100 butir lebih teliti
dibandingkan dengan penimbangan dengan 25 butir.
DAFTAR PUSTAKA

Bewley, J. D., and M. Black. 1978. Physiology and Biochemistry of Seeds.


Springer-Verlag : New York.

Nurussintani,W.,Damanhuri,dan Sri Lestari P.2013.Perlakuan pematahan


dormansi terhadap daya tumbuh benih 3 varietas kacang tanah(Arachis
hypogaea).Jurnal Produksi Tanaman 1: 86-93.
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

ACARA II

UJI KEKUATAN TUMBUH (VIGOR TEST)

Disusun oleh :

Nama : Annisa Fabila

NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vigor merupakan suatu kemampuan benih untuk tumbuh normal pada


keadaan lingkungan yang suboptimal.Ekspresi vigor benih dapat diketahui dari
perkecambahan benih yang meliputi kecepatan berkecambah dan laju
pertumbuhan, pertumbuhan dan hasil tanaman di lapangan.
Vigor, dalam kaitannya dengan viabilitas, cenderung selalu turun setelah
masak fisiologis, tetapi penurunan vigor lebih cepat daripada viabilitas. Apabila
vigor dan viabilitas tinggi, pertumbuhan akan seragam. Apabila vigor maupun
viabiltas rendah, maka pertumbuhan tidak seragam. Apabila vigor maupun
viabilitas rendah, pertumbuhan akan lambat, tidak seragam, dan dapat terjadi
persaingan yang ketat antar tanaman.
Pengujian vigor dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
a) Accelerate aging test
b) Tetrazolium test
c) Brick graved test
d) Paper piercing test
Pengujian yang dilakukan dalam pelaksanan praktikum adalah cara (c )
dan (d ).
Brick graved test merupakan pengujian untuk menunjukkan adanya infeksi
oleh patogen, disamping untuk mengevaluasi vigor benih. Caranya dengan
menggunakan pecahan bata merah yang dibasahi air.
Paper piercing test, merupakan pengujian untuk mengevaluasi vigor benih
dengan menggunakan kertas khusus dimana bibit harus mampu menembus kertas
ini.

1.2 Tujuan

Mengetahui kecepatan berkecambah suatu benih dan menguji daya


tumbuh benih pada berbagai media tanam.

BAB II

DASAR TEORI

Secara umum, vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh


normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal.Vigor dipisahkan antara vigor
genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik
yang berbeda-beda, sedangkan vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yang sama (Sutopo, 2002).
Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar (pada
Red Brick Test yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), dari
plumula atau koleoptilnya (pada Deep Soil Test terhadap kedalaman tanam).
Ketahanan terhadap serangan penyakit (Corn Cold Test terhadap serangan
Pythium sp), warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium test). Vigor
dapat dibedakan atas (Sadjad, 1999) :
a) Vigor benih
b) Vigor kecambah
c) Vigor bibit
d) Vigor tanaman
Vigor benih harus relevan terhadap tingkat produksi, artinya benih yang
memiliki vigor tinggi dapat dicapai pula produksi yang tinggi. Pada umumnya,
pengujian vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit, sehingga digunakan
kaidah korelasi, antara lain dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai
parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah
dengan tinggi rendahnya produksi tanaman (Sutopo,2002).
Menurut Sutopo (2002), benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat
terjadinya kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan, makin sempitnya
keadaan lingkungan,tempatbenih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih
yang menurun, serangan hama dan penyakit meningkat,jumlah kecambah
abnormal meningkat, dan rendahnya produksi tanaman. Benih yang memiliki
vigor mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam suboptimum
dikatakan memiliki vigor kekuatan tumbuh (VKT) yang mengindikasikan bahwa
vigor benih mampu menghadapi lahan pertanian yang kondisinya suboptimum
(Sadjad, 1994).
Faktor genetik yang mempengaruhi vigor benih adalah pola dasar
perkecambahan dan pertumbuhan yang merupakan bawaan genetik dan berbeda
antara satu spesies dan spesies lain. Faktor fisiologis yang mempengaruhi vigor
benih adalah semua proses fisiologis yang merupakan hasil kerja komponen pada
sistem biokimia benih. Faktor eksternal yang mempengaruhi vigor benih adalah
kondisi lingkungan pada saat memproduksi benih, saat panen, pengolahan,
penyimpanan, dan penanaman kembali (Bedell, 1998). Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perbedaan vigor benih menurut Powell (2006),adalah penuaan
benih akibat kemunduran benih, kerusakan benih pada saat imbibisi, dan kondisi
lingkungan pada saat pengembangan benih serta ukuran benih.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat

a. Cetok
b. Bak perkecambahan dengan ukuran 14 cm x 14 cm x 9 cm.
Bak perkecambahan ini berwarna putih bening digunakan sebagai tempat
perkecambahan terbuat dari plastik yang digunakan sebagai pengganti
polybag berwarna putih bening digunakan sebagai tempat
perkecambahan.
c. Pecahan bata merah berasal dari batu bata merah yang dihancurkan
d. Pasir yang digunakan adalah pasir hitam basah
e. Kertas saring ini berukuran sama dengan bak perkecambahan
berwarna putih.
2.2 Bahan
Benih jagung yang dipakai adalah benih yang sudah terpilih dengan
bentuk mulus warna cerah, seragam dengan jumlah benih 75 butir.
2.3 Cara Kerja

1. Media tanam disiapkan.


Media tanam dalam hal ini sudah tersedia dan hanya memasukkan media
kedalam bak perkecambahan menggunakan cethok. Dengan perlakuan:
a. Media pasir basah sebagai kontrol
b. Media pecahan bata merah, ini sebagai pembuktian metode Brick
Graved Test.
c. Media pasir dan kertas saring, sebagai pembuktian metode Paper
Piercing Test.
2. Jagung ditanam (25 biji), setiap bak perkecambahannya.
Ada tiga bak perkecambahan, sehingga total terdapat 75 biji.
a. Media pasir basah
Bak plastik diisi pasir kurang lebih 3 cm, diletakkan 25 benih,
kemudian ditutup lagi dengan pasir kurang lebih 3 cm.
b. Media pecahan bata merah
Bak plastik diisi dengan pecahan bata merah kurang lebih 3 cm,
letakkan 25 benih tutup lagi dengan pecahan bata merah kurang lebih 3
cm.
c. Media pasir dan kertas saring
Bak plastik diisi pasir kurang lebih 3 cm, diletakkan 25 benih, ditutup
dengan kertas, lalu tutup lagi dengan pasir setebal kurang lebih 3 cm.
3. Cara tersebut diperlakukan pada benih lama maupun baru.
4. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman sampai tujuh hari.
BAB IV

DATA DAN ANALISA DATA

3.1 Hasil Pengamatan

Tanaman jagung

Data Pengamatan seluruh parameter :

Jumlah Tinggi Panjang


Berat
Media Ulangan bibit yang bibit akar
segar (g)
hidup (cm) (cm)
Pasir 1 23 17,3 8,82 1,08
2 23 19,7 16,9 1,7
3 21 16,4 7,42 1,14
4 23 21,4 22,8 2,3
5 20 15,8 21,2 2,0
6 25 17,7 7,88 1,39
Batu bata 1 24 12,9 7,8 1,4
2 24 17,52 10,1 0,68
3 21 11 6,4 1,5
4 25 18,5 9,5 1,38
5 18 13,2 5,0 1,12
6 20 16,5 5,58 1,24
Pasir+filter 1 24 15,26 8,02 1,8
2 22 23,2 13,6 1,24
3 20 16 9,4 1,8
4 24 20,5 14,2 1,72
5 23 16,6 10,4 2,7
6 23 20,56 6,9 0,99
Tabel viabilitas benih

Jumlah Jumlah benih


Media Ulangan benih yang yang Viabilitas (%)
hidup dikecambahkan
1 23 25 92
2 23 25 92
3 21 25 84
Pasir
4 23 25 92
5 20 25 80
6 25 25 100
1 24 25 96
2 24 25 96
3 21 25 84
Batu bata
4 25 25 100
5 18 25 72
6 20 25 80
1 24 25 96
2 22 25 88
3 20 25 80
Pasir + filter
4 24 25 96
5 23 25 92
6 23 25 92

Parameter tinggi bibit (cm)

Ulangan ke-
Media Jumlah
1 2 3 4 5 6
Pasir 17,3 19,7 16,4 21,4 1,58 17,7 108,3
Batu bata 12,9 17,52 11 18,5 13,2 16,5 89,62
Pasir+filter 15,26 23,2 16 20,5 16,6 20,56 112,12
Jumlah 45,46 60,42 43,4 60,4 45,6 54,72 310,04

3.2 Analisa Data

Analisa untuk parameter tinggi bibit (cm)

( Jumlah total kuadrat umum)


Faktor Koreksi (FK) =
Banyak perlakuan x ulangan

( 310,04 ) 2
=
3x6

96124,80
=
18
= 5340,27
JK total = (17,3)2 + (19,7)2 + (16,4)2 + (21,4)2 + (15,8)2 + (17,7)2+(12,9)2 +
(17,52)2+ (11)2 + (18,5)2 + (13,2)2 + (16,5)2 + (15,26)2 + (23,2)2 + (16)2+ (20,5)2+
(16,6)2 +(20,56)2- FK
= 5505,96 – 5340,27
= 165,69

( 45,46)2+(60,32) 2+(43,4) 2+(60,4)2+(45,6)2+(54,72) 2


JK blok = – FK
3

16322,55
= – 5340,27
3

= 5440,85-5340,27

= 100,58
( 108,3 ) 2+ ( 89,62 ) 2+ ( 112,12 ) 2
JK Perlakuan = - FK
6

11728,89+ 8031,7444+12570,8944
= – FK
6
32331,53
= -5340,27
6
= 5388,588-5340,27

= 48,318
JK Galat = JK total- JK blok- JK Perlakuan

= 165,69- 100,58-48,318

= 16,792

Tabel Sidik Ragam :

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat


F tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (db) (JK) (KT)
Blok 6-1 = 5 100,58 20,119
Perlakuan 3-1 = 2 48,318 24,159
14,38 19,30
Galat 2 x 5 =10 16,792 1,6792
Total 17

KT perlakuan 24,159
Fhitung = = = 14,38
KT Galat 1,6792

Kesimpulan :Dari hasil Fhitung<Ftabel (5%), maka tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk parameter tinggi bibit.

Parameter jumlah bibit yang hidup :

Ulangan ke-
Media Jumlah
1 2 3 4 5 6
Pasir 23 23 21 23 20 25 135
Batu bata 24 24 21 25 18 20 132
Pasir+filter 24 22 20 24 23 23 136
Jumlah 71 69 62 72 61 68 403

Analisa untuk parameter jumlah bibit yang hidup :


( 403 ) 2 162.409
Faktor Koreksi = = = 9022,72
(3 x 6 ) 18

JK Total = (23)2 +23)2 +(21)2 + (23)2+ (25)2 + (24)2 + (24)2 +(21)2 +(25)2 +(18)2+
(20)2+ (24)2+(22)2 + (20)2+ (24)2 + (23)2 + (23)2 – FK
= 9089 – 9022,72
= 66,28
( 71 ) 2+ ( 69 ) 2+ ( 62 ) 2+ ( 72 ) 2+ ( 61 ) 2+ ( 68 ) 2
JK Blok = – FK
3
¿
= 5041+4761+3844 +5184+3721+ 4624 ¿ 3 – 9022,72

= 9058,33-9022,72
= 35,61

( 135 ) 2+ (132 ) 2+ ( 136 ) 2


JK Perlakuan = – FK
6
18225+ 17424+18496
= -9022,72
6
54145
= – 9022,72
6
= 9024,16-9022,72
= 1,447
JK Galat = JK Total-JK Blok-JK Perlakuan
= 66,28-35,61-1,447
= 29,23
TabelSidikRagam :

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat


F tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (db) (JK) (KT)
Blok 6-1 = 5 35,61 7,122
Perlakuan 3-1 = 2 1,447 0,723
2,436 6,26
Galat 2 x 5 = 10 29,23 2,923
Total 17
KT perlakuan 7,122
Fhitung= = = 2,436
KT Galat 2,923

Kesimpulan :Dari hasil Fhitung<Ftabel (5%), maka tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk jumlah bibit yang hidup.

Parameter beratsegar (gram) :

Ulangan ke-
Media Jumlah
1 2 3 4 5 6
Pasir 1,08 1,7 1,14 2,3 2,0 1,39 9,61
Batu bata 1,04 1,4 0,68 1,5 1,38 1,12 7,12
Pasir+filter 1,24 1,8 1,00 1,72 2,7 0,99 9,45
Jumlah 3,36 4,9 2,82 5,52 6,08 3,5 26,18

Analisa untuk parameter berat segar :


( 26,18 ) 2 685,39
Faktor Koreksi = = = 38,07
(3 x 6) 18

JK Total = (1,08)2 + (1,17)2 + (1,14)2 + (2,3)2 + (2)2 + (1,39)2 +(1,04)2 + (1,4)2 +


(0,68)2 + (1,5)2 + (1,38)2 + (1,12)2 + (1,24)2 + (1,8)2 + (1)2 + (1,72)2 + (2,7)2 +
(0,99)2 – FK
= 42,497- 38,07

= 4,427
( 3,36 ) 2+( 4,9)2+ ( 2,82 ) 2+ (5,52 ) 2+ ( 6,08 ) 2+ ( 3,5 ) 2
JK Blok = – FK
3
(11,289+24,01+7,95+30,47+ 36,96+12,25)
= – 38,07
3
122,93
= – 38,07
3
= 40,98-38,07
= 2,91
( 9,61 ) 2+ (7,12 ) 2+ ( 9,45 ) 2
JK Perlakuan = – FK
6
232,35
= – 38,07
6
= 38,73-38,07
= 0,65

JK Galat = JK Total- JK Blok – JK Perlakuan


= 4,427-2,91-0,65
= 0,867
KTperlakuan 0,325
Fhitung = = = 3,74
KT galat 0,0867

TabelSidikRagam :
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (db) (JK) (KT)
Blok 6-1 = 5 2,91 0,58
Perlakuan 3-1 = 2 0,65 0,325
3,74 6,26
Galat 2 x 5 = 10 0,867 0,0867
Total 17

Kesimpulan :Dari hasil Fhitung <Ftabel (5%), maka tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk berat segar tanaman.

Analisa untuk parameter viabilitas :


Viabilitas (%)
Media Jumlah
1 2 3 4 5 6
Pasir 92 92 84 92 80 100 540
Batu bata 96 96 84 100 72 80 528
Pasir+filte
96 88 80 96 92 92
r 544
Jumlah 284 276 248 288 244 272 1612

( 1612 ) 2
Faktor Koreksi (FK) = = 144363,6
3 x6

JK total = (92)2 + (92)2 + (84)2 + (92)2 + (80)2 + (100)2 + (96)2 + (96)2 + (84)2 +
(100)2 + (72)2 + (80)2 + (96)2+(88)2 + (80)2 + (96)2 + (92)2 + (92)2 – FK

=145424-144363,6

= 1060,44

JK Perlakuan = ( 540 ) 2+¿ ¿ – 144363,6 = 23,11

( 284 ) 2+ ( 276 ) 2+ ( 248 ) 2+ ( 288 ) 2+ ( 244 ) 2+ ( 272 ) 2


JK Blok = – FK
3

= 144933,3- 144363,6

= 569,78

JK galat = JK total- JK perlakuan – JK Blok

= 1060,44-23,11-569,78

= 467,56

KT perlakuan
Fhitung =
KT galat

11,56
= = 0,24
46,756

TabelSidikRagam :

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat


Keragaman Bebas (db) Kuadrat Tengah Ftabel (5
Fhitung
(SK) (JK) (KT) %)

Blok 6-1 = 5 569,78 113,956 0,24 6,26


Perlakuan 3-1 = 2 23,11 11,56

Galat 2 x 5 = 10 467,56 46,756

Total 17

Kesimpulan :Dari hasil Fhitung<Ftabel (5%), maka tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk viabilitas tanaman.
Analisa untuk parameter panjang akar :

Ulangan ke-
Media Jumlah
1 2 3 4 5 6
Pasir 8,82 16,9 7,42 22,8 21,2 7,88 85,02
Batu bata 7,8 10,1 6,4 9,5 5 5,8 44,6
Pasir+filter 8,02 13,6 9,4 14,2 10,4 6,9 62,52
Jumlah 24,64 40,6 23,22 46,5 36,6 20,58 192,14

( 195,14 ) 2
Faktor Koreksi = =2050,98
3x6
JK Total = (8,82)2 + (16,9)2 + (7,42)2 + (22,8)2 + (21,2)2 + (7,88)2 + (7,8)2 +
(10,1)2 + (6,4)2 + (9,5)2 + (5)2 + (5,8)2 + (8,02)2 + (13,6)2 + (9,4)2 + (14,2)2 +
(10,4)2 + (6,9)2 – FK = 13126,31-2050,98 = 11075,33

( 85,02 ) 2+ ( 44,6 ) 2+ ( 62,52 ) 2


JK Perlakuan = – FK
6

= 2187,78-2050,98

= 136,74

( 24,64 ) 2+ ( 40,6 ) 2+ ( 23,22 ) 2+ ( 46,5 ) 2+ ( 36,6 ) 2+ ( 20,58 ) 2


JK Blok = – FK
3

= 2240,001-2050,98

= 189,021
JK Galat = JK Total-JK Perlakuan-JK blok
= 11075,33-136,74-189,021
= 10749,57

Tabel Sidik Ragam :


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (db) (JK) (KT)
Blok 6-1 = 5 189,021 37,81
Perlakuan 3-1 = 2 136,74 68,37
0,063 6,26
Galat (2*5) = 10 10759,57 1075,957
Total 17

KTperlakuan 68,37
Fhitung = = = 0,063
KTGalat 1075,957

Dari hasil Fhitung < Ftabel, artinya tidak ada beda nyata antar perlakuan untuk
parameter panjang akar.

BAB V

PEMBAHASAN
Dalam uji vigor benih biasanya bertujuan untuk menentukan kemurnian
dalam suatu benih.Benih murni merupkan salah satu komponen dalam pengujian
benih dan sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkulitas tinggi.Pada
pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih
murni.Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih,
sangat penting dalam menentukan atau menghasilkan benih yang berkualitas
tinggi.Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi
benih murni.Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya
kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian
kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi kerja, kemurnian dan
identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada
berat komponen pengujian. Dalam pengujian menurut ISTA, contoh kerja
kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran.
Dari hasil praktikum, diujikan menanam benih dengan perlakuan 3 media,
yaitu pasir, batu bata dan pasir dan filter. Parameter yang diukur antara lain
viabilitas, tinggi tanaman, berat segar dan panjang akar. Seluruh parameter
menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan.

BAB VI
KESIMPULAN
a. Vigor merupakan suatu kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
keadaan lingkungan yang suboptimal.
b. Seluruh parameter menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar
perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA
Bewley, J. D., and M. Black. 1978. Physiology and Biochemistry of Seeds.
Springer-Verlag : New York.

Lesilolo,M.K.,J.Riry,dan E.A.Matatula.2013.Pengujian viabilitas dan vigor benih


beberapa jenis tanaman di Pasaran Kota Ambon.Agrologia 2: 1-9.

Morla,S.,C.S.V.Ramachandra Rao,R.Chakrapani.2011.Factors affecting seed


germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro
conditions.Journal of Chemical,Biological and Physical Sciences 1: 328-334.

Nurussintani,W.,Damanhuri,dan Sri Lestari P.2013.Perlakuan pematahan


dormansi terhadap daya tumbuh benih 3 varietas kacang tanah(Arachis
hypogaea).Jurnal Produksi Tanaman 1: 86-93.

Rejesus, B.M. 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the
Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Product,
Bogor.

Sadjad, Sjamsoe’oed. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo. Jakarta.

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH


ACARA V

ANALISA KADAR AIR DAN KALIBRASI MOISTURE TESTER

Disusun oleh :

Nama : Annisa Fabila

NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kadar air merupakan komponen penting yang harus


dipertimbangkanketika pemanenan benih dan penyimpanan benih, dengan kadar
air yang tepat akan mempertahankan kualitas benih selama proses penyimpanan.
Pada dasarnya tipe benih dibedakan menjadi dua yakni benih rekalsitran dimana
struktur benih banyak mengandung air sehingga dalam proses penyimpanannya
membutuhkan kadar air yang relatif tinggi. Jenis benih lain berdasarkan kadar air
yang dibutuhkan adalah benih orthodoks, contoh benihnya antara lain padi,
jagung, kedelai, kacang hijau dan lain – lain, kadar air yang dikehendaki benih
orthodoks berkisar 12% - 15% (Anonim,2012).
Kadar air benih dapat diukur dengan menggunakan metode langsung
(menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan menggunakan moister tester.
Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung dengan
menggunakan oven adalah pengurangan antara berat basah yakni berat benih
sebelum dioven dikurang dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan
berat basah dikalikan 100% sehingga bisa diperoleh kadar air. Sedangkan
pengukuran tidak langsung kadar air dapat segera diketahui setelah benih
dilakukan pengukuran kadar air melalui moiture tester. Penentuan kadar air wajib
untuk dikuasai oleh praktikan, kedepan dengan menguasai teknik pengukuran
kadar air yang baik diharapkan didunia kerja dapat dimanfaatkan sebagai
pertimbangan penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan kadar air selama
masa simpan benih (Anonim,2012).

1.2 Tujuan
Membandingkan pengukuran kadar air benih dengan metode langsung dan
tidak langsung serta menentukan kevalidan pengukuran kadar air benih dengan
moisture tester.
BAB II
DASAR TEORI
Berdasarkan sifatnya, benih dapat dikelompokkan menjadidua, yaitu benih
ortodoks dan benih rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang dapat disimpan
lama, kadar air dapat diturunkan sampai di bawah 10%, dan dapat disimpan pada
suhu dan kelembapan rendah. Benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat
disimpan dalam waktu lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu
dingin, dan tidak tahan disimpan bila kadar airnya diturunkan sampai di bawah
kadar air kritis. Dalam memproduksi benih berkualitas tidak dibedakan antara
benih ortodoks dan benih rekalsitran. Persyaratan agronomis dengan mengacu
pada Good Agricultural Practices (GAP) harus diikuti dengan persyaratan lain
seperti benih harus sudah mencapai masak fisiologis serta seragam agar benih
yang dihasilkan berkualitas baik.
Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan kadar air adalah
banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih.
Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih
sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Nasrudin,
2009).
Metode pengukuran kadar air baik secara langsung maupun tidak langsung
mempunyai beberapa kelebihan maupun kekurangan, oleh karena itu perlu
dilakukan validasi alat uji. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya
validasi merupakan suatu pekerjaan dokumentasi. Validasi metode analisis
bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut
sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk
metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan, sedangkan untuk metode
yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya),
namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium
tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan
verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak
selengkap validasi (Sudrajat , dkk., 2008).
Kelebihan dari metode pengukuran secara langsung (menggunakan oven)
yakni kevalidannya lebih tinggi (metode praktis dan tingkat ketelitiannya cukup
tinggi). Pada prinsipnya mekanisme penggunaan oven untuk pengukuran kadar air
dapat diperoleh dengan mengurangi bobot awal benih sebelum dioven terhadap
bobot benih sesudah dioven, nilai itulah yang merupakan kadar air benih. Selain
itu keunggulan lainnya adalah metode oven dapat digunakan untuk menguji kadar
air semua jenis benih dan pengujian dengan beberapa ulangan dengan jenis benih
yang sama hasilnya relatif sama atau seragam. Keseragaman hasil pengujian
sangat penting supaya hasil pengujian atau penelitian dapat digunakan untuk
menentukan regulasi atau kebijakan tertentu berkaitan pengelolaan benih
berdasarkan kadar air yang telah diuji. Beberapa keunggulan tersebut mendorong
ISTA (International Seed Testing Association) sebagai induk penelitian benih
merekomendasikan penggunaan oven untuk pengujian kadar air benih.
Kelemahan dari pengukuran kadar air dengan metode oven yakni
membutuhkan beberapa langkah untuk dapat memperoleh kadar air sehingga
waktu yang dibutuhkan lebih lama. Selain itu jika kadar air benih terlalu tinggi >
17% harus dilakukan pengeringan pendahuluan supaya kadar air dapat diturunkan.
Ketentuan 17% tidak berlaku secara umum melainkan berlaku untuk jenis benih
tertentu saja, terutama benih orthodoks. Hasil pengukuran kadar air benih rawan
terjadi penyimpangan jika tidak dilakukan pengeringan dengan waktu yant tepat,
misalnya jika terlalu lama proses pengeringan berlangsung kadar air benih akan
sangat rendah yang berakibat terjadinya kerusakan pada benih. Sebaliknya jika
waktu pengeringan kurang lama kadar air benih terlalu tinggi sehingga
membutuhkan pengeringan lebih lanjut. Kekurangan lain dari metode oven yakni
banyak membutuhkan peralatan yang dibutuhkan, harus sering menimbang bahan
yang diuji, serta pengujiannya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Keunggulan dari metode tidak langsung dengan mengunakan moisture
tester yakni hasil dapat diperoleh secara cepat setelah benih dilakukan
pengujian.Pengukuran kadar air hanya dilakukan satu tahap saja, tidak perlu
mengulang seperti pada pengukuran secara langsung dengan oven, sedangkan
kelemahannnya adalah hasil pengukuran kadar air jenis benih tertentu hasilnya
tidak sama (tidak seragam), dan moisture tester tidak bisa digunakan untuk
digunakan dalam pengukuran kadar air untuk semua jenis benih. Selain itu pada
moisture tester perlu dilakukan kalibrasi setiap kali pengukuran, setiap benih
harus dilakukan kalibrasi yang berbeda karena mempunyai kode tertentu yang
berbeda. Moisture tester cenderung kurang teliti jika digunakan untuk mengukur
kadar air yang terlalu rendah. Perlu diketahui bahwa moisture tester bekerja
berdasarkan pengukuran daya hantar listrik (DHL) benih, sehingga kemampuan
pengukurannya berbeda – beda pada kadar air benih yang berbeda.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
a. Oven
b. Alatpenghancurbenih
c. Eksikator
d. Timbangananalitis
3.2 Bahan
Benihkedelaidanpadi
3.3 Cara Kerja
a. Biji/benih yang tersediaditimbang.
b.Benih yang telah ditimbang dimasukkan kedalam oven padasuhu 1050 C
selama kurang lebih16 jam (waktupengovenan).
c. Didinginkan dalam eksikator, ditimbang.
d. Dimasukkan kedalam oven lagi 30 menit, dinginkan dan ditimbang.
e. Diulangi sampai berat kering konstan.
3.4 Analisa Data
(berat 1−berat 2)
% kadar air = x 100 %
berat 1
Untuk perbandingan, kadar air diperiksa dengan alat moisture tester.
Kadar air sesungguhnya adalah hasi lalat yang dikalibrasikan dengan hasil
metode oven.
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Data Bobot Benih Kedelai :

Ulangan Moisture tester (gram) Oven (gram)


1. 11,2 10,82
2. 10,8 13,3
3. 10,22 8,8
4. 9,8 8,6
5. 13,8 15,23

4.2 Analisa Data :

Metode Ulanganke - Jumlah


Moisture tester 11,2 10,8 10,22 9,8 13,8 55,82
Oven 10,82 13,3 8,8 8,6 15,23 56,75
Jumlah 22,02 24,1 19,02 18,4 29,03 112,57

(112,57)2
Faktor Koreksi (FK) = = 1267,2
2 x5

JK Total = (11,2)2 + (10,8)2 + (10,22)2 + (9,8)2 + (13,8)2 + (10,82)2 + (13,3)2 +


(8,8)2 + (8,6)2 + (15,23)2 - FK
= 1310,324- 1267,2
= 43,123
(22,02)2+(24,1) 2+( 19,02) 2+(18,4)2+(29,03)2
JK Blok = - FK
2

= 1304,376-1267,2

= 37,175
(55 , 82)2+(56 ,75) 2
JK Perlakuan = - FK
5
= 1267,3-1267,2

= 0,1
JK Galat = JK total-JK Blok-JK perlakuan
= (43,123)-(37,175)-0,1
= 5,848

TabelSidikRagam :
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F tabel
Keragaman Bebas (db) Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (JK) (KT)
Blok 5-1 = 4 37,175 9,29
Perlakuan 2-1 = 1 0,1 0,1
0,136 224,6
Galat (4x2) = 8 5,848 0,731
Total 14

KTPerlakuan 0,1
Fhitung = = = 0,136
KT galat 5,848

Kesimpulan: Dari hasil Fhitung<Ftabel (5 %), artinya tidak ada beda nyata antar
perlakuan pengukuran dengan moisture tester maupun pengovenan.
BAB V

PEMBAHASAN

Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih.Penetapan kadar air adalah
banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen (%) terhadap berat asal
contoh benih. Tujuan penetapan kadar air benih sebelum disimpan dan untuk
menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka
mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Metode yang digunakan untuk mengukur uji kadar air benih antara lain
dengan metode konvensional (menggunakan oven) dan automatic (dengan
menggunakan Balance Moisture Tester Ohaus MB 45). Pada metode pengukuran
air benih secara langsung, kadar air benih secara langsung dari berkurangnya berat
benih akibat hilangnya air dalam benih dan disebut metode oven, sedangkan
pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air diukur tanpa mengeluarkan
air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang
kemudian dikorelasikan dengan kadar air yang biasanya adalah Moisture tester.
Pada pelaksanaan praktikum, diperoleh hasil tidak ada beda nyata untuk
mengukur kadar air benih baik dengan metode langsung maupun tidak langsung,
sehingga diperlukan kalibrasi alat yang dikonversikan untuk menentukan kadar air
yang sesungguhnya.
BAB VI
KESIMPULAN

a. Metode yang digunakan untuk mengukur uji kadar air benih antara lain
dengan metode konvensional (menggunakan oven) dan automatic (dengan
menggunakan Balance Moisture Tester Ohaus MB 45).
b. Hasil tidak ada beda nyata untuk mengukur kadar air benih baik dengan
metode langsung maupun tidak langsung, sehingga diperlukan kalibrasi alat yang
dikonversikan untuk menentukan kadar air yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di


Indonesia.Bogor :Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian.
Volume 25 (2) : 68 – 73

Mugnisyah, W.Q., Setiawan, A. 1990. Pengantar Produksi Benih.


Jakarta :Rajawali Press

Nasrudin. 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/


yang- dimaksud-kadar-air-benih-ialah.html. Diakses 19 Juni 2017

Sudrajat , Dede J., Nurhasybi. 2008. Pengembangan Standar Pengujian Kadar


Air dan Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan Untuk
Menunjang Program Penanaman Hutan Di Daerah. Peneliti Pada Balai
Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
ACARA III
PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN BIBIT

Disusun oleh :
Nama :Annisa Fabila
NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkecambahan benih merupakan proses mekar dan berkembangnya
struktur embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan tanaman
normal pada keadaan dan tempat yang menguntungkan. Metabolisme
perkecambahan benih meliputi beberapa proses yaitu :
a. Imbibisi
b. Perombakan cadangan makanan
c. Proses translokasi
d. Proses respirasi
e. Proses pertumbuhan
Metabolisme perkecambahan benih dipengaruhi oleh:
a. Faktor genetik, antara lain :susunan kimia benih (karbohidrat,
protein,lemak), jangka waktu hidupbenih ( mikrobiotik, mesobiotik,
makrobiotik), sifat ketahanan hidup, dan dormansi biji.
b. Faktor luar, meliputi suhu, air, mikroorganisme, cahaya, udara, dan
zat-zat kimia.
Masing-masing varietas tanaman memiliki ukuran benih yang berbeda-
beda. Ukuran benih yang optimal penting diperhatikan agar diperoleh
perkecambahan dan pertumbuhan benih yang baik. Ukuran benih yang optimal
penting diperhatikan agar diperoleh perkecambahan dan pertumbuhan benih yang
baik. Ukuran benih yang optimal juga merupakan salah satu tanda benih telah
mencapai masak fisiologis. Hal ini berkaitan langsung dengan bahan cadangan
makanan /susunan kimia benih (kualitas dan kuantitasnya).
Cadangan makanan dalam kotiledon dan endosperm benih akan dirombak
menjadi bentuk yang larut dan mobil, bahan-bahan tersebut akan dibentuk
kembali untuk menghasilkan sel-sel baru bagian pertumbuhan tanaman.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh ukuran benih terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan bibit.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Ukuran Benih


Ahli fisiologi tanaman Inggris, V.H. Blackman (1919), menyatakan
bahwa biji-biji yang besar akan menghasilkan tanaman yang lebih besar
dibandingkan dengan yang berasal dari biji-biji yang kecil. Ukuran besar bibit
akan tergantung ukuran besar benih yang ditanam. Namun nampaknya hanya
berlaku pada pertumbuhan awal suatu tanaman. Ukuran biji yang dihasilkan
suatu varietas tanaman sangat bervariasi. Besar kecilnya biji menunjukkan
banyak sedikitnya kandungan substrat yang ada dalam benih tersebut. Biji
berukuran besar biasanya mempunyai cadangan makanan yang lebih besar,
sehingga energi yang digunakan untuk proses perkecambahan juga semakin
besar. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan pemunculan ke permukaan tanah,
yang lebih besar dibandingkan benih yang lebih kecil. Semakin cepat benih
atau bibit muncul ke permukaan tanah, semakin cepat pula bibit terhindar dari
pengaruh jelek tempat tumbuh (Sadjad,1974).
Kandungan endosperm merupakan faktor internal biji yang
berpengaruh terhadap keberhasilan perkecambahan biji, karena hal ini
berhubungan dengan kemampuan biji melakukan imbibisi dan ketersediaan
sumber energi kimiawi potensial bagi biji. Terutama pada awal fase
perkecambahan dimana biji membutuhkan air untuk perkecambahan, hal ini
dicukupi dengan menyerap air secara imbibisi dari lingkungan sekitar biji,
setelah biji menyerap air maka kulit biji akan melunak dan terjadilah hidrasi
protoplasma, kemudian enzim-enzim mulai aktif, terutama enzim yang
berfungsi mengubah lemak menjadi energi melalui proses respirasi.
Penelitian-penelitian tentang pengaruh besar benih terhadap kekuatan tumbuh
dan hasil selalu memberikan kesimpulan yang tidak sama, bahkan
bertentangan. Beberapa peneliti melaporkan bahwa kekuatan tumbuh benih dan
hasil tanaman yang diperoleh akan lebih besar bila benih-benih kecil dibuang
pada saat prosesing benih, sehingga hanya benih besar yang besar yang dipakai
untuk pertanaman. Peneliti-peneliti yang lain menyatakan bahwa meskipun ada
perbedaan kekuatan tumbuh benih, tetapi adalah tidak praktis untuk membuang
benih-benih yang kecil. Sekelompok peneliti yang lain melaporkan bahwa
tidak ada perbedaan yang nyata antara penanaman benih kecil dan besar.
2.2 Mutu Benih
Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat
musim tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran meliputi
bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu
dan kualitas benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu
dilapangan, saat panen serta saat proses setelah panen.
Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan mutu genetik dan
ciri-ciri fisiologis yang dibawa oleh benih (Salomao,2002).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran biji berpengaruh
terhadap daya simpan. Untuk beberapa spesies, biji-biji yang lebih kecil dalam
suatu lot benih pada kultivar yang sama mempunyai masa hidup yang lebih
pendek. Ukuran biji biasa dikaitkan dengan kandungan cadangan makanan dan
ukuran embrio (Arief et al., 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
a. Bak perkecambahan
b. Media tanam pasir
Bahan :
Benih kacang tanah besar, tanggung dan kecil
3.2 Cara Kerja :
a. Benih kacang tanah disiapkan, dipisahkan ke dalam kelompok-
kelompok yang berbeda ukurannya, masing-masing 25 benih.
b. Bak perkecambahandan media tanahnya disiapkan.
c. Benih ditanam kedalam bak perkecambahan, masing-masing kelompok
ke dalam tempat yang berbeda.
d. Benih dipelihara hinggaberkecambah dan tumbuh.
e. Pengamatan dilakukan, bibit yang tumbuh dicabut dengan hati-hati),
jangan sampai akar dan batangnya rusak.
Pengamatan :
a. Viabilitas dihitung.
b. Tinggi tanaman dan panjang akar diukur (5 sampel tiap ulangan).
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Data Pengamatan seluruh Parameter :

Tinggi Panjang akar Berat segar



Ukuran benih Ulangan tanaman
tumbuh (cm) (g)
(cm)
1 13 6,9 9 1,28
2 11 6,4 8,6 1,88
Besar 3 5 10,38 11,64 2,2
4 6 8,7 9,4 1,8
5 6 6,3 10 1,94
1 7 7,4 7,5 1,74
2 8 5,66 8,48 1,94
Sedang 3 14 9,64 13,5 2,32
4 7 9,6 9,5 1,99
5 7 4,1 5,5 1,38
1 3 6,4 7,2 0,97
2 2 3,65 7,75 1,55
Kecil 3 2 7,85 6,25 1,1
4 9 7,9 9,1 1,96
5 5 3,9 5,4 1,02

Parameter untuk ∑ benih yang tumbuh :


Ulangan ke-
Ukuranbenih Jumlah
1 2 3 4 5
Besar 13 11 5 6 6 41
Sedang 7 8 14 7 7 43
Kecil 3 2 2 9 5 21
Jumlah 23 21 21 22 18 105
( 105 ) 2
FaktorKoreksi : = 735
3 x5
JK Total = (13)2 + (11)2 + (5)2 + (6)2 + (6)2 + (7)2 + (8)2 + (14)2 + (7)2+ (7)2 + (3)2
+ (2)2 + (2)2 + (9)2 + (5)2- FK
= 917- 735
= 182
¿
JK Blok = ( 23 ) 2+ ( 21 ) 2+ ( 21 ) 2+ ( 22 ) 2+18 ¿ 2 3 – FK

2219
= – 735
3
= 739,67-735
= 4,67
( 41 ) 2+ ( 43 ) 2+ ( 21 ) 2
JK Perlakuan = – FK
5
3971
= – 735
5
= 794,2-735
= 59,2
JK Galat= JK total-JK Blok-JK Perlakuan
= 182-4,67-59,2
= 118,13
TabelSidikRagam :

Kesimpulan :Dari hasilFhitung<Ftabel (5


%),artinyatidakadabedanyataantarperlakuanuntuk parameter jumlahbenih yang
tumbuh.
Parameter untuk tinggi tanaman (cm) :
Ulangan ke-
Ukuranbenih Jumlah
1 2 3 4 5
Besar 6,9 6,4 10,38 8,7 6,3
38,68
Sedang 7,4 5,66 9,64 9,6 4,1
36,4
Kecil 6,4 3,65 7,85 7,9 3,9
29,7
Jumlah 20,7 15,71 27,87 26,2 14,3 104,78

( 104,78 ) 2
Faktor Koreksi (FK) = = 731,92
3 x5
JK Total = (6,9)2+(6,4)2 +(10,38)2 + (8,7)2 + (6,3)2 + (7,4)2 + (5,66)2 + (9,64)2 +
(9,6)2 + (4,1)2 + (6,4)2 + (3,65)2 + (7,85)2 + (7,9)2 + (3,9)2 – FK
= 793,91-731,92
= 61,99
( 20,07 ) 2+ ( 15,71 ) 2+ ( 27,87 ) 2+ ( 26,2 ) 2+ ( 14,3 ) 2
JK Blok = – FK
3
= 780,98- 731,92
= 49,067
( 38,68 ) 2+ (36,4 ) 2+ ( 29,7 ) 2
JK Perlakuan = – FK
5
= 740,63-731,92
= 8,71
JK Galat = JK total- JK Blok- JK Perlakuan
= 61,99-49,067-8,71
= 4,213
Tabel Sidik Ragam :
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F tabel
Keragaman Bebas (db) Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (JK) (KT)
Blok 5-1 = 4 49,067 12,26
Perlakuan 3-1 = 2 8,71 4,355
8,375 19,25
Galat (4x2) = 8 4,213 0,52
Total 14
KTPerlakuan 4,355
Fhitung= = = 8,375
KT galat 0,52
Kesimpulan : Dari hasil Fhitung < Ftabel (5%), tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk parameter tinggi tanaman.
Parameter untuk panjang akar (cm) :
Ulangan ke-
Ukuran benih Jumlah
1 2 3 4 5
Besar 9 8,6 11,64 9,4 10
48,64
Sedang 7,5 8,48 13,5 9,5 5,5
44,48
Kecil 7,2 7,75 6,25 9,1 5,4
35,7
Jumlah 23,7 24,83 31,3 28 20,9 128,82

( 128,82 ) 2
Faktor Koreksi (FK) = = 1106,306
3 x5
JK Total = (9)2 + (8,6)2 + (11,64)2 + (9,4)2 + (10)2 +(7,5)2 + (8,48)2 + (13,5)2 +
(9,5)2 + (5,5)2 + (7,2)2 + (7,75)2 + (6,25)2 + (9,1)2 + (5,4)2 – FK
1172,65-1106,306 = 66,349
( 23,7 ) 2+ ( 24,83 ) 2+ (31,3 ) 2+ ( 28 ) 2+ ( 20,9 ) 2
JK Blok = – FK
3
3378,72
= - 1106,306
3
= 1126,24-1106,306
= 19,93
( 48,64 ) 2+ ( 44,48 ) 2+ (35,7 ) 2
JK Perlakuan = - FK
6
= 1120,266-1106,306
= 13,96
JK galat = JK total-JK Blok-JK Perlakuan
= 66,349-19,93-13,36
= 33,059
Tabel Sidik Ragam :
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F tabel
Keragaman Bebas (db) Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (JK) (KT)
Blok 5-1 =4 19,93 4,9825
Perlakuan 3-1 = 2 13,96 6,68
1,61 19,25
Galat (2*4) = 8 33,059 4,13
Total 14

KTperlakuan 6,68
Fhitung =
KTGalat
=
4,13
= 1,61

Dari hasil Fhitung < Ftabel (5%), diperoleh kesimpulan tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk parameter panjang akar.

Parameter untuk berat segar (gram) :


Ulangan ke-
Ukuran benih Jumlah
1 2 3 4 5
Besar
1,28 1,88 2,2 1,8 1,94 9,1
Sedang
1,74 1,94 2,32 1,99 1,38 9,37
Kecil
0,97 1,55 1,1 1,96 1,02 6,6
Jumlah
3,99 5,37 5,62 5,75 4,34 25,07

( 25,07 ) 2
Faktor Koreksi (FK)= = 41,90
3x5
JK Total = (1,28)2 + (1,88)2 + (2,2)2 + (1,8)2 + (1,94)2 + (1,74)2 + (1,94)2 + (2,32)2
+ (1,99)2 (1,02)2 – FK
= 48,829-41,90
= 6,929
( 9,1 ) 2+ ( 9,37 ) 2+ ( 6,6 ) 2
JK Perlakuan = – FK
5
= 42,83-41,90
= 0,93
( 3,99 ) 2+ ( 5,37 ) 2+ ( 5,62 ) 2+ ( 5,75 ) 2+ ( 4,34 ) 2
JK Blok = – FK
3
= 42,74-41,90
= 0,84
JK Galat = JK Total-JK Perlakuan-JK Blok
= 6,929-0,93-0,84
= 5,159
Tabel Sidik Ragam :
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F tabel
Keragaman Bebas (db) Kuadrat Tengah Fhitung
(5%)
(SK) (JK) (KT)
Blok 5-1 = 4 0,84 0,21
Perlakuan 3-1 = 2 0,93 0,465
0,72 19,25
Galat (4x2) = 8 5,159 0,644
Total 14

KTperlakuan 0,465
Fhitung = = =0,72
KTGalat 0,644
Dari hasil Fhitung < Ftabel, dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata antar
perlakuan untuk parameter berat segar.
BAB V
PEMBAHASAN
Benih merupakan bagian dari sistem yang memungkinkan penyebaran hidupnya
padasuatu spesies tanaman. Benih memerlukan lingkungan tumbuh yang cocok untuk
dapatberkecambah normal. Benih yang tidak berkecambah walaupun dapat ditumbuhkan
padalingkungan yang cocok merupakan benih yang mengalami dormansi.
. Ukuran biji yang dihasilkan suatu varietas tanaman sangat bervariasi. Besar kecilnya biji
menunjukkan banyak sedikitnya kandungan substrat yang ada dalam benih tersebut. Biji berukuran
besar biasanya mempunyai cadangan makanan yang lebih besar, sehingga energi yang digunakan
untuk proses perkecambahan juga semakin besar
Pada pelaksanaan praktikum,parameter pengamatan dilakukan terhadap
jumlah benih yang hidup (viabilitas), tinggi tanaman, panjang akar, dan berat
segar. Seluruh parameter memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antar
perlakuan. Interaksi antar parameter juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata untuk seluruh parameter.
BAB V
KESIMPULAN

a.Mutu benih yang sering dijadikan ukuran meliputi bentuk dan ukuran benih,
daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih.
b.Seluruh parameter memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan.
LAPORAN PRAKTIKUM ACARA VI

PEMATAHAN DORMANSI

Disusun oleh :

Nama : Annisa Fabila

NIM : 2015009098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat
dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat
(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai.
Dormansi benih disebabkan oleh faktor fisik dan fisiologi. Faktor fisiologi
contohnya embrio rudimenter, keseimbangan hormonal, dan fenomena after-
ripening. Fenomena after-ripening terjadi pada benih padi yaitu keadaan di mana
benih tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat
berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Faktor fisik
meliputi impermeable terhadap air dan gas, kulit benih tebal dan keras, benih
mengandung inhibitor, dan adanya penghambatan mekanik.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pematahan dormansi atau
mempersingkat lamanya dormansi.
BAB II
DASAR TEORI

Beberapa penyebab dormansi fisik adalah Impermeabilitas kulit biji terhadap


air dimana benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai
"Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari
lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar.
Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula; Resistensi
mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, disini kulit biji cukup kuat
sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka
embrio akan tumbuh dengan segera; Permeabilitas yang rendah dari kulit biji
terhadap gas-gas pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji
dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel
misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak
cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih
berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat (Wikipedia, 2012).
Ada beberapa cara pematahan dormansi yang telah diketahui adalah dengan
perlakuan mekanis diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup
cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi
kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan
untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis
ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel
terhadap air atau gas (Wikipedia,2012).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal
pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat
terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian
perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia, Hartmann (1997)
mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan
untuk mematahkannya (Lakitan, 2007). Teknik skarifikasi pada berbagai jenis
benih harus disesuaikan dengan tingkat dormansi fisik. Berbagai teknik untuk
mematahkan dormansi fisik antara lain seperti (Anonim, 2011): Perlakuan
mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara penusukan,
pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau,
jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk
mengatasi dormansi fisik (Anonim 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Alat: amplas, cetok,

Bahan: pasir,polibag, biji sirsak

2.2 Cara Kerja


1. Siapkan media tanam pasir
2. Lakukan skarifikasi dengan melukai kulit biji sirsak dengan digosok
mengunakan amplas
3. Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali
BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

Pengamatan Banyaknya biji yang ditanam


skarifikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

h m m m m m m m m m m m m m m

Tanpa m m m m m m m m m m m m m m m
skarifikasi
Keterangan H: Benih hidup
M: benih mati
Skarifikasi dilakukan pada kulit biji yang telah disiapkan yaitu biji sirsak,
dimaksukan untuk mempercepat proses dormansi. Pada waktu pengamnatan pada
minggu ke-3 biji belom menujukan tunas kemungkinan besar terjadi kesalahan
pada waktu skarifikasi terlalu dalam sehiggu merusak biji dan tidak dapat tumbuh
tunas .hanya ada satu biji yang tumbuh tunas dan itupun tyumbuh dengan kondisi
yang kuraang baik.

A. Pembahasan
Biji sirsak merupakan biji dengan kulit yang keras yang temasuk kedalam biji
ortodok, karena biji ini memiliki waktu dorman yang lama dan perlu perlakuan
stratifikasi agar dapat mematahkan dormansi dan mempercepat waktu
berkecambah biji tersebut. Pematahan dormansi biji dapat dilakukan secara
mekanik, fisik maupun kimiawi. Secara mekanik pada praktikum ini dilakukan
dengan pengkikiran, Hasil praktikum ini bahwa perlakuan mekanik dengan
pengikiran bertujuan dapat mematahkan dormansi pada biji keras karena dapat
meningkatkan imbibisi benih. Pengikiran dapat melukai benih sehingga terdapat
celah tempat keluar masuknya air dan O2. Air yang masuk ke dalam benih
menyebabkan proses metabolisme dalam benih berjalan lebih cepat yang
diharapkan biji akan dapat berkecambah. Akan tetapi pada praktikum ini tidak
terjadi perkecambahan karena permukaan kulit biji yang keras tidak merespon
penyerapan air sehingga tidak berkecambah.

Terjadi kesalahan pada waktru praktikum sehingga biji gagal dalam


pematahan dormansio hanya ada 1 biji yang berkecambah dalam perlakuan
skarifikasi, sedangkan pada perlakuan tanpa skarifikasi tiak ada yang hidup.

You might also like